Anda di halaman 1dari 3

Materi LO 3 : Pemeriksaan Fisik & Penunjang

Pemeriksaan fisik Sirosis hati meliputi, Pemeriksaan Kondisi


Umum (Inspeksi, Perkusi, Palpasi & Auskultasi), Tanda-tanda
vital, dan Pemeriksaan sesuai Tinjauan Sistem Organ.
Sirosis hati adalah suatu kondisi patologis pada organ hati di
mana terjadi penggantian jaringan hati yang sehat oleh jaringan
parut fibrosis. Yang mana dalam pemeriksaan fisik nya tidak
jauh dari pemeriksaan fisik abdomen.
Namun, dalam hal pemeriksaan fisik ini terdapat beberapa
keterampilan/teknik tertentu dalam menentukan diagnosa
sirosis hepatis,
Beberapa Teknik Pemeriksaan fisik :
1) Pemeriksaan cairan bebas (Asites) : Pemeriksaan cairan
bebas ini di lakukan apabila terdapat tanda perut membesar
pada pasien, dan pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan
apakah perut membesar diakibatkan oleh penumpukan cairan
atau adanya massa pada abdomen yang membesar.
Ada beberapa metode :
 Shifting Dullness : Pemeriksaan Shifting Dullness
pada pasien dengan sirosis hati bertujuan mendeteksi
adanya asites, yang merupakan tanda umum
komplikasi sirosis hati akibat peningkatan tekanan
portal. Pada pemeriksaan ini, perubahan suara saat
perkuasi abdomen dapat mengindikasikan kehadiran
cairan di rongga perut pasien.
 Undulasi : Pemeriksaan ini juga dapat dilakukan
dengan teknik undulasi, yang mana pemeriksaan ini
dilakukan dengan meletakkan telapak tangan
pemeriksa di kedua sisi perut pasien, dan mengetuk
sisi perut lainnya untuk meraskan gelombang cairan
pada telapak tangan disisi perut lainnya.
2) Palpasi Limpa : Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai
apakah terjadi nya pembesaran pada organ limpa pasien
(Splenomegali), yang mana hal ini menandakan adanya
peningkatan aktivitas limpa (hipersplenisme) akibat hipertensi
portal oleh karna adanya gangguan medis, seperti sirosis hati,

Ada beberapa metode yang digunakan


 Metode Schuffner
Merupakan garis imajiner yang membentang secara diagonal
dari arcus costa kiri ke SIAS kanan pasien, pemeriksaan
dilakukan dengan palpasi dari SIAS kanan pasien ke arcus
costa kiri melewati umbilikus, yang mana pemeriksaan ini
dilakukan untuk menilai batas tepi pembesaran limpa.
 Metode Hacket
Sama halnya seperti Metode Scuffner, pemeriksaan ini
dilakukan untuk menilai batas tepi pembesaran limpa. Akan
tetapi pemeriksaan ini dilakukan dengan palpasi secara vertikal,
dimulai dari SIAS kiri ke Arcus costa kiri.

Pemeriksaan Penunjang :
 Pemeriksaan Laboratorium :
Terdapat beberapa jenis pemeriksaan laboratorium spesifik
untuk diagnosa sirosis hati, yang dapat dilihat pada tabel pada
slide,
Yang mana menunjukkan jenis pemeriksaan dan hasil dari
pemeriksaan lab sirosis hati.
 Pemeriksaan Pencitraan : USG,MRI,CT-Scan
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) memiliki sensitivitas yang
terbatas dalam mendeteksi sirosis hati, namun cukup spesifik
jika penyebabnya jelas. Hasil USG menunjukkan ekodensitas
hati meningkat dengan struktur internal yang kasar, baik
homogen maupun heterogen di permukaan, sedangkan di sisi
profunda, ekodensitas cenderung menurun. Terdapat
kemungkinan pembesaran lobus caudatus, splenomegali, dan
vena hepatika dengan gambaran terputus-putus.
Dan pada Asites, tampak sebagai area bebas gema (ekolusen)
antara organ intra abdominal dengan dinding abdomen.
Pemeriksaan MRI dan CT-Scan bisa digunakan untuk
menentukan derajat beratnya Sirosis hati, misal dengan menilai
ukuran limpa, asites dan kolateral vascular. Ketiga alat ini juga
dapat untuk mendeteksi adanya karsinoma hepatoselular.
 Pemeriksaan Histopatologi : Biopsi Hati
Pemeriksaan histopatologi melalui prosedur biopsi hati
dilakukan apabila pada pemeriksaan penunjang lainnya tidak
dapat ditegakkan dengan baik secara klinis adanya sirosis hati.
Namun, apabila pemeriksaan penunjang lainnya sudah cukup
dalam menegakkan diagnosis sirosis hati.
Prosedur biopsi sirosis hati dapat dilakukan melalui beberapa
metode, termasuk perkutan (melalui kulit), transjugular (melalui
vena jugularis), atau dengan menggunakan biopsi jarum halus.
Hasil pemeriksaan histopatologi pada sirosis hati sering
menunjukkan adanya perubahan pada sel-sel hepatosit. Sel-sel
hepatosit ini cenderung menjadi lebih besar dan memiliki inti
sel yang lebih banyak dibandingkan dengan kondisi normal.
Selain itu, gambaran histopatologi juga sering menunjukkan
bahwa inti sel hepatosit memiliki bentuk dan ukuran yang
irreguler.

Anda mungkin juga menyukai