Anda di halaman 1dari 28

STRATEGI

COPING
Ekonomi Keluarga
Disusun oleh:

Angel Citra Lestari


Aulia Mughni
Dhia Wardah Azizah
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan buku ini
dengan tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam selalu kita
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Melalui buku ini
penulis berharap dapat memberikan informasi yang bermanfaat
bagi para pembaca mengenai Strategi Coping Ekonomi Keluarga.
BUKU KREATIF ini penulis buat sebagai salah satu syarat
pemenuhan nilai mata kuliah Ekonomi Keluarga. Tidak lupa
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Nenden Rani Rinekasari, S.P., M.Pd. selaku dosen


pembimbing mata kuliah Ekonomi Keluarga yang telah memberi
kesempatan kepada penulis untuk menulis BUKU KREATIF
Strategi Coping Ekonomi Keluarga.
2. Anggota kelompok yang selalu memberi dukungan satu sama
lain dalam pembuatan buku ini.
3. Teman-teman PKK yang selalu menyemangati penulis selama
penulisan buku ini. Demikian buku ini penulis buat, semoga dapat
bermanfaat. Penulis mengharapkan kritik dan saran untuk
kesempurnaan buku ini sehingga kedepannya menjadi lebih
baik.Terima kasih.

28 Desember 2023

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................I


DAFTAR ISI ...............................................................................II
STRATEGI COPING EKONOMI KELUARGA .......................1
Krisis Dinamika Internal Keluarga ...............................................2
Dampak Krisis Dinamika Internal Pada Kesejahteraan Keluarga 4
Strategi Koping Dalam Konteks Ekonomi Keluarga ....................5
Fleksibilitas dan Adaptasi .............................................................6
Pembagian Tanggung Jawab .........................................................7
Peningkatan Kesejahteraan Keluarga ...........................................9
Perencanaan Keuangan ...............................................................10
Pendidikan Keuangan .................................................................13
Diversivikasi Pendapatan ............................................................14
Investasi yang Bijak .....................................................................15
Pentingnya Komunikasi Terbuka ................................................16
Manajemen Konflik dan Pengambilan Keputusan ......................19
Kesimpulan .................................................................................22
Daftar Pustaka ............................................................................III

II
STRATEGI COPING EKONOMI KELUARGA

Pemahaman akan krisis ekonomi dan dinamika internal


keluarga menjadi penting karena dampak yang signifikan
yang dapat ditimbulkannya pada individu, keluarga, dan
masyarakat secara luas. Krisis ekonomi tidak hanya
mengubah kondisi ekonomi suatu negara, tetapi juga
memengaruhi kehidupan individu dan keluarga secara
langsung. Pengangguran, ketidak stabilan keuangan,
ketegangan dalam hubungan sosial, serta masalah kesehatan
mental adalah beberapa dampaknya yang dapat mengganggu
dinamika dan stabilitas dalam keluarga. Era globalisasi telah
membuat ekonomi dunia lebih terhubung. Sehingga, krisis
yang terjadi di satu negara dapat dengan cepat menyebar dan
memengaruhi negara lain, bahkan sampai ke tingkat individu
dalam sebuah keluarga. Perubahan dalam struktur keluarga,
seperti meningkatnya jumlah keluarga dengan satu orang tua
atau keluarga yang memiliki dua pendapatan, telah
memengaruhi bagaimana keluarga menanggapi dan
beradaptasi terhadap krisis ekonomi.
Keluarga sebagai sistem sosial
terkecil, juga sebagai
lingkungan sosial pertama
yang memperkenalkan cinta
kasih, moral keagamaan, sosial
budaya yang memainkan
peranan dalam mencapai
kesejahteraan penduduk yang
menjadi citacita pembangunan
(BPS & PPPA, 2016, hal. 5).
Sumber : www.freepik.com
1
Oleh sebab itu, diperlukan kemampuan materil dari keluarga
untuk mengatasi permasalahan ekonomi berdasarkan sumber
daya yang dimiliki yang disebut ketahanan ekonomi (BPS &
PPPA, 2016, hal. 79). Aspek ekonomi dalam ketahanan
ekonomi sangat berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan
konsumsi yang meliputi produksi, distribusi serta konsumsi
barang dan jasa sehingga upaya meningkatkan taraf hidup
masyarakat secara individu maupun kelompok tercapai
(Marlinah, 2017).
Ketahanan ekonomi keluarga dipahami sebagai keadaan
dinamis suatu keluarga mengenai kegigihan dan kekuatan
dalam menghadapi berbagai tantangan, ancaman, dan
hambatan serta gangguan baik dari eksternal maupun dari
internal, secara langsung maupun tidak langsung
membahayakan kelangsungan perekonomian keluarga. Sebagai
unit terkecil dari sebuah negara, keluarga dengan ketahanan
ekonomi yang kuat akan menciptakan dasar ekonomi negara
yang kuat pula (Wulandari, 2017).
Strategi koping erat kaitannya dengan ketahanan keluarga.
Koping didefinisikan sebagai perubahan kognitif seseorang
secara konstan dan usaha nyata berupa perilaku untuk
mengatur permintaan yang berasal dari dalam diri maupun yang
berasal dari luar diri yang dinilai melebihi kemampuan atau
kapasitas sumber daya yang dimiliki oleh individu tersebut
(Lazarus & Folkman, 1984). Strategi koping merupakan suatu
bentuk upaya yang dilakukan oleh keluarga untuk mencapai
tingkat keseimbangan serta bentuk penyesuaian terhadap krisis
yang dihadapi oleh keluarga (Herawati, 2012). Strategi koping
dapat dilakukan dengan mengalokasikan sumber daya dan
memberdayakan kemampuan anggota keluarganya
(Herawati,2012).
2
KRISIS DINAMIKA INTERNAL KELUARGA

