Anda di halaman 1dari 7

B

BIDANG
TEKNIK KIMIA
DAN TEKSTIL
KARAKTERISTIK HASIL OPTIMALISASI USAHA PRODUKSI PATI
TERMODIFIKASI SECARA ENZIMATIK DARI UMBI-UMBIAN
DENGAN KONVERTER SISTIM PEMANAS BERJAKED OLI

Agus Triyono
B2PTTG – LIPI, Jl. K.S Tubun No.5 Subang, Telp (0260) 411478, Fax (0260) 411239
E-mail : atriyono_b2pttg@yahoo.com

Abstrak

Produk pati-temodifikasi termasuk maltodekstrin selama ini masih diimport sehingga masih
ketergantungan bahan penolong dari luar sebagai faktor input di industri., Padahal sumber
bahan pati tersedia melimpah di Indonesia. Salah satu sumber pati yang potensial yaitu
berasal dari umbi-umbian. Maltodekstrin digunakan pada industri pangan sebagai bahan
substitusi pangan, bahan pengental, dan bahan pengisi. Maltodekstrin, sebagai bahan substitusi
dapat dimanfaatkan untuk proses pengolahan pangan fungsional, Telah dilakukan usaha
produksi maltodekstrin dengan menggunakan konverter sistim berjaket dan sistim pemanas
dengan oil heater. Metoda percobaan produksi maltodektrin dengan sistim basah pada
berbagai konsentrasi substrat pati dari pati ubi kayu agar dapat diperoleh konsentrasi substrat
pati yang optimum. Hidrolisa secara enzim α–amilase dari Bacillus licheniformis dengan
menggunakan dekstrinator sistim pemanas berjaket dari oil heater, pada berbagai konsentrasi
substrat pati dari ubi kayu. Hasil yang diperoleh dari hasil uji coba produksi maltodekstrin.
mutu atau kualitasnya memenuhi pesyaratan mutu SNI (SNI, 1992), tetapi kemampuan sistim
converter baru dapat memproses konsentrasi substrat pati 60 %. Hasil rendemen maltodekstrin
mencapai sekitar 84 % dengan nilai D.E (dekstrosa equivalen) 11,40< 20 pada pH larutan
sekitar 5,5 dan suhu sekitar 85º C, selama 100 menit,pada tingkat optimaum konsentrasi 55 %
Dapat disimpulkan bahwa pati dari umbi-umbian berpotensi sebagai bahan utama pati-
termodifikasi.untuk industri

Kata Kunci : Pati umbi-umbian, semi-produksi, enzim α–amilase, konverter.

yaitu dari Bacillus subtilis dengan pH optimal 6, suhu


PENDAHULUAN optimal 65 ºC, maupun dari Bacillus licheniformis
Salah satu cara untuk meningkatkan kegunaan pati dengan pH optimal 5,5, suhu 85 ºC, [12].
adalah dengan membuat modifikasi pati sebagai bahan Pada Industri pangan penggunaan pati termodifikasi
yang digunakan pada industri pangan maupun non sebagai bahan penolong bagi pengolahan produk
pangan seperti industri farmasi. Pati diproses dengan pangan. Demikian juga pada industri farmasi,
cara hidrolisa agar penggunaan menjadi semakin luas. maltodekstrin digunakan sebagai bahan pembawa zat
Maltodekstrin digunakan pada industri pangan sebagai aktif obat dan selama ini masih mengimport dari luar
bahan substitusi, bahan pengental, dan bahan pengisi. negeri. Pada industri pangan pati termodifikasi
Maltodekstrin termasuk dekstrin yang dihidrolisa berfungsi sebagai bahan pengisi, pengental, pengemulsi
secara enzimatik, dapat sebagai bahan tambahan atau dan pemantap bagi makanan dan dapat berfungsi
suplemen yang berfungsi sebagai sumber energi penyalut proses sistim mikro enkapsulasi dengan
tambahan dalam minuman. Sebagai bahan substitusi bantuan pengering semprot. Penambahan pati
dapat dimanfaatkan dalam pengolahan pangan termodifikasi pada pengolahan produk pangan dapat
fungsional, yaitu makanan yang secara alamiah meningkatkan dan mempunyai keunggulan kualitas
mengandung satu atau lebih senyawa dan mempunyai baik dari penampakan secara fisik, rasa, konsistensi,
fungsi fisiologis tertentu yang bermanfaat bagi warna, zat gizi atau pun proses pengolahan yang lebih
kesehatan. Pati termodifikasi, diperoleh salah satu dari mudah dan cepat. Salah satu contoh penggunaan pati
proses hidrolisa enzimatik dengan menggunakan enzim termodifikasi adalah sebagai bahan pengisi dalam
α-amylase, telah dicoba pada skala laboratorium. pembuatan permen gum dan dapat memberikan sifat
Pengembangan teknologi pati termodifikasi secara produk yang lebih padat [1]
enzimatik telah dicoba dari 2 jenis enzim α-amylase,

