Anda di halaman 1dari 7

PEMICU 3 BLOK 10 2019/2020

1. Jelaskan klasifikasi kelenjar saliva berdasarkan ukuran dan tipe sekresi dan kontribusinya!

Jawaban:

STRUKTUR ANATOMI KELENJAR SALIVA

Kelenjar saliva merupakan suatu kelenjar eksokrin yang berperan penting dalam mempertahankan
kesehatan jaringan mulut.

Kelenjar saliva mensekresikan sekretnya rata-rata 600-1000 mL/hari.

Menurut struktur anatomis dan letaknya, kelenjar saliva dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu
kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor.

Kelenjar Saliva Mayor

Kelenjar saliva terbanyak dan ditemui berpasang–pasangan yang terletak di ekstraoral dan
memiliki duktus yang sangat panjang

Terletak agak jauh dari rongga mulut dan sekretnya disalurkan melalui duktusnya kedalam
rongga mulut

Kelenjar Saliva Minor

Kelenjar saliva yang berukuran kecil dan tersebar diseluruh epitel bawah rongga mulut

Hanya memproduksi ± 5% saliva

Kelenjar ini terdiri dari beberapa unit sekresi kecil dan melewati duktus pendek yang
berhubungan langsung dengan rongga mulut

Tidak memiliki kapsul yang jelas seperti kelenjar saliva mayor, kelenjar saliva minor secara
keseluruhan menghasilkan sekret yang mucous, kecuali kelenjar lingual tipe Van Ebner

Saliva yang dihasilkan mempunyai pH antara 6,0-7,4 sangat membantu didalam pencernaan
ptyalin

Terdiri atas kelenjar glossopalatinal, labial, buccal, palatinal, lingual


Sumber : Avery – Essential of Oral Histology and Embryology halaman 199

2. Jelaskan patogenesis terjadinya xerostomia pada kasus tersebut!

Jawaban:

Mulut kering atau xerostomia, telah dilaporkan terjadi pada penderita diabetes mellitus. Aliran saliva
dapat dipengaruhi oleh beberapa kondisi termasuk penggunaan obat-obatan yang diresepkan, penuaan,
dan ditentukan oleh derajat neuropati serta sensasi subjektif kekeringan rongga mulut bersamaan
dengan rasa haus. Sekresi saliva dikontrol oleh sistem saraf otonom dan neuropati otonom pada DM
tipe II bisa mempengaruhi fungsi kelenjar saliva, namun dalam beberapa studi literatur mengatakan
bahwa xerostomia pada DM dikarenakan gejala klasik DM yaitu poliuri yang mengakibatkan dehidrasi.

*cari obatobatan dm yg menyebabkan xerostomia

* cari jalannya neuropati sehingga bisa menyebankan xerostomia

* cari hubungan poliuri dengan xerostomia

Sumber : Sari RK, Widiajmoko A. Pengaruh Komplikasi Neuropati Terhadap Xerostomia Pada Penderita
Diabetes Mellitus Tipe II. IDJ 2012. Vol. 1(2). Hal 20-6.

3. Jelaskan peran TL-A (traffic light assesment) pada kasus diatas!

Jawaban:
4. Jelaskan interpretasi saliva pemeriksaan laboratorium pada kasus diatas!

Jawaban:

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk kelainan saliva pada kasus adalah pengukuran
salivary flow rates. Salivary flow rates ini biasanya diukur minimal 5 menit 2 jam setelah makan.
Penurunan salivary flow rates atau hiposalivasi biasanya berkolerasi dengan xerostomia, tetapi tidak
selalu. Pasien yang mengeluh adanya xerostomia tidak selalu disebabkan oleh hiposalivasi. Normalnya,
salivary flow rates sekitar 1 – 1.5 L per hari (0.5 – 1 ml/menit). Salivary flow rates ini dapat dipengaruhi
oleh variasi diurnal, hydration state dan intake nutrusi. Salivary flow rate kurang dari 0.1 ml/menit
diindikasikan sebagai hiposekresi atau hipofungsi kelenjar saliva.

Unstimulated Salivary Flow Rate Corresponds with Severity of Xerostomia: Evaluation using Xerostomia
Questionnaire and Groningen Radiotherapy- Induced Xerostomia Questionnaire

Sumber : Journal of Dentistry Indonesia 2014, Vol. 21, No. 1, 5-10

5.Jelaskan peran saliva pada penderita DM sehingga terjadi kelainan pada kasus diatas!

Jawaban:

DM-tipe 2/Non-insulin dependent (NIDDM) ditandai dengan kerusakan fungsi sel beta pankreas dan
resistensi insulin atau sel lemak dan otot tubuh menjadi kebal terhadap insulin, sehingga kadargula darah
berlebih, DM tipe ini sering dimulai pada masa dewasa.35 Tujuh puluh lima persen dari individu dengan
tipe 2 disertai obesitas atau dengan riwayat obesitas.