Definisi Krisis Dinamika Internal Keluarga adalah kondisi


yang menggambarkan adanya gangguan atau
ketidakseimbangan dalam interaksi antaranggota keluarga yang
berpotensi mengganggu kesejahteraan dan fungsi keluarga
secara keseluruhan. Krisis ini dapat muncul akibat berbagai
faktor, seperti konflik antaranggota keluarga, perubahan status
keluarga (seperti pernikahan, perceraian, atau kematian anggota
keluarga), atau tekanan eksternal yang mempengaruhi dinamika
keluarga. Dalam krisis dinamika internal keluarga, interaksi
antaranggota keluarga menjadi tidak sehat, menyebabkan
ketegangan, kesulitan dalam komunikasi, atau bahkan
kekerasan dalam rumah tangga. Krisis ini memerlukan
pemahaman mendalam tentang dinamika keluarga serta upaya
penanganan yang komprehensif untuk memulihkan
keseimbangan dan kesejahteraan keluarga.

Krisis dinamika internal keluarga juga dapat mempengaruhi


perkembangan dan kesejahteraan anggota keluarga secara
individual. Misalnya, anak-anak dalam keluarga yang
mengalami krisis dinamika internal mungkin mengalami stres
emosional, kesulitan dalam belajar, atau bahkan masalah
perilaku. Di sisi lain, orangtua atau anggota keluarga lainnya
juga dapat merasakan tekanan dan kecemasan yang signifikan
akibat krisis ini. Oleh karena itu, penanganan krisis dinamika
internal keluarga tidak hanya penting untuk memulihkan fungsi
keluarga secara keseluruhan, tetapi juga untuk melindungi
kesejahteraan individu dalam keluarga.

3
DAMPAK KRISIS DINAMIKA INTERNAL PADA
KESEJAHTERAAN KELUARGA

Dampak Krisis Dinamika Internal pada Kesejahteraan Keluarga


dapat sangat signifikan, terutama dalam hal kesejahteraan
emosional dan finansial. Salah satu dampak yang paling terlihat
adalah pada kesejahteraan emosional keluarga. Krisis dinamika
internal, seperti konflik antaranggota keluarga atau perubahan
besar dalam struktur keluarga, dapat menciptakan ketegangan
yang berdampak negatif pada kesejahteraan emosional. Anggota
keluarga mungkin mengalami stres, kecemasan, atau bahkan
depresi akibat ketidakpastian dan ketegangan yang terjadi dalam
keluarga.

