Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN METALOGRAFI

MT22 KARAKTERSASI
KARAKTER SASI MATERIAL
MATERIAL 2

LAPORAN METALOGRAFI

Oleh:

Kelompok 06
Muhammad Sefano Nur Aziiz 13717007
Sherlyn Wang 13717028
Akbar Wisesa Wiranata 13717030
Anissa Prameswari 13717056
Adiska Nur Safira 13717059
Adristi Nisazafira 13717060
Tami Bachrurozy 13717063

Tang
Tangga
gall Peng
Pengum
umpu
pula
lan
n Lapo
Lapora
ran
n 26 Apri
Aprill 20
2019
19

LABORATORIUM TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI


PROGRAM STUDI TEKNIK MATERIAL
FAKULTAS
AKULTAS TEKNIK MESIN DAN
DA N DIRGANTARA
DIRG ANTARA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Latar Belakan
Belakang
g
Material logam merupakan salah satu material yang sangat umum digunakan.
Selain karena memiliki kekuatan yang tinggi, logam juga cukup mudah dibentuk.
Performa logam tersebut sangat bergantung pada struktur dan komposisinya. Hal
itulah yang kemudian direkayasa oleh rekayasawan untuk menghasilkan sifat-sifat
yang diinginkan.

Tidak terlepas dari itu semua, struktur mikro (besar butir, fasa, morfologi, dan
lain-lain) juga sangat berperan dalam penentuan sifat-sifat material logam. Sifat
mikro tersebut dapat kita amati dengan suatu proses yang disebut metalografi.

Oleh karena itu, pada percobaan kali ini kami akan mengamati struktur mikro dari
spesimen yang telah kami siapkan.

Spes
Spesim
imen
en ya
yang
ng ka
kami
mi gu
guna
naka
kan
n ad
adal
alah
ah sebua
sebuah
h ku
kunc
ncii ya
yang
ng di
dipa
paka
kaii un
untu
tuk
k
memb
membuk
ukaa gemb
gembok
ok.. Deng
Dengan
an pert
pertim
imba
bang
ngan
an ba
bahw
hwaa be
bend
ndaa te
ters
rseb
ebut
ut muda
mudah
h
dite
ditemu
muka
kan
n da
dan
n meru
merupa
paka
kan
n lo
logam ferrous steel sehing
gam sehingga
ga lebih
lebih mudah
mudah untuk
untuk
dilakukan metalografi.

1.2 Tujuan
Tujuan
Tujuan dilakukan praktikum kali ini adalah:

1. Menent
Menentuk
ukan
an besa
besarr butir
butir spesim
spesimen.
en.
2. Mene
Menent
ntuk
ukan
an fasa
fasa spesi
spesime
men.
n.
3. Meliha
Melihatt morfolo
morfologi
gi strukt
struktur
ur mikro
mikro spesim
spesimen.
en.

2
BAB II
TEORI DASAR

2.1. Pengertian Metalografi


Metalografi

Metalo
Metalogra
grafi
fi adalah
adalah suatu
suatu teknik
teknik atau
atau metod
metodee persiap
persiapan
an materia
materiall untuk
untuk
mengukur, baik secara kuantitatif maupun kualitatif dari informasi – informasi
yang terdapat dalam material yang dapat diamati, seperti fasa, butir, komposisi
kimia, orientasi butir, jarak atom, dislokasi, topografi dan sebagainya.

Pada metalografi, secara umum yang akan di amati adalah dua hal yaitu :

a. Struktur
Struktur makro
makro adalah
adalah struktu
strukturr dari logam
logam yang
yang terlihat
terlihat secara
secara makro
makro pada
pada

permukaan yang dietsa dari spesimen yang telah dipoles.


dipoles.
b. struktur mikro adalah struktur dari sebuah permukaan logam yang telah
disiapkan secara khusus yang terlihat dengan menggunakan perbesaran
minimum 25x.

2.2. Langkah Pengerjaan


Pengerjaan

a. Pemotong
Pemotongan
an sampel
sampel

Dalam beberapa contoh, sampel untuk pengamatan


pengamatan metalografi
metalografi sudah benar
bentuk dan ukurannya, sehingga kita dapat langsung melakukan persiapan sampel
sa mpel
selanju
selanjutny
tnya.
a. Namun,
Namun, apabil
apabilaa sampel
sampel sangat
sangat diperl
diperluka
ukan
n un
untuk
tuk memuda
memudahk
hkan
an
penanganan sampel. Pemotongan sampel adalah pengambilan daerah representatif
dari material induk. Alat yang pada umumnya digunakan untuk melakukan proses
pemotongan sampel adalah : abrasive cutting (untuk logam dan metal matrix
compos
composite
ites),
s), diamon
diamond
d wafer
wafer cuttin
cutting
g (untuk
(untuk kerami
keramik,
k, elektr
elektroni
onik,
k, biomat
biomateria
erial,
l,
mineral), atau pemotongan tipis menggunakan microtome (untuk plastik).
Dalam proses pemotongan sampel, kerusakan dan perubahan mikrostruktur
dari sampel tersebut tidak boleh terjadi, karena akan menyebabkan terjadinya
kesalahan
kesalahan dalam karakteristik
karakteristik materi
material.
al. Sehingga
Sehingga dapat terjadi
terjadi kesalahan
kesalahan analisa
analisa

