Anda di halaman 1dari 3

Ketika Soekarno-Sukarni Berdebat Isi Teks Proklamasi

daerah.sindonews.com/artikel/jatim/694/ketika-soekarnosukarni-berdebat-isi-teks-proklamasi

Solichan Arif

Bagi Sukarni diksi "penyerahan" kedaulatan lebih revolusioner ketimbang "pemindahan" yang
lembek dan kompromis.Foto/SINDOnews/Solichan Arif.

JAKARTA - Sebelum dibacakan teks proklamsi oleh Bung Karno pada 17 Agutus 1945,
sehari sebelumnya terjadi perdebatan sengit antara Bung Karno dan Sukarni, mewakili
kaum muda.

Dalam buku "Jejak Intel Jepang" karya Wenri Wanhar yang dikatapengantari sejarawan
Belanda Harry Albert Poeze, ungkapan "pemindahan" kekuasaan menjadi tarik ulur
perdebatan yang sengit.

"Isinya (teks proklamasi) tidak memiliki semangat revolusiner," tandas Sukarni blak
blakan. Bersama Chaerul Saleh, Sukarni yang bernama lengkap Sukarni Kartodiwirdjo
melontarkan kekecewaanya. Dua orang yang mewakili kelompok muda ini protes.
Kalimatnya pedas, tanpa sungkan menyerang kelompok tua yang diwakili Soekarno Cs.

Kata "pemindahan" dalam teks proklamasi digugat. "Pemindahan" diterjemahkan bebas


dalam bahasa Jepang sebagai gyoseiken no iten yang artinya pemindahan pengawasan
adminstratif. Bagi Sukarni diksi "penyerahan" kedaulatan lebih revolusioner ketimbang
"pemindahan" yang lembek dan kompromis. Begitu juga dengan kata "dioesahakan"
dengan cara seksama seharusnya tidak perlu direvisi "diselenggarakan".

1/3
Sejarah mencatat. Sebelum berkumandang di rumah Jalan Pengangsaan Timur 56,
Jakarta, teks proklamasi tulisan tangan Bung Karno disusun di lantai atas rumah
Laksamana Muda Tadashi Maeda. Selain Bung Karno, ada Moh Hatta dan Ahmad
Subarjo.

Sukarni dan Chaerul Saleh, yakni motor penggerak insiden Rengasdengklok menjadi
wakil pemuda. Awalnya teks Proklamasi berjudul Maklumat Kemerdekaan.
“Pertarungan” memaksanya berubah Proklamasi Kemerdekaan.

Sebagai pimpinan asrama Menteng 31 sekaligus Ketua "kesebelasan" Komite Aksi


Proklamasi Kemerdekaan yang beranggotakan AM Hanafi, Wikana, DN Aidit, Djohar
Nur, Abu Bakar Lubis, dan Subadio Sastrosatomo, Sukarni tidak mau takluk begitu saja
dengan kelompok tua.

Bahkan Sukarni dan Chaerul Saleh tanpa tedeng aling-aling berani mengatakan
kemerdekaan Indonesia tidak perlu melibatkan anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI).

Sukarni tak peduli dengan alasan anggota PPKI yang menyatakan isi teks Proklamasi
tulisan Bung Karno sudah sesuai. Alih alih mengamini alasan PPKI, yakni kalau keliru
memilih diksi (dalam teks proklamasi) akan berbahaya buat kemerdekaan. Kekeliruan
akan mendorong angkatan darat Jepang berpihak ke sekutu yang segera tiba. Sukarni dan
Chaerul Saleh justru menyemprot PPKI sebagai bentukan Jepang. Tidak segan menuding
sejumlah tokoh tua yang hadir sebagai antek Jepang.

“Keributan” penyusunan teks segera ditengahi Ahmad Subarjo. Teks kemerdekaan yang
diperdebatkan akhirnya rampung. Usai bersantap sahur, ketiga tokoh bangsa (Bung
Karno, Bung Hatta dan Ahmad Subarjo) langsung bergegas menuju serambi ruang utama
rumah Maeda.

Sutardjo Kartohadikusumo, Teuku Moh Hasan, Latuharhary, Radjiman Wediodiningrat,


Amir, Jusuf Kunto, GSJ Ratulangi, IG Ketut Pudja, dan Otto Iskandardinata sudah
mengumpul.

Kemudian juga Iwa Kusumasumantri, Abbas, Andi Pangeran, K Gunadi, Semaun Bakri,
Sajuti Melik, BM Diah, Supomo, Samsi, Buntaran, Andi Sultan DG Radja, Hamidan dan
AR Ripai.

Hadir juga sejumlah perwira militer Jepang, di antaranya tuan rumah Laksamana Maeda,
Nishijima, Yoshizumi, dan Miyoshi. Bagi Sukarni dan Chaerul Saleh, kemerdekaan
Indonesia harus murni lahir dari orang Indonesia. Kemerdekaan tidak ada hubungan
dengan Jepang.

Pikiran itu muncul setelah melihat orang orang yang sejak awal bekerja keras
menyiapkan proklamasi justru tidak terlihat disekeliling Soekarno-Hatta. Saat itu jelang
adzan subuh. Suasana Jumat 17 Agustus 1945 dini hari kembali memanas. Bung Karno
buru- buru tampil ke muka.

2/3
Bung Karno angkat bicara, "Rapat ini bukan rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia. Tapi adalah rapat wakil wakil bangsa Indonesia".

Isi teks proklamasi akhirnya bisa diterima. Namun saat penandatangan teks, persoalan
kembali muncul. Bung Karno menghendaki semua yang hadir ikut bertandatangan. Bung
Karno beralasan semua wakil rakyat Indonesia. Sukarni dan Chaerul Saleh kembali
memperlihatkan sikap keras kepalanya. Keduanya menolak. Sukarni beralasan di antara
yang hadir ada orang - orang yang terbiasa menikmati hidup dengan sistem kolonial.

Sukarni mengusulkan cukup enam orang saja yang menandatangani teks proklamasi.
Selain Bung Karno dan Bung Hatta, empat orang lainya adalah Radjiman Wedyodiningrat
selaku tokoh tertua, Sukarni, Chaerul Saleh dan Iwa Kusumasumantri.

Chaerul Saleh tiba tiba bangkit dan menegaskan, "Sudahlah, cukup Bung Karno dan Bung
Hatta saja yang menandatangani Proklamasi itu".Tepat pukul 05.00 WIB, teks
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 tertulis, atas nama bangsa
Indonesia, Soekarno-Hatta.

Versi lain menyebut Sukarni lah yang mengusulkan hanya Bung Karno dan Bung Hatta
sebagai penandatangan teks proklamasi. Setelah usulan Sukarni disetujui, Bung Karno
langsung meminta Sayuti Melik mengetik naskah bertulis tangan itu. Sukarni juga usul
proklamasi dikumandangkan di lapangan Ikada (sekarang Monas).

Menurutnya kaum muda akan memobilisasi rakyat untuk mendengarkan. Karena


khawatir bentrok antara rakyat dan militer Jepang, Bung Karno menolaknya. Proklamasi
Kemerdekaan selanjutnya cukup diperdengarkan di rumahnya, Jalan Pegangsaan Timur
56 Jakarta Pusat.

Tepat pukul 10.30 WIB, Indonesia menjadi negara bangsa dan kesatuan. Secara de facto
dan de jure terlegitimasi bahwa kemerdekaan hasil perjuangan panjang, bukan hadiah
penjajah.
(vhs)

3/3

Anda mungkin juga menyukai