Anda di halaman 1dari 17

KEGIATAN

KONTRAK
LUMPSUM

TAHUN
2024
1. Ruang Lingkup
Standar Operasional Prosedur ini ditetapkan sebagai petunjuk tata cara penetapan
kontrak dengan sistem pembayaran lump sum jasa konsultansi di Direktorat Jenderal
Bina Marga.

2. Maksud dan Tujuan


Standar Operasional Prosedur ini dimaksudkan untuk memandu penetapan kontrak
dengan sistem pembayaran lump sum jasa konsultansi di Direktorat Jenderal Bina Marga
agar seragam, sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan akuntabel.

Standar Operasional Prosedur ini bertujuan untuk memastikan penetapan kontrak


dengan sistem pembayaran lump sum jasa konsultansi di Direktorat Jenderal Bina Marga
memenuhi persyaratan dokumen dan menjamin efisiensi pemanfaatan anggaran.

3. Acuan
a. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2021
tentang Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2020 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa
Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 107;
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 24).
b. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah Sebagaimana Telah Diubah dengan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor
16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 33; Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2021 Nomor 63).
c. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 20/PRT/M/2018
Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 1121).
d. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2020 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi
Melalui Penyedia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 483).
e. Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 12
Tahun 2021 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Melalui Penyedia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 593).

4. Istilah dan Definisi


a. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut Pengadaan
Barang/Jasa adalah kegiatan Pengadaan Barang/Jasa oleh Direktorat Jenderal Bina
Marga yang dibiayai oleh APBN yang prosesnya sejak identifikasi kebutuhan, sampai
dengan serah terima hasil pekerjaan.
b. Pengguna Barang/Jasa adalah Pejabat pemegang kewenangan penggunaan
Barang dan/atau Jasa milik Negara di Direktorat Jenderal Bina Marga.
c. Kepala Satuan Kerja yang selanjutnya disebut Kasatker adalah Kuasa Pengguna
Anggaran dan/atau Barang.
d. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah pejabat pemegang
kewenangan penggunaan anggaran Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat.
e. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah pejabat yang
diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk mengambil keputusan dan/atau melakukan
tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara.
f. Pejabat Penandatangan Kontrak adalah Pejabat yang memiliki kewenangan untuk
mengikat perjanjian atau menandatangani Kontrak dengan Penyedia, dapat berasal
dari PA, KPA, atau PPK.
g. Penyedia Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut Penyedia adalah
Pelaku Usaha yang menyediakan barang/jasa berdasarkan kontrak.
h. Jasa Konsultansi adalah jasa layanan, profesional yang membutuhkan keahlian
tertentu di berbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir.
i. Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut Kontrak adalah perjanjian
tertulis antara PA/KPA/PPK dengan Penyedia atau pelaksana Swakelola.
j. Kontrak Lump Sum adalah Kontrak dengan ruang lingkup pekerjaan dan jumlah
harga yang pasti dan tetap dalam batas waktu tertentu.
k. Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut UKPBJ adalah unit
kerja di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang menjadi pusat
keunggulan Pengadaan Barang/Jasa.

5. Ketentuan Umum
a. Kontrak Lump sum digunakan dalam hal kontrak yang didasarkan atas
produk/keluaran (output based), ruang lingkup kemungkinan kecil berubah, dan KAK
lengkap dan akurat disertai dengan kebutuhan minimal tenaga ahli.
b. Cara pembayaran hasil pekerjaan untuk Kontrak lump sum dilakukan berdasarkan
tercapainya tahapan produk/keluaran yang dicantumkan dalam Kontrak tanpa rincian
biaya personel dan biaya nonpersonel.
c. Kontrak Lump sum merupakan Kontrak dengan ruang lingkup pekerjaan dan jumlah
harga yang pasti dan tetap dalam batas waktu tertentu, dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) Semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia.
2) Berorientasi pada keluaran.
3) Pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan sesuai
dengan Kontrak.
4) Jumlah Harga Satuan pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan penyesuaian
harga (Price/Adjustment).
d. Pengadaan Jasa Konsultansi yang dapat dilaksanakan dengan Kontrak Lump sum,
antara Iain:
1) Studi: Pra Studi Kelayakan, Studi Kelayakan, Baseline Study, Sistem informasi,
Studi Lingkungan/Kawasan, AMDAL, Identifikasi Program, Studi/Kajian/Telaah,
Evaluasi, Produk Hukum, Pedoman, Petunjuk, Sertifikasi dan lainnya.
2) Perencanaan Umum dan Perencanaan Teknis: Master Plan, Pra Design, Basic
Design, Concept Design, Design Development, Detail Engineering Design, Final
Engineering Design, Review Design.
3) Survei: Pemetaan/Foto udara, Pengukuran Topografi, Bathymetri, Hidrologi, Soil
Investigation/Geoteknik, Sosial Ekonomi, Survei Lalulintas dan O-D, Survei
Kondisi Jalan/Jembatan, Leger Jalan, Survei Lainnya.
e. PPK menetapkan jenis Kontrak Pengadaan Barang/Jasa dalam rancangan kontrak.

f. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Kerangka Acuan Kerja Kontrak Lump Sum
adalah:
1) Kerangka Acuan Kerja (KAK) harus jelas tujuan/spesifikasi yang ingin dicapai.
2) Jumlah tenaga ahli tidak harus dicantumkan dalam KAK.
3) Jenis dan kualifikasi Tenaga Ahli harus dicantumkan dalam KAK.
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Uraian Pendahuluan

1. Latar Belakang ………………………………………………………………………..


2. Maksud dan ………………………………………………………………………..
Tujuan
3. Sasaran ………………………………………………………………………..
4. Lokasi Kegiatan ………………………………………………………………………..
5. Sumber Kegiatan ini dibiayai dari sumber pendanaan:
Pendanaan ……………………………………………
6. Nama dan Nama Pejabat Pembuat Komitmen:
Organisasi ……………………………………………
Pejabat Pembuat Proyek/Satuan Kerja: ……………………………………………
Komitmen
Data Penunjang
7. Data Dasar ………………………………………………………………………..
8. Standar Teknis ………………………………………………………………………..
9. Studi-Studi ………………………………………………………………………..
Terdahulu
10. Referensi Hukum ………………………………………………………………………..
11. Lingkup Kegiatan ………………………………………………………………………..
12. Keluaran ………………………………………………………………………..
13. Peralatan ………………………………………………………………………..
Material,
Personel dan
Fasilitas dari
Pejabat Pembuat
Komitmen
14. Peralatan dan ………………………………………………………………………..
Material dari
Penyedia Jasa
Konsultansi
15. Lingkup ………………………………………………………………………..
Kewenangan
penyedia jasa
16. Jangka Waktu ………………………………………………………………………..
Penyelesaian
Kegiatan
17. Personel Posisi Kualifikasi Jumlah
Orang
Pendidikan Keahlian 6 Pengalaman
Bulan
Tenaga Ahli:

Tenaga Pendukung (jika ada):

18. Jadwal Tahapan ………………………………………………………………………..


Pelaksanaan
Kegiatan
19. Laporan Laporan Pendahuluan memuat: …………………………………
Pendahuluan Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya ……. (.......)
hari kerja/bulan sejak SPMK diterbitkan sebanyak (......) buku
laporan.
20. Laporan Bulanan Laporan Bulanan memuat: …………………………………
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya ……. (.......)
hari kerja / bulan sejak SPMK diterbitkan sebanyak (......) buku
laporan.
21. Laporan Antara Laporan Antara memuat hasil sementara pelaksanaan
kegiatan: ……
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya ……. (.......)
hari kerja/bulan sejak SPMK diterbitkan sebanyak (......) buku
laporan
22. Laporan Akhir Laporan Akhir memuat:
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya ... (.......) hari
kerja/bulan sejak SPMK diterbitkan sebanyak (......) buku
laporan dan cakram padat (compact disc) (jika diperlukan)
23. Produksi dalam Semua kegiatan jasa konsultansi berdasarkan KAK ini harus
Negeri dilakukan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia kecuali
ditetapkan lain dalam angka 4 KAK dengan pertimbangan
keterbatasan kompetensi dalam negeri.
24. Persyaratan Jika kerjasama dengan penyedia jasa konsultansi Iain
Kerjasama diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan jasa konsultansi ini
maka persyaratan berikut harus dipatuhi:
………………………………………………………………………..
25. Pedoman Pengumpulan data lapangan harus memenuhi persyaratan
Pengumpulan berikut:
Data Lapangan ………………………………………………………………………..
26. Ahli Jika diperlukan, Penyedia jasa Konsultansi berkewajiban untuk
Pengetahuan menyelenggarakan pertemuan dan pembahasan dalam
rangka alih pengetahuan kepada personel proyek/satuan kerja
Pejabat Pembuat Komitmen berikut:
……………………………………………………
Daftar Simak

