Anda di halaman 1dari 45

1

BAB I PENDAHULUAN
Untuk menyelesaikan studi pada Program Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Batam (UNIBA), setiap mahasiswa diwajibkan menyusun tugas akhir berupa proposal dan tesis. Pada tahap awal sebelum mahasiswa menjalankan penelitian, mereka diwajibkan terlebih dahulu membuat usulan proposal penelitian. Proposal ini adalah merupakan sebagai panduan untuk penulisan karya ilmiah tesis. Tesis merupakan karya tulis ilmiah hasil penelitian mandiri untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat kesarjanaan Strata-2 (Magister) Ilmu Hukum pada Program Magister Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Batam (UNIBA) . Buku pedoman ini disusun dengan maksud untuk memberikan petunjuk praktis agar mahasiswa dapat memperoleh deskripsi secara jelas dan seragam mengenai tata cara penyusunan proposal penelitian dan penulisan laporan penelitian dalam bentuk tesis. A. PERSYARATAN Setiap mahasiswa yang akan menulis tesis diwajibkan memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Persyaratan Akademik. a. sudah menyelesaikan minimal 36 SKS. b. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimal 3.00 c. Telah mengikuti mata kuliah Metode Penelitian Hukum dengan nilai B. 2. Persyaratan Administrasi. a. Terdaftar sebagai mahasiswa pada semester berjalan. b. Telah menyelesaikan kewajiban administrasi keuangan. c. Telah mengikuti seminar proposal atau tesis. PROSEDUR Ada beberapa hal yang harus dilalui seorang mahasiswa untuk mengajukan prosposall tesis, yaitu : 1. Mahasiswa yang telah memenuhi persyaratan akademik dan administrasi berhak mengajukan proposal kepada Ketua Program MIH PPs. UNIBA. Selanjutnya, Ketua Program Magister Ilmu Hukum PPs. UNIBA akan menunjuk 2 orang Dosen Pembimbing dan 3 (tiga) orang dosen penguji yang dituangkan dalam Surat Keputusan Rektor PPs. UNIBA tentang Penunjukan Dosen Pembimbing dan Penguji Tesis. Jika Dosen Pembimbing yang ditunjuk menyetujui penunjukannya, mahasiswa menyerahkan proposal tesis kepada kedua pembimbing tersebut untuk diperiksa. 2. Proposal yang sudah disetujui oleh kedua Dosen Pembimbing akan diseminarkan dengan dihadiri oleh kedua Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji. Namun jika Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji yang ditunjuk tersebut menolak penunjukannya, maka penolakan tersebut harus dibuat secara tertulis yang ditujukan kepada Ketua Program Magister Ilmu Hukum PPs. UNIBA dan Ketua Program akan menunjuk Pembimbing dan Penguji pengganti.

B.

3. Dalam proses penyusunan tesis, baik dalam penulisan dan penelitian, mahasiswa dibimbing oleh kedua Dosen Pembimbing. Untuk memantau kegiatan penelitian dan penulisan tesis, PPs PMIH - UNIBA menerbitkan buku kegiatan bimbingan yang berisi laporan mahasiswa tentang kegiatannya. 4. Mahasiswa wajib memperbaiki tesis jika seandainya ada tambahan, perbaikan dan lain-lain pada waktu hasil seminar tesis dilaksanakan. Setelah mahasiswa melakukan penyempurnaan tesis mereka, mahasiswa harus mendapat persetujuan dari Dosen Pembimbing tesis yang sudah disetujui oleh kedua Dosen Pembimbing dapat diujikan. 5. Mahasiswa wajib menyerahkan kepada Ketua Program 5 (lima) eksemplar tesis yang siap untuk diujikan. Ketua Program akan menjadwalkan sidang ujian tesis, yang terdiri dari 2 (dua) orang Dosen Pembimbing dan 3 (tiga) orang Dosen Penguji yang dituangkan dalam SK Pengujian oleh Dekan Pascasarjana UNIBA. C. SEMINAR PROPOSAL PENELITIAN. 1. Seminar proposal merupakan rencana kerja mahasiswa dalam rangka penyusunan tesis, dengan kata lain usulan proposal penelitian adalah suatu kerangka tesis yang setelah diisi data empiris yang teruji menjadi sebuah tesis. 2. Seminar proposal penelitian dilaksanakan pada awal semester III setelah lulus semua mata kuliah semester I dan II, bagi mahasiswa reguler serta eksekutif dan bagi mahasiswa penyetaraan proposal penelitian dilaksanakan pada awal semester II setelah lulus semua mata kuliah semester I . 3. Pembahasan seminar proposal penelitian terdiri dari 2 (dua) orang anggota tim pembimbing dan 3 (tiga) orang penguji serta mahasiswa sekurang-kurangnya 5 (lima) orang. 4. Pada dasarnya seminar proposal penelitian ini dilaksanakan satu kali, apabila tidak lulus diulang paling banyak satu kali lagi. Batas waktu pengulangan adalah maksimum 3 (tiga) bulan sejak seminar pertama. 5. Seminar proposal dapat dilaksanakan setelah proposal disetujui oleh 2 (dua) orang dosen pembimbing yang kemudian didaftarkan ke sekretariat Program Magister Ilmu Hukum Pascasarjana UNIBA. Setelah 1 (satu) minggu kemudian Seminar Proposal dapat dilaksanakan dengan dihadiri sekurang-kurangnya 5 (lima) orang mahasiswa sebagai pembahas dan 2 (dua) orang dosen pembimbing atau sekurang-kurangnya dihadiri 1 (satu) orang dosen pembimbing. UJIAN TESIS. 1. UJIAN TESIS. a. Ujian tesis dilaksanakan setelah dilakukan perbaikan tesis sesuai petunjuk dan masukan-masukan yang diperoleh dalam seminar tesis yang sudah dilaksanakan serta telah disetujui oleh kedua pembimbing dan penguji. b. Ujian tesis dilaksanakan secara tertutup paling cepat 1 (satu) minggu setelah mahasiswa mendaftar ujian tesis ke sekretariat Program Magister Ilmu Hukum Pascasarjana UNIBA dan mendapat persetujuan dari Dekan Pascasarjana serta Wakil Rektor I UNIBA.

D.

c. Ujian tesis dihadiri 2 (dua) orang pembimbing dan 3 (tiga) orang penguji atau sekurang-kurangnya dihadiri 3 (tiga) orang yang terdiri dari 1 (satu) orang pembimbing dan 2 (dua) orang penguji. d. Penilaian isi tesis mencakup : 1. Keaslian ; 2. Bobot permasalahan ; 3. Landasan teori ; 4. Metode penelitian ; 5. Ketepatan cara pengumpulan data dan analisis data ; 6. Cara penyajian hasil, penarikan kesimpulan dan penyusunan saran. e. Peserta ujian tesis dapat dinyatakan : 1. Lulus yang dapat berupa : a) Lulus tanpa syarat. b) Lulus dengan syarat yaitu melakukan perbaikan tesis, akan tetapi tidak perlu diuji ulang dan cukup dievaluasi oleh Panitia Penguji. 2. Tidak lulus f. Mahasiswa yang mampu mempertahankan isi tesisnya dinyatakan lulus oleh Program dan berhak menyandang gelar Magister Ilmu Hukum. g. Ketua Program akan menyampaikan laporan pelaksanaan ujian tesis kepada Direktur untuk diteruskan kepada Rektor agar diterbitkan SK Yudisium kelulusan dan blangko ijazah. h. Peserta ujian tesis yang dinyatakan tidak lulus, wajib memperbaiki tesis atau menempuh ujian ulang dalam waktu 3 (tiga) sampai 6 (enam) bulan, sebanyak-banyaknya dua kali dan tidak melebihi batas waktu pendidikan yang telah ditentukan. i. Peserta ujian tesis yang tidak lulus dan telah melampaui batas waktu pendidikan diberi surat keterangan telah mengikuti Program Magister Ilmu Hukum oleh Program Pascasarjana.

BAB II USULAN PROPOSAL PENELITIAN


Penelitian adalah suatu metode yang dilakukan oleh seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dengan sempurna terhadap suatu masalah. Suatu penelitian dimulai dengan penyusunan usulan penelitian atau yang lazim disebut proposal. Proposal penelitian adalah suatu rencana dalam rangka pelaksanaan suatu penelitian. Proposal merupakan kerangka utama yang akan menuntun mahasiswa dalam melakukan kegiatan penelitian dan penulisan tesis. Dengan proposal ini seorang mahasiswa akan dapat memahami secara jelas arah penelitian serta penyusunan tesis yang akan dilakukan. Usulan Proposal penelitian dan tesis terdiri atas bagian awal, bagian isi dan bagian akhir. A. BAGIAN AWAL Bagian awal ini terdiri : 1. Halaman Judul Halaman judul memuat : judul, maksud pengajuan penelitian, nama dan nomor pokok mahasiswa, logo UNIBA, institusi dan tahun pengajuan usulan penelitian. Contoh halaman judul terdapat pada lampiran 4. 2. Halaman persetujuan Halaman ini berisi persetujuan pembimbing, lengkap dengan tanda tangan dan tanggal persetujuan. Contoh halaman persetujuan terdapat pada lampiran 5. B. BAGIAN ISI Bagian isi meliputi : a. Judul Penelitian b. Pendahuluan A. Latar Belakang B. C. D. E. F. G. H. Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kerangka Teori dan Kerangka Konsep Asumsi Keaslian Penelitian Metode Penelitian 1. Spesifikasi Penelitian 2. Lokasi, Populasi dan Sampel 3. Teknik Pengumpulan Data dan Alat Pengumpulan Data 4. Analisis Data 5. Jadwal Penelitian

I.

Sistematika Penelitian

DAFTAR KEPUSTAKAAN Masing-masing hal tersebut akan diuraikan secara rinci sebagai berikut : a. Judul Penelitian Judul penelitian dibuat singkat, jelas, menunjukkan dengan tepat masalah yang akan diteliti dan tidak memberikan peluang untuk penafsiran yang macam-macam, maka bahasa yang digunakan bahasa ilmiah dan mudah dipahami : 1. Syarat sebagai judul yang tepat dan baik a. Judul dalam kalimat pernyataan bukan pertanyaan. b. Cukup jelas dan singkat serta tepat. c. Berisikan variabel-variabel yang akan diteliti. d. Judul digambarkan keseluruhan isi dan kegiatan penelitian yang dilakukan. Contoh : Perlindungan hukum bagi korban kasus-kasus pertanahan di Provinsi KEPRI. 2. Merumuskan Judul Penelitian. Ada 4 aspek yang perlu dipertimbangkan. a. Masalah penelitian b. Jenis penelitian c. Variable yang akan diteliti dan d. Populasi dari penelitian. Contoh : Perlindungan Hukum bagi Korban Kasus-kasus Pertanahan di Provinsi KEPRI. b. Pendahuluan Pendahuluan Memuat antara lain : A. Latar Belakang. Latar belakang masalah merupakan suatu uraian yang mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan seorang peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hal tersebut. Peneliti harus mampu menjelaskan pentingnya tema/topik/masalah itu diteliti, baik secara teoritis maupun praktis. Pada bagian ini permasalahan secara jelas sudah muncul meskipun belum diformalkan sebagai permasalahan penelitian. Latar belakang masalah disusun berdasarkan hasil pemikiran peneliti, hasil kajian terhadap berbagai teks dan literature lainnya serta hasil penelitian terlebih dahulu jika ada. Pada bagian ini hendaklah dipaparkan tentang hal-hal yang sudah atau belum diketahui oleh peneliti. Secara teknis latar belakang penyusunan proposal tesis harus mengadung komponen-komponen antara lain :

a. b. c. d.

Tema Sentral Masalah Mekanisme Proses Timbulnya Masalah Motivasi yang Menggugah Penelitian Apa Yang Diharapkan dari Penelitian

a. Tema Sentral Dalam tema sentral terdapat 3 kata kunci : 1. Kondisional 2. Situasional yang didalamnya terkandung 3. Tantangan, tuntutan dan kesempatan. b. Mekanisme Proses Timbulnya Masalah Dalam mekanisme proses timbulnya masalah tercermin bahwa fenomena yang dihadapi bukan sekedar yang tampil sekilas di atas permukaan, melainkan sudah sejak lama di kenal dan berurat berakar masalah yang sangat dalam sampai dewasa ini belum tersentuh secara lengkap dari segi ilmu hukum. Motivasi yang Menggugah Penelitian : Hal ini menyangkut segi dampak positif dan dampak negatif. Apa yang diharapkan dari penelitian Hal ini menyangkut tujuan fungsional penelitian yaitu segi nilai manfaat praktis dan segi sumbangan ilmiahnya.

c. d.

B. Perumusan Masalah Merupakan pertanyaan mengenai objek empirik yang akan diteliti dan jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor faktor yang terkait didalamnya. Pada penelitian deskriptif tingkat masalah tidak mengadung hal problematik dan bentuk pertanyaannya sederhana saja misalnya, berapa banyak, bagaimana (how, many, who, how, where) dan belum sampai kepada mengapa demikian (why), tetapi didalam penelitian preskriptif analitik, terdapat hal yang sipatnya problematik yang memerlukan pemecahan masalah secara preskriptif untuk sementara didahului dengan asumsi yang kemudian diverifikasi kebenarannya melalui penelitian. Penelitian seperti ini disebut Prescriptive analytic, bukan lagi sekedar descriptif. Bentuk pertanyaannya bukan lagi sekedar who, where, how, tetapi menjadi mengapa (why) misalnya ; mengapa dan faktor-faktor apakah penyebab timbulnya korban dalam kasuskasus pertanahan khususnya mengenai ganti rugi tanah di Provinsi KEPRI dan siapa saja yang menjadi korban dalam kasus ganti rugi tanah tersebut. C. Tujuan Penelitian. Tujuan ini menjelaskan mengenai arah yang hendak dicapai dalam penelitian yang dilakukan atau dengan kata lain apa yang ingin diperoleh dengan melakukan penelitian tersebut. Untuk

mengsingkronkan antara perumusan masalah dengan tujuan penelitian dengan membalik kalimat pertanyaan pada perumusan masalah menjadi kalimat pernyataan pada tujuan penelitian. Contoh : Bagaimana aturan-aturan hukum yang mengatur perlindungan korban dalam kasus-kasus pertanahan di Provinsi KEPRI. Tujuan penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji serta mengetahui perlindungan hukum bagi pemegang saham minoritas menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Oleh karena itu tujuan penelitian pada hakikatnya antara lain : a. point yang disampaikan sama banyaknya dengan apa yang diidentifikasikan/dirumuskan pada identifikasi/perumusan masalah. b. dimulai dengan kata-kata meneliti.. atau mengkaji.. dan lainlain. c. jadi bukan hanya sekedar ingin mengetahui yang kontribusi hasil penelitiannya hanya bermanfaat bagi penelitiannya saja. D. Manfaat Penelitian Kegunaan/Manfaat Penelitian menjelaskan inplikasi yang diperoleh (out comes) apabila tujuan penelitian itu dapat dicapai. Kegunaan/Manfaat Penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi baik teoritis kepada disiplin ilmu hukum yang ditekuni oleh peneliti maupun praktis kepada para praktisi hukum. Disini dapat dijelaskan kegunaan secara teoritis dan praktis bagi pengembangan ilmu pengetahuan maupun bagi praktek. a. Kegunaan/manfaat yang bersifat teoritis adalah mengharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat menyumbangkan pemikiran dibidang hukum yang akan mengembangkan disiplin ilmu hukum(kaitkan kepada masalah penelitian). b. Kegunaan/manfaat yang bersifat praktis adalah bahwa hasil penelitian nantinya diharapkan dapat memberikan jalan keluar yang akurat terhadap permasalahan yang diteliti dan disamping itu hasil penelitian ini dapat mengungkapkan teori-teori baru serta pengembangan teori-teori yang sudah ada.(kaitkan kepada masalah penelitian). E. Kerangka Teori dan Konsep. 1. Kerangka Teori Pada bagian ini peneliti harus mengemukakan teori normative yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan dan harus dijelaskan variable penelitian tersebut serta hubungan antara variable yang dibentangkan pada penelitian tersebut. Apabila ada hasil penelitian yang terdahulu yang sejenis maka hasil penelitian itu perlu dipelajari dan dikaji berdasarkan hasil kajian tersebut

peneliti dapat memperbandingkannya sehingga dapat dilihat kelebihan dan kelemahannya. Kerangka teori akan membantu peneliti untuk memberikan arah dalam usaha memecahkan masalah dalam penelitian itu. Perkiraan ini bersifat teoritis sehingga masih diperlukan penelitian di lapangan. Suatu teori secara logis hapir konsisten artinya tidak ada hal-hal yang bertentangan didalam kerangka teori yang bersangkutan. Teori berisi pernyataan-pernyataan mengenai gejala tertentu dan pernyataan tersebut harus dapat diuji dalam penelitian. 2. Kerangka Konsep Kerangka konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang diteliti. Konsep merupakan salah satu unsur konkrit dari teori. Namun demikian, masih diperlukan penjabaran lebih lanjut dari konsep ini dengan jalan memberikan devenisi operasionalnya, yang untuk ilmu hukum dapat diambil misalnya dari peraturan Perundang-undangan. Defenisi operasionalnya mempunyai tujuan untuk mempersempit cakupan makna variable sehingga data yang diambil akan lebih terfokus F. Asumsi Asumsi berasal dari kata assumptio (latin). Sesuatu yang dianggap tidak mempengaruhi atau dianggap konstan. Asumsi menetapkan faktorfaktor yang diawasi. Asumsi dapat berhubungan dengan syarat-syarat, kondisi-kondisi dan tujuan. Asumsi memberikan hakikat, bentuk dan arah argumentasi. Asumsi (Anggapan Dasar) artinya jika hal-hal lainnya tidak berubah. Hal ini berhubungan dengan teori, dalil atau hukum yang biasanya dimulai dengan sebuah antiseden dengan kata-kata seperti seandainya, andaikata, apabila dan sebagainya. Dengan demikian kata asumsi, bermaksud pula untuk membatasi masalah. G.. Keaslian Penelitian. Keaslian penelitian perlu dijelaskan dan/atau ditegaskan oleh calon peneliti untuk menghindarkan adanya duplikasi baik mengenai judul, atau masalah yang menjadi focus kajian maupun lokasi atau objek penelitian yang akan atau sedang dilaksanakan. Selain itu, apabila tehadap judul dan masalah yang menjadi focus kajian ternyata telah pernah dilakukan (penelitian) oleh peneliti yang lain, maka perlu dijelaskan alasan yang mendukung tentang pentingnya dilakukan kajian ulang dengan menjelaskan/menegaskan perbedaannya dengan peneliti terdahulu. Masalah yang dipilih hendaknya asli belum pernah diteliti oleh peneliti terdahulu. Seandainya peneliti menemukan ada judul yang bersamaan maka peneliti dapat melihat si A telah melakukan penelitian dengan judul ..Masalahnya.Dan temuannya..

Sedangkan judul peneliti adalahmasalahnya yang akan dicari/ditemukan.. jadi dilihat dari judul penelitian yang ditemukan diperpustakaan dengan judul penelitian yang akan peneliti buat tidak sama sehingga judul penelitian ini benar-benar asli.

H. Metode Penelitian. Metode penelitian menjelaskan seluruh rangkaian kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka menjawab pokok permasalahan atau untuk membuktikan asumsi yang dikemukakan. Untuk menjawab pokok masalah penelitian dan membuktikan asumsi harus didukung oleh faktafakta lapangan dan hasil penelitian. Metode penelitian ini merupakan cara yang akan diterapkan oleh peneliti dalam penelitiannya yang akan dilakukannya. Metode penelitian yang digunakan tergantung kepada jenis penelitian yang dilakukan. Pada umumnya suatu penelitian social termasuk penelitian hukum dapat ditinjau dari segi dan sudut sifat, bentuk, tujuan dan penerapan serta sudut disiplin ilmunya. Sudut sifatnya, suatu penelitian dapat dibedakan menjadi penelitian eksploratif, diskriptif dan eksplanatoris. Dari sudut bentuk, suatu penelitian dapat dibedakan menjadi penelitian diagnostic, preskriptif dan evaluatif. Selanjutnya dari sudut penerapan, suatu penelitian dapat digolongkan dalam penelitian murni, penelitian terapan dan fokus masalah. 1. Spesifikasi Penelitian Spesifikasi penelitian hukum terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu : 1) Penelitian Hukum Normatif atau doktriner. Jika peneliti menggunakan penelitian hukum normatif atau Doktriner yang juga disebut sebagai penelitian perpustakaan atau studi dokumen, karena lebih banyak dilakukan terhadap data yang bersifat sekunder yang ada diperpustakaan. Pada penelitian normatif data sekunder sebagai sumber/bahan informasi dapat merupakan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tirtier. Pelaksanaan penelitian Normatif secara garis besar ditujukan kepada: a) Penelitian terhadap asas-asas hukum; misalnyanya terhadap hukum positif tertulis atau penelitian terhadap kaedah hukum yang hidup dalam masyarakat. b) Penelitian terhadap sistematika hukum; dilakukan dengan menelaah pengertian dasar dan sistem hukum dalam perundang-undangan. c) Penelitian terhadap singkronisasi hukum; yang dapat dilakukan baik singkronisasi secara vertical, berdasarkan atas hirarkhi perundang-undangan, atau singkronisasi horizontal, terhadap peraturan perundang-undangan sederajat.

10

d) Penelitian sejarah hukum; merupakan penelitian yang menitik beratkan pada perkembangan hukum. e) Penelitian terhadap perbandingan hukum yang menekankan dan mencari perbedaan dari berbagai sistem hukum. Kelima jenis penelitian hukum normatif tersebut mana yang relevan diterapkan dengan masalah penelitian penulis. Penelitian normatif juga ditunjang dengan data emperikal agar penelitinya mendapat hasil yang memadai sebagai kandungan ilmiah. Pada penelitian hukum normatif, data sekunder sebagai sumber/bahan informasi dapat berupa: a) Bahan hukum primer, misalnya Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undangundang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Daerah. b) Bahan hukum sekunder, misalnya karya-karya ilmiah, rancangan undang-undang (RUU) dan hasil penelitian. c) Bahan hukum tertier, misalnya di biliografi, kamus dan sebagainya. 2) Penelitian Hukum Empiris atau Sosiologis. Penelitian ini sering disebut dengan penelitian sosiologis atau penelitian lapangan, yang bertitik tolak pada data primer/data dasar, yaitu data yang didapat langsung dari masyarakat sebagai sumber pertama dengan melalui penelitian lapangan. Data primer diperoleh melalui penelitian lapangan misalnya melalui observasi, wawancara dengan penyebaran kuesioner . penelitian hukum sosiologis dapat direalisasikan kepada penelitian terhadap efektivitas hukum yang sedang berlaku atau penelitian terhadap identifikasi hukum. misalnya penelitian tentang efektivitas undang-undang hak cipta dalam mencegah pelanggaran hak cipta. Penelitian hukum primer tidak dapat dilakukan tersendiri terlepas dari penelitian hukum normative. Jadi, penelitian hukum empiris ini harus didukung juga dengan data sekunder atau studi dukomentasi sehingga diperoleh hasil yang memadai, baik dari segi praktek maupun kandungan ilmiahnya. Jika peneliti menggunakan penelitian empiris atau penelitian hukum sosiologis atau penelitian lapangan, maka titik tolak penelitiannya mempergunakan data primer yaitu data yang didapat langsung dari masyarakat sebagai sumber pertama dengan melalui penelitian lapangan. Penelitian hukum sosiologis dapat ditujukan kepada penelitian terhadap efektivitas hukum yang sedang berlaku atau pun penelitian terhadap identifikasi hukum. Misalnya; Penelitian tentang efektivitas undang-undang korupsi. Dalam hal ini permasalahannya, bagaimana

11

undang-undang korupsi. Dalam hal ini permasalahnnya bagaimana undang-undang korupsi itu dapat mengurangi/mencegah terjadinya korupsi yang merugikan keuangan Negara. Dalam penelitian hukum sosiologis atau empiris ini peneliti sebaliknya didukung juga oleh data sekunder atau studi dokumentasi tegasnya penelitian empiris atau sosiologis juga ditunjang penelitian normatif. Inilah yang seharusnya dilakukan dan dalam prakteknya agar penelitian ini dapat hasil yang memadai. Tegasnya spesifikasi penelitian ini (apakah jenisnya penelitian normatif atau sosiologis) tergantung kepada judul yang diambil oleh peneliti dan kedua jenis tersebut diatas tidak bisa digabung menjadi satu karena visi dan misinya berbeda. 2. Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel 1. Lokasi : Lokasi penelitian adalah tempat dimana si peneliti melakukan penelitian (tempat/daerah/kota), dengan disertai penjelasan mengenai alasan mengapa lokasi itu dijadikan sample penelitian. Lokasi penelitian ini ibarat kapal terbang dimana take of nya harus jelas dan dimana landingnya. 2. Populasi Adalah keseluruhan atau himpunan objek dengan ciri yang sama. Populasi dapat berupa himpunan orang, benda (hidup atau mati), kejadian, kasus-kasus, waktu atau tempat dengan sifat atau ciri yang sama. Contoh : Populasi jumlah korban kasus-kasus ganti rugi tanah di Provinsi KEPRI. Populasi atau Universe adalah seluruh objek atau seluruh individu atau seluruh gejala atau seluruh kejadian atau seluruh Unit yang akan diteliti. Dalam suatu penelitian sebenarnya tidak perlu meneliti semua objek atau semua gejala atau semua individu atau semua kejadian atau semua unit tersebut, untuk dapat memberi gambaran yang cepat dan benar mengenai keadaan populasi itu. Populasi tidak harus selalu berwujud manusia saja, tetapi dapat berupa gejala-gejala, tingkah laku, pasal perundang-undangan, kasus-kasus hukum, alat-alat pengajaran, cara-cara penyelenggaraan administrasi dan lainlain. 3. Sampel. Himpunan bagian atas sebagian dari populasi.

12

Penentuan secara tepat untuk populasi dan sampel dalam suatu penelitian hukum adalah penting karena. a. Untuk menentukan apakah penelitian yang akan dilakukan itu terhadap semua populasi atau hanya sampel saja. b. Dengan penentuan apakah dari sampel yang tepat akan dapat dinilai validitas data yang tinggi, kalau yang diteliti sampel-sampelnya saja maka harus disebutkan metode sampling yang dipergunakan. Dalam penelitian hukum Normatif biasanya metode sampling seringkali tidak dipergunakan, metode sampling pada umumnya hanya dipergunakan dalam penelitian-penelitian hukum yang bersifat empiris ataupun gabungan antara penelitian hukum normatif dan empiris. Contoh : Populasi dengan Sampel Populasi Mahasiswa UNIBA Batam sejumlah 2000
Fakultas

Sampel diambil 200 dari 6 Fakultas Kreteria : 1. Lulus SNMPTN 2.. Tamat SLTA 3. Dll.

Populasi remaja kecanduan narkotika di Batam Sampel dari 6 kecamatan Kreteria : Pernah berurusan dengan polisi, dan lain-lain Untuk menentukan sampel-sampel dalam praktek ada 3 cara yang dipakai : 1. Teknik Probality Sampling atau Random Sampling 2. Teknik Non Probality Sampling atau Non Random Sampling

13

3. Teknik gabungan Probality dan Non Probality sampling/ multistage sampling. ad.1. Teknik Probality Sampling atau Teknik Random Sampling. Yaitu teknik pengambilan sampel secara sembarangan atau tanpa pilih atau secara rambang, tetapi dimana setiap objek atau individu atau gejala yang memenuhi syarat mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Cara melakukan Random Sampling a. Cara Undian atau Lotre 1. Buatkan sebuah daftar objek dengan diberi nomor urut, beri kode-kode berupa angka pada setiap objek dipopulasi pada secarik kertas 2. Gulung kertas yang sudah di beri nomor kode tersebut dan masukkan kedalam sebuah kotak kemudian dikocok-kocok kotak tersebut. 3. Ambilah gulungan kertas-kertas tadi sesuai dengan jumlah sampel yang dibutuhkan. b. Cara Ordinal 1. Buatkan sebuah daftar dan berilah nomor urut. 2. Sebutkan nomor sampel pertama dengan menggunakan rumus. Misal: Untuk sampel yang diambil sudah di bentuk lebih dahulu umpama 200. Jumlah populasi 1000. 1000 = 5 200 sehingga dengan sampel yang diambil dimulai dari nomor 5 dari urutan sampel nomor 10:15:20:25 dan seterusnya sampai jumlahnya yang diperlukan yaitu 200 c. Randomisasi dari tabel bilangan Random. Cara ini dilakukan dengan mempergunakan tabel bilangan Random, yang biasanya terdapat dalam buku-buku statistik. Contoh: Populasi 3000 kepala keluarga diambil sampel sebesar 200 kepala keluarga. Nomor 2315 : 0554 : 1487: 1603 : 1899 dan seterusnya, angka-angka di bawah

14

atau lebih kecil dari 3000 ini yang diambil sampai jumlahnya 200 orang. Ad.2. Teknik Non-Probality Sampling atau Teknik Non Random Sampling a. Quota Sampling Proses perolehan sampel untuk memperoleh suatu jumlah tertentu, unsur-unsur yang diinginkan dengan cara memilih yang paling mudah dicapai oleh peneliti dari unsur-unsur memiliki ciri-ciri tertentu yang menarik perhatian peneliti. Quota sampling dapat dilakukan dengan mempergunakan berbagai macam daftar, misalnya daftar langganan telfon, daftar staf pengajar Perguruan Tinggi, daftar anggota suatu partai politik dan lain-lain. b. Accidental Sampling Peneliti akan dapat mencapai dan mengambil kasus-kasus yang diperolehnya dan melanjutkannya proses itu sampai diperoleh jumlah kasus yang direncanakan. Misal : seorang peneliti ingin mengetahui pendapat orang mengenai kasus tabrak lari, ia cukup meninjau di tempat itu terjadi dan mewawancarai orang-orang yang melihat kejadian itu. c. Purposive Sampling Cara mengambil sampel didasarkan pada tujuan tertentu. Teknik ini biasa di pilih karena alasan keterbatasan waktu, tenaga dan biaya sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar jumlahnya dan jauh letaknya, untuk menentukan sampel berdasarkan tujuan tertentu dan haruslah dipenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Harus didasarkan pada ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu yang merupakan ciri utama populasi. 2. Subjek yang diambil sebagai sampel harus benar-benar merupakan subjek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi.

15

3. Ketentuan karakteristik populasi dilakukan dengan teliti dalam studi pendahuluan (PRELIMINARY RESEARCH). Ad.3. Teknik Gabungan Probality dan Non Probality Sampling /Multistage Sampling Pengambilan sampel dilakukan secara bertahap, terdiri dari dua tahap atau lebih. Pertama populasi dibagi dalam unit-unit tertentu dari mana sampel ditarik, untuk kemudian pada tahap ke dua setiap unit di tarik lagi sampel. Dengan demikian akan dapat disusun unit-unit secara hirarkhis sesuai dengan pustaka dan sampling. Contoh : apabila peneliti ingin mendapatkan sampel yang terdiri dari 30 keluarga dari suatu RW dari sebuah kota di Indonesia Jumlah RT ada sepuluh dari RW yang bersangkutan, sedangkan jumlah keluarga di dalam RT adalah sepuluh. Secara Random dipilih lima RT dan untuk setiap RT dipilih enam keluarga secara Random. Teknik Pengumpulan Data dan Alat Pengumpulan Data Alat pengumpulan data dapat berupa : 1. Studi kepustakaan/studi dokumen (Documentary Study). 2. Wawancara (Interview). 3. Daftar pertanyaan (Kuesioner angket). 4. Pengamatan (Observasi). Pada prakteknya keempat jenis alat pengumpul data tersebut dapat dipergunakan secara bersama-sama, kecuali dalam hal penelitian hukum normatif. Oleh karena dalam penelitian hukum normatif pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan. Ad.1. Studi Kepustakaan. Dalam penelitian hukum dapat dibedakan antara: a. Penelitian hukum normatif atau penelitian hukum doktrinal yaitu penelitian hukum yang mempergunakan sumber data sekunder. b. Penelitian hukum empiris atau penelitian hukum sosiologis yaitu penelitian hukum yang memperoleh data dari data primeir yaitu data yang diperoleh langsung dari masyarakat. Penelitian hukum normatif merupakan penelitian kepustakaan yaitu penelitian terhadap data sekunder. Data sekunder berupa : 1. Data sekunder yang bersifat pribadi

3.

16

a. dokumen-dokumen pribadi b. data pribadi yang tersimpan di lembaga-lembaga ditempat yang bersangkutan bekerja. 2. Data sekunder yang bersifat publik a. data arsip b. data resmi pada instansi-instansi pemerintah c. data yang dipublikasikan misal Yurisprudensi Mahkamah Agung RI. 3. Data sekunder dibidang hukum dapat dibedakan : a. Bahan-bahan hukum primeir (1) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. (2) Undang-undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang. (3) Peraturan Pemerintah. (4) Peraturan Presiden. (5) Peraturan Daerah. b. Bahan-bahan hukum sekunder yaitu bahanbahan yang berhubungan dengan bahan hukum primeir dan dapat membantu menganalisa dan memahami bahan hukum primeir, antara lain: 1. Rancangan peraturan-peraturan perundangundangan. 2. Hasil karya ilmiah para sarjana. 3. Hasil-hasil penelitian. c. Bahan Hukum Tertier yaitu bahan- bahan yang memberikan informasi tentang bahan primer dan sekunder. Misalnya : 1. Bibliografi 2. Indek komulatif. Ad.2 Wawancara (Interview) Adalah cara untuk memperoleh informasi dengan bertanya langsung pada yang diwawancarai, wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi. Syarat-sayarat wawancara antara lain : a. Sebelum wawancara dilakukan pewawancara sudah tahu hal-hal yang nantinya akan ditanyakan. Hal ini berarti wawancara harus dilakukan secara sistimatis, pewawancara tidak boleh mengarang-ngarang pertanyaan seadanya. b. Pewawancara harus terlebih dahulu menciptakan hubungan baik (Rapport).

17

Hal ini penting untuk menghilangkan kecemasan yang diwawancarai, memberikan jaminan bahwa jawaban-jawabannya tidak akan menimbulkan konsekwensi yang merugikan dirinya dan membangkitkan keinginan bekerjasama. c. Pewawancara harus waspada dalam menghadapi saat-saat kritis yaitu saat dimana yang diwawancarai mulai mengalami kesukaran untuk tetap memberikan jawaban yang sebenarnya kesulitan ini dapat timbul disebabkan karena pertanyaan yang diberikan terasa menyangkut segi kehidupan yang sangat mendalam atau jawaban yang jujur dirasakan oleh yang bersangkutan sebagai hal yang akan mengancam harga dirinya. Dalam hal yang demikian ini pewawancara harus mampu memelihara situasi yang baik dengan berbagai cara. d. Penutup wawancara hendaknya merupakan usaha agar yang diwawancarai tidak merasa habis manis sepah dibuang e. Tipe-tipe wawancara yang didasarkan pada peranan wawancara adalah : 1. Wawancara tidak terarah (Non directive Interview) Tipe wawancara ini disebut wawancara tidak terpimpin atau wawancara tidak berstruktur. Ciri utama adalah : bahwa seluruh wawancara tidak didasarkan pada suatu sistem atau daftar pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu. 2. Wawancara terarah (Directive Interview) Didalam wawancara terarah terdapat pengarahan atau struktur tertentu. a. Rencana pelaksanaan wawancara b. Mengatur daftar pertanyaan serta membatasi jawaban-jawaban. c. Memperhatikan karakteristik pewawancara maupun yang diwawancarai. d. Membatasi aspek-aspek masalah yang diperiksa. 3. Wawancara yang difokuskan (Focused Interview) Adalah wawancara dimana yang diwawancarai mempunyai pengalaman-pengalaman dalam melakukan tingkah laku-tingkah laku yang dilaksanakan bersama-sama dengan pelaku utama yang menjadi obyek penelitian ini dilakukan wawancara untuk mengetahui akibat-

18

akibat dari pengalaman-pengalaman para pelaku peserta dengan cara menyoroti akibat-akibat aktual dari pengalaman-pengalaman sebagaimana yang digambarkan para pelaku peserta. Penggunaan wawancara yang difokuskan didasarkan asumsi bahwa dengan mempergunakan teknik tersebut akan diungkapkan reaksi-reaksi pribadi, perasaanperasaan dan faktor-faktor mentalitas. 4. Wawancara Kedalam (Depth Interview ) Wawancara mendalam merupakan prosedur yang dirancang untuk membangkitkan pernyataan-pernyataan secara bebas yang dikemukakan bersungguh-sungguh secara terus terang. Apabila dilakukan hati-hati dan dengan keahlian yang tinggi, wawancara mendalam dapat mengungkapkan aspek-aspek penting dari suatu situasi psikologis yang tidak mungkin diketahui untuk memahami tingkah laku yang diamati serta pendapat dan sikap-sikap yang dilupakan. Ad.3. Daftar Pertanyaan (Kuesioner atau angket). Kuesioner dipergunakan untuk mendapatkan data dari populasi yang luas atau populasi yang terdiri dari beraneka macam golongan atau kelompok yang tersebar. Penggunaan kuesioner mempunyai dua fungsi utama : 1. Untuk mendapatkan Deskripsi mengenai suatu gejala. 2. Untuk keperluan pengukuran variable dari individu maupun dari kelompok. Dengan memperoleh gambaran melalui penggunaan kuesioner, peneliti dapat memperoleh pengetahuan yang mendalam mengenai suatu gejala, mampu untuk menjelaskan mengenai gejala tersebut bahkan dapat membuat prediksi-prediksi. Tipe Kuesioner 1. Jawaban tertutup 2. Jawaban terbuka 3. Jawaban suatu kombinasi dari keduanya Ad.4. Pengamatan (Observasi) 1. Tujuannya What people do atau apa yang dilakukan oleh seseorang. 2. Tujuan umumnya untuk mengetahui ciri-ciri dan luasnya hubungan prilaku manusia pada gejala sosial

19

yang serba komplit dalam bentuk pola-pola budaya tertentu. 3. Observasi dilakukan dengan maksud untuk tercapainya tujuan tertentu, dengan sebelumnya sudah mempersiapkan masalah-masalahnya, konsep-konsepnya. 4. Bentuk Pengamatan a. Pengamatan berstruktur/terkontrol sudah dipersiapkan terlebih dahulu secara terperinci, hal-hal yang akan diamati yang dituangkan pada lembar pengamatan. b. Pengamatan tak berstruktur Tidak ada perincian hal-hal yang harus diamati semua gejala yang muncul disebut sebagai suatu proses dari awal hingga akhir. c. Ciri-ciri Yang Diamati 1. Faktor Pekerjaan. 2. Faktor Ekonomi. 3. Faktor Politik dan Hankam. 4. Faktor Kebudayaan Khusus. 5. Faktor Normatif (normatif hukum, Kesusilaan, kesopanan, kepercayaan yang berlaku dalam masyarakat); Pengumpulan Data. Prosedur pengambilan data dan pengumpulan data peneliti harus mengusahakan sebanyak mungkin data yang diperoleh atau dikumpulkan mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan peneliti, disini peneliti mempergunakan data primer dan sekunder data yang diperoleh dengan cara sebagai berikut : 1. Studi kepustakaan. Studi kepustakaan ini untuk mencari konsepkonsep, teori-teori, pendapat-pendapat atau penemuan-penemuan yang berhubungan erat dengan pokok permasalahan. Kepustakaan tersebut dapat berupa : peraturan perundang-undangan, karya ilmiah para sarjana dan lain-lain. 2. Studi Lapangan. Studi lapangan adalah cara memperoleh data yang bersifat primer. Dalam hal ini akan diusahakan untuk memperoleh data-data dengan mengadakan tanya jawab (wawancara) dengan berbagai aparat penegak hukum yang terlibat

20

dalam proses peradilan pidana dan orang biasa yang tersangkut dalam proses peradilan pidana sebagai tersangka atau terdakwa. 4.. Analisis Data. Analisis data dalam penelitian hukum mempergunakan metode kualitatif bukan kuantitatif, karena tanpa menggunakan rumusan statistik, sedangkan penggunaan angka-angka hanya sebatas angka persentase sehingga diperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh mengenai masalah yang diteliti. Prosedur pemecahan masalah tersebut menggunakan metode Deskriptif karena masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dll.) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya. Mendeskripsikan fakta-fakta itu pada tahap permulaan tertuju usaha mengemukakan gejalagejala secara lengkap di dalam aspek yang diteliti agar jelas keadaan atau kondisinya. Metode deskriptif ini tidak lebih dari pada penelitian yang bersifat penemuan fakta-fakta seadanya (fact finding) termasuk juga usaha mengemukakan hubungan satu dengan yang lain dalam aspek yang diteliti itu. Pendekatan kualitatif landasannya menekankan pada pola tingkah laku manusia yang dilihat dari Frame of Reference si pelaku itu sendiri, jadi individu sebagai actor sentral perlu dipahami dan merupakan satuan analisis serta menempatkannya sebagai bagian dari suatu keseluruhan (Holistik) . Sedangkan penelitian kulitatif lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisisnya terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah. Hal ini bukan berarti bahwa pendekatan kualitatif sama sekali tidak menggunakan dukungan data kuantitatif akan tetapi penekanannya tidak pengujian hipotesis melainkan pada usaha menjawab pertanyaan penelitian melalui cara-cara berfikir formal dan argumentatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian sampel kecil. Pada umumnya dalam penelitian hukum pendekatan yang dilakukan lebih menitik beratkan secara kualitatif.

21

Contoh: Jika penelitian itu merupakan penelitian hukum normatif, maka analisis data dilakukan secara kualitatif, karena penelitian hukum normatif bertitik tolak dari peraturan peraturan yang ada sebagaimana norma hukum positif. Sedangkan kualitatif dimasudkan analisis data yang bertitik tolak pada usaha-usaha penemuan asas-asas dan informasi yang bersifat ungkapan monografi dari responden. 5. Jadwal Penelitian Jadwal penelitian ini disusun berdasarkan sistematika atau tahapan yang dimulai dari pelaksanaan penelitian hingga ke tahap analisis data dan penulisan laporan penelitian. Penyusunan jadwal penelitian ini dilakukan dengan cermat dengan selalu mempertimbangkan batas waktu yang tersedia. Dalam jadwal penelitian ini ditujukan : a. Tahap-tahap penelitian b. Rincian kegiatan pada setiap tahap, dan c. Waktu yang diperlukan untuk disajikan dalam bentuk matriks atau uraian g. Sistematika Penelitian. Sistematika penulisan merupakan rencana isi tesis yang akan disusun, sebagai gambaran awal untuk menilai kerangka materi yang akan ditulis oleh penyusunan tesis. Contoh Sistematika Penulisan. Bab I : Adalah menguraikan secara deskripsi sebagaimana yang diuraikan dalam proposal penelitian. Bab II : Menguraikan secara deskripsi kajian yang akan dilakukan berdasarkan rumusan masalah pertama. Bab III : Menguraikan secara deskripsi kajian hukum yang akan dilakukan berdasarkan perumusan masalah kedua. Bab IV : Menguraikan secara deskripsi kajian hukum sebagaimana yang diuraikan dalam rmasalah ketiga. Bab V : Merupakan kesimpulan dan saran dimana kesimpulan yang akan dirumuskan adalah merupakan jawaban terhadap masalah-masalah penelitian. Sedangkan saran merupakan rekomendasi rekomendasi dari hasil temuan peneliti sehubungan dengan perumusan masalah yang diteliti.

22

3. BAGIAN AKHIR. 1. Daftar Pustaka Daftar Pustaka atau referensi memuat semua bahan-bahan yang digunakan sebagai sumber acuan dalam penyusunan usulan penelitian (proposal). Semua sumber tersebut harus ditulis dalam referensi berupa buku, jurnal ilmiah, maupun artikel-artikel ilmiah yang dimuat di berbagai majalah atau Koran, yang jumlahnya minimal 60 (enam puluh) literatur/daftar pustaka. Tata cara penulisan daftar pustaka dapat dilihat pada tata cara penulisan tesis. a. Tanpa nomor urut (Alfabetis). b. Tanpa gelar akademik. c. Dahulukan nama famili (keluarga) bagi kepustakaan asing. d. Bagi penulis Indonesia jika tidak diketahui familinya, ditulis apa adanya. e. Judul buku maupun artikel dicetak miring ( italic). f. Susunannya terdiri dari: buku, jurnal, karya ilmiah, disertasi, tesis, skripsi dan lain-lain, terbitan perundang-undangan, dan surat kabar. 2. Lampiran Lampiran merupakan dokumen pendukung proses penelitian, misalnya kuesioner atau dokumen lain yang secara substansial dipandang perlu untuk ditunjukkan.

Tentatif (jika ada)

23

BAB III TESIS


Tesis ditulis berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan. Secara garis besar tesis memuat bagian awal atau depan bagian isi dan bagian akhir. A. BAGIAN AWAL Bagian awal atau depan mencakup halaman judul dan halaman persetujuan. 1. Halaman Sampul depan a. Judul tesis, ditulis dengan menggunakan huruf Kapital ukuran 16, sedangkan anak judul dengan ukuran huruf 14. b. Tulisan tesis c. Maksud penulisan tesis, yaitu Diajukan untuk memenuhi tugas akhir dalam rangka memperoleh gelar Magister Ilmu Hukum, ditulis dengan huruf ukuran 12. d. Nama penulis, yang ditulis dengan huruf capital, ukuran huruf 14, dan nomor pokok penulis yang ditulis di bawah nama penulis. e. Lambang UNIBA f. Tulisan PMIH PPs. UNIBA dan tahun penulisannya. Contoh halaman sampul depan terdapat pada lampiran 6. 2. Halaman Judul Sama seperti pada halaman sampul depan, tetapi ditulis di atas kertas putih (A4). 3. Halaman Persetujuan Pembimbing Halaman ini memuat : a. Judul tesis, ditulis dengan menggunakan huruf capital dengan ukuran 14. b. Tulisan : Tesis telah disetujui untuk diujikan oleh Panitia Penguji c. Nama dan tanda tangan Pembimbing Tesis dan Ketua Program PMIH Contoh halaman persetujuan pembimbing terdapat pada Lampiran 5. 4. Halaman Pengesahan Halaman ini memuat : a. Tulisan : Tesis ini telah dipertahankan di hadapan Panitia Penguji yang dibentuk oleh PMIH PPs UNIBA dan dinyatakan lulus dalam ujian, pada hari/tanggal. b. Nama dan tanda tangan Dosen Penguji Tesis Contoh halaman pengesahan terdapat pada lampiran 9. 5. Kata Pengantar Kata pengantar memuat uraian singkat tentang maksud tesis, penjelasanpenjelasan dan ucapan terima kasih penulis kepada pihak-pihak yang dianggap berperan/berkontribusi dalam penulisan tesis.

24

6. Daftar Isi Halaman ini berfungsi sebagai pedoman awal bagi pembaca untuk mengetahui kandungan isi pokok yang ada dalam tesis tersebut. Perumusan yang meliputi judul bab, sub bab dan anak sub bab serta uraian mengenai hal-hal yang terdapat pada bagian awal tesis. 7. Daftar Tabel dan Gambar (kalau diperlukan) 8. Daftar Indeks Memuat istilah-istilah yang berbahasa asing, yang disusun secara alphabetis, diakhiri dengan tanda koma dan disertai dengan nomor halaman tempat istilahistilah itu terdapat dalam tesis. 9. Daftar Lampiran Daftar lampiran ini memuat urutan judul lampiran. 10. Abstrak Abstrak ditulis dalam 2 (dua) bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Abstrak merupakan uraian singkat tapi lengkap tentang permasalahan, tujuan penelitian, metode penelitian, hasil penelitian serta kontribusi dari hasil penelitian. Abstrak tidak melebihi 1 (satu) halaman dan tulisan dengan jarak 1 (satu) spasi. Abstrak tidak menulis nama pembimbing dan dibawahnya dibuat kata-kata kunci (Key-words) B. BAGIAN ISI Bagian pokok tesis memuat badan tesis yang merupakan hasil penelitian yang dijabarkan sebagai berikut : 1. Pendahuluan Pendahuluan lebih sering ditulis dalam Bab I, dan berisi uraian-uraian tentang latar belakang penelitian, Identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan/manfaat penelitian, keaslian penelitian, kerangka teori dan kerangka konsep, metode penelitian, dan sistematika penelitian. Uraian demikian sebenarnya sudah termuat dalam rencana penelitian (proposal yang sebelumnya telah dibuat). Jadi, Bab Pendahuluan pada hakekatnya berisi uraian yang hampir sama dengan proposal yang telah disempurnakan. 2. Hasil Penelitian Hasil penelitian dipaparkan melalui Bab Penyajian Data dan Analisis Data. a. Penyajian Data Pada bagian ini, data yang disajikan dapat berupa data yang diperoleh dari buku-buku, hasil penelitian, terdahulu dan bentuk literature lainnya. Hasil penemuan dan penelitian yang disajikan berupa data yang sudah melalui pengolahan, baik editing dan tabulasi. Jadi, data yang disajikan bukan berupa data mentah. Penyajian data sebaliknya dilakukan secara kronologis dan sistematis, sesuai dengan materi-materi pembahasan. Penyajian data selain dimaksudkan untuk mengungkapkan penemuanpenemuan di lapangan, dimungkinkan juga untuk mempermudah melakukan analisis atas data. Penyajian data ini dapat berupa gambaran umum (deskripsi) atas responden atau lokasi penelitian, atau tabel-tabel atau pemaparan mengenai materi yang dimuat dalam dokumen yang diperoleh dari penelitian.

25

b. Analisis Data Analisis data merupakan bagian dari hasil penelitian di samping penyajian data. Data yang telah disajikan dianalisis melalui pendekatan kualitatif. Kadang-kadang bab penyajian data disatukan dengan analisis data, menjadi bab penyajian data dan analisis data, sehingga dengan cara demikian data yang disajikan langsung dianalisis. 3. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan pada hakikatnya merupakan jawaban terhadap masalah yang dibuat secara berurutan misalnya kesimpulan pertama jawaban terhadap masalah pertama sedangkan kesimpulan kedua jawaban terhadap masalah kedua dan kesimpulan ketiga jawaban terhadap masalah ketiga yang masingmasing hal tersebut diatas dapat dibuat beberapa sub-sub perumusan berdasarkan penemuan-penemuan lapangan serta analisis dari hasil penelitian si peneliti. Sedangkan saran adalah rekomendasi terhadap hasil penelitian perdasarkan rumusan masalah yang diteliti. C. BAGIAN AKHIR Bagian akhir berisikan Daftar Pustaka dan Lampiran. 1. Daftar Pustaka Semua bahan-bahan bacaan atau referensi yang diperlukan sebagai bahan penyusunan penulisan laporan harus ditulis kembali dalam suatu daftar yang disebut daftar kepustakaan. Semakin banyak bahan referensi/bahan pustaka yang digunakan akan menambah bobot ilmiah hasil penelitian, asal tepat dalam penggunaan atau pengungkapannya. Tata cara penulisan daftar pustaka dapat dilihat pada bagian tatacara penulisan tesis. 2. Lampiran Tidak ada aturan yang secara tegas terhadap keharusan pemuatan lampiran dalam suatu laporan penelitian. Pada umumnya apabila ada suatu keterangan atau informasi yang tidak mungkin dimasukkan seluruhnya dalam isi laporan, akan dimasukkan dalam lampiran. Misalnya undang-undang; naskah perjanjian; surat bukti telah melakukan penelitian dari instansi tertentu, tempat dilakukannya penelitian.

Tentatif (jika ada)

26

BAB IV TATA CARA PENULISAN


A. BAHAN DAN UKURAN Kertas yang digunakan adalah jenis HVS tanpa garis, berat 80 gram, dengan ukuran A4 (21 x 29.7 cm). TATA CARA PENGETIKAN 1. Huruf Tesis diketik memakai computer dengan program pengolah kata misalnya Microsoft World atau World perfect dengan huruf Arial dengan ukuran huruf (font size): a. Judul tesis : 16 b. Subjudul : 12-14 c. Judul bab : 14 d. Sub bab : 12 e. Naskah : 12 Judul tesis, Bab dan Sub bab tesis diketik tebal (bold). Pengetikan tesis dilakukan pada satu halaman (tidak bolak balik). Jarak ketikan adalah 2 (dua) spasi (kecuali untuk abstrak, jarak pengetikan 1 (satu) spasi), dengan batas pengetikan diatur sebagai berikut : a. tepi atas = 4 cm b. tepi bawah = 3 cm c. tepi kiri = 4 cm d. tepi kanan = 3 cm Setiap bab dimulai pada halaman baru. Judul ditulis dengan huruf besar (capital) semua, disusun simetris, tanpa diberi garis bawah dan tidak diakhiri dengan titik, serta dicetak tebal, dengan jarak 4 cm dari tepi atas. Sub Bab diketik mulai dari batas tepi kiri, tetapi hanya huruf pertama saja yang memakai huruf besar, tidak diakhiri dengan titik serta dicetak tebal. Kalimat pertama sesudah sub bab dimulai dengan alinea baru. Penulisan sub bab dan anak sub bab tidak boleh terpisah dan uraian kalimat pada halaman yang sama. Jika tidak memungkinkan maka penulisan sub bab dan anak sub bab dipindahkan pada halaman berikutnya. 2. Alinea Aline merupakan suatu kesatuan pikiran yang dihimpun dari beberapa kalimat yang saling bertalian untuk membentuk sebuah gagasan. Dalam alinea itu gagasan menjadi lebih jelas oleh uraian-uraian tambahan yang maksudnya untuk menunjukkan pokok pikiran secara lebih jelas. Alinea baru dimulai pada ketikan ke 7 (tujuh) dari batas kiri. Dalam satu alinea memuat minimal 5 (lima) baris dan maksimal 15 (lima belas) baris. Sedapat mungkin dihindari kalimat yang terlalu panjang, karena dapat mengaburkan makna kalimat secara keseluruhan.

B.

27

C.

PENOMORAN 1. Nomor halaman a. Bagian awal laporan, mulai dari halaman judul sampai abstrak diberi nomor halaman dengan angka romawi kecil. b. Bagian pokok dan bagian akhir, mulai dari Bab I sampai dengan halaman terakhir memakai gabungan abjad dan angka arab sebagai contoh berikut ini : BAB I PENDAHULUAN A 1 a 1) a) (1) (a) c. Nomor halaman ditempatkan di kanan atas, kecuali kalau ada halaman yang memuat judul bab, maka nomor halaman diletakkan di bagian bawah tengah. d. Jumlah halaman tesis minimal 120 (seratus dua puluh) halaman tidak termasuk lampiran. 2. Tabel (kalau ada) Tabel diberi nomor urut dengan menggunakan angka Arab. 3. Lampiran (kalau ada) Lampiran diberi nomor urut dengan angka Arab

D.

BAHASA 1. Penulisan a. Bahasa yang digunakan dalam tesis adalah bahasa Indonesia yang baku dengan ejaan yang disempurnakan (EYD) b. Apabila suatu kata atau istilah berasal dari bahasa asing, usahakan mencari padanan katanya yang sesuai atau yang telah diserap dalam bahasa Indonesia. Untuk istilah asing yang belum ada padanan katanya dalam bahasa Indonesia, digunakan istilah aslinya dan ditulis miring (italic) c. Pernyataan-pernyataan dalam tesis tidak boleh menggunakan kata ganti orang ke satu atau ke dua seperti saya, aku, engkau, anda, kami, dan kita. Pada penyajian ucapan terima kasih. Pada Kata Pengantar, istilah saya diganti Penulis. 2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan a. Kata penghubung, seperti, sehingga, maka, sedangkan, sementara dan lainlain tidak boleh dipakai untuk memulai suatu kalimat. b. Penggunaan kata depan, misalnya pada, harus dipakai pada tempatnya. c. Awalan ke dan di harus dibedakan dengan ke dan di sebagai kata depan. d. Tanda baca harus dipergunakan dengan tepat. e. Penggunaan huruf capital harus sesuai dengan ketentuan dalam pedoman umum ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan.

28

E.

KUTIPAN Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seseorang pengarang atau ucapan dari seorang terkenal baik terdapat dalam buku-buku maupun majalahmajalah. Menurut jenisnya kutipan dapat dibedakan atas : 1. Kutipan langsung : Kutipan langsung adalah pinjaman pendapat dengan mengambil secara lengkap kata demi kata, kalimat demi kalimat dari sebuah teks asli. Pada waktu membuat kutipan langsung tidak berubah naskah asli yang dikutip. Kalaupun perlu mengadakan perubahan maka penulis harus memberi keterangan bahwa kutipan itu dirubah. Caranya dengan memberi huruf tebal atau memberi keterangan dengan tanda kurung segi empat.. Bila dalam kutipan terdapat kesalahan atau keganjilan maka penulis tidak boleh memperbaiki kesalahan itu, penulis harus mengutip sebagaimana adanya. Penulis diperkenankan untuk mengadakan perbaikan atau catatan terhadap kesalahan itu dengan cara menempatkan pada catatan kaki. Apabila bagian kutipan ada yang dihilangkan, penghilangan tersebut harus dinyatakan dengan cara membubuhkan tanda ellipsis (yaitu dengan tiga titik). Penghilangan bagian kutipan tidak boleh mengakibatkan perubahan makna asli naskah yang dikutip. Cara mengkutip dapat dilakukan sebagai berikut: a. Kutipan langsung kurang dari empat baris Cara menulis kutipan langsung yang panjangnya sampai dengan empat baris, adalah: 1) kutipan diintegrasikan dengan naskah; 2) jarak antara baris dengan baris dua spasi; 3) kutipan diapit dengan tanda kutip; 4) akhir kutipan diberi nomor urut penunjukan yang diketik setengah spasi keatas. Nomor urut dapat berlaku untuk tiap bab dan dapat pula berlaku untuk seluruh karangan tersebut. b. Kutipan langsung lebih dari empat baris Kutipan langsung lebih dari empat baris, ditulis sebagai berikut: 1) kutipan dipisahkan dari naskah dengan jarak 3 spasi; 2) jarak antara baris dengan baris satu spasi; 3) kutipan tidak bisa diapit dengan tanda kutip; 4) akhir kutipan diberi nomor urut penunjukan yang diketik setengah spasi ke atas; 5) seluruh kutipan diketik menjorok ke dalam antara 5-7 ketukan; 2. Kutipan tidak langsung. Kutipan tidak langsung adalah pinjaman pendapat seorang pengarang atau tokoh terkenal berupa intisari atau ikhtisar dari pendapat tersebut. Dalam kutipan tidak langsung, penulis tidak mengutip naskah sebagaimana adanya, melainkan mengambil sari dari tulisan yang dikutip. Cara penulisan kutipan tidak langsung adalah: a. kutipan diintegrasikan dengan naskah;

29

b. jarak antara baris dengan baris dua spasi; c. kutipan tidak diapit dengan tanda kutip; d. pada akhir kutipan diberi nomor urut penunjukan yang diketik setengah spasi keatas. 3. Sistem Pengutipan. 1. Buku : a. Penulisan nama pengarang buku. Biasanya suku kata terakhir dianggap sebagai nama keluarga walaupun sesungguhnya tidak semua pengarang mencantumkan nama keluarga dibelakang namanya sendiri. contoh: 1. M. Solly Lubis menjadi Lubis, M. Solly. 2. Satjipto Rahardjo menjadi Rahardjo, Satjipto. 3. Romli Atmasasmita menjadi Atmasasmita, Romli. Akan tetapi contoh-contoh dibawah ini berbeda dengan nama pengarang cina. Misalnya : 1. Gouw Giok Siong menjadi Gouw, Giok Siong 2. Tan Ceng Bie menjadi Tan, Ceng Bie. b. Judul Buku dicetak miring (italic) c. Terhadap pengarang yang banyak jantumkan nama pengarang pertama, sedangkan yang lainnya diganti dan kawan-kawan (dkk atau et, al). d. Bila pengarang tersebut merupakan editor, dibelakangnya langsung diberi (ed) . e. Penerbit dan tahun penerbitan apabila tidak ada diganti (ttp dan tth), sedangkan kota penerbit apabila tidak ada tidak perlu dicantumkan. f. Ketikan mulai dari margin kiri, baris selanjutnya mulai masuk pada ketukan keenam. g. Terhadap nama pengarang yang sama, berikutnya diganti dengan garis sepanjang 7 ketukan. h. Mulai dengan abjad paling awal dan seterusnya diurut sesuai abjad. i. Apabila nama pengarang tidak ada diganti dengan anonim. j. Diketik dalam 1 (satu) spasi dan jarak antara daftar pustaka satu dan lain ialah satu setengah spasi.

30

Contoh : Alfian, 1983, Pemikiran dan Perubahan Polirik Indonesia, PT. Granedia, Jakarta. --------, 1984, Masalah dan Prospek Pembangunan Politik Indonesia, PT. Gramedia, Jakarta. Anonim, 1987, Himpunan Peraturan Hukum dibidang Pilitik, Sinar Wijaya, Surabaya. Anderson, Benedict. R.O.G. and Andrey Kahm (ed), 1982, Interoreting Indonesia Politics Therteen Contribution to the Debate Cornell University Press, New York. Dasim Muchtar, dkk, 1985, Pengantar Tata Hukum di Indonesia , Gita Bahana, Jember. Samsuri, 1981, Desa dan Kelurahan, ttp, Malang, Wage Sunjoyo, tth, Asas-asas Kepemimpinan, Penyebar Pengetahuan. 2. Majalah atau Jurnal atau Surat Kabar. Secara umum tata cara dalam daftar pustaka dari buku tersebut juga berlaku disini, dengan beberapa perbedaan. a. Judul tulisan dibawah tanda petik () b. Nama Majalah, Jurnal atau Surat Kabar digaris bawahi (apabila dicetak komputer dicetak miring). c. Cantumkan saat penerbitan, misal seri, tanggