Anda di halaman 1dari 13

BAB VIII.

FUNGSI NON LINIER

8.1. Pendahuluan

Fungsi non linier merupakan model yang tidak kalah pentingnya


dibandingkan dengan fungsi linier dalam penerapan ekonomi, karena
sebagian dari model ekonomi linier yang ada, sesungguhnya
merupakan linierisasi dari model non linier.
Ada 4 macam bentuk fungsi non linier yang paling sering dijumpai
dalam analisis ekonomi, yaitu : - Fungsi Kuadrat
- Fungsi Kubik
- Fungsi Eksponensial
- Fungsi Logaritma
Diantara ke empat fungsi nonlinier tersebut yang paling sering
digunakan adalah fungsi kuadrat.

8.2. Fungsi Kuadrat

Fungsi Kuadart adalah fungsi yang mempunyai pangkat tertinggi


dari variabelnya adalah pangkat dua.
Gambar fungsi kuadrat bisa berupa : - Lingkaran
- Elips
- Parabola
- Hiperbola
Tetapi dalam penerapan ekonomi, yang paling sering digunakan
adalah fungsi kuadrat yang berbentuk PARABOLA.

Bentuk yang lebih umum dari fungsi kuadrat :

aX2+bY2 +cX+dY+pXY+e=0
dimana a atau b  0

sebuah fungsi kuadrat jika mempunyai ciri-ciri berikut ini maka :


Jika p=0 dan a=b0 bentuk kurvanya Lingkaran
p 2 – 4 a b < 0 ; a  b dan tanda sama bentuk kurvanya Elips
p 2 – 4 a b > 0 ; a & b tanda berlawanan bentuk kurvanya Hiperbola

39
p2–4ab=0 bentuk kurvanya Parabola
berati jika salah satu saja yaitu jika a = 0 atau b = 0 tetapi tidak
keduanya, maka kurvanya akan berbentuk Parabola

 LINGKARAN

Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik yang berjarak tetap


terhadap sebuah titik tertentu yang disebut pusat.
Bentuk umum persamaan lingkaran :

aX2+bY2+cX+dY+e=0

Lalu ubah bentuk persamaan menjadi (X–i)2+(Y–j)2=r2

Dimana : i= ; j= dan r =

Maka i = jarak pusat lingkaran terhadap sumbu Y


j = jarak pusat lingkaran terhadap sumbu X
r = jari-jari lingkaran

Lingkaran bisa digambarkan jika nilai r 2 > 0


Titik potong lingkaran pada sumbu koordinat dapat dicari dengan
memisalkan masing-masing X = 0 dan Y = 0 secara bergantian.
Jika i > r  lingkaran tidak memotong sumbu Y
j > r  lingkaran tidak memotong sumbu X

Contoh :
3 X 2 + 3 Y 2 – 24 X – 18 Y = 33 :3
X 2 + Y 2 – 8 X – 6 Y = 11

i= = =4 j= = =3

dan r = = = =6

jadi lingkaran tersebut mempunyai titik pusat pada sumbu koordinat


( 4 ; 3 ) dengan jari-jari lingkaran = 6

40
7,47 3X + 3Y - 24X – 18Y = 33
r =6

(4,3)
i=4

j=3

X
-1,19 0 9,19

-1,47

 ELIPS

Elips adalah tempat kedudukan titik-titik yang jumlah jaraknya


terhadap dua fokus selalu konstan. Elips mempunyai dua sumbu
simetri yang saling tegak lurus. Sumbu yang panjang disebut Sumbu
Mayor. Dan yang pendek disebut Sumbu Minor. Titik potong antara
kedua sumbu elips tersebut merupakan pusat elips ybs.

Bentuk Umum Persamaan Elips :


aX2+bY2+cX+dY+e=0

dimana : a tandanya sama dengan b tetapi nilai a b

Pusat dan jari-jari elips dirumuskan sebagai berikut :

jika r = r maka akan menjadi lingkaran.

