Anda di halaman 1dari 34

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, Wr. Wbr.

Panduan ini merupakan edisi revisi dari buku pedoman penulisan Tesis
sebelumnya yang dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan
perkembangan saat ini. Pedoman penulisan Tesis ini merupakan
acuan/pedoman dasar dalam melaksanakan proses penulisan Tesis di
Magister Ilmu Hukum Universitas Pasundan, agar penulisan tesis
menjadi sistematis, terarah, layak dan ilmiah serta dapat
dipertanggungjawabkan baik secara metodologis maupun substansi.
Penyusunan buku panduan tesis ini merupakan jerih payah banyak pihak,
yang dari waktu ke waktu akan terus diperbaiki agar sesuai dengan
kebutuhan. Meski diakui memiliki kekurangan, namun demikian
diharapkan dapat mengakomodir keinginan berbagai pihak dalam batas
minimal.
Ucapan terima kasih di sampaikan kepada tim penyusun yang telah
bersusah payah mewujudkannya dalam bentuk buku, kepada nara sumber
yang telah memberikan banyak masukan, juga kepada seluruh pihak
yang tidak dapat disebutkan satu persatu, mudah-mudahan amal kebaikan
tersebut diterima dan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Amien.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wbr.

Ketua Program Studi


Magister Ilmu Hukum
Pascasarjana Unpas Bandung

Dr. H. Jaja Achmad Jayus, S.H.,M.Hum

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………….. 1


DAFTAR ISI …………………………………………………………. 2

BAB I PROSEDUR PENGAJUAN PENULISAN TESIS ……… 3


A. UMUM ………………………………………………….. 3
B. PROSEDUR ADMINISTRASI KEUANGAN DAN
AKADEMIK …………………………………………… 3
C. PROSEDUR BIMBINGAN PENULISAN HUKUM .. 4
BAB II PENULISAN TESIS ………………………………………. 6
1. Usulan Penelitian (Proposal) Tesis …………………. 6
2. Penulisan Tesis ……………………………………... 6
BAB III BEBERAPA TATA CARA PENULISAN HUKUM …… 24
A. PENOMORAN BAB DAN PEMBERIAN ABJAD … 24
B. PENOMORAN HALAMAN ………………………… 24
C. UKURAN KERTAS, SPASI PENULISAN, DAN
UKURAN HURUF ……………………………………. 25
D. TATACARA PENGUTIPAN …………………………. 25
E. MEMPERCEPAT PENGUTIPAN DENGAN
FOOTNOTES ………………………………………………… 28
F. TATACARA PENULISAN DAFTAR PUSTAKA …... 29
G. BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
DALAM PENULISAN ………………………………… 31

2
BAB I

PROSEDUR PENGAJUAN PENULISAN TESIS

A. UMUM
Penulisan Tesis1 merupakan karya tulis ilmiah, berupa paparan
tulisan hasil penelitian yang membahas masalah tertentu dalam
bidang ilmu hukum melalui tahapan tertentu dan memenuhi syarat
secara keilmuan. Penulisan Tesis merupakan syarat kelulusan bagi
mahasiswa Magister Ilmu Hukum Unpas sesuai dengan kurikulum
yang berlaku.
Tesis, merupakan karya tulis ilmiah yang menekankan pada
kemampuan penguasaan ilmu hukum dan teori hukum dalam
memecahkan persoalan-persoalan hukum; Penulisan Tesis di atas
memiliki ciri khas masing-masing. Tesis biasanya ditujukan untuk
mengkaji persoalan hukum secara mendalam baik teoritis maupun
faktual.

B. PROSEDUR ADMINISTRASI KEUANGAN DAN AKADEMIK


Sebelum melakukan penyusunan Penulisan Tesis, peserta didik
diwajibkan memenuhi prosedur administrasi keuangan dan akademik
sebagai berikut:
1. Memenuhi persyaratan administrasi keuangan dan administrasi
akademik, sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
2. Mengajukan tema/topik/judul yang akan dibahas Ketua Prodi
sesuai dengan bentuk penulisan tesis yang dipilih, yang
selanjutnya akan ditetapkan dosen pembimbing bagi peserta didik
yang bersangkutan berdasarkan kualifikasi kompetensi dosen
yang ada;
1
Bahan ini disusun dari berbagai sumber, yaitu; Pedoman Penulisan Tugas Akhir S1 di Fakultas
Hukum Unpas Bandung; Majalah Ilmu Hukum Unpad, Dasar-Dasar Penyusunan Skripsi/Legal Memorandum,
disusun oleh Laboratorium FH Unpar, Beberapa Catatan Penulisan oleh Koesnadi Hardjasumantri, Buku
Penuntun Membuat Skripsi, Tesis, Disertasi, Makalah, karangan S. Nasution. dan M. Thomas, Penulisan
Karangan Ilmiah, karangan Mukayat D. Brotowidjojo, Bahasa Indonesia (Kebahasaan), karangan. M.E.
Suhendar,
Fred. N. Kerlmger, Foundation of Behavioural Research, FBS Publishers, Soerjono Soekanto, Sri Mamudji,
Penelitian Hukurn Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, Soerjono
Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, CV Rajawali, Jakarta, 1982, Ronny Hanitijo Soemitro,
Metodologi Penelitian Hukum dan Jurirmetri, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990, Robert K. Yin. Studi Kasus,
Desain dan Metode, PT RajaGrafindo, Jakarta, 2000, Morris L Cohen, Legal Research In a Nutsheel, West
Publishing Co. 1992, Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010.

3
3. Pengajuan tema/topik/judul kepada Ketua Program Studi harus
disertai dengan sinopsis yang berisi gambaran singkat mengenai
persoalan yang akan diteliti;
4. Ketua Prodi (dapat) memberikan arahan kepada peserta didik
berkenaan dengan topik/tema/judul yang diajukannya;
5. Apabila tema/topik/judul telah disetujui oleh Ketua Prodi,
selanjutnya akan diajukan kepada Direktur dan Direktur akan
mengeluarkan SK bimbingan;
6. Apabila selama kurun waktu enam bulan proses bimbingan Tesis
belum selesai, akan dilakukan evaluasi;
7. Evaluasi terkait dengan proses bimbingan, dosen pembimbing
dan juga Peserta didik yang di bimbing;
8. Pelaksanaan evaluasi dilaksanakan oleh Ketua Prodi

C. PROSEDUR BIMBINGAN PENULISAN TESIS


Tahap selanjutnya peserta didik melakukan proses bimbingan
dengan prosedur sebagai berikut:
1. Peserta didik membuat Usulan Penelitian Tesis sesuai dengan
judul/tema yang dipilihnya
2. Apabila pembimbing telah menyetujui Usulan Penelitian,
selanjutnya peserta didik yang bersangkutan diperkenankan
mengikuti Seminar Usulan Penelitian, dengan terlebih dahulu
mengisi formulir yang disediakan;
3. Dalam Seminar Usulan Penelitian, peserta didik wajib
mempertanggungjawabkan dengan mempresentasikan Usulan
Penelitian yang telah dibuatnya. Penyampaiannya menggunakan
bahasa Indonesia (Peserta didik yang menyampaikannya dalam
bahasa Inggris akan diberikan nilai tambah). Peserta didik wajib
menggunakan alat bantu tayang berupa LCD (infocus), yang
disediakan oleh Prodi Magister Ilmu Hukum.
4. Dalam seminar usulan penelitian tim penguji yang terdiri dari;
pembimbing, penguji memberikan masukan dan penilaian sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik;
5. Melalui persetujuan pembimbing, peserta didik seyogianya
mempertimbangkan masukan-masukan yang telah diberikan pada
saat Seminar Usulan Penelitian;
6. Selanjutnya setelah dinyatakan layak, peserta didik melaksanakan
penelitian dan penyusunan penulisan tesis;

