Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PSIKOLOGI DAKWAH

MUNAFIK

Dosen Pembimbin:

Susapto, S. Fil, M. Pd

Disusun Oleh:

Trima Mulya

Achtur Dwi Purnomo

Ahmad Hudaiby

PRODI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU DAKWAH

DAARUL MUSHLIHIN KENDAL

TAHUN 2023/2024

ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puja dan puji bagi Allah SWT yang telah memberikan
nikmat iman, Islam serta nikmat sehat. Tak lupa pula kita panjatkan Sholawat serta
salam kepada baginda Nabi Muhammad Saw. beserta para keluaga, sahabat dan
orang-orang salih dan kaum muslimin seluruhnya.

Terima kasih kepada teman-teman yang senantiasa memberi bantuan dan


dukungan atas penyusunan makalah ini, khususnya kepada dosen Pembimbing
mata kuliah Psikologi Dakwah, Susapto. S, Fil, M. Pd. Dengan judul makalah
Munafik.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam


penyusunan makalah ini, oleh karena itu kami memohon kepada seluruh pembaca
agar dapat memberi masukan, kritik dan sarannya agar ke depannya menjadi lebih
baik.

Kendal, 21 Mei 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 1
BAB II ..................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2
A. Definisi Munafik .......................................................................................... 2
B. Jenis dan Ciri Orang Munafik ..................................................................... 3
C. Sifat dan perumpamaan Orang Munafik ...................................................... 5
D. Dampak dari Munafik .................................................................................. 9
E. Menghilangkan Sifat Munafik ................................................................... 12
BAB III.................................................................................................................. 13
PENUTUP ............................................................................................................. 13
A. Kesimpulan ................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata munafik, bila merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan dengan
berpura-pura percaya atau setia dan sebagainya kepada agama dan sebagainya, tetapi
sebenarnya dalam hatinya tidak; suka (selalu) mengatakan sesuatu yang tidak sesuai
dengan perbuatannya; bermuka dua. Munafik adalah salah satu akhlak yang tercela yang
dapat merusak akidah Islam. Kemunafikan tidaklah hanya kepada persoalan kebohongan
keimanan seseorang kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi kemunafikan juga meliputi
persoalan amal dan perbuatan manusia terhadap sesamanya.

Sejarah Islam mencatat nama Abdullah bin Ubay, ia adalah contoh dari seorang
munafik yang ada pada zaman Nabi Muhammad saw. Sifat munafik sangat berbahaya
karena pengaruh yang akan mengakibatkan berbagai masalah di dalamnya. Maka ciri,
sifat, dan dampak yang akan terjadi pada sebuah lingkungan Islam yang di dalamnya ada
kemunafikan oleh sebagian orang maka, tidak diragukan lagi akan membuat hancur,
karena yang ditimbulkan dari dalam Islam itu sendiri.

Oleh karena itu, pada pembahsan makalah kali ini kami akan memaparkan
mengenai sifat munafik pada bab selanjutnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari munafik?
2. Apa saja jenis dan ciri orang munafik?
3. Apa saja Sifat orang munafik?
4. Bagaimana cara menghilangkan sifat munafik?
5. Apa saja dampak dari munafik?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi dari munafik
2. Mengetahui jenis dan ciri orang munafik
3. Mengetahui sifat orang munafik
4. Mengetahui cara menghilangkan sifat munafik
5. Mengetahui dampak dari munafik

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi Munafik
Pada bagian awal Al-Qur’an, Allah SWT mengelompokkan umat manusiakedalam
tiga golongan, yakni: Mukmin, Kafir, dan Munafik. Allah SWT menjelaskan ciri-
ciri orang beriman (mukmin) secara sangat ringkas. Lalu, ciri-ciri orang kafir cukup
dijelaskan dengan satu ayat. Kemudian dilanjutkan dengan menguraikan ciri-ciri orang
munafik secara panjang-lebar. Golongan munafik dibahas dengan sangat panjang
karena mereka adalah golongan yang paling berbahaya di masyarakat. Oleh karenanya,
sangatlah perlu kita mengenali ciri-ciri dan nasib mereka ini.

