Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH FISIKA

EFEK FOTOLISTRIK

OLEH:

NAMA : TETI MUSA

KELAS : 12 MIA 1

EFEK FOTO LISTRIK

Pernahkah kamu melihat pelangi? Pernahkah kamu melihat warna-warni di jalan aspal
yang basah? Pelangi terjadi akibat dispersi cahaya matahari pada titik-titik air hujan. Adapun
warna-warni yang terlihat di jalan beraspal terjadi akibat gejala interferensi cahaya. Gejala
dispersi dan interferensi cahaya menunjukkan bahwa cahaya merupakan gejala gelombang.
Gejala difraksi dan polarisasi cahaya juga menunjukkan sifat gelombang dari cahaya.

pola warna-warni di atas aspal basah yang dikenai bensin terjadi akibat interferensi cahaya.

Gejala fisika yang lain seperti spektrum diskrit atomik, efek fotolistrik, dan efek
Compton menunjukkan bahwa cahaya juga dapat berperilaku sebagai partikel. Sebagai partikel
cahaya disebut dengan foton yang dapat mengalami tumbukan selayaknya bola.

Efek Fotolistrik

Ketika seberkas cahaya dikenakan pada logam, ada elektron yang keluar dari permukaan
logam. Gejala ini disebut efek fotolistrik. Efek fotolistrik diamati melalui prosedur sebagai
berikut. Dua buah pelat logam (lempengan logam tipis) yang terpisah ditempatkan di dalam
tabung hampa udara. Di luar tabung kedua pelat ini dihubungkan satu sama lain dengan kawat.S
Mula-mula tidak ada arus yang mengalir karena kedua plat terpisah. Ketika cahaya yang sesuai
dikenakan kepada salah satu pelat, arus listrik terdeteksi pada kawat. Ini terjadi akibat adanya
elektron-elektron yang lepas dari satu pelat dan menuju ke pelat lain secara bersama-sama
membentuk arus listrik.

Hasil pengamatan terhadap gejala efek fotolistrik memunculkan sejumlah fakta yang merupakan
karakteristik dari efek fotolistrik. Karakteristik itu adalah sebagai berikut.

Hanya cahaya yang sesuai (yang memiliki frekuensi yang lebih besar dari frekuensi
tertentu saja) yang memungkinkan lepasnya elektron dari pelat logam atau menyebabkan terjadi
efek fotolistrik (yang ditandai dengan terdeteksinya arus listrik pada kawat). Frekuensi tertentu
dari cahaya dimana elektron terlepas dari permukaan logam disebut frekuensi ambang logam.
Frekuensi ini berbeda-beda untuk setiap logam dan merupakan karakteristik dari logam itu.

Ketika cahaya yang digunakan dapat menghasilkan efek fotolistrik, penambahan


intensitas cahaya dibarengi pula dengan pertambahan jumlah elektron yang terlepas dari pelat
logam (yang ditandai dengan arus listrik yang bertambah besar). Tetapi, Efek fotolistrik tidak
terjadi untuk cahaya dengan frekuensi yang lebih kecil dari frekuensi ambang meskipun
intensitas cahaya diperbesar.
ketika terjadi efek fotolistrik, arus listrik terdeteksi pada rangkaian kawat segera setelah cahaya
yang sesuai disinari pada pelat logam. Ini berarti hampir tidak ada selang waktu elektron
terbebas dari permukaan logam setelah logam disinari cahaya.

Karakteristik dari efek fotolistrik di atas tidak dapat dijelaskan menggunakan teori gelombang
cahaya. Diperlukan cara pandang baru dalam mendeskripsikan cahaya dimana cahaya tidak
dipandang sebagai gelombang yang dapat memiliki energi yang kontinu melainkan cahaya
sebagai partikel.

Perangkat teori yang menggambarkan cahaya bukan sebagai gelombang tersedia melalui
konsep energi diskrit atau terkuantisasi yang dikembangkan oleh Planck dan terbukti sesuai
untuk menjelaskan spektrum radiasi kalor benda hitam. Konsep energi yang terkuantisasi ini
digunakan oleh Einstein untuk menjelaskan terjadinya efek fotolistrik. Di sini, cahaya dipandang
sebagai kuantum energi yang hanya memiliki energi yang diskrit bukan kontinu yang dinyatakan
sebagai E = hf.

Konsep penting yang dikemukakan Einstein sebagai latar belakang terjadinya efek
fotolistrik adalah bahwa satu elektron menyerap satu kuantum energi. Satu kuantum energi yang
diserap elektron digunakan untuk lepas dari logam dan untuk bergerak ke pelat logam yang lain.
Hal ini dapat dituliskan sebagai

Energi cahaya = Energi ambang + Energi kinetik maksimum elektron

E = W0 + Ekm

hf = hf0 + Ekm

Ekm = hf – hf0
Persamaan ini disebut persamaan efek fotolistrik Einstein. Perlu diperhatikan bahwa W0
adalah energi ambang logam atau fungsi kerja logam, f0 adalah frekuensi ambang logam, f
adalah frekuensi cahaya yang digunakan, dan Ekm adalah energi kinetik maksimum elektron
yang lepas dari logam dan bergerak ke pelat logam yang lain. Dalam bentuk lain persamaan efek
fotolistrik dapat ditulis sebagai.

Dimana m adalah massa elektron dan ve adalah dan kecepatan elektron. Satuan energi dalam SI
adalah joule (J) dan frekuensi adalah hertz (Hz). Tetapi, fungsi kerja logam biasanya dinyatakan
dalam satuan elektron volt (eV) sehingga perlu diingat bahwa 1 eV = 1,6 × 10−19 J.

Potensial Penghenti

Gerakan elektron yang ditandai sebagai arus listrik pada gejala efek fotolistrik dapat
dihentikan oleh suatu tegangan listrik yang dipasang pada rangkaian. Jika pada rangkaian efek
fotolistrik dipasang sumber tegangan dengan polaritas terbalik (kutub positif sumber
dihubungkan dengan pelat tempat keluarnya elektron dan kutub negatif sumber dihubungkan ke
pelat yang lain), terdapat satu nilai tegangan yang dapat menyebabkan arus listrik pada rangkaian
menjadi nol.

Arus nol atau tidak ada arus berarti tidak ada lagi elektron yang lepas dari permukaan
logam akibat efek fotolistrik. Nilai tegangan yang menyebabkan elektron berhenti terlepas dari
permukaan logam pada efek fotolistrik disebut tegangan atau potensial penghenti (stopping
potential). Jika V0 adalah potensial penghenti, maka

Ekm = eV0

Persamaan ini pada dasarnya adalah persamaan energi. Perlu diperhatikan bahwa e adalah
muatan elektron yang besarnya 1,6 × 10−19 C dan tegangan dinyatakan dalam satuan volt (V).
METODE PENELITIAN
3.1. Alat dan Bahan
1. Seperangkat komputer
2. Java Runtime Environment
3. Software simulasi efek fotolistrik PhET
3.2. Prosedur Kerja
1. Pastikan komputer sudah terinstal Java Runtime Environment
2. Hidupkan sofware simulasi efek fotolistrik pada kumputer yang sudah di unduh kelik tanda
undu seperti terlihat pada gambar.
3. Kemudian jalan program simulasi efek fotolistrik Phet seperti terlihat pada gambar.
4. Klik arus vs tegangan baterai; arus vs intensitas cahaya energi elektron dan frekuensi cahaya
pada bagian grafik.
5. Klik kemudian geserlah panjang gelombangan dengan nilai panjang gelombang 200 nm
dengan intensitas 50%.
6. Ubahlah tegangan baterai dengan mengklik.
7. Ubahlah Intensitas Cahaya dengan mengklik.
8. Ulangi langkah 5 s/d 7 dengan intensitas 100%
9. Cetaklah grafik dengan mengklik gambar kamera.

4.1 Hasil Pengamatan

a. Tabel 4.1. Pengaruh tegangan baterai terhadap arus listrik

Intensitas 100%

No λ (nm) Tegangan
Arus ( ampere)
(volt)
200 -3,00 0,000
-2,00 0,000
1. -1,00 0,038
2. 0,00 0,248
3. 1,00 0,248
4. 2,00 0,248
5. 3,00 0,248

b. Tabel 4.2. Pengaruh intensitas terhadap arus listrik

Jenis Logam Intensitas Panjang Arus Listrik


(%) Gelombang (A)
(nm)
Tembaga 10 200 0,025
20 0,049
30 0,073
40 0,099
50 0,124
60 0,149
70 0,172
80 0,199
90 0,223
100 0,248

c. Tabel 4.3. Hubungan antara frekuensi dan Energi kinetik

No Warna Cahaya λ (nm) Intensitas 100%


Arus Tegangan Frekuensi Energi Fungsi
(A) (volt) cahaya Elektron kerja (eV)
(10^17 Hz) (Ek)
(10^-19 J)
1. 250 2,486 0,00 0,012 0,795
2. 225 1,095 2,00 0,0133 1,613
3. 200 0,534 4,00 0,015 2,739 12,092
4. 175 0,220 6,00 0,02 4,159
5. 150 0,073 8,00 0,024 6,052

4.3 Pembahasan

a. Hubungan Antara arus dengan tegangan baterai


Efek fotolistrik terjadi ketika elektron terlepas dari permukaan suatu permukaan logam
yang disinari cahaya (foton) yang memiliki energi lebih besar dari energi ambang (fungsi kerja)
logam. Pada percobaan pertama ini bertujuan untuk mendiskripsikan grafik arus terhadap
tegangan batrai, kami melakan percobaan mengunakan logam tembaga yang di sinari dengan
sinar UV (ultraviolet) 200 nm dengan intensitas 100%. pada percobaan ini kami memanipulasi
tegangan batrai antara tegangan -3,00 Volt sampai 3,00 Volt didapatkan respon berupa nilai arus
yang bervariatif.

Gambar 4.1. Grafik hubungan antara arus dan tegangan baterai

Berdasarkan gambar 4.1 grafik hubungan antara arus terhadap tegangan baterai teramati
ketika teganan -3,00 Volt dan -2,00 Volt di dapatkan nilai arus 0,000 Ampere sedangkan ketika
tegangan -1,00 Volt arus berubah menjadi 0,038 Ampere. ketika tegangan -3 Volt sampai 0
Volt di dapatkan nilai arus dalam grafik kesebandingan, yang artinya semakin tegangan
mengarah ke nilai beda potensial yang positive maka semakin besar nilai arus. pada tengangan 0
sampai 3 Volt di dapatkan nilai arus yang konstan sebesar 0,248 A. Dari percoaan terlihat bahwa
pengaruh tegangan terhadap arus terbagi menjadi 3 bagian yaitu arus akan konstan bila di beri
tegangan positive, pada tegangan -2 Volt sampai 0 V akan terbentuk grafik linier ke atas,dan
pada tegangan kurang dari -2 Volt nilai arus nol. nilai tegangan -2 Volt dalam percobaan ini
adalah nilai minimun tegangan untuk bisa menghasilkan arus atau yang di kenal (stopping
potensial). Nilai (stopping potensial) berbeda beda untuk setiap logam. Nilai ini yang di gunakan
untuk nantinya mengetahui energy ambang atau fungsi kerja (w). Energi ambang adalah energy
minimum yang di butuhkan untuk melepas elektron dari logam.

b. Hubungan antara arus dengan intensitas cahaya

Gambar 4.2. Grafik hubungan antara arus dan intensitas

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, pengaruh intensitas cahaya terhadap arus
fotoelektrik adalah berbanding lurus. Pada saat perangkat mulai dihidupkan dan belum dinaikkan
intensitas cahayanya, pada layar belum ada arus yang terbaca. Kemudian, saat intensitas cahaya
dinaikkan, penunjukkan arus pada layar juga meningkat. Semakin meningkat intensitas, semakin
tinggi pula jumlah arus yang terbaca pada layar. Sehingga dapat dikatakan bahwa intensitas
cahaya berbanding lurus dengan kuat arus fotolistrik. Hal ini menunjukkan adanya aliran arus
listrik. Aliran arus ini terjadi karena adanya elektron yang terlepas dari permukaan (disebut
sebagai elektron-foto).

c. Hubungan antara frekuensi dengan energi kinetik

Gambar 4.3. Grafik hubungan antara frekuensi dan energi kinetik

Pengaruh intensitas cahaya terhadap energi kinetik elektron-foto berdasarkan percobaan


yang dilakukan yaitu intensitas cahaya tidak bergantung pada energi kinetik elektron-foto.
Kenaikan intensitas cahaya menyebabkan kenaikan partikel cahaya (foton) yang membentur
permukaan logam. Sehingga apabila intensitas cahaya dinaikkan maka energi yang diterima
elektron juga meningkat. Akibatnya, energi atau elektron-foto yang dihasilkan juga meningkat
sehingga arus fotoelektrik yang dihasilkan juga meningkat.

Pengaruh intensitas cahaya terhadap energi kinetik elektron-foto berdasarkan percobaan


yang dilakukan yaitu intensitas cahaya tidak bergantung pada energi kinetik elektron-foto
tetapi hanya bergantung pada panjang gelombang.

Dengan memanipulasi panjang gelombang pada logam tembaga, didapati bahwa arus
yang dihasilkan berubah-ubah seiring dengan berubahnya panjang gelombang. Intensitas photon
yang dipancarkan juga turut dimanipulasi, dari tabel nampak bahwa intensitas juga berpengaruh
terhadap arus listrik.

Dalam menentukan fungsi kerja untuk setiap bahan logam katoda, dalam hal ini bahan
logam yang disinari perlu dipasang berkebalikan dengan kondisi semula, sehingga ketika
mencapai suatu nilai tegangan tertentu, elektron yang terlontar dari bahan logam yang tersinari
photon tidak lagi dapat mencapai plat kolektor, dalam hal ini arus listrik sama dengan nol.
Stopping potensial adalah nilai tegangan yang diambil ketika arus tepat sama dengan nol. Dalam
hal ini, energi kinetik maksimum didefinisikan sebagai hasil kali dari muatan elektron dan
stopping potensial ( ). Dari percobaan didapatkan energi kinetik berbeda-beda untuk setiap
panjang gelombang dan jenis logam.

Dari percobaan ini, data dalam tabel tersebut dapat dijadikan kedalam grafik hubungan
antara frekuensi dan energi kinetik ( ). Berikut adalah grafik hubungan antara frekuensi dan ( )
untuk setiap jenis logam:

Dari grafik didapati bahwa hubungan antara frekuensi dan energi kinetik adalah
berbanding lurus. Dimana energi kinetik bergantung pada frekuensi. Persamaan garis linear dari
grafik pada gambar 4.3. adalah y = 1037.1x - 12.092 sehingga diperoleh gradien yaitu 1037.1.

Dari hasil garis linier kemudian mensubstitusi persamaan Kmaks =


eVs ke persamaan Kmaks = hf - W didapat eVs = hf – W
sehingga diperoleh persamaan Vs = . Kemudian dalam menentukan nilai konstanta plack
menggunakan persamaan h = a.e, sedangkan fungsi kerja menggunakan .

Berdasarkan persamaan h = a.e, yang merupakan fungsi linear terhadap frekuensi,


maka kemiringan garis dari persamaan linear tersebut adalah konstanta Planck dimana secara
teori konstanta Planck adalah . Dari percobaan ini, didapati konstanta Planck logam tembaga =
16,62 x 10-34 J.s.

Selain dipengaruhi oleh frekuensi, energi kinetik maksimum juga dipengaruhi oleh fungsi
kerja untuk setiap bahan logam. Fungsi kerja sebuah bahan metal adalah jumlah minimum gaya
yang dibutuhkan untuk memindahkan electron atau membebaskan ikatan elektron yang paling
lemah dari permukaan logam. Untuk menentukan besarnya fungsi kerja dari logam yang
digunakan adalah:

Dengan persamaan garis linier dari grafik 4.3 y = 1037.1x - 12.092 sehingga diperoleh
fungsi kerja logam tembaga 12.092 eV.
A. Kesimpulan
a. simpulkan bahwa tegangan batrai berpengaruh terhadap arus yang menunjukan grafik
kesebandingan dimana semakin tegangan batrai mengarah ke positif maka arus semakin besar.
b. intensitas cahaya pada percobaan ketiga mempengaruhi kuat arus dari rangkaian.
c. Energi kinetik dipengaruhi oleh frekuensi cahaya, semakin besar frekuensi maka energi
kinetik semakin meningkat

Anda mungkin juga menyukai