Anda di halaman 1dari 12

A.

Pengetahuan Berwirausaha
Menurut Soekidjo dalam Hendrawan & Sirine (2017), pengetahuan merupakan

hasil dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata

dan telinga. Sedangkan menurut Anas dalam Hendrawan & Sirine (2017), pengetahuan

ialah kemampuan seseorang untuk mengingat kembali kejadian-kejadian yang sudah

pernah dialami, tanpa mengharapkan kemampuan untuk mengguakannya. Dari definisi

pengetahuan dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan kekmampuan individu

dalam mengingat dan menghafal suatu kejadian melalu pancaindera yang dimiliki

individu tersebut.

Berwirausaha merupakan suatu kegiatan yang melibatkan kemampuan untuk melihat

peluang-peluang usaha yang kemudian mengorganisir, mengatur, mengambil resiko, dan

mengembangkan usaha yang diciptakan tersebut untuk mendapatkan keuntungan.

Berwirausaha juga memerlukan kemampuan membuat sesuatu yang berbeda agar

menarik dari yang sudah ada, memerlukan ide inovasi baru, dan kemampuan mengikuti

perkembangan zaman.

Menurut Meredith dalam Suryana (2013)

“Berwirausaha adalah suatu pekerjaan yang mampu merencanakan, mengambil resiko,


keputusan, dan tindakan untuk mencapai tujuan yang harus bersifat fleksibel dan
imajinatif. Syarat berwirausaha adalah harus memiliki kemampuan untuk menemukan
dan evaluasi peluang, harus dapat mengumpulkan sumber daya yang diperlukan, dan
harus dapat bertindak memperoleh peluang peluang tersebut”.
Menurut Mardia et al. (2020) kewirausahaan merupakan fenomena yang cukup

terkenal pada Zaman ini, dan akan menjadi model atau menjadi model atau menjadi gaya
hidup masyarakat di masa depan. Kewirausahaan juga dapat merupakan hasil dari proses

sistematis dan disiplin menggunakan kreativitas serta kemampuan dalam menginovasi

sesuatu sehingga menghasilkan dan dapat memenuhi kebutuhan.

Sedangkan kewirausahaan menurut Salmiah et al. (2020) yakni pencipta aktivitas

atau kegiatan ekonomi baru. Jadi dari pernyataan diatas kewirausahaan adalah kegiatan

ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dalam memenuhi kebutuhan sebagai pencapaian

keinginan.

Berdasarkan pernyataan diatas tersebut wirausaha merupakan seorang yang

melakukan kegiatan ekonomi yang melibatkan kemampuan dan kreativitas dalam

mendapatkan peluang kemudian mengambil resiko dan tantangan yang akan menghadang

untuk dapat mengembangkan usaha dalam mencapai sebuah keinginan dan kebutuhan

yang sudah ada dalam target.

Menurut Aini & Oktafani (2020) pengetahuan berwirausaha adalah semua

informasi yang diperoleh dalam proses pelatihan dan pengalaman, yang digunakan

sebagai bahan pelatihan dan pemahaman, sehingga dapat mengarah pada kemampuan

melihat resiko dan keberanian dalam menangani resiko-resiko.

Sedangkan menurut Mustofa dalam Hendrawan & Sirine (2017) pengetahuan

berwirausaha adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan sesuatu yang baru

melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif, sehingga dapat menciptakan ide-ide atau

peluang dan dapat dimanfaatkan dengan baik.

Pengetahuan berwirausaha adalah pengetahuan yang didapatkan dari pengalaman

dan pembelajaran.
1. Indikator pengetahuan berwirausaha

Terdapat tiga indikator yang mempengaruhi pengetahuan berwirausaha

menurut Mustofa dalam Hendrawan & Sirine (2017), yaitu mengambil resiko

usaha, menganalisis peluang usaha dan merumuskan solusi masalah.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Berwirausaha

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesuksesan berwirausaha, menurut