4
7. Dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak seminar usulan
penelitian mahasiswa yang bersangkutan belum menyelesaikan
penulisan tesis, akan dilakukan evaluasi (peninjauan ulang);
8. Evaluasi masa bimbingan penulisan hukum dilaksanakan oleh
Ketua Prodi.
9. Penulisan tesis yang dinyatakan layak oleh dosen pembimbing
(yang dibuktikan dengan ditandatanganinya lembar pengesahan
oleh pembimbing), peserta didik dapat mendaftar untuk
mengikuti Ujian Sidang Tesis dengan syarat dan ketentuan yang
berlaku;
10. Apabila dalam Sidang Tesis tersebut terdapat perbaikan terhadap
penulisan tesis, maka mahasiswa yang bersangkutan wajib
memperbaikinya;
11. Sebagai bukti telah dilakukan perbaikan dan dikonsultasikan
dengan dosen pembimbing, dibuatkan Berita Acara Perbaikan;
12. Selama proses bimbingan berlangsung, Magister Ilmu hukum
mempersiapkan LogBook, untuk lembar kemajuan proses
bimbingan dan kegiatan evaluasi;
13. Logbook tersebut wajib diisi oleh peserta didik dan oleh dosen
pembimbing:

5
BAB II
PENULISAN TESIS

Tesis merupakan karya tulis ilmiah berupa uraian (hasil


penelitian) yang mengkaji persoalan tertentu dalam Ilmu Hukum,
dengan tujuan mencari pemecahan masalahnya. Tesis diajukan oleh
peserta didik yang bertujuan memperdalam aspek keilmuan hukum.
Tema/topik/judul yang diajukan peserta didik dapat disetujui apabila
dianggap layak, baik secara substansi maupun metodologi. Berikut
akan diuraikan sistematika Usulan Penelitian (Proposal) dan
sistematika penulisan hukum Tesis.

1. Usulan Penelitian (Proposal) Tesis


Sistematika Usulan Penelitian TESIS (Proposal) Tesis
adalah sebagai berikut:
Lembar Judul (Kulit Muka)
Lembar Pengesahan
Lembar Pernyataan
Daftar Isi
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
E. Kerangka Pemikiran
F. Metode Penelitian
1. Spesifikasi Penelitian
2. Metode Pendekatan
3. Tahap Penelitian
4. Teknik Pengumpul Data
5. Alat Pengumpul Data
6. Analisis Data
7. Lokasi Penelitian
8. Jadwal Penelilitian
G. Sistematika Penulisan dan Outline
Daftar Pustaka

2. Penulisan Tesis
Sistematika Tesis disusun sebagai berikut:
Lembar Judul (Kulit Muka)
6
Lembar Pengesahan
Lembar Pernyataan
Abstrak (di tulis dalam bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia)
dan telah didisposisi oleh Laboratorium Bahasa Pascasarjana
Unpas.
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel, Daftar Gambar, dan Daftar Lampiran.

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
B. Identifikasi Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
E. Kerangka Pemikiran/Teoretis
F. Metode Penelitian
1. Spesifikasi Penelitian
2. Metode Pendekatan
3. Tahap Penelitian
4. Teknik Pengumpul Data
5. Alat Pengumpul Data
6. Analisis Data
7. Lokasi Peneitian
8. Jadwal Penelitian
BAB II KAJIAN/TINJAUAN PUSTAKA (bab ini diberi
judul)
BAB III HASIL PENELITIAN (bab ini diberi Judul)
A. (diberi judul)
B. (diberi judul)
C. dan seterusnya
BAB IVANALISIS/PEMBAHASAN DALAM PENELITIAN
(bab ini diberi judul)
A. (diberi Judul)
B. (diberi Judul)
C. dan seterusnya
BAB V PENUTUP
A. Simpulan dan

7
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Uraian masing-masing bagian di atas sekurang kurangnya
memuat beberapa hal di bawah ini :
Judul
Judul hendaknya memenuhi syarat sebagai berikut
1. Singkat, Padat dan Jelas (sebaiknya tidak melebihi 20 kata);
2. Setiap kata dalam judul harus memiliki makna yang jelas dan
tidak mengandung keragu-raguan;
3. Mencerminkan masalah penelitian yang mengandung konsep
atau hubungan antar konsep yang menggambarkan gejala yang
diteliti;
4. Judul sebaiknya mencerminkan adanya persoalan/masalah
yang akan diteliti;
5. Menarik dan cukup mutakhir;
6. Judul untuk penelitian hukum normatif perlu diperhatikan
mengenai sinkronisasi, harmonisasi secara vertikal dan
horizontal, penemuan hukum in concreto, penelusuran
terhadap asas hukum (meta-kaidah), perbandingan hukum dan
sejarah hukum, sedangkan untuk untuk penelitian empirik,
sebaiknya memuat dua variabel (Dependent dan Independent).

Lembar Pengesahan
Tanda persetujuan Pembimbing yang menyatakan bahwa
Tesis layak ditelaah atau diujikan (lihat lampiran dalam buku
pedoman ini).

Lembar Pernyataan
Lembaran ini berisi tentang:
1. Tesis belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik baik di UNPAS maupun perguruan tinggi lainnya;
2. Tesis ini gagasan, rumusan, dan penelitian penulis dengan
arahan pembimbing;
3. Terdapat karya-karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan
nama pengarang atau dicantumkan dalam daftar pustaka (lihat
lampiran).

8
Abstrak
Abstrak berbeda dengan Ikhtisar (epitoma) artinya
potongan pendek, Sinopsis artinya sebuah susunan sistematis
tentang hal-hal pokok, kepenDirektur (abridgement) artinya
bentuk singkat naskah asli. Abstrak adalah gambaran (deTesis)
atau kondensasi suatu tulisan/ karya ilmiah yang memuat:
1. Latar Belakang Penelitian
2. Inti Masalah (tema dan tujuan);
3. Metode/Cara Penelitian;
4. Hasil Penelitian dan Simpulan.
5. Abstrak ditulis dengan 1 spasi paling banyak 1 halaman
dengan rincian problem latar belakang dan problem hukum
satu alinea, metode penelitian satu alinea dan hasil penelitian /
simpulan satu alinea.
6. Abstrak harus mencantumkan kata kunci, minimal 3 kata,
maksimal 5 kata.

9
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian


Latar belakang harus memuat alasan-alasan dan
kemampuan-kemampuan mengapa penelitian (Tesis) tersebut
dilakukan:
1. Harus dilakukan (should be done & should do-ability).
Misalnya Tesis ini dibuat karena hasilnya akan
memberikan kontribusi pada pengembangan teori dan
dunia penelitian yang relevan (teoritis), serta
signifikansinya pada penentuan kebijakan dan praktek
mengenai masalah yang sedang diteliti (praktis), atau
penelitian tersebut dilakukan karena belum pernah
dilakukan oleh peneliti lain.
2. Dapat diselenggarakan (can be done & do-ability).
Misalnya terdapat teori dan metodologi yang relevan,
tersedia waktu, dan secara etis Tesis tersebut dapat
dipertanggungjawabkan.
3. Akan dilakukan (will be done & want-to-do-ability).
Adanya komitmen penulis bahwa ia akan mengerjakan
penulisan Tesis tersebut.
Beberapa butir di atas uraiannya harus disesuaikan atau
memiliki relevansi dengan tema/ judul Tesis. Secara singkat,
bagaimana membuat latar belakang penelitian dapat
diuraikan melalui contoh sebagai berikut:
1. Teliti dan uraikan dengan seksama berbagai perundang-
undangan yang berkaitan dengan topik/masalah yang
dikaji: kekuatan dan terutama kelemahan-kelemahannya;
2. Teliti juga dengan nalar tinggi, berbagai asas, konsep,
teori, paradigma yang mendasari perundang-undangan
sebagaimana dimaksud pada poin di atas. Setelah itu baru
dikaji penerapan perundang-undangan itu in concreto
sesuai atau menyimpang/ adakah kesenjangan atau adakah
ketidak-harmonisan antara das sollen dan das sein.
Disertai dengan faktor—faktor non_hukum (yuridikal)
yang mungkin ikut serta mempengaruhi /melandasi
timbulnya masalah itu.

