Anda di halaman 1dari 5

PERTEMUAN 7

ANGGARAN LABA RUGI

Penyusunan anggaran laba rugi bertujuan memberikan informasi kepada pihak manajemen tentang
perkiraan laba atau rugi bersih yang akan ditanggung oleh perusahaan dalam satu periode anggaran. Informasi-
informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan anggaran laba rugi diperoleh dari anggaran-anggaran yang telah
disusun sebelumnya.

Di bawah ini adalah sumber-sumber informasi yang dibutuhkan dalam menyusun anggaran laba rugi.

1. Anggaran Penjualan, menyediakan informasi tentang perkiraan nilai penjualan dalam satu periode
anggaran.
2. Anggaran Produksi, menyediakan informasi tentang nilai persediaan awal dan akhir barang jadi yang
akan digunakan dalam perhitungan beban pokok penjualan di anggaran laba rugi
3. Anggaran Biaya Produksi, menyediakan informasi tentang biaya produksi dalam satu periode
anggaran. Biaya produksi barang jadi meliputi biaya pemakaian bahan baku langsung, biaya tenaga
kerja langsung dan biaya overhead produksi. Informasi ini diperlukan untuk menghitung beban pokok
penjualan dalam anggaran laba-rugi.
4. Anggararan Beban Operasi, meyediakan informasi tentang perkiraan nilai beban penjualan dan
administrasi perusahaan.
5. Tarif pajak penghasilan badan, tarif pajak penghasilan badan diperlukan untuk menentukan beban
pajak penghasilan yang harus ditanggung oleh perusahaan dalam satu periode anggaran
6. Anggaran kas, menyediakan informasi tentang beban bunga, pendapatan bunga dan beban piutang
tidak tertagih.

Anggaran Laba Rugi Perusahaan Manufaktur


Anggaran laba rugi untuk perusahaan manufaktur tidak banyak berbeda dengan anggaran laba rugi untuk
perusahaan dagang atau jasa. Perbedaannya terletak pada penentuan beban pokok penjualan yang sedikit lebih
rumit pada perusahaan manufaktur dibandingkan dengan perusahaan jasa atau dagang.
Berikut ini adalah contoh format anggaran laba rugi untuk perusahaan manufaktur.

PT CITRA SARI
ANGGARAN LABA RUGI
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR PADA 31 MEI 2008

Penjualan 2.000.000*
Beban Pokok Penjualan
Saldo awal persediaan barang jadi 200.000**
Biaya produksi :
Bahan baku yang digunakan 500.000***
Tenaga kerja langsung 400.000****
Biaya overhead produksi 500.000*****
Persediaan barang jadi tersedia untuk dijual 1.600.000
Dikurangi : Persediaan akhir barang jadi 400.000******

1
Beban pokok penjualan 1.200.000
Laba kotor yang dianggarkan (laba operasi) 800.000
Beban Operasi
Beban penjualan 200.000*******
Beban administrasi 100.000
Beban operasi 300.000
Laba operasi yang dianggarkan (EBIT) 500.000
Pendapatan dan beban lain-lain
Beban bunga 100.000 100.000
Laba sebelum pajak penghasilan (EBT) 400.000
Perkiraan beban pajak penghasilan 160.000
Laba berih yang dianggarkan (EAT) 240.000

Keterangan:
* Dari nilai penjualan dalam anggaran penjualan
** Dari anggaran produksi
*** Dari anggaran pemakaian bahan baku
**** Dari anggaran tenaga kerj langsung
***** Dari anggaran biaya overhead produksi
****** Dari anggaran produksi untuk kuantitasnya dan dikalikan dengan biaya produksi per unitnya
******* Dari anggaran beban operasi

Menghitung Nilai Persediaan Akhir Barang Jadi

Salah satu informasi yang disajikan dalam anggaran produksi adalah kuantitas persediaan barang jadi
yang akan dipegang di akhir periode atau yang dikenal sebagai persediaan akhir barang jadi. Perhitungannya
memerlukan informasi tentang asumsi arus biaya persediaan ( cost flow assumption ) yang digunakan oleh
perusahaan.