B-1
Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2008
Bidang Teknik Kimia dan Tekstil

Indonesia merupakan negara pengimpor produk HASIL DAN PEMBAHASAN


modifikasi pati. Pada tahun 2002 Indonesia mengimpor
produk modifikasi pati sebanyak 80.000 ton yang dari Karaktersistik Pati Umbi-umbian
tahun ketahun semakin meningkat, sedangkan impor Kandungan pati dari pati umbi-umbian diharapkan jika
produk dekstrin diperkirakan sekitar 55-65% dari total memiliki kandungan pati yang tinggi, maka sangat
impor modifikasi pati. Hal ini menggambarkan berpengaruh pada rendemen maltodekstrin yang
tingginya tingkat kebutuhan Indonesia akan produk dihasilkan. Jika dilihat dari (tabel 1) hasil analisis kadar
tersebut terutama bagi kalangan industri pangan, pati ubi kayu lebih banyak mengandung pati yaitu
farmasi dan kosmetika. Dekstrin merupakan produk 84,60%.dari ubi jalar 79,80, dan dari talas 74,34% Hal
hidrolisis zat pati, berbentuk zat amorf berwarna putih ini menunjukkan bahwa pati dari umbi-umbian pada
sampai kekuning-kuningan. [2]. Ada beberapa umur tertentu berpotensi dijadikan bahan baku untuk
tingkatan dalam reaksi hidrolisis pati, molekul pati pembuatan maltodekstrin.
mula-mula pecah menjadi unit-unit rantai glukosa yang
Tabel 1. Hasil Analisis Pati Dari Beberapa Umbi-
lebih pendek yang disebut oligosakarida, dan apabila
Umbian
proses lebih lanjut, dipecah menjadi maltosa dan
akhirnya maltosa pecah menjadi glukosa. [6]. No Parameter Hasil Karakteristik Pati
Untuk usaha produksi dekstrin skala semi produksi Satuan U. U.Jalar U.Talas
Kayu
dilakukan beberapa tahap kegiatan, yaitu tahap analisis 1 Kadar Air % 12 8,45 11,5
kelayakan tekno ekonomi, tahap perencanaan peralatan 2 Kadar Abu % 0,23 0,38 1,19
dan lay out lokasi alat, dan usaha pengembangan 3 Kadar Pati % 84,60 79,80 74,34
produk modifikasi pati dan turunannya, serta 4 Kadar Lemak % 0,64 1,59 0,41
5 Kadar Protein % 0,3 1,05 0,44
pemanfaatannya sebagai bahan bantu pangan kesehatan 6 Kadar Serat % 0,45 0,52 0,27
atau fungsional. Hasil pengkajian skala laboratorium 7 Kasar % 84,1 79,2 74,5
digunakan sebagai bahan acuan untuk pengkajian Derajat putih BaSO4
produksi dekstrin pada skala semi produksi dengan
Sumber : Lab. Kimia Pangan & Pakan B2PTTG-
kapasitas 250 kg pati yang memungkinkan dapat
LIPI
diusahakan secara komersial ditingkat UKM.
Selama ini produksi ubi kayu merupakan sumber pati
BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN dari umbi-umbian yang paling banyak, disusul
Bahan pati ubi kayu diperoleh dari pasaran umum, dan produksi ubi jalar. Sedangkan dari ubi talas kandungan
bahan enzim diperoleh dari P.T Halim Sakti Pratama. patinya lebih rendah, jadi dapat menjadi potensi
Percobaan produksi pati termodifkasi, dimulai sumber pati terlebih apabila ditanam atau diproduksi
dilakukan dari skala laboratorium ke skala semi secara intensif. Disamping itu hasil karakteristik dari
produksi melalui pengembangan teknologi proses, dan sumber pati dari ubi (kayu, jalar, talas,) kandungan
rancang bangun peralatan unit konverter (oil heater protein dan lemaknya sangat rendah, kecuali pada ubi
dan dekstrinator). Percobaan pembuatan pati jalar. Meskipun kandungan/kadar abu semua masih
termodifikasi, dengan penggunan enzim 0,07 % (v/w) relatif rendah, kecuali pada ubi talas kadar abunya
didasarkan hasil percobaan skala laboratorium sebagai relatif lebih tinggi dari pada ubi lainnya. Kandungan
berikut: substrat pati dikondisikan pH 5,5; pemanasan protein dan lemak/minyak tinggi dikawatirkan dapat
sampai pada suhu 85 ºC, dan dilakukan pengadukan, mengganggu aktifitas enzim α –amilase selama proses
penambahan enzim, pengendalian proses hidrolisa hidrolisa. Kandungan komposisi kimia pati tidak selalu
setiap waktu tertentu, dengan uji larutan Yodium, sama antar jenis ubi yang satu dengan ubi yang lain,
penginaktifasi enzim, penetralan, pengeringan, banyak hal yang mempengaruhi komposisi tersebut.
penggilngan dan pengayakan. Percobaan Analisa kandungan pati bertujuan untuk mengetahui
produksi/pembuatan maltodekstrin dengan cara kandungan pati dari pati ganyong. Diharapkan jika
mengoptimalkan penggunaan bahan pati dengan memiliki kandungan pati yang tinggi maka produk
konsentrasi substrat pati pada taraf 25 %, 50 %, 75 yang dihasilkan juga akan tinggi. Berdasarkan hasil
%.dan diuji atau di analisa karakterisasinya. Setelah analisis kimia bahan baku pati ubi kayu mengandung
diketahui hasil kapasitas atau kemampuan unit pati sebesar 84,6 %. Hal ini menunjukan bahwa pati
konverter yang optimal., dan sebagai dasar analisa ganyong sangat berotensi untuk dijadikan bahan baku
tekno ekonomi dan kelayakan usaha pada usaha kecil, pembuatan maltodekstrin.
menengah (UKM). Mengembangkan teknologi proses
modifikasi pati dari sumber pati dari umbi-umbian Hasil Percobaan Produk Maltodkstrin Secara
lainya. Enzimatik
Pada percobaan pembuatan maltodekstrin skala
laboratorium, konsentrasi substrat pati paling tinggi
adalah 30 % dengan waktu sekitar 40 menit, dengan
penggunaan konsentrasi optimal enzim α-amilase

