id
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
58
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59
Nomor Nomor
Hasil Keterangan Hasil Keterangan
Soal Soal
1 0.430 Valid 26 0.663 Valid
2 0.514 Valid 27 0.675 Valid
3 0.506 Valid 28 0.631 Valid
4 0.548 Valid 29 0.700 Valid
5 0.605 Valid 30 0.537 Valid
6 (-)0.520 Valid 31 0.584 Valid
7 (-)0.103 Tidak Valid 32 0.609 Valid
8 0.677 Valid 33 0.678 Valid
9 0.379 Tidak Valid 34 0.152 Tidak Valid
10 0.652 Valid 35 0.312 Tidak Valid
11 0.666 Valid 36 (-)0.096 Tidak Valid
12 0.633 Valid 37 0.540 Valid
13 0.683 Valid 38 0.803 Valid
14 0.681 Valid 39 0.727 Valid
15 0.666 Valid 40 0.548 Valid
16 0.707 Valid 41 0.585 Valid
17 0.540 Valid 42 0.746 Valid
18 0.586 Valid 43 (-)0.089 Tidak Valid
19 0.551 Valid 44 0.287 Tidak Valid
20 0.432 Valid 45 0.704 Valid
21 0.591 Valid 46 0.577 Valid
22 0.312 Tidak Valid 47 0.787 Valid
23 0.685 Valid 48 0.694 Valid
24 0.606 Valid 49 0.659 Valid
25 0.799 Valid
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60
b. Uji reliabilitas
Aitem yang dinyatakan valid, selanjutnya diuji tingkat reliabilitasnya. Uji
reliabilitas instrumen menggunakan teknik analisis Alpha Cronbach's. Dalam
Sujarweni (2014) menjelaskan bahwa (a) Jika nilai Cronbach's Alpha > 0.060
maka kuesioner atau angket dinyatakan reliable; dan (b) jika nilai Cronbach's
Alpha < 0.060 maka kuesioner atau angket dinyatakan tidak reliable. Hasil
uji realibitas instrumen adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 3 Hasil Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Cronbach's N of
Alpha Alpha Based Items
on
Standardized
Items
0,744336 0,962304 41
Hasil uji instrumen diperoleh nilai 0,744. Dari penjelasan ahli dan uji
analisis yang telah dilakukan maka dapat dinyatakan bahwa instrumen
penelitian berupa kuesioner dinyatakan reliable.
Instrumen penelitian yang telah divalidasi oleh ahli dan diujicobakan
memperoleh hasil bahwa dari 49 aitem yang diujicobakan kepada 26 subjek,
terdapat 8 aitem instrumen yang dinyatakan gugur atau tidak valid, yaitu
aitem nomor 7, 9, 22, 34, 35, 36, 43, dan 44. Keseluruhan aitem instrumen
yang valid kemudian diuji tingkat realibilitasnya menggunakan analisis
Alpha Cronbach's dan diperoleh hasil 0,744 sehingga aitem instrumen
dinyatakan reliable. Berdasarkan hasil validitas dan reliabilitas instrumen
yang telah dilakukan, maka dalam pelaksanaan penelitian, peneliti hanya
menggunakan 41 aitem instrumen yang dianggap valid dan telah diuji
realibilitasnya, yaitu aitem intrumen nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 10, 11, 12, 13,
14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 37,
38, 39, 40, 41, 42, 45, 46, 47, 48 dan 49.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61
2. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui
implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Sekolah Dasar Negeri Kota
Surakarta telah diperoleh data dari 102 responden melalui metode kuesioner
yang merupakan data primer dengan jenis data kuantitatif, sedangkan 9
responden melalui wawancara dengan jenis data kualitatif. Data tersebut peneliti
analisis berdasarkan tujuan penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, yaitu:
(a) mendeskripsikan kondisi faktual implementasi kebijakan pendidikan inklusif
di Sekolah Dasar Kota Surakarta; (b) mendeskripsikan permasalahan
implementasi kebijakan penyelenggaraan pendidikan inklusif di Sekolah Dasar