3
metalo
metalogra
grafi.
fi. Proses
Proses pemoto
pemotonga
ngan
n yang
yang sesuai
sesuai membut
membutuhk
uhkan
an pemili
pemilihan
han jenis
jenis
abrasif, ikatan, dan ukuran yang tepat.
Dalam proses pemotongan sampel, daerah atau bagian dimana material induk

ak
akan
an dipo
dipoto
tong
ng ununtu
tuk
k sampe
sampell meta
metalo
logr
grafi
afi di
dite
tent
ntuk
ukan
an beberd
rdas
asark
arkan
an pr
pros
oses
es
manufaktur, bentuk material induk, dan lokasi pada material yang akan dipelajari
lebih jauh. Pada umumnya, pemotongan sampel untuk sheet, kawat dan tube
dilaku
dilakukan terhadap arah ro
kan tegak lurus terhadap roll
llin
ing
g atau drawing yang
yang biasa
biasa disebu
disebutt
pemotongan transversal. Pemotongan transversal digunakan untuk melihat variasi
mikrost
mikrostruk
ruktur
tur materia
materiall dari
dari permuk
permukaan
aan tengah
tengah,, kedala
kedalaman
man cacat
cacat permuk
permukaan
aan,,
kedalaman
kedalaman korosi,
korosi, ketebalan
ketebalan lapisan,
lapisan, dan retak. Sebaliknya,
Sebaliknya, pemotonga
pemotongan
n sampel
ya
yang
ng sejaj
sejajar
ar de
deng
ngan
an ar
arah
ah ro
roll
llin
ing
g da
dan
n dr
draw
awin
ing
g di
dise
sebu
butt de
deng
ngan
an pe
pemo
moto
tong
ngan
an
longit
longitudi
udinal
nal.. Pemoto
Pemotonga
ngan
n jenis
jenis ini umumny
umumnyaa oleh
oleh distor
distorsi
si butir
butir dan untuk
untuk

memonitoring dari perlakuan panas yang anil.

b. Amplas
Amplas (grinding
(grinding))

Sampel yang baru dipotong atau sampel yang telah terkorosi akan memilik
permukaan yang kasa. Permukaan yang kasar tadi harus diratakan lagi agar
pengamatan struktur dapat mudah dilakukan. Pengamplasan dilakukan dengan
menggunakan kertas amplas yang ukuran abrasivenya dinyatakan dengan mesh.
Pengamplasan merupakan langkah yang penting saat mempersiapkan sampel
metalografi. Apabila terjadi kesalahan dalam proses ini, akan terus berlanjut pada
tahap selanjutnya sehingga mengakibatkan kesalahan interpretasi mikrostruktur.
Terdap
Terdapat
at beberap
beberapaa cara un
untuk
tuk melaku
melakukan
kan proses
proses pengam
pengampla
plasan
san,, mulai
mulai dari
dari
menggosokan sampel pada tempat yang statis ( manual grinding) sehingga yang
otomatis (automatic grinding).
Manual
Manual grind
grinding
ing merupa
merupakan
kan metode
metode pengam
pengampla
plasan
san yang
yang paling
paling murah,
murah,
namun memiliki kelmahan yaitu prosesnya yang sangat lama dan sulit. Metode
yang saat ini sering digunakan adalah proses pengamplasan menggunakan rotating
disk. Pada metode ini, kertas amplas abrasive berbentuk lingkaran diletakan di

4
atas roda alumunium/kuningan yang dapat bergerak otomatis, kemudian sampel
ditahan di atas roda yang berputar tersebut.
Semua metode pengamplasan memiliki urutan pengerjaan yang sama, yaitu :

proses pengamplasan dimulai dari grit yang paling kasar (100 cw,400cw) agar
dapat
dapat mem
membua
buatt sampel
sampel menjad
menjadii rata
rata dan menghi
menghilan
langka
gkan
n efek
efek deform
deformasi
asi dari
dari
pengerjaan sebelumnya, seperrti pemotongan. Ukuran grit pertama yang dipakai
terg
tergan
antu
tung
ng pada
pada keke
kekera
rasa
san
n perm
permuk
ukaa
aan
n da
dan
n ke
keda
dala
lama
man
n ke
keru
rusa
saka
kan
n ya
yang
ng
ditimbulkan oleh pemotongan.
Setelah itu dilanjutkan dengan kertas amplas dengan grit yang lebih halus
(600cw,800cw) guna menghilangkan goresan akibat amplas sebelumnya. Proses
penggantian kertas amplas dengan grit yang paling halus (1000cw,1200cw)
dilakukan beberapa kali hingga sampel menjadi rata dan memiliki satu goresan.

Terdapat
Terdapat beberap
beberapaa hal pentin
penting
g dalam
dalam melaku
melakukan
kan pengam
pengampla
plasan
san yaitu
yaitu :
meng
menguc
ucur
urka
kan
n air secar
secaraa ko
kont
ntin
inyu
yu ag
agar
ar sampe
sampell tida
tidak
k meng
mengal
alam
amii ke
keru
rusak
sakan
an
(perubahan fasa). Selain itu perubahan arah pengamplasan harus tetap konstan
antara 45-90 derajat.

c. Poles
Poles (polis
(polishin
hing)
g)

Pole
Poless meru
merupa
paka
kan
n lang
langka
kah
h pe
persi
rsiap
apan
an sa
samp
mpel
el meta
metalo
logr
grafi
afi ya
yang
ng un
untu
tuk
k
menghilangk
menghilangkan
an bekas goresan pada sampel akibat proses pengamplasan.
pengamplasan. Pada
proses ini di dapatkan permukaan sampel yang bebas gores dan mengkilap karena
dapet
dapet menghi
menghilan
langka
gkan
n ketida
ketidakatu
katuran
ran sampel
sampel hingga
hingga orde
orde 0,01
0,01 μm. Permukaan
Permukaan
sampel
sampel yang
yang akan
akan diamat
diamatii di bawah
bawah mikros
mikroskop
kop harus benar benar
benar rata.
rata. Jika
Jika
permukaan sampel kasar atau bergelombang, maka pengamatan struktur mikro
akan sulit karena cahaya yang datang dari mikro dipantulkan secara acak oleh
perumkaan sampel.