B-2
ISBN : 978-979-3980-15-7
Yogyakarta, 22 November 2008

(Bacillus licheniformis) 0,07 % (v/w). Percobaan pada produk akhir yang di hasilkan. Semakin lama waktu
skala semi produksi dengan menggunakan sistim hidrolisis, maka akan semakin kecil kadar pati sisa
peralatan konverter kapasitas 250 kg (deksrtrinator dan yang terkandung [5]. Waktu hidrolisis dimulai pada
oil heater) pada berbagai tingkat konsentrasi substrat menit ke 0 sejak pemberian katalis enzim α-amilase
pati. Bertujuan untuk mendapat optimalisasi dari beberapa tingkat konsentrasi substrat pati pada
kemampuan memproduksi maltodekstrin, dan suhu proses (suhu substrat) sekitar < 50 º C atau
diharapkan dapat dilakukan pada skala usaha kecil dan sebelum suhu mencapai titik gelatinisasi pati yang
menengah (UKM) Kegiatan percobaan produksi bersangkutan. Waktu reaksi mempengaruhi konsentrasi
maltodekstrin dari sumber pati dari umbi-umbian, produk maltodekstrin yang dihasilkan. Jumlah enzim
adalah salah satu usaha mensubstitusi pati yang berikatan dengan substrat akan terus bertambah
termodifikasi dari bahan import dengan menggunakan dari waktu ke waktu, sehingga produk yang terbentuk
sumber pati dari tanaman sumber pati lokal atau dalam akan semakin banyak. suhu proses (suhu substrat)
negeri. sekitar < 50 º C atau sebelum suhu mencapai titik
gelatinisasi pati yang bersangkutan. Waktu reaksi
Tabel 2 . Hasil Maltodekstrin Dari Berbagai
mempengaruhi konsentrasi produk maltodekstrin yang
Tingkat Konsentrasi Substrat Pati Dengan
dihasilkan. Jumlah enzim yang berikatan dengan
Katalis Enzim α-amilase 0,07 % (v/w)
substrat akan terus bertambah dari waktu ke waktu,
Pada skala Semi produksi 1
sehingga produk yang terbentuk akan semakin banyak.
No Substrat Waktu Inaktivasi Penetralan Rendemen Kadar Air Dekstrosa
Pati (menit) dgn HCl 0,2 N dgn NaOH 0,2 Malto- (%) Equivalen
(%) (liter) N dekstrin (D.E) Waktu Prose s Dekstrinasi
(liter) (%)
120
1 25 60 3,5 2,5 66 7,36 13,95 110
2 50 90 6 6 74 5,91 11,80
3 55 100 6 8 84 4,87 11,40
100

Suhu Substrat ( C )
4 60 120 8 10 82,5 4,50 11,25 90
Pada pH = 3,7 Pada pH = 7 K.Air < 11 D.E < 20 80
70
Pada pH = 3,7 Pada pH = 7 K.Air < 11 D.E < 20
60 Sub. 25 %
50 Sub. 50 %
40 Sub. 55 %
Sumber : Lab. Kimia Pangan & Pakan B2PTTG- 30 Sub. 60 %
Enzim
LIPI 20
10
0
Dari hasil percobaan (Tabel 2) pembuatan 0 20 40 60 80 100 120 140 160
maltodekstrin dengan kondisi proses pH sekitar 5,5, Waktu (m enit)

temperatur 85 + 2 º C, perlakuan pada tingkat


konsentrasi substrat pati dari 25 % sampai 60 %, Gambar 1. Waktu dekstrinasi pembuatan malto-