Kota Surakarta; (c) mendeskripsikan kebutuhan Sekolah Dasar Kota Surakarta
dalam mengimplementasikan pendidikan inklusif; dan (d) merumuskan
rekomendasi penelitian. Semua data hasil penelitian diuraikan berdasarkan
tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62
a) Tenaga pendidik
(1) Kegiatan untuk meningkatkan pemahaman mengenai peserta
didik berkebutuhan khusus
Tabel 4. 4 Frekuensi Kegiatan untuk meningkatkan pemahaman
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63
64
Series1;
Sering; 50;
49%
65
Series Series1;
1; Kadang;
Tidak 11; 11%
Perna Series1;
h; 1;… Selalu; 62; Series1;
61% Sering;
28; 27%
Series1;
Sering; 42;
41%
Gambar 4. 5 Persentasecommit
Responden terhadap Pernyataan “Frekuensi
to user
Pengelolaan kelas sesuai karakteristik peserta didik berkebutuhan”
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66
Series1;
Kadang;
82; 80%
b) Dukungan Masyarakat
(1) Keterlibatan wali peserta didik berkebutuhan khusus dalam
kegiatan sekolah
Tabel 4. 10 Frekuensi Keterlibatan wali peserta didik berkebutuhan khusus
dalam kegiatan sekolah
67
68
Series Series1;
Series1; 1; Kadang;
Selalu; 45; Tidak 22; 22%
44% Perna
h; 4;…
Series1;
Sering; 31;
30%
69
Series1;
Kadang;
Series1; 33; 33%
Sering; 33;
32%
70
c) Dana
(1) Penyusunan rencana anggaran sekolah penyelenggara pendidikan
inklusif
Tabel 4. 14 Frekuensi Penyusunan Rencana Anggaran Pendidikan Inklusif
Series1; Series1;
Sering; 34; Kadang;
33% 26; 26%
71
Series1; Series1;
Sering; Kadang;
31; 30% 28; 28%
Gambar 4. 12 Persentase Responden terhadap Pernyataan “Frekuensi
Pengalokasian Dana Pendidikan Inklusif”
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72
Series1; Series1;
Selalu; 24; Tidak
24% Pernah; 9;
Series1; 9%
Series1; Kadang;
Sering; 33; 36; 35%
32%
Series1; Series1;
Sering; 29; Kadang;
28% 31; 30%
73
d) Sarana Prasarana
(1) Pemanfaatan sarana-prasarana oleh semua warga sekolah
Tabel 4. 18 Frekuensi Pemanfaatan Sarana-Prasarana
Series1;
Sering; 41;
40%
74
75
jawaban dari 102 responden tersebut dapat digambarkan dalam diagram pie
berikut ini.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
76
Series1; Series
Series1;
Selalu; 27; 1;
Kadang;
26% Tidak
22; 22%
Perna
Series1;
h; 1;…
Sering; 52;
51%
Gambar 4. 19 Persentasecommit
Responden terhadap Pernyataan “ Frekuensi
to user
Pengadaan Ruang Sumber (Kelas Khusus)”
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
77
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
78
Series1; Series
Selalu; 32; 1;
Series1;
31% Tidak
Kadang;
Perna
22; 22%
h; 8;…
Series1;
Sering; 40;
39%
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
79
2) Lingkungan Implementasi
Lingkungan implementasi oleh teori Grindle berupa strategi aktor dan
responsivitas kelompok sasaran ditinjau berdasarkan Permendiknas Nomor 70
tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki
Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa berupa
aspek pemerimaan peserta didik berkebutuhan khusus, kurikulum dan
pembelajaran
a) Penerimaan Peserta Didik
(1) Sekolah merencanakan penerimaan peserta didik berkebutuhan
khusus dengan mempertimbangkan daya tampung sekolah
80
Series1; Series1;
Tidak Kadang;
Pernah; 13; 13%
Series1;
2; 2%
Selalu;
53; 52%
Series1;
Sering;
34; 33%
81
Series1;
Sering;
29; 28%
82
Series Series1;
Series1;
1; Kadang;
Sering;3;10;
Tidak 3%10%
Perna
h; 1;… Series1;
Selalu; 88;
86%
83
84
