Anda di halaman 1dari 40

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dibahas mengenai 1) Konsep kepatuhan, 2) Konsep

APD, 3) APD Donning Doffing, 4) APD Level 1,2,3, 5)SOP APD Rumah Sakit,6)

Kerangka Teori,7) Kerangka konsep

1.1 Konsep kepatuhan

1.1.1 Definsi Kepatuhan

Kepatuhan adalah suatu perilaku manusia yang taat terhadap

aturan, perintah, prosedur, dan disiplin(Agussamad & Sari., 2019).

Kepatuhan merupakan sikap positif seseorang yang dapat

ditunjukkan dengan adanya suatu perubahan secara berarti sesuai dengan

tujuan yang telah ditetapkan (Syamsulastri, 2017).

2.1.2. Klasifikasi Kepatuhan

Ghana Syakira(2009) dalam artikel (Reka,

2020)mengklasifikasikan tingkat kepatuhan menjadi 2 bagian, yakni patuh

dan tidak patuh. Disebut patuh apabila seseorang mampu melaksanakan

suatu tindakan sesuai dengan ketentuan yang ada, sedangkan tidak patuh

apabila seseorang melaksanakan suatu tindakan tidak berdasarkan

ketentuan yang telah ditetapkan. kriteria kepatuhan itu sendiri dibagi

menjadi 3 bagian yakni:

8
a) Patuh: tindakan ataupun perbuatan yang taat pada perintah maupun

aturan yang ada, dimana semua perintah atau aturan tersebut dapat

dilakukan secara benar.

b) Kurang patuh: hanya mentaati sebagian dari aturan yang sudah

ditetapkan dan dilakukan secara tidak sempurna.

c) Tidak patuh: tindakan atau perbuatan yang sama sekali dengan sengaja

mengabaikan peraturan yang ada dan tidak melaksanakan aturan atau

perintah tersebut.

2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan

Sikap kepatuhan dapat kita lihat dari perilaku seseorang dalam

mematuhi aturan yang ada. Ada 3 faktor utama yang dapat menentukan

perilaku seseorang sehingga dapat menimbulkan perilaku yang positif,

diantaranya yaitu Predisposing Factors, enabling factors, dan reinforcing

factors (Reka, 2020).

1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)

Faktor perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi seseorang

yang meliputi:

a) Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah pemahamanseseorang yang diperoleh dari

penginderaan manusia seperti mata, telinga, hidung, mulut, dan sebagainya

yang dapat menginterpretasikan objek. Namun sebagian besar pengetahuan

tersebut diperoleh melalui telinga dan mata sebagai indera pendengaran

dan indera penglihatan. Namun setiap orang memiliki intensitas


tertentuatau tingkat yang berbeda dalam memahami sesuatu objek, hal itu

terjadi karena intensitas perhatian dan persepsi seseorang pada objek pun

pastinya berbeda. Secara garis besar tingkat pengetahuan seseorang dibagi

menjadi 6 bagian, yakni:

(1) Tahu (know)

Tahu disini hanya berarti recall atau memunculkan memori

yang sudah ada sebelumnya setelah melihat atau mengamati

sesuatu.

(2) Memahami (comprehension)

Seseorang dapat dikatakan memahami sesuatu objek jika

seseorang tidak hanya sekedar tahu, melainkan mampu

menginterpretasikan objek yang telah diketahuinya secara baik dan

benar.

(3) Aplikasi (application)

Setelah seseorang dapat memahami objek tertentu, ia juga harus

dapat mengaplikasikan dan menggunakan pengetahuan yang

diketahuinya pada kondisi dan situasi lain.

(4) Analisis (analysis)

Merupakan kemampuan berfikir seseorang dalam

mendeskripsikan atau menjabarkan suatu komponen yang terdapat

pada objek kemudian mencari hubungan dari setiap komponen yang

diketahuinya.

(5) Sintesis (synthesis)


Suatu kegiatan dalam merangkum hubungan secara logis dari

setiap komponen dan pengetahuan yang telah dimilikinya.

(6) Evaluasi (evaluation)

Merupakan bentuk penilaian seseorang maupun kemampuan

seseorang dalam menjustifikasi terhadap objek tertentu yang dilihat

dan diketahuinya.

b) Kepercayaan dan tradisi

Biasanya kepercayaan dan tradisi sering kita dapatkan pada

leluhur atau orang terdahulu yang hingga saat ini melekat dalam pikiran

kita. Kepercayaan tersebut dapat diterima dengan mudah hanya

berdasarkan pada keyakinan seseorang walaupun terkadang tidak

disertai dengan adanya bukti ilmiah. Contohnya kepercayaan seseorang

terhadap mitos-mitos yang berkembang seperti anak habis khitan tidak

boleh memakan telur atau ikan agar tidak berbau amis atau tradisi pada

suatu daerah yang diyakini dapat membawa kebaikan pada dirinya.

c) Nilai

Nilai merupakan keyakinan individu pada setiap tingkah laku,

ide, kebiasaan, maupun objek yang biasanya digunakan sebagai suatu

standar yang dapat mempengaruhi tingkah laku. Dengan memiliki nilai,

maka seseorang memiliki keyakinan mendasar dalam melakukan

segalatindakan. Dimana tindakan tersebut nantinya akan menjadi standar

bagi orang tersebut untuk tindakan yang akan dilakukan berikutnya. Jika
individu telah memiliki nilai tertentu, maka secara pribadi ia dapat

dibenarkan, dipilih, serta diutamakan lebih tinggi dibanding yang lain.

d) Sikap

Merupakan aksi atau respon tertutup individu dalam menghadapi

stimulus yang ada dan merupakan penggambaran emosi seseorang

seperti senang ataupun tidak senang, tidak setuju atau setuju, dan

sebagainya. Dimana sikap seseorang dalam merespons adanya stimulus

ataupun objek tersebut melibatkan perasaan, pikiran, dan perhatian

seseorang atau bahkan kejiwaan lain. Sikap seseorang terbagi menjadi 3

komponen yaitu:

(1) Keyakinan atau kepercayaan terhadap objek

Merupakan sikap seseorang dalam mempercayai serta

meyakini sesuatu berdasarkan pendapatnya atau pemikirannya

sendiri terhadap Suatu objek. Misalnya sikap seseorang dalam

menyikapi HIV yang masih memiliki kepercayaan negatif dan

diskriminasi.

