Anda di halaman 1dari 21

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data

Analisi data dilakukan untuk memeriksa dan memisahkan data-data

yang telah dimumpulkan agar dapat dibaca dan diolah dengan metode

perhitungan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya. Dalam

melakukan analisis data hasil penelitian, peneliti memfokuskan pada

pengujian hipotesis yang telah dikembangkan sebelumnya dengan

malakukan perhitungan yang berpatokan pada rumus korelasi pearson

product moment.

Dalam melakukan uji hipotesis, peneliti mengunakan dua software

untuk menganalisis data dari responden, yakni software microsoft excel

dengan rumus korelasi pearson product moment dan software analisis

statistika SPSS dengan analisis korelasi pearson product moment yang

telah tersedia pada aplikasi SPSS. Alasan peneliti mengunakan dua

software secara bersama-sama ialah agar data yang dianalisis oleh

peneliti dalam menjawab hipotesis yang ada tidak diragukan

kebenarannya.
143

1. Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Korelasi

Dalam malakukan uji Hipotesis dengan teknik analisis data

mengunakan rumus korelasi pearson product moment maka perlu

memperhatikan beberapa hal yang merupakan kriteria pengambilan

keputusan uji korelasi pearson product moment. Berikut ini kriteria

pengambilan keputusan dalam analisis korelasi pearson product

moment:

a. Membandingkan nilai singnifikansi Sig. (2-tailed) pada taraf 5%

1. Apabila nilai signifikansi Sig. F Change hitung pada taraf 5% <

lebih kecil dari 0,05 pada tabel nilai Sig. F Change, maka ada

korelasi yang singnifikan antara variabel.

2. Apabila nilai signifikansi Sig. F Change hitung pada taraf 5% >

lebih besar dari 0,05 pada tabel nilai Sig. F Change, maka tidak

ada korelasi yang singnifikan antara variabel.

b. Membandingkan nilai r hitung (Pearson Correlations) dengan r tabel

1. Apabila r hitung > (lebih besar) dari nilai r tabel, maka ada

korelasi antara variabel, yang berarti hipotesis diterima.

2. Apabila r hitung < (lebih kecil) dari nilai r tabel, maka tidak ada

korelasi antara variabel, yang berarti hipotesis ditolak.

Nilai r tabel dapat dilihat pada tabel nilai r product moment. 236 Nilai

r tabel pada taraf sig. 5% dengan jumlah Responden (N) sebanyak 104

ialah 0,191. Dapat dilihat pada bagian lampiran nilai r tabel product

moment. Berdasarkan pada nilai r tabel dan nilai signifikansi dapat

236
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, 276
144

ditentukan kekuatan hubungan antara variabel independen dengan

variabel dependen yang mengacu pada tabel interpretasi Koefisien

korelasi berikut:237

Tabel pedoman interpretasi Koefisien korelasi


Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat Rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat Kuat

2. Uji Hipotesis Pertama

Adapun bunyi Hipotesis pertama ialah “Terdapat hubungan yang

signifikan antara pola asuh orang tua dengan karakter anak di Gereja

Kristen Sumba Jemaat Umamapu”.

1. Hitung Korelasi Manual Microsoft Excel

r n ∑ X1 Y − ∑ X 1 ∙ ∑ Y
yx1= ¿
√¿ ¿¿

r 104 ( 1908955 )− ( 14485) ( 13666 )


yx1= ¿

¿¿ ¿
¿

2. Analisis data mengunakan SPSS

Correlations
237
Ibid., 274
145

Pola Asuh
Orang Tua Karakter Anak
Pola Asuh Pearson 1 ,720**
Orang Tua Correlation
Sig. (2-tailed) ,000
N 104 104
Karakter Anak Pearson ,720** 1
Correlation
Sig. (2-tailed) ,000
N 104 104
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Confidence Intervals
95% Confidence
Pearson Sig. (2- Intervals (2-tailed)a
Correlation tailed) Lower Upper
Pola Asuh 0,720 0,000 0,610 0,800
Orang Tua -
Karakter Anak
a. Estimation is based on Fisher's r-to-z transformation with bias
adjustment.

Variables Entered/Removeda
Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 Pola Asuh Orang . Enter
b
Tua
a. Dependent Variable: Karakter Anak
b. All requested variables entered.

