Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

"Perilaku Nifaq"
Makalah ini di susun sebagai bukti hasil kerjasama kami dalam tugas kelompok ini

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

ANGGOTA:

Alya Khoirunnissakh (03)

Luthfi Arif Fadhlurrohman (14)

M Daffa Pratama (18)

Muthia Fakhira Andaresta (25)

Nabila Uswatun Hasanah (27)

Salsabilla Putri Balqis Ramadhani (32)

Usfa Dinul Koimah (37)

KELAS. : XII IPS 2

GURU MAPEL : Rosmayani, S.Ag

Madrasah Aliyah Negeri 2 Palembang

2022-2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pembicaraan tentang nifaq sebenarnya merupakan pembicaraan mengenai fenomena


yang sangat klasik, para ulama dan pemikir yang mempunyai kepedulian datang silih
berganti menelusuri abad demi abad mengumandangkan rasa keprihatinannya kepada
setiap jiwa. Namun, sepanjang itu pula ribuan jiwa yang terlena dalam perbuatan munafik
bukannya memberikan kepedulian yang sama terhadap permasalahan itu tetapi justru
menambah parahnya luka dalam tubuh Islam, dari hari ke hari.

Tema nifaq adalah tema tentang perbuatan manusia yang memiliki sikap bermuka dua,
manusia model ini biasa menampakan diri secara berbeda dari keadaan yang
sesungguhnya, lebih tepatnya mereka selalu menampakkan kebaikan dan
menyembunyikan keburukan. Perbuatan ini merupakan penyakit yang seharusnya dijauhi
oleh setiap muslim. Namun kenyataannya, penyakit ini telah berkembang dan menjadi
sesuatu yang biasa terlihat di masyarakat. Padahal perbuatan munafik adalah salah satu
perbuatan yang Allah Swt benci.

B. Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah ini bermaksud untuk mengungkap ayat yang membahas
tentang nifaq dalam Q.S Ali-Imran 167-168, Hadist Riwayat Al-Bukhari, contoh perbuatan
beserta penyebab, pengatasan, dan kisah inspiratif.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN NIFAQ

Nifaq secara bahasa berarti ketidaksamaan antara lahir dan batin. Jika ketidaksamaan itu dalam hal
keyakinan, hatinya kafir tetapi mulutnya mengatakan beriman, maka ia termasuk nifaq i'tiqadi. Kata An-
Nifaq dalam bahasa arab berasal dari akar kata nȃfaqa-yunȃfiqu-nifȃqan. Kata ini diambil dari kata
nafiqȃ yang berarti salah satu lubang tikus, jika dicari melalui satu lubang, maka tikus itu akan lari dan
keluar melalui lubang yang lain.

Secara istilah kata An-Nifaq secara istilah syara‟ berarti menutup kekufuran dan memperlihatkan
keimanan. Dengan kata lain, orang yang munafik ucapannya berbeda dengan perbuatannya, lahirnya
tidak sama dengan batinnya dan yang tampak darinya bertentangan dengan apa yang
disembunyikannya dalam hati.

Dinamakan demikian karena dia masuk pada syara‟ dari satu pintu dan keluar dari pintu yang lain.
Karena itu Allah SWT memperingatkan dengan firman-Nya: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu
adalah orang-orang yang fasik”. (QS. At-Taubah [9]: 67).

Kata nifaq adalah suatu term baru yang diperkenalkan oleh Al-Qur’an. Oleh karena itu, masyarakat Arab
tidak mengetahui makna lain selain makna yang dimaksud oleh al-Qur’an itu sendiri.

B. Dalil

1. AL-Qur'an

‫َو ِلَيْع َلَم اَّلِذ يَن َناَفُقوا َوِقيَل َلُهْم َتَع اَلْو ا َقاِتُلوا ِفي َس ِبيِل ِهَّللا َأِو اْدَفُعوا َق اُلوا َل ْو َنْع َلُم ِقَت ااًل اَل َّتَبْعَن اُك ْم ُهْم ِلْلُك ْف ِر َيْو َم ِئ ٍذ َأْق َر ُب ِم ْنُهْم ِلِإْل يَم اِن َيُقوُل وَن‬
‫ِبَأْفَو اِهِهْم َم ا َلْيَس ِفي ُقُلوِبِهْم َو ُهَّللا َأْعَلُم ِبَم ا َيْكُتُم وَن * اَّلِذ يَن َقاُلوا ِإِل ْخ َو اِنِهْم َو َقَع ُدوا َلْو َأَطاُعوَنا َم ا ُقِتُلوا ُقْل َفاْد َرُء وا َع ْن َأْنُفِس ُك ُم اْلَم ْو َت ِإْن ُكْنُتْم‬
‫َص اِدِقيَن‬