Series1;
Sering; 29;
28%
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
85
86
b) Kurikulum
(1) Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran khusus untuk
peserta didik berkebutuhan khusus
Tabel 4. 34 Frekuensi Penyusunan RPP Khusus Peserta Didik Berkebutuhan
Khusus
87
(2) Kegiatan koordinasi antara GPK dan guru kelas/ guru mata
pelajaran dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran
Tabel 4. 35 Frekuensi Koordinasi Antara GPK dan Guru Kelas/ Guru Mata
Pelajaran dalam Penyusunan RPP
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
88
Series1; Series1;
Tidak Kadang;
Pernah; 3; 26; 26%
3%
Series1; Series1;
Selalu; 41; Sering; 32;
40% 31%
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
89
Series Series1;
Series1; 1; Kadang;
Selalu; 50; Tidak 12; 12%
49% Perna
h; 3;… Series1;
Sering; 37;
36%
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
90
Series Series1;
Series1; 1; Kadang;
Selalu; 46; Tidak 17; 17%
45% Perna
h; 5;… Series1;
Sering; 34;
33%
Series1;
Sering;
43;
42%
Gambar 4. 35 Persentase Responden terhadap Pernyataan “Frekuensi
commit
Pendidik Memodifikasi RPP to user
untuk Peserta Didik Berkebutuhan Khusus
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
91
c) Pembelajaran
(1) Penggunaan media pelajaran yang sesuai dengan karakteristik
peserta didik
Tabel 4. 39 Frekuensi Penggunaan Media Pembelajaran Sesuai
Karakteristik Peserta Didik
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
92
93
Series1;
Sering; 32;
31%
94
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
95
Series1; Series1;
Selalu; 30; Tidak
29% Pernah; 9;
9%
Series1; Series1;
Sering; 35; Kadang;
34% 28; 28%
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
96
Series Series1;
Series1; 1; Kadang;
Selalu; 44; Tidak 17; 17%
43% Perna
h; Series1;
2;…
Sering; 39;
38%
Persentase Kategori
0 – 20% Sangat Rendah
21% - 40% Rendah
41% - 60% Sedang
61% - 80% Tinggi
81% - 100% Sangat Tinggi
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
97
98
99
100
101
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
102
103
(YW) dan dua informan lain yang berperan sebagai guru pendidikan inklusif
(RA dan RY). Informan YW mengatakan:
“Tentang SDM nya. Walaupun GPK sudah disediakan, namun banyak
GPK yang berlatar belakang pendidikan non PLB, orang PLB masih
jarang yang mau di sekolah inklusi, temen-temen beranggapan sekolah
inklusi itu madesu. Memang masalah utamanya adalah ketenaga
pendidikan. Untuk guru non PLB ya sudah ada pelatihan namun Cuma
1-2x setahun, pelatihan dari dinas pendidikan.”
104
Informan D mengatakan:
“Beberapa guru baru yang belum memahami ABK mereka sulit untuk
mengajari anak saya, lalu anak saya dibiarkan saja dan tidak
melakukan apapun.”
105
106
107
108
d. Perumusan Rekomendasi
Perumusan rekomendasi penelitian dilakukan berdasarkan pada analisis
permasalahan dan kebutuhan dalam mengimplementasikan kebijakan
pendidikan inklusif di Sekolah Dasar Kota Surakarta. Hasil data analisi
permasalahan menemukan bahwa permasalahan utama dalam implementasi
kebijakan pendidikan inklusif di Sekolah Dasar Kota Surakarta yang utama
terletak pada aspek tenaga pendidik, dimana pendidik mengalami
permasalahan pada pemahaman yang rendah terhadap anak berkebutuhan
khusus dan belum adanya panduan penyelenggaraan pendidikan inklusif,
sehingga masih terdapat kebingungan bagi sekolah penyelenggara
pendidikan inklusif (SPPI).