Model Summary
Adjust Change Statistics
R ed R R Sig. F
Squa Squar Square F Chang
Model R re e Change Change df1 df2 e
146

1 ,720a ,519 ,514 ,519 109,95 1 10 ,000


9 2
a. Predictors: (Constant), Pola Asuh Orang Tua

Berdasarkan hasil uji korelasi antara variabel pola asuh orang tua

(X1) dengan variabel karakter anak (Y) mengunakan rumus korelasi

pearson product moment dengan microsoft excel dan juga SPSS,

diketahui Nilai signifikansi Sig.(2. Tailed) antara pola asuh orang tua

(X1) dengan karakter anak (Y) adalah sebesar 0,000 < lebih kecil dari

0,05, yang berarti terdapat korelasi yang signifikan antara variabel pola

asuh orang tua (X1) dengan variabel karakter anak (Y).

Sedangkan nilai pearson correlation (r hitung) sebesar 0,720 >

lebih besar dari nilai r tabel 0,191, nilai ini menunjukkan bahwa

kekuatan hubungan berada pada katagori interval koefisien hubungan

yang kuat. Dan Nilai koefisien determinasi (nilai R Square) sebesar

0,519, yang berarti pengaruh pola asuh orang tua terhadap karakter

anak sebesar 51,9%. Sesuai dengan hasil analisis, dapat disimpulkan

hipotesis pertama diterima, bahwa “Terdapat hubungan yang signifikan

antara pola asuh orang tua dengan karakter anak di Gereja Kristen

Sumba Jemaat Umamapu”.

3. Uji Hipotesis Kedua


147

Adapun bunyi Hipotesis kedua ialah “Terdapat hubungan yang

signifikan antara budaya dengan karakter anak di Gereja Kristen

Sumba Jemaat Umamapu”.

1. Hitung Korelasi Manual Microsoft Excel

r n ∑ X2 Y − ∑ X 2 ∙ ∑ Y
yx2 = ¿
√¿ ¿¿

r 104 ( 1984388 )− ( 15068) ( 13666 )


yx2 = ¿
√¿¿ ¿
¿

2. Analisis data mengunakan SPSS

Correlations
Budaya Karakter Anak
Budaya Pearson 1 ,511**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,000
N 104 104
Karakter Anak Pearson ,511** 1
Correlation
Sig. (2-tailed) ,000
N 104 104
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Confidence Intervals
95% Confidence
Pearson Sig. (2- Intervals (2-tailed)a
Correlation tailed) Lower Upper
Budaya - 0,511 0,000 0,351 0,639
Karakter Anak
a. Estimation is based on Fisher's r-to-z transformation with bias
adjustment.
148

Variables Entered/Removeda
Variables
Model Variables Entered Removed Method
1 Budayab . Enter
a. Dependent Variable: Karakter Anak
b. All requested variables entered.
Model Summary
Adjust Change Statistics
R ed R R Sig. F
Squar Squar Square F Chang
Model R e e Change Change df1 df2 e
1 ,511a ,261 ,253 ,261 35,977 1 102 ,000
a. Predictors: (Constant), Budaya

Berdasarkan hasil uji korelasi variabel budaya (X2) dengan

variabel karakter anak (Y) mengunakan rumus korelasi pearson product

moment dengan microsoft excel dan juga SPSS, diketahui nilai

signifikansi antara variabel adalah sebesar 0,000 < lebih kecil dari 0,05,

yang mengindikasikan adanya hubungan/korelasi yang signifikan.

Sedangkan nilai pearson correlation (r hitung) antara kedua

variabel sebesar 0,511 > lebih besar dari nilai r tabel 0,191, maka

kriteria kekuatan hubungan antara variabel berada pada katagori

interval koefisien hubungan yang sedang, dengan koefisien determinasi

(nilai R Square) sebesar 26,1%. Sesuai dengan hasil analisis, dapat

disimpulkan bahwa hipotesis kedua diterima, bahwa “Terdapat


149

hubungan yang signifikan antara budaya dengan karakter anak di

Gereja Kristen Sumba Jemaat Umamapu”.