Check List
No. Uraian Acuan Tidak Keterangan
Ada
Ada
1 Analisis jenis
kegiatan

2 Reviu KAK
3 Penetapan KAK
4 Penetapan RPP
PERSENTASE KOMPONEN BIAYA PEMBANGUNAN

A. Komponen Biaya Pembangunan bangunan meliputi komponen biaya


pelaksanaan konstruksi, biaya perencanaan teknis, biaya pengawasan
teknis berupa biaya pengawasan konstruksi atau biaya manajemen
konstruksi, dan biaya pengelolaan kegiatan, dengan pengaturan sebagai
berikut:
1. Biaya pelaksanaan konstruksi :

a. Biaya pelaksanaan konstruksi merupakan biaya paling banyak


yang digunakan untuk membiayai pelaksanaan konstruksi fisik.
b. Biaya pelaksanaan konstruksi dibebankan pada biaya untuk
komponen konstruksi fisik kegiatan yang bersangkutan.

c. Biaya pelaksanaan konstruksi terdiri atas biaya standar dan biaya


non standar.
d. Biaya standar digunakan untuk pelaksanaan konstruksi fisik
standar pekerjaan meliputi:
1) arsitektur;
2) struktur;
3) utilitas yang meliputi pekerjaan plumbing, dan jaringan
instalasi penerangan; dan
4) perampungan (finishing).

e. Biaya standar termasuk overhead penyedia jasa pelaksanaan


konstruksi, asuransi, keselamatan kerja, inflasi, dan pajak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

f. Biaya nonstandar digunakan untuk pelaksanaan konstruksi fisik


nonstandar, perizinan selain IMB, dan penyambungan utilitas.
2. Biaya Perencanaan Teknis :

a. Biaya perencanaan teknis dibebankan pada biaya untuk komponen


kegiatan perencanaan konstruksi yang bersangkutan.

b. Besarnya nilai biaya perencanaan teknis maksimum dihitung


berdasarkan prosentase biaya perencanaan teknis konstruksi
terhadap nilai biaya pelaksanaan konstruksi yang tercantum pada
Tabel 1, 2, dan 3
3. Biaya Pengawasan konstruksi:
a. Biaya pengawasan konstruksi dibebankan pada biaya untuk
komponen kegiatan pengawasan konstruksi.
b. Besarnya nilai biaya pengawasan konstruksi maksimum dihitung
berdasarkan prosentase biaya pengawasan konstruksi terhadap
nilai biaya pelaksanaan konstruksi yang tercantum pada Tabel 1, 2,
dan 3
4. Biaya Manajemen Konstruksi:
a. Biaya manajemen konstruksi dibebankan pada biaya untuk
komponen kegiatan manajemen konstruksi yang bersangkutan.
b. Besarnya nilai biaya manajemen konstruksi maksimum dihitung
berdasarkan prosentase biaya manajemen konstruksi terhadap
biaya pelaksanaan konstruksi yang tercantum pada Tabel 1, 2, dan
3
5. Biaya Pengelolaan Kegiatan:
a. Biaya pengelolaan kegiatan dibebankan pada biaya untuk
komponen pengelolaan kegiatan konstruksi.
b. Besarnya nilai biaya pengelolaan kegiatan maksimum dihitung
berdasarkan prosentase biaya pengelolaan kegiatan terhadap nilai
biaya pelaksanaan konstruksi yang tercantum pada Tabel 1, 2, dan
3
c. Perincian penggunaan biaya pengelolaan kegiatan adalah sebagai
berikut:

1) biaya operasional unsur pengguna anggaran dimanfaatkan


untuk keperluan honorarium staf dan panitia lelang, perjalanan
dinas, rapat-rapat, proses pelelangan, bahan dan alat yang
berkaitan dengan pengelolaan kegiatan sesuai dengan
pentahapannya, serta persiapan dan pengiriman kelengkapan
administrasi atau dokumen pendaftaran bangunan gedung
negara.
2) realisasi pembiayaan pengelolaan kegiatan dapat dilakukan
secara bertahap sesuai kemajuan pekerjaan (persiapan
konstruksi, perencanaan konstruksi, dan pelaksanaan
konstruksi).

3) besarnya honorarium pengelolaan kegiatan mengikuti


ketentuan yang berlaku.

B. Untuk pekerjaan yang berada di wilayah yang sukar dijangkau transportasi


(remote area), kebutuhan biaya untuk transportasi ke lokasi tersebut, dapat
diajukan sebagai biaya non standar. Diluar prosentase biaya perencanaan
teknis, biaya pengawasan teknis dan biaya pengelolaan kegiatan yang
tercantum pada Tabel 1, 2, dan

Kebutuhan biaya transportasi sebagaimana dimaksud, penyusunan


kebutuhan anggarannya agar dikonsultasikan dengan instansi teknis
setempat.

C. Kelebihan biaya berupa penghematan yang didapat dari biaya perencanaan


teknis, biaya manajemen konstruksi atau pengawasan konstruksi dapat
digunakan langsung untuk peningkatan mutu atau penambahan kegiatan
konstruksi fisik, dengan melakukan revisi dokumen pembiayaan.
TABEL 1
PROSENTASE KOMPONEN BIAYA PEMBANGUNAN
BANGUNAN KLASIFIKASI SEDERHANA

BIAYA KONSTRUKSI FISIK


(JUTA RP) 0 250 500 1,000 2,500 5,000 10,000 25,000 50,000 100,000 250,000
sd sd sd sd sd sd sd sd sd sd sd > 500,000
250 500 1,000 2,500 5,000 10,000 25,000 50,000 100,000 250,000 500,000
KOMPONEN KEGIATAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

18.11 15.03 12.39 10.23 9.28 7.81 6.83 4.88 3.29 2.08
PERENCANAAN KONSTRUKSI
1 18.11 sd sd sd sd sd sd sd sd sd sd 1.80
(dalam % )
15.03 12.39 10.23 9.28 7.81 6.83 4.88 3.29 2.08 1.80

10.59 9.15 7.72 6.47 5.41 4.49 4.03 3.63 2.48 1.59
PENGAWASAN KONSTRUKSI
2 10.59 sd sd sd sd sd sd sd sd sd sd 1.49
(dalam % )
9.15 7.72 6.47 5.41 4.49 4.03 3.63 2.48 1.59 1.49

14.00 10.00 6.75 4.20 2.85 1.90 1.20 0.80 0.54 0.36
PENGELOLAAN KEGIATAN
3 14.00 sd sd sd sd sd sd sd sd sd sd 0.25
(dalam % )
10.00 6.75 4.20 2.85 1.90 1.20 0.80 0.54 0.36 0.25
TABEL 2
PROSENTASE KOMPONEN BIAYA PEMBANGUNAN
BANGUNAN KLASIFIKASI TIDAK SEDERHANA

BIAYA KONSTRUKSI FISIK


(JUTA RP) 0 250 500 1,000 2,500 5,000 10,000 25,000 50,000 100,000 250,000
sd sd sd sd sd sd sd sd sd sd sd > 500,000
250 500 1,000 2,500 5,000 10,000 25,000 50,000 100,000 250,000 500,000
KOMPONEN KEGIATAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

19.80 16.61 13.97 11.81 10.83 9.33 8.28 6.04 4.02 2.55
PERENCANAAN KONSTRUKSI
1 19.80 sd sd sd sd sd sd sd sd sd sd 2.32
(dalam % )
16.61 13.97 11.81 10.83 9.33 8.28 6.04 4.02 2.55 2.32

28.57 24.43 20.69 17.73 14.97 10.47 7.34 4.89 3.25 2.03
MANAJEMEN KONSTRUKSI
2 28.57 sd sd sd sd sd sd sd sd sd sd 1.36
(dalam % ) atau
24.43 20.69 17.73 14.97 10.47 7.34 4.89 3.25 2.03 1.36

21.08 18.20 15.37 12.88 10.76 7.62 5.13 3.50 2.39 1.50
PENGAWASAN KONSTRUKSI
3 21.08 sd sd sd sd sd sd sd sd sd sd 1.10
(dalam % )
18.20 15.37 12.88 10.76 7.62 5.13 3.50 2.39 1.50 1.10

16.00 11.25 7.75 5.10 3.36 2.24 1.42 0.95 0.64 0.40
PENGELOLAAN KEGIATAN
4 16.00 sd sd sd sd sd sd sd sd sd sd 0.28
(dalam % )
11.25 7.75 5.10 3.36 2.24 1.42 0.95 0.64 0.40 0.28
TABEL 3
PROSENTASE KOMPONEN BIAYA PEMBANGUNAN
BANGUNAN KLASIFIKASI KHUSUS

BIAYA KONSTRUKSI FISIK


(JUTA RP) 0 250 500 1,000 2,500 5,000 10,000 25,000 50,000 100,000 250,000
sd sd sd sd sd sd sd sd sd sd sd > 500,000
250 500 1,000 2,500 5,000 10,000 25,000 50,000 100,000 250,000 500,000
KOMPONEN KEGIATAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

21.45 18.04 15.16 12.87 11.90 10.35 9.32 6.90 4.60 2.96
PERENCANAAN KONSTRUKSI
1 21.45 sd sd sd sd sd sd sd sd sd sd 2.75
(dalam % )
18.04 15.16 12.87 11.90 10.35 9.32 6.90 4.60 2.96 2.75

15.74 13.23 11.29 9.64 8.71 7.56 6.82 4.60 3.14 2.90
MANAJEMEN KONSTRUKSI
2 15.74 sd sd sd sd sd sd sd sd sd sd 2.73
(dalam % )
13.23 11.29 9.64 8.71 7.56 6.82 4.60 3.14 2.90 2.73

16.00 11.25 7.75 5.10 3.35 2.22 1.42 0.95 0.64 0.41
PENGELOLAAN KEGIATAN
3 16.00 sd sd sd sd sd sd sd sd sd sd 0.28
(dalam % )
11.25 7.75 5.10 3.35 2.22 1.42 0.95 0.64 0.41 0.28
D. Contoh Pehitungan
Biaya konstruksi fisik gedung : Rp. 1.516.000.000,
Biaya Perencanaan untuk nilai fisik konstruksi antara 1 M - 2.5 M adalah
5,63% - 4,65%, misal ambil 5% , maka :
Biaya perencanaan : 5% x Rp. 1.516.000.000 = Rp. 75.800.000,
Biaya Pengawasan untuk nilai fisik konstruksi antara 1 M - 2.5 M adalah
3,90% s.d. 3,27%, misal ambil 3,5% , maka :
Biaya pengawasan : 3,5% x Rp. 1.516.000.000 = Rp. 53.060.000,-
Biaya Pengelolaan Kegiatan untuk nilai fisik konstruksi antara 1 M - 2.5 M
adalah 6,75% s.d. 4,20%, misal ambil 4,2% , maka :
Biaya pengelolaan kegiatan : 4,2% x Rp. 1.516.000.000 = Rp. 63.672.000,-
Contoh Perhitungan Biaya Kontrak Lumpsum

Biaya Konstruksi Fisik Biaya Perencanaan Biaya Pengawasan


Rp 100,000,000 9.0% Rp 9,000,000 6.0% Rp 6,000,000
Rp 200,000,000 8.0% Rp 16,000,000 6.0% Rp 12,000,000
Rp 300,000,000 8.0% Rp 24,000,000 5.5% Rp 16,500,000
Rp 400,000,000 8.0% Rp 32,000,000 5.5% Rp 22,000,000
Rp 500,000,000 8.0% Rp 40,000,000 5.2% Rp 26,000,000
Rp 600,000,000 7.0% Rp 42,000,000 5.0% Rp 30,000,000
Rp 700,000,000 7.0% Rp 49,000,000 5.0% Rp 35,000,000
Rp 800,000,000 7.0% Rp 56,000,000 4.8% Rp 38,400,000
Rp 900,000,000 7.0% Rp 63,000,000 4.6% Rp 41,400,000
Rp 1,000,000,000 6.0% Rp 60,000,000 4.4% Rp 44,000,000
Rp 2,000,000,000 6.0% Rp 120,000,000 4.2% Rp 84,000,000
Rp 3,000,000,000 5.0% Rp 150,000,000 4.0% Rp 120,000,000
Rp 4,000,000,000 5.0% Rp 200,000,000 3.5% Rp 140,000,000
Rp 5,000,000,000 4.6% Rp 230,000,000 3.2% Rp 160,000,000
Rp 10,000,000,000 3.9% Rp 390,000,000 2.7% Rp 270,000,000
Rp 15,000,000,000 3.8% Rp 570,000,000 2.6% Rp 390,000,000
Rp 20,000,000,000 3.8% Rp 760,000,000 2.4% Rp 480,000,000
Rp 25,000,000,000 3.4% Rp 850,000,000 2.3% Rp 575,000,000
Rp 50,000,000,000 3.4% Rp 1,700,000,000 2.0% Rp 1,000,000,000
Rp 75,000,000,000 3.0% Rp 2,250,000,000 1.8% Rp 1,350,000,000
Rp 100,000,000,000 2.7% Rp 2,700,000,000 1.7% Rp 1,700,000,000
Rp 200,000,000,000 2.5% Rp 5,000,000,000 1.6% Rp 3,200,000,000
Rp 500,000,000,000 2.5% Rp 12,500,000,000 1.5% Rp 7,500,000,000
AHSP PJT II

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri PUPR Nomor 22 Tahun 2018 Pembangunan Bangunan


Gedung Negara

Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 Pengadaan Barang Dan Jasa.

Anda mungkin juga menyukai