Berdasarkan hasil temuan penelitian, peneliti merumuskan rekomendasi
berupa diadakannya sosialisasi maupun pelatihan kepada pendidik terkait
pelaksanaan penyelenggara pendidikan inklusif. Sekolah dapat pula
mengundang beberapa ahli terkait pendidikan khusus/ pendidikan inklusif
debagai narasumber dalam kegiatan sosialisasi. Selain hal tersebut, peneliti
juga merekomendasikan panduan dalam melaksanakan pendidikan inklusif
dalam meningkatkan keberhasilan keterlaksanaan penyelenggaraan
pendidikan inklusif di Sekolah Dasar. Oleh sebab itu, sebagai bentuk tindak
lanjut penelitian, peneliti merumuskan rekomendasi penelitian yang menjadi
salah satu produk luaran penelitian yaitu draft Buku Panduan Implementasi
Kebijakan Pendidikan Inklusif di Sekolah Dasar. Perumusan rekomendasi ini
dilakukan sehingga penelitian memiiki tingkat kebermaknaan yang lebih
untuk Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif (SPPI). Adapun draft
rumusan penelitian berupa buku panduan adalah sebagai berikut:
a. Cover
Sampul depan berisi judul panduan, ilustrasi dan tim penulis buku
commitdepan
panduan. Tampilan sampul to user
dibuat semenarik mungkin dengan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
109
b. Kata Pengantar
Kata pengantar dalam buku panduan berisi tentang ucapan rasa syukur
atas terselesaikannya pembuatan buku panduan sehingga diharapkan
dapat digunakan oleh pendidik di sekolah dasar penyelenggara
pendidikan inklusif, penjelasan mengenai produk yang dihasilkan,
penjelasan mengenai tujuan pembuatan panduan, dan ucapan terima
kasih kepada pihak-pihak yang membantu penyusunan buku panduan.
c. Daftar Isi
Daftar isi berisi sistematika produk yang dimulai dari halaman judul.
Sistematika produk berisi halaman judul, kata pengantar, daftar isi,
bagian I pendahuluan, bagian II kajian tentang pendidikan inklusif, bab
III mekanisme setiap aspek dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif
di sekolah dasar, penutup dan referensi.
d. Daftar Tabel
Daftar tabel berisi mengenai sistematika tabel yang termuat dalam buku
panduan. commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
110
e. Bab I Pendahuluan
Bagian pendahuluan berisikan latar belakang pendidikan inklusif,
tujuan dan landasan pendidikan inklusif
f. Bab II Pendidikan Inklusif di Sekolah Dasar
Bagian bab II, berisi tentang pengertian pendidikan inklusif, dan
perkembangan pendidikan inklusif
g. Bab III Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif di Sekolah Dasar
Bagian bab III berisi tentang mekanisme pendidikan inklusif dari aspek
penerimaan peserta didik berkebutuhan khusus, kurikulum, ketenagaan,
kegiatan pembelajaran, sarana dan prasarana pendidikan, pembiayaan
dan dukungan masyarakat.
h. Penutup
Bagian penutup memuat kesimpulan dan harapan adanya buku panduan
ini untuk para pembaca dan harapan untuk pendidikan inklusif
kedepannya.
i. Referensi
Bagian referensi memuat daftar referensi yang digunakan peneliti
dalam mengembangkan buku panduan implementasi kebijakan
pendidikan inklusif di sekolah dasar.
Rumusan rekomendasi berupa draft Panduan Implementasi Kebijakan
Pendidikan Inklusif di Sekolah Dasar masih dibutuhkan upaya berupa riset
maupun pendalaman lebih lanjut oleh pengguna sebagai bentuk
penyempurnaan rumusan tersebut.