4. Uji Hipotesis Ketiga

Adapun bunyi Hipotesis ketiga ialah “Terdapat hubungan yang

signifikan antara pola asuh otang tua dan budaya secara bersama-

sama dengan karakter anak di Gereja Kristen Sumba Jemaat

Umamapu”.

1. Hitung Korelasi Manual Microsoft Excel

1

2 2
r yx 1+ r yx 2−2 r yx ∙ r1 yx ∙r
2 x x
1R = 1 2

yx x
1 2 1−r x x1 2


2 2
0,720259695 +0,511634062 −2 ∙0,720259695∙ 0,511634062 ∙0,660348762
Ryx x =¿ 2
1 2
1−0,660348762
¿ 0,722711882
Dibulatkan :0,722

2. Analisis data mengunakan SPSS

Correlations
Pola Asuh Karakter
Orang Tua Budaya Anak
Pola Asuh Pearson 1 ,660** ,720**
Orang Tua Correlation
Sig. (2-tailed) ,000 ,000
N 104 104 104
**
Budaya Pearson ,660 1 ,511**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,000 ,000
N 104 104 104
**
Karakter Anak Pearson ,720 ,511** 1
Correlation
Sig. (2-tailed) ,000 ,000
150

N 104 104 104


**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Confidence Intervals
95% Confidence
Pearson Intervals (2-
Correlatio Sig. (2- tailed)a
n tailed) Lower Upper
Pola Asuh Orang Tua 0,660 0,000 0,533 0,755
- Budaya
Pola Asuh Orang Tua 0,720 0,000 0,610 0,800
- Karakter Anak
Budaya - Karakter 0,511 0,000 0,351 0,639
Anak
a. Estimation is based on Fisher's r-to-z transformation with bias
adjustment.

Variables Entered/Removeda
Variables
Model Variables Entered Removed Method
1 Budaya, Pola Asuh . Enter
b
Orang Tua
a. Dependent Variable: Karakter Anak
b. All requested variables entered.

Model Summary

Adjust Change Statistics


R ed R R
Squa Squar Square F Sig. F
Model R re e Change Change df1 df2 Change
a
1 ,722 ,521 ,511 ,521 54,923 2 101 ,000
a. Predictors: (Constant), Budaya, Pola Asuh Orang Tua
Pada tabel uji Korelasi secara simultan diketahui jumlah N

(responden) sebanyak 104 dengan jumlah variabel yang dikorelasikan

sebanyak tiga variabel, yang terdiri dari dua variabel bebas yaitu

variabel pola asuh orang tua (X1) dan budaya (X2) serta satu variabel
151

terikat yaitu variabel karakter anak (Y). Berdasarkan hasil uji korelasi

ganda atau simultan mengunakan rumus korelasi pearson product

moment dengan microsoft excel dan juga SPSS, diketahui nilai

signifikansi antara variabel bebas X1 dan X2 secara bersama-sama

terhadap variabel terikat (Y) adalah sebesar 0,000 < lebih kecil dari

0,05, yang berarti terdapat korelasi yang signifikan secara bersama-

sama antara variabel bebas dan variabel terikat.

Sedangkan nilai pearson correlations (r hitung) sebesar 0,722,

maka kriteria kekuatan hubungan variabel pola asuh orang tua (X1) dan

budaya (X2) secara simultan terhadap variabel karakter anak (Y)

berada pada katagori interval koefisien hubungan yang kuat sebesar

0,722 dengan koefisien determinasi (nilai R Square) sebesar 52,1%

yang berarti pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat adalah

sebesar 52,1%. Sesuai dengan hasil analisi uji korelasi secara simultan

diatas, dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga diterima, bahwa

“terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh otang tua dan

budaya secara bersama-sama dengan karakter anak di Gereja Kristen

Sumba Jemaat Umamapu”

Selanjutnya perlu diperhatikan arah korelasi antara variabel yang

dikorelasikan, berdasarkan pada nilai interval koefisien korelasi, apakah

hasilnya positif atau negatif. Berdasarkan output analisis mengunakan

SPSS, pada ketiga uji hipotesis diatas, diketahui nilai korelasi

menunjukkan arah yang positif. Berikut rangkuman uji hipotesis yang

telah dirangkum pada tabel dan gambar:


