BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Sistem pembangkit daya tenaga uap merupakan salah satu mesin kalor
dengan sistem pembakaran luar. Pembakaran dilakukan di luar mesin untuk
menghasilkan energi panas yang kemudian ditransfer ke uap. Energi input tersebut
kemudian sebagian diubah menjadi kerja oleh turbin dan sebagian lagi dilepas ke
lingkungan yang memiliki temperatur yang lebih rendah. Secara skematik mesin
kalor dapat dilihat pada gambar 1.2
Daer
Daerah
ah bert
bertem
em erat
eratur
ur tin
tin i
Siklus Rankine adalah model operasi mesin uap yang secara umum
digunakan di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Sumber panas untuk siklus
Rankine dapat berasal dari batu bara, gas alam, minyak bumi, nuklir, bio masa dan
panas matahari.
B. Identifikasi masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Permasalahan
E. Tujuan
F. Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Siklus Rankine
1. Pengertian Siklus Rankine
Siklus Rankine adalah siklus termodinamika yang mengubah panas
menjadi kerja. Panas disuplai secara eksternal pada aliran tertutup, yang biasanya
menggunakan air sebagai fluida yang bergerak. Siklus ini menghasilkan 80% dari
seluruh energi listrik yang dihasilkan di seluruh dunia. Siklus ini dinamai untuk
mengenang ilmuwan Skotlandia, William John Maqcuorn Rankine.
Siklus Rankine adalah model operasi mesin uap panas yang secara umum
ditemukan di pembangkit listrik. Sumber panas yang utama untuk siklus Rankine
adalah batu bara, gas alam, minyak bumi, nuklir, dan panas matahari.
fase fluida tersebut. Meski efisiensi Carnot akan berkurang, namun pengumpulan
panas yang dilakukan pada temperatur rendah akan mengurangi banyak biaya
operasional.
Siklus Rankine merupakan siklus ideal untuk siklus tenaga uap. Seperti
halnya pada siklus Brayton, pada siklus Rankine juga terdapat proses kompresi
isentropik, penambahan panas isobarik, ekspansi isentropik, dan pelepasan panas
isobarik. Perbedaan antar keduanya
keduanya terletak pada fluida kerja yang digunakan,
Siklus Rankine fluida kerjanya adalah dua fase fluida, yaitu cair (liquid) dan uap
(vapor), sedangkan siklus Brayton merupakan siklus tenaga gas.
Pada siklus tenaga uap Rankine, fluida yang umum digunakan adalah air,
sedangkan fluida kerja lainnya adalah potassium, sodium, rubidium, ammonia dan
senyawa karbon aromatik. Merkuri juga pernah digunakan sebagai fluida kerja
siklus Rankine, hanya saja harganya sangat mahal dan berbahaya
Proses 1-2 : Fluida kerja (misalnya air) dipompa dari tekanan rendah ke tekanan
tinggi. Pada tahap ini fluida kerja berfase cair sehingga hanya
membutuhkan energi yang relatif kecil untuk proses pemompaan.
Proses 2-3 : Air bertekanan tinggi memasuki boiler untuk dipanaskan. Di sini air
berubah fase menjadi uap jenuh. Proses ini berlangsung pada
tekanan konstan.
Proses 3-4: Uap jenuh berekspansi pada turbin sehingga menghasilkan kerja
berupa putaran turbin. Proses ini menyebabkan penurunan
temperatur dan tekanan uap, sehingga pada suhu turbin tingkat akhir
kondensasi titik air mulai terjadi.
