Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS BERITA

“PEMBUNUHAN JURNALIS AL JAZEERA”

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :

AZRA AURELIA
NPM : 2106200479

Dosen Pengampu : Qorry Ulfah Lasia, S.H.,M.Kn.

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADDIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
Berita
Pembunuhan Jurnalis Al Jazeera Shireen Abu Akleh Langgar Hukum
Internasional

12 Mei 2022, 16:40 WIB

Liputan6.com, Tepi Barat - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)


menegaskan bahwa pembunuhan jurnalis senior Shireen Abu Akleh di Tepi Barat
merupakan bentuk dari pelanggaran hukum internasional. Shireen terkena
tembakan ketika sedang meliput bentrokan.
Kepala UNESCO Audrey Azoulay secara terbuka memberikan pernyataan yang
mengecam kematian jurnalis Shireen yang sedang meliput peristiwa. Ia juga
menyebut bahwa Shireen sudah jelas memakai jaket bertuliskan "pers".
"Pembunuhan seorang pekerja pers yang sudah jelas teridentifikasi di sebuah area
konflik adalah sebuah pelanggaran hukum internasional. Saya menyerukan kepada
otoritas-otorias relevan untuk menginvestigasi kejahatan ini dan menyerat orang-
orang yang bertanggung jawab kepada keadilan," tulis Azoulay seperti dilansir
situs UN, Kamis (12/5/2022).
UNESCO juga merupakan lembaga yang memperingati Hari Kebebasan Pers
Dunia. Azouley juga berkata UNESCO terus bekerja untuk meningkatkan
kesadaran mengenai pentingnya melindungi jurnalis.
Pejabat PBB lain yang bertugas di Timur Tengah juga memberikan pernyataan
mengecam aksi pembunuhan Shireen Abu Akleh.
"Saya menyerukan adanya investigasi yang cepat dan menyeluruh dan agar orang-
orang yang bertanggung jawab agar diminta pertanggung jawaban," ujar Tor
Wennesland, Kordinator Khusus PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah.
Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia turut menyampaikan
protes mereka terhadap pembunuhan jurnalis Al Jazeera Shireen Abu Akleh, serta
jangan sampai ada pihak yang kebal hukum.
"Kami menuntut investigasi yang independen serta transparan terhadap
pembunuhannya. Kekebalan harus berakhir," tulis pernyataan Kantor Komisaris
Tinggi PBB untuk HAM.

Analisis
PBB hari Jumat (24/6/2022) mengumumkan hasil penyelidikan bahwa
tembakan yang menewaskan jurnalis TV Al Jazeera Shireen Abu Akleh pada 11
Mei itu ditembakkan pasukan Israel, seperti laporan France24, Jumat,
(24/6/2022)
Wartawan Palestina-Amerika, yang mengenakan rompi bertanda "Wartawan"
lengkap dengan helm, tewas pada 11 Mei saat meliput operasi tentara Israel di
kamp Jenin di Tepi Barat bagian utara.
"Kami menemukan tembakan yang membunuh Abu Akleh berasal dari pasukan
keamanan Israel," kata juru bicara Kantor Hak Asasi Manusia PBB Ravina
Shamdasani kepada wartawan di Jenewa, Jumat, (24/6/2022)
"Sangat mengganggu bahwa pihak berwenang Israel tidak melakukan
penyelidikan kriminal," kata Shamdasani.
"Kami di Kantor Hak Asasi Manusia PBB menyimpulkan pemantauan
independen kami atas insiden tersebut.
"Tembakan yang menewaskan Abu Akleh dan melukai rekannya Ali Sammoudi
berasal dari pasukan keamanan Israel dan bukan dari tembakan sembarangan oleh
warga Palestina bersenjata, seperti yang awalnya diklaim oleh otoritas Israel,"
katanya.
Dia menambahkan informasi itu berasal dari militer Israel dan jaksa agung
Palestina, "Kami tidak menemukan informasi yang menunjukkan bahwa ada
aktivitas oleh warga Palestina bersenjata di sekitar wartawan," kata Shamdasani.
peringatan diadakan untuk jurnalis yang terbunuh Shireen Abu Akleh
Sejalan dengan metodologi pemantauan hak asasi manusianya, kantor hak asasi
PBB memeriksa materi foto, video dan audio, mengunjungi tempat kejadian,
berkonsultasi dengan para ahli, meninjau komunikasi resmi dan mewawancarai
saksi.
Temuan menunjukkan bahwa tujuh wartawan tiba di pintu masuk barat kamp
pengungsi Jenin segera setelah pukul 06:00.
Sekitar pukul 6:30 pagi, ketika empat wartawan berbelok ke jalan tertentu,
"beberapa peluru yang tampaknya ditujukan dengan baik ditembakkan ke arah
mereka dari arah pasukan keamanan Israel.
"Satu peluru melukai Ali Sammoudi di bahu; satu peluru lagi mengenai kepala
Abu Akleh dan membunuhnya seketika."
Kepala HAM PBB Michelle Bachelet mendesak Israel untuk membuka
penyelidikan kriminal atas pembunuhan Abu Akleh dan semua pembunuhan
lainnya oleh pasukan Israel di Tepi Barat dan dalam konteks operasi penegakan
hukum di Gaza.
"Doa dan simpati saya juga untuk Jurnalis Ali Al-Samoudi yang terkena
tembakan di punggung. Sebagai mantan jurnalis yang pernah meliput di wilayah
konflik bersenjata, saya merasakan kehilangan sosok wartawan yang amat
dihormati karena telah meliput di tanah pendudukan palestina sejak awal Intifada
Palestina kedua pada tahun 2000," ujar Meutya dalam keterangannya, Kamis
(12/5/2022).

Meutya mengutuk keras pembunuhan wartawan yang sedang bertugas di wilayah


pendudukan Palestina tersebut.

"Ini adalah sebuah tindakan pembunuhan brutal yang dilakukan tentara Israel dan
tidak dapat dibenarkan oleh dalih apa pun karena Shihreen bertugas dengan
mengenakan rompi bertuliskan pers," kata dia.

Politikus Partai Golkar itu mengingatkan, dalam ketentuan hukum humaniter


internasional, jurnalis/wartawan yang berada di situasi konflik bersenjata harus
mendapatkan perlindungan dari kedua belah pihak yang bertikai.

"Saya berpendapat bahwa penembakan terhadap Wartawan Shireen Abu Akleh


oleh pasukan Israel termasuk dalam pelanggaran berat menurut Konvensi Jenewa
1949. Konvensi Jenewa tentang Hukum humaniter internasional mengatur tentang
perlindungan terhadap wartawan baik sebagai warga sipil maupun sebagai
wartawan," terang Meutya.

Anda mungkin juga menyukai