Krisis dinamika internal juga


dapat berdampak pada
kesejahteraan finansial keluarga.
Misalnya, jika krisis tersebut
terkait dengan masalah ekonomi
dalam keluarga, seperti kehilangan
pekerjaan atau penurunan
pendapatan, maka hal ini dapat
mengakibatkan kesulitan dalam
memenuhi kebutuhan dasar,
seperti makanan, pakaian, atau
tempat tinggal. Krisis finansial juga
dapat memicu konflik antar
anggota keluarga terkait dengan
pengelolaan uang atau prioritas
pengeluaran, yang dapat
memperburuk krisis dinamika Sumber : www.freepik.com
internal yang sudah ada.
4
STRATEGI KOPING DALAM KONTEKS
EKONOMI KELUARGA
Strategi koping dalam konteks ekonomi keluarga merupakan
upaya yang dilakukan oleh anggota keluarga untuk menghadapi
dan mengatasi tantangan finansial yang dihadapi oleh keluarga.
Strategi ini bertujuan untuk meminimalkan dampak negatif dari
masalah ekonomi terhadap kesejahteraan keluarga secara
keseluruhan. Salah satu strategi koping yang umum dilakukan
adalah dengan membuat anggaran keluarga yang disesuaikan
dengan pendapatan yang ada. Dengan membuat anggaran yang
terencana, keluarga dapat mengelola pengeluaran secara lebih
efisien dan mengalokasikan dana untuk kebutuhan yang paling
penting.
Strategi koping juga dapat
melibatkan upaya untuk
meningkatkan pendapatan
keluarga. Ini bisa dilakukan dengan
mencari peluang kerja tambahan,
mengembangkan keterampilan yang
dapat meningkatkan nilai pasar
anggota keluarga, atau bahkan
dengan memulai usaha kecil-
kecilan. Dengan meningkatkan
pendapatan, keluarga dapat
mengurangi tekanan finansial yang
mereka hadapi dan memperbaiki
kondisi ekonomi keluarga secara
keseluruhan.
Sumber : www.freepik.com

5
FLEKSIBILITAS DAN ADAPTASI

Sumber : www.freepik.com
Menerapkan fleksibilitas dalam menghadapi perubahan dan
adaptasi merupakan kunci penting dalam membangun ketahanan
keluarga terhadap dinamika internal yang mungkin terjadi.
Fleksibilitas dalam konteks ini mengacu pada kemampuan
keluarga untuk merespons perubahan dengan cara yang adaptif
dan positif. Hal ini melibatkan sikap terbuka terhadap
perubahan, kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan situasi
baru, dan kemauan untuk belajar dari pengalaman. Penting
untuk menerima kenyataan bahwa perubahan adalah bagian
alami dari kehidupan keluarga. Setiap keluarga akan mengalami
perubahan dalam bentuk yang berbeda-beda, baik itu perubahan
dalam struktur keluarga, status ekonomi, dinamika hubungan
antar anggota keluarga, atau perubahan lingkungan eksternal
seperti perubahan sosial atau ekonomi di masyarakat.

Dengan menerima kenyataan, keluarga dapat mempersiapkan


diri secara mental dan emosional untuk menghadapi perubahan
yang mungkin terjadi. Fleksibilitas juga melibatkan kemampuan
untuk mengidentifikasi solusi yang kreatif dan adaptif dalam
menghadapi perubahan. Ini bisa berarti mencari cara baru untuk
mengatasi masalah, mengubah pola pikir yang tidak produktif,
atau bahkan mengubah pola perilaku yang tidak efektif.
6
PEMBAGIAN TANGGUNG JAWAB

Sumber: www.parapuan.co

Membahas pentingnya pembagian tanggung jawab dalam


dinamika ekonomi keluarga dan cara mengelolanya secara adil.
Pembagian peran dan maupun pembagian tugas atau pekerjaan
rumah tangga yang adil antara suami dan istri terkadang masih
dipengaruhi oleh cara pandang masyarakat. Di indonesia kita
mengenal dua jenis pembagian peran ada yang sistem tradisional
yaitu laki-laki bekerja dan istri menjadi Ibu Rumah Tangga
melakukan pekerjaan domestik serta jenis egaliter dimana
pembagian tugas dalam peran egaliter, antara suami dan istri
bersifat lebih fleksibel.

