Anda di halaman 1dari 2

Merdeka belajar adalah memberi kebebasan dan otonomi kepada lembaga pendidikan, juga

merdeka dari birokratisasi. Dosen dibebaskan dari birokrasi vang berbelit dan mahasiswa diberikan
kebebasan untuk memilih bidang yang mereka sukai. Menurut Nadiem Makarim Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Merdeka Belajar – Kampus Merdeka merupakan kebijakan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, yang bertujuan mendorong mahasiswa untuk menguasai berbagai
keilmuan yang berguna untuk memasuki dunia kerja. Kampus Merdeka memberikan kesempatan
bagi mahasiswa untuk memilih mata kuliah yang akan mereka ambil. Adanya konsep belajar
merdeka tentunya bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada mahasiswa untuk belajar di luar
kampus. Konsep tersebut terus dikembangkan oleh kemendikbud sebagai upaya untuk
mendapatkan calon pemimpin masa depan yang berkualitas.

Sumber: https://sevima.com/apa-itu-merdeka-belajar-kampus-merdeka/.

Berdasarkan wacana di atas, silakan ungkapkan pendapat Anda dan diskusikan bersama teman-
teman di ruang ini. Sertakan teori dan sumber-sumber pendukung yang memperkuat pendapat
Anda.

Jawab:

Program ini dilatarbelakangi oleh keluhan dari penyedia kerja, bahwa lulusan perguruan tinggi
banyak yang tidak kompatibel dengan dunia kerja yang berorientasi industri, di samping sebagai
bentuk antisipasi masa depan yang berubah dengan cepat di abad teknologi ini. Untuk itu program
Kampus Merdeka diharapkan mewujudkan perguruan tinggi yang otonom dan fleksibel, yang
ditandai dengan: kemudahan pembukaan program studi baru, perubahan sistem akreditasi
perguruan tinggi, kemudahan perguruan tinggi negeri menjadi PTN berbadan hukum, dan hak
belajar tiga semester di luar program studi. Sedangkan program Merdeka Belajar hadir dengan
pembolehan mahasiswa untuk mengambil tiga semester dari seluruh masa kuliahnya untuk
mempelajari mata kuliah yang disukainya, di samping pembelajaran di luar perguruan tinggi berupa
magang/praktik kerja di Industri atau tempat kerja lainnya, melaksanakan proyek pengabdian
kepada masyarakat di desa, mengajar di satuan pendidikan, mengikuti pertukaran
mahasiswa, melakukan penelitian, melakukan kegiatan kewirausahaan, membuat studi/proyek
independen, dan mengikuti program kemanusiaan.

Kreativitas dan inovasi menjadi kata kunci penting untuk memastikan pembangunan Indonesia yang
berkelanjutan, dan pembelajaran multidisipliner adalah salah satu jawabannya. Program Merdeka
Belajar memfasilitasi mahasiswa untuk membuka cakrawala keilmuan di luar jurusan/prodi yang
sedang digelutinya, dari kebijakan ini diharapkan kreativitas dan inovasi mahasiswa dapat lebih ter-
asah. Selain itu program belajar di luar perguruan tinggi membuat mahasiswa dapat lebih terpapar
dengan lingkungan kerja dan lingkungan masyarakat nantinya, sehingga setelah lulus nanti tidak ada
lagi kesalahan link and match bagi fresh graduate terhadap bidang kerja yang digelutinya.

Program Kampus Merdeka melengkapi program Merdeka Belajar. Kemudahan dalam sistem
akreditasi akan meningkatkan pamor perguruan tinggi, diharapkan begitu pula dengan kualitasnya.
Pembukaan program studi baru yang sesuai dengan kebutuhan kerja dan tuntutan zaman semakin
mengurangi kesalahan link and match terhadap dunia kerja. Serta penetapan perguruan tinggi
menjadi berstatus badan hukum akan memudahkan perguruan tinggi dalam mengelola keuangannya
sendiri, termasuk dalam mendapatkan sponsor dalam pengelolaan hariannya.
Sebagaimana segala sesuatu mengandung baik dan buruk, begitu pula kebijakan kementiran
pendidikan dan kebudayaan ini, pastilah mengandung baik dan buruk juga. Di balik beragam
kebaikan yang saya jelaskan di atas, berbagai keburukan (tentu ini masih kekhawatiran semata) juga
berpotensi terjadi dari berbagai program tersebut. Program Merdeka Belajar yang mengambil jatah
tiga semester mahasiswa di luar jurusan/prodi yang sedang diambilnya, dapat dipertanyakan,
apakah tidak mengganggu pendalaman materi yang sedang dikaji oleh mahasiswa tersebut selama
ini, sehingga akan mencetak sarjana dengan ilmu yang dangkal, atau ilmu yang tidak begitu
sempurna di bidangnya? Kemudian kemudahan akreditasi dan pembukaan program studi baru,
apakah tidak terkesan terburu-buru dan menggampangkan, yang dapat berdampak pada penurunan
kualitas perguruan tinggi? Lebih jauh, perubahan status perguruan tinggi menjadi berbadan hukum,
yang dengannya dapat leluasa mendapatkan sponsor dari pihak industri, apakah tidak akan
menurunkan idealisme perguruan tinggi sebagai lembaga yang netral terhadap ilmu pengetahuan?
Pertanyaan-pertanyaan ini, meski masih berupa dugaan, patut dipikirkan jawabannya, yang
kemudian diterapkan untuk meminimalisir dampak yang tidak diinginkan dari kebijakan-kebijakan
baru tersebut.

Sumber:

- Dewobroto, Wisnu. 1/12/2020. Dosen Penggerak “Merdeka Belajar-Kampus Merdeka”,


Sudahkah “Move On”?.
https://www.kompas.com/edu/read/2020/12/01/143948771/dosen-penggerak-merdeka-
belajar-kampus-merdeka-sudahkah-move-on?page=all. Diakses 2/5/2021
- Nizam. 2020. Buku Panduan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
http://dikti.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2020/04/Buku-Panduan-Merdeka-
Belajar-Kampus-Merdeka-2020. Diakses 2/5/2021
- Nizam. Sambutan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi.
https://kampusmerdeka.kemdikbud.go.id/about. Diakses 2/5/2021
- Sevima. 9/9/2020. Apa itu Merdeka Belajar dan Kampus Medeka?. https://sevima.com/apa-
itu-merdeka-belajar-kampus-merdeka/. Diakses 2/5/2021

Anda mungkin juga menyukai