diharapkan sampai 75 %, diperoleh rendemen dekstrin pada tingkat konsentrasi substrat
maltodekstrin semakin tinggi dengan spesifikasi D.E pati
masih dibawah 20 (syarat maltodekstrin). Tetapi dari Penentuan waktu hidrolisis adalah bila warna suspensi
hasil konsentrasi substrat pati paling besar yang dapat pati berwarna ungu kecoklatan apabila ditetesi larutan
diposes sampai 60 %. Konsentrasi substrat pati lebih lugol [2]. Berdasarkan hasil pengamatan waktu
dari 60 %, sisitim pengadukan mengalami kesulitan hidrolisis dalam percobaan pembuatan maltodekstrin
karena terlalu kental dan semakin berat, lebih-lebih mencapai lebih 50 menit pada substrat pati 25 %, 90
apabila tercapai kondisi gelatinisasi, Sedangkan menit pada substrat pati 50 %, 100 menit pada substrat
percobaan penelitian pada skala laboratorium, paling pati 55 %, dan 120 menit pada substrat pati 60 %.
optimal pada konsentrasi substrat pati sampai 35 %. Hasil penentuan waktu hidrolisis atau waktu
Hasil percobaan yang penentuan waktu proses hidrolisa dekstrinasi dalam percobaan produksi maltodekstrin
dihentikan berdasarkan terbentuknya warna larutan dapat dilihat pada tabel 2 Hasil percobaan yang
maltodekstrin dalam lugol berwarna ungu kecoklatan. didapat dengan menghentikan l waktu hidrolisis,
Warna berbeda yang dihasilkan pada setiap interval dengan cara uji warna maltodekstrin dalam lugol
waktu, berkaitan dengan nilai DE maltodekstrin. berwarna ungu kecoklatan. Warna berbeda yang
Semakin lama waktu hidrolisis maka akan semakin dihasilkan pada setiap interval waktu, berkaitan dengan
tinggi DE, maka warna biru akan semakin berkurang, nilai DE maltodekstrin. Dan sissa pati yang ada.
sehingga warna yang terbentuk adalah dimulai dari Semakin lama waktu hidrolisis maka akan semakin
warna biru hingga ungu kecoklatan. Kadar dekstrosa tinggi DE, dan semakin rendah kadar sisa pati yang
pada maltodekstrin dihitung untuk mengetahui mutu ada, maka warna biru akan semakin berkurang,
maltodekstrin yang dihasilkan. sehingga warna yang terbentuk adalah dimulai dari
warna biru hingga ungu kecoklatan.
Lama Waktu Proses Dekstrinasi Lugol merupakan larutan campuran antara senyawa
iodin dalam kalium iodida. Lugol digunakan dalam uji
Lamanya waktu hidrolisis dalam pembuatan
kualitatif karbohodrat. Rantai pati, baik amilosa
maltodekstrin merupakan faktor yang sangat penting
maupun amilopektin, dapat membentuk senyawa
dan merupakan faltor yang sangat menentukan mutu
dengan iodium. Pada amilosa, setiap putaran bentuk