Contoh :
Tentukan pusat , jari-jari dan perpotongan kurva elips dengan masing-
masing sumbu koordinatnya ( sumbu X dan Y ) dari persamaan elips
berikut :

8 X 2 + 2 Y 2 - 32 X - 12 Y + 18 = 0 : 2
4 X 2 + Y 2 - 16 X - 6 Y = - 9
4 X 2 - 16 X + Y 2 - 6 Y = - 9
4 X 2 - 16 X + k + Y 2 - 6 Y + k = - 9 + k + k
(4 X 2 - 16 X + 16) + (Y 2 - 6 Y + 9) = - 9 + 16 + 9
4 (X – 2) 2 + (Y – 3) 2 = 16 : 16

41
+ =1  + =1

Dengan demikian : i=2 dan j = 3 r = 2 dan r = 4


Berarti : pusat elips ada pada titik ( 2 ; 3 )
Karena r < r maka sumbu mayor elips // sumbu vertikal Y
r adalah jari-jari pendek dan r adalah jari-jari panjang

Hitunglah : pada titik koordinat berapakah terjadi perpotongan kurva


elips dengan sumbu X dan sumbu Y.

y 8x2+2y2+32x-12y+18=0
7

2,3

-1 3,32

0,68

 HIPERBOLA

Hiperbola adalah tempat kedudukan titik-titik yang perbedaan


jaraknya terhadap dua fokus selalu konstan. Hiperbola mempunyai dua
sumbu simetri yang saling tegak lurus dan sepasang asimtot.
Perpotongan antara sumbu-sumbu simetri (antara asimtot-asimtot)
merupakan pusat hiperbola.

Bentuk umum persamaan hiperbola :

a X 2 + b Y 2 + c X + d Y + e = 0 ; dimana a dan b berlawanan tanda

Pusat hiperbola dapat dicari dengan cara :

dimana sumbu lintang // sumbu X

42
atau dimana sumbu lintang // sumbu Y

dimana ( i , j ) adalah koordinat titik pusat hiperbola

Jika nilai m = n maka asimtotnya akan saling tegak lurus, dan sumbu
lintangnya tidak lagi sejajar salah satu sumbu koordinat, dan
hiperbolanya disebut hiperbola sama sisi.

 PARABOLA

Parabola adalah tempat kedudukan titik-titik yang berjarak sama


terhadap sebuah titik fokus dan sebuah garis lurus yang disebut
direktriks. Setiap parabola mempunyai sebuah sumbu simetri dan
sebuah titik ekstrim.

y y y y

x x x x
a<0 a>0 a<0 a>0

Persamaan parabola :

 y = a X 2 + b X + c jika sumbu simetri // sumbu vertikal (sumbu y)


 X = a Y 2 + b Y + c jika sumbu simetri // sumbu horisontal (sumbu x)

X Y
Titik Ekstrim :
Jarak titik ekstrim Jarak titik ekstrim
Pada sumbu Y pada sumbu X

Contoh : Tentukan titik ekstrim dan perpotongannya dengan sumbu-


sumbu koordinat (sumbu x dan y) dari parabola berikut :
Y=-X2+6X–2

Sumbu simetri sejajar sumbu Y


Karena nilai a = - 1 < 0 ; maka parabolanya menghadap ke bawah.
Titik ekstrimnya terletak di atas atau titik maksimum, dengan titik

43
koordinat :

= = =(3,7)

Perpotongan dengan sumbu Y terjadi pada saat X = 0  Y = - 2

Perpotongan dengan sumbu X terjadi pada saat Y = 0 

0=-X2+6X–2

Dengan menggunakan rumus a b c diperoleh

X = 5,65 dan X = 0,35

y
(3,7)
7

y = -x2 + 6x - 22

x=3 sumbu simetri

x
0 0,35 3 5,65

-2

Latihan : Pada Buku Dumairy hal 141 – 142


Nomor : 2 ; 3 ; 6 ; 7 ; 9 ; 10

8.2. Penerapan Ekonomi Fungsi Non Linier

1. Fungsi Permintaan, Penawaran dan Keseimbangan Pasar

44
Qs
Analisisnya sama dengan persamaan
Linier, hanya bentuk fungsinya tidak
Linier.
Qd

Contoh : Fungsi permintaan akan suatu barang ditunjukkan oleh


persamaan  Q d = 19 – P 2
Qs =-8+2P2
 Berapa harga keseimbangan dan jumlah barang keseimbangan ?
Jawab : titik Keseimbangan terjadi pada saat Q d = Q s
19 – P 2 = - 8 + 2 P 2
19 + 8 = 2 P 2 + P 2
27 = 3 P 2
P2 =9P=9=3
Jika nilai P = 3  Q = 19 – P 2 = 19 – 3 2 = 19 – 9 = 10
Jadi harga yang terjadi pada titik keseimbangan Rp 3,00 dan jumlah
permintaan pada titik keseimbangan 10 unit.