7
Sumber: www.inc.com
Pada penerapan peran egaliter dalam keluarga tentunya
tidak terlepas dari peran suami untuk mendukung pekerjaan
istrinya. Pembagian peran yang seimbang antara suami dan istri
menjadikan peran egaliter menjadi metode yang baik untuk
diterapkan dalam keluarga modern. Walaupun pada kenyataan
ada banyak pasutri yang masih menggunakan metode patriarki
dalam keluarga, namun banyak pasutri yang telah menerapkan
metode Egaliter dalam keluarga (Reyhan, 2023).
Prinsip peran egaliter dalam membangun keluarga
berusaha untuk saling mengerti, saling berbagi peran dan selalu
berkomunikasi. Tidak ada lagi sebuah aturan sosial yang hanya
menegaskan bahwa “suami kurang cocok mengasuh anak dan
istri kurang cocok untuk bekerja”. Karena zaman yang semakin
modern membuat pemikiran manusia lebih berkembang maju.
Pembagian peran egaliter membantu menciptakan keseimbangan
antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi. Semua individu,
baik pria maupun wanita, memiliki kesempatan untuk
berkontribusi dalam pekerjaan dan merawat keluarga tanpa
adanya beban berlebih pada satu pihak.
8
PENINGKATAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

Dengan adanya pembagian peran egaliter di dalam


keluarga, tanggung jawab merawat anak dan pekerjaan rumah
tangga dapat dibagi secara adil antara pasangan. Ini dapat
menciptakan lingkungan keluarga yang lebih sehat dan
mendukung pertumbuhan anak-anak. Untuk kesejahteraan
keuangan Anda, rumus 50/30/20 ini adalah pedoman yang baik,
namun tetap perlu didukung oleh perencanaan keuangan yang
baik. Dilihat dari perspektif perencanaan keuangan jangka
panjang, patuh pada rencana keuangan sangatlah penting. Akan
tetapi, tak bisa dipungkiri bahwa penting juga mengalokasikan
sejumlah uang untuk menghabiskan waktu berkualitas bersama
orang-orang terkasih. Ini akan menciptakan kenangan yang
mengesankan pula.
Dalam bukunya yang berjudul All Your Worth: The
Ultimate Lifetime Money Plan, senator AS Elizabeth Warren
mempopulerkan rumus 50/30/20. Rumus ini membagi
pendapatan setelah pajak Anda dan mengalokasikannya ke tiga
pos. 50 persen dari pendapatan masuk ke pos pengeluaran.
Kemudian, 30 persen ke pos kebutuhan dan 20 persen ke
tabungan atau investasi. Rumus ini memang tampaknya
sederhana dan mudah diaplikasikan. Namun, dalam prakteknya
Anda bisa saja menemui sejumlah tantangan (Setiawan, 2019).

9
PERENCANAAN KEUANGAN

Sumber: www.rizensia.com

Pentingnya perencanaan keuangan dan bagaimana


merancang anggaran yang realistis untuk menuju keuangan yang
sehat. Perencanaan keuangan merupakan bagian penting dalam
mengelola keuangan pribadi dan keluarga. Tujuannya adalah
untuk mengelola pendapatan dan pengeluaran dengan bijak,
menentukan tujuan keuangan, memaksimalkan investasi atau
keuntungan dan memastikan perlindungan yang memadai
terhadap risiko. Ada beberapa langkah dalam membuat
perencanaan keuangan antara lain:
Bedakan antara kebutuhan dengan keinginan
Kebutuhan adalah keinginan manusia terhadap suatu barang
dan jasa yang harus dipenuhi guna mempertahankan
kehidupannya. Sementara keinginan adalah sesuatu hal yang
ingin kita miliki, tetapi apabila tidak berhasil
mendapatkannya maka tidak akan berpengaruh besar pada
kelangsungan hidup.
10
Hitung pendapatan
Dalam sebuah keluarga gaji ini bisa diperoleh oleh
suami dan istri yang bekerja Manajemen Keuangan Keluarga
adalah cara mengatur keuangan keluarga dengan teratur dan
cermat melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan/penilaian. Keterampilan manajemen ini sangat
penting dimiliki oleh setiap keluarga, karena cukup tidaknya
penghasilan keluarga tergantung pada bagaimana cara
mengatur ekonomi keluarga (Apriyanto & Ramli, 2020).
Setiap keluarga harus memasukkan semua pendapatan,
termasuk insentif lembur, pendapatan pasif dari investasi,
dan pekerjaan sampingan dalam perhitungan. Informasi ini
penting untuk penyaluran dana kebutuhan pokok.
Hitung pendapatan
Skala prioritas merupakan pemilihan kebutuhan
yang diurutkan sesuai dengan tingkat kebutuhan dan mana
yang harus didahulukan. Skala prioritas keuangan seseorang
atau keluarga berbeda-beda karena kebutuhannya yang
beragam. Namun dalam hal ini pembagian keuangan ke
dalam beberapa pos perlu dilihat mana yang lebih penting
dan tidak. Penulis membagi skala prioritas keuangan
menjadi empat yaitu Penting dan Mendesak, Penting tapi
Tidak Mendesak, Tidak Terlalu Penting tapi Mendesak,
Tidak Mendesak dan Tidak Terlalu Penting.
Sebagai contoh prioritas utama yaitu kebutuhan
penting dan mendesak mencakup kebutuhan pokok
(sandang, pangan, papan), pengeluaran rutin seperti biaya
listrik, air, wifi, biaya transportasi anggota keluarga,