Dan untuk menguji orang-orang yang munafik, kepada mereka dikatakan, “Marilah berperang di jalan
Allah atau pertahankanlah dirimu.” Mereka berkata, “Sekiranya kami mengetahui (bagaimana cara)
berperang, tentulah kami mengikutimu.” Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran daripada
keimanan. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak sesuai dengan isi hatinya. Dan Allah
lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan. (167) (Mereka itu adalah) orang-orang yang berkata
kepada saudara-saudaranya dan tidak turut ikut pergi berperang, “Sekiranya mereka mengikuti kita,
tentulah mereka tidak terbunuh.” Katakanlah, “Cegahlah kematian itu dari dirimu, jika kamu memang
orang-orang yang benar.” (168) – (Q.S Ali Imran: 167-168)

2. Hadist
)‫ َو ِإَذ ا اْؤ ُتِم َن َخ اَن (رواه البخاري‬، ‫ َو ِإَذ ا َو َعَد َأْخ َلَف‬، ‫آَيُة اْلُم َناِفِق َثاَل ث ِإَذ ا َح َّدَث َك َذ َب‬

Artinya:

“Tanda orang munafik itu tiga apabila ia berucap berdusta, jika membuat janji berdusta, dan jika
dipercayai mengkhianati” (HR Al-Bukhari)

C. Contoh Perbuatan

1. Mendustakan Rasulullah SAW. atau mendustakan sebagian dari pada apa yang Beliau bawa.

2. Membenci Rasulullah SAW atau membenci sebagian apa yang Beliau bawa.

3. Merasa gembira dengan kemunduran agama Islam.

4. Tidak senang dengan kemenangan Islam.

D. Penyebab

Penyebab Timbulnya Sifat Munafik Pada Manusia diantaranya.

1. Kebiasaan Yang Sering Khianat

Penyebab manusia menjadi munafik yang pertama adalah kebiasaan yang sering berkhianat.
Sifat khianat disebabkan oleh seseorang yang lalai dalam menjaga amanah orang lain. Dengan
begitu, seseorang yang memiliki sifat khianat secara perlahan akan dijauhi oleh banyak orang,
ini dikarenakan tingkat kepercayaan terhadap dirinya sudah hilang dan orang-orang pun enggan
untuk menitipkan amanah lagi.

2. Kebiasaan Yang Sering Takabur

Penyebab manusia menjadi munafik yang kedua adalah adanya sifat takabur yang menyelimuti hatinya.
Umat muslim pasti tahu bahwa sifat yang satu ini merupakan salah satu sifat yang dibenci oleh Allah
SWT. Takabur sendiri berasal dari kata kabura yang artinya besar, jadi orang takabur adalah orang yang
selalu merasa dirinya besar dibandingkan orang lain.

3. Kebiasaan Yang Sering Dengki

Penyebab orang munafik yang ketiga adalah adanya sifat dengki yang ada di dalam hatinya. Dengki
adalah menaruh perasaan marah atau tidak suka atas keberuntungan orang lain sehingga berusaha
untuk menghilangkan nikmat tersebut.

4. Kebiasaan Yang Sering Riya


Penyebab orang menjadi munafik yang terakhir adalah sering berbuat riya. Secara bahasa riya adalah
menampakan amalan kebaikan kepada orang lain, sedangkan menurut istilah riya yakni memperlihatkan
ibadah dengan tujuan dilihat orang lain supaya mendapatkan pujian atas apa yang diperlihatkan itu.

E. Pengatasan

Ketika Nabi Muhammad saw mi'raj, ia berjumpa dengan Nabi Adam as, "selamat datang anak yang
baik", kata Nabi Adam as. Nabi Muhammad saw juga berjumpa dengan Para Nabi yang lain. Nabi-nabi
itu ada yang tempatnya di langit ke 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7. Nabi mendapat perintah shalat 5 waktu. Dalam
salah satu hadistnya Nabi berpesan, barangsiapa yang ingin terbebas dari sifat munafik dan juga
terbebas dari siksa api neraka, maka hendaklah ia mengerjakan shalat 5 waktu di tempat dimana adzan
dikumandangkan tanpa tertinggal takbiratul 'ula (saat imam takbir rakaat pertama) selama 40 hari
berturut-turut.

Kelihatannya mudah, tapi susahnya minta ampun, menghindari sifat munafik dengan amalan shalat 5
waktu berjamaah tanpa tertinggal takbir pertama. Semoga kita terhindar dari sifat munafik

F. Kisah Inspiratif

Sifat munafik telah ada sejak Adam dan Hawa diciptakan. Kemunafikan dipunyai oleh Iblis laknatullah.
Ia merasa iri dengan kehadiran Adam as. Iblis yang sudah merasa dirinya paling hebat, beribadah tanpa
henti selama 50.000 tahun, tiba-tiba ada "anak kemarin sore" Adam as. Adam diberi kemuliaan, para
malaikat dan iblis diperintahkan untuk bersujud kepada Adam as. Malaikat menuruti perintah Allah,
sedang iblis menolak, karena merasa dirinya lebih hebat dibanding Adam yang diciptakan dari tanah,
sedang iblis dicipta dari api. Karena kesombongan itu maka iblis diusir dari surga. Ia dilaknat Allah,
namun ia memohon agar laknat siksanya itu ditangguhkan hingga hari kiamat. Selama penangguhan itu
Iblis berjanji akan mengajak, menggoda anak cucu Adam masuk kedalam neraka. Permohonan iblis
dikabulkan, silahkan ajak anak cucu Adam bersamamu ke neraka, datangi mereka dari depan, belakang,
atas, bawah, kiri dan kanan, dengan berjalan atau berkendaraan. Namun iblis tak dapat menggoda anak
cucu Adam yang ikhlas.

Adam as diciptakan pada hari jumat waktu subuh dan dikeluarkan dari surga pada hari itu juga pada
waktu ashar. Di pintu surga Adam melihat ada tulisan Muhammad dan Allah. Ia bertanya siapa
Muhammad ini ? pastilah ia orang yang sangat mulia. Dijelaskan bahwa Muhammad adalah utusan
Allah di akhir jaman kelak. Ia berasal dari anak cucu Adam juga. Adam merasa kesepian, lalu Allah
menciptakan Hawa dari tulang rusuk nabi Adam. Lalu mereka dinikahkan dengan mas kawin pembacaan
shalawat atas Muhammad saw. Setelah nikah mereka berdua bersenang-senang mendapatkan sakinah
(ketenangan), mawaddah (saling cinta) dan rohmah (saling sayang). Iblis susah melihat Adam dan Hawa
senang.

Ketika Adam dan Hawa di surga didekati oleh iblis yang berpura-pura (munafik) menjadi orang tua,
menasehati bagaimana caranya agar dapat hidup kekal di surga yang penuh kenikmatan. Mereka
disuruh makan buah khuldi. Padahal sebelumnya sudah dilarang oleh Allah agar jangan mendekati
pohon khuldi tersebut. Lupa pada larangan Allah, terbujuk rayuan iblis, maka Adam dan Hawa
memakan buah khuldi. Mendekati pohonnya saja sudah tidak boleh, lha ini kok malah makan buahnya.
Itulah bujuk dan rayuan iblis. Berkat sifat munafiknya yang sempurna, Adam tergoda iblis. Adam dan
Hawa diusir dari surga. Iblis senang melihat Adam dan Hawa susah.

Di jaman sekarang, ada banyak manusia yang secara sadar atau tidak sadar mempunyai sifat seperti
yang dipunyai iblis, susah melihat orang lain senang, senang melihat orang lain susah. Sifat yang lain
yaitu iri, dengki, sombong munafik dan berbagai sifat-sifat buruk lainnya. Maka hendaklah kita
meninggalkan sifat-sifat yang di wariskan oleh isblis tersebut.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil makalah ini kami dapat menyimpulkan bahwa makna nifaq yaitu sikap yang tidak
menentu, tidak sesuai antara ucapan dan perbuatan.

B. Saran

Kita hendaknya terus berusaha untuk lebih hati-hati dalam setiap perbuatan, ucapan atau yang
sering kita lakukan dan lontarkan, tanpa kita sadari tekadang kita sering mengecewakan seseorang.
Hal ini disadari atau tidak, pada kenyataannya banyak orang yang ketika ucapannya tidak sesuai
dengan perbuatannya. Isi hati seseorang memang sulit untuk ditebak, oleh sebab itu ukuran yang
lebih operasional dalam meneliti manusia adalah prilakunya sehari-hari. Prilaku ini dapat dilihat
langsung, baik dari sisi bicaranya, tindak tanduknya, dan setiap perbuatannya. Apabila prilaku ini
memang menggambarkan prilaku munafik seperti yang dijelaskan Al-Qur’an, maka kita tidak boleh
ragu memasukkan seseorang kedalam golongan dan memperlakukannya sebagai orang yang tercela
atau nifaq.

Anda mungkin juga menyukai