Anda di halaman 1dari 3

Cerpen

Legenda Ikan Patin


Suatu hari saat Dayang sedang menjemur pakaian, ada seorang pemuda tampan yang
melewati rumah Dayang. Dan pada saat itupun pria tersebut langsung jatuh hati pada
Dayang dan berniat untuk meminang Dayang. Pria itu bernama Awangku Usop.

Setelah mendengar perkataan itu, Awang Gading tidak langsung memberikan jawaban.
Ia bertanya terlebih dahulu pada anaknya. “Dayang anakku, bagaimana pendapatmu
terhadap pinangan Usop?” Dan Dayang Kumunah pun membalas “Kanda Usop, kita
berasal dari dua dunia yang berbeda. Saya berasal dari sungai dan mempunyai
kebiasaan lain yang berbeda dari manusia lainnya. Saya bersedia menerima pinangan
Kanda Usop, tetapi dengan syarat, jangan pernah minta saya untuk tertawa.” Dan
Awangku Usop pun menjawab tegas “Baiklah, saya akan memenuhi syarat tersebut.”

Seminggu kemudian mereka pun menikah. Acara pernikahan berlangsung meriah, semua
tetangga dan kerabat diundang. Para tamu undangan pun turut bergembira
menyaksikan sang mempelai wanita, Dayang Kumunah yang cantik bersanding dengan
Awangku Usop, mempelai pria yang sangat tampan. Kedua mempelai pun sangat
Alkisah hiduplah seorang nelayan tua bernama Awang Gading yang tinggal di Tanah Melayu.
berbahagia dengan pernihakan mereka, saling mencintai dan menyayangi satu sama lain.
Ia tinggal seorang diri di tepi sungai yang luas dan jernih. Namun, hidup seorang diri tidak
membuat Awang Gading berkecil hati, ia senantiasa bahagia menjalani hari-harinya karena
Namun kebahagiaan mereka tidak bertahan lama, beberapa minggu setelah acara
ia selalu mensyukuri nikmat yang diberi Tuhan kepadanya. Hal yang ia lakukan sehari-harinya
pernikahan mereka ayah Dayang Kumunah, yaitu Awang Gading meninggal dunia
adalah menangkap ikan di sungai dan mencari kayu di hutan.
dikarenakan sakit parah yang dideritanya. Bagi Dayang Kumunah, Awang Gading sudah
seperti ayah kandung sendiri, ia membesarkan Dayang Kumunah dengan penuh kasih
Suatu sore, Awang Gading mengail di sungai selepas ia mencari kayu di hutan. Ia berkata
sayang dan berbagai ilmu pengetahuan yang ia berikan pada Dayang Kumunah membuat
“Semoga hari ini aku mendapatkan ikan yang besar.” Usai melemparkan kail ke sungai, ia
dirinya menyayangi ‘ayahnya’ itu sepenuh hati. Berbulan-bulan lamanya Dayang
menghibur dirinya dengan bernyanyi pelan. Tak lama, kailnya pun disentak ikan, ia pun
Kumunah diselimuti kesedihan, hingga pada saat Dayang Kumunah melahirkan kelima
berhati-hati mengangkat kail itu. Namun sayangnya ikan itu pun terlepas. Tidak putus asa,
anaknya, kesedihan itu pun mulai sedikit demi sedikit lenyap. Tak lama kemudian, ia pun
Awang Gading pun memasangkan umpan yang baru dan menunggu ikan memakan umpannya
mulai hidup bahagia lagi bersama sang suami dan kelima anaknya.
tersebut. Tak lama kailnya tersentak lagi, ia melihat yang menyentak kail itu adalah seekor
ikan, tetapi setelah mengangkat kail perlahan, ikan itu pun terlepas lagi. Dan hal tersebut
terjadi beberapa kali.