(2) Sikap emosional atau evaluasi orang terhadap objek

Sikap seseorang dalam menilai suatu objek yang melibatkan

faktor emosi di dalamnya. Seperti bagaimana seseorang dalam menilai

HIV apakah mereka menilai penyakit tersebut biasa saja atau justru

menilai penyakit yang menakutkan dan sangat membahayakan.

(3) Kecenderungan dalam bertindak (trend to behave)


Merupakan perilaku terbuka seseorang atau ancang-ancang

untuk bertindak. Misalnya dalam menghadapi penyakit HIV, sikap apa

yang akan dilakukan orang tersebut jika ia mengidap HIV.Seperti

pengetahuan, sikap disini juga memiliki tingkatan tertentu

berdasarkan intensitasnya yang tercantum dalam buku (Reka,

2020)diantaranya:

- Menerima (receiving)

Artinya individu tersebut mau menerima rangsangan atau

stimulus yang telah diberikan oleh objek tertentu.

- Menanggapi (responding)

Berarti bahwa individu mampu memberikan tanggapan atau

jawaban dari objek tersebut.

- Menghargai (valving)

Menghargai berarti individu tersebut mampu memberikan nilai

positif terhadap adanya stimulus atau objek yang dihadapinya dan

kemudian akan membicarakannya, mengajak bahkan akan

mempengaruhi orang lain untuk meresponsnya juga.

- Bertanggung jawab

Merupakan sikap tanggung jawab individu terhadap apa yang

diyakininya.

e) Demografi

Demografi disinisama halnya dengan biografi seseorang yang

meliputi data diri individu sepertijenis kelamin, usia, pendapatan,


pekerjaan, dan sebagainya dimana faktor tersebut mampu mengubah

perilaku seseorang.

Seperti semakin tua usia seseorang, maka akan merubah pola

fikir serta mengubah sikap seseorang menjadi lebih matang dan pastinya

akan berbeda dengan usia dibawahnya. Sama halnya dengan pendidikan,

makin tinggi jenjang pendidikan seseorang, maka tingkat pemahaman

seseorang pun akan jauh lebih tinggi.

2. Faktor Pendukung/ Pemungkin (enabling factors)

Merupakan faktor pendukung seseorang dalam bertindak karena

adanya faktor pendukung seperti tersedianya sarana dan prasarana,

lingkungan fisik yang memadai, fasilitas umum dan kesehatan bagi

masyarakat, atau sumber yang mendukung seperti keterjangkauan

fasilitas kesehatan. Misalnya penyediaan tempat sampah, air bersih,

makanan yang bergizi bagi masyarakat, tempat pembuangan tinja, serta

fasilitas kesehatan seperti puskesmas, posyandu, rumah sakit, maupun

fasilitas lainnya yang dapat meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.

3. Faktor Penguat (reinforcing factors)

Merupakan faktor penyerta perilaku yang dapat menguatkan

seseorang setelah perilaku itu ada. Faktor penguat disini bisa berasal dari

keluarga, kerabat atau teman, petugas kesehatan, dan sebagainya.(Reka,

2020)
1.1.2 Dampak Kepatuhan dan Ketidakpatuhan

1. Dampak kepatuhan

Kepatuhan perawat dalam menggunakan alat pelindung diri

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu persepsi dari perawat itu sendiri

baik persepsi akan risiko (Perceived Susceptibility), persepsi perawat

terhadap keparahan/keseriusan dampak apabila tidak menggunakan alat

pelindung diri (Perceived Severity), persepsi perawat terhadap hambatan-

hambatan yang ada dalam penerapan penggunaan alat pelindung diri

(Perceived Barrier), persepsi perawat terhadap manfaat yang didapatkan

apabila menggunakan alat pelindung diri (Perceived Benefits), faktor dari

isyarat/situasi lingkungan (cues to action) serta faktor lain seperti

karakteristik individu itu sendiri. kepatuhan penggunaan alat pelindung

diri dengan tepat, dapat mengurangi tingkat keparahan jika terjadi

kecelakaan dan mengurangi risiko terjadinya penularan penyakit (RIKA,

2020)

2. Dampak Ketidakpatuhan

Dampak yang akan muncul dari ketidakpatuhan penggunaan alat

pelindung diri yaitu resiko tertular penyakit akan bertambah dan juga akan

mempengaruhi kualitas tindakan medis dan keperawatan yang diberikan

karena mungkin akan muncul rasa tidak aman saat berada di dekat

pasien(Retno & Ridha, 2020)


1.1.3 Pengukuran Kepatuhan

Pengukuran kepatuhan dapat menggunakan Skala Guttman

dengan skor menurut jawaban masing-masing pernyataan yaitu :

Dilakukan 2

Tidak dilakukan : 1(Sugiyono, 2014)

Untuk mengukur kepatuhan dengan menggunakan skor T. Berikut

adalah rumus perhitungan skor T :

Dimana

Keterangan

X : Skor responden

 : Mean skor kelompok

S : Standar deviasi kelompok

N : Jumlah responden (Azwar, 2012)

Setelah didapatkan skor T, maka peneliti melakukan perhitungan T mean

yaitu rata-rata nilai T dari seluruh responden yang dihitung dengan rumus

sebagai berikut :
Kemudian diinterpretasikan menjadi :

1. Apabila skor T ≥ mean T, berarti patuh

2. Apabila skor T < mean T, berarti tidak patuh (Azwar, 2012)

1.2 Konsep APD

1.2.1 Definisi APD

Alat pelindung diri (APD) adalah perangkat alat yang dirancang

sebagai penghalang terhadap penetrasi zat, partikel padat, cair, atau udara

untuk melindungi pemakainya dari cedera atau penyebaran infeksi atau

penyakit (dr. Bambang Wibowo, 2020).

Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib

digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga

keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya(Bachtiar, Prijo,

Putri, & Gilbert, 2020)

Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat keselamatan

yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian

tubuhnya dari kemungkinan adanya paparan potensi bahaya lingkungan

kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja(Nadia, Meilya, &

Hilda, 2020).
1.2.2 Tujuan APD

Alat Pelindung Diri (APD) digunakan untuk melindungi dari

penularan virus khususnya Covid-19.Untuk tenaga kesehatan yang

melakukan tindakan pelayanan kesehatan berisiko tinggi seperti tindakan

bedah atau tindakan lain yang memiliki risikopenularan tinggi harus

menggunakan APD yang telah memenuhi standar mutu dan keamanan.

(KEMENTERIAN KESEHATAN, 2020)

Penggunaan APD bertujuan untuk melindungi diri sendiri yang

dalam hal ini merupakan petugas kesehatan dan juga untuk melindungi

pasien dari invasi mikroba patogen. APD yang sering dijumpai di RS

antara lain berupa sarung tangan, masker, google (kacamata pelindung),

face shield (pelindung wajah), dan juga jubah. APD ini digunakan sesuai

indikasinya dari tiap-tiap jenis APD (Kemenkes RI, 2017).

1.2.3 Prinsip pemilihan APD

Ada beberapa prinsip pemilihan APD yang harus diperhatikan.

Berikut prinsip-prinsip pemilihan APD menurut (dr. Bambang Wibowo,

2020):

1. Harus dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya yang spesifik

atau bahaya-bahaya yang dihadapi (Percikan, kontak langsung maupun

tidak langsung).

2. Berat APD hendaknya seringan mungkin, dan alat tersebut tidak

menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.

3. Dapat dipakai secara fleksibel (reuseable maupun disposable).


4. Tidak menimbulkan bahaya tambahan.

5. Tidak mudak rusak.

6. Memenuhi ketentuan dari standar yang ada.

7. Pemeliharaan mudah.

8. Tidak membatasi gerak.

1.2.4 Jenis APD

Jenis APD yang direkomendasikan untuk disediakan dalam

penanganan COVID-19 menurut (dr. Bambang Wibowo, 2020):

1. Masker bedah (surgical/facemask)

Masker bedah terdiri dari 3 lapisan material dari bahan non woven

(tidak dijahit) loose-fitting dan sekali pakai untuk menciptakan penghalang

fisik antara mulut dan hidung pengguna dengan kontaminan potensial di

lingkungan terdekat sehingga efektif untuk memblokir percikan (droplet)

dan tetesan dalam partikel besar.

2. Masker N95

Masker N95 terbuat dari polyurethane dan polypropylene adalah

alat pelindung pernapasan yang dirancang dengan segel ketat di sekitar

hidung dan mulut untuk menyaring hampir 95% partikel yang lebih kecil <

0,3 mikron. Masker ini dapat menurunkan paparan terhadap kontaminasi

melalui airbone .

3. Pelindung wajah (face shield)

Pelindung wajah umumnya terbuat dari plastik jernih transparan,

merupakan pelindung wajah yang menutupi wajah sampai ke dagu sebagai


proteksi ganda bagi tenaga kesehatan dari percikan infeksius pasien saat

melakukan perawatan.

4. Pelindung mata (goggles)

Pelindung mata berbentuk seperti kaca mata yang terbuat dari

plastik digunakan sebagai pelindung mata yang menutup dengan erat area

sekitarnya agar terhindar dari cipratan yang dapat mengenai mukosa.

Pelindung mata/goggles digunakan pada saat tertentu seperti aktifitas

dimana kemungkinan risiko terciprat / tersembur khususnya pada saat

prosedur menghasilkan aerosol, kontak dekat berhadapan muka dengan

muka pasien Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).

5. Gaun (gown)

Gaun adalah pelindung tubuh dari pajanan melalui kontak atau

droplet dengan cairan dan zat padat yang infeksius untuk melindungi

lengan dan area tubuh tenaga kesehatan selama prosedur dan kegiatan

perawatan pasien. Persyaratan gaun yang ideal antara lain efektif barrier

(mampu mencegah penetrasi cairan), fungsi atau mobilitas, nyaman, tidak

mudah robek,pas di badan (tidak terlalu besar atau tidak terlalu kecil)

biocompatibility (tidak toksik), flammability, odor, dan quality

maintenance. Jenis gaun antara lain gaun bedah, gaun isolasi, bedah dan

gaun non isolasi bedah. Menurut penggunaannya,, gaun dibagi menjadi 2

yaitu gaun sekali pakai (disposable) dan gaun pakai berulang (reuseable).

a. Gaun sekali pakai


Gaun sekali pakai (disposable) dirancang untuk dibuang setelah

satu kali pakai dan biasanya tidak dijahit (non woven) dan

dikombanikasikan dengan plastik film untuk perlindungan dari penetrasi

cairan dan bahan yang digunakan adalah synthetic fibers (misalnya

polypropylene, polyester, polyethylene).

b. Gaun dipakai berulang (reuseable)

Gaun dipakai berulang terbuat dari bahan 100% katun atau 100%

polyester, atau kombinasi antara katun dan polyester. Gaun ini dapat

dipakai berulang maksimal sebanyak 50 kali dengan catatan tidak

mengalami kerusakan.

6. Celemek (apron)

Apronmerupakan pelindung tubuh untuk melapisi luar gaun

yang digunakan oleh petugas kesehatan dari penetrasi cairan infeksius

pasien yang bisa terbuat dari plastik sekali pakai atau bahan plastik

berkualitas tinggi yang dapat digunakan kembali (reuseable) yang tahan

terhadap klorin saat dilakukan desinfektan.

7. Sarung Tangan

Sarung tangan dapat terbuat dari bahan lateks karet, polyvinyl

chloride (PVC), nitrile, polyurethane, merupakan pelindung tangan

tenaga kesehatan dari kontak cairan infeksius pasien selama melakukan

perawatan pada pasien. Sarung tangan yang ideal harus tahan robek, tahan

bocor, biocompatibility (tidak toksik) dan pas di tangan.Sarung tangan


yang digunakan merupakan sarung tangan yang rutin digunakan dalam

perawatan, bukan sarung tangan panjang.