11
biaya sekolah termasuk uang jajan anak-anak.
kebutuhan penting tapi tidak mendesak seperti tabungan
liburan, bayar pajak, membeli skincare, tabungan hewan
kurban, tabungan umroh atau haji, biaya uang pangkal
sekolah anak-anak. Selanjutnya kebutuhan tidak terlalu
penting tapi penting seperti harus menghadiri rapat di luar
keluar kota yang sebetulnya bisa dijangkau dengan mobil
pribadi namun khawatir kelelahan atau macet sehingga bisa
terlambat ke rapat dan berhubung ada tiket pesawat yang
hanya diskon hari ini jadi mengeluarkan biaya untuk hal
tersebut. Umumnya dana ini digunakan ketika waktunya
dadakan dan mendesak. Kebutuhan terakhir adalah tidak
terlalu penting dan tidak mendesak seperti jajan kopi
kekinian.
Siapkan Dana Darirat
Keynes membedakan permintaan uang untuk
pembayaran yang tidak regular atau dalam keadaan tidak
normal (darurat). Motif ini disebut dengan motif berjaga-
jaga. Dengan adanya motif berjaga-jaga maka seseorang
akan mengalokasikan pendapatan tidak hanya untuk
kebutuhan atau keinginan transaksi saat ini, namun juga
dialokasikan untuk keadaan darurat di masa akan datang
untuk pengeluaran tidak rutin atau darurat. Jika
mengalokasikan dana darurat dalam bentuk uang akan
sangat menguntungkan karena sifatnya yang likuid. Menurut
Keynes permintaan akan uang dengan tujuan berjaga-jaga
dipengaruhi oleh faktor tingkat penghasilan (Kumajas,
2021).

12
PENDIDIKAN KEUANGAN

Sumber: www.dictio.id
Pendidikan literasi keuangan menjadi penting karena
memberikan individu pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan untuk mengelola keuangan mereka dengan bijak.
Pendidikan literasi keuangan membantu mencegah masalah
keuangan di masa depan. Dengan pemahaman yang baik tentang
bagaimana mengelola uang, individu lebih cenderung membuat
keputusan keuangan yang bijak dan menghindari hutang yang
tidak perlu. Pendidikan literasi keuangan dapat meningkatkan
kemandirian finansial. Individu yang memiliki pengetahuan
tentang keuangan cenderung lebih percaya diri dalam membuat
keputusan keuangan dan mengelola uang mereka sendiri tanpa
tergantung pada bantuan eksternal.
Pendidikan literasi keuangan membantu mengurangi
stres finansial. Individu yang memiliki pengetahuan yang cukup
tentang keuangan cenderung lebih siap menghadapi tantangan
keuangan dan memiliki kemampuan untuk mengelola krisis
keuangan (Tarihoran, dkk., 2023). Literasi keuangan membantu
individu membangun pondasi keuangan yang kuat untuk masa
depan. Ini termasuk perencanaan pensiun, persiapan untuk
kebutuhan pendidikan anak-anak, dan perencanaan warisan.
13
DIVERSIVIKASI PENDAPATAN