Jika fluida kerja mengalir melalui berbagai komponen dari sebuah siklus
tenaga uap sederhana tanpa ireversibilitas, penurunan tekanan secara fraksional
tidak akan terjadi pada boiler dan Kondenser, fluida kerja mengalir melalui
komponen komponen ini pada tekanan konstan. Selain itu dengan tidak adanya
ireversibilitas dan perpindahan kalor dengan lingkungan sekitar, proses yang
terjadi melalui turbin dan pompa adalah isentropic (s=konstan), maka siklus ini
disebut siklus Rankine ideal. Mengacu pada gambar dibawah ini , terlihat fluida
kerja melewati urutan proses yang reversible secara internal sebagai berikut:
proses 1-2 : Ekspansi isentropik (s = konstan) dari fluida kerja melalui turbin dan
uap jenuh
jenuh pada kondisi
kondisi 1 hingga mencapai tekanan kondenser.
proses 2-3 : Perpindahan kalor dari fluida kerja ketika mengalir pada tekanan
konstan melalui kondenser dengan cairan jenuh pada kondisi 3.
proses 3-4 : Kompresi isentropic (s=konstan) dalam
dala m pompa menuju ke kondisi 4
dalam daerah hasil kompresi.
proses 4-5 : Perpindahan kalor ke fluida kerja ketika mengalir pada tekanan
konstan melalui boiler untuk menyelesaikan siklus.
12
̇ ̇ W
̇ ̇
13
m
3 m
4 m
m
3h3 Wturb m
4 h4
Wturb m
(h3 h4 )
Dimana
̇ : laju aliran massa dari fluida kerja (kg/s)
Wturb : laju kerja yang dihasilkan turbin(J/s)
h : entalpi (J/s)
Kondenser
Dalam kondenser terjadi perpindahan kalor dari uap ke air pendingin
yang mengalir dalam aliran terpisah. Uap terkondensasi dan temperatur air
pendingin meningkat. Jumlah panas yang dilepas kondenser dihitung dengan
dasar kesetimbangan massa dan energi untuk aliran steady
̇ ̇ ̇ ̇
Jumlah panas yang dilepas pada Kondenser (Q out) dapat dihitung sebagai
berikut
̇ ̇ ̇
̇ ̇ ̇
̇
̇
Dimana
̇ : laju aliran massa dari fluida kerja(kg/s)
Pompa
Kondesat cair yang meninggalkan kondenser di kondisi 1 dipompa dari
kondenser ke boiler yang bertekanan lebih tinggi. Dengan menggunakan volume
atur disekitar pompa dan mengasumsikan tidak ada perpindahan kalor dengan
sekitarnya, kesetimbangan laju massa dan energi adalah
̇ ̇ ̇
̇ ̇
̇ ̇ ̇
̇ ̇ ̇
̇
̇
Dimana :
̇ : Laju aliran massa dari fluida kerja (kg/s)
h : entalpi (J/s)
̇ : tenaga masuk per unit massa yang melalui pompa.
̇
15
Boiler
Fluida kerja menyelesaikan siklus ketika cairan yang meninggalkan
pompa pada kondisi 2 yang disebut air-pengisian, dipanaskan sampai jenuh dan
diuapkan kedalam boiler dengan menggunakan volume atur yang melingkupi
tabung boiler dan drum yang mengalirkan air pengisian dari kondisi 2 ke kondisi
3
̇ ̇ ̇ ̇
Transfer panas pada boiler (Q in) dapat dihitung
̇ ̇ ̇
̇ ̇ ̇
̇
̇
Dimana
̇ : Laju aliran massa dari fluida kerja(kg/s)
̇
̇ ∫
Subskrip “Int rev” dipertahankan untuk mengingatkan bahwa persamaan
ini terbatas untuk suatu proses reversible secara internal melalui pompa
Dapat ditulis juga dalam bentuk
, sehingga persamaannya menjadi
Gambar 2.6. Pengaruh variasi tekanan operasi pada siklus Rankine ideal
(a) pengaruh tekanan boiler (b) pengaruh tekanan kondenser
Pada gambar 2.6a dijelaskan memperlihatkan 2 siklus ideal yang
memiliki tekanan kondenser yang sama tetapi tekanan boiler yang berbeda. Dari
gambar diatas dapat disimpulkan bahwa peningkatan tekanan boiler pada siklus
Rankine ideal cenderung meningkatkan efisiensi thermal.
Pada gambar 2.6b memperlihatkan dua siklus dengan tekanan boiler yang
sama tetapi tekanan Kondenser yang berbeda.
Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa penurunan tekanan
kondenser cenderung meningkatkan efisiensi thermal.
D. IREVERSIBILITAS
IREVERSIBILITAS DAN RUGI UTAMA
kerja yang dihasilkan turbin (W out) menurun dan efisiensinya menurun. Hal ini
dapat diatasi dengan meningkatkan tekanan fluida yang masuk.
2. Adanya kalor yang hilang ke lingkungan sehingga kalor yang diperlukan (Q in)
dalam proses bertambah sehingga efisiensi termalnya
termal nya berkurang.
Penyimpangan siklus aktual dari siklus ideal dikarenakan karena
beberapa faktor seperti gesekan fluida, kerugian panas, dan kebocoran uap.
Gesekan fluida mengakibatkan tekanan jatuh pada banyak peralatan seperti boiler,
Kondenser dan di pipa-pipa yang menghubungkan banyak peralatan.
Turbin
Irreversibilitas utama yang dialami ada hubunganya dengan ekspansi
melalui turbin. Perpindahan kalor dari turbin ke sekitarnya merupakan salah satu
bentuk rugi, tapi karena rugi ini biasanya tidak terlalu penting , maka rugi ini
diabaikan.
Seperti diilustrasikan oleh proses 1-2 pada gambar 2.8, Ekspansi
adiabatik yang aktual dalam turbin selalu disertai kenaikan entropi. Kerja yang
dihasilkan per unit massa dalam proses ini lebih kecil dari pada ekspansi
isentropik 1-2s.
Efisiensi isentropik turbin adalah
pompa memiliki pengaruh yang lebih kecil terhadap kerja netto siklus
dibandingkan dengan Ireversibilitas dalam turbin
Ketidakidealan lainnya
Ireversibilitas turbin dan pompa yang disebutkan diatas adalah
ireversibilitas internal yang dialami oleh fluida kerja ketika mengalir dalam sirkuit
tertutup siklus Rankine. Akan tetapi sumber terpenting dari ireversibilitas untuk
keseluruhan pembangkit tenaga uap berbahan fosil adalah berkaitan dengan
pembakaran bahan bakar dan perpindahan kalor yang kemudian terjadi dari
produk pembakaran yang
yang panas ke fluida kerja siklus.
Pengaruh lain yang timbul dilingkungan sekitar adalah pelepasan energi
ke air pendingin ketika fluida kerja mengalami kondensasi. Walaupun cukup
banyak energi yang dibawa pergi oleh air pendingin, ternyata pemamfaatannya
terbatas. Untuk kondenser dimana uap berkondensasi dekat dengan temperatur
ambien, air pendingin mengalami peningkatan hanya beberapa derajat lebih tinggi
daripada temperatur ambien ketika melalui kondenser sehingga memiliki
kegunaan yang terbatas. Oleh karena itu , signifikansi dari rugi ini jauh lebih kecil
daripada yang diduga dari besarnya energi yang dipindahkan ke air pendingin.
Selain yang sudah disebutkan sejauh ini, terdapat beberapa sumber
ketidakidealan lainnya. Sebagai contoh , perpindahan kalor “liar” dari permukaan -
permukaan luar komponen pembangkit memiliki efek yang merugikan kinerja,
karena rugi rugi tersebut mengurangi keefektifan konversi dari masukan kalor
yang menjadi keluaran kerja. Pengaruh gesekan-gesekan yang mengakibatkan
penurunan tekanan merupakan sumber ireversibilitas internal ketika fluida kerja
mengalir melalui boiler, kondenser dan pipa yang menghubungkan berbagai
komponen.
21
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Siklus Rankine adalah siklus termodinamika yang
mengubah panas menjadi kerja. Terdapat 4 proses dalam siklus Rankine, setiap
siklus mengubah keadaan fluida (tekanan dan/atau wujud).
B. Saran
Dari pembahasan Makalah Seminar Fisika ini, penulis
menyarankan:
1. Untuk mengembangkan kajian mengenai Analisis siklus Rankine dalam
sistem pembangkit tenaga uap, perlu mempelajari masalah sistem pembangkit
tenaga uap secara menyeluruh/ lebih kompleks dan mempelajari materi
termodinamika sebelumnya serta menambah referensi lebih banyak yang
menunjang
23
DAFTAR PUSTAKA