Terdap
Terdapat
at beberap
beberapaa teknik
teknik dalam
dalam proses
proses po
poles
les , yaitu:
yaitu: att
attack
ack polish
polishing
ing,,
chemic
chemical
al polish
polishing
ing,, electro
electromec
mechan
hanical
ical polish
polishing
ing dan mechan
mechanical
ical polish
polishing
ing..
Mechanical polishing merupakan teknik yang paling banyak digunakan mengingat

metodenya yang mudah dan cocok untuk banyak jenis material .cara penggunaan

5
mechanical polishing tidak berbeda jauh dengan pengamplasan hanya saja kertas
abrasiv
abrasivee digant
digantii dengan
dengan kain
kain abrasi
abrasive
ve yang
yang diberik
diberikan
an suspen
suspensi
si alumin
aluminaa dan
diamond serta air.

Urutan proses poles diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu poles kasar
dan poles halus , poles kasar menggunakan abrasive dengan rentang 30 - 3 mikron
pada kain low nap atau napless, sedangkan poles halus menggunakan abrasive
dengan rentang 1 mikron atau kurang pada kain low medium atau high nap.

Pergerakan
Pergerakan sampel yang kostan akan mencegah terjadinya
terjadinya cacat ekor komet
komet
dan cacat
cacat lai
lainya
nya yang
yang berkai
berkaitan
tan dengan
dengan arah
arah poles
poles .prose
.prosess poles
poles akan
akan terus
terus
berlanjut hingga goresan hasil pengamplasan hilang, sampel hasil poles
dibersihkan dengan air yang mengalir, kemudian dilap dengan kain katun lalu di

keringkan.

d. Etsa
Etsa (etchi
(etching)
ng)

Samp
Sampel
el ya
yang
ng be
berh
rhas
asil
il diam
diampl
plas
as da
dan
n di
dipo
pole
les,
s, pa
pada
da da
dasar
sarny
nyaa siap
siap un
untu
tuk
k
langsung dilakukan pengamataan mikrostruktur. Namun , jika sampel terdiri dari
beberapa lapisan paduan yang memiliki warna yang sama, ukuran butir atau
munculnya fasa tertentu yang harus diamati, maka harus dilakukan proses data.

Etsa
Etsa meru
merupa
paka
kan
n suatu
suatu pr
pros
oses
es pe
peng
ngik
ikisa
isan
n ba
bata
tass bu
buti
tirr secara
secara selek
selekti
tiff da
dan
n

terkendali dengan pencelupan ke dalam lautan pengetsa baik menggunakan listrik


maupun tidak ke permukaan sampel sehingga detil struktur yang akan diamati
akan
akan terl
terlih
ihat
at deng
dengan
an je
jela
lass dan
dan taja
tajam.
m. Untu
Untuk
k be
berb
rber
erap
apaa je
jeni
niss mate
materi
rial
al,,
mikrostruktur baru muncul ketika diberi zat etsa , sehingga perlu pengetahuan
yang tepat untuk memilih zat etsa yang tepat pula. Ada dua jenis penggolongan
etsa, yaitu :

 Etsa kimia (yang kita gunakan)


Etsa kimia merupakan proses pengetsaan
pengetsaan dengan
dengan menggunak
menggunakan
an
larutan
larutan kimia
kimia dimana
dimana etsa yang
yang diguna
digunakan
kan ini memilik
memilikii karakt
karakteris
eristik
tik
tersendiri sehingga pemilihannya disesuaikan dengan sampel yang akan

6
diamat
diamatii contoh
contohnya
nya antara
antara lai
lain:
n: nitr
nitrit
it acid (asam nitirit+alko
acid nitirit+alkohol
hol 95%),
pictral (asam picric + alkohol) dll. Perlu diingat bahwa waktu etsa jangan
telalu lama (umumnya sekitar 3 – 30 detik) , dan setelah dietsa segera di

cuci dengan air mangalir lalu di beri alkohol dan di keringkan. Etsa kimia
merupakan etsa yang paling sering digunakan karena aplikasinya cukup
muda.

 Elektro etsa
Pada dasarnya etsa elektrolitik, potensial yang digunakan berperan
terhada
terhadap
p pengok
pengoksid
sidasi
asi yang
yang diguan
diguanaka
akan
n pada
pada laruta
larutan
n kimia.
kimia. Laruta
Larutan
n
tersebut hampir selalu merupakan anoda, walupun ada berberapa larutan
etsa elektrolitik yang bersifat katodik.
katodik. Etsa elektrolitik
elektrolitik sering di gunakan
gunakan

untuk etsa selektif.

 Langkah – langkah yang dilakukan dalam proses etsa:


- Benda kerja yang telah dipoles dicuci dengan air bersih yang mengalir

dan dikeringkan dengan kain atau sejenisnya.


- Stelah permukaan bersing dan kering, teteskan larutan etsa secukupnya.

- Amati reaksinya yang terjadi, akan terjadi perubahan kimia yag ditandai

dengan perubahan warna abu- abu atau kehitaman.