Sumber: www.bizhare.com
Membahas strategi diversifikasi pendapatan dan
pentingnya memiliki sumber pendapatan yang beragam. Sebagai
salah satu coping keuangan yang baik, jika kita mengambil
contoh nyata dan berfikir logis realistis, semakin banyak sumber
pemasukan kemungkinan keuangan yang kita miliki meningkat.
Oleh karena itu, bentuk copingnya dengan menyusun sebuah
rencana untuk memiliki tambahan, usaha sampingan, aset tetap
yang diinvestasikan. Sehingga ketika keluarga dilanda krisis
usaha bangkrut atau pencari nafkah phk, keluarga tidak akan
kesulitan mencari sumber dana untuk menopang hidup. Tapi
sudah punya pemasukan dari usaha unggulan lainnya. Dana
tambahan tersebut nantinya dapat dialokasikan ke dana darurat.
Dana darurat memberikan perlindungan finansial yang krusial
dalam menghadapi situasi darurat atau kejadian tak terduga,
seperti kehilangan pekerjaan, kesehatan mendesak, atau
perbaikan mendadak yang memerlukan biaya tambahan.

14
Investasi yang Bijak

Sumber: https://bisnismuda.id/
Perilaku perencanaan investasi adalah tindakan penempatan
sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh
keuntungan di masa yang akan datang. Variabel perilaku
perencanaan investasi diukur dengan menggunakan skala Likert
(Sriwidodo, R. P. U., 2015: 31).
Menurut Warsono (2010) indikator-indikator variabel
perilaku perencanaan investasi sebagai berikut (Sriwidodo, R. P.
U., 2015: 31):
Mampu memperhitungkan keamanan dan risiko (keamanan
dalam suatu investasi berarti risiko kerugian minimal).
Mampu memprediksi komponen faktor risiko (komponen
faktor risiko yang berkaitan dengan investasi khusus berubah
dari waktu ke waktu).
Mampu meramalkan pendapatan investasi (pendapatan
dalam bentuk tunai dan bersifat pasti).
Dapat memahami pertumbuhan investasi (peningkatan
dalam nilai)
Dapat menganalisis tingkat likuiditas (tinggi atau rendah).
15
Pentingnya Komunikasi Terbuka

Menurut pendapat Nurul Hartini (2021) selain


mempermudah seseorang dalam menyampaikan informasi,
komunikasi ternyata menjadi salah satu indikator kesehatan
mental dalam keluarga. “Karena berbagai macam persoalan
dalam keluarga biasanya disebabkan karena adanya komunikasi
yang kurang efektif (Agnes Ikandani, 2021).

Berikut adalah cara


melakukan komunikasi
terbuka di dalam
keluarga:
*Jadwalkan Pertemuan
Rutin
Buatlah jadwal
khusus untuk
mendiskusi keuangan
keluarga secara
Sumber: https://www.qoala.app/id/
berkala.
Tetapkan pertemuan perbulan atau per trimester untuk
mengevaluasi anggaran, perencanaan keuangan, dan
pencapaian tujuan.
*Buat Anggaran Bersama
Libatkan semua anggota keluarga dalam proses perencanaan
anggaran.
Lakukan diskusikan prioritas bersama dan menentukan
alokasi dana untuk kebutuhan utama.
16
Pentingnya Komunikasi Terbuka

*Pemahaman Bersama
Usahakan agar anggota keluarga memahami keadaan
keuangan keluarga.
Jelaskan pada anggota keluarga tentang pendapatan,
pengeluaran, dan rencana keuangan jangka panjang.
*Tentukan Tujuan Bersama
Buat Identifikasi tujuan keuangan jangka pendek dan jangka
panjang yang diinginkan oleh setiap anggota keluarga.
Diskusikan bersama keluarga tentang langkah-langkah
konkret untuk mencapai tujuan tersebut.
*Transparansi Finansial
Buatlah keuangan keluarga dapat diakses oleh semua
anggota.
Gunakan aplikasi keuangan bersama untuk memantau
transaksi dan memperbarui informasi secara rutin.
*Edukasi Keuangan
Luangkan waktu untuk berbagi pengetahuan keuangan
dengan anggota keluarga.
Lakukan diskusikan konsep seperti investasi, tabungan, dan
manajemen utang bersama keluarga.