“Air pasang telan ke insang


Namun apalah arti kebahagian keluarga jika sang suami tidak pernah melihat istrinya
tertawa. Memang, sejak awal pernikahan hingga kini, Awangku Usop tidak pernah
Air surut telan ke perut
meminta Dayang Kumunah untuk tertawa. Tetapi saat si Bungsu sedang belajar jalan
di suatu sore hari, dan seluruh keluarga berkumpul melihat kelakuan lucu si Bungsu,
Renggutlah…!
mereka semua tertawa kecuali Dayang Kumunah. Awangku Usop pun meminta istrinya
itu untuk ikut tertawa, tetapi Dayang Kumunah menolak. Namun sang suami terus
Biar putus jangan rabut,”
menerus memaksa istrinya untuk tertawa, hingga saat Dayang Kumunah ikut tertawa,
terlihat insang yang keluar dari mulutnya. Dan Dayang Kumunah pun langsung
Gumam Awang Gading sambil melempar pancingnya ke sungai.
menyadari hal itu, ia bergegas lari ke sungai meninggalkan Awangku Usop serta kelima
anaknya dan keluarganya kebingungan.
Matahari sudah mulai tenggelam, menandakan akan datangnya malam. Namun tidak ada satu
ikan pun didapatkan oleh Awang Gading. “Ternyata, aku belum beruntung hari ini.” gumam
Awang Gading. Dan tak lama ia pun bergegas pulang kerumahnya. Namun baru beberapa
langkah Awang Gading mendengar suara tangisan bayi. Ia merasa takut tapi ia tetap
mencari darimana suara itu berasal. Tak lama kemudian, ia menemukan bayi perempuan yang
diletakkan di atas batu tanpa alas apapun. Tampaknya bayi perempuan itu baru saja
dilahirkan oleh ibunya.

“Kasihan bayi ini seorang diri di tepi sungai.” gumam Awang


Gading. Karena rasa kasihannya itu, Awang Gading
memutuskan untuk membawa bayi tersebut ke rumahnya.

Dan pada malam itu juga Awang Gading membawa bayi


tersebut ke rumah Tetua kampung. Tetua kampung berkata
Tanpa basa-basi Awangku Usop beserta anak-anaknya mengikuti Dayang Kumunah.
“Awang Gading, kamu dipercayai raja penghuni sungai untuk
Sesampainya mereka di sungai, mereka melihat Dayang Kumunah sudah menjelma
menjaga anaknya. Berbahagialah dan rawat ia dengan baik.”
menjadi ikan dan melompat ke air. Awangku Usop pun tersadar bahwa ia telah
Dan Awang Gading pun membalas “Terima kasih Tetua! Saya
melanggar syarat yang diberikan oleh istrinya itu. Ia berkata “Maafkan aku istriku,
akan merawat bayi ini, semoga kelak ia menjadi anak yang
aku sangat menyesal telah melanggar janjiku sendiri. Kembalilah ke rumah, istriku!
cerdas dengan budi pekerti yang baik.”

Nasi sudah menjadi bubur, semua sudah terlambat. Dayang Kumunah telah terjun ke
sungai dan menjadi ikan yang memiliki bentuk badan cantik dengan kulit mengkilap tanpa
Acara selamatan atas kehadiran bayi perempuan tersebut diadakan oleh Awang Gading sisik. Mukanya menyerupai raut wajah manusia, dan ekornya seolah-olah sepasang kaki
keesokan harinya. Ia mengundang seluruh tetangganya. Dan ia memutuskan untuk memberi manusia yang bersilang. Orang-orang menyebutnya ikan patin.
nama bayi perempuan itu Dayang Kumunah. Setelah acara selesai Awang Gading pun
menimang-nimang si bayi tersebut. Ia berkata “Dayang sayang, anakku seorang cepat lah Namun, sebelum menyelam ke air, Dayang Kumunah sempat berpesan kepada Awangku
besar dan menjadi gadis dambaan.” Usop. “Kanda, jaga anak-anak kita dengan baik.”