B. Pembahasan
Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh dari 102 responden melalui
metode kuesioner dan 9 responden melalui wawancara, yang dianalisis dengan
tujuan, yaitu: (a) mendeskripsikan kondisi faktual implementasi kebijakan
pendidikan inklusif di Sekolah Dasar Kota Surakarta; (b) mendeskripsikan
permasalahan implementasi kebijakan penyelenggaraan pendidikan inklusif di
Sekolah Dasar Kota Surakarta; (c)commit to user kebutuhan Sekolah Dasar Kota
mendeskripsikan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
111
112
113
114
115
di sekolah tersebut dan hanya 21% sekolah yang mengadakan rapat khusus
yang melibatkan wali peserta didik berkebutuhan khusus. Para
implementator yaitu pendidik rata-rata selalu melakukan pelaporan asil
belajar peserta didik berkebutuhan khusus setiap bulannya (44%) kepada
wali peserta didik secara langsung tanpa melalui rapat dan pertemuan
sekolah. Wali peserta didik juga sangat berperan dalam keterlaksanaan
kebijakan pendidikan inklusif. Karsidi dkk (2013) menjelaskan bahwa
keaktifan wali peserta didik dalam proses pembelajaran, kegiatan sekolah,
dan hubungan kerja sama dengan pihak sekolah akan memberikan dampak
positif bagi sosial peserta didik.
Pada aspek pendanaan atau dana tingkat keterlaksanaannya berada pada
nilai 70,83%, yang merupakan tingkat keterlaksanaan pendidikan inklusif
terendah berdasarkan hasil analisis data. 31% sekolah melakukan
penyusunan rencana anggaran sekolah dan hanya 29% sekolah
mengalokasikan dana untuk pendidikan inklusif setiap bulannya. Anggaran
dana tersebut oleh 24% responden mengatakan bahwa dana dialokasikan
untuk melengkapi sarana prasarana peserta didik berkebutuhan khusus.
Penyediaan dana pada sekolah penyelenggara pendidikan inklusif tidak
semuanya tercukupi. Hal ini dapat dilihat dari hasil bahwa hanya 28%
responden menjawab bahwa penyediaan dana selalu memadai untuk
menunjang pendidikan inklusif di sekolah. Dalam pemanfaatan sarana
prasarana, tingkat keterlaksanaannya adalah 73,31%. Hanya 36% responden
yang menjawab memanfaatkan sarana prasarana yang ada secara optimal,
23% responden mengatakan bahwa selalu merencanakan pengadaan sarana
prasarana berupa alat dan media pembelajaran untuk peserta didik
berkebutuhan khusus. Namun, hanya 27% responden yang mengatakan
sudah ada pengadaan mendia pembelajaran yang menyesuaikan
karakteristik peserta didik berkebutuhan khusus. Sedangkan hanya 28%
sekolah penyelenggara pendidikan inklusif yang memiliki ruang sumber
(kelas khusus). Berdasarkan penuturan informan, aspek sarana prasarana
masih banyak dikeluhkancommit
dengantoruang
user kelas dan gedung sekolah yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
116
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
117
Informan RY mengatakan:
“Guru-guru regular dapat menerima peserta didik berkebutuhan
dengan baik, tanpa adanya pandangan-pandangan bahwa anak
berkebutuhan adalah anak yang bodoh, dan guru-guru disekolah
penyelenggara inklusif lebih berkompeten dalam mendidik peserta
didik berkebutuhan khusus agar pendidikan inklusif menjadi lebih
baik lagi, menjadi lebih maju lagi.”
Informan RA mengatakan: ”perubahan yang diinginkan ya agar inklusif
lebih baik lagi” Sedangkan informan YW mengatakan:
“Inklusif memang dapat menghilangan labeling diskriminatif,
namun sekarang sekolah inklusif menjadi labeling itu sendiri.