8. Pelindung Kepala

Penutup kepala merupakan pelindung kepala dan rambut tenaga

kesehatan dari percikan cairan infeksius pasien selama melakukan

perawatan. Penutup kepala terbuat dari bahan tahan cairan, tidak mudah

robek dan ukurannya pas di kepala tenaga kesehatan. Penutup kepala ini

digunakan sekali pakai.

9. Sepatu Pelindung

Sepatu pelindung dapat terbuat dari karet atau bahan tahan air

atau bisa dilapisi dengan kain tahan air, merupakan alat pelindung kaki

dari percikan cairan infeksius pasien selama melakukan perawatan.Sepatu

pelindung harus menutup seluruh kaki bahkan bisa sampai betis apabila

gaun yang digunakan tidak mampu menutup sampai ke bawah.

1.2.5 Deskripsi APD

Alat Pelindung Diri (APD) yang tercantum dalam Buku Standar

ini adalah APD yang digunakan untuk penanganan Covid-

19(KEMENTERIAN KESEHATAN, 2020):

1. Masker Bedah (Medical/Surgical Mask)

a. Kegunaan: Melindungi pengguna dari partikel yang dibawa melalui

udara (airborne particle), droplet, cairan, virus atau bakteri.

b. Material: Non wovenspunbond meltblown spunbond (sms) dan

spunbond meltblown meltblown spunbond (smms).


c. Frekuensi penggunaan: Sekali pakai (Single Use).

- Masker bedah tidak direkomendasikan untuk penanganan langsung

pasien terkonfirmasi Covid-19.

- Masker dapat menahan dengan baik terhadap penetrasi cairan,

darah dan droplet.

- Bagian dalam dan luar masker harus dapat terindentifikasi dengan

mudah dan jelas.

- Penempatan masker pada wajah longgar (loose fit)

- Masker dirancang agar tidak rusak dengan mulut (misalnya

berbentuk mangkok atau duckbill).

- Memiliki Efisiensi Penyaringan Bakteri (bacterial filtration

efficiency) 98%.

- Dengan masker ini pengguna dapat bernafas dengan baik saat

Lulus uji Bacteria Filtration Efficiency in vitro (BFE), Particle

Filtration Efficiency, Breathing Resistance, Splash Resistance, dan

Flammability.memakainya (Differential Pressure/∆P < 5.0

mmH2O/cm2).

2. Pelindung Mata (Goggles)

a. Kegunaan :Melindungi mata dan area di sekitar mata pengguna atau

tenaga medis dari percikan cairan atau darah atau droplet.

b. Frekuensi penggunaan :Sekali pakai (Single Use) atau dapat

dipergunakan kembali setelah dilakukandesinfeksi.

c. Material :Plastik/Arcylic bening.


- Goggle tahan terhadap air dan goresan.

- Frame goggle bersifat fleksibel untuk menyesuaikan dengan kontur

wajah tanpa tekanan yang berlebihan.

- Ikatan goggle dapat disesuaikan dengan kuat sehingga tidak

longgar saat melakukan aktivitas klinis.

- Tersedia celah angin/udara yang berfungsi untuk mengurangi uap

air.

- Goggle tidak diperbolehkan untuk dipergunakan kembali jika ada

bagian yang rusak.

3. Pelindung Wajah (Face Shield)

a. Kegunaan :Melindungi mata dan wajah pengguna/tenaga medis

(termasuk bagian tepi wajah) dari percikan cairan atau darah atau

droplet.

b. Material :Plastik bening yang dapat memberikan visibilitas yang baik

bagi pemakainya maupun pasien.

c. Frekuensi penggunaan :Sekali pakai (Single Use) atau dapat

dipergunakan kembali setelah dilakukan desinfeksi.

- Face shield tahan terhadap uap air (disarankan).

- Ikatan face shield dapat disesuaikan untuk melekat dengan kuat di

sekeliling kepala dan pas pada dahi.

- Face shield tidak diperbolehkan untuk dipergunakan kembali jika

ada bagian yang rusak.

4. Sarung Tangan Pemeriksaan (Examination Gloves)


a. Kegunaan :Melindungi tangan penggunaatau tenaga medis dari

penyebaran infeksi atau penyakit selama pelaksanaan pemeriksaan

atau prosedur medis.

b. Material :Nitrile, latex, isoprene.

c. Frekuensi penggunaan :Sekali pakai (Single Use).

- Non steril

- Bebas dari tepung (powder free).

- Memiliki cuff yang panjang melewati pergelangan tangan

(minimum 230 mm, ukuran S, M, L).

- Desain bagian pergelangan tangan harus dapat menutup rapat tanpa

kerutan.

- Sarung tangan tidak boleh menggulung atau mengkerut selama

penggunaan.

- Sarung tangan tidak boleh mengiritasi kulit

5. Sarung Tangan Bedah (Surgical Gloves)

a. Kegunaan :Melindungi tangan pengguna atau tenaga kesehatan dari

penyebaran infeksi atau penyakit dalam pelaksanaan tindakan bedah.

b. Material :Nitrile, latex, isoprene.

c. Frekuensi penggunaan :Sekali pakai (Single Use).

- Steril

- Bebas dari tepung (powder free).

- Memiliki cuff yang panjang, melewati pergelangan tangan, dengan

ukuran antara 5-9.


- Desain bagian pergelangan tangan harus dapat menutup rapat tanpa

kerutan.

- Sarung tangan tidak boleh menggulung atau mengkerut selama

penggunaan.

- Sarung tangan tidak boleh mengiritasi kulit.

6. Gaun Sekali Pakai

a. Kegunaan :Melindungi pengguna atau tenaga kesehatan dari

penyebaran infeksi atau penyakit, hanya melindungi bagian depan,

lengan dan setengah kaki.

b. Material :Non woven, Serat Sintetik (Polypropilen, polyester,

polyetilen, dupont tyvex).

c. Frekuensi penggunaan :Sekali pakai (Single Use).

- Berwarna terang/cerah agar jika terdapat kontaminan dapat

terdeteksi dengan mudah.

- Tahan terhadap penetrasi cairan darah dan cairan tubuh lainnya,

virus.