10
Penulisan judul diakhir paparan ini, huruf pertama tiap
kata ditulis dengan huruf kapital kecuali kata sambung harus
huruf kecil.
Contoh Penulisan:
Perlindungan Hukum terhadap Kreditur dalam
Perjanjian kredit menurut Undang-unda

B. Identifikasi Masalah
Masalah adalah pertanyaan-pertanyaan yang dicoba
untuk ditemukan jawabannya.2 Masalah dapat juga diartikan
sebagai sesuatu yang tidak koheren, tidak harmonis, adanya
kesenjangan (gap), penyimpangan (deviation), adanya
kerancuan, dan lain-lain, misalnya:
1. Tidak-koherennya hukum-hukum dalam suatu teori
tertentu, atau konsep dan asumsi dalam suatu teori saling
bertentangan (kontradiksi) sehingga teori menjadi tidak
anggun, ratah dan simple. Masalah ini umumnya menjadi
kajian dalam penelitian hukum filosofis;
3. Adanya ketidak-harmonisan antara teori (sollen) dengan
aturan (sollen); atau antara asas (sollen) dengan norma
(sollen); atau antara norma/ aturan (sollen) dengan norma /
aturan (sollen) baik secara vertikal maupun horizontal;
4. Adanya kesenjangan antara apa yang seharusnya (das
sollen) dan apa yang pada kenyataanya terjadi (das sein);
misal : penerapan teori dalam praktek; penerapan aturan
dalam praktek; antara rencana dan pelaksanaan; antara
harapan dan kenyataan; antara cita-cita dan apa yang
dicapai; antara tujuan dan pencapaian.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masalah,


adalah ketidakharmonisan, tidak koheren atau penyimpangan
dan keharusan, rencana, harapan, cita-cita atau tujuan,
sehingga menimbulkan pelbagai pertanyaan yang perlu
mendapatkan jawaban, jawaban atas pertanyaan tersebut
diharapkan dapat diperoleh melalui suatu penelitian.
Untuk identifikasi masalah dalam penelitian empirik
kuantitatif atau kualitatif identifikasi masalah harus berusaha

2
Lihat Fred. N. Kerlinger, Foundation of Behavioural Research, FBS Publishers, Mm.
15-17.
11
memaparkan masalah dengan memuat paling tidak enam (6)
unsur atau dengan istilah 5 W 1 H yaitu:
1. Siapa (who) pihak yang terlibat dalam masalah tersebut.
2. Apa (what) penyimpangan/pertanyaan dalam masalah
tersebut.
3. Di mana (where) masalah tersebut terjadi.
4. Bilamana (when) masalah tersebut timbul.
5. Mengapa (why) masalah tersebut dapat terjadi.
6. Bagaimana (how) timbulnya masalah tersebut.
Keenam unsur di atas tidak selalu mutlak ada dalam
pemaparan masalah penelitian. Unsur-unsur yang dipaparkan
tergantung dari masalah penelitian yang telah dipilih.
Perumusan masalah penelitian harus dirumuskan secara
sederhana, lugas dan lengkap, serta tidak menimbulkan
berbagai macam persepsi (penafsiran) terhadap istilah-istilah
yang digunakan. Adapun rumusannya dapat dikemukakan
dalam bentuk pertanyaan. Rumusan masalah yang baik
sedapat mungkin harus:
1. menyatakan hubungan antara 2 (dua) fenomen tertentu
atau variabel/gejala;
2. dinyatakan secara jelas dan tidak mengandung keraguan;
3. menyiratkan kemungkinan untuk diuji; baik secara norma
(tata urutan) maupun secara empirik (verifikasi).
Pemilihan jenis dan jumlah permasalahan yang akan
diteliti harus mempertimbangkan waktu, kompetensi dan
biaya yang tersedia. Tahapan penyusunan Identifikasi
Masalah dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Dialirkan secara runtut dari uraian yang dikembangkan
pada Latar Belakang;
2. Mempertanyakan yang berkaitan dengan aturan hukum
positifnya;
3. Berkaitan dengan berbagai asas, konsep, teori atau
paradigma;
4. Berkaitan dengan penerapan aturan hukum tersebut oleh
para
praktisi hukum/aparatur hukum.

C. Tujuan Penelitian
Menguraikan tujuan apa yang hendak dicapai dalam
penelitian. Tujuan penelitian harus berkorelasi dengan
12
Identifikasi Masalah. Untuk lebih jelasnya persoalan tersebut
dapat dilihat dalam contoh sebagai berikut:
Misalnya : Identifikasi Masalah merumuskan Bagaimana
penerapan asas kebebasan berkontrak dalam kegiatan
bisnis waralaba?; Tujuan Penelitian hendaknya “ingin
mengetahui dan mengkaji bagaimana penerapan asas
kebebasan berkontrak dalam kegiatan bisnis”.
Menyusun Tujuan Penelitian adalah sebagai berikut:
1. Point yang disampaikan sama banyaknya dengan apa yang
diidentifikasikan/ dirumuskan pada identifikasi/
perumusan masalah;
2. Dimulai dengan kata-kata ingin “meneliti.... atau
mengkaji... dan lain-lain;
3. Jadi bukan hanya sekedar ingin mengetahui yang
kontribusi hasil penelitiannya hanya bermanfaat bagi
penelitinya saja.

D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian mencakup baik kegunaan teoretis
maupun praktis. Kegunaan teoritis berkait dengan
pengembangan keilmuan (teori), serta harapan-harapan yang
dapat dicapai, sedangkan kegunaan praktis berkorelasi
dengan kemampuan aplikasi teoritis mahasiswa dalam
kenyataannya atau dengan kebijakan lembaga tertentu,
misalnya bagi instansi pemerintah, atau swasta. (catatan
beberapa penelitian mencantumkan sebagai sub-bab
tersendiri).

E. Kerangka Pemikiran
1. Kerangka Pemikiran adalah landasan penelitian, sebagai
pijakan peneliti agar penelitian menjadi kokoh dan
memiliki landasan yang kuat sehingga penelitian tersebut
dapat diandalkan (reliable);
2. Kerangka Pemikiran memuat teori atau konsep tertentu
yang berkaitan dengan judul atau substansi penelitian
yang dipandang dapat dijadikan landasan untuk
melakukan analisis atau pemecahan masalah;
3. Apabila ada kesulitan untuk menemukan teori yang tepat,
maka di dalam Kerangka Pemikiran, dapat diuraikan;
asas- asas hukum atau prinsip-prinsip dan pengertian
13
pokok dalam hukum yang memiliki keterkaitan dengan
objek penelitian;
4. Apabila hal itu dirasakan masih sulit, maka cukup di
jelaskan doktrin atau pandangan ahli hukum serta definisi
yang dikemukakan para ahli lainnya;
5. Kerangka Pemikiran dapat memuat norma dalam
peraturan perundang-undangan (hukum positif) yang
memiliki keterkaitan dengan objek penelitian;
6. Pada tahap ini peneliti dituntut untuk terampil,
menginvetarisir, memilih (memilah) teori mana yang
dapat dijadikan kerangka teori. Untuk memantapkan hal
ini peneliti dapat berdiskusi dengan mereka yang lebih
mengetahui dan memahami teori di bidang kajian masing
masing;
Contoh:
“Apabila penelitian akan membahas mengenai
sinkronisasi dan harmonisasi peraturan perundang-
undangan ketatanegaraan di Indonesia maka sebagai
landasan teorinya dapat digunakan teori Stufend des
Recht dari Hans Kelsen dan Hans Nawiasky”. Atau
apabila peneliti mengkaji tentang Sistem hukum, dapat
digunakan teori sistem dari “Lawrence Friedmann”.
7. Kerangka pemikiran harus memiliki korelasi (memiliki
benang merah) dengan obyek penelitian. Landasan teoritis
ini perlu ditegakkan agar penelitian itu memiliki dasar
yang kokoh;
8. Informasi bersumber dari penelaahan kepustakaan yang
mutakhir dan erat kaitannya dengan masalah yang akan
diteliti;

F. Metode Penelitian
Metode Penelitian adalah prosedur atau cara
memperoleh pengetahuan yang benar atau kebenaran melalui
langkah-langkah yang sistematis.3 Dalam uraian ini dimuat
dengan jelas Metode Penelitian yang digunakan peneliti.
3
Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan maupun
teknologi. Hlm ini disebabkan, karena penelitian bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara
sistematis, metodologis, dan konsisten. Metodologi penelitian hukum mempunyai ciri-ciri tertentu yang
merupakan identitasnya, oleh karena itu ilmu hukum dapat dibedakan / berbeda dengan ilmu-ilmu
pengetahuan lainnya. Lihat. Soerjono Soekanto, Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1995, hlm.2.
14
Penggunaan metode berimplikasi pada teknik pengumpulan
dan analisis data serta simpulan yang diambil. Lazimnya pada
bagian ini (minimal) memuat hal sebagai berikut:

1. Spesifikasi Penelitian
Diuraikan dalam spesifikasi penelitian apakah
bersifat deskriptif, eksplanatif atau eksploratif. Untuk
Penelitian Normatif, umumnya bersifat deskriptif-analitis,
sedangkan dalam Penelitian Sosiologis bersifat eksplanatif
atau eksploratif. Peneliti untuk memperkokoh uraian pada
bagian ini harus menggunakan literatur pendukung;

2. Metode Pendekatan
Secara jelas diuraikan metode pendekatan apa yang
akan digunakan dalam penelitian. Pendekatan yang dapat
dilakukan terhadap ilmu hukum di antaranya:
a. Pendekatan Yuridis-Normatif, yaitu pendekatan atau
penelitian hukum dengan menggunakan metode
pendekatan/teori/konsep dan metode analisis yang
termasuk dalam disiplin Ilmu Hukum yang dogmatis.4
Penyebutan normatif bukan satu-satunya penyebutan,
dalam literatur berbahasa Belanda disebut ‘dogmatis’.
Dalam literatur berbahasa Inggris disebut ‘doktrin’ -
penelitian hukum doktrinal. Termasuk ke dalam kajian/
pendekatan Yuridis Normatif ini di antaranya adalah,
Inventarisasi Hukum Positif, menemukan Asas Hukum;
menemukan Hukum in concrete; penelitian Sistematika
Hukum; Sinkronisasi dan Harmonisasi Vertikal
maupun Horizontal, Perbandingan Hukum dan Sejarah
Hukum.
b. Pendekatan Yuridis-Empirik, yaitu hukum sebagai
gejala masyarakat, sebagai institusi sosial atau perilaku
yang mempola. Pendekatan ini dikenal dengan
penelitian hukum yang empirik atau penelitian hukum
sosiologis.5 Termasuk ke dalam pendekataan yang
dapat dikategorikan pendekatan yuridis empirik antara

4
Lihat Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 1990,
5
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 1990, hIm. 34 dst.
15
lain misalnya, pendekatan Yuridis Kriminologis,
Yuridis-Psikologis, Yuridis Ekonomis dan lain-lain.
Pendekatan empirik dapat bersifat inter dan multi
disipliner.
c. Selain kedua pendekatan di atas, terdapat pendekatan
lain yang dapat digunakan, misalnya pendekatan
filosofis, pendekatan kualitatif, pendekatan campuran
(mixed method) dan lain lain. Bagi kepentingan
penulisan Tesis hendaknya metode pendekatan yang
digunakan disesuaikan dengan kebutuhan dan juga
kompetensi dosen pembimbing.

3. Tahap Penelitian
Pada bagian ini diuraikan bagaimana tahap penelitian
dilakukan. Tahapan penelitian adalah rangkaian kegiatan
dalam penelitian yang diuraikan secara rinci mulai dari
Tahap persiapan, Tahap Penelitian dan Tahap
penyusunan/Pembuatan Tugas Akhir. Untuk menjelaskan
bagian ini dapat menggunakan ragaan sesuai dengan
kebutuhan penelitian dengan melihat rujukan dalam buku
teks yang direkomendasikan. Umumnya tahap penelitian,
baik penelitian normatif maupun empirik secara umum
dilakukan melalui tahap sebagai berikut :
a. Tahap persiapan, yaitu tahap dimana peneliti
merancang desain penelitian yang di tuangkan di dalam
Usulan Penelitian. Tahapan ini merinci secara detail
apa yang akan dilakukan di dalam kegiatan penelitian
nantinya.
b. Tahap Penelitian, yaitu tahapan penelitian yang
dilakukan, setelah usulan penelitian di nyatakan lulus.
Pada tahap ini dilakukan tahapan pengumpulan data
melalui studi kepustakaan (literatur/dokumen), dan
penelitian lapangan. Perbedaannya dalam penelitian
normatif data utamanya adalah data sekunder (data
yang sudah jadi), sehingga penelitian kepustakaan/studi
kepustakaan merupakan tahap penelitian utama,
sedangkan penelitian lapangan hanya bersifat
penunjang terhadap data kepustakaan tersebut di atas.
Penelitian lapangan itu dilakukan hanya untuk
justifikasi data sekunder, yaitu melalui wawancara.
16
Sedangkan dalam penelitian empirik, studi kepustakaan
atau tahap penelitian kepustakaan hanya merupakan
persiapan untuk melakukan penelitian lapangan guna
memperoleh data primer. Data primer adalah data yang
diperoleh langsung dari masyarakat. Jadi dalam
penelitian hukum empirik, yang lebih utama adalah
data lapangan. Untuk lebih jelas mengenai hal ini
peneliti diharuskan melihat berbagai literatur agar tahap
penelitian dapat diuraikan secara lengkap. Diharapkan
peneliti dapat menampilkannya dalam bentuk ragaan
(bagan) sehingga lebih jelas.

4. Teknik Pengumpulan Data


Diuraikan bagaimana teknik pengumpulan data
dilakukan. Teknik merupakan penerapan dari metode
untuk dapat menimbulkan suatu akibat yang
dikehendaki.
Untuk pendekatan yuridis-normatif, teknik
pengumpulan data dilakukan melalui penelaahan data
yang dapat diperoleh dalam peraturan perundang-
undangan, buku teks, jurnal, hasil penelitian, ensiklopedi,
bibliografi, indeks kumulatif dan lain-lain. Pada dasarnya
teknik pengumpulan data dengan pendekatan ini
dilakukan terhadap berbagai literatur (kepustakaan).
Teknik ini dapat dilakukan melalui inventarisasi berbagai
produk aturan yang selanjutnya dilakukan pencatatan
secara rinci (dipandang lengkap) juga pengklasifikasian
terhadap berbagai produk peraturan perundang-undangan
yang memiliki relevansi dengan materi penelitian, semua
kegiatan itu dilakukan dengan sistematis dan terarah,
sehingga diperoleh gambaran apakah satu aturan
bertentangan dengan aturan lainnya atau tidak (secara
vertikal ataupun horizontal); apakah asas hukum
bersesuaian dengan aturan hukum atau tidak dan
seterusnya.
Untuk pendekatan yuridis-empirik teknik
pengumpulan data dilakukan terhadap data primer baik
bahan hukum maupun bahan non hukum. Data tersebut
berupa hasil penelitian (langsung) dan lapangan atau data
hasil penelitian pihak lain yang berkaitan dan sudah
17
teruji secara ilmiah. Teknik pengumpulan data yang
dapat dilakukan guna memperoleh data lapangan (non
hukum) diantaranya melalui metode tes, observasi,
kuesioner, interview dan dokumentasi. Dalam penelitian
hukum empirik umumnya penelaahan data sekunder
dilakukan sebelum dilakukan telaah/ penelitian terhadap
data primer (lapangan/masyarakat).
Selain kedua teknik pengumpulan data tersebut di
atas, terdapat juga teknik pengumpulan data dengan
penelitian kualitatif, yang umumnya dilakukan melalui
partisipasi observasi atau juga wawancara secara
mendalam. Lihat lebih jelas tentang hal ini di dalam
literatur-literatur penelitian kualitatif khususnya bidang
hukum.

Metode Penentuan Sampel:


Bagi penelitian yang menggunakan pendekatan
yuridis-empirik, perlu dilakukan penentuan sampel.
Pengambilan sampel merupakan suatu proses dalam
memilih suatu bagian yang representatif dari sebuah
populasi. Hal ini dilakukan karena banyak alasan, baik
dari segi ekonomis, maupun keakuratannya. Penentuan
sampel tidak akan mengurangi nilai ilmiah suatu
penelitian.
Terdapat beberapa teknik penentuan sampel yaitu:
a. Teknik Random Sampling ; dengan cara undian atau
lotere, cara ordinal, randomisasi dari tabel bilangan
random, multistage sampling.
b. Teknik Non-Random Sampling; quota sampling,
accidental sampling, purposive sampling.
Terhadap istilah-istilah di atas, peneliti wajib
memahami secara mendalam dan juga mampu
melakukannya, untuk lebih jelas dilihat dalam buku-buku
metodologi penelitian hukum.