Kehadiran Dayang Kumunah sangat berarti bagi Awang Gading, ia menjadi lebih giat bekerja Awangku Usop beserta kelima anaknya merasakan kesedihan yang mendalam melihat
dan memberikan seluruh perhatiannya untuk Dayang seorang. Selain itu Dayang Kumunah Dayang Kumunah yang mereka cintai sudah berubah menjadi seekor ikan. Maka dari itu
dibekali berbagai ilmu pengetahuan dan budi pekerti oleh Awang Gading. Setiap hari Awang mereka berjanji tidak akan pernah memakan ikan patin, karena dianggap keluarga
Gading mengajak Dayang Kumunah ke sungai dan mencari kayu di hutan untuk mengenalkan mereka. Dan karena itulah sebagian orang melayu tidak makan ikan patin.
kehidupan alam.

Tak terasa waktu pun terus berjalan, memperlihatkan Dayang Kumunah telah tumbuh menjadi
gadis yang cantik dengan berbudi pekerti luhur. Dayang selalu membantu ayahnya dalam
situasi apapun. Tetapi sayang sekali, Dayang tidak pernah tertawa sekalipun.
1

Tugas kelompok : B. Indonesia


Judul Cerpen : Hampa
Penulis : Mega Resiana
J

Anggota : Hamada Rasikh


Dzakwan Hilmy
Yazid A. Azis
Irham Muzakki
Kelas : IX D
Hampa
"Gue ada di mana? Apa yang terjadi?' Tanyaku sambil memegang perban kecil yang
Ku rebahkan tubuhku di atas kasur sambil meraih menempel di kepala sebelah kiriku.
handphone-ku yang berdering nada panggilan dari 'Ini rumahku, tadi kamu keserempet motor dan kamu pingsan seharian.' Jelas laki-laki itu.
Ari Jawabku
Halo!' 'sahabatku-
malas. sambil menghela nafas panjang Lalu, seorang wanita paruh baya dengan senyuman yang ramah membawa segelas teh dan
meletakkannya di sampingku.
'Halo! Bro, lo di mana?' Tanya Ari dari seberang saluran telepon.
aku menekan tombol hijau dan meletakkannya di
'Di rumah.' Jawabku singkat. 'Ini saya buatkan teh anget, diminum ya, biar baikan. Saya mau kerja dulu, kamu istirahat di
telinga
'Gue sebelah
lagi di tempat kiri.biasa. Kenapa lo nggak ke sini?'
tongkrongan sini aja dulu sampe ngerasa enakan di temenin sama anak saya Dani.' Ucap wanita itu sambil
melirik ke arah laki-laki 'tanpa kaki kiri itu- yang sekarang sudah duduk di sampingku.
'Nggak tau nih, gue lagi males banget ke tempat tongkrongan. Besok aja gue ke sananya.'