- Tahan terhadap aerosol, airborne, partikel padat.

- Panjang gaun setengah betis untuk menutupi bagian atas sepatu

boots.

- Terdapat lingkaran (cuff) yang elastis pada pergelangan tangan.

- Lulus uji fluid penetration resistant atau blood borne pathogens

penetration resistant dan partial body protection.

7. Coverall Medis
a. Kegunaan :Melindungi pengguna atau tenaga kesehatan dari

penyebaran infeksi atau penyakit secara menyeluruh dimana seluruh

tubuh termasuk kepala, punggung, dan tungkai bawah tertutup.

b. Material :Non woven, Serat Sintetik (Polypropilen, polyester,

polyetilen, dupont tyvex) dengan pori-pori 0.2-0.54 mikron

(microphorous).

c. Frekuensi penggunaan :Sekali pakai (Single Use).

- Berwarna terang/cerah agar jika terdapat kontaminan dapat

terdeteksi/terlihat dengan mudah.

- Tahan terhadap penetrasi cairan, darah, virus.

- Tahan terhadap aerosol, airborne, partikel padat.

8. Heavy Duty Apron

a. Kegunaan :Melindungi pengguna atau tenaga kesehatan terhadap

penyebaran infeksi atau penyakit.

b. Material :100% polyester dengan lapisan PVC, atau 100% PVC, atau

100% karet, atau bahan tahan air lainnya.

c. Frekuensi penggunaan :Sekali pakai (Single Use) atau dapat

dipergunakan kembali setelah dilakukan desinfeksi atau

dekontaminasi.

- Apron lurus dengan kain penutup dada.

- Kain: tahan air, dengan jahitan tali pengikat leher dan punggung.

- Berat minimal: 300g/m2.

- Covering size: lebar 70-90 cm x tinggi 120-150 cm.


9. Sepatu Boot Anti Air (Waterproof Boots)

a. Kegunaan :Melindungi kaki pengguna/tenaga kesehatan dari percikan

cairan atau darah.

b. Frekuensi penggunaan :Sekali pakai (Single Use) atau dapat

dipergunakan kembali setelah dilakukan desinfeksi atau

dekontaminasi.

c. Material :Latex dan PVC.

- Bersifat non-slip, dengan sol PVC yang tertutup sempurna.

- Memiliki tinggi selutut supaya lebih tinggi daripada bagian awah

gaun.

- Berwarna terang agar kontaminasi dapat terdeteksi dengan mudah.

- Sepatu boot tidak boleh dipergunakan kembali jika ada bagian yang

rusak.

10. Penutup Sepatu (Shoe Cover)

a. Kegunaan :Melindungi sepatu pengguna/tenaga kesehatan dari

percikan cairan/darah.

b. Material :Non Woven Spun Bond.

c. Frekuensi penggunaan :Sekali pakai (Single Use).

- Tidak boleh mudah bergerak saat telah terpasang.

- Disarankan tahan air

1.2.6 Penggunaan APD

Penggunaan APD memerlukan 4 unsur yang harus dipatuhi(dr.

Bambang Wibowo, 2020):


1. Tetapkan indikasi penggunaan APD dengan mempertimbangkan

a. Risiko terpapar

Alat pelindung diri digunakan oleh orang yang berisiko terpajan

dengan pasien atau material infeksius seperti tenaga kesehatan, petugas

kebersihan, petugas instalasi sterilisasi , petugas laundri dan petugas

ambulans di Fasyankes.

b. Dinamika transmisi.

- Transmisi penularan COVID-19 ini adalah droplet dan kontak.

APD yang digunakan antara lain :

a) Gaun /gown,

b) Sarung tangan,

c) Masker N95/bedah,

d) Pelindung kepala

e) Pelindung mata (goggles)

f) Sepatu pelindung

Catatan: APD di atas bisa ditambah dengan

Penggunaan wajah (face shield)

- Transmisi airborne bisa terjadi pada tindakan yang memicu

terjadinya aerosol seperti intubasi trakea, ventilasi non invasive,

trakeostomi, resusitasi jantung paru, ventilasi manual sebelum

intubasi, nebulasi dan bronskopi, pemeriksaan gigi seperti scaler12

Petunjuk Teknis Penggunaan APD dalam Menghadapi Wabah Covid-


19 ultrasonic dan high-speed air driven, pemeriksaan hidung dan

tenggorokan, pengambilan swab.

APD yang digunakan antara lain:

a) Gaun/gown,

b) Sarung tangan,

c) Masker N95,

d) Pelindung kepala,

e) Pelindung mata (goggles)

f) Pelindung wajah (face shield)

g) Sepatu pelindung

Catatan: APD di atas bisa ditambah dengan penggunaan apron

2. Cara “ memakai “dengan benar

3. Cara “melepas” dengan benar

4. Cara mengumpulkan (disposal) setelah di pakai.

APD yang dipakai untuk merawat pasien terduga atau

terkonfirmasi Covid-19 harus dikategorikan sebagai material infeksius.

Tidak diperlukan prosedur khusus dan penanganannya sama dengan linen

infeksius yang lain. Semua APD baik disposable ataureuseable harus

dikemas secara terpisah (dimasukkan ke dalam kantong plastik infeksius

atau tempat tertutup) yang diberi label dan anti bocor. Hindari melakukan

hal-hal dibawah ini :

a. Meletakkan APD di lantai atau di permukaan benda lain (misal di atas

loker atau di atas meja).


b. Membongkar kembali APD yang sudah dimasukkan ke kantong

plastik infeksius atau tempat tertutup.

c. Mengisi kantong plastik infeksius atau tempat tertutup berisikan APD

terlalu penuh.

1.3 APD Donning Doffing

1.3.1 Cara pemakaian dan pelepasan APD

Berikut ini prosedur penggunaan (donning) dan pelepasan (doffing) APD

(Rahel, 2020):

a. Prosedur penggunaan (donning) APD :

- Sebelum menggunakan alat pelindung diri, petugas melepaskan

seluruh perhiasan yang dikenakan termasuk jam tangan. Petugas yang

berambut panjang harus mengikat rambut. Petugas yang berkacamata

harus melekatkan kacamata supaya tidak jatuh.