152

Rangkuman Hasil Pengujian semua Hipotesis

2
(r/R) r
correlasion Tingkat Keterangan Arah Koefisien
hubungan Singnifikansi Determin
asi

X1 dan Y 0,720 Kuat Signifikan Positif 51,9%

X2 dan Y 0,511 Sedang Signifikan Positif 26,1%

X1 dan X2 0,722 Kuat Signifikan Positif 52,1%


dengan Y

X1
0,72

0,72 Y

X2 0,51

B. Pembahasan

Masalah yang ingin diuangkapkan pada penelitian ini adalah

seberapa besar hubungan pola asuh orang tua dan budaya dengan

karakter anak di gereja kristen sumba jemaat umamapu. Sehingga agar

penelitian ini terarah, peneliti menyimpulkan hipotesis yang terdiri dari tiga
153

hipotesis dan berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pengujian

hipotesis menunjukkan bahwa ketiga hipotesis diterima.

Pada pengujian korelasi antara variabel, baik secara sendiri-sendiri

dan secara bersama-sama (simultan) menunjukkan adanya hubungan

antara variabel yang dikorelasikan. Tingakat kekuatan hubungan, arah

hubungan, signifikansi antar variabel dan presentasi koefisien determinasi

masing-masing variabel secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-

sama akan dibahas pada bagian ini, untuk melihat kesesuaian teori dan

penelitian terdahulu degan hasil penelitian ini.

1. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Karakter Anak

Berdasarkan hasil analisis data penelitian ini, menunjukkan bahwa

adanya hubungan yang singnifikan antara variabel pola asuh orang tua

dengan karakter anak, hubungan antara variabel berada pada kategori

hubungan yang “kuat” dengan arah hubungan yang positif. Ini

menggambarkan bahwa semakin baik pola asuh yang dilakukan oleh

orang tua maka akan semakin baik pula karakter anak di gereja kristen

sumba jemaat umamapu.

Selain itu, merujuk pada nilai Kefiensi determinasi (nilai R Square)

yakni besarnya pengaruh/sumbangan variabal bebas (pola asuh orang

tua) terhadap variabel terikat (karakter anak) sebesar 51,9%

sedangkan sisanya 48,1% adalah sumbangan dari variabel lain diluar

variabel pola asuh orang tua. Sehingga dari hasil uji korelasi antara

variabel pola asuh orang tua dengan karakter anak, menunjukkan


154

bahwa pola asuh orang tua berhubungan dengan karakter anak akan

tetapi, karakter anak tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh faktor pola

asuh orang tua, melainkan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar

pola asuh orang tua.

Pola asuh orang tua merupakan cara orang tua menanamkan dan

membentuk karakter anak melalui proses mendidik, membimbing,

menasihati, memberikan teladan dan mendisiplinkan anak, yang

tentunya terjadi melalui dan didalam interaksi orang tua dan anak.

Masnur Muslich menyatakan bahwa: “Pola asuh sebagai pola interaksi

antara anak dengan orang tua yang meliputi sosialisasi norma-norma

yang berlaku. Dengan kata lain, pola asuh meliputi pola interaksi orang

tua dengan anak dalam rangka pendidikan karakter.” 238 Hubungan pola

asuh orang tua dengan karakter anak terletak pada interaksi yang

terjadi antara orang tua dan anak, dan dalam interaksi tersebut orang

tua mensosialisasikan nilai-nilai karakter kepada anak. Sehingga dapat

dimengerti bahwa kuatnya hubungan pola asuh orang tua dengan

karakter anak merujuk pada kuatnya interaksi yang terjadi antara anak

dengan orang tua, yang dalam interaksi tersebut orang tua sebagai

agen yang berperan menanamkan karakter pada anak dengan cara

mendidik, menasihati, membimbing dan membentuk karakter anak

dengan cara memberikan teladan dan mendisiplinkan anak.