Komplikasi Diabetes Melitus

Pada DM yang tidak terkontrol dengan baik dapat menimbulkan komplikasi diantaranya :

1. Hipoglikemi

2. Hiperglikemia : Hiperglikemia adalah keadaan kadar gula darah meningkat secara tiba-tiba.
Keadaan tersebut disebabkan stress, infeksi, dan konsumsi obat-obatan tertentu. Hiperglikemia
ditandai dengan poliuria, polidipsia, polifagia, kelelahan yang parah (fatigue), dan pandangan kabur.

3. Retinopati Diabetika

4. Nefropati Diabetika

5. Komplikasi Makrosvaskuler

6. Komplikasi Terhadap Rongga MulutXerostomia dan disfungsi kelenjar saliva. Hiperglikemia


mengakibatkan meningginya jumlah urin sehingga cairan dalam tubuh dan sekresi saliva berkurang.
Berkurangnya saliva dapat mengakibatkan terjadinya xerostomia. Rongga mulut yang sehat, saliva
mengandung enzim-enzim

antimikroba, misalnya: lactoferin, perioxidase, lysozyme dan histidine yang berinteraksi dengan
mukosa oral dan dapat mencegah pertumbuhan kandidayang berlebihan. Pada keadaan dimana
terjadinya perubahan pada rongga mulut yang disebabkan berkurangnya aliran saliva, sehingga
enzim-enzim antimikroba dalam saliva tidak berfungsi dengan baik, maka rongga mulut menjadi
rentan terhadap keadaan mukosa yang buruk dan menimbulkan lesi disertai rasa sakit. Pasien DM
yang mengalami disfungsi kelenjar saliva juga dapat mengalami kesulitan dalam mengunyah dan
menelan sehingga mengakibatkan nafsu makan berkurang dan terjadinya malnutrisi.Xerostomia pada
DM terjadi karena gangguan kongenital neuropati atau karena adanya kerusakan pada nervus kranial
VII (nervus fasialis) dan nervus kranialis IX (nervus glosofaringeal) yaitu nervus yang menginervasi
kelenjar parotis (69%) sumber penghasil saliva.

6. Sebutkan faktor terjadinya halitosis pada kasus diatas!

Jawaban:

ORAL PROBIOTIK: PENDEKATAN BARU TERAPI HALITOSIS Indonesian Journal of Dentistry 2009; 16 (1):64-
71. Halitosis didefinisikan sebagai bau tidak enak yang keluar dari rongga mulut, tanpa melihat sumber
bahan odorus dalam nafas baik dari oral maupun non-oral. KlasifikasiKlasifikasi halitosis dibagi menjadi
genuine halitosis, pseudo halitosis dan halitofobia . metil merkaptan merupakan penyebab utama
halitosis dibandingkan hidrogen sulfida dan dimetilsulfida; dimana metil merkaptan dan hidrogen sulfida
berasal dari intraoral, sedangkan dimetilsulfida diduga berasal dari ekstraoral. Pada halitosis ekstraoral,
90% substansi enyebab dalam saluran gastrointestinal adalah asam lemak (asam asetat, asam propionik
dan asam butirat), 6,5% amoniak dan sisanya adalah komponen sulfur (hidrogen sulfida, dan metil
merkaptan) dan komponen nitrogen (indol, skatol, piridin, pirol, amonia, trimetilamin).

Halitosis yang berhubungan dengan diabetes melitus tipe 2 di masukkan kedalam kelompok genuine
halitosis tipe patologis ekstra oral. Halitosis pada penderita diabetes melitus terjadi karena hiperglikemi.
Beberapa peneliti menunjukkan bahwa diabetes melitus berkaitan erat dengan simtom rongga mulut. Hal
ini terjadi akibat rendahnya respon imun seperti menurunnya fungsi kemotaksis dan fagositosis serta
berkurangnya mikrosirkulasi dan menurunnya suplai darah sehingga mudah terjadi infeksi.12 Penurunan
respon imun menyebabkan jumlah bakteri di rongga mulut meningkat salah satunya bakteri gram negatif.
Bakteri gram negatif akan mengaktifkan enzim yang dibutuhkan di dalam pembusukan asam amino
sehingga akhirnya akan menghasilkan sulfur yang mengandung senyawa di dalam saliva seperti histamin,
putrescin, cadaverin, indol dan skatol.

"SEMANGAT YA ADIK ADIK, JANGAN LUPA SEBELUM PEMICU BERDOA


TERLEBIH DAHULU :) "
“Bila kamu tak tahan lelahnya belajar, maka kamu akan
menanggung perihnya kebodohan.”
– Imam Syafii

Anda mungkin juga menyukai