5. Alat Pengumpul Data


Alat adalah sarana yang dipergunakan. Alat
pengumpul data yang digunakan sangat bergantung pada
teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dalam

18
penelitian tersebut. Alat untuk pengumpulan data dapat
dirinci sebagai berikut:
a. Untuk penelitian Normatif; alat pengumpul data
dapat digunakan : catatan hasil telaah dokumen atau
dapat menggunakan Log Book (catatan catatan selama
proses penelitian berlangsung. Dapat juga di gunakan
pedoman wawancara untuk kepentingan data yang
didalamnya ada kegiatan wawancara;
b. Untuk penelitian Yuridis Empirik:
1) Untuk Metode Tes, digunakan berbagai jenis tes,
baik yang standar (sudah ada) ataupun tes buatan
(oleh peneliti).
2) Untuk Observasi digunakan catatan lapangan
(catatan berkala), Anecdotal Record (Daftar
riwayat), Check List, Rating Scale, Mechanical
Devices, atau Studi Kasus terhadap fenomena yang
dapat ditangkap.
3) Untuk Interview, digunakan Directive Interview atau
pedoman wawancara terstruktur, Non Directive
Interview, atau pedoman wawancara bebas.
Penggunaan tape recorder sangat diperlukan dalam
teknik pengumpulan data ini.
4) Untuk metode kuesioner digunakan berbagai bentuk
kuesioner, misalnya, kuesioner tipe isian (Open and
Closed from Item) dan kuesioner tipe pilihan
(Forced and Multiple Choice).
c. Untuk penelitian Kualitatif, dapat digunakan catatan
harian/catatan lapangan, rekaman, atau indept
wawancara.
d. Untuk penggunaan Mix Method, dapat digunakan
secara bergantian dan secara terintegrasi sesuai
kebutuhan, alat penelitian dalam point point di atas.

6. Analisis Data
Analisis dapat dirumuskan sebagai suatu proses
penguraian secara sistematis dan konsisten terhadap
gejala-gejala tertentu.6 Dari pengertian yang demikian,

6
Soeijono Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukurn, CV Rajawali, Jakarta, 1982,
him. 37.
19
nampak analisis memiliki kaitan erat dengan pendekatan
masalah.
Lazimnya dalam penelitian hukum normatif, data
dianalisis secara yuridis kualitatif yaitu analisis dengan
penguraian deskriptif-analitis dan preskriptif (bagaimana
seharusnya). Dalam melakukan analisis kualitatif yang
bersifät deskriptif dan preskriptif ini, penganalisisan
bertitik tolak dari analisis yuridis sistematis. Di samping
dapat pula di kombinasikan dengan analisis yuridis
historis dan komparatif, atau juga content analisis.
Pada bagian ini diuraikan pula alat analisis yang
digunakan, yaitu silogisme hukum, interpretasi hukum,
dan konstruksi hukum.7
Untuk penelitian yuridis-empirik dilakukan melalui
analisis kuantitatif (menggunakan angka angka atau
rumus matematik dan statistik atau dengan penyajian,
table, diagram dan kurva) juga dapat dilakukan analisis
kualitatif sebagai pelengkap dan penunjang analisis
kuantitatif. Sedangkan untuk analisis penelitian kualitatif
dan penelitian Mixed Method (metode campuran) dapat
digunakan analisis yang sesuai dengan bidang /ranah
penelitian ini dengan melihat literature yang tersedia.

7. Jadwal Penelitian
Dijelaskan untuk berapa lama penelitian akan
dilakukan, dibuat dalam schedule time (tabel) dan dalam
bentuk road map (peta jalan/diagram alur) penelitian,
sehingga setiap langkah penelitian tergambar dengan
jelas, berapa lama mempersiapkan penelitian, melakukan
penelitian lapangan dan juga hasil penelitian (Lihat
contoh Tabel Lampiran 8).

8. Lokasi Penelitian
Dijelaskan lokasi penelitian secara rinci, di wilayah
mana penulis melakukan penelitian, khusus untuk

7
Untuk definsi dan pengertian masing-masmg alat analisis sebagaimana dijelaskan di atas,
hendaknya dilihat buku rujukan yang menjelaskan persoalan tersebut, misalnya, Buku Ahmad Ali Menguak
Tabir Hukum, Gunung Agung, Jakarta.

20
penelitian empirik, lokasi penelitian harus disertai
dengan data atau gambaran lokasi penelitian /peta lokasi.

G. Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan, memuat uraian dan penjelasan
secara singkat dan sistematis mengenai keseluruhan uraian
Tesis, mulai dari bab pertama sampai pada bab terakhir.
Sistematika Penulisan berbeda dengan outline dan daftar isi.
Dalam penulisan usulan penelitian Tesis, Sistematika
Penulisan harus disertai dengan outline. Sistematika
penulisan dalam usulan penelitian berupa paparan secara
deskriptif sistematis mengenai rencana bagian-perbagian
(bab-per-bab) yang akan dituangkan dalam Tesis. Adapun
outline umumnya memuat secara rinci rencana daftar isi
dalam penulisan Tesis.
Sistematika Penulisan dan outline hanya ada dalam
Usulan Penelitian Tesis sedangkan untuk Tesis Sistematika
Penulisan dan outline tidak diperlukan karena sudah ada
daftar isi.

BAB II KAJIAN,TINJAUAN PUSTAKA (diberi Judul)

Dalam Kajian Pustaka obyek bahasan harus di introdusir


ke dalam judul bab. Bagian ini memuat teori-teori atau doktrin,
konsep-konsep yang relevan dengan tema Tesis dan
permasalahan hukum yang akan diteliti. Teori ini memiliki
keterkaitan dengan Kerangka Pemikiran namun bukan kerangka
pemikiran. Teori-teori harus bersumber dari buku teks, jurnal
nasional atau internasional yang sedapat mungkin terakreditasi,
atau seri penerbitan sains lainnya, termasuk kedalamnya hasil-
hasil penelitian. Uraian dalam tinjauan pustaka ini harus
memiliki keterkaitan dan relevansinya dengan kerangka
pemikiran dan masalah yang diteliti. Buku-buku yang digunakan
sebagai rujukan untuk keperluan Kajian/Tinjauan Pustaka,
adalah buku dengan terbitan terbaru dan relevan dengan
kebutuhan penulisan hukum.

21
BAB III DATA PENELITIAN (diberi Judul)

Memuat data yang diperoleh dari penelitian, dapat


berupa data sekunder maupun data primer, atau merupakan
gabungan keduanya. Data sekunder (data kepustakaan)
diperoleh apabila penelitian yang dilakukan adalah penelitian
hukum normatif.8 Sedangkan data non hukum diperoleh
apabila peserta didik menggunakan penelitian hukum empirik.9
Umumnya dalam penelitian hukum empirik, data sekunder
harus dimuat pada bagian ini. Pemuatannya harus
memperhatikan kedudukan kedua data tersebut, bahwa satu
data bersifat penunjang bagi data lainnya.

BAB IV ANALISIS DATA (diberi Judul)

Bagian ini merupakan inti Tesis, memuat seluruh


permasalahan (hukum) yang telah diidentifikasi, kemudian
dianalisis satu persatu secara tuntas dan sistematis, dan
memiliki keterkaitan dengan tinjauan pustaka. Oleh karena itu
sebaiknya uraian ini terbagi dalam beberapa sub-bab sesuai
dengan identifikasi masalah pada bab I (satu). Pada bagian
analisis juga harus konsisten dengan kerangka pemikiran yang
dijadikan landasan berpijak serta konsisten dengan metode
penelitian yang digunakan.
Bagian analisis ini pada prinsipnya adalah uraian yang
memfokuskan kepada upaya-upaya untuk menjelaskan dan
menjawab identifikasi masalah secara lengkap, sistematis dan
terarah.

BAB V PENUTUP

Berisi Simpulan dan Saran. Simpulan merupakan


jawaban peneliti terhadap permasalahan hukum yang ada
dalam identifikasi masalah. Simpulan harus menunjukan
benang merah antara identifikasi masalah dan analisis pada
pembahasan.