- Inspeksi kondisi alat pelindung diri, memastikan ukurannya sesuai

dengan tubuh petugas dan tidak ada kerusakan pada alat.

- Lakukan cuci tangan (hand hygiene).

- Kenakan sepatu Lalu, pasang boot cover, ikat tali yang melingkari

boot cover. Usahakan tangan tidak menyentuh lantai. Tahap ini

sebaiknya dikerjakan dalam posisi duduk.

- Kenakan sarung tangan (dalam).

- Kenakan baju pelindung dan buat agar lengan baju menutupi

pergelangan sarung tangan dalam. Pastikan semua bagian lengan

sarung tangan masuk di bawah lengan baju pelindung. Pakaikan


plester di pergelangan tangan apabila masih ada celah antara baju

dengan sarung tangan.

- Kenakan masker N95. Pastikan seluruh bagian tepi menyesuaikan

bentuk wajah sehingga tidak ada celah.

- Kenakan hood, pastikan bagian telinga dan leher tertutup dan tidak

ada rambut yang keluar. Bagian bawah hood harus menutupi kedua

bahu. Asisten dapat membantu proses pemakaian.

- Kenakan apron (tidak wajib) apabila menangani pasien dengan gejala

muntah dan diare.

- Kenakan sarung tangan luar yang biasanya memiliki pergelangan

lebih panjang. Tarik bagian lengan sarung tangan hingga menutupi

bagian lengan baju pelindung. Penggunaan sarung tangan yang

berbeda warna dengan sarung tangan dalam dapat membantu

identifikasi.

- Kenakan pelindung wajah (face shield).

- Evaluasi kelengkapan dan kesesuaian penggunaan alat pelindung diri

menggunakan bantuan cermin, ditambah dengan verifikasi oleh

petugas donning.

b. Prosedur pelepasan (doffing) APD :

- Lakukan cuci tangan (hand hygiene) dengan tetap menggunakan

sarung tangan.

- Robek apron di bagian leher kemudian gulung ke bagian depan dan

bawah. Hindari tangan menyentuh bagian coverall di belakang.


- Lakukan cuci tangan. Cuci tangan dilakukan setiap selesai melepaskan

1 jenis atribut alat pelindung diri

- Lepaskan pelindung kepala-leher (bila hood terpisah dari baju

pelindung) dengan cara menarik bagian atas penutup kepala. Bila

menggunakan coverall kepala-mata kaki, buka terlebih dahulu

resleting di bagian dada, kemudian lepaskan hoodie ke arah belakang

secara perlahan dengan cara menggulung bagian dalam menjadi

bagian luar. Hindari menyentuh bagian luar coverall

- Setelah coverall terlepas melewati bahu hingga pertengahan siku, tarik

lengan perlahan agar coverall terlepas bersama dengan sarung tangan

luar. Teruskan membuka dan menggulung coverall dengan tetap

menggunakan sarung tangan dalam, hingga terlepas seluruhnya dari

bagian kaki.

- Lakukan cuci tangan kembali (terus dilakukan setiap selesai

melepaskan 1 jenis atribut).

- Lepaskan pelindung mata dengan memegang tali di bagian belakang.

- Lepaskan masker dengan menarik bagian tali bawah di belakang

melewati kepala ke bagian depan. Dilanjutkan dengan melepaskan tali

bagian atas.

- Lepaskanbootcover. Lalu, lepaskan sepatu boot tanpa menyentuh

dengan tangan.

- Lepaskan sarung tangan dalam.

- Lakukan cuci tangan di akhir prosedur


1.4 APD Level 1,2,3

Panduan Alat Perlindungan Diri Level 1,2, dan 3 (Abdul, 2020).

1. Cara memakai dan melepas APD Level 1 :

- Cara memakai :

a) Petugas kesehatan di triase sebelum pemeriksaan

b) Petugas kesehatan di ruang poli umum

c) Petugas pembersih ruangan non-Covid 19

1. Lepaskan barang pribadi

2. Kenakan baju kerja dansepatu tertutup

3. Cuci tangan

4. Pakai penutup kepalasekali pakai

5. Kenakan masker bedahsekali pakai

6. Jika melakukan pemeriksaanfisik harus memakai sarungtangan

7. Jika tindakan yg perlumembukan mulut pasien, gunakan masker N95

8. Jika ada tindakan ygmenghasilkan aerosol, gunakanAPD lengkap

- Cara melepas :

a) Petugas kesehatan di triase sebelum pemeriksaan

b) Petugas kesehatan di ruang poli umum

c) Petugas pembersih ruangan non-Covid 19

1. Jika memakai sarung tangan, desinfektan dengan handrub alkohol

2. Lepaskan penutup kepala


3. Lepaskan masker bedah dengan caramemegang tali bagian bawah,

arahkan ke atas tampai melewati kepala kemudian pegang talibagian

atas sampai masker terlepas

4. Lepaskan sarung tangan

5. Cuci tangan

6. Lakukan kebersihan diri

2. Cara memakai dan melepas APD Level 2

- Cara memakai :

a) Petugas triase Covid-19/poli khusus ODP dan PDP

b) Petugas di ruang isolasi (termasuk isolasi ICU) sementara

c) Petugas pemeriksaan imaging PDP atau yang sudah

terkonfirmasiCovid-19

d) Petugas pemeriksaan laboratorium dari specimen non-respiratori dari

PDP atau yang sudah terkonfirmasiCovid-19

e) Petugas pembersih ruangan dan instrument medis yang telah digunakan

oleh PDP

1. Lepaskan barang pribadi

2. Kenakan baju kerja dansepatu tertutup

3. Cuci tangan

4. Pakai penutup kepalasekali pakai

5. Kenakan apron/gown

6. Kenakan masker N95

7. Kenakan goggle/face shield


8. Kenakan sarung tangan

- Cara melepas :