Labelingnya menjadi “sekolah inklusif yang mendidik anak
berkebutuhan khusus” menghilangkan labeling sekolah inklusif
memang sulit, namun harapan saya kedepannya sudah tidak ada
lagi labeling sekolah inklusif. ya semua sekolah dapat menerima
ABK, tidak lagi jadi “oh itu sekolah inklusi untuk ABK, yang itu
sekolah bisa” ya semoga tidak ada seperti itu lagi. Saya pernah
membicarakan ini dengan Prof. Ravik, bagaimana jika sekolah
inklusi dihapus saja, toh malah membuat label sendiri. Harapan
saya pada 2025 teman-teman kita khususnya PGSD paham tentang
kePLB-an, jadi lebih baik dalam menangani ABK di sekolah.”
b. Lingkungan Implementasi
Implementasi kebijakan pendidikan inklusif menurut teori Grindle
ditinjau pula pada variabel lingkungan implementasi. Pada variabel ini
mencakup strategi implementator, responsivitas kelompok sasaran dan
tingkat kepatuhan kelompok sasaran. Cakupan strategi implementator yang
ditinjau dari Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan
Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi
commit to user
Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa, yaitu aspek penerimaan peserta didik,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
118
119
120
121
kepatuhan kelompok sasaran dapat ditinjau dari tingkat peran serta peserta
didik berkebutuhan khusus untuk mengikuti kegiatan di sekolah dasar
penyelenggara pendidikan inklusif. Berdasarkan hasil wawancara dengan 6
informan yang berperan sebagai wali peserta didik, semua informan
mengatakan bahwa peserta didik berkebutuhan khusus secara aktif
berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah, Adapun pernyataan informan
adalah sebagai berikut:
Informan F mengatakan:
“Ya, saya dan anak saya aktif dalam kegiatan di sekolah”
Informan X mengatakan:
“Aktif kok mbak, selalu ikut anak saya dan saya juga.”
Informan A mengatakan:
“Sangat aktif karena anak saya selalu ingin tahu dengan segala
kegiatan yg diadakan di sekolah. Gpk selalu melibatkan anak dalam
kegiatan kelompol dan sosial dengan anak-anak reguler lainnya.”
Selanjutnya informan A juga menambahkan:
“Ya saya juga aktif, agar saya bisa mengontrol kondisi anak
disekolah.”
Informan B mengatakan:
“Aktif apabila dia cocok dengan kegiatan nya, apabila tidak cocok
GPK biasanya mencari kegiatan lain yg lebih menarik untuk anak
saya, ketika bergaul dengan teman2 nya dia lebih sering mengajak
daripada diajak oleh teman-teman nya. Kalau saya aktif apabila
saya dalam kondisi sedang longgar saja Bu.”
Informan D mengatakan:
“Selalu aktif, karena guru dan teman-teman selalu mengajak anak
untuk terlibat dalam kegiatan baik ekskul maupun bermain
bersama tanpa memaksanya. Apabila anak saya tidak mampu
mengikuti kegiatan tertentu guru akan menggantinya dengan
kegiatan lain yang sesuai dengan anak saya.”
Selanjutnya informan D juga menambahkan:
“Karena terlalu sibuk, saya hanya datang ketika ada kegiatan
sekolah yang terkait dengan laporan atau sosialisasi tentang
perkembangan anak saya.”
Sedangkan informan G mengatakan:
“Aktif apabila diajak dahulu, namun anak saya lebih selektif bila
berteman, Ia tidak mau bila ada aktifitas fisik berat seperti lari dan
lainnya. Saya juga commit to user
selalu aktif mengikuti kegiatan apapun terkai
perkembangan dan cara agar anak saya bisa lebih baik dalam hal
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
122
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian bahwa 61% peserta didik
berkebutuhan khusus terlibat dalam kegiatan sekolah. Namun ada beberapa
peserta berkebutuhan khusus yang memiliki tingkat partisipasi rendah
dikarenakan hambatan yang dimilikinya.