Dua asumsi arus biaya persediaan yang dibahas adalah :

1. FIFO ( first in, first out )


2. Average
Metode FIFO mengasumsikan bahwa biaya persediaan barang jadi yang diproduksi pertama kali
dalam satu periode akan menjadi beban pokok penjualan untuk barang jadi yang dijual pertama dalam periode
yang sama.
Jika perusahaan menggunakan metode FIFO maka biaya persediaan akhir barang jadinya berasal dari
persediaan barang jadi yang terakhir dibuat dalam suatu periode.
Metode Average mengasumsikan bahwa biaya persediaan akhir barang jadi adalah biaya rata-rata yang
diperoleh dari biaya produksi yang dikeluarkan dalam suatu periode dan persediaan barang jadi awal yang sudah
tersedia di awal periode.
Berikut ini adalah ilustrasi yang menyajikan perbedaan cara perhitungan biaya persediaan akhir barang
jadi dengan menggunakan metode FIFO dan average

Contoh 7.1
Anggaran Produksi PT ABC untuk bulan Juli 2008

Penjualan ( unit ) 1.600


Ditambah : Persediaan akhir barang jadi ( unit ) 400
Total barang jadi yang dibutuhkan ( unit ) 2.000
Dikurangi : Persediaan awal barang jadi ( unit ) 200
Jumlah barang jadi yang akan diproduksi 1.800

 Total biaya persediaan barang jadi pada 1 Juli 2008 adalah Rp 40.000.000 atau

2
Rp 200.000 per unit.
 Biaya produksi per unit untuk setiap barang jadi yang diproduksi di bulan Juli 2008 adalah Rp 220.000.
Berdasarkan anggaran produksi dan informasi tentang biaya persediaan per unit PT ABC, hitunglah
biaya persediaan akhir barang jadi dengan menggunakan metode arus biaya :
1. FIFO
2. Average

Metode FIFO

Langkah 1

Jika menggunakan metode FIFO, maka pesediaan akhir barang jadi berasal dari biaya barang jadi yang terakhir
dibuat pada suatu periode. Pada contoh PT ABC, biaya poduksi per unit barang jadi adalah untk bulan Juli
sebesar Rp 220.000, sehingga setiap unit barang jadi yang ada diakhir bulan Juli 2008 akan memiliki biaya per
unit sebesar Rp 220.000

Langkah 2

Dari anggaran produksi diketahui bahwa jumlah persediaan barang jadi (unit) adalah 400 unit. Jadi total biaya
persediaan akhir barang jadi adalah Rp 88.000.000 yang diperoleh dengan mengalikan persediaan barang jadi
( 400 unit ) dengan biaya produksi per unit ( Rp 220.000 ).

Metode AVERAGE

Langkah 1

Menghitung total biaya produksi untuk bulan Juli dan total biaya persediaan awal barang jadi. Biaya produksi
bulan Juli diperoleh dengan mengalikannya ( Rp 220.000 x 1.800 unit ) = Rp 396.000.000. Nilai keseluruhan
persediaan barang jadi awal adalah perkalian biaya produksi nya dan persediaan barang jadi awal ( Rp 200.000
x 200 unit ) = Rp 40.000.000

Langkah 2

Tambahkan jumlah unit barang jadi yang diproduksi bulan Juli ( 1.800 unit ) dengan jumlah unit persediaan
awal barang jadi ( 200 unit ). Kemudian, jumlahkan juga biaya produksi bulan Juli (Rp 396.000.000) dengan
total biaya persediaan awal barang jadi (Rp 40.000.000) untuk memperoleh total biaya persediaan barang jadi
yang tersedia untuk dijual di bulan Juli.

Unit Biaya
Produksi bulan Juli 1.800 Rp 396.000.000
Persediaan barang jadi awal 200 Rp 40.000.000
Persediaan barang jadi tersedia untuk dijual 2.000 Rp 436.000.000

Langkah 3

Hitunglah biaya per unit persediaan barang jadi yang tersedia untuk dijual dengan cara membagi total biaya
persediaan barang tersedia untuk dijual dengan jumlah unit persediaan akhir tersedia untuk dijual, dalam contoh
Rp 436.000.000 : 2.000 unit = Rp 218.000. Biaya per unit persediaan barang jadi yang tersedia untuk dijual
akan menjadi biaya per unit untuk persediaan akhir barang jadi.