8
Ronny Hanitijo Soernitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurirnetri, op.,cit, him. 11.
9
Dikatakan oleh Ronny Hanitijo Soemitro, Penelitian hukurn dapat dibedakan menjadi penelitian hukurn
normatif dan penelitian hukum sosiologi... Penelitian hukum sosiologis atau empiris terutama meneliti data
primer. Lihat Ronny Hanitijo Soemitro, ibid, him. 9.
22
Saran, merupakan uraian yang dikemukakan peneliti
terhadap berbagai persoalan yang tidak dapat dijawab oleh
simpulan, saran dapat merupakan usulan atau tanggapan
(komentar) terhadap persoalan untuk dicarikan jalan keluarnya.
Oleh karena itu saran bersifat lebih prediktif (mengarah kepada
perbaikan di masa akan datang).

DAFTAR PUSTAKA

Dalam daftar pustaka dicantumkan secara lengkap


kepustakaan yang dipergunakan, dapat baik yang terdiri dari
bahan hukum primer (mis. peraturan perundang-undangan dan
lain-lain) atau bahan hukum sekunder (hasil-hasil penelitian,
jurnal ilmiah, seri penerbitan sain) juga dapat dari bahan hukum
tersier (mis. Bibliografi, Indeks Kumulatif dan lain-lain).
Susunlah sumber yang digunakan secara sistematis sebagaimana
dapat dilihat dalam tatacara penulisan footnotes (pada bagian
belakang) dalam buku pedoman ini.

LAMPIRAN
(wajib ada) berisi tentang bukti-bukti yang memperlihatkan
bahwa peneliti telah melakukan penelitian.

23
BAB III
BEBERAPA TATA CARA PENULISAN TESIS

A. PENOMORAN BAB DAN PEMBERIAN ABJAD

Pemerian abjad atau penomoran dilakukan sebagai berikut:


1. Untuk Tulisan bab yang ditulis sebagai awal bab, ditempatkan
ditengah pada bagian atas kertas, dengan menggunakan huruf
besar, ditulis BAB I, BAB II, BAB III, dan seterusnya;
2. Setelah penulisan BAB I untuk selanjutnya apabila terdapat sub
judul bab maka ditulis dengan menggunakan pemberian abjad
sebagai berikut, A, B, C dan seterusnya, termasuk BAB II, III,
dan seterusnya. Pemberian abjad harus dilakukan secara
berurutan.
3. Untuk penulisan point yang bukan merupakan sub bab dapat di
beri nomor. 1, 2, 3, dan seterusnya, apabila masih terdapat bagian
lain yang memerlukan pemberian abjad maka selanjutnya
digunakan angkan a, b, c dan seterusnya. Apabila masih ada
digunakan, 1), 2), 3), seterusnya, a). b), c) dan seterusnya. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat dalam contoh sebagai berikut:

BAB I
(Judul Bab)

A. (untuk sub bab)


1. (untuk sub-sub bab)
a. (Untuk sub-sub-sub bab)
1. (untuk penulisan point)
a. (untuk penulisan point selanJutnya)
1) (unituk penulisan point selanjutnya) a) (untuk
seterusnya)

B. PENOMORAN HALAMAN
1. Pemberian nomor pada halaman pertama (depan) yang terdapat
judul bab, atau halaman pertama pada bab baru, nomor di simpan
pada tengah kertas bagian bawah;
2. Untuk halaman selanjutnya nomor disimpan pada bagian kanan
atas.

24
C. UKURAN KERTAS, SPASI PENULISAN, DAN UKURAN
HURUF
1. Kertas yang digunakan baik dalam penulisan hukum adalah kertas
kwarto A4.
2. Untuk penulisan dalam bentuk konsep (masih dalam perbaikan)
tidak ditentukan gram kertas, sedangkan untuk penulisan yang
sudah jadi (siap cetak) digunakan kertas ukuran 80 gram.
3. Cover Penulisan Hukum warna Merah, dibuat sesuai contoh yang
telah ditentukan oleh Magister Ilmu hukum;
4. Spasi penulisan, digunakan ukuran sebagai berikut:
a. Spasi atas sampai pada penulisan digunakan 4 cm, atau ukuran
4 (empat) pada page set up komputer;
b. Spasi kiri 4 cm, atau ukuran 4 (empat) pada page set up
komputer;
c. Spasi bawah sampai tulisan digunakan 3 cm, atau ukuran 3
(tiga) pada page set up komputer;
d. Spasi kanan sampai tulisan digunakan 3 cm, atau ukuran 3
(tiga) pada page set up komputer;
e. Ukuran spasi perhuruf digunakan 2 spasi. Untuk Abstrak
digunakan 1 spasi.
f. Ukuran huruf yang digunakan, hendaknya berukuran standar
pada mesin tik biasa, atau ukuran 12 (dua belas) untuk huruf
tipe Time New Romans dalam komputer, atau 14 (empat belas)
untuk huruf yang lebih kecil dan Time New Romans.
g. Untuk huruf dalam sub bab digunakan huruf yang lebih besar
dari ukuran huruf pada uraian. Sedangkan untuk huruf judul
bab digunakan lebih besar dari ukuran huruf sub bab.
Misalnya, huruf uraian berukuran 12. Untuk sub bab dapat 13
atau 14 dan untuk judul bab, dapat 15 atau 16. Sedangkan
untuk penulisan yang menggunakan mesin tik biasa standar,
dapat digunakan pembedaan melalui huruf besar, atau digaris
dan dicetak tebal.
h. Untuk huruf yang dijadikan kutipan misalnya pengutipan yang
lebih dari lima baris maka huruf kutipan lebih kecil dari uraian
umum, mis : uraian menggunakan huruf berukuran 12
(komputer) maka kutipan dapat digunakan ukuran 11 atau 10
(komputer).

25
D. TATACARA PENGUTIPAN
Sistem pengutipan yang digunakan adalah sistem footnotes.
Footnotes, adalah catatan kaki halaman untuk menyatakan sumber
suatu kutipan, buah fikiran fakta-fakta atau ihktisar. Footnotes juga
dapat berupa komentar atas suatu teks yang dikemukakan. Untuk
lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:
1. Penomeran footnotes dimulai dengan nomor I dan Bab I secara
benlanjut untuk bab-bab berikutya;
2. Penomoran footnotes dalam naskah atau paparan/uraian karya
ilmiah disimpan pada akhir kalimat hasil kutipan;
3. Bentuk footnotes, adalah sebagai berikut:

Buku:
a. Nomor footnotes agak diangkat sedikit di atas baris, tetapi
tidak setinggi satu spasi (untuk mereka yang menggunakan
mesin tik standar), sedangkan untuk mereka yang
menggunakan komputer sistem ini akan berlangsung otomatis.
Nomor footnotes jauhnya 7 pukulan tik dari garis batas
(marjin) teks sebelah kiri. Kalau footnotes lebih dari dua baris,
baris kedua dan seterusnya dimuiai pada margin teks.
b. Pangkat atau gelar tidak dicantumkan. Pemuatan nama dimulai
dari nama (depan) kecil kemudian nama akhir;
c. Judul buku diberi garis dan dicetak miring;
d. Penulisan footnotes dengan urut-urutan sebagai berikut: nama
pengarang, judul buku, nama penerbit, kota penerbit, tahun
terbitan, halaman yang dikutip;
e. Pengarang lebih dari satu (misalnya dua atau tiga), maka Nama
pengarang harus dicantumkan seluruhnya.
f. Untuk pengarang lebih dari tiga orang, dicantumkan pengarang
pertama dan dibelakangnya ditulis dalam kurung (et. al)
singkatan dan et all artinya “dengan orang lain’;
g. Kumpulan karangan, yang dicantumkan cukup nama editornya
saja, dibelakangnya (ed);
i. Untuk buku yang tidak terdapat nama pengarangnya, cukup
disebut (ditulis) nama badan, lembaga, perkumpulan,
perusahaan, dan sebagainya;
j. Bila buku tersebut terjemahan, pengarang asli harus
dicantumkan kemudian dibelakannya nama penterjemah.