B-3
Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2008
Bidang Teknik Kimia dan Tekstil

heliksnya yang terdiri dari 6 satuan glukosa, dapat dari pati atau produk modifikasi pati dalam satuan
menentukan warna yang terbentuk. Amilosa akan persen. Penggunaan konsentrasi substrat pati (50 %, 55
membentuk warna biru, sedangkan amilopektin akan %, 60 %) tidak memberikan perbedaan pengruh yang
embentuk warna kemerahan bila direaksikan dengan nyata terhadap nilai DE yaitu berkisar 11,25 – 11,80.,
iodium [14]. Hidrolisa pati dengan enzim α amilase, kecepatan reaksi hidrolisis hanya akan meningkat
maka rantai panjang pati akan terputus menjadi sedemikian kecil dengan bertambahnya konsentrasi
dekstrin dengan rantai glukosa yang lebih pendek. substrat, atau kecepatan reaksi tersebut telah mencapai
Warna yang terbentuk dengan adanya penurunan keadaan yang tetap.
jumlah polimer pati berturut-turut dari yang terpanjang
hingga yang paling sederhana adalah biru-ungu-merah-
coklat-tidak berwarna [3]. Dekstrin dengan panjang 6,7 Kadar Air
dan 8 unit glukosa akan membentuk warna coklat bila Pengeringan adalah suatu cara atau proses untuk
berekasi dengan iodium, sedangkan polimer dekstrib mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari
dengan jumlah unit glukosa kurang dari 5, tidak akan suatu bahan, dengan cara menguapkan sebagian besar
memberikan warna bila direaksikan dengan iodium air yang dikandungnya dengan menggunakan energi
[14] panas. Biasanya kandungan air bahan dikurangi sampai
batas dimana mikroba tidak dapat tumbuh lagi di
dalamnya Salah satu pengendalian pertumbuhan
Rendemen Hasil Maltodekstrin mikroba adalah pembatasan jumlah air untuk
Perlakuan konsentrasi enzim α-amilase berpengaruh pertumbuhannya, karena mikroba hidup memerlukan
nyata terhadap rendemen dekstrin yang dihasilkan dan air. Jumlah air dalam bahan pangan menentukan jenis
konsentrasi optmum sekitar 0,07 % (v/w), Sedangkan mikroba yang memiliki kesempatan untuk tumbuh [4].
perlakuan peningkatan konsentrasi substrat tidak Dari hasil analis kadar air tabel 2., menunjukkan bahwa
berpengaruh nyata pada skala laboratorium [12], Hal perlakuan peningkatan konsentrasi Substrat pati
ini disebabkan oleh penggunaan konsentrasi substrat memberikan pengaruh terhadap kadar air dan terlihat
yang digunakan tidak terlalu beda jauh konsentrasinga bahwa perlakuan maltodekstrin memiliki kadar air
terhadap setiap perlakuan. Sedangkan hasil pecobaan semakin rendah yaitu sampai sebesar 4,50 %, Hasil
produksi maltodekstrin dengan perlakuan peningkatan analisis kadar air dekstrin yang dihasilkan dari pati ubi
konsentrasi substrat pati berpengaruh nyata terhadap kayu berkisar antara 4,50 sampai 7,36 % bila
rendemen, dan rendemen optimum dengan perlakuan dibandingkan dengan kadar air pati asalnya yaitu
konsentrasi pati (kondis ini) sampai 60 % adalah 84 % sekitar 10 -12 %, maka semua kadar air dekstrin yang
pada produksi maltodeksrin dari konsentrasi substrat dihasilkan dalam percobaan ini nilainya lebih rendah.
pati 55 %. Dan peningkatan konsentrasi substrat pati Pada percobaan produksi maltodekstrin secara
lebih dari 55 % tejadi kecenderungan rendemen hasil enzimatik dilakukan secara basah agar proses hidrolisa
turun (tabel 2). Hal ini mungkin disebabkan oleh dengan katalis enzim sempurna. Pada tahap proses
kemampuan peralatan dekstrinator khususnya bagian inaktivasi enzim dengan cara menurunkan pH menjadi
agitator (pengaduk) dengan rpm sekitar < 60 tidak 3,7 diperlukan larutan HCL, demikian pula pada tahpa
berfungsi karena terlalu kental atau viskositasnya proses penetralan sampai ph 7 dengan cara
tinggi, sehingga berpengaruh atas proses hidrolisa yang penambahan larutan NaOH . Jadi selama proses
kurang sempurna. Oleh sebab itu perlunya perbaikan pembuatan maltodekstrin kadar air lautan
pada konstruksi sistim impeller (agitator). maltodekstrin semaik tingg, sehingga diperlukan sistim
Rendemen merupakan perbandingan antara produk pngeringan yang cepat. Dengan usaha meningkatkan
yang dihasilkan dengan banyaknya bahan yang konsentrasi subsrat pati awal, bertujuan agar dapat
digunakan, banyak faktor yang dapat menentukan mengurangi kandungan air dalam larutan
jumlah rendemen yang dihasilkan, diantaranya adalah meltodekstrin, maupun kandungan air (kadar air) hasil
proses hidrolisa, kemampuan peralatan dekstrinator tepung maltodekstrin (dekstrin kering), dan untuk
yang dipakai, susut bobot pada saat proses pengolahan, mempercepar poses pengeringan.
pengeringan dan penggilingan. Pengeringan larutan dekstrin dilakukan dalam
pengering bersuhu 55 oC. Syarat mutu SNI dekstrin
untuk industri pangan, nilai kadar air adalah maksimal
Dekstrosa Equivalen 11%. Apabila dibandingkan dengan SNI tersebut maka
Pembentukan gula-gula sederhana dalam maltodekstrin seluruh kadar air dekstrin yang dihasilkan dapat
sebenarnya tidak diharapkan karena berpengaruh pada memenuhi syarat ini, kecuali derajat asam telah
nilai D.E yang semakn tinggi, tetapi hal ini sangat sulit mencapai maksimum yaitu 5,0 .Hasil karakteristik
untuk dihindari. Ekivalen dekstrosa (DE) merupakan percobaan produks maltodekstrin dari pati ub kayu
ukuran kualitas dari produk hidrolisis pati yang apat dilihat pada tabel 3.
menyatakan perbandingan jumlah gula reduksi dengan
berat berat keringnya [10]. Dekstrosa ekivalen (DE)
adalah besaran yang menyatakan nilai total pereduksi