 Jika dikenakan pajak spesifik ( pajak tetap ) sebesar t = 1


 Berapa harga dan jumlah barang pada titik keseimbangan?

2
Fungsi penawaran setelah pajak Qs =-8+2(P–t)
Q s = - 8 + 2 ( P – 1) 2
2
Qs =-8+2(P –2P+1)
Qs =-8+2P2 –4P+2
2
Qs =-6+2P –4P
Titik keseimbangan setelah kena pajak  Q d = Q s yg baru
19 – P2 = - 6 + 2 P2 – 4 P
0 = 2 P2 + P2 – 4 P – 6 – 19
0 = 3 P2 – 4 P – 25  3 P2 – 4 P – 25 = 0

Untuk mencari nilai P gunakan rumus abc  X 12 =

P12 =  P12 =

45
P12 =  P12 =  P1 = = 3,63 (yang dipilih)

 P2 = = - 2,2967

Q d = 19 – P 2 = 19 – ( 3,63 ) 2 = 19 – 13,1769 = 5,8231 6

Jadi harga keseimbangan setelah ada pajak Rp. 3,63 dan jumlah
permintaan setelah ada pajak 6 unit

2. Penerapan Fungsi non Linier dari Fungsi Biaya

Bentuk non linier dari fungsi biaya  Fungsi Parabola


 Fungsi Kubik
 Biaya Tetap ( FC ) = konstanta
 Biaya Variabel ( VC ) = f ( Q )
 Biaya Total ( TC )  C = FC + VC = k + f ( Q )

 Biaya Marginal =

a). Fungsi Biaya Total  TC = a Q 2 – b Q + c  Fungsi Parabola

C C
AFC

C
AC
FC
VC AVC

Q 0

-b Q

b). Fungsi Biaya Total  TC = a Q 3 – b Q 2 + c Q + d  Fungsi Kubik

46
Kasus : Biaya total TC = 2 Q 2 – 24 Q + 102 Parabola
 Pada tingkat produksi berapa unit, biaya total ini minimum ?
 Hitung biaya total minimum ?
 Hitung biaya tetap, biaya variabel, biaya rata-rata, Biaya tetap
rata-rata, biaya variable rata-rata ?
 Jika produksi dinaikkan sebesar 1 unit, berapa besarnya biaya
marginal ?
TC minimum titik ekstrim parabola

Q pada TC minimum = = = = 6 unit

TC (Biaya Total) pada produksi minimum = 2 Q 2 – 24 Q +102


= 2 (6) 2 – 24 (6) + 102 = 30
TC minimum pada ordinat titik ekstrim parabola.

TC total minimum = = = 30

Pada Q = 6
FC = 102
VC = 2Q 2 – 24Q = 2 ( 6 ) 2 – 24 ( 6 ) = - 72

3. Fungsi Penerimaan, Keuntungan dan Kerugian serta Titik Impas


dari Fungsi Non Linier

Fungsi penerimaan bentuk umum fungsi parabola menghadap ke


bawah pada Produsen di pasar monopoli.
Sedang bentuk fungsi penerimaan akan linier untuk produsen di pasar
persaingan sempurna

TR = Q X P = f (Q) total penerimaan

= AR rata-rata penerimaan

= MR penerimaan marginal

TR

47
Q

C,R C

TI
TI

Q
0
Q1 Q2 Q4

Dimana T I = titik impas


Besar kecilnya keuntungan diperlihatkan oleh besar kecilnya selisih,
positif antara TR dan C
Keuntungan maximum tidak selalu terjadi pada saat TR maksimum.

Contoh : Fungsi permintaan yang dihadapi seorang produsen


monopolis P = 30 – 1,5 Q.
 Bagaimana persamaan penerimaan totalnya ?
 Tentukan tingkat penjualan yang menghasilkan penerimaan total
maksimum dan berapa besarnya penerimaaan total ?