26
Contoh:
1). Anthon F. Susanto, Semiotika Hukum, Refika Aditama,
Bandung, 2005, hlm. 25.
2). Robert S. Woodworth dan Donald G. Marquis,
Psychology, Henry Holt and Company, New York, 1947, hlm. 56.
3). Florence B. Stratemeyer, (et. al), Developing a
Curriculum for Modern Living Bureau of Publications Teachers
College, Columbia University, New York, 1957, hlm. 57-58.
4). Donald P. Cotterell (ed), Teacher Education for a Free
People, The American Association of Colleges for Teacher
Education, New York, 1956, hlm. 220.
5). Magister Ilmu Hukum Unpad, Buku Panduan
Akademik, Alumni, Bandung, 2001, hlm. 5.
Majalah
Untuk majalah yang diberi huruf miring adalah nama
majalahnya, lihat contoh berikut:
1). Mochtar Naim, “Mengapa Orang Minang
Merantau?”, Tempo, 31 Januari 1975, hlm. 36.
Karangan Yang Tidak Diterbitkan
1). Anthon Freddy Susanto, “Makna Realitas Kontrol
Sebagai Konstruksi Sosial”, Tesis, Perpustakaan Magister Ilmu
Hukum Undip Semarang, hlm. 25.
Hasil Interview (wawancara)
1). Wawancara dengan Direktur Magister Ilmu Hukum
Universitas Padjajaran Bandung, 15 September 2001.
Bahan Yang Dikutip
1). Wiiliam H. Burton, The Guidance of Learning
Activities, D. Appleton-Century Company, Inc., New York, 1952,
hlmJ86, dikutip dan Ernest Hilgard, Theories of Lerning, Appleton,
New York, 1948, hlm. 37.

Media Masa
1) Hamzah Haz, Booming Layanan Syariah, dalam
Harian Pikiran Rakyat, Bandung, Sabtu 4 Oktober 2003.

Website
1) Muhammad M. Basyuni, Pokok-pokok pikiran Mengenai
Perbaikan Pelaksanaan Haji Tahun 2005 dan Kaitannya dengan
Hubungan Indonesia Arab Saudi,

27
http://www.menpan.go.id/file.kebijakan/pedu.pdf, diunduh pada
Selasa 16 November 2005, pukul 15.00 Wib.

Jurnal
1) Melani, 2006, Pemberian Sanksi Terhadap Pelaku
Mutilasi, Jurnal Ilmu Hukum Litigasi, Vo. 10, No. 1.

E. MEMPERCEPAT PENGUTIPAN DENGAN FOOTNOTES


1. Pemakaian Ibid
Ibid kepenDirektur dan ibidem yang artinya pada tempat
yang sama, dipakai apabila suatu kutipan diambil dari sumber
yang sama dengan yang langsung mendahuluinya dengan tidak
disela dengan sumber lainnya.
2. Pemakain Op.Cit
Op.Cit, singkatan dan Opere Citato artinya “dalam
karangan yang telah disebut”, dipakai untuk menunjuk kepada
suatu buku yang telah disebut sebelumnya lengkap pada halaman
lain dan telah diselingi oleh sumber lain. Apabila nama pengarang
sama, buku yang dikutip lebih dari satu, untuk menghindari
kesalahan sebutkan sebagian dari judul buku tersebut.

3. Pemakaian Loc.Cit
Loc.Cit singkatan dan Loco Citato artinya “pada tempat
yang telah disebut”. Digunakan untuk menunjuk kepada halaman
yang sama atau persoalan yang sama dari suatu sumber yang telah
disebut.

Contoh.
1). Muhammad Yamin, Proklanwsi dan Konstitusi Republik
Indonesia, Jembatan, Jakarta, 1958, hlm.9.
2). Ibid, hIm. 27.
3). R. Soepomo, Bab-bab Tentang Hukum Adat, Djambatan,
Jakarta, 1958, hIm. 32.
4). R.F. Beerling, Filsafat Dezoasa mi, Balai Pustaka,
Jakarta, 1951, hlm. 23.
5). Muhammad Yamin, op.cit, hlm. 33.
6). R. Soepomo, loc.cit.

28
F. TATA CARA PENULISAN DAFTAR PUSTAKA
a. Daftar Pustaka ditulis mulai dengan Nama Penulis, Judul buku,
Penerbit, Kota Penerbitan, Tahun Penerbitan.
b. Untuk penulisan Jurnal Ilmiah disusun sebagai berikut, Nama
Penulis, Judul, Nama Jurnal, Penerbit dan Kota
Penerbitan/lembaga yang menerbitkan (kalau ada), volume
penerbitan dan tahun diterbitkan.
c. Untuk Makalah disusun sebagai berikut, Nama Penulis, judul,
Acara penyampaian makalah, Tempat makalah itu disampaikan,
tanggal dan tahun disampaikan.
d. Untuk Perundang-undangan, ditulis nomor Undang-undangnya,
nama undang-undang, nama penyusun (pengkompilasi) penerbit
(apabila undang-undang itu diterbitkan oleh penerbit tertentu),
kota penerbitan, tahun penerbitan. Apabila tidak ada cukup ditulis
Nomor Undang-Undangnya dan nama Undang-Undang. Judul
Undang-Undang ditulis miring atau digaris bawah.
e. Surat Kabar ditulis, Nama Penulis, Judul, nama Harian Umum,
Tanggal Terbit, Tahun
f. Untuk Internet ditulis, Nama Penulis, Judul Tulisan, Website
dimana tulisan itu dimuat, Tahun dikunjunginya internet tersebut.
g. Apabila mengutip tulisan tanpa pengarang, maka yang paling
pertama ditulis adalah judul tulisan, dan seterusnya, namun pada
akhir mesti dijelaskan dengan menyatakan Nama penulis tidak
tercantum.
h. Tidak digunakan nama Gelar, akademik atau gelar-gelar lain di
luar dari nama
i. Nama penulis/pengarang disusun secara alphabetis
j. Apabila terdapat Nama Penulis yang sama dengan judul buku
yang berbeda maka yang terlebih dahulu ditulis adalah tulisan
atau karya terbaru (tahun paling akhir), kemudian ditulis secara
berurutan tahun-tahun berikutnya, apabila ada tahun penerbitan
yang sama maka yang terlebih dahulu ditulis adalah tanggal
penerbitan yang lebih awal;
k. Untuk nama yang sama tidak perlu namanya ditulis dua kali,
untuk memudahkan dapat digunakan underlines sebagaimana
contoh.
l. Ada cara lain untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan
memberikan huruf tertentu (sebagai pembeda) pada karya-karya
tersebut;
m. Judul buku dicetak miring atau diberi garis
29
n. Ditulis satu spasi (spasi rapat)
o. Daftar Pustaka diklasifikasikan, sesuai dengan yang telah dikutip
misalnya Buku Teks, Perundang-Undangan, Jurnal Ilmiah dan
Makalah, Surat Kabar, dan Internet.
Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam contoh sebagai berikut;

Contoh point a;
Anthon Freddy Susanto, “Makna Realitas Kontrol Sebagai
Konstruksi Sosial”, Refika Aditama, Bandung, 2002

Contoh point b;
Sunaryati Hartono, Pengaturan Hak Ulayat di dalam UUPA yang
baru, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 9, Tahun 1999
Contoh point c;
Jaja Ahmad Jayus, MAPS dalam HAM, Makalah disampaikan dalam
Semiloka HAM, kerjasama Magister Ilmu Hukum
Unpas dan KOMNAS HAM, Hotel Santika, 18
Desember 2004

Contoh point d;
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Raya

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, diterjemahkan Oleh Andi


Hamzah, Alumni, Bandung, 2002

Contoh point e;
Wagiman, Ketertiban dan Kepastian menurut Perda K3 di Kota
Bandung, Harian Umum Pikiran Rakyat, 23 Januari 2003.

Contoh Point f;
Jonathan Agmon, Trademark Protection for internet Address and
Domain Name, <http:f /www.cla.org/pub/intellectual
Property/internet Address,> diakses Bulan Oktober 1998.

Contab point g;
Tatacara Pendaftaran Tanah di Indonesia, Pedoman yang
dikeluarkan oleh BPN, tanpa pengarang dan tanpa tahun.

