MODUL AJAR Hikayat 3
MODUL AJAR Hikayat 3
MODUL AJAR Hikayat 3
BAHASA INDONESIA
Bab 3
Ketersediaan Materi
Pengayaan untuk peserta didik berpencapaian tinggi:
YA/TIDAK
Alternatif penjelasan, metode, atau aktivitas untuk peserta didik yang sulit memahami
konsep:
YA/TIDAK
Model Pembelajaran
Tatap muka
Jenis Asesmen
Jenis: Tes
Bentuk: Tes tulis
Instrumen: Soal uraian dan rubrik penilaian
Kegiatan Pembelajaran Utama
Pengaturan siswa
Individu
Berpasangan
Berkelompok
Metode
Ceramah
Diskusi
kepala bernomor bersama (numbered head together)
Media Pembelajaran
Buku paket peserta didik yang diwajibkan sekolah
Buku penunjang yang relevan
KBBI (cetak atau daring)
power point
Internet
Lingkungan sekitar
Laptop / telepon pintar yang dapat menyimpan rekaman suara
Proyektor
Materi Pembelajaran
1. Konjungsi Urutan Waktu
Sebagai teks yang menggambarkan sebuah alur cerita, hikayat dan cerpen tidak
dapat lepas dari penggunaan konjungsi urutan waktu. Konjungsi urutan waktu digunakan
untuk menyatakan urutan sebuah kejadian berdasarakan waktu terjadinya, baik itu
sebelumnya, saat, maupun setelahnya. Perbedaan konjungsi yang digunakan antara
hikayat dan cerpen terdapat pada bahasa yang digunakan. Hikayat menggunakan
konjungsi urutan waktu berupa kata-kata arkais. Adapun cerpen banyak menggunakan
kata populer. Perhatikanlah tabel berikut.
Aku mulai jengah mendengar isakannya, malu rasanya harus mengakui bahwa
orang yang menangis di belakangku ini sekaum denganku. Lalu, kutolehkan kepala
ke belakang dan di sanalah ia masih menahan isak tangis. Laki-laki itu mencoba
menenangkan dengan menepuknepuk pundaknya. Saat itulah aku tersentak,
wanita itu membutuhkan tempat. Wanita itu tidak seharusnya berdiri di tengah
desakan manusia. Wanita itu sedang hamil besar. Dia sedang hamil besar.
(Sumber: Puspitasari, Arum. 2016. “Kursi Bus” dalam Rahasia Simfonia: Antologi
Cerpen Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia bagi Siswa SLTA Kabupaten Bantul.
Yogyakarta: Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta)
Bandingkan jika dua konjungsi urutan waktu pada cerita tersebut diubah seperti
berikut.
Aku mulai jengah mendengar isakannya, malu rasanya harus mengakui bahwa
orang yang menangis di belakangku ini sekaum denganku. Sebelumnya,
kutolehkan kepala ke belakang dan di sanalah ia masih menahan isak tangis.
Laki-laki itu mencoba menenangkan dengan menepuk-nepuk pundaknya. Pada
saat aku tersentak, wanita itu membutuhkan tempat. Wanita itu tidak
seharusnya berdiri di tengah desakan manusia. Wanita itu sedang hamil besar.
Hal lain yang perlu diperhatikan dari penggunaan konjungsi waktu adalah
frekuesinya. Jangan terlalu banyak menggunakan konjungsi urutan waktu pada satu
paragraf. Penggunaan yang terlalu sering, apalagi kata yang sama, akan membuat cerita
yang ditulis menjadi “kekanak-kanakan”. Bandingkanlah dua penggalan cerita berikut.
2. Majas
Majas atau gaya bahasa sangat erat kaitannya dengan cerita fiksi untuk
menambahkan keindahan cara penyampaian cerita. Beberapa majas yang sering kali
digunakan baik dalam hikayat maupun cerpen adalah sebagai berikut:
1) Antonomasia Antonomasia adalah majas yang menyebut seseorang berdasarkan ciri
atau sifatnya yang menonjol. Contoh:
a. Hatta beberapa lamanya maka isteri si Miskin itupun hamillah tiga bulan
lamanya.
b. Tak tahu mengapa, saat itu aku mengucapkan terima kasih pada perempuan tua
itu.
2) Personifikasi Personifikasi adalah majas yang menyatakan benda mati sebagai
sesuatu yang seolah-olah hidup layaknya manusia. Contoh:
a. Samar-samar nyanyian jangkrik terdengar di sampingku.
b. Angin menyambar wajahku.
3) Metafora Metafora adalah majas yang menggunakan kata pembanding untuk
mewakili hal lain atau bukan yang sebenarnya. Mulai dari bandingan benda fisik,
sifat, ide, atau perbuatan lain. Contoh: Seperti biasa, setibaku di istana tuaku,
perempuan tua menyambutku dengan hangat.
4) Simile Majas simile adalah majas yang membandingkan suatu hal dengan hal lainnya
menggunakan kata penghubung atau kata pembanding. Kata penghubung atau kata
pembanding yang biasa digunakan antara lain: seperti, laksana, bak, dan bagaikan.
Contoh: “Kamu tidur seperti kerbau,” canda ibu.