Dalam proses tumbuh kembangnya, anak-anak lebih banyak

berinteraksi dengan orang tua. Oleh sebab itulah, sebagai agen


238
Masnur Muslich, Pendidikan karakter, menjawab tantangan krisis
multidimensional., 100
155

sosialisasi dan enkulturasi nilai-nilai karakter, pola asuh orang tua

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi karakter anak,

terlepas dari berbagai faktor lainnya, sebagaimana Uswatun bahwa:

“Keberhasilan pembentukan karakter pada anak, salah satunya

dipengaruhi oleh pola asuh orang tua terhadap anak.239

Hasil penelitian ini telah mendukung dan berkesesuaian dengan

teori yang dikemukan oleh Masnur Muslich bahwa: “hubungan pola

asuh orang tua dengan krakter anak sangat erat, sebab pola asuh yang

diterapkan oleh orang tua mempengaruhi sikap dan karakter anak sejak

usia dini. Pola pengasuhan anak semasa masih berusia dini yang baik

dan benar akan mempengaruhi karakter anak.”240 Dan juga

berkesesuaian dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Nisha Pramawaty and Elis Hartati (2012), Andar

Gunawana Pasaribu (2018), Mira Lestari (2019), Fadilah Utam (2021),

Tiur Imeldawati dan Melani Tampubolon (2021), I. Nyoman Subagia

(2021), dan Bobby Kurnia Putrawan (2022 ), yang meyimpulkan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan

karakter anak.

2. Hubungan Budaya Dengan Karakter Anak

Berdasarkan hasil analisis data penelitian ini, menunjukkan

bahwa adanya hubungan yang singnifikan antara variabel budaya

239
Uswatun Hasanah. "Pola Asuh Orang Tua Dalam Membentuk Karakter
Anak." Jurnal Elementary Vol. 2, No. 2 (2016): 72
240
Masnur Muslich, Pendidikan karakter, menjawab tantangan krisis
multidimensional, 126
156

dengan karakter anak, hubungan antara variabel berada pada kategori

hubungan yang “sedang atau cukup kuat” dengan arah hubungan yang

positif. Ini menggambarkan bahwa semakin baik nilai-nilai dalam suatu

budaya yang tertuang dalam adat istiadat dan kebiasaan masyarakat

yang diwariskan kepada anak-anak, maka akan semakin baik pula

karakter anak di gereja kristen sumba jemaat umamapu.

Merujuk pada nilai Kefiensi determinasi (nilai R Square) yakni

besarnya pengaruh/sumbangan variabal bebas (budaya) terhadap

variabel terikat (karakter anak) sebesar 26,1% sedangkan sisanya

73,9% adalah sumbangan dari variabel lain diluar variabel budaya. Hal

ini berarti meskipun hasilnya menunjukkan bahwa budaya memiliki

hubungan/ korelasi yang sedang/cukup kuat dengan karakter anak,

akan tetapi karakter anak tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh faktor

budaya, melainkan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar

budaya.

Bertolak dari teori yang menjelaskan bahwa anak-anak adalah

makhluk sosial dan keberadaannya telah terkondisi dengan suatu

kebudayaan semenjak lahir dan dalam proses tumbuh kembangnya

mengalami interaksi dengan masyarakat dalam suatu kebudayaan,

memungkinkan nilai-nilai dalam kebudayaan tersebut juga diadopsinya

menjadi bagian dari karakternya. Hal ini beranjak dari pemahaman

bahwa ketika anak-anak berinteraksi dengan individu ataupun

sekelompok orang dalam kehidupannya menciptakan peluang

terjadinya proses sosialisasi yang bertujuan untuk mewariskan nilai-nilai


157

kebudayaan kepada anak-anak. Proses sosialisasi dan enkulturasi

terjadi dalam setiap kebudayaan mulai sejak lahir dan, dalam batas

tertentu, kebudayaan sudah ikut campur tatkala bayi masih dalam

kandungan. Hal ini menegaskan bahwa faktor nilai-nilai budaya yang

belaku dalam suatu masyarakat juga turut mempengaruhi karakter

anak.241

Hasil penelitian ini telah mendukung dan berkesesuaian dengan

teori yang dikemukan oleh Achmad, yang menyatakan bahwa:

“kebudayaan mempengaruhi dan membentuk perilaku (Karakter) setiap

penganutnya”.242 Demikian juga dinyatakan oleh Ade Putra Panjaitan

bahwa: “budaya berhubungan dengan pembentukan karakter. Budaya

merupakan faktor pendukung yang mempengaruhi karakter manusia,

karena budaya memiliki nilai-nilai yang berfungsi dan mampu

membentuk karakter manusia pendukungnya.”243 Selain teori-teori

diatas, hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Anggraini, Rina, Maman Surahman, and Riswanti Rini (2015), Ishak

