1. Jelaskan klasifikasi kelenjar saliva berdasarkan ukuran dan tipe sekresi dan kontribusinya!
Jawaban:
Kelenjar saliva merupakan suatu kelenjar eksokrin yang berperan penting dalam mempertahankan
kesehatan jaringan mulut.
Menurut struktur anatomis dan letaknya, kelenjar saliva dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu
kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor.
Kelenjar saliva terbanyak dan ditemui berpasang–pasangan yang terletak di ekstraoral dan
memiliki duktus yang sangat panjang
Terletak agak jauh dari rongga mulut dan sekretnya disalurkan melalui duktusnya kedalam
rongga mulut
Kelenjar saliva yang berukuran kecil dan tersebar diseluruh epitel bawah rongga mulut
Kelenjar ini terdiri dari beberapa unit sekresi kecil dan melewati duktus pendek yang
berhubungan langsung dengan rongga mulut
Tidak memiliki kapsul yang jelas seperti kelenjar saliva mayor, kelenjar saliva minor secara
keseluruhan menghasilkan sekret yang mucous, kecuali kelenjar lingual tipe Van Ebner
Saliva yang dihasilkan mempunyai pH antara 6,0-7,4 sangat membantu didalam pencernaan
ptyalin
Jawaban:
Mulut kering atau xerostomia, telah dilaporkan terjadi pada penderita diabetes mellitus. Aliran saliva
dapat dipengaruhi oleh beberapa kondisi termasuk penggunaan obat-obatan yang diresepkan, penuaan,
dan ditentukan oleh derajat neuropati serta sensasi subjektif kekeringan rongga mulut bersamaan
dengan rasa haus. Sekresi saliva dikontrol oleh sistem saraf otonom dan neuropati otonom pada DM
tipe II bisa mempengaruhi fungsi kelenjar saliva, namun dalam beberapa studi literatur mengatakan
bahwa xerostomia pada DM dikarenakan gejala klasik DM yaitu poliuri yang mengakibatkan dehidrasi.
Sumber : Sari RK, Widiajmoko A. Pengaruh Komplikasi Neuropati Terhadap Xerostomia Pada Penderita
Diabetes Mellitus Tipe II. IDJ 2012. Vol. 1(2). Hal 20-6.
Jawaban:
4. Jelaskan interpretasi saliva pemeriksaan laboratorium pada kasus diatas!
Jawaban:
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk kelainan saliva pada kasus adalah pengukuran
salivary flow rates. Salivary flow rates ini biasanya diukur minimal 5 menit 2 jam setelah makan.
Penurunan salivary flow rates atau hiposalivasi biasanya berkolerasi dengan xerostomia, tetapi tidak
selalu. Pasien yang mengeluh adanya xerostomia tidak selalu disebabkan oleh hiposalivasi. Normalnya,
salivary flow rates sekitar 1 – 1.5 L per hari (0.5 – 1 ml/menit). Salivary flow rates ini dapat dipengaruhi
oleh variasi diurnal, hydration state dan intake nutrusi. Salivary flow rate kurang dari 0.1 ml/menit
diindikasikan sebagai hiposekresi atau hipofungsi kelenjar saliva.
Unstimulated Salivary Flow Rate Corresponds with Severity of Xerostomia: Evaluation using Xerostomia
Questionnaire and Groningen Radiotherapy- Induced Xerostomia Questionnaire
5.Jelaskan peran saliva pada penderita DM sehingga terjadi kelainan pada kasus diatas!
Jawaban:
DM-tipe 2/Non-insulin dependent (NIDDM) ditandai dengan kerusakan fungsi sel beta pankreas dan
resistensi insulin atau sel lemak dan otot tubuh menjadi kebal terhadap insulin, sehingga kadargula darah
berlebih, DM tipe ini sering dimulai pada masa dewasa.35 Tujuh puluh lima persen dari individu dengan
tipe 2 disertai obesitas atau dengan riwayat obesitas.