5) Hiperbola Hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan dengan cara
melebih-lebihkan sesuatu dari yang sebenarnya. Contoh:
a. Seraya berkata kepada suaminya, “Adapun akan emas ini sampai kepada anak
cucu kita sekalipun tiada habis dibuat belanja.”
b. Aku tak dapat berbicara, tanganku dingin bak es yang keluar dari freezer.
Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
Guru mengucapkan salam pembuka, mengecek kehadiran peserta didik, berdoa
untuk memulai pembelajaran.
Guru menanyakan kabar kepada peserta didik.
Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari.
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai.
Guru menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan
pembelajaran.
Kegiatan Inti (70 menit)
Pembelajaran dilaksanakan menggunakan metode tiga menit ulas (three minutes review)
dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Siswa dibagi ke dalam kelompok yang masing-masing beranggotakan empat orang.
b. Siswa memahami aturan main aktivitas pembelajaran yang disampaikan guru.
c. Siswa menyimak dengan saksama penjelasan materi yang disampaikan guru.
d. Setiap tiga menit, guru berhenti menjelaskan dan meminta setiap siswa dalam
kelompok menjelaskan materi yang sudah disampaikan.
e. Beberapa perwakilan siswa diminta untuk menyampaikan informasi yang dipahaminya.
f. Siswa menyimak penjelasan materi. Setiap tiga menit berhenti untuk menyampaikan
materi yang dipahaminya kepada teman satu kelompok. Begitu seterusnya sampai
materi selesai dijelaskan.
g. Beberapa perwakilan siswa diminta menyampaikan materi yang diketahuinya. Siswa
lain dapat menambahkan atau memperbaiki jika ada kesalahan pemahaman.
h. Siswa diperbolehkan membuka buku untuk mengecek informasi yang didapat.
i. Siswa diminta untuk mengubah kutipan teks hikayat ke dalam bahasa cerpen.
j. Siswa dan guru membahas jawaban siswa.
k. Guru memberikan apresiasi kepada siswa.
l. Siswa dan guru menyimpulkan pembelajaran.
Kegiatan Penutup (10 menit)
Guru dan peserta didik membuat simpulan bersama-sama terhadap kegiatan
pembelajaran yang sdah dilakukan
Guru dan peserta didik melakukan refleksi mengenai pembelajaran hari ini.
Guru mengingatkan topik pembelajaran berikutnya.
Guru dan peserta didik mengakhiri pembelajaran dengan doa.
Pertemuan kedua
Kegiatan Pendahuluan (5 menit)
Guru mengucapkan salam pembuka, mengecek kehadiran peserta didik, berdoa
untuk memulai pembelajaran.
Guru menanyakan kabar kepada peserta didik.
Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari.
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai.
Guru menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan
pembelajaran.
Soal uraian
a) Ubahlah kutipan Hikayat si Miskin ini menjadi bahasa cerpen yang lebih
populer. Gunakanlah konjungsi urutan waktu dan berbagai majas untuk
mengembangkannya.
Pelaksanaan Asesmen
Sikap
Melakukan observasi selama kegiatan berlangsung dan menuliskannya pada jurnal,
baik sikap positif dan negatif.
Melakukan penilaian antarteman.
Melakukan penilaian hasil diskusi.
Mengamati refleksi peserta didik.
Pengetahuan
Memberikan tugas tertulis, lisan, dan tes tertulis
Keterampilan
Presentasi
Proyek
Portofolio
Glosarium
Tokoh: hikayat cenderung memiliki tokoh keluarga Kerajaan atau orang-orang di
sekitarnya.
Konflik: didalam hikayat konflik tidak lepas dari perselisihan antar Kerajaan atau
golongan.
Alur: hikayat memiliki alur berbingkai
Sudut pandang: hikayat menggunakan sudut pandang orang ketiga.
Daftar Pustaka
Buku guru siswa Cerdas Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMA/SMK
Kelas X Penulis : Fadillah Tri Aulia & Sefi Indra Gumilar
Buku Panduan Guru Cerdas Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMA/SMK
Kelas X Penulis : Sefi Indra Gumilar, Fadillah Tri Aulia
Lembar Kerja
Soal uraian
a) Ubahlah kutipan Hikayat si Miskin ini menjadi bahasa cerpen yang lebih populer.
Gunakanlah konjungsi urutan waktu dan berbagai majas untuk
mengembangkannya.
Kunci Jawaban
Pada zaman dahulu hiduplah seorang raja dan ratu dari kayangan yang
mendapat hukuman dari Batara Indera. Mereka dibuang ke negeri antah-berantah
menjadi orang miskin. Tidak ada satu pun orang di negeri itu yang menyukainya. Setiap
kali mereka mengemis di pasar dan perkampungan, mereka dipukuli dan diusir hingga
mereka pun pergi ke hutan. Di hutan, mereka hidup dengan memakan dedaunan,
buah-buahan, bahkan kayu-kayu.
Beberapa lama kemudian, sang istri pun hamil. Saat kandungannya berusia tiga
bulan ia menangis dan meminta kepada suaminya untuk mengambilkan buah
mempelam yang tumbuh di taman istana kerajaan. Si Miskin pun terketuk hatinya
karena ia sudah lama menanti kehadiran seorang anak. Namun, ia bingung karena hal
itu sepertinya tidak mungkin ia lakukan. “Bagaimana mungkin aku dapat
mendapatkannya, istriku? Mengemis sedikit saja, kita sudah diusir,” kata si Miskin
kepada istrinya yang masih merengek seperti anak kecil.