a) Petugas triase Covid-19/poli khusus ODP dan PDP

b) Petugas di ruang isolasi (termasuk isolasi ICU) sementara

c) Petugas pemeriksaan imaging PDP atau yang sudah terkonfirmasi

Covid-19

d) Petugas pemeriksaan laboratorium dari specimen non-respiratori dari

PDP atau yang sudah terkonfirmasiCovid-19

e) Petugas pembersih ruangan dan instrument medis yang telah digunakan

oleh PDP

1. Desinfektan sarungtangan dengan handrubalkohol

2. Lepaskan penutupkepala

3. Lepaskan apron/gown

4. Desinfektan sarungtangan dengan handrubalkohol

5. Lepaskan goggle/face shield

6. Lepaskan maskerN95 dengan caramemegang tali bagianbawah,

arahkan keatas sampai melewatikepala kemudianpegang tali bagian

atassampai maskerterlepas

7. Lepaskan sarung tangan

8. Cuci tangan

9. Lakukan kebersihan diri

3. Cara memakai dan melepas APD Level 3

- Cara memakai :
a) Petugas kesehatan yang melakukan intubasi, ekstubasi, trakeotomi,

resusitasi jantung paru, pemasangan NGT, bronkoskopi, endoskopi

grastrointestinal pada PDP atau yang sudah terkonfirmasi Covid-19

b) Petugas kesehatan yang melakukan tindakan operatif atau otopsi pada

PDP atau yang sudah terkonfirmasiCovid-19

c) Petugas kesehatan yang mengambil specimen saluran napas untuk

pemeriksaan tersangka Covid-19

d) Petugas ambulans dengan pasien suspek Covid-19

e) Petugas pembersih ruangan dan instrument media yang telah digunakan

pasien yang sudah terkonfirmaasiCovid-19

1. Lepaskan barangpribadi

2. Kenakan baju kerja & sepatu tertutup

3. Cuci tangan

4. Kenakan sarungtangan pertama

5. Kenakan coverall jumpsuit, tetapi bagiankepala tidak ditutupdahulu

6. Kenakan sepatu boot

7. Kenakan masker N95

8. Kenakan goggle

9. Kenakan penutupwajah dan tutup coverall bagian kepala

10. Kenakan sarungtangan kedua (lebihpanjang)

- Cara melepas :

1. Desinfektan sarung tangan bagianluar dengan handrub alkohol

2. Desinfektan sepatu boot menggunakan sikat panjang


3. Lepaskan sarung tangan kedua

4. Lepaskan tutup coverall bagiankepala kemudian lepaskan

penutupwajah

5. Lepaskan sepatu boot

6. Lepaskan coverall jumpsuit dengan cara menggapai resleting, buka

seluruhnya tanpa menyentuhkulit

7. Desinfektan sarung tangan bagiandalam dengan handrub alkohol

8. Lepaskan goggle

9. Lepaskan masker N95

10. Lepaskan sarung tanganpertama

11. Cuci tangan

12. Lakukan kebersihan diri


1.5 SOP Rumah Sakit

Tabel 2.1 SOP Pemakaian APD menurut (Kemenkes, 2020)

SOP PEMAKAIAN APD PASIEN DENGAN TERDUGA PENYAKIT

CORONA VIRUS DISIASE (COVID-19)

Pengertian Alat Pelindung Diri adalah seperangkat alat keselamatan

yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh

atau sebagian tubuhnya dari kemungkinan adanya paparan

potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan

penyakit akibat kerja

Tujuan Alat Pelindung Diri digunakan untuk melindungi dari

penularan virus khususnya Covid-19.Untuk tenaga

kesehatan yang melakukan tindakan pelayanan kesehatan

berisiko tinggi seperti tindakan bedah atau tindakan lain

yang memiliki risikopenularan tinggi harus menggunakan

APD yang telah memenuhi standar mutu dan keamanan.

Peralatan 1. Sarung tangan (handscoon)

2. Coverall (hazmat)

3. Penutup kepala (medical cap)

4. Masker N95 (N95 respirator)

5. Pelindung mata (Google glasses)

6. Pelindung wajah (face shield)

7. Sepatu / Boots (safety boots)


Prosedur 1. Sebelum menggunakan APD pastikan tidak memakai

jam tangan / aksesoris lain.

2. Cek ulangkesediaan APD pastikan semua lengkap dan

ukuran yang tepat

3. Lakukan kebersihan tangan dengan sabun atau

menggunakan hand sanitizer dengan menggunakan 6

langkah.

4. Gunakan sarung tangan lapisan pertama (pastikan kuku

tidak panjang) saat memasang sarung tangan pastikan

ujung sarung tangan telentang sejauh mungkin kearah

pergelangan tangan, pasang sarung tangan kedua

dengan cara memasukan jari-jari tangan yang belum

memakai sarung tangan.

5. Pilih Coverall sesuai ukuran. Kenakan Coverall dimulai

dengan memasukkan kaki secara bergantian kemudian

lengan tangan secara bergantian dan tarik penutup

Coverall hingga leher dan tertutup rapat.

6. Gunakan penutup kepala

7. Ambil masker N95 kemudian pasang masker dengan

memegang bagian depan masker dan melekatkan ke

bagian hidung dan mulut. Pasang tali masker bagian

bawah kemudian pasang tali masker bagian atas ke

belakang kepala. Kemudian lekatkan bagian klip


masker N95 di atas hidung. Lakukan fit test dengan cara

menghirup dan menghembuskan nafas bila dirasa ada

kebocoran ganti masker N95 dengan yang baru.

8. Pasang kaca mata pelindung (Google glasses) dengan

memegang bagian gagang / tali kemudian lekatkan

hingga menutupi area mata.

9. Pasang penutup kepala dari Coverall hingga menutupi

semua bagian kepala dan leher.

10. Gunakan pelindung wajah (face shield) dengan

memegang gagang face shield hingga menutupi seluruh

wajah dan dagu.

11. Kenakan sepatu pelindung / Boots. Pastikan seluruh

area kaki tercover dengan baik.

12. Pasang sarung tangan kedua hingga menutup seluruh

tangan hingga pergelangan. Pastikan sarung tangan

dengan erat.

