Anda di halaman 1dari 12

HAL-HAL YANG MENYEBABKAN RUSAKNYA AKIDAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Ilmu Tauhid

Dosen Pengampu:

Azmi Mustaqim, M.A.

Di susun oleh:

206210121 Nova Nasiana Nasikhatin

206210132 Rafatul Hamudah

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

TAHUN 2021/2022
A. Latar Belakang Masalah

Aqidah adalah dasar, pondasi untuk mendirikan bangunan. Semakin tinggi


bangunan yang akan di dirikan, harus semakin kokoh pondasi yang kuat. Jika
pondasinya lemah bangunan itu akan cepat ambruk. Tidak ada bangunan tanpa
pondasi.1

Aqidah adalah inti daripada pendidikan Islam yang merupakan tujuan


diutusnya para Rosul di muka bumi ini. Pendidikan aqidah ini di bawa oleh setiap
para Nabi dan Rosul, dengan seiringnya penyebaran agama Islamdi muka bumi
ini, maka pendidikan aqidah tidak pernah terabaikan, karena Islam yang di
sebarkan oleh para Nabi adalah Islam yang masih murni atau masih utuh, yaitu
keutuhan dalam Islam kemudian iman dan ihsan. Aqidah yang benar adalah yang
tercermin dari kemurnian seluruh amal perbuatan manusia danibadahnya semata-
mata hanya untuk Allah Swt semata. Akhir-akhir ini hampir setiap orang banyak
yang membutuhkan pendidikan aqidah karena sekarang merupakan hal yang
sangat mahal dan sulit untuk di cari. Karena juga minimnya tentang pemahaman
aqidah yang terkandung di dalam al-Qur'an hadits akan semakin memperparah
aqidah pada seseorang.2

Aqidah yang ada dalam tubuh manusia itu ibarat kepalanya. Oleh karena
itu apabila suatu umat sudah rusak, maka bagian yang harus dirubah terlebih
dahulu adalah aqidahnya, apalagi ini adalah menyangkut sebuah kebahagiaan di
dunia dan di akhirat.Keberhasilan seseorang dalam menggapai dunia dan akhirat
disebabkan karena aqidah atau keyakinan yang melekat pada jiwanya.3

1
Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, (Yogyakarta: Heppy el Rais, 2011), hal. 8

. 2.
Murtadho Naufal, Konsep Pendidikan Aqidah Perspektif Syaikh Shalih Fauzan Al
Fauzan, ( Lampung : Brama Sari, 2017)

. 3.
Pangulu Abdul Karim, “Fungsi Aqidah dan Sebab-sebab Penyimpangan dalam Aqidah”
, Jurnal Tarbiyah, Volume 07 Nomor 01 ,( 2017), hal 41.

1
B. Hal-hal yang menyebabkan Rusaknya Aqidah

Orang yang bertauhid adalah mempunyai aqidah yang baik. Karena jika
seseorang itu mempunyai aqidah yang baik, maka orang itu pasti memiliki
komitmen utuh kepada Allah SWT, menolak pedoman yang datang bukan dari
Allah SWT, tujuan hidupnya jelas hanya untuk mengabdi kepada Allah SWT, dan
masih banyak lagi ciri orang yang memiliki aqidah yang baik. Tapi sebuah aqidah
itu bisa rusak oleh beberapa hal, diantara adalah :

• Syirik dan nifaq

• Kufur

• Murtad

• Khurafat

• Tahayul

• Munafiq

1. Syirik dan nifaq

Syirik adalah menyekutukan Allah Swt dalam rububiyah-Nya, uluhiyah-


Nya, asma' (nama-nama) maupun sifat-Nya. Jika seorang hamba meyakini bahwa
ada tuhan selain Allah SWT yang berhak untuk disembah, meyakini ada sang
pencipta atau penolong selain Allah SWT, maka ia telah musyrik. Syirik dibagi
menjadi 2:
a. Syirik akbar/ syirik jalyy: menyekutukan Allah. Seperti menyembah
berhala. Penyembahan berhala dalam sejarah nabi sudah ada sejak Nabi
Nuh. 4

4.
Syeikh Abdul Aziz Bin Abdullah Bin Baz Rahihmahulla, HAL-HAL YANG
MERUSAK AQIDAH,1994, Hlm 29.

2
b. Syirik asghar/ syirik khafiyy: perbuatan-perbuatan yang berkaitan dengan
amalan keagamaan bukan atas dasar keikhlasan untuk mencari ridha Allah,
melainkan untuk tujuan lain.