Pada DM yang tidak terkontrol dengan baik dapat menimbulkan komplikasi diantaranya :
1. Hipoglikemi
2. Hiperglikemia : Hiperglikemia adalah keadaan kadar gula darah meningkat secara tiba-tiba.
Keadaan tersebut disebabkan stress, infeksi, dan konsumsi obat-obatan tertentu. Hiperglikemia
ditandai dengan poliuria, polidipsia, polifagia, kelelahan yang parah (fatigue), dan pandangan kabur.
3. Retinopati Diabetika
4. Nefropati Diabetika
5. Komplikasi Makrosvaskuler
antimikroba, misalnya: lactoferin, perioxidase, lysozyme dan histidine yang berinteraksi dengan
mukosa oral dan dapat mencegah pertumbuhan kandidayang berlebihan. Pada keadaan dimana
terjadinya perubahan pada rongga mulut yang disebabkan berkurangnya aliran saliva, sehingga
enzim-enzim antimikroba dalam saliva tidak berfungsi dengan baik, maka rongga mulut menjadi
rentan terhadap keadaan mukosa yang buruk dan menimbulkan lesi disertai rasa sakit. Pasien DM
yang mengalami disfungsi kelenjar saliva juga dapat mengalami kesulitan dalam mengunyah dan
menelan sehingga mengakibatkan nafsu makan berkurang dan terjadinya malnutrisi.Xerostomia pada
DM terjadi karena gangguan kongenital neuropati atau karena adanya kerusakan pada nervus kranial
VII (nervus fasialis) dan nervus kranialis IX (nervus glosofaringeal) yaitu nervus yang menginervasi
kelenjar parotis (69%) sumber penghasil saliva.
Jawaban:
ORAL PROBIOTIK: PENDEKATAN BARU TERAPI HALITOSIS Indonesian Journal of Dentistry 2009; 16 (1):64-
71. Halitosis didefinisikan sebagai bau tidak enak yang keluar dari rongga mulut, tanpa melihat sumber
bahan odorus dalam nafas baik dari oral maupun non-oral. KlasifikasiKlasifikasi halitosis dibagi menjadi
genuine halitosis, pseudo halitosis dan halitofobia . metil merkaptan merupakan penyebab utama
halitosis dibandingkan hidrogen sulfida dan dimetilsulfida; dimana metil merkaptan dan hidrogen sulfida
berasal dari intraoral, sedangkan dimetilsulfida diduga berasal dari ekstraoral. Pada halitosis ekstraoral,
90% substansi enyebab dalam saluran gastrointestinal adalah asam lemak (asam asetat, asam propionik
dan asam butirat), 6,5% amoniak dan sisanya adalah komponen sulfur (hidrogen sulfida, dan metil
merkaptan) dan komponen nitrogen (indol, skatol, piridin, pirol, amonia, trimetilamin).
Halitosis yang berhubungan dengan diabetes melitus tipe 2 di masukkan kedalam kelompok genuine
halitosis tipe patologis ekstra oral. Halitosis pada penderita diabetes melitus terjadi karena hiperglikemi.
Beberapa peneliti menunjukkan bahwa diabetes melitus berkaitan erat dengan simtom rongga mulut. Hal
ini terjadi akibat rendahnya respon imun seperti menurunnya fungsi kemotaksis dan fagositosis serta
berkurangnya mikrosirkulasi dan menurunnya suplai darah sehingga mudah terjadi infeksi.12 Penurunan
respon imun menyebabkan jumlah bakteri di rongga mulut meningkat salah satunya bakteri gram negatif.
Bakteri gram negatif akan mengaktifkan enzim yang dibutuhkan di dalam pembusukan asam amino
sehingga akhirnya akan menghasilkan sulfur yang mengandung senyawa di dalam saliva seperti histamin,
putrescin, cadaverin, indol dan skatol.