B-4
ISBN : 978-979-3980-15-7
Yogyakarta, 22 November 2008

Tabel 3. Karakterisasi Maltodekstrin Hasil Pada skala PENUTUP


Semiproduksi 2 Kesimpulan
No Parameter Satuan Hasil Analisis Syarat Mutu SNI 1992 1. Maltodekstrin dapat dihasilkan dari proses
1 Warna - Putih Putih/kuningan hidrolisa pati dengan enzim α-amylase, dengan
2
3
Warna dgn larutan Lugol
Kadar air
-
(% b/b)
Ungu-kecoklatan
4,87
Ungu-kecoklatan
Maks 11 cara pemanasan berjaked oli pada dekstrinator
4
5
Kadar Abu
Kadar Serat
(% b/b)
(% b/b)
0,38
0,37
Maks 0,5
Maks 0,6
2. Kualitas pati dan pati termodifikasi dipengaruhi
6
7
Kadar Dektrosa
Bagian yg larut dlm air
(% b/b) 3,99 Maks 5 oleh jenis sumber pati dan umur panen.
dingin (% b/b) 97,5 Min 97 3. Hasil yang diperoleh yaitu:, pengembangan
8 Kekentalan (cP) 3,05 3-4
9 Derajat asam ( ml NaOH 0,1N teknologi pembuatan pati termodifikasi
/100 g ) 5,0 Maks 5
10 Cemaran Logam (maltodekstrin) dari pati ubi kayu secara enzimatik
1 Timbal (Pb)
2. Tembaga (Cu)
mg/kg
mg/kg
ttd
ttd
Maks 2
Maks 50 memenuhi persyarat mutu SNI untuk pangan
3. Seng (Zn)
4. Timah (Sn)
mg/kg
mg/kg
ttd
12,33
Maks 40
Maks 40
(SNI, 1992 )
11 Arsen (As) mg/kg ttd Maks 1 4. Rendemen (yield) optimal maltodekstrin pada
skala semi produksi yang diperoleh, mencapai 84
Sumber : Lab. Kimia Pangan & Pakan B2PTTG- %, yang diperoleh dari substrat pati 55 % dengan
LIPI Dan Lab. Jasa Analisis Pangan Dep. kadar air 4,87 %, dan D.E 11,40 < 20
Ilmu & Teknologi Pangan, Fateta, IPB. 5. Analisa tekno ekonomi dan kelayakan pati
termodifikasi dengan usaha produksi 200 kg hari,
jangka waktu usaha 10 tahun :
Analisa Ekonomi Dan Kelayakan Usaha
• Untuk maltodekstrin dari pati ubi kayu, harga
Analisa ekonomi dan kelayakan usaha hasil produk penjualan Rp. 11.150,- /kg (harga bahan
dari usaha produksi pati termodifikasi (dekstrin) baik tepung pati ubi kayu Rp. 4.000,- per kg),
dari pati ubi jalar maupun pati dari ubi kayu (tapioka). • Untuk maltodekstrin dari pati ubi jalar secara
Secara umum bahwa kelayakan ekonomi usaha sangat saimulasi (dengan harga penjualan, harga
dipengaruhi oleh bahan baku (jumlah, harga, maupun penjualan Rp11.350,-/kg (harga bahan tepung
kandungan pati). Kandungan pati dari bahan umbi- pati ubi jalar Rp.4.800,-)
umbian yaitu;, ubi kayu,.ubi jalar sekitar lebih dari 80
%. Produksi ubi kayu merupakan produk umbi umbian Saran
terbesar, kemudian baru produk ubi jalar merupakan Perlunya dilakukan percobaan produksi pati