17
Pentingnya Komunikasi Terbuka

Sumber: https://wol.jw.org/id/wol/d/r25/lp-in/2019401

*Bahas Masalah dengan Terbuka


Beri kesempatan anggota keluarga untuk berbicara terbuka
tentang masalah keuangan.
Hindari saling menyalahkan dan fokus pada pencarian solusi
bersama.
*Buat Keputusan Bersama
Apabila ada keputusan besar yang mempengaruhi keuangan
keluarga, diskusikan dan buat keputusan bersama-sama.
Lakukan diskusi dengan kepala dingin.

18
Manajemen Konflik dan Pengambilan Keputusan
Manajemen adalah proses pemanfaatan sejumlah sumber
daya organisasi untuk mencapai tujuan tertentu melalui proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian.
Dalam mengelola manajemen keluarga, yang bertindak sebagai
manajer biasanya adalah ibu rumah tangga. Agar dapat
mengelola keuangan keluarga secara professional, keluarga perlu
mengetahui beberapa konsep utama tentang manajemen
keuangan keluarga. Ada dua konsep utama tentang manajemen
keuangan keluarga yang wajib diketahui oleh keluarga yaitu
tentang Neraca dan Rugi/Laba serta Manajemen Cashflow/Arus
Kas. Cashflow atau arus kas adalah aliran uang yang mengalir
mulai dari kita mendapatkan uang tersebut, menyimpannya,
mengembangkannya, dan mengeluarkannya dengan secara
teratur, bijak dan disiplin. Pengetahuan akan cashflow wajib
diketahui agar keuangan keluarga kita tidak akan kacau balau
dan terpantau. Ada sebuah ungkapan yang cukup menarik
“tidak peduli keuangan Anda sedang defisit, yang penting Anda
tahu kemana mengalirnya uang tersebut” (Sri Endah dkk, 2023).
Manajemen konflik yang sehat sangat penting dalam
konteks keuangan keluarga karena perbedaan pendapat tentang
uang dapat menyebabkan tegang dan konflik yang merugikan
hubungan keluarga. Berikut adalah beberapa alasan mengapa
manajemen konflik yang sehat diperlukan:
1. Mencegah Ketegangan Hubungan
2. Menciptakan Lingkungan yang Stabil
3. Meningkatkan Kesejahteraan Emosional
4. Mendorong Kolaborasi
19
Manajemen Konflik dan Pengambilan Keputusan

Sumber: https://www.konteks.co.id/lifestyle/

Berikut cara mengatasi perbedaan pendapat dalam konteks


keuangan keluarga:
Komunikasi Terbuka: Buka dialog terbuka untuk
membicarakan keuangan keluarga. Dengarkan dengan
seksama dan hindari menyalahkan satu sama lain. Dorong
komunikasi yang jujur dan terbuka.
Rencana Keuangan Bersama: Buatlah rencana keuangan
bersama yang mencakup tujuan dan nilai-nilai keluarga. Hal
ini dapat membantu mengurangi perbedaan pendapat dengan
menciptakan panduan yang jelas.
Pendidikan Keuangan: Tingkatkan pemahaman bersama
tentang keuangan dengan membaca buku tentang keuangan
keluarga bersama. Semakin tinggi pemahaman, semakin
mudah bagi anggota keluarga untuk merencanakan dan
mengelola keuangan.
20
Manajemen Konflik dan Pengambilan Keputusan

Bertanggung Jawab Bersama: Setiap anggota keluarga harus


merasa memiliki peran dan tanggung jawabnya sendiri.
Seperti anak bertanggung jawab mengatur uang jajannya
untuk cukup sesuai dengan yang diberi orang tua. Begitu
juga ibu yang mengatur keuangan dapur dan lain-lain.
Kompromi yang Sehat: Terimalah bahwa perbedaan
pendapat mungkin selalu ada, dan carilah kompromi yang
sehat. Temukan solusi yang memenuhi kebutuhan semua
pihak tanpa mengorbankan keuangan keluarga secara
keseluruhan.
Konsultasi Profesional: Jika diperlukan, pertimbangkan
untuk berkonsultasi dengan seorang penasihat keuangan
atau konselor keluarga yang dapat memberikan pandangan
objektif dan membantu merancang solusi.