Ah! Nggak asik lo! Yaudah deh ntar gue bilang ke anak-anak kalo lo lagi nggak enak badan.' Terima kasih, tante.' Ucapku sambil tersenyum lalu wanita itu pergi meninggalkan aku dan
'Iya, thanks ya bro.' Jawabku singkat sambil mengakhiri pembicaraan dengan menekan laki-laki itu.
tombol merah. Kulempar handphone-ku ke sisi kanan tempat tidur yang sebelumnya telah
kumatikan, saat ini aku sedang tidak ingin diganggu. Aku berusaha berdiri dengan susah payah. Laki-laki yang di panggil Dani itu kemudian
mengambil tongkatnya untuk berdiri juga.
Akhir-akhir ini perasaanku selalu gelisah tak menentu, entah apa yang terjadi padaku saat
ini. Aku merasa hidupku terasa hampa, tak ada yang istimewa dari hidup seorang remaja 'Itu foto aku, ibu dan ayahku.' Ucapnya sambil menunjuk ke arah foto keluarga yang kulihat
berusia tujuh belas tahun sepertiku yang setiap hari kerjanya hanya bersenang-senang tadi. 'Kalo kertas-kertas itu…' Tiba-tiba ia tersenyum dan matanya menjadi berbinar-
bersama teman se-genk, meminta uang saku lebih kepada mama 'yang bekerja kantoran- binar. 'Kertas itu…adalah daftar target yang ingin ku capai dalam hidupku.'
hanya untuk hang out bareng mereka. Terkadang aku merasa bersalah karena tidak bisa Aku membaca salah satu kertas itu yang tertera nomor 299 pada urutan akhir berisi
membantu mama menjalani tugasnya sebagai single parent tapi malah menyusahkannya tulisan.
walaupun mama berkata ia tidak apa-apa. Tapi, mau gimana lagi aku bingung apa yang harus Aku ingin bisa berlari seperti dulu. Gleg… aku merasa iba padanya.
kulakukan untuk mengisi hidupku sendiri yang kutahu bersenang-senang itu adalah satu- 'Aku mulai nulis target-target ini semenjak kepergian ayahku dalam kecelakaan kereta api
satunya cara untuk mengisi hidupku ini. Aku merasa ada sesuatu yang hilang dari diriku dua tahun silam..' Kecelakaan kereta? Ayah? Ia senasib denganku..
sendiri, entah apa sesuatu itu yang jelas itu sangat menyiksa diriku membuat hatiku merasa 'Trus apa hubungannya semua target-terget ini dengan meninggalnya ayah lo?' Tanyaku
hampa. dengan jantung berdebar kencang nyaris copot pada tempatnya.
***** Karena..' Dani tersenyum ke arah foto keluarga yang tergantung di dinding. 'Karena Ayah
Hosh…hosh…hosh.. aku berusaha mengatur napasku saat berhasil melewati pintu gerbang adalah pria yang sangat aku sayangi, darinya aku belajar untuk hidup sebagai laki-laki.'
sekolah yang nyaris saja ditutup. Huft… lega rasanya hari ini aku tidak terlambat lagi. Gleg…lagi-lagi sama, Oh Tuhan! apa maksud semua ini? Bisikku dalam hati. 'Sejak beliau
Bergegas aku masuk ke dalam kelas XII IPA 5 dan langsung duduk di kursiku. Kembali, perasaan meninggal, hidupku jadi nggak karuan, karena nggak ada lagi ayah yang menasihati untuk
aneh itu muncul lagi terasa sangat hampa dan aneh tentunya karena aku masih tak mengerti hidup dan tegar sebagai seorang laki-laki, nggak ada lagi ayah yang…' Ia terdiam sebentar.
dengan yang terjadi padaku. 'Jadi, aku buat target ini karena aku mau ayah di alam sana ayah bangga dan nggak sia-sia
'WOY!!' Aku tersentak dari lamunanku ketika Ari menepuk pundakku. selama ini membimbing aku buat ngejalanin hidup meski sekarang keadaanku seperti ini.' Dani
'Lo kenapa, Ken?' Ucapnya melihat ekspresi kagetku. melirik ke kaki kirinya yang kini hanya tinggal setengah, ia berusaha tersenyum meski air
'Eng…enggak pa-pa.' Jawabku singkat. matanya sudah mengembang di pelupuk matanya.
'Akhir-akhir ini lo aneh banget tau!' Ucap Ari yang sudah dua tahun ini menjadi teman
Jadi, lo buat target-target ini karena pengen buat ayah lo bangga?' Tanyaku dengan
semejaku.
suara bergetar. Dani hanya menganggukkan kepalanya dan tetap berusaha tersenyum.
Baru saja aku akan membuka mulut, Pak Jodi 'Guru Bahasa Inggris- sudah masuk untuk
'Trus ibu lo gimana?'
mengisi jam pelajaran pertama. Tapi, lagi-lagi ada yang aku merasa ada yang salah dengan
'Ibuku sekarang kerja jadi kuli cuci baju buat makan sehari-hari dan aku bekerja sambilan
semua ini sampai-sampai membuatku tak bisa berkonsentrasi menyimak pelajaran.
dagang nasi uduk di depan rumah buat bayar sekolahku. Gini-gini aku bisa jago masak juga
lho!' Ucapnya sambil mengacungkan jempol ke arahku.
KEN!!' Ari menghampiriku dengan Tiger kebanggaannya. 'Lo nggak bawa motor?' Tanyanya
'Sekolah?' Tanyaku heran.
heran melihatku berjalan lesu menuju pintu gerbang sekolah.
'Iya, karena sekarang aku udah kelas tiga SMA jadi aku harus terus berjuang hingga lulus
'Gue lagi males bawa motor.' Jawabku dengan wajah lesu.
nanti dan dapetin beasiswa buat kuliah. Dan itu adalah salah satu targetku juga.'
'Lo kenapa sih, Ken? Lo sakit? Atau lagi ada masalah sama nyokab lo? Akhir-akhir ini lo
'Piala sebanyak ini lo dapetin hanya dalam waktu dua tahun?' Tanyaku takjub melihat lemari
aneh banget tau, kalo ada masalah cerita dong ke gue.' Ari langsung memberondong
kaca besar itu.
pertanyaan padaku.
'Enggak juga sih, aku baru dapet dua puluh piala dalam waktu dua tahun, dan sisanya itu
Huft…aku menarik napas panjang.
berkat dukungan dari ayah. Dan dari kemenangan-kemenangan ini aku berharap juga bisa
'Gue nggak pa-pa, Ri.'
menang dalam hidup ini.'
'Yakin, lo? Udah lo naik ke motor gue aja, ntar gue anter pulang.' Ucap Ari, tapi aku
menolak tawarannya dengan alasan aku sedang ingin naik busway. Masih dengan wajah Deg…deg…jantungku berdebar semakin cepat anak yang sedang berdiri di depanku senasib
cemasnya, Ari kemudian pamit dan melengos pergi. denganku tapi, aku masih jauh lebih beruntung daripada dia. Ayah kami memang sudah
***** meninggal akibat kecelakaan kereta api walaupun waktu kejadiannya tak sama. Tapi,
setidaknya aku masih beruntung karena aku tidak kehilangan kaki kiriku dan juga kehidupanku
masih jauh lebih layak darinya. Tapi, justru ketegaranku yang kalah darinya. Ia sangat
Aku berjalan di sisi kiri jalan, masih dengan rasa hampa yang terus menghantui perasaanku.
tegar menghadapi cobaan ini bahkan ia mambuat target-target yang ingin dicapainya dalam
Pikiranku menerawang kembali ke waktu di mana Tuhan telah memanggil ayahku dalam
hidup ini untuk membuat ayahnya di alam sana bangga dan tak menyesal mempunyai anak
kecelakaan kereta api enam bulan silam. Sejak kepergian pria itu, aku merasa ada sesuatu
seperti dia.
yang hilang dari dalam diriku. Pria itu telah mengajarkan banyak hal pada anak laki-laki
Oh Tuhan! Mengapa aku menjadi pecundang seperti ini? Tanpa banyak berpikir lagi aku
semata wayangnya ini. Dia mengajarkanku bagaimana hidup sebagai seorang laki-laki. 'Ayah,
langsung berpamitan pada Dani dan mengucapkan banyak-banyak terima kasih karena ia dan
aku merindukanmu.' Bisik batinku. Tapi, entah mengapa rasa itu datang tiba-tiba.
ibunya telah menolongku. Aku terus berlari dengan perasaan lega karena aku telah
Aku memang masih mempunyai ibu yang sekarang bekerja kantoran dan selalu pulang larut
menemukan jawaban dari rasa kehampaan hatiku ini. Ayah memang sudah tiada tapi, aku bisa
malam sehingga menyita waktuku untuk merasakan kasih sayang seorang ibu terutama kasih
membuktikan padanya bahwa ia adalah ayah yang terbaik untukku dan aku tidak akan
sayang seorang ayah yang telah tiada. Aku memang sudah berusia tujuh belas tahun bahkan
menyia-nyiakan hidup ini lagi.
beberapa bulan lagi aku akan mengikuti ujian akhir sekolah dan menentukan perguruan tinggi
mana yang akan ku pilih. Aku butuh ayah yang suka memberikan saran-saran terbaiknya Aku berlutut di samping makam ayah, meremas tanah merah yang sudah mulai mengering
serta motivasinya yang selalu membuatku bersemangat. sejak 6 bulan lalu.

TIIN…TIIN..!! Aku tersentak mendengar klakson motor yang melaju cepat berada 'Ayah, terima kasih atas segala yang kau berikan untuk anakmu ini selama ini. Aku berjanji
tepat dibelakangku. Aku ingin berlari menghindar tapi, Oh tidak! tubuhku apa yang tidak akan menyia-nyiakan hidup ini lagi dan aku berjadi akan menjaga ibu. Love you forever
terjadi? Mengapa tidak mau bergerak? dad!' Kataku sambil mencium papan nisan ayah.
GUBRAK!!! Penglihatanku tiba-tiba menjadi gelap. *****
*****
Perlahan aku membuka mataku, mendapati diriku sedang terbaring di tikar berwarna merah Saat aku kembali ke rumah, ku buka pintu, aku mendapati mama yang tertidur di sofa. Kulihat
dengan campuran hijau yang lusuh. Aku memandang ke sekeliling ruangan tempat aku berada, jam di dinding yang menunjukkan pukul satu siang. Mama enggak berangkat kerja? Pikirku.
banyak sekali kertas-kertas terpasang di dinding yang tak bisa ku baca karena tulisannya Aku menghampiri tubuh wanita paruh baya yang terlihat seperti malaikat yang sedang
terlalu kecil di lihat dari kejauhan dan satu-satunya foto yang terpasang di dinding terbaring, lalu kuselimuti tubuhnya dengan selimut milikku.
terdapat dua orang laki-laki dan satu orang perempuan di dalamnya. Sepertinya itu foto
keluarga. Kupalingkan pandanganku ke sebelah kiri tepat di sampingku terdapat sebuah 'Maafkan atas segala kesalahanku, karena telah menyia-nyiakan kasih sayang yang engkau
lemari kaca besar yang di dalamnya tersimpan banyak sekali piala, piagam dan penghargaan berikan selama ini. Aku sudah berjanji pada ayah untuk selalu menjagamu dan tidak akan
lainnya. menyia-nyiakan hidup ini lagi. Aku berjanji dan ini adalah target pertama dalam hidupku yang
akan kucapai suatu hari nanti.' Kataku tersenyum lega, lalu aku mencium kening malaikatku
Bu! Anak itu udah sadar.' Aku tersentak melihat seorang laki-laki yang kelihatannya sebaya ini.
denganku datang menghampiriku. Aku merasa ada yang aneh dengan laki-laki itu, aku
mengamatinya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Kaki! Kaki kirinya tidak ada. Hanya
tinggal kaki kanan dan paha kirinya saja yang masih ada.
'Kamu heran ya lihat aku seperti ini?' Ucap laki-laki itu seolah-olah dapat membaca jalan
pikiranku berjalan menghampiriku dengan tongkatnya untuk sebagai pengganti sementara
kaki kirinya.
'Gue ada di mana? Apa yang terjadi?' Tanyaku sambil memegang perban kecil yang menempel
di kepala sebelah kiriku.

Anda mungkin juga menyukai