produk nomor dua. Peralatan pada skala semi produksi termodifikasi dengan perlakuan peningkatan
yang digunakan untuk memproduksi pati termodifkasi konsentrasi substrat pati sampai lebih dari 75 % agar
dengan kemampuan (kapasitas) yang sama untuk kedua optimal dalam penggunaan perlatan dekstrinator untuk
komoditi. Pati dari ubi kayu karena produksi ubi kayu memproduksi pati termodifikasi, dari berbagai sumber
di Indonesa sangat potensial dan rendemen hasil tepung pati umbi-umbian yang potensial.
patinya sekitar lebih dari 24 %, (umur panen 9 bulan)
sehingga harga tepung pati ubi kayu sekitar Rp. 4000,- UCAPAN TERIMA KASIH
per kg di pasaran umum. Sedangkan pati dari ubi jalar
rendemen pati (yielt) hasil tepung patinya rata-rata atau Penulis mengucapkan sangat terima kasih kepada: sdr
sekitar kurang dari 15 % (karena umur panen ubi jalar sdr. Siti Kudhaifanny, A.Md, Neneng Komalasari dari
4 bulan). Sehingga apabila dengan asumsi harga bahan B2PTTG-LIPI dan atas bantuan dalam kegiatan
baku atau umbinya sama, maka harga tepung pati ubi pengembangan pati termodifikasi baik dari skala
jalar sekitar Rp.4800,-/kg. Harga dapat kurang, apabila laboratorium maupun ke sekala semi produksi.
asumsi harga umbi jalar lebih rendah dari ubi kayu
ataupun rendemen pati ubi jalar lebih dari 15 % % DAFTAR PUSTAKA
berarti umur panen ubi jalar lebih dari 4 bulan. Dengan [1] Afrianti, L.H. (2002). Pati Termodifikasi
kapasitas produksi dekstrin (maltodekstrin) 200-250 kg Dibutuhkan Oleh Industri Makanan.
kg per batch dengan rendemen dekstrin sekitar 80 % www.pikiranrakyat.com.
dari bahan tepung patinya, jangka waktu usaha 10 [2] Anonim (1992). Dekstrin untuk Industri Pangan,
tahun, harga jual maltodekstrin dari pati ubi jalar Rp. Dewan Standarisasi Nasional, Jakarta.
11.350,- per kg (asumsi harga pati ubi jalar Rp. 4.800,- [3] Cui, S.W. (2005). Food Carbohydrates :
per kg). Sedangkan harga jual dekstrin (maltodekstrin) Chemistry, Physical Properties, and Application.
dari pati ubi kayu Rp. 11.150,- per kg (harga pati ubi CRC Press, Boca Raton.
kayu atau tapioka Rp. 4000,- per kg). [4] Desrosier, N.W, (1988), Teknologi Pengawetan
Pangan, Terjemahan Muchji Muljohardjo, Edisi
ketiga, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
[5] Ega, L. (2002). Kajian Sifat Fisik dan Kimia serta
Pola Hidrolisis Pati Ubi Jalar Unggul secara