21
Kesimpulan
Dinamika keluarga adalah proses dimana keluarga
melakukan aktivitas, mengambil keputusan, mendukung
anggota keluarga, dan mengatasi perubahan dan tantangan
sehari-hari.
Dalam keluarga perlu diperhatikannya Fleksibilitas dan
Adaptasi, Pembagian Tanggung Jawab, Perencanaan
Keuangan, Pendidikan Keuangan, Diversifikasi Pendapatan,
Pemanfaatan Dana Darurat, Investasi yang Bijak, Pentingnya
Komunikasi Terbuka, dan Manajemen Konflik dan
Pengambilan Keputusan agar keluarga dapat membangun
fondasi yang kuat untuk mengatasi krisis dinamika internal
keluarga, memastikan kestabilan ekonomi jangka panjang, dan
meningkatkan kesejahteraan keluarga secara keseluruhan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Agnes Ikandani. (2021). Membangun Komunikasi yang Efektif


dalam Keluarga.
https://news.unair.ac.id/2021/12/09/membangun-komunikasi-
yang-efektif-dalam-keluarga/?lang=id. Diakses pada tanggal 25
Desember 2023.

Apriyanto, M., & Ramli, M. (2020). Manajemen Keuangan


Untuk Meningkatkan Perekonomian Keluarga Di Masa
Pandemi Covid-19. Selodang Mayang: Jurnal Ilmiah Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Indragiri Hilir,
6(3), 145-152.

Herawati, T., Tyas, F. P. S., & Trijayanti, L. (2017). Tekanan


ekonomi, strategi koping, dan ketahanan keluarga yang menikah
usia muda. Jurnal Ilmu Keluarga & Konsumen, 10(3), 181-191.

Karmeli, E. (2008). Krisis Ekonomi Indonesia. Journal of


Indonesian Applied Economics, 2(2).

Kumajas, L. I., & Wuryaningrat, N. F. (2021). Dana darurat di


masa pandemi Covid-19. Modus, 33(1), 1-17.

Maryam, S. (2017). Strategi coping: Teori dan sumberdayanya.


Jurnal konseling andi matappa, 1(2), 101-107.

Nasution, A. P., & Pristiyono, P. (2019). Antisipasi Ketahanan


Ekonomi Keluarga Di Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
ECOBISMA (Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Manajemen), 6(1), 90-
97.
III
DAFTAR PUSTAKA

Reyhan, R. S. (2023). TINJAUAN HUKUM ISLAM


TERHADAP PASANGAN SUAMI ISTRI YANG
MENERAPKAN PERAN EGALITER DALAM
BERKELUARGA (Studi pada Keluarga di Kelurahan Way
Mengaku, Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten Lampung Barat)
(Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).

Setiawan, S. R. D. (2019). Atur Keuangan, Jangan Lupa Rumus


50/30/20. Kompas.com.
https://money.kompas.com/read/2019/12/10/114201226/atur-
keuangan-jangan-lupa-rumus-50-30-20 . Diakses Pada 27
Desember 2023.

Sri Endah dkk. (2023). Pentingnya pengelolaan dan manajemen


keuangan dalam keluarga.
https://www.researchgate.net/publication/375922225_Pentingnya
_pengelolaan_dan_manajemen_keuangan_dalam_keluarga.
Diakses pada tanggal 25 Desember 2023.

Sriwidodo, R. P. U. (2015). Pengaruh pengetahuan keuangan dan


pengalaman keuangan terhadap perilaku perencanaan investasi
dengan self control sebagai variabel moderating. Jurnal Ekonomi
dan kewirausahaan, 15(1).

Sugiharto, A., Hartoyo, H., & Muflikhati, I. (2016). Strategi


nafkah dan kesejahteraan keluarga pada keluarga petani tadah
hujan. Jurnal Ilmu Keluarga & Konsumen, 9(1), 33-42.

IV
DAFTAR PUSTAKA

Tarihoran, H. D., Rahayu, C. S., Fadlia, I. N., & Pandin, M. Y.


R. (2023). Peranan Finansial Teknologi, Perilaku Keuangan
Terhadap Ketahanan Keuangan Mahasiswa Fakultas Ekonomi
Dan Bisnis UNTAG Surabaya. JURNAL RISET
MANAJEMEN DAN EKONOMI (JRIME), 1(3), 268-281.

Anda mungkin juga menyukai