Talibo (2018), Arni Naiyya Balaya dan Ashif Az Zafi (2020), juga

meyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara budaya

dengan karakter anak. Adanya hubungan antara budaya dengan

karakter anak dikarenakan di dalam budaya terkandung nilai-nilai moral

241
Achmad Fedyani Saifuddin, Antropologi Kontemporer: Suatu Pengantar Kritis
Mengenai Paradigma, Cet. 2, (Jakarta: Kencana, 2006), 232
242
Ibid,. 72
243
Ade Putra Panjaitan, et.al, Korelasi Kebudayaan Dan Pendidikan:
Membangun Pendidikan Berbasis Budaya Lokal, Pen, Bungaran A. Simanjuntak,
(Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014), 20
158

dan spiritual.”244 Nilai-nilai inilah yang diwariskan kepada anak-anak dan

kemudian diadopsi menjadi bagian dari karakter dirinya.

3. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dan Budaya Secara Bersama-

Sama Dengan Karakter Anak

Berdasarkan hasil analis korelasi berganda/simultan dalam

pengujian hipotesis antara variabel bebas pola asuh orang tua (X1) dan

variabel budaya (X2) dengan variabel Karakter anak (Y), menunjukkan

bahwa adanya hubungan yang singnifikan antara variabel pola asuh

orang tua dan budaya dengan karakter anak, hubungan antara variabel

berada pada kategori hubungan yang “kuat” dengan arah hubungan

yang positif. Ini menggambarkan bahwa semakin baik pola asuh orang

tua dan nilai-nilai dalam suatu budaya yang diwariskan kepada anak-

anak, maka akan semakin baik pula karakter anak di gereja kristen

sumba jemaat umamapu.

Dalam penelitian ini, menunjukkan kekuatan hubungan antara

kedua variabel bebas pola asuh orang tua (X1) dan budaya (X2)

dengan variabel terikat karakter anak (Y), berada pada koefisiensi

hubungan/korelasi yang “kuat” sebesar 0,722. Akan tetapi, merujuk

pada nilai Kefiensi determinasi ganda/simultan (nilai R Square) yakni

besarnya pengaruh/sumbangan variabal bebas (X1 dan X2) secara

bersama-sama terhadap variabel terikat (Y) sebesar 52,1% sedangkan

244
B. Sabunga, Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang
Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya (Bandung:Universitas Pendidikan
Indonesia, 2014), 4
159

sisanya 47,9% adalah sumbangan dari variabel lain diluar variabel pola

asuh orang tua dan budaya. Sehingga dapat dikatakan bahwa karakter

anak tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh faktor pola asuh orang tua dan

budaya saja, namun juga terdapat faktor, faktor lain yang

mempengaruhi karakter anak. Hal ini sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Imran Manan bahwa: “terdapat beberapa faktor-

faktor yang turut berperan dalam pembentukan karakter anak,

diantranya faktor lingkungan, dan pengaulan” 245 dan juga faktor internal

seperti insting, kebiasaan dan keturunan.246

Melihat dari hasil analisi data dalam tiga bagian uji hipotesis,

diketahui kekuatan hubungan/korelasi dan besarnya pengaruh pola

asuh orang tua dan budaya dengan karakter anak secara bersama-

sama lebih besar dari pada hubungan/ korelasi dan pengaruh variabel

secara individual. Hubungan kedua variabel secara bersama-sama

sebesar 0,722 berada dalam kategori hubungan yang “kuat” dan

pengaruh kedua variabel sebesar 52,1%.

Hasil penelitian ini telah mendukung dan berkesesuaian dengan

teori juga berkesesuaian dengan hasil penelitian-penelitian terdahulu,

yang telah dikemukan pada bagian pembahasan poin 1 dan 2, dan

secara khusus penelitian yang dilakukan oleh Gusti Rahmawati yang

membahas variabel yang sama menyimpulkan bahwa: “terdapat

hubungan antara pola asuh orang tua dan budaya terhadap karakter
245
Imran Manan, Dasar-Dasar Sosial Budaya Pendidikan, (Jakarta: Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan, 1989), 34
246
Zubaedi. Desain Pendidikan Karakter: Konsep dan Aplikasinya dalam
Lembaga Pendidikan,Cet. 5, (Jakarta: Kencana,2015), 143
160

anak.”247 Selain itu terdapat beberapa teori yang berkesesuain dengan

hasil penelitian ini, yakni:

Teori sosialisasi oleh Mead (1934) bahwa: “Social interaction

plays an important role in shaping individual self-understanding. that

each individual learns through observing and imitating the behavior of

others.”248 Teori sosialisasi ini berfokus pada Interaksi dan sosialisasi,

yakni bagaimana individu belajar menjadi anggota yang berfungsi

dalam masyarakat melalui interaksi dengan lingkungan mereka. Pola

asuh orang tua adalah faktor kunci dalam proses sosialisasi ini dan

budaya memainkan peran dalam menentukan nilai-nilai dan norma-

norma yang diwariskan kepada anak-anak.

Juga teori identitas budaya oleh Phinney (1990) bahwa: “The

importance of ethnic identity in adolescent and adult development,

emphasizing the influence of culture in shaping individual identity.”249

Teori ini menekankan bahwa anak-anak mengembangkan karakter

mereka melalui interaksi dengan budaya dan pola asuh orang tua dapat

membentuk identitas budaya anak, artinya bahwa budaya dan pola

asuh orang tua secara keseluruhan juga memainkan peran dalam

membentuk karakter diri anak.

247
Gusti Rahmawati, Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dan Budaya Lokal
Dengan Perkembangan Karakter Anak Usia Dini, Jurnal Teknologi Pendidikan dan
Pembelajaran, Vol.7, No.1, (2020),123-132
248
G. H. Mead, "Mind, Self, and Society: From the Standpoint of a Social
Behaviorist." (London: University of Chicago Press, 1934),1-33
249
J. S. Phinney, "Ethnic Identity in Adolescents and Adults: Review of
Research." Psychological Bulletin, Vol. 108, No.3, (1990), 499-514.
161

Dan teori konstekstual, Bronfenbrenner (1979) memperkenalkan

model ekologi perkembangan manusia yang menekankan interaksi

kompleks antara individu dan lingkungan.250 Sameroff (2009)

menyajikan model transaksional yang menekankan adanya pengaruh

antara individu dan lingkungan dalam membentuk karakter anak. 251

Teori ini mengakui bahwa pola asuh dan budaya harus dilihat dalam

konteks yang lebih luas, termasuk faktor sosial, ekonomi, dan politik.

Interaksi antara pola asuh, budaya, dan faktor-faktor ini dapat

membentuk karakter anak dengan cara yang kompleks dan unik.

Sebagaimana pada poin awal dikemukan bahwa sebagai orang

kristen yang beriman, mengimani bahwa karakter adalah suatu hal

yang penting dan dasariah dalam berinteraksi dengan Allah, sesama

manusia dan segenap ciptaan-Nya. Untuk itu dalam upaya

menanamkan dan membentuk karakter anak, akan lebih efektif bila

ditingkatkan melalui peningkatan kualitas pola asuh orang tua dan

budaya secara bersama-sama dari pada melalui peningkatan kualitas

pola asuh orang tua dan budaya secara individual. Sebab setiap anak-

anak sejak lahir telah berada dalam pola asuh orang tua dan terkondisi

dengan kubudayaan setempat, kedua variabel ini merupakan agen

pendidikan karakter anak yang harus dimaksimalkan sebaik-baik

mungkin dalam mensosialisaikan nilai-nilai karakter kepada anak,

250
U. Bronfenbrenner, "The Ecology of Human Development: Experiments by
Nature and Design." (London: Harvard University Press, 1979), 1-76
251
A. Sameroff. "The Transactional Model." In J. D. Osofsky & H. E. Fitzgerald
(Eds.), "WAIMH Handbook of Infant Mental Health" Vol. 3 No.1, (2009), 26-46
162

dengan tujuan agar anak-anak memiliki karakter yang baik dalam

dirinya.

Anda mungkin juga menyukai