Langkah 4

3
Nilai akhir persediaan barang jadi diperoleh dengan mengalikan jumlah persediaan akhir barang jadi dengan
biaya per unit persediaan barang jadi tersedia untuk dijual, yakni Rp 218.000 x 400 unit = Rp 87.200.000.

MENYUSUN ANGGARAN LABA RUGI

Contoh 7.2
Berikut ini adalah informasi yang dibutuhkan oleh PT Abadi Raya untuk menyusun anggaran laba rugi
bulan Oktober 2008.
1. Anggaran produksi bulan Oktober 2008 menyajikan informasi berikut.
Penjualan dalam unit 6.000
Ditambah : Persediaan akhir barang jadi 1.800
Total barang jadi yang dibutuhkan 7.800
Dikurangi : Persediaan awal barang jadi 1.400
Jumlah barang jadi yang akan diproduksi 6.400

2. Harga jual barang jadi per unit selama bulan Oktober 2008 diperkirakan sebesar Rp 100.000
3. Perusahaan menggunakan metode rata-rata ( average ) dalam menghitung biaya persediaan dan beban
pokok penjualan.
4. Total biaya persediaan barang jadi per 1 Oktober sebesar Rp 84.000.000
5. Biaya produksi selama bulan Oktober diperkirakan sebesar Rp 391.800.000
6. Pajak penghasilan diperkirakan sebesar 30%
7. Beban penjualan untuk bulan Oktober diperkirakan sebesar Rp 40.000.000
8. Beban umum dan administrasi untuk bulan Oktober diperkirakan sebesar Rp 25.000.000
9. Beban bunga bulan Oktober diperkirakan sebesar Rp 26.000.000

Penyelesaian :
1. Buat format anggaran laba-rugi PT Abadi Jaya
2. Masukkan perkiraan penjualan dengan mengalikan jumlah barang jadi yang akan dijual dengan harga
jual per unitnya ( 6.000 unit x Rp 100.000 = Rp 600.000.000 )
3. Masukkan data-data yang ada pada soal pada format laporan
4. Hitung nilai persediaan akhir barang jadi setelah itu hasilnya dimasukkan dalam format laporan.
Perhitungannya sebagai berikut :

Unit Biaya ( Rp)


Produksi bulan Oktober 6.400 391.800.000
Persediaan barang jadi awal 1.400 84.000.000
Persediaan barang jadi tersedia untuk dijual 7.800 475.800.000

 Biaya rata-rata persediaan barang jadi tersedia utk dijual = Rp 475.800.000 : 7.800 unit = Rp
61.000

4
 Biaya rata-rata persediaan barang jadi akhir = 1.800 x Rp 61.000 = Rp 109.800.000
5. Hitung beban pokok penjualan, laba kotor, laba operasi, pendapatan ( beban) lain-lain dan laba sebelum
pajak penghasilan
6. Hitung perkiraan pajak penghasilan dengan cara mengalikan laba sebelum pajak pengahasilan
dengantarif pajak penghasilan badan ( 30%)
7. aba bersih diperoleh dengan mengurangkan laba sebelum pajak penghasilan dengan perkiraan beban
pajak penghasilan.

PT Abadi Raya
Anggaran Laba-Rugi
Untuk Periode yang Berakhir pada 31 Oktober 2008

Penjualan
Beban pokok penjualan
Saldo awal barang jadi
Biaya produksi
Persediaan barang jadi tersedia untuk dijual
Dikurangi : Persediaan akhir barang jadi
Beban pokok penjualan
Laba kotor yang dianggarkan
Beban operasi
Beban penjualan
Beban administrasi
Beban operasi
Laba operasi sblm bunga dan pajak (EBIT)
Pendapatan dan beban lain-lain
Beban bunga
Laba sebelum pajak penghasilan (EBT)
Perkiraan beban pajak penghasilan
Laba bersih yang dianggarkan ( EAT)

Anda mungkin juga menyukai