30
Contob point h, i dan j;
Satjipto Rahardjo, Sisi-sisi lain dari Hukum di Indonesia, Kompas,
Jakarta, 2003 (a)
__________ Sosiologi Hukum; Perkembangan Metode dan Pilihan
Masalah, Muhamadiyah Press, Surakarta, 2003 (b)

__________ Ilmu Hukum, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2001

G. BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM


PENULISAN10
1. Nama undang-undang ditulis lengkap sesuai dengan judulnya;
2. Penulisan pasal : contoh Pasal 5 ayat (1), P besar serta angka
ayat di antara tanda kurung. Mengingat Pasal I umumya
merupakan pasal berisikan pengertian, maka pasal tersebut tidak
mempunyai “ayat” akan tetapi “butir”;
3. Peraturan perundangan, seharusnya : peraturan perundang-
undangan.
4. Penulisan “di” digabung apabila merupakan awalan kata kerja
seperti “diatasi”. “Di atas” dilepas karena bukan awalan kata
kerja;
5. Penulisan kata majemuk “aneka ragam” dilepas, akan tetapi
“keanekaragaman” digabung, karena ada awalan “ke” dan
akhiran “an”;
6. Kata “analisa” seharusnya “analisis”, karena yang diambil
dalam transformasi ke dalam bahasa Indonesia adalah
pengucapannya dalam bahasa Inggris analysis, bukan bahasa
Belanda analyse.
Demikian pula “sistem” bahasa Inggris : system), bukan
“sistim” (bahasa Belanda : systeem);
7. Penulisan “...ir” seperti “diinventarisir” dan kata Belanda
“inventariseren” harus diganti menjadi “diinventarisasi” dan
kata Inggris “inventarization”;
Demikian juga dengan ploklamir menjadi proklamasi, introdusir
menjadi intro duksi, eksploitir menjadi eksploatasi dan
segalanya;

10
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan ini diambil dan catatan
Koesnadi Hardjasoemantri, yang umumnya digunakan sebagai pedoman penulisan makalah tugas Mata
Kuliah Hukum Lingkungan yang dibina oleh Beliau di beberapa Perguruan Tinggi (Pasca-Saijana Ilmu
Hukurn), Tulisan tanpa tahun dan tanpa penerbit.
31
8. Penulisan “kwalitas”, menjadi “kualitas”, karena tidak boleh
ada dua huruf mati berurutan, dengan beberapa pengecualian, di
antaranya kata “sanksi” tidak boleh sangsi, yang mempunyai
pengertian lain;
9. Penulisan “resiko” menjadi “risiko”, “tehnik” menjadi
“teknik”, “azas” menjadi “asas”;
10. Penulisan “efektip, produktip, negatip” huruf “p”nya diganti
dengan “f” menjadi “efektif, produktif, negatif” karena bangsa
Indonesia mengenal dan dapat mengucapkan huruf :“ f”;
11. Kata “f” memakai “f”, akan tetapi apabila berubah menjadi
“aktivitas” huruf “f” berubah menjadli “v”;
12. Kata “peruntukan” ditulis dengan satu “k”, yaitu awalan pe
dan akhiran an, akan tetapi “diperuntukan” ditulis dengan dua
“k” karena di sini dengan awalan di dan akhiran kan;
13. Kata “data-data” adalah keliru, karena “data” adalah jamak
dan kata “datum” yang tunggal;
14. Kata “yang mana, di mana” perlu diganti;
15. Perlu diperhatikan bentuk kalimat aktif dengan menggunakan
kata kerja dengan awalan “me” serta kalimat pasif dengan
menggunakan awalan “di”, seperti “Dalam Pasal 5
dinyatakan ...“ dan “Pasal 5 menyatakan “, jadi bukan “Dalam
Pasal 5 menyatakan ....“;
16. Penulisan “nonhayati” digabung karena kata “non” tidak
berdiri sendiri;
17. Dalam karya ilmiah dihindari kata seperti “tidak karuan,
seenaknya” yang digunakan sebagai ungkapan sehari-hari;
18. Penggunaan “adalah merupakan” perlu dipilih satu, karena
kedua-duanya adalah predikat.
19. Gelar tidak digunakan dalam naskah maupun dalam daftar
pustaka.
Dapat digunakan dalam ucapan terima kasih.
20. Penulisan referensi dapat dilaksanakan dengan menggunakan
sistem catatan kaki (footnotes) atau dimasukkan dalam teks di
belakang kutipan (nama penulis, tahun penerbitan : halaman);
Pilih di antara keduanya, tidak boleh dicampur.
21. Penomoran dapat dilakukan dengan sistem digital atau
penggunaan huruf dan angka dengan urutan : I, A, 1., a., 1), a),
(1), dan (a); Pilih di antara keduanya, tidak boleh dicampur.
22. Hindari kata seperti “sangat perlu sekali” yang bersifat
berlebihan;
32
23. Kata “konsepsional” adalah dari kata Belanda “conceptioneel”,
sebagaimana juga kata “konsepsi” dari kata Belanda
“conceptie”;
Adalah lebih tepat menggunakan kata “konseptual” dan kata
Inggris “conceptual”, sebagaimana juga kata “konsep” dan kata
Inggris “concept”;
24. Penggunaan bentuk jamak “saran-saran” tidak perlu, karena
“saran” mengandung makna tunggal maupun jamak;
25. Pengunaan tanda baca - hanya untuk pemenggalan kata; Dengan
demikian tidak digunakan untuk meluruskan garis kanan dan
atas ke bawah (“kosmetika”), juga tidak digunakan untuk
penomoran;
26. Mengingat program komputer pada umumnya adalah program
bahasa Inggris, perlu diperhatikan pemenggalan kata bahasa
Indonesia yang tidak dikenal oleh program komputer.
Caranya adalah dengan menggeser kata kedua, kata ketiga dan
seterusnya dari baris yang mengandung kesalahan pemenggalan
sampai diperoleh pemenggalan yang benar menurut bahasa
Indonesia;
27. Kata “sedangkan, sehingga, dan” tidak dapat digunakan sebagai
awal kalimat, karena merupakan kata penghubung;
28. Penggunaan kata “saya, kami, kita” dalam penulisan karya
ilmiah sejauh mungkin dihindarkan, diganti dengan “penulis”,
“peneliti” atau digunakan kalimat pasif (awalan di);
29. Sub-judul tidak boleh ditulis di bagian bawah halaman, akan
tetapi harus dipindahkan ke halaman berikutnya.
30. Kata “daripada” hanya digunakan apabila ada tandingannya,
tidak boleh untuk menyatakan kepunyaan;
31. Tidak perlu memulai kalimat dengan kata “bahwa”, yang hanya
dipakai sebagai permulaan konsiderans;
32. Antara sumber kutipan dalam naskah dan daftar pustaka, harus
ada hubungan timbal balik; yang ada dalam daftar pustaka
ditemukan sebagai sumber dalam naskah dan yang dikutip
dalam naskah terdapat sumbernya dalam daftar pustaka;
33. Guna memperoleh kalimat lengkap, perlu senantiasa diadakan
“analisis kalimat”, yang berarti bahwa perlu dalam benak
pikiran diadakan penyederhanaan kalimat, agar terlihat dengan
jelas apa yang menjadi predikat dan apa yang menjadi subyek.
Yang dapat menjadi predikat adalah selalu kata kerja yang

33
berjumlah satu. Yang dapat menjadi subyek adalah selalu kata
benda yang berjumlah satu;
34. Perlu dihindari pembuatan kalimat yang panjang-panjang,
sehingga menjadi tidak jelas makna kalimat karena mengandung
berbagai pikiran menjadi satu.
Seyogyanya satu pokok pikiran dituangkan dalam satu kalimat;
35. Penempatan tanda baca selalu “menempel” pada huruf atau
angka, tidak berdiri sendiri, seperti (“ekolabel”), tidak boleh
ditulis dengan spasi seperti “(ekolabel)”, atau “tahun 1996”.
Tidak boleh ditulis dengan spasi “1996”, dengan demikian
dihindarkan adanya tanda baca yang pindah ke baris berikutnya,
terlepas dari kata atau angka sebelumnya. Sebaliknya,
penggunaan tanda baca, selalu diikuti dengan spasi, seperti
setelah titik, koma, kurung tutup dan sebagainya.

34

Anda mungkin juga menyukai