- Kemudian cuci dengan air.

- Setalah itu bilas benda uji dengan menggunakan alcohol

- Terakhir keringkan dengan menggunakan uap pansa dari hair dryer

2.3. Manfaat Metalografi

Adapun
Adapun bebera
beberapa
pa manfaa
manfaatt utama
utama dari
dari proses
proses metalo
metalograf
grafii adalah
adalah sebaga
sebagaii
berikut :

a. Meng
Mengam
amat
atii peru
peruba
baha
han
n st
stru
rukt
ktur
ur mikr
mikro
o ak
akib
ibat
at pr
pro
ose
sess ya
yang
ng di
dila
laku
kuka
kan
n
ditujukan terutama untuk pengontrolan kualitas komponen.

b. Menganalisis perubahan struktur mikro, dimensi cacat, penjalaran retak

dan menghubungkannya dengan prediksi kerusakan komponen.

7
2.4. Diagram Fasa Umum
Diagram fasa adalah diagram yang menampilkan hubungan antara temperature
dengan tekanan dimana terjadi perubahan fasa selama proses pendingan dengan

pemanasan yang terjadi. Diagram ini merupakan dasar pemahaman untuk semua
operasi-operasi perlakuan panas. Berikut diagram fasa yang umum.

Gambar 2.1 Diagram Fasa Umum

Grafik diatas menunjukan diagram fasa umum yang terdiri dari diagram dan
tekana
tekanan
n dari
dari zat tungg
tunggal
al sepert
sepertii air. Sumbu-
Sumbu-sum
sumbu
bu diagra
diagram
m berkor
berkoresp
espond
onden
en
dengan tekanan dan temperature. Diagram fasa pada ruangan temperature-tekan
menunjukan garis kesetimbangan antara tiga fase padat, cair, dan gas.

Pada diagram fasa diatas garis titik-titik merupakan sifat anomaly air, garis
berwarna hijau menandakan titik beku dan garis biru menandakan titik didih yang
berubah-rubah ssuai dengan tekanan. Penandaan diagram fasa menunjukan titik-
titik
titik dimana
dimana energy
energy bebas
bebas bersif
bersifat
at non
non analit
analitis.
is. Fase-fa
Fase-fase
se dipisah
dipisahkan
kan dengan
dengan

8
sebua
sebuah
h ga
garis
ris no
non-
n-an
anali
aliti
tis,
s, dima
dimana
na tr
tran
ansi
sisi
si fa
fase
se te
terj
rjad
adi,
i, da
dan
n di
dise
sebu
butt sebag
sebagai
ai
sempadan fase.

Pada diagram diatas, sempadan fase antara cair gas tidak berlanjut sampai tak
terhingga. Ia akan berhenti pada sebuah titik pada diagram fasa yang disebut
sebagai titik kritis. Ini menunjukan bahwa temperature dan tekanan yang sangat
tinggi, fase cair dan gas menjadi tidak dapat dibedakan, yang dikenal sebagai
fluida super kritis.

Pada air, titik kritis ada sekitar 647[K] dan 22,064 [Mpa] (3.200,1 [Psi]).
Keberadaan titik kritis cair-gas menunjukan ambiguitas pada definisi diatas. Ketika
cair menjadi gas, biasanya akanmelewati sempadan fase, namun adalah mungkin
untuk memilih lajur yang tidak melewati sempadan dengan berjalan menuju fase

super kritis.
Oleh karena itu, fase cair dan gas dapat dicampur terus-menerus. Sempadan
padat-cair pada diagram fase kebanyakan zat memiliki gradient yang positif. Hal
ini dikarenakan
dikarenakan fase padat memiliki densitas yang lebih tinggi
tinggi dari pada fase cair,
sehingga peningkatan tekanan akan meningkat titik leleh. Pada beberapa bagian
diag
diagram
ram fa
fase
se air,
air, se
semp
mpad
adan
an pa
pada
dat-c
t-cair
air ai
airr memi
memili
liki
ki gr
grad
adie
ient
nt ya
yang
ng ne
nega
gati
tif,
f,
menunjukan bahwa es mempunyai densitas lebih kecil dari pada air.

2.5. Diagram Fasa Fe-Fe3C

Pengujian metalografi yang kami lakukan ini didasarkan pada diagram fasa
Fe-Fe3C. diagram ini sangat penting guna mengetahui sifat-sifat logam baja karena
dalam
dalam diagra
diagram
m ini dapat
dapat diketa
diketahui
hui adanya
adanya fasa-fas
fasa-fasaa tertent
tertentu
u yang
yang mempun
mempunyai
yai
hubungan langsung dengan sifat-sifat tertentu dari baja tersebut.

9
Gambar 2.2 Diagram Fasa Fe – Fe3C

Penjelasan Diagram
Pada kandungan karbon mencapai 6,67% terbentuk struktur mikro dinamakan
sementit Fe3C (dapat dilihat pada garis vertical paling kanan)
Sifat-sifat sementit diantaranya sangat keras dan getas
Pada sisi diagram dimana pada kandungan karbon yang sangat rendah, pada
suhu kamar terbentuk struktur mikro ferit.
Pada baja karbon 0,83%, struktur mikro yang terbentuk
ter bentuk adalah perlit, kondisi
suhu dan kadar karbon ini dinamakan titik eutectoid.
Pada baja dengan karbon rendah sampai dengan titik eutectoid, struktur mikro
yang terbentuk adalah campuran antara feri dan perlit.
Pada baja dengan kandungan titik eutectoid sampai dengan 6,67%, struktur
mikro yang terbentuk adalah campuran antara perlit dan sementit

10
Pada saat pendinginan dari suhu lelet baja dengan kadar karbon rendah, akan
terbentuk struktur mikro ferit delta lalu menjadi sruktur mikro austenite.
Pada baja dengan kadar karbon yang lebih tinggi, suhu leleh turun dengan
naiknya kadar karbon, peralihan bentuk langsung dari leleh menjadi austenite

11
2.6. Fase Yang Terbentuk

a. Ferit

Ferit adalah larutan padat karbon dalam besi dan kandungan karbon dalam
o
besi maksimum 0,025% pada temperatur 723 C. pa
pada
da te
temp
mpera
eratu
turr ka
kama
mar,
r,
kandungan karbonnya 0,008%. Sifat ferit adalah lunak, ulet dan tahan korosi.