c. Hasil Akhir
Implementasi kebijakan pendidikan inklusif di sekolah dasar Kota
Surakarta merupakan kebijakan yang dikaji menggunakan pendekatan top
down dengan teori Grindle. Pendekatan top down menurut Dewi (2015)
dapat diartikan sebagai pendekatan yang menilai implementasi kebijakan
dengan melakukan pemetaan ke bawah untuk melihat keberhasilan atau
kegagalan suatu implementasi kebijakan. Pendekatan top down
mengidentifikasi tujuan dan sasaran kebijakan, manfaat yang diterima
kelompok sasaran dan mengidentifikasi dampak kebijakan untuk kelompok
sasaran dapat dilihat berdasarkan isi kebijakan (content of policy) dan
lingkungan implementasi (context of implementation), kedua variabel
tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi hasil akhir sebuah
kebijakan.
Hasil akhir yang dimaksudkan dalam kebijakan pendidikan inklusif
adalah dampak dan perubahan yang dialami oleh target group. Berdasarkan
hasil penelitian, implementasi kebijakan pendidikan inklusif di sekolah
dasar Kota Surakarta berdampak pada peserta didik dan lingkungannya.
Dari hasil wawancara diperoleh data bahwa pendidikan inklusif membawa
pengaruh positif untuk kepribadian peserta didik lainnya dimana mereka
dapat menumbuhkan rasa empati dan toleransi akan perbedaan. Pendidik
yang bukan berlatar pendidikan PLB juga mengalami dampak dari adanya
pendidikan inklusif, sudut pandang mereka terhadap peserta didik
berkebutuhan khusus dapatcommit
berubahtoperlahan,
user dan mereka menyadari bahwa
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
123
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
124
Informan X mengatakan:
“Kami sebagai orang tua merasa diwadahi oleh sekolah,
kekhawatiran kami selama ini terobati dengan adanya sekolah
inklusif”
Informan A mengatakan:
“Kemandirian anak mulai tumbuh. Rasa empati dan simpati
terhadap semua teman disekolah mulai muncul. Anak sudah tidak
takut bertemu orang baru. Ketrampilan sosial anak meningkat”
Informan B mengatakan:
“Sangat banyk manfaatnya bu. Untuk anak yang berkebutuhan
khusus seperti Novita, karena untuk kasusnya novita ini bukan
kriteria anak yang harus bersekolah di SLB. Dia hanya butuh guru
yang membimbingnya saja.”
Informan D:
“Banyak mbak, membantu dalam memaksimalkan potensi anak.
Memotivasi saya untuk tidak mindeer dengan kondisi anak karena
ternyata anak saya bisa bersosialisasi dengan teman dan membuat
anak saya lebih percaya diri.”
Sedangkan informan G:
“Saya jadi tidak perlu khawatir lagi dengan penerimaan kondisi
anak, anak saya juga jadi lebih mandiri dan membantu saya dalam
menjada serta mendidik anak agar dia menjadi pribadi yang lebih
baik.”
125
126
hal baru menganai pendidikan inklusif, oleh karena itu dibutuhkan upaya untuk
meningkatkan pengetahuan pendidik terhadap pendidikan inklusif.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
127
128
C. Luaran Penelitian
Luaran penelitian berupa rumusan rekomendasi penelitian dan hasil publikasi
yang dihasilkan dalam penelitian. Adapun luaran penelitian adalah sebagai berikut:
1. Rumusan Draft Panduan Implementasi Kebijakan Pendidikan Inklusif di
Sekolah Dasar
Salah satu tujuan penelitian adalah merumuskan rekomendasi penelitian untuk
meningkatkan keberhasilan kebijakan pendidikan inklusif di Sekolah Dasar
Kota Surakarta, sehingga salah satu rumusan rekomendasi penelitian berupa
draft buku panduan dalam mengimplementasikan kebijakan pendidikan
inklusif di sekolah dasar.
129
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
130
commit to user