2
TR = Q x P = Q x ( 30 – 1,5 Q ) = 30 Q – 1,5 Q parabola
TR Maksimum pada titik ekstrim parabola

TR Maks pada Q = = = = 10

TR Maks 30 Q – 1,5 Q 2

30 (10) – 1,5 (102) = 300 – 150 = 150  bisa juga dari rumus ( )

 Jika biaya total diperlihatkan oleh TC = 0,25 Q 3 – 3 Q 2 + 7Q + 20


Hitunglah ke an perusahaan, jika terjual barang sebanyak 10 dan 20
unit.
= TR - TC
= ( 30 Q – 1,5Q 2 ) – ( 0,25 Q 3 – 3 Q 2 + 7Q + 20 )
= 30 Q – 1,5 Q 2 - 0,25 Q 3 + 3 Q 2 - 7Q – 20
= - 0,25 Q 3 + 1,5 Q 2 + 23 Q – 20

Pada saat Q = 10 = - 0,25 (10) 3 + 1,5 (10) 2 + 23 (10) – 20

48
= - 250 + 150 + 230 – 20
= 110

 Jadi keuntungan perusahaan, jika barang terjual sebanyak 10 unit


adalah sebesar Rp. 110,00
Pada saat Q = 20 = - 0,25 (20) 3 + 1,5 (20) 2 + 23 (20) – 20
= - 2000 + 600 + 460 – 20
= - 960

 Jadi perusahaan jika barang terjual sebanyak 20 unit, maka


perusahaan akan rugi sebesar Rp. 960,00

4. Fungsi Eksponensial

 Kurvanya ada di kuadran I dan II pada sistem koordinat


Bentuk sederhana : y = n x n>0
Bentuk umum : n e k x + C n 0 k,c = konstanta
Kurvanya asimtotik terhadap garis y = c

Titik potong kurva eksponensial = y = n e k x + C

y=c y=c

K>0 C 0 K<0 C 0

Pada sumbu x { ln ; 0 } dimana y = 0

Pada sumbu y { 0 ; n + c } dimana x = 0

Contoh : - Tentukan titik potong kurva ekponensial y = 2 e 0,5 x – 4


pada masing-masing sumbu koordinat dan gambarkan
kurvanya
- Hitunglah f (3)

Titik potong sumbu x ln = 2 ln = 2 (0,69) = 1,39.

Titik potong sumbu y n+c=2–4=-2

49
Nilai f (3)  X = 3 y = 2 e 0,5 (3) – 4 y = 2 e 1,5 – 4
y = 2 (4,48) – 4 = 4,96
Y y = 2 e 0,5 x – 4

0 1,39
X
-2

-4

5. Fungsi Logaritmik

Merupakan kebalikan dari fungsi eksponensial, yang variable


bebasnya merupakan bilangan logaritma
n
Bentuk sederhana : y = log x n>0
n 0
Bentuk umum : y = a ln (1+x) + b x > -1
Kurvanya ada disebelah kanan dan asimtotik terhadap garis x = -1

Titik potong dengan sumbu –x ; y = 0 { e –( )


–1;0}
Titik potong dengan sumbu – y ; x = 0 {0;b}

X=-1

(O,b)

latihan : Tentukan titik potong kurva logaritmik y = 2 ln ( 1 + x ) + 6


Hitunglah f (4)

 PENERAPAN EKONOMI Fungsi Eksponensial dan Fungsi


Logaritmik

Biasanya digunakan untuk menganalisis masalah pertumbuhan.


Meskipun demikian kurva permintaan, penawaran, biaya dan

50
penerimaan juga bisa dianalisis dengan fungsi ekponensial dan fungsi
logaritmik Untuk itu analisisnya sama dengan fungsi linier yang
berbeda hanya bentuk fungsinya saja.

a) Model Bunga Majemuk : Fn = P ( 1 + ) m.n merupakan fungsi


eksponsial.

Fn = jumlah pinjaman / tabungan


P = jumlah pada tahun awal ( ke nol )
i = Hitungan bunga per tahun
m = frekuensi pembayaran per tahun
n = jumlah tahun

Jika bunga diperlakukan harian (m = 360) maka model tersebut


menjadi : Fn = Pe m e 2,7278

Contoh hal 166

b) Model pertumbuhan
Pt = P1 R t -1 R=1+r
Pt = jumlah penduduk pada periode ke t
P1 = jumlah penduduk pada periode ke 1
r = persentase pertumbuhan persalinan waktu

Contoh : hal 167

51

Anda mungkin juga menyukai