B-5
Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2008
Bidang Teknik Kimia dan Tekstil

Enzimatis dan Asam. Disertasi, Institut Pertanian


Bogor. Bogor.
[6] Gaman, P. M. dan K. B. Sherrington. (1992).
Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi.
Terjemahan. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
[7] Pomeranz,Y.(1991). FunctionaProperties of Food
Components. Second Edition. Academic Press,
Inc.
[8] Radley, J. A. (1976). Starch Production
Technology. Apply. Sci. Public.London.
[9] Sutanto, A. Imam. (2001). Pemanfaatan Pati Sagu
Sebagai Bahan Baku Pembuatan Dekstrin secara
Enzimatis. FATETA. IPB. Bogor.
[10] Tjokroadikoesoemo, P. Soebianto. (1986). HFS
dari Industri Ubi Kayu dan Umbi Lainnya.
Gramedia, Jakarta.
[11] Triyono, A., (2006), Upaya Pemanfaatan Umbi
Talas Untuk Bahan Pati Pada Pembuatan
Dekstrin, Prosiding Seminar Nasional, LIPI,
dengan UGM, Yogya, hal 97-1003
[12] Triyono, A, (2007) Usaha Peningkatan Pati Ubi
Kayu Dengan Modifikasi Secara Enzimatik
Sebagai Bahan Untuk Industri Pangan. Prosiding
Seminar Nasional, Fak. Tek.Kimia, ITENAS,
Bandung, hal D3-1-D3-8
[13] Triyono, A, Rima, K, (2007) Pengembangan
Teknologi Pengolahan Pati Dengan Metoda
Hidrolisa Dari Pati Ubi Jalar Sebagai Bahan
Substitusi Pengolahan Pangan, Prosiding
SimposiumNasional, Fak. Tek. Kimia, UMS,
Surakarta, hal. K.88-K.93
[14] Winarno, F.G. (1997). Kimia Pangan dan Gizi.,
PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

B-6

Anda mungkin juga menyukai