Nifaq (kemunafikan) menurut etimologi (bahasa) merupakan kata sifat dari


kata nafaqa; diambil dari nafaqaaul yarbu’ (lubang sarang binatang sejenis tikus).
Diumpamakan jika ia disakiti dari arah lubang sarangnya dan dipukul dari sarang lubang
lain, maka akan keluarlah kepalanya. Dia akan menampakkan diripada lubang tersebut dan
bersembunyi ke lubang lain. Dan menurut terminologi (istilah), kemunafikan dibagi menjadi
dua yaitu:

1. Nifaq I’tiqadi (keyakinan) Yakni jika bathin bertentangan dengan keyakinan iman
2. Nifaq ‘amali (sikap keseharian)Jika bathin bertentangan dengan dalam hal selain
keyakinan iman

Munafiq atau Munafik (kata benda, dari bahasa Arab: munafiq, plural
munafiqun) adalah terminologi dalam Islam untuk merujuk pada mereka yang berpura
pura mengikuti ajaran agama namun sebenarnya tidak mengakuinya dalam hatinya,
Dalam Al Qur'an terminologi ini merujuk pada mereka yang tidak beriman namun berpura-
pura beriman. Berikut ungkapan orang-orang munafik:

• Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui,


bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". Dan Allah mengetahui bahwa
sesungguhnya kamu benar- benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa
sesungguhnya orang-orangmunafik itu benar-benar orang pendusta .
• Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka
menghalangi (manusia) dari jalan Allah.Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah
mereka kerjakan.

2
• Yang demikianitu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian
menjadikafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat
mengerti.QS (63:1-3)

Ibnu Rajab mendefinisikan, bahwa nifaq menurut syariat dibagi menjadi dua:

1. Nifaq Akbar
Jika seseorang menampakkan iman kepada Allah SWT, para malaikat–Nya, kitab-
kitab-Nya, para Rasul-Nya, dan hari Kiamat tetapi bathinnya menyimpan rasa
penentangan akan keseluruhan atau sebagian dari imantersebut.
2. Nifaq Asghar
Yaitu kemunafikan dalam sikap (nifaq ‘amal) dengan menampakkan kecocokan
dan menyimpan hal-hal yang bertentangan dengan semua itu. Nifaq I’tikad
menjadikan pelakunya kafir dan keluar dari keimanan.

Kemunafikan tipe inilah yang ada pada orang-orang munafik masa Rasulullah SAW.
Banyak ayat Al-Qur’an turun menerangkan kondisi mereka, dan merekalahyang mencetak
kemunafikan gaya baru pada umat ini. Ibnu Juraij berkata:”Ucapan orang munafik
selalu menyelisihi perbuatan mereka. Apa yang ia sembunyikan selalu menyelisihi
apa yang ia tampakkan. Bathinnya menyelisihi luarnya dan kehadirannya menyelisihi
ketidakhadirannya. Sifat-sifat orang munafik kebanyakan diturunkan dalam surat-surat
madaniyah karena di Makkahsunyi dari tindakan kemunafikan.

B. Jenis dan Ciri Orang Munafik


Ada dua jenis nifaq (kemunafikan), yakni nifaq Akbar yang disebut juga Nifaq
Itiqadi (keyakinan) dan Nifaq „Amali (perbuatan).

1. Nifaq Itiqadi (Keyakinan)


Nifaq itiqadi yaitu nifak besar yang menampakan kekufuran. Jenis nifaq ini
menjadikan keluar dari agama dan pelakunya berada di dalam kerak Neraka. Allah
menyifati para pelaku nifaq ini dengan berbagai kejahatan seperti kekufuran
ketiadaan iman, mengolok-olok Agama dan pemeluknya serta kecenderungan
kepada musuh-musuh untuk bergabung dengan mereka untuk bergabung dengan
mereka dalam memusuhi Islam. Orang-orang munafik jenis ini senantiasa ada pada
setiap zaman. Lebih lebih ketika tampak kekuatan Islam dan mereka tidak mampu
membendung secara lahiriyah.