Gambar 2.3 Ferit

b. Cement
Cementite
ite

Merupakan senyawa logam yang mempunyai kekerasan tinggi atau mengeras


diantara fasa-fasanya yang mungkin terjadi pada baja yang mengandung 6,67%
kadar karbon, walaupun sangat keras tapi bersifat getas

Gambar 2.4 Cementite

12
c. Aust
Austen
enit
itee

Merupakan larutan padat interstisi antara karbon dan besi yang mempunyai
o

sel satuan BCC yang stabil pada temperatur 912 C dengan siaft yang lunak tapi
ulet.

Gambar 2.5 Austenite

d. Pearlite

Merupakan elekttroid yang terdiri dari 2 fasa yaitu ferit dan cementite. Kedua
fasa ini tersusun dari bentuk yang halus. Perlit hanya dapat terjadi dibawah 723 oC.
Sifatnya kuat dan tahan terhadap
ter hadap korosi serta kandungan karbonnya 0.83%.

Gambar 2.6 Pearlite

e. Mart
Marten
ensi
sitt

13
Merupakan fasa metastable, artinya tidak bisa melihat fasa. Fasa martensite
bisa dihasilkan dengan pendinginan cepat (quenching)
(quenching) dengan media air atau oli.

Terminologi pendinginan cepat sepertinya lebih objektif jikalau parameter yang


dilihat adalah sifat mampu kerasnya (hardenability), karena dengan kadar paduan
(alloy) yang bisa meningkatkan sifat mampu keras seperti nikel, molybdenum,
dan mangan, maka suatu baja maupun besi bisa didapat fasa martensit hanya
dengan pendingin udara.

Gambar 2.7 Martensit

f. Bainit

Bainit
Bainit adalah zat kebany
kebanyaka
akan
n logam
logam yang
yang ada dalam
dalam perawatan steelheat.
perawatan
Hasil pendinginan melewati temperatur kritis 723 oC (1333oC). Fasa ini berupa
struktur non-lamellar, umumnya terdiri atas ferrite, carbide, dan sisa austenite.
Dari segi komposisi relative dengan pearlite, namun terbentuk dengan metode
displacative mechanism. Seperti halnya martensit, yang kemudian diikuti dengan
komposisi karbida. Selain itu, bainit lebih cepat dari pembentukan pearlite dan
lebih rendah dari martensite untuk baja komposisi yang sama.

14
Gambar 2.8 Bainit

15
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang kami gunakan adalah spesimen (kunci), cairan etanol
95%, asam nitrat, resin, hardener, serta kertas amplas dengan grit 80, 120, 220,
400, 600, 800, 1000, 1500, dan 2000 dengan alat pendukung praktikum seperti
gergaj cetakan mounting, pinse
gergajii besi, cetakan pinset/penjepit, mesin grinding, mesin poles, dan
t/penjepit,
gelas kimia.

3.2
3.2 Meto
Metode
de Per
Perco
coba
baan
an

3.
3.2.
2.1
1 Pemi
Pemili
liha
han
n Spe
Spesi
sime
men
n
Padaa percob
Pad percobaan
aan kali
kali ini,
ini, kami
kami memili
memilih
h kunci
kunci yang
yang diguna
digunakan
kan untuk
untuk
membuk
membukaa gembok
gembok dengan
dengan pertim
pertimban
bangan
gan mudah
mudah ditemu
ditemukan
kan dan juga
juga
merupakan jenis logam ferrous steel
steel.

3.2.2 Pemotongan

Pemotongan dilakukan agar spesimen yang relatif kecil ini muat dalam
cetakan mounting yang tersedia. Spesimen dipotong secara membujur.

3.2.3 Mounting

Kunci yang telah dipotong kemudian ditaruh dalam cetakan yang sesuai
dan diisi dengan campuran resin dan hardener, lalu ditunggu beberapa jam
sampai mengeras.

16
3.2.4 Grinding
Pengamplasan (grinding) dilakukan secara bertahap, dimulai dari grit 80
sampai dengan 2000 dengan orientasi tegak lurus terhadap pengamplasan

sebelumnya. Kertas amplas dipotong bulat sesuai dengan ukuran mesin


grinding dan ditaruh lalu dijepit di atasnya . Setelah menyalakan kran air
dan pemutar
pemutar mesin,
mesin, barulah
barulah dapat
dapat dilaku
dilakuaka
akan proses grinding dengan
n proses
menaru
menaruh
h dan menaha
menahan
n spesim
spesimen
en pada
pada permuk
permukaan
aan kertas
kertas amplas
amplas yang
yang
berputar. Permukaan spesimen harus dipastikan halus sebelum lanjut ke
grit beriku
berikutny
tnya,
a, jika
jika tidak
tidak maka
maka harus
harus mengul
mengulang
ang ke grit
grit sebelu
sebelumn
mnya.
ya.
mengalami kejadian grinding yang tidak halus, kami
Karena kami pernah mengalami
mengulang proses grinding sebanyak tiga kali.