Tabel 2.2SOP Pemakaian APD menurut (Kemenkes, 2020)

SOP PELEPASAN APD PASIEN DENGAN TERDUGA

PENYAKIT CORONA VIRUS DISIASE (COVID-19)

Pengertian
Tujuan

Prosedur 1. Petugas kesehatan berdiri di area kotor.

2. Lepaskan sarung tangan lapis luar dengan memegang

bagian luar (lepaskan sarung tangan lapis kedua secara

perlahan agar tidak merobek lapisan pertama)

kemudian buang sarung tangan ditempat sampah

infeksius

3. Lakukan kebersihan tangan dengan sabun atau

menggunakan hand sanitizer dengan menggunakan 6

langkah. Tangan masih memakai sarung tangan lapis

dalam.

4. Lepaskan sepatu boots satu persatu. Letakkan sepatu

boots ditempat yang telah disediakan.

5. Lakukan kebersihan tangan dengan sabun atau

menggunakan hand sanitizer dengan menggunakan 6

langkah. Tangan masih memakai sarung tangan lapis

dalam.

6. Lepaskan face shield dengan memegang bagian karet /

gagang. Letakkan face shield di tempat yang

disediakan.

7. Lakukan kebersihan tangan dengan sabun atau

menggunakan hand sanitizer dengan menggunakan 6


langkah. Tangan masih memakai sarung tangan lapis

dalam.

8. Buka penutup kepala dan leher Coverall secara

perlahan. kemudian buka pengunci Coverall secara

perlahan lepaskan Coverall mulai dari ujung lengan

tarik sampai bagian bahu. kemudian tarik sisi satunya

secara perlahan. Kemudian lepaskan Coverall pada

bagian kaki secara bergantian dan perlahan. Gulung

Coverall dengan bagian dalam berada bagian luar.

Masukkan Coverall ke dalam tempat yang telah

disediakan

9. Lakukan kebersihan tangan dengan sabun atau

menggunakan hand sanitizer dengan menggunakan 6

langkah. Tangan masih memakai sarung tangan lapis

dalam.

10. Lepaskan kaca mata google dengan memegang tali

tanpa memegang bagian depan google. Masukkan

google ke tempat yang sudah disediakan.

11. Lakukan kebersihan tangan dengan sabun atau

menggunakan hand sanitizer dengan menggunakan 6

langkah. Tangan masih memakai sarung tangan lapis

dalam.

12. Lepaskan Masker N95 dengan memegang bagian


tali tanpa menyentu bagian luar masker. Masukkan

masker kedalam tempat yang telah disediakan.

13. Lakukan kebersihan tangan dengan sabun atau

menggunakan hand sanitizer dengan menggunakan 6

langkah. Tangan masih memakai sarung tangan lapis

dalam.

14. Lepaskan penutup kepala dengan cara di gulung.

Masukkan penutup kepala ke tempat sampah infeksius.

15. Lakukan kebersihan tangan dengan sabun atau

menggunakan hand sanitizer dengan menggunakan 6

langkah. Tangan masih memakai sarung tangan lapis

dalam.

16. Lepaskan sarung tangan lapis dalam dengan

memegang bagian luar sarung tangan. Genggam sarung

tangan yang sudah dilepas menggunakan tangan yang

masih memakai sarung tangan. Selipkan jari yang

sudah tidak memakai sarung tangan dibawah sarung

tangan yang belum dilepas di pergelangan tangan.

Buang sarung tangan ditempat sampah infeksius.

17. Lakukan kebersihan tangan dengan sabun atau

menggunakan hand sanitizer dengan menggunakan 6

langkah.

18. segera membersihkan tubuh/ mandi untuk


selanjutnya menggunakan kembali baju biasa.
1.6 Kerangka Teori

APD Perawat

Prinsip SOP APD Rumah Sakit Faktor yang


pemilihan : mempengaruhi
APD : kepatuhan :
1. Pemakaian APD
1. Harus dapat - Sarung tangan 1. Faktor
memberikan - Coverall presdiposisi
perlindunga - Penuup kepala - Pengetahuan
n terhadap - Masker N95 Kepatuhan - Kepercayaan
bahaya - Pelindung mata dan tradisi
yang - Pelindung - Nilai
spesifik wajah - Sikap
2. Tidak - Sepatu / Boots 2. Faktor
menimbulka 2. Pelepasan APD pendukung
n bahaya - Sarung tangan 3. Faktor
tambahan - Coverall penguat
3. Memenuhi - Penuup kepala
ketentuan (medical cap)
standar - Masker N95
yang ada - Pelindung mata
4. Tidak - Pelindung wajah Tingkat kepatuhan :
membatasi - Sepatu / Boots
1. Patuh
gerak
2. Tidak patuh

Dampak patuh : Dampak tidak patuh :


Kepatuhan penggunaan APD Resiko tertular penyait akan
dengan tepat, dapat mengurangi bertambah dan juga akan
tingkat keparahan jika terjadi mempengaruhi kualitas tindakan
kecelakaan dan mengurangi resiko medis.
terjadinya penularan penyakit.

Gambar 2.1Kerangka teori Kepatuhan Perawat dalam Pemakaian dan


Pelepasan APD sesuai SOP Rumah Sakit pada masa
pandemi di RSUD RA Basoeni Kab.Mojokerto
1.7 Kerangka Konsep

Kerangka Konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan atau kaitan

antara konsep-konsep atau variabel- variabel yang akan diamati atau diukur melalui

penelitian yang akan dilakukan(Notoatmodjo, 2012).

Faktor yang Perawat RSUD R.A


mempengaruhi Basoeni
kepatuhan
1. Faktor presdiposisi
a. Pengetahuan
b. Kepercayaan
dan tradisi Kepatuhan Pemakaian dan
c. Nilai
d. Sikap pelepasan APD
2. Faktor pendukung
3. Faktor penguat

Patuh Tidak Patuh

= Diteliti

= Tidak Diteliti

= Diteliti

= Tidak Diteliti

Gambar 2.2Kerangka konsep Kepatuhan Perawat dalam Pemakaian dan Pelepasan


APD sesuai SOP Rumah Sakit pada masa pandemi di RSUD R.A Basoeni
Kab.Mojokerto

Anda mungkin juga menyukai