3
Dalam keadaan seperti itu, mereka masuk dalam agama Islam untuk
melakukan tipu daya terhadap agama dan pemeluknya secara sembunyi-sembunyi
juga agar mereka bisa hidup bersama umat Islam dan merasa tenang dalam hal jiwa
dan harta benda mereka. Karena itu, seorang munafik menampakan keimanannya
kepada Allah Swt, Malaikat-Nya, Kitab-Nya dan hari Akhir, tetapi dalam hatinya
mereka berpura-pura dari semua itu dan mendustakannya. Nifaq jenis ini ada empat
macam:
a. Mendustakan Rasulullah Saw atau mendustakan sebagian dari pada apa yang
Beliau bawa.
b. Membenci Rasulullah Saw. Atau membenci sebagian apa yang Beliau bawa.
c. Merasa gembira dengan kemunduran agama Islam.
d. Tidak senang dengan kemenangan Islam
2. Nifaq Amali (Perbuatan)
Nifaq Amali yaitu melakukan sesuatu yang merupakan perbuatan orang-
orang munafik tetapi masih tetap ada Iman di dalam hatinya. Nifaq jenis ini tidak
mengeluarkan dari Agama, tetapi merupakan wasilah (pelantara) kepada yang
demikian. Pelakunya berada dalam Iman dan nifaq. Lalu, jika perbuatan nifaqnya
banyak, maka akan bisa menjadi sebab terjerumusnya dia kedalam nifaq
sesungguhnya, berdasarkan sabda Nabi Saw:
Artinya: “Dari Abdullah ibn „Amr bahwa Nabi Saw bersabda: “Empat sifat
yang barang siapa mengerjakannya, maka ia menjadi munafik tulen, dan barang
siapa yang melakukan salah satu dari empat sifat itu, maka di dalam dirinya terdapat
sifat nifaq sehingga ia meninggalkannya, yaitu: (1) apabila dipercaya, ia berkhianat,
(2) apabila berbicara, ia dusta, (3) apabila berjanji, ia tidak menepati, dan (4) apabila
bertengkar, ia curang (mau menang sendiri). (H.R. Bukhari, Muslim)

Terkadang pada diri seorang hamba berkumpul kebiasaan-kebiasaan baik


dan kebiasaan-kebiasaan buruk, kebiasaan-kebiasaan iman dan kebiasaankebiasaan
kufur dan nifaq. Karena itu, ia mendapatkan pahala dan siksa sesuai konsekuensi
dari apa yang mereka lakukan seperti malas dalam melakukan shalat berjamaah di
masjid. Inilah di antara sifat orang-orang munafik. Sifat nifaq adalah sesuatu yang
buruk dan sangat berbahaya karena itulah sehingga para sahabat begitu sangat
takutnya kalau dirinya terjerumus ke dalam nifaq

4
C. Sifat dan perumpamaan Orang Munafik
1. Sifat Orang Munafik

Mengingkari Janji Janji adalah sebuah perkataan atau pengakuan yang


bersifat mengikat diri sendiri terhadap sesuatu ketentuan yang dia katakan. Karena
sifatnya yang mengikat, janji ini harus ditepati dan dipenuhi Dalam agama Islam
pun demikian. Janji merupakan sesuatu yang harus ditepati Dalam sejarah
perkembangan Islam banyak di informasikan bagaimana tidak tunduk orang
Munafik yg sering kali mengecewakan Nabi dan sahabat setianya, misalkan dalam
setiap peperangan, pertama dia berjanji kepada Nabi membela Islam, tetapi
keberangkatan perang dilakukan mencari alasan-alasan untuk tidak berperang.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Telah menceritakan kepada kami Sulaiman Abu ar-Rabi’ berkata, telah


menceritakan kepa da kami Isma’il bin Ja’far berkata, telah menceritakan kepada
kami Nafi’ bin Malik bin Abu ‘Amir Abu Su hail dari bapaknya dari Abu Hurairah
dari Nabi saw., beliau bersabda: “Tanda-tanda munafik ada tiga; jika berbicara
dusta, jika berjanji mengingkari dan jika diberi amanat dia
khianat”(.H.R.alBukhari.No.32. )

Dari hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas, kita bisa


mengetahui bahwa janji mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam Islam.
Tidak boleh kita seenaknya mengucap janji jika kita tidak merasa yakin bisa
menepatinya. Tentang pentingnya menepati janji ini juga ada dalam surat an Nahl
ayat 91 , yang berbunyi:

“Tepatilah janji dengan Allah apabila kamu berjanji. Janganlah kamu


melanggar sumpah(-mu) setelah meneguhkannya, sedangkan kamu telah
menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah itu). Sesungguhnya Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan”.( Nahl ayat 91)

Hal ini merupakan bagian yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala, yaitu
menepati janji dan ikatan serta memelihara sumpah yang telah dikuatkan.

a. Berdusta
Nawawi mengatakan bahwa dusta itu adalah menceritakan sesuatu, namun
tidak sesuai dengan fakta sebenarnya, baik itu disengaja ataupun tidak. Kalau

5
seseorang melakukan hal demikian dengan sengaja, maka hukumnya berdosa.
Sedangkan orang yang tidak sengaja melakukannya, maka tidak ada dosa
baginya.

“Telah menceritakan kepada kami Musaddad bin Musarhad berkata, telah


menceritakan kepada kami Yahya dari Bahz bin Hakim ia berkata; telah
menceritakan kepadaku Bapakku dari Bapaknya ia berkata, “Aku mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Celakalah bagi orang yang
berbicara lalu berdusta untuk membuat orang lain tertawa. Celakalah ia,
celakalah ia.

Sesungguhnya orang munafik sungguh berdusta dalam segala apa yang


mereka katakan, mereka tidak mengakui dengan hati mereka apa yang lidah-
lidah mereka katakan. Dalam ayat di atas, Allah menerangkan sifat-sifat orang
munafik, yaitu: Selalu berdusta, menuturkan apa yang tidak menjadi isi hati,
bersumpah palsu untuk menutupi kenifakan mereka dan penakut. Harifuddin
Cawidu menyatakan bahwa ayat di atas merupakan penegasan bahwa dusta
adalah watak dasar dari orang munafik. ereka memakai topeng yang berlapis-
lapis untuk menutupi keaslian diri mereka yang sebenarnya. Untuk lebih
menutupi dusta itu, mereka tidak segan-segan mengumbar sumpah palsu.
Orang-orang munafik memang sangat ahli dalam menyembunyikan kedok.
Mereka mengandalkan kelicikan, tipuan, kepandaian bersilat lidah untuk
mengambil hati orang lain.

b. Bakhil
Bakhil adalah sifat tercela yang mempunyai pengaruh sangat besar,
terhadap pelakunya maupun masyarakat. Bagi pelakunya, ia akan selalu dijauhi
orang dalam pergaulan sehari-hari, karena orang lain merasa tidak akan bisa
mengambil manfaat kebersamaan darinya. Sementara bagi masyarakat, sikap
bakhil ini akan menyamai benih-benih egoisme dan individualisme, yang kedua
hal tersebut sangat berbahaya bagi upaya pembentukan masyarakat yang
berasaskan kebersamaan dan kekeluargaan Bakhil adalah sifat tercela yang
mempunyai pengaruh sangat besar, terhadap pelakunya maupun masyarakat.
Bagi pelakunya, ia akan selalu dijauhi orang dalam pergaulan sehari-hari, karena
orang lain merasa tidak akan bisa mengambil manfaat kebersamaan darinya.

6
Sementara bagi masyarakat, sikap bakhil ini akan menyamai benih-benih
egoisme dan individualisme, yang kedua hal tersebut sangat berbahaya bagi
upaya pembentukan masyarakat yang berasaskan kebersamaan dan
kekeluargaan menimbulkan rasa dengki dan iri hati. Dan agama Islam telah
menetapkan bahwa bersikap bakhil adalah perbuatan dosa

Kata bakhil telah masuk ke dalam wacana bahasa Indonesia yang berarti
kikir, lokek, dan pelit Di dalam al-Qur’an tidak disebutkan kata bakhil,
melainkan kata tersebut dikemukakan dalam konteks kecaman bagi orang yang
melakukannya, sebagaimana firman-Nya:

“Jangan sekali-kali orang-orang yang kikir dengan karunia yang Allah


anugerahkan kepadanya mengira bahwa (kekikiran) itu baik bagi mereka.
Sebaliknya, (kekikiran) itu buruk bagi mereka. Pada hari Kiamat, mereka akan
dikalungi dengan sesuatu yang dengannya mereka berbuat kikir. Milik Allahlah
warisan (yang ada di) langit dan di bumi. Allah Mahateliti terhadap apa yang
kamu kerjakan. (Ali Imran:180)

Sifat kikir semacam ini merupakan suatu penyakit hati yang harus segera
disembuhkan. Hal itu merupakan salah satu sifat buruk dan tercela dalam semua
pandangan agama, masyarakat, dan dalam kurun waktu kapan pun

c. Membelakangi kebenaran
Salah satu sifat yang tergambar dalam QS. al-Taubah/ 9: 75-78 ini ialah
membelakangi atau berpaling dari kebenaran. Berpaling yang dimaksud ialah
berpaling dari janji yang telah diikrarkan. Menurut Hamka dalam tafsirnya, sifat
berpaling itu muncul setelah Allah swt. memenuhi keinginannya. Maksudnya
ialah apabila sebelumnya ia merasa dirinya merupakan bagian dari anggota
masyarakat,karena rasa takutnya untuk dimintai sedekah atau kewajiban
lainnya, seiring dengan berjalannya waktu diapun berpaling dengan mengikuti
keinginannya sendiri, dan melupakan janji dengan Allah swt. dan melupakan
anggota masyarakatnya. Dengan sifatnya ini, mudahlah bagi dirinya untuk
berjanji, untuk ingkar, dan mudahlah bagi mereka memegang kepercayaan
untuk dikhianati, mereka malas dalam beribadah, mereka sengaja menjauh dari
keramaian masyarakat, dan jika beramal tidak lain hanya untuk riya

7
Maka ketika Allah mengabulkan keinginan mereka dengan memberi
karunia-Nya, mereka malah bersikap kikir atas pemberian itu dan tidak mau
bersedekah. Di samping itu, mereka juga tidak menepati janji, bahkan menjauh
dari kebaikan dan berpaling dari Allah.

2. Perumpamaan orang munafik


a. Perumpamaan tentang keadaan orang munafik

Dalam Qur’an Surah Al-Baqarah Ayat 17 dan 19, Perumpamaan mereka


seperti orang-orang yang menyalakan api, setelah menerangi sekelilingnya,
Allah melenyapkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka
dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Atau seperti (orang yang ditimpa) hujan
lebat dari langit, yang disertai kegelapan, petir dan kilat. Mereka menyumbat
telinga dengan jarijarinya, (menghindari) suara petir itu karena takut mati. Allah
meliputi orang-orang yang kafir.

Pada surah Al-Baqarah ini terdapat dua perumpamaan yang ditujukan


untuk orang munafik

Pertama : “perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api,


maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang
menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat
melihat”. Perumpamaan ini menggambarkan keadaan seorang munafik. Mereka
merasa aman dengan menampilkan keislaman dalam jangka waktu yang singkat
ia serupa dengan orang yang menyalakan api untuk mendapatkan penerangan,
setalah api itu menerangi tempat sekitarnya, maka pada saat itu juga dengan
mudah Allah memadamkannya melalui hujan lebat serta angina kencang
sehingga mereka berada dalam keadaan gelap gulita.

Kedua : “atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai
gelap gulita, guruh dan kilat mereka menyumbat telinganya dengan anak
jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah
meliputi orang-orang yang kafir”. Perumpamaan ini menggambarkan sifat orang
munafik tentang kebingungan dan kecemasan. Allah telah menurukan Alquran
sebagai bimbingan hidup tapi mereka berpaling darinya. Keadaan mereka
serupa dengan orang yang dilanda hujan lebat dan suara guruh yang
memekakkan telinga, dalam keadaan itu mereka mengharapkan keselamatan.

8
Serupa dengan kaum munafik apabila ditimpa musibah yang berat maka mereka
akan kembali pada Allah dan setelahnya mereka akan tersesat kembali.

b. Perumpamaan tentang sifat orang munafik

Di dalam Qs Al-Hasyr Ayat 16:

“Bujukan orang-orang munafik itu) seperti (bujukan) setan ketika ia


berkata kepada manusia, “Kafirlah kamu!” Kemudian ketika manusia itu
menjadi kafir ia berkata, “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena
sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seluruh alam.” (Q.S Al-Hasyr
ayat 16)

Sebagaimana orang munafik yang selalu berjanji akan membersamai


mereka yang berpaling dari apa yang telah diperintahkan Allah, dan mereka
terpedaya janji tersebut hingga bergantung sepenuhnya pada kaum munafik itu.
Sedangkan kaum munafik ini mereka lepas tangan dari apa yang telah mereka
janjikan. Sifat seperti inilah disamakan kaum munafik dengan setan yang mana
tugasnya hanya menggoda umat manusia dan apabila manusia sudah terjerumus
tipu daya setan, maka tidak ada siapa yang menolong karna setan berseru bahwa
sungguh ia takut kepada Allah.

Perumpamaan ini ditujukan kepada orang-orang munafik di masa itu


usahanya dalam memprovokasi kaum yahudi untuk berperang tidak lebih
layaknya setan. Ketika setan merayu dan membujuk manusia untuk kafir,
rayuaan itu seperti perintah yang tidak dapat ditolak. Maka setelah manusia itu
tertipu, setan (kaum munafik) berlepas diri dari kosekuensi setelahnya. Manusia
yang dimaksud disini adalah manusia secara umum termasuk diantaranya Abu
Jahal yang dalam peristiwa perang badar iblis berkata kepada sebagaima tertulis
dalam Qs Al-Anfaal Ayat 48

D. Dampak dari Munafik


1. Dampak di dunia
a) Kerusakan Akibat Penyimpangan Akidah
Manusia yang fitrahnya adalah berakidah hendaknya mengindahkan apa yang
telah menjadi keyakinan kepada Allah. Apabila manusia tidak mengindahkan
keyakinannya maka akan terjadi ketidakseimbangan yang menyebabkan

9
kerusakan. Kerusakan dalam bentuk akidah, misalnya menyekutukan Allah
dengan mendatangi tukang tenung dan tukang sihir. Manusia mengira bahwa
hal ini hanya merupakan jalan menuju Allah, padahal inilah yang dinamakan
dengan perbuatan menyekutukan Allah.
b) Kerusakan Akibat Kemaksiatan
Munafik menurut al-Qur’an adalah orang yang berwajah dua atau Muzabzabin
(tidak memiliki sikap yang tegas), Kehidupan di muka bumi terdiri atas
beberapa makhluk di dalamnya antara lain manusia, hewan, dan tumbuhan.
Sebagai makhluk yang termulia di antara makhluk lainnya, manusia Allah
ciptakan memiliki beberapa tugas sebagai khalifah di bumi, yang sebelumnya
Allah beri tugas kepada malaikat untuk menjaga bumi
Dalam tafsir Ibn Katsir, melalui ayat tersebut Allah memberitahukan:
“Ketahuilah bahwa yang mereka katakan sebagai perbaikan adalah kerusakan
itu sendiri, namun karena kebodohan mereka, mereka tidak menyadari bahwa
hal itu sebagai kerusakan.”Kerusakan pada ayat ini dilakukan atas dasar
perbuatan yang dilakukan berulangulang
c) Kerusakan Akibat Memperturutkan Hawa Nafsu
Allah memberikan manusia potensi berupa hawa nafsu. Hawa nafsu merupakan
sebuah potensi untuk menentukan pilihan, sebagaimana fungsi dari hawa nafsu
adalah untuk manusia menjalankan kehidupan sebagaimana fitrahnya.
Misalnya: Ketika manusia ingin memenuhuhi kebutuhan fisiknya dengan
makan, maka manusia diberikan untuk memilih makan seperlunya atau makan
berlebihan. Bila manusia memilih untuk makan berlebihan, maka akan timbul
berbagai macam penyakit yang dapat membuat manusia sakit. Begitu juga
dengan prilaku manusia dalam mengerjakan perintah dan larangan Allah. Bila
manusia melakukan larangan makan akan terjadi kerusakan. Kerusakan dalam
arti “Memperturutkan hawa nafsu” terdapat dalam surah al-Mu’minun ayat ke
71.
“Seandainya kebenaran itu menuruti keinginan mereka, niscaya
binasalah langit dan bumi serta semua yang ada di dalamnya. Bahkan, Kami
telah mendatangkan (Al-Qur’an sebagai) peringatan mereka, tetapi mereka
berpaling dari peringatan itu”
d) Kerusakan Akibat Prilaku Merusak Lingkungan

10
Rusak bumi merupakan bagian dari perbuatan yang sangat merusak tatatanan
ekosistem bumi. Pada dasarnya bumi memang diciptakan untuk manusia. Di
dalam bumi terdapat tumbuhan dan hewan untuk kebutuhan manusia. Namun
apabila kebutuhan manusia tersebut tidak diimbangi dengan proporsional, maka
akan terjadi kerusakan. Kerusakan dalam arti kemaksiatan Dari penjelasan di
atas dapat dianalisis bahwa telah terlihat jelas perbuatan maksiat di daratan dan
di lautan akibat perbuatan manusia yang melarang perintah Allah. Kerusakan
yang menyebabkan terhentinya hujan di daratan dan diiringi peceklik bukanlah
kerusakan yang tiba-tiba, melainkan sebab kemaksiatan perbuatan manusia
kepada Allah. Melalaikan apa yang menjadi perintah Allah dan apa yang
menjadi larangan Allah. Sehingga menjadi perhatian dan pengingat bahwa,
perbuatan yang mengandung kemaksiatan akan menyebabkan kerusakan dan
me-nyebabkan manusia kekurangan akan pangan untuk bertahan hidup.
2) Dampak di akhirat

Di akhirat munafik mendapatkan penderitaan yang dahsyat, karena akan


masuk neraka, bahkan neraka yang rendah:

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan


yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat
seorang penolongpun bagi mereka” (An-Nisa : 145).

Sesungguhnya orang-orang munafik itu pada tempat) atau tingkat (yang


paling bawah dari neraka) yakni bagian kerak atau dasarnya. (Dan kamu sekali-
kali tidak akan mendapatkan seorang penolong pun bagi mereka) yakni yang
akan membebaskannya dari siksa. Sedangkan menurut Imam Nawawi
sebagaimana yang dikutip oleh Syahrin Harahap dalam Ensiklopedia Akidah
Islam, apabila seseorang telah melahirkan keislamannya (mengucap dua
kalimat syahadat), tetapi ia tidak percaya dan merusak pengakuannya dengan
perbuatan munafik, maka ia termasuk golongan kafir dan memperoleh azab
neraka.

Hal itu, karena mereka berbuat syirk kepada Allah, memerangi rasul-Nya,
membuat makar dan tipu daya terhadap kaum mukmin serta melancarkan
serangan kepada kaum mukmin secara diam-diam. Mereka sudah merugikan
umat Islam, namun mereka disikapi oleh kaum muslim secara baik karena

11
zhahirnya yang menampakkan keislaman. Mereka memperoleh sesuatu yang
sebenarnya tidak mereka peroleh. Karena inilah mereka mendapatkan siksa
yang paling keras dan tidak ada yang menolong mereka dari azab itu. Ayat ini
adalah umum, mengena kepada setiap orang munafik, kecuali orang yang
dikaruniakan Allah bertobat dari segala maksiat.

E. Menghilangkan Sifat Munafik


Bila hati di penuhi dengan hal-hal lain, seperti kufur, fasik, dan durhaka,lisan
tergerak untuk memfitnah,mengadu domba,serta berbuat keji dan cabul, sebagai ulama
mengatakan " orang yang cinta kepada Allah tidak mendapatkan kesenangan dunia dan
tidak lalai dari zikir kepada Allah sekejap pun maka dari itu ada 5 bagian agar bisa
menghilangkan atau menyembuhkan hati yang sakit karna sifat orang munafik yaitu:

1. Bergaul dengan orang-orang shaleh. Bukan berarti Islam menganjukan untuk


membeda-bedakan dalam bergaul, akan tetapi karena orang shaleh akan
menunjukkan temannya kepada jalan yang diridhai Allah.
2. Membaca Alquran dan mentadaburi maknanya. Seseorang yang mau menghayati
makna yang tersirat dalam Alquran maka Allah akan membukakan dan melunakkan
hatinya. Sebagaimana yang terjadi terhadap Umar bin Khathab yang hatinya
langsung luluh seketika mendengar lantunan ayat suci.
3. Mengosongkan perut dari makanan yang haram. Sebab selain dapat merusak hati,
seseorang yang memakan makanan haram tidak akan diterima doa dan
permohonannya oleh Allah swt.
4. Mendirikan shalat malam dengan melaksanakan shalat tahajud. Sebab sebagai
Imam Thabari menjelaskan bahwa shalat malam dapat memperbaiki kualitas
keimanan seseorang dan Allah akan meliputinya dengan rahmah.
5. Merendahkan diri di hadapan Allah dengan zikir dan tasbih di waktu sahur hingga
waktu subuh. Sebab zikir dapat menentramkan hati serta membersihkannya dari
penyakit-penyakit hati yang berbahaya seperti ,amarah, hasad, iri dan dengki .

12
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Sifat munafik merupakan sifat yang tercela, perilaku yang berpura pura mengikuti
ajaran agama Islam dan di dalam hatinya tidak mengakuinya. Sebagaimana perumpamaan
tikus yang telah dijelaskan di atas. Sifat munafik juga memiliki ciri, sifat dan dampak yang
dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Jenis-Jenis Munafik
• Itiqadi (keyakinan)
• Nifaq Amali (perbuatan).
2. Ciri-ciri Munafik
• Apabila dipercaya, ia berkhianat,
• Apabila berbicara, ia dusta,
• Apabila berjanji, ia tidak menepati,
• Apabila bertengkar, ia curang (mau menang sendiri).

Sifat munafik juga dapat merusak baik itu pada dari pada diri pribadi atau orang
lain, maka dalam mengatasi masalah yang ada pada diri masing-masing apakah ada ciri-
ciri sifat munafik, oleh karena itu, sifat munafik harus bisa dihilangkan pada diri seorang
muslim.

13
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar, S. (2021, Agustus 23 ). MUNAFIK DALAM TAFSIR AL-QUR’AN AL-KARÎM. Jakarta,
Indonesia.
Majidi, B. (2022, September 23). KARAKTERISTIK ORANG-ORANG MUNAFIK DALAM AL-
QU’RAN. Mataram, NTB, Indonesia.
SHARIMAH. (2022, Juli 06 ). PERUMPAMAAN ORANG MUNAFIK. DARUSSALAM - BANDA
ACEH, ACEH, INDONESIA.

14

Anda mungkin juga menyukai