Nifaq secara bahasa berarti ketidaksamaan antara lahir dan batin. Jika
ketidaksamaan itu dalam hal keyakinan, hatinya kafir tetapi mulutnya
mengatakan beriman, maka ia termasuk nifaq i'tiqadi. An-Nifaq sekaliapun
telah dikenal dalam bahasa Arab, namun sebagai sebuah istilah Islam dengan
makna khusus tidak dikenal oleh bangsa Arab. Karena istilah An Nifaq
muncul setelah Islam hadir dengan kekuatannya yang besar yang mengancam
kekufuran dan kemusyrikan disekitarnya. Kata An-Nifaq dalam bahasa arab
berasal dari akar kata nafaqa-yunafiqu-nifaqan. Kata ini diambil dari kata
nafiqa, yang berarti salah satu lubang tikus, jika dicari melalui satu lubang,
maka tikus itu akan lari dan keluar melalui lubang yang lain . 5

Kata Nifaq secara istilah syara berarti menutup kekufuran dan


memperlihatkan keimanan. Dengan kata lain, orang munafik itu ucapannya
berbeda dengan perbuatannya, lahirnya tidak sama dengan batinnya, yang
Nampak darinya bertentangan dengan apa yang disembunyikannya dalam hati.
Dinamakan demikian karena dia masuk pada syara‟ dari satu pintu dan keluar
dari pintu yang lain. Orang yang mempunyai siat nifaq disebut munafik,
munafik bersikap tidak menentu, susah diketahui kebenaran ucapannya.6

Kemunafikan, pada dasarnya adalah salah satu sifat bathiniyah yang denga
cepat menguasai jiwa manusia. Banyak orang yang tidak menyadari, bahwa
dirinya terkena penyakit bathiniyah itu. Bahkan, mereka merasa, apa yang
diperbuatnya adalah sesuatu kebaikan. Padahal, semua orang tahu,
perbuatannya adalah destruktif, merusak.

5
Musa Nasr Muhammad, Munafik Menurut Al Qur’an dan As Sunnah. Jakarta: Darus
Sunah. 2011). Halaman 7
6.
Amsyari Fuad, Budaya Munafik. Surabaya 1996. Halaman 27

3
1. Jenis-jenis nifaq:

a. Nifaq I’tiqadi (Keyakinan) Nifaq I’tiqadi yaitu nifaq besar, dimana


pelakunya menampakan keislaman tetapi menyembunyikan kekufuran.
Jenis nifaq ini menjadikan keluar dari agama dan pelakunya berada di
dalam kerak Neraka. 8

b. Nifaq Amali (Perbuatan) Nifaq Amali yaitu melakukan sesuatu yang


merupakan perbuatan orangorang munafik tetapi masih tetap ada Iman di
dalam hatinya.

2. Kufur

Kufur merupakan kata kerja lampau (fi`il madhi) yang secara bahasa
berarti menutupi. Sedang kata kafir merupakan bentuk kata benda pelaku (isim
fa’il) yang terbentuk dari kata ka-fa-ra yang berarti menutupi. Dalam al-Quran
kata kufur terulang sebanyak 525 kali Penyebab terjadinya kekafiran diantaranya :

 Faktor Internal
a. Kepicikan dan kebodohan
b. Kesombongan dan keangkuhan
c. Keputusasaan dalam hidup
d. Kesuksesan dan kesenangan dunia

 Faktor Eksternal
Faktor lingkungan, Lahir dalam keluarga muslim merupakan pemberian Allah di
luar kehendak manusia. Jika selanjutnya menjadi muslim juga merupakan hidayah
di luar ikhtiar manusia. Hal ini bisa berubah sebaliknya, karena faktor pendidikan,
dakwah dsb. Jenis-jenis kufur :

7
Muhamad Yusuf. Jangan Jadi Munafik siapa saja bisa jadi Munafik. Bandung 2008. Halaman 30

4
1. Kufur inkar: pengingkaran terhadap eksistensi Tuhan, Rasul dan seluruh
mereka: orientasi hidupnya hanya terfokus pada dunia saja.

2. Kufur Juhud: Pengingkaran terhadap ajaran-ajaran Tuhan dalam keadaan tahu


bahwa yang diingkari adalah kebenaran/ meyakini dalam hati mengingkari dengan
lidah. Beda antara keduanya terletak pada posisi pengingkarnya. Kufr inkar
penolakannya didasarkan pada ketidak- percayaan terhadap kebenaran. Kufr juhud
penolakannya dilandaskan semata-mata karena kesombongan.

3. Kufur Nifaq: orang yang disebut munafiq, yakni pengakuan akan keyakinan
kepada Allah dengan lidah tetapi mengingkari dalam hati (kebalikan dari kufr
juhud).

4. Kufur syirik: orangnya disebut musyrik, yakni mempersekutukan Tuhan


dengan sesuatu yang lain.

5. Kufur nikmat: penyalahgunaan atas nikmat yang telah diperoleh. Dalam al-
Quran diibaratkan dengn manusia yang sedang berlayar di tengah laut lalu ada
amukan badai, lalu berdoa.

3. Murtad

Murtad Kata murtad berasal dari kata irtadda menurut wazan ifta’ala,
berasal dari kata riddah yang artinya:berbalik. Kata riddah dan irtidad dua-duanya
berarti kembali kepada jalan, dari mana orang datang semula. Tetapi kata Riddah
khusus digunakan dalam arti kembali pada kekafiran, sedang kata irtidad
digunakan dalam arti itu, tapi juga digunakan untuk arti yang lain (R), dan orang
yang kembali dari Islam pada kekafiran, disebut murtad..

4. Khurafat

Khurâfat secara bahasa berarti takhayul, dongeng atau legenda Sedangkan


khurâfy adalah hal yang berkenaan dengan takhayul atau dongeng. Khurâfat ialah
semua cerita sama ada rekaan atau khayalan, ajaran-ajaran, pantang-larang, adat

5
istiadat, ramalan-ramalan, pemujaan atau kepercayaan yang menyimpang dari
ajaran Islam .

5. Tahayul

Tahayul Secara bahasa, berasal dari kata khayal yang berarti: apa yang
tergambar pada seseorang mengenai suatu hal baik dalam keadaan sadar atau
sedang bermimpi. Dari istilah takhayul tersebut ada dua hal yang termasuk dalam
kategori talhayul, yaitu: 1. Kekuatan ingatan yang yang terbentuk berdasarkan
gambar indrawi dengan segala jenisnya, (seperti: pandangan, pendengaran,
pancaroba, penciuman) setelah hilangnya sesuatu yang dapat diindera tersebut
dari panca indra kita. 2. Kekuatan ingatan lainnya yang disandarkan pada gambar
idrawi, kemudian satu dari unsurnya menjadi sebuah gambar yang baru. Gambar
baru tersebut bisa jadi satu hal yang benar-benar terjadi, atau hal yang diluar
kebiasaan (kemustahilan). Seperti kisah seribu satu malam, Nyai Roro Kidul dan
cerita-cerita khurafat lainnya. "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya
mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya"... (QS. 39:3).

6. Munafiq

Munafiq merupakan apabila berjanji mengingkari, apabila berkasta dusta,


dan apabila dipercaya mengkhianati. Nabi saw bersabda : “Buatkanlah jaminan
enam hal kepadaku tentang dirimu, maka aku akan menjamin kamu masuk surga,
(yaitu) : Jujurlah bila kamu berkata, tepatilah bila kamu berjanji, tunaikanlah bila
kamu dipercaya, peliharalah kemaluanmu, pejamkanlah matamu, dan jagalah
kedua tanganmu” Dari dalil diatas terlihat bahwa orang yang bisa melakukan
enam hal diatas akan dijamin masuk surga. Sedangkan orang munafik adalah
orang yang mengabaikan tiga dari enam hal diatas sehingga orang yang munafik
jaminannya adalah kebalikan dari surga yaitu neraka. Diriwayatkan dari
Hudzaifah bin Al-Yaman ra., bahwasannya ia berkata : “Ada seseorang pada masa
Rasulullah saw. yang mengucapkan satu perkataan lantas ia menjadi orang
munafiq, dan kini saya mendengar perkataan itu diucapkan seseorang sepuluh kali
dalam satu hari”.

6
Pernyataan diatas memberikan penjelasan bahwa apabila seseorang itu
suka berdusta, maka ia adalah orang munafik. Oleh karena itu, setiap muslim
wajib untuk menjaga dirinya dari tanda-tanda orang munafik, karena apabila
seseorang terbiasa untuk berdusta, maka ia akan ditulis disisi Allah sebagai orang
munafik, dan ia akan dibebani dosa dirinya dan dosa orang-orang yang meniru
perbuatannya.

C. Faktor lain yang dapat merusak Akidah

Dalam agama, akidah sangatlah penting. Ibarat bangunan, akidah


merupakan pondasi yang mempengaruhi seluruh bangunan. Ketika seseorang
memiliki akidah yang kuat, maka Insya Allah pengamalan agamanya juga akan
kuat.

Tapi jika akidah rapuh, maka pengamalan agama juga akan rapuh. Karena itu, saat
Rasulullah diutus untuk menyampaikan akidah, rentang waktunya lebih lama
dibandingkan menyampaikan ibadah, yakni 13 tahun. Sedangkan menyampaikan
ibadah, waktunya hanya sepuluh tahun.

Akidah bisa membuat orang selamat di dunia dan akhirat. Di dunia, seseorang
yang memiliki akidah yang ‘salah’, akan membuat umat maupun pemerintah
menjadi marah. Jika di dunia saja dusah begitu, apalagi nanti di akhirat.

Banyak hal yang bisa merusak akidah.

1. Pertama karena faktor pendidikan


Dengan pendidikan yang lemah, maka akidah orang juga akan mudah
goyah. Karena itu, pendidikan akidah harus diajarkan sedini mungkin.
Bahkan, dalam Islam, agar memiliki anak-anak shaleh dan shaleha, maka
pendidikan akidah sudah dimulai sebelum menikah. Setelah itu,
pendidikan akidah juga ditanamkan pada anak saat masih dalam
kandungan, saat dilahirkan dan sesudah dilahirkan, maupun selama masa
pertumbuhannya.

7
2. Faktor kedua yang bisa merusak akidah adalah ekonomi. Lemahnya
ekonomi bisa membuat akidah seseorang menjadi goyah. Kemiskinan bisa
membuat orang berpindah keyakinan.
3. Faktor ketiga adalah politik. Hal itu seperti yang pernah terjadi pada
bangsa Indonesia saat dijajah Belanda yang merupakan non muslim.
Selain merampas kekayaan alam, para penjajah juga datang dengan misi
menyebarkan agama mereka pada penduduk lokal.
4. Faktor lain yang bisa merusak akidah adalah sosial. Ketika di masyarakat
terjadi bentrokan hingga menimbulkan teror, maka orang akan mencari
perlindungan pada orang atau kelompok yang dianggap bisa memberikan
keamanan dan kenyamanan. Namun yang berbahaya, jika orang/kelompok
yang dimintai perlindungan itu berasal dari kelompok non muslim. Dalam
kondisi seperti itu, akidah seseorang bisa terpengaruh.
5. Dari semua faktor itu, yang paling penting adalah faktor orang tua. Dalam
sebuah hadis, Rasulullah SAW menyatakan bahwa setiap anak dilahirkan
dalam keadaan fitrah. Lalu kedua orang tuanyalah yg menjadikannya
sebagai yahudi, nasrani dan majusi. Hal itu menunjukkan betapa besar
peran orang tua dalam menentukan akidah setiap anak.

Untuk mempertahankan akidah dari berbagai faktor yang bisa menyebabkan


rusaknya akidah, maka harus menguatkan mutu pendidikan, terutama pendidikan
agama. Selain itu, harus tercipta kestabilan dan keamanan daerah.

Selain itu, supaya anak-anak memiliki akidah yang kuat, selain


pendidikan, orang tua juga harus melakukan pemantauan dan pengawasan
terhadap perilaku dan pergaulan anak. 8

8
Rosihan Anwar, Aqidah Akhlak, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), Cet. Ke-1, h. 13-14

8
D. Faktor yang menyebabkan terjadinya rusaknya aqidah menurut
Athian

Pertama, kurangnya mengkaji ilmu tentang agama Islam, seperti saat sebuah
masyarakat yang tidak dibangun di atas fondasi akidah yang benar akan sangat
rawan terbius berbagai kotoran materialisme. Sehingga menurut Athian, mereka
malas ketika diajak untuk melakukan kajian-kajian tentang ilmu Islam yang baik
dan benar.

Kedua, Ta'ashshub atau fanatik terhadap nenek moyang dan tetap


mempertahankannya meskipun hal tersebut termasuk kebatilan.

Ketiga, Taklid buta atau mengikuti tanpa landasan dalil. Dalam hal ini, Athian
menjelaskan perkara tersebut terjadi dengan mengambil pendapat-pendapat orang
dalam permasalahan akidah tanpa mengetahui landasan dalil dan kebenarannya.

"Banyak kelompok-kelompok yang kini menjadi aliran sesat karena kurang


pahamnnya terhadap dalil dan kebenaran yang sebenarnya,".

Keempat, mengungkapkan banyak dari umat Islam yang berlebihan dalam


menghormati para wali dan orang-orang saleh. "Mereka mengangkatnya melebihi
kedudukannya sebagai manusia,".

dalam perkara kelima, manusia lalai dalam merenungkan ayat-ayat Allah, baik
dari ayat kauniyah maupun qur'aniyah. Hal tersebut terjadi karena manusia terlalu
mengagumi perkembangan kebudayaan materialistik yang digembor-gemborkan
oleh orang barat.

"Mereka berpikir kecanggihan dan kekayaan materi adalah ukuran kehebatan,


sampai mereka terheran-heran atas kecerdasan mereka,".9

9.
Harun Nasution, Akal dan Wahyu dalam Islam, Abdus Syakur, Polemik Harun Nasution
dalam Falsafat dan Teologi 373

9
E. Kesimpulan

Aqidah adalah inti daripada pendidikan Islam yang merupakan tujuan


diutusnya para Rosul di muka bumi ini. Pendidikan aqidah ini di bawa oleh setiap
para Nabi dan Rosul, dengan seiringnya penyebaran agama Islamdi muka bumi
ini, maka pendidikan aqidah tidak pernah terabaikan, karena Islam yang di
sebarkan oleh para Nabi adalah Islam yang masih murni atau masih utuh, yaitu
keutuhan dalam Islam kemudian iman dan ihsan.

Aqidah yang benar adalah yang tercermin dari kemurnian seluruh amal
perbuatan manusia danibadahnya semata-mata hanya untuk Allah Swt semata.
Namun aqidah itu bisa rusak oleh beberapa hal, diantara adalah Syirik dan nifaq,
Kufur, Murtad, Khurafat, Tahayul. Munafiq.

Namun juga ada faktor lain yang mempengaruhi rusaknya akidah antara lain
Dengan pendidikan yang lemah, maka akidah orang juga akan mudah goyah.
Lemahnya ekonomi bisa membuat akidah seseorang menjadi goyah. Kemiskinan
bisa membuat orang berpindah keyakinan. Faktor politik, faktor social dan faktor
orang tua.

10
DAFTAR PUSTAKA

Amsyari Fuad, Budaya Munafik. Surabaya 1996. Halaman 27


Harun Nasution, Akal dan Wahyu dalam Islam, Abdus Syakur, Polemik
Harun Nasution dalam Falsafat dan Teologi 373

Muhamad Yusuf. Jangan Jadi Munafik siapa saja bisa jadi Munafik. Bandung
2008. Halaman 30

Murtadho Naufal, Konsep Pendidikan Aqidah Perspektif Syaikh Shalih


Fauzan Al Fauzan, ( Lampung : Brama Sari, 2017)

Musa Nasr Muhammad, Munafik Menurut Al Qur’an dan As Sunnah.


Jakarta: Darus Sunah. 2011). Halaman 7

Pangulu Abdul Karim, “Fungsi Aqidah dan Sebab-sebab Penyimpangan


dalam Aqidah” , Jurnal Tarbiyah, Volume 07 Nomor 01 ,( 2017), hal 41.

Rosihan Anwar, Aqidah Akhlak, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), Cet. Ke-
1, h. 13-14

Syeikh Abdul Aziz Bin Abdullah Bin Baz Rahihmahulla, HAL-HAL


YANG MERUSAK AQIDAH,1994, Hlm 29.

Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, (Yogyakarta: Heppy el Rais, 2011),


hal. 8

11

Anda mungkin juga menyukai