3.2.5 Pemolesan
Setela
Setelah
h permu
permukaa
kaan
n spesime
spesimen
n tel
telah
ah melalu
melaluii proses
proses pengam
pengampla
plasan
san dan
dipastikan halus dengan penglihatan di bawah mikroskop, dapat dilanjut
dengan pemolesan menggunakan pasta gigi “Zact” dan mesin poles. Kain
beludru dipotong melingkar seperti ukuran mesin poles dan ditaruh di atas
mesin tersebut. Pasta gigi dioleskan ke kertas amplas, lalu diputar dan
dikucurkan
dikucurkan air melalui
melalui keran yang tersedia.
tersedia. Pemolesan
Pemolesan dilakukan sampai
tidak ada lagi scratch yang terlihat (permukaan mengkilap seperti cermin).

3.2.6 Pengetsaan
Pengetsaan dilakukan dengan membuat cairan etsa terlebih dahulu. Dibuat
dari pencampuran etanol dan asam nitrat dengan perbandingan volume
100:3,
100:3, cairan
cairan terseb
tersebut
ut kemudi
kemudian
an ditaru
ditaruh
h pada
pada gelas
gelas kimia.
kimia. Spesim
Spesimen
en
dicelup pada cairan tersebut sampai tenggelam dengan permukaan yang
akan
akan diliha
dilihatt mengha
menghadap
dap ke pengam
pengamat.
at. Penget
Pengetsaan
saan dilaku
dilakukan
kan sampai
sampai
permukaan tidak lagi mengilap.

17
3.3 Diagram Alir

Pemilihan spesimen

Pemotongan

Mounting

Grinding

Tidak
Sudah
halus?

Ya

Pemolesan

Pengetsaan

Tidak
Sudah
dapat
teramati?

Ya

Analisis

18
BAB IV
PENGOLAHAN DATA

4.1 Hasil Pengamatan


Dari hasil pengamatan dibawah mikroskop, diperoleh gambar mikrostruktur
dari sampel dibawah ini.

Gambar 4.1.1 Mikrostruktur sampel perbesaran 5X

19
Gambar 4.1.2 Mikrostruktur sampel perbesaran 10X

20
Gambar 4.1.3 Mikrostruktur sampel perbesaran 20X

21
Gambar 4.1.4 Mikrostruktur sampel perbesaran 40X

22
Gambar 4.1.5 Mikrostruktur sampel perbesaran 40X

23
4.2 Pengolaha
Pengolahan
n Data
Dari gambar-gambar mikrostruktur dengan variasi perbesaran yang berbeda-
beda diatas, maka dilakukan pengolahan data perhitungan besar butir dan

pengamatan morfologi mikrostruktur specimen sebagai berikut.

4.2.
4.2.1
1 Perh
Perhit
itun
unga
gan
n Bes
Besar
ar Bu
Buti
tirr

4.2.1.1 Metode Jeffries Planimetri

2
1

2,28 cm

1). Lingkaran 1 : n1 = 29; n2 = 20;

2). Lingkaran 2 : n1 = 28; n2 = 20;

3). Lingkaran 3 : n1 = 25; n2 = 23;

24
Diketahui :

Diameter lingkaran = 5 cm / 50 mm

Panjang skala sebenarnya = 2,28 cm/ 22,8 mm


1 2 1 2 2
Luas Lingkaran = π d = π 50 =1963,5 mm
4 4

Panjang skala sebenarnya 22,8


Perbesaran = = =456 X
skala 0,05

Perhit
Perhitung
ungan
an batas
batas butir
butir menggu
menggunak
nakan
an metode
metode Jeffrie
Jeffriess Planim
Planimetri
etri diguna
digunakan
kan
persamaan berikut.

NA =f n 1 + ( )
n2
2

[ ]
Dengan NA adalah jumlah butir per mm2 pada perbesaran 1X; f adalah Jeffries
multiplier (perbesaran2/luas area); n1 adalah jumlah butir sempurna didalam
bidang area; n2 adalah jumlah butir yang mengintersep
mengintersep bidang area.
2 2
M 456 2
f= = =105,8 butir / mm
A 1965,5

NA =105,8 n 1+
[ ( )]n2
2 [ ( )]
=105,8 29+
20
2
=4126,2 butir / mm
2

Dengan perhitungan yang sama diperoleh nilai N untuk lingkaran 2 dan 3 masing-
masing sebesar 4020,4 butir/mm 2 dan 3861,7 butir/mm 2. Lalu diperoleh
diperoleh rata-rata
rata-rata
nilai N sebesar 3914,6 butir/mm2.

Lalu besar butir menurut ASTM dihitung dengan persamaan berikut

G=3,22log ( N ) −2,955

G=3,22log ( 3914,6 )− 2,955=8,61

Maka besar butirnya adalah 8,61.

25
Metode Line Intercept

2 3 4

1
5

2,28 cm

Diketahui : Panjang garis = 6 cm/6 mm

Tabel 4.2.1 Jumlah Butir yang Terintersep oleh Garis


Line #of Grains
Intersected
1 18
2 20
3 16
4 11
5 14
6 15
7 12
Total 106

26
Panjang skala sebenarnya 22,8 mm
Perbesaran = = = 456 X
skala 0,05 mm

Kemudian selanjutnya dengan persamaan berikut.

¿
̅
l =
P×M

Dengan keterangan l ̅ (l bar)


bar) adalah
adalah panjang
panjang garis
garis interse
intersep
p rata-rat
rata-rata;
a; l T adalah
Panjang total; P adalah jumlah butir yang terintersep; dan M adalah perbesaran.

¿ 7 × 100 mm
̅
l = = =0,0145 mm
P×M 106 × 456

Batas butir dengan metode line intercept dihitung dengan persamaan berikut

G=−6,6457 log (´ĺl )−3,298


6,6457

Berikut adalah perhitungannya

G=−6,6457 log ( 0,0145 )−3,298 =8,92


6,6457

Jadi besar butir dengan metode intercept diperoleh


diperoleh 8,92.

27
4.3 Morfo
Morfolog
logii Mikro
Mikrostr
strukt
uktur
ur

Batas Butir

Gambar 4.3.1 Morfologi Mikrstruktur Spesimen pada perbesaran 40X

28
BAB V
ANALISIS DATA

Pada pengujian kali ini dilakukan metalografi pada spesimen kunci dengan
materi
material
al baja.
baja. Spesim
Spesimen
en dipoto
dipotong
ng dengan
dengan menggu
menggunak
nakan
an gergaj
gergajii tangan
tangan lal
lalu
u
ukan proses mounting karena spesimen memiliki ukuran yang cukup kecil.
dilakukan
dilak
Setelah
Setelah dilakukan mounting menggunakan resin bening yang dicampur dengan
dilakukan
harden
hardener
er dan didiam
didiamkan
kan beberap
beberapaa waktu,
waktu, spesim
spesimen
en diambi
diambill dari
dari cetaka
cetakan
n dan
dilanjutkan
dilanjutkan dengan proses pengamplasan atau grinding. Pro
pengamplasan ses grinding kali ini
Proses
dilakukan dengan menggunakan kertas amplas 80 grit, 120 grit, 220 grit, 400 grit,
600 grit, 800
800 grit, 100
1000 grit, 1500
1500 grit, dan 2000
2000 grit. Pada proses grinding¸
proses

orientasi
orientasi pengamplasan
pengamplasan diputar 90 derajat setiap kali mengganti
mengganti grit agar bekas
scratch pada pengamplasan sebelumnya tidak terlihat. Pada pengujian kali ini
proses grinding dil
dilaku
akukan
kan berula
berulang-
ng-ula
ulang
ng karena
karena masih adanya scracth pada
masih adanya
spesimen ketika dilihat menggunakan mikroskop optik, meskipun proses grinding
telah dilakukan hingga pada 2000 grit. Pemolesan atau polishing mulai dilakukan
setelah proses grinding selesai. Pemolesan dilakukan dengan menggunakan kain
beludru dan pasta gigi. Pada pengujian kemarin, proses grinding dan polishing
dilakukan berulang kali. Kesalahan pada proses grinding dan kain yang digunakan
tidak baru menjadi penyebab kedua proses ini dilakukan berulang-ulang. Pada

proses grinding, adany


adanyaa penekanan
penekanan pada spesimen dan kurang
kurang lamanya
lamanya grinding
dapat menjadi penyebab masih adanya scratch yang cukup tebal meskipun pada
spesimen telah dilakukan pemolesan. Pemolesan pertama juga dirasa kurang lama
sehing
sehi ga scratch masih terlihat. Maka pada proses pemolesan yang berikutnya,
ngga
spesimen dipoles selama kurang lebih 20 – 30 menit sampai scratch mulai tidak
terlihat. Adanya scratch pada spesimen, menyebabkan sulitnya pengidentifikasian
batas butir dan fasa setelah dilakukannya proses etsa. Proses etsa dilakukan
setelah proses polishing. Karena spesimen merupakan material baja, maka proses
etsa dilakukan menggunakan larutan nital 3%.

29
Peng
Penget
etsa
saan
an yang
ang dila
dilak
kuk
ukan
an den
eng
gan men
eng
ggu
guna
nak
kan nital
ital ak
akan
an
cullkan batas butir ferrite dan fasa ferrite-cementite at
memuncu atau
au pe
perl
rlit
it..
[ CITATION Voo07 \l 1033 ] Berdasarkan hasil pengujian, didapatkan struktur

mikro sebagaimana pada gambar berikut

Gambar 5.1 Struktur Mikro pada Perbesaran 20X

dima
dimana
na A meru
merupa
paka
kan
n fasa ferrite dan
fasa dan B meru
merupa
paka
kan
n fasa pearlite (ferrite-
fasa
cementite). Pengetsaan menggunakan nital juga biasa dilakukan pada baja yang
diberikan
diberi perlakuan normalizing maupun rol. Normalizing merupakan perlakuan
kan perlakuan
dian
dianaa ba
baja
ja dipa
dipana
nask
skan
an pa
pada
da temp
temperaturr 40oC di atas
eratu atas te
temp
mper
erat
atur
ur kr
krit
itis
is la
lalu
lu

didinginkan di udara. Dari struktur mikro tersebut, dapat dilihat bahwa fasa perlit
pada spesimen tersebut sedikit. Berdasarkan struktur mikro tersbut, terdapat
kemungkinan bahwa material spesimen tersebut merupakan baja karbon rendah
karena sedikitnya karbida yang teroksidasi akibat pengetsaan. Namun, sebenarnya
tidak bisa disimpulkan langsung apakah baja tersebut merupakan baja karbon
renda
rendah,
h, medi
medium
um,, atau
atau ting
tinggi
gi ka
kare
rena
na tida
tidak
k di
dike
keta
tahu
huii % ka
kada
darr ka
karb
rbon
onny
nya.
a.
Kurang
Kurangnya
nya inform
informasi
asi mengen
mengenai
ai kandun
kandungan
gan pada
pada baja
baja terseb
tersebut,
ut, sepert
sepertii kadar
kadar
kromiu
kromium
m (Cr),
(Cr), juga
juga menyeb
menyebabk
abkan
an tidak
tidak bisa
bisa ditent
ditentuka
ukanny
nnyaa apakah
apakah materia
materiall
tersebut merupakan baja tahan karat feritik atau bukan.

30
Berdasa
Berdasarka
rkan
n pengol
pengolaha
ahan
n data,
data, dilaku
dilakukan
kan perhit
perhitung
ungan
an ukuran
ukuran butir
butir
spesim
spesimen.
en. Dapat
Dapat dik
diketah
etahui
ui bahwa
bahwa ukura
ukuran
n butir
butir spesim
spesimen
en berdas
berdasark
arkan
an metode
metode
Jeffrie
Jeffriess Planim
Planimetri metode Intercept berturut-tur
etri dan metode berturut-turut
ut adalah 8,61 dan 8,92.
8,92.

Kedua perhitungan ini dilakukan menurut standar ASTM. Berdasarkan standar


apabila grain size number (G) adalah 8, maka jumlah
ASTM,, diketahui bahwa apabila
ASTM
butir dalam 1 persegi berukuran 1x1 inch adalah sebanyak 128 butir. Maka dapat
disi
disimp
mpul
ulka
kan
n ba
bahw
hwaa sp
spesi
esime
men
n memi
memili
liki
ki uk
ukur
uran
an bu
buti
tirr ya
yang
ng ke
keci
cil,
l, sehin
sehingg
ggaa
spesimen tersebut cukup dalam proses grinding dan
cukup keras. Hal ini menyebabkan dalam
polishing dib
dibutu
utuhka
hkan
n waktu
waktu yang
yang cukup
cukup lama
lama agar
agar hasil
hasil yang
yang didapa
didapatt sesuai
sesuai
dengan yang diinginkan.

31
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Kesimpulan harus menjawab semua poin di Tujuan.

Contoh kesimpulan sesuai tujuan pada Bab I:

1. Sifat mekanik
mekanik ST-37 yang didapat
didapat dari penguj
pengujian
ian tarik
tarik adalah:
adalah:

Modulus Elastisitas : 48 GPa


Kekuatan Luluh : 267 MPa
Kekuatan Tarik : 370 MPa
Konstanta strain hardening
hardening : 0.26
2. Kekera
Kekerasan
san sampel
sampel prakti
praktikum
kum ya
yang
ng didapa
didapatt ialah:
ialah:

Baajjaa k
B kaarrb
boon
n rtienngdgaih :: 3
255H
HRRC
C
Aluminium : 67 HRH
3. Modulu
Moduluss elastis
elastisitasitas geser
geser spesimen
spesimen adalah
adalah 67 GPa dan kekuatan
kekuatan lentur
lentur
spesimen adalah 670 MPa
4. Umur
Umur Lela
Lelah
h ba
baja
ja taha
tahan
n ka
karat
rat meng
mengal
alam
amii pe
penu
nuru
runa
nan
n ka
kare
rena
na te
temp
mpera
eratu
turr
operasi yang terlalu tinggi dari temperatur desain maksimum.
5. Temp
Temper
erat
atur
ur trans
transis
isii ba
baja
ja sebes
sebesar
ar 5℃
5℃C
C da
dan
n al
alum
umin
iniu
ium
m tida
tidak
k memi
memili
liki
ki
temperatur transisi.

6.2. Saran

Subbab saran berisi saran yang anda rasa berguna untuk kemajuan praktikum
kedepannya. Hindari saran yang bersifat “tolong alatnya diganti”. Silahkan beri
saran yang membangun kepada praktikum yang anda lakukan.

32
DAFTAR PUSTAKA

[1]https://www.google.com/search?
[1]https://www.google.com/search?
q=diagram+fasa+umum&safe=strict&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahU
KEwjsrp_hr9bhAhVTWysKHX6BDxIQ_AUIDigB
KEwjsrp_hr9bhAhVTWysKHX6BDxIQ_AUIDigB&biw=1280&bih=657#
&biw=1280&bih=657#imgrc=
imgrc=
HPbF7yJe320lKM:

[2]

[1] G. F. V. Voort,
Voort, Metall
Metallogr
ograph
aphy
y : Princi
Principle
pless and Practic
Practice,
e, New York:
York: ASM
ASM
International, 2007.

33
LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi Gambar Spesimen


Lampiran ini berisi dokumentasi anda selama praktikum. Dapat berupa foto anda
sekelompok sedang pengujian dan foto-foto spesimen.

Lampiran 2 Tugas Setelah Praktikum


Kerj
Kerjak
akan
an tuga
tugass se
sete
tela
lah
h pr
prak
akti
tiku
kum
m disi
disini
ni.. Jika
Jika an
anda
da mene
menemu
muii ke
kesu
suli
lita
tan
n
mengerjakan
mengerjakan tugas setelah praktikum,
praktikum, silahk
silahkan
an berdiskusi
berdiskusi denganasiste
denganasisten
n atau
kakak tingkat anda.

Cantumkan lampiran lain yang anda rasa relevan pada modul yang anda lakukan.

34

Anda mungkin juga menyukai