Basuki (2022) yaitu :

a. Dream, seorang wirausaha harus memiliki mimpi dan visi misi untuk mencapai
keinginannya dimasa depan, untuk pribadi atau organisasi.
b. ‘bertindak cepat, seorang wirausahawan harus mampu bertindak cepat dalam
pengambilan keputusan namun walaupun bertindak cepat keputusan yang dibuat
seorang wirausahawan tidak sembarangan karena penuh dengan perhitungan,
karena itu merupakan kunci kesuksesan dalam bisnis.
c. Tidak menunda-nunda pekerjaan.
d. Dedikasi, seorang wirausahawan harus memiliki dedikasi terhadap usahanya,
terkadang harus mengorbankan waktu yang lebih.
e. Detail, seorang wirausahawan harus detail dalam mengerjakan apapun, mulai dari
hal kecil yang dapat menghambat usahanya.
Menurut Suryana (dalam Basrowi, 2016) orang orang yang memiliki jiwa dan
sikap kewirausahaan, yaitu :

a) Percaya diri (yakin, optimis, dan penuh komitmen)


b) Berinisiatif (energik, dan percaya diri)
c) Memiliki motif berprestasi (berorientasi hasil dan berwawasan ke depan)
d) Memiliki jiwa kepemimpinan (berani tampil berbeda dan berani mengambil resiko
dengan penuh perhitungan)
e) Suka tantangan, yaitu faktor pribadi yang mempengaruhi kewirausahaan yaitu
motif berprestasi, komitmen, nilai-nilai pribadi, pendidikan dan pengalaman,
sedangkan faktor lingkungan adalah peluang, model peran dan aktivitas.
Sedangkan menurut Nitisusastro (2012) minat berwirausaha adalah kemauan dan
rasa percaya diri, fokus pada sasaran, pekerja keras berani mengambil resiko,
bertanggung jawab, dan berinovasi. Minat tidak dibawa sejak lahir, namun minat
tumbuh serta berkembang sesuai dengan faktor yang mempengaruhinya.

B. Pengalaman Menggunakan E-Commerce


E-commerce merupakan sebuah tempat yang digunakan dalam jual beli secara online

(elektronik), meliputi pada pemasaran, pembelian, bahkan dalam transaksi (pembayaran)

dapat dilakukan secara online atau menggunakan media elektronik. Pengertian e-

commerce menurut para ahli dalam bidang ini memiliki berbagai definisi namun tetap

memiliki maksud dan tujuan yang sama. Berikut beberapa definisi e-commerce menurut

beberapa ahli.

Definisi E-commerce menurut Harmayani et al. (2020) adalah penyebaran,

penjualan, pemasaran, pembelian barang atau jasa dengan saran elektronik seperti

jaringan komputer, televisi, www, dan jaringan internet lainnya. E-commerce juga

melibatkan transfer dana elektronik, sistem manajemen inventori otomatis, pertukaran

data elektronik dan sistem pengumpulan data otomatis.

Menurut Akbar & Alam (2020), E-commerce merupakan pembelian, penjualan dan

pemasaran barang dan jasa melalui sistem elektronik. Seperti televisi, radio, dan

komputer atau jaringan internet. Transaksi bisnis yang terjadi di jaringan elektronik

seperti internet. Setiap orang yang memiliki koneksi internet dapat berpartisipasi dalam

kegiatan e-commerce. Sedangkan pengertian e-commerce menurut Riswandi (2019)

adalah satu set dinamis ekonomi, aplikasi dan proses bisnis yang menghubungkan

perusahaan konsumen dan komunitas tertentu melalui transaksi elektronik dan

perdagangan barang, pelayanan/jasa dan informasi yang dilakukan secara elektronik.


Dari beberapa definisi e-commerce tersebut dapat disimpulkan bahwa e-commerce

adalah sistem dalam melakukan jual beli barang maupun jasa melalui media elektronik

yang memberikan kemudahan transaksi baik untuk penjual dan pembeli.

Menurut ISO dalam Kusnawati (2018) pengalaman pengguna adalah persepsi dan

respon dari pengguna sebagai reaksi dari sebuah penggunaan produk, sistem atau service.

Pengalaman pengguna merupakan bagaimana pengguna merasakan kesenangan dan

kepuasan dari menggunakan sebuah produk, melihat atau memegang produk tersebut.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pengalaman menggunakan e-

commerce merupakan reaksi dari sebuah penggunaan produk, sistem atau service media

elektronik transaksi jual-beli.

1. Dimensi Pengalaman Penggunaan E-Commerce

Dimensi dalam penggunaan e-commerce menurut Land dalam Intanny et al., (2018),

yaitu:

a. Kegunaan

Kegunaan yang dimaksud dalam dimensi pengalaman e-commerce adalah dapat

memenuhi kebutuhan, menghemat waktu saat menggunakannya, membuat hal yang

ingin diselesaikan menjadi lebih mudah, membantu menjadi lebih produktif,

membantu, dan memberi kontrol lebih besar atas kebutuhan sehari-hari

b. Mudah digunakan

Mudah digunakan yang dimaksud dalam dimensi pengalaman e-commerce adalah

dapat menggunakannya setiap saat, dapat digunakan tanpa instruksi tertulis,

pengguna atau penjual akan menyukainya, fleksibel, dapat menyelesaikan masalah

dengan mudah.
c. Mudah dipelajari/dipahami

Mudah dipelajari/dipahami yang dimaksud dalam dimensi pengalaman e-commerce

adalah belajar menggunakan e-commerce dengan cepat, dapat dengan mudah

mengingat bagaimana menggunakan e-commerce, dapat dengan cepat terampil untuk

menggunakan e-commerce, dan mudah belajar untuk menggunakan e-commerce

d. Memberikan kepuasan

Memberi kepuasan yang dimaksud dalam dimensi pengalaman e-commerce adalah

berfungsi sesuai dengan yang diharapkan, menyenangkan saat menggunakannya,

membuat pengguna merasa butuh untuk memiliki, membuat pengguna

merekomendasikan ke orang terdekat.

2. Klasifikasi E-Commerce

Menurut Romindo et al. (2019), klasifikasi e-commerce ada 5 yakni :

a. Business to business E-commerce (B2B E-commerce)

Business to business E-commerce (B2B E-commerce, jenis e-commerce yang

dilakukan antar perusahaan dengan perusahaan. Kebanyakan pedagang tradisional

lebih sering menggunakan jenis ini. Pada jenis ini transaksi yang digunakan yakni

EDI (Electronic Data Interchange) dan email. Contoh perusahaan B2B salah

satunya yakni Alibaba, yakni layanan e-commerce yang menghubungkan berbagai

usaha kecil maupun menengah.

b. Business to consumer (B2C E-Commerce)

Business to consumer (B2C E-Commerce), merupakan perdagangan antara

perusahaan dan konsumen, melibatkan konsumen dalam pengumpulan informasi,

pembelian barang fisik (seperti buku, atau produk konsumen) atau barang informasi
(barang dari bahan elektronik atau konten digital, seperti perangkat lunak, e-book)

dan untuk barang informasi, menerima produk-produknya melalui jaringan

elektronik. B2C merupakan bentuk kedua terbesar dari e-commerce. Penjualan

dilakukan secara eceran dari perusahaan langsung ke konsumen akhir. Contoh

perusahaan semacam ini salah satunya yakni amazon.com, perusahaan ini

merupakan pengecer daring terbesar didunia.

c. Business to government (B2G e-commerce)

B2G e-commerce merupakan perdagangan antar perusahaan dan sektor publik atau

pemerintahan, seperti penggunaan internet dalam pengadaan, prosedur perjanjian

dan kegiatan lain, yang melibatkan pemerintah.

B2G e-commerce memiliki 2 syarat: Pertama, sektor publik diasumsikan sebagai

pemegang kendali utama dalam menjalankan e-commerce; Kedua, yakni

diasumsikan bahwa sektor publik sangat membutuhkan sistem pengadaan yang

lebih efektif. Untuk saat ini, ukuran pasar e-commerce B2G sebagai komponen dari

total e-commerce masih belum signifikan karena sistem e-commerce pemerintah

masih dalam proses pengembangan. Contoh B2G yakni IBM Center for the

Business of Government menghubungkan penelitian manajemen publik dengan

praktek.

d. Consumer to Consumer(C2C)

C2C merupakan perdagangan antar individu (sektor swasta) dengan konsumen,

dapat didefinisikan juga sebagai transaksi dimana konsumen menjual produk secara

langsung pada konsumen lainnya. Transaksi C2C melibatkan lelang terbaik, dimana

konsumen merupakan kekuatan yang dapat menjalankan proses transaksi. Transaksi


yang dilakukan dalam aktivitas C2C ini dilakukan oleh pihak ketiga yang

menyediakan aplikasi atau platform online sebagai media transaksi, maka dari itu

penjual dan pembeli bisa langsung berjualan dan memberi barang pada aplikasi atau

platform telah disediakan oleh pihak ketiga tersebut.

a) Lelang di fasilitas di portal tertentu, seperti eBay, yang memungkinkan penawaran

secara real time pada produk/jasa yang dijual di situs web.

b) Peer to peer sistem, seperti model Napster (sebuah protokol untuk dapat membagi

file antara pengguna dengan menggunakan forum chat seperti IRC) pertukaran file

dan pertukaran mata uang asing.

c) Mengklasifikasikan iklan pada situs portal seperti Excite Classifieds dan e-Wanted

(sebuah tempat jual beli online yang interaktif dimana pembeli dan penjual

melakukan negosiasi melalui fitur “Buyer Leads & Want Ads”.

e. Mobile Commerce (m-commerce)

Mobile commerce merupakan pembelian dan penjualan barang dan jasa melalui

teknologi nirkabel yaitu, perangkat genggam seperti Personal Digital Assistant

(PDA). Jepang merupakan salah satu pemimpin global dalam m-commerce ini

Industri yang dapat dipengaruhi oleh m-commerce meliputi :

a) Financial Services, termasuk mobile banking.

b) Telekomunikasi, dimana perubahan jasa pembayaran tagihan dan akun review dapat

dilakukan dalam satu alat yang sama, mobile phone.

c) Layanan/ritel, konsumen diberikan kemampuan untuk menempatkan dan membayar

pesanan, on the fly.


d) Layanan informasi, termasuk entertaiment, berita finansial, olahraga dan update

traffic yang dikirimkan ke mobile phone.

3. Kelebihan dan Kekurangan E-commerce bagi Pelaku Usaha dan Konsumen

E-commerce memiliki banyak kelebihan yang diberikan bagi pelaku usaha dan

begitu pula pada konsumen. Kelebihan e-commerce bagi pelaku usaha yaitu :

a) Praktis dan Efisien.

b) Kemudahan dalam aktivitas jual beli.

c) Waktu jualan yang fleksibel tanpa ada batasnya waku.

d) Kemudahan dalam berkomunikasi antara konsumen dan produsen.

e) Memangkas biaya pemasaran dan biaya tempat usaha

f) Meningkatkan telekomunikasi.

g) Penyebaran informasi lebih mudah dan cepat.

h) Dapat menjangkau target market yang lebih luas.

i) Proses pembayaran menjadi lebih mudah dan cepat.

Manfaat E-commerce bagi konsumen yakni :

a. Konsumen dapat berbelanja kapan saja dan dimana saja dengan mudah.

b. Konsumen dapat melakukan berbagai pertimbangan antara satu produk di toko A dan

toko lainnya untuk mencapai keputusan pembelian. Baik dalam melihat kualitas

ataupun harga terbaik.

c. Konsumen lebih mudah mendapatkan referensi dan informasi tentang produk yang

akan dibeli.
Selain kelebihan atau manfaat di atas e-commerce juga memiliki kekurangan. Karena

meski transaksi ini menggunakan metode online yang cukup menguntungkan namun

tidak terlepas dari kekurangan baik dari sistem yang digunakan atau dari infrastruktur

pendukung yang digunakan dalam melakukan transaksi ini. Berikut kekurangan yang

terjadi ketika melakukan kegiatan transaksi atau jual beli online :

Kekurangan yang dialami oleh pelaku usaha :

a) Persaingan yang tidak sehat antar pedagang karena kemudahan informasi yang

didapatkan dari pesaing bisnis membuat persaingan yang tidak sehat antar pebisnis

karena adanya fenomena penjiplakan atau peniruan ide dan terjadi perang harga antar

pedagang.

b) Keamanan sistem yang terkadang diserang oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

c) Gangguan sistem yang sewaktu-waktu ada.

d) Kerusakan barang saat perjalanan yang mengakibatkan produsen harus mengganti,

karena jika tidak penilaian took akan buruk.

Kekurangan yang akan dialami oleh konsumen :

1. Resiko bocornya privasi atau data pribadi pengguna karena, dalam mengakses internet

untuk memakai e-commerce dibutuhkan beberapa validasi data pribadi untuk masuk

dan menggunakan aplikasi tersebut.

2. Penipuan oleh oknum yang berpura-pura menjual barang.

3. Kerusakan barang saat pengiriman.

4. Waktu perjalanan barang sampai ke tangan pembeli tergantung jasa kirim, jadi tidak

dapat dipastikan kapan.

C. Keputusan Berwirausaha
Pendapat James Stoner, keputusan ialah penentuan satu dari beberapa pilihan yang bisa

dipergunakan untuk menyelesaikan masalah, yang mengandung makna yakni pilihan

berdasar pada logika atau pertimbangan, menentukan 1 pilihan paling baik dan terdapat

tujuan yang hendak diraih dan putusan yang diambil mengarah pada tujuan bersangkutan.

Pendapat Kusrini (2007:7) “Keputusan ialah aktivitas memilih sebuah strategi atau

langkah dalam memecahkan masalah”.

Menurut Setiawan dalam Dewi (2017) “ Keputusan berwirausaha merupakan tingkat

kegairahan yang menyertai perhatian khusus maupun terus menerus kepada suatu objek,

peristiwa atau topik tertentu minat sangat dipengaruhi oleh dua variabel, yaitu variabel sikap

dan norma subjektif. Dengan kata lain, gabungan dari sikap dan norma subjektif tidak akan

langsung mempengaruhi perilaku, melainkan beroperasi terlebih dahulu melalu minat, dan

minat inilah yang akan berpengaruh langsung pada perilaku.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan untuk berwirausaha menurut Alma dalam

Zakia (2019) :

1. Personal, menyangkut aspek-aspek kepribadian seseorang diantaranya, adanya ketidak

puasan terhadap pekerjaan yang sekarang, adanya pemutusan hubungan kerja (PHK), tidak

ada pekerjaan lain, dorongan karena faktor usia, keberanian menanggung resiko, dan

komitmen atau minat yang tinggi terhadap bisnis

2. Environmental, menyangkut hubungan dengan lingkungan diantaranya, adanya persaingan

dalam dunia kehidupan, adanya sumber-sumber yang bisa dimanfaatkan, misalnya memiliki

tabungan; modal; warisan; memiliki bangunan yang lokasinya strategis, mengikuti latihan
atau incubator bisnis, kebijaksanaan pemerintah, misalnya adanya kemudahan dalam lokasi

usaha ataupun fasilitas kredit dan bimbingan usaha yang dilakukan Depnaker

3. Sociological, menyangkut masalah dengan keluarga dan sebagainya, diantaranya adanya

hubungan atau relasi dengan orang lain, adanya tim yang dapat diajak kerjasama dalam

berwirausaha, adanya dorongan dari orangtua untuk membuka usaha, adanya bantuan

keluarga dalam berbagai kemudahan, adanya pengalaman dalam dunia bisnis sebelumnya.

Menurut Nurchotim dalam Zakia (2019) faktor-faktor yang mempengaruhi

berwirausaha yaitu :

1. Fakor Intrinsik

Faktor Instrinsik adalah faktor-faktor yang timbul karena pengaruh rangsangan dari dalam

diri individu. Faktor-faktor intrinsik sebagai pendorong keputusan untuk berwirausaha

antara lain karena adanya kebutuhan akan pendapatan, motif, harga diri, perasaan senang,

dan perhatian.

2. Faktor Ektrensik

Faktor ektrensik adalah faktor-faktor yang mempengaruhi individu karena pengaruh

rangsangan dari luar. Faktor-faktor ekstrinsik yang mempengaruhi keputusan untuk

berwirausaha antara lain lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, peluang dan

pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai