Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PERCOBAAN FISIKA ANIMASI

“ EFEK FOTOLISTRIK MENGGUNAKAN PHET SIMULATION ”

Nama : Delita Wahyuningsih

Nim : A1C319020

Dosen Pengampu :

Wawan Kurniawan, S.Si., M.Cs.

Alrizal, S.Pd., M.Si.

LABORATORIUM PENDIDIKAN FISIKA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2020
I. Judul : Efek Fotolistrik Menggunakan PHET Simulation

II. Hari, Tanggal : Minggu, 28 Maret 2021

III. Tujuan :

Setelah melakukan kegiatan ini, Mahasiswa diharapkan dapat :

1. Menentukan hubungan antara arus dengan tegangan baterai


2. Menentukan hubungan antara arus dengan intensitas cahaya

IV. Landasan Teori

Gejala fotolistrik merupakan munculnya arus listrik akibat permukaan


suatu bahan logam disinari. Arus listrik yang muncul merupakan arus elektron
bermuatan negatif. Sinar yang datang dipermukaan bahan menyebabkan elektron
tereksitasi. Gejala efek fotolistrik telah dikenal sejak lama. Pada tahun 1887
Hallwach mengamati bahwa pelat yang dilapisi seng yang bermuatan negatif
kehilangan muatannya jika disinari ultraviolet. Teori fisika klasik berusaha
memberikan penjelasan terkait fakta ini. Menurut teori gelombang
elektromagnetik, intensitas merupakan kerapatan laju energi cahaya. Jika
intensitas cahaya yang datang pada permukaan bahan makin besar, maka laju
energi (energi per detik yang datang pada permukaan bahan) juga semakin besar,
dengan demikian jumlah elektron yang dipancarkan seharusnya semakin besar.
Selain itu, elektron akan tereksitasi dari pelat bila intensitas cahanya cukup,
berapapun frekuensi sinar yang digunakan.

Gejala fotolistrik selanjutnya diamati oleh Lenard pada tahun 1902.


Lenard menemukan bahwa jika pelat (seng) disinari dengan sinar ultraviolet,
maka elektron akan lepas dan meninggalkan pelat dengan fakta-fakta: (1)
kecepatan elektron yang lepas dari seng tidak bergantung pada intensitas cahaya,
tetapi hanya bergantung pada frekuensi (atau panjang gelombang) sinar yang
digunakan, (2) pada logam tertentu, tak terdapat pancaran elektron jika frekuensi
cahaya yang digunakan lebih kecil dari suatu frekuensi tertentu. Berdasarkan hasil
eksperimen juga diketahui bahwa elektron tidak dapat dipancarkan pada
sembarang nilai panjang gelombang (frekuensi), meskipun intensitasnya dibuat
besar (Krane, 1992). Fenomena yang teramati oleh Lenard sangat bertentangan
dengan teori fisika klasik. Fakta-fakta yang teramati sama sekali berbeda dengan
eksplanasi fisika klasik (Sutarno, Erwin dan Hayat, 2017).

Albert Einstein memberikan postulat bahwa “energi yang dibawa oleh


cahaya terdistribusi secara diskrit dalam bentuk paket-paket energi, bukan
terdistribusi secara kontinu sebagaimana dinyatakan oleh teori gelombang”.
Paket-paket energi ini disebut foton. Energi untuk setiap foton adalah

E = hf

di mana 𝑓 adalah frekuensi cahaya dan ℎ dikenal sebagai tetapan Plank yaitu ℎ =
6,626 × 10−34 Js.

Postulat ini menjelaskan mengapa dalam efek fotolistrik diperlukan energi


ambang. Hal ini juga menjelaskan bahwa energi kinetik elektron sebanding
dengan frekuensi cahaya yang diberikan, bukan intensitasnya. Dalam efek
fotolistrik, intensitas cahaya tidak memengaruhi besar energi kinetik elektron. Hal
ini bertentangan dengan pandangan fisika klasik bahwa energi cahaya sebanding
dengan intensitas. Menurut Einstein, intensitas cahaya diartikan sebagai energi
tiap foton dikalikan cacah foton yang menembus satu satuan luas permukaan
secara tegak lurus tiap satuan waktu. Dengan demikian intensitas cahaya
menunjukkan besar kecilnya cacah foton. Kenaikan intensitas cahaya
menunjukkan kenaikan cacah foton yang membentur permukaan logam, akibatnya
semakin tinggi intensitas cahaya semakin besar arus fotolistrik yang dihasilkan
(Mulyati, Yulianto dan Astuti, 2018).

Menurut (Anwar, Isnaini dan Utami, 2018) Physics Education Technology


(PhET) adalah software (perangkat lunak) atau program simulasi fisika yang
mudah untuk dipelajari. Kita dapat mengamati, menghitung, mengukur,
menghubungkan ruang dan waktu, membuat hipotesis, merancang eksperimen,
mengendalikan variabel, membuat kesimpulan sementara, menerapkan,
mengkomunikasikan data dan mengajukan pertanyaan. Physics Education
Technology juga merupakan program aplikasi yang terdiri dari Java dan Flash
yang saat ini sedang dikembangkan dalam dunia pendidikan. Dalam perangkat
lunak ini terdapat beberapa simulasi fisika, diantaranya adalah motion, work,
energy and power, heat and thermo, electricity and circuits, light and radiation,
quantum phenomena, serta match and tools, yang digunakan sebagai media
pembelajaran praktis, interaktif dan mencakup beberapa konsep fisika.

Simulasi yang digunakan dalam makalah ini adalah efek foto listrik
dengan bentuk programnya seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Physics
Education Technology menyediakan fasilitas yang memungkinkan kita untuk
melakukan percobaan seperti eksperimen fisika sesungguhnya, juga menyediakan
berbagai kemudahan dalam melakukan eksperimen. Penggunaan PhET simulasi
secara umum dapat mempermudah pengajar, mahasiswa, dan pelajar khususnya
tentang penjelasan materi efek foto listrik.

Gambar 1. Simulasi efek foto listrik dengan perangkat lunak PhET.

V. Alat dan Bahan

1. Seperangkat komputer
2. Software simulasi efek fotolistrik PhET

VI. Prosedur Kerja

a. Hubungan antara arus dengan tegangan baterai


1) Mempersiapkan simulasi efek fotolistrik PhET
2) Mencentang “current vs. battery voltage” pada bagian grafik
3) Mengatur intensitas dan panjang gelombang
4) Memanipulasi nilai tegangan dan mencetak grafik.
b. Hubungan antara intensitas cahaya dengan arus
1) Mempersiapkan simulasi efek fotolistrik PhET
2) Mengatur jenis logam dan panjang gelombang yang diinginkan.
3) Memanipulasi intensitas cahaya dan mencatat besar arus listrik

VII. Hasil Pengamatan


a. Tabel Pengaruh tegangan baterai terhadap arus listrik
Intensitas 100%
No λ (nm)
Tegangan (volt) Arus ( ampere)
1. -5,00 0,000
2. -2,20 0,000
3. -1,60 0,000
400
4. 0,00 0,141
5. 1,00 0,141
6. 2,00 0,141

b. Tabel Pengaruh intensitas terhadap arus listrik


Jenis Logam Intensitas Panjang Arus Listrik
(%) Gelombang (nm) (A)
Sodium 10 0,027
20 0,055
30 0,082
40 356 0,110
60 0,165
80 0,220
100 0,275

VIII. Pembahasan

a. Hubungan Antara arus dengan tegangan baterai

Efek fotolistrik terjadi ketika elektron terlepas dari permukaan suatu permukaan
logam yang disinari cahaya (foton) yang memiliki energi lebih besar dari energi
ambang (fungsi kerja) logam. Pada percobaan pertama ini bertujuan untuk
mendiskripsikan grafik arus terhadap tegangan batrai, kami melakan percobaan
mengunakan logam tembaga yang di sinari dengan sinar UV (ultraviolet) 400 nm
dengan intensitas 100%. Pada percobaan ini kami memanipulasi tegangan batrai
antara tegangan -5,00 Volt sampai 2,00 Volt didapatkan respon berupa nilai arus
yang bervariatif.

Gambar Grafik hubungan antara arus dan tegangan baterai

0.16
0.14
0.12
0.1
Arus (A)

0.08
0.06
0.04
0.02
0
-6 -4 -2 0 2 4
Tegangan Baterai (V)

Berdasarkan gambar grafik hubungan antara arus terhadap tegangan baterai


teramati ketika teganan -5,00 Volt sampai -1,60 Volt di dapatkan nilai arus 0,000
Ampere. Ketika tegangan -3 Volt sampai 0 Volt di dapatkan nilai arus dalam
grafik kesebandingan, yang artinya semakin tegangan mengarah ke nilai beda
potensial yang positive maka semakin besar nilai arus. Pada tengangan 0 sampai 2
Volt di dapatkan nilai arus yang konstan sebesar 0,141 A. Dari percoaan terlihat
bahwa pengaruh tegangan terhadap arus terbagi menjadi 3 bagian yaitu arus akan
konstan bila di beri tegangan positive, pada tegangan -2,20 Volt sampai 0 V akan
terbentuk grafik linier ke atas, dan pada tegangan kurang dari -2,20 Volt nilai arus
nol. Nilai tegangan -2,20 Volt dalam percobaan ini adalah nilai minimun tegangan
untuk bisa menghasilkan arus atau yang di kenal (stopping potensial). Nilai
(stopping potensial) berbeda beda untuk setiap logam. Nilai ini yang di gunakan
untuk nantinya mengetahui energy ambang atau fungsi kerja (w). Energi ambang
adalah energy minimum yang di butuhkan untuk melepas elektron dari logam.
b. Hubungan antara arus dengan intensitas cahaya

Gambar 4.2. Grafik hubungan antara arus dan intensitas

0.3

0.25

0.2
Arus (A)

0.15

0.1

0.05

0
0 20 40 60 80 100 120
Intensitas Cahaya (%)

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, pengaruh intensitas cahaya terhadap


arus fotolistrik adalah berbanding lurus. Pada saat perangkat mulai dihidupkan
dan belum dinaikkan intensitas cahayanya, pada layar belum ada arus yang
terbaca. Kemudian, saat intensitas cahaya dinaikkan, penunjukkan arus pada layar
juga meningkat. Semakin meningkat intensitas, semakin tinggi pula jumlah arus
yang terbaca pada layar. Sehingga dapat dikatakan bahwa intensitas cahaya
berbanding lurus dengan kuat arus fotolistrik. Hal ini menunjukkan adanya aliran
arus listrik. Aliran arus ini terjadi karena adanya elektron yang terlepas dari
permukaan (disebut sebagai elektron-foto).

IX. Kesimpulan

a. Tegangan baterai berpengaruh terhadap arus yang menunjukan grafik


kesebandingan dimana semakin tegangan baterai mengarah ke positif
maka arus semakin besar. Sedangkan jika tegangan baterai positif
diperbesar maka kuat arus yang dihasilkan adalah sama atau kosntan.
b. Pengaruh intensitas cahaya terhadap arus fotolistrik adalah berbanding
lurus. Hal ini dibuktikkan dengan semakin meningkat intensitas cahaya
maka semakin tinggu pula jumlah arus yang terbaca pada phet simulation.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, K., Isnaini, M., & Utami, L. S. (2018). EKSPERIMEN EFEK FOTO
LISTRIK BERBASIS SIMULASI PhET. Paedagoria: Jurnal Kajian,
Penelitian dan Pengembangan Kependidikan, 4(2), 9-15.

Mulyanti, R. M., Yulianto, A., & Astuti, B. (2018). Miskonsepsi mahasiswa


pendidikan fisika pada materi efek fotolistrik. Phenomenon: Jurnal
Pendidikan MIPA, 8(1), 36-45.

Sutarno, S., Erwin, E., & Hayat, M. S. (2017). Radiasi Benda Hitam dan Efek
Fotolistrik Sebagai Konsep Kunci Revolusi Saintifik dalam Perkembangan
Teori Kuantum Cahaya. Titian Ilmu: Jurnal Ilmiah Multi Sciences, 9(2), 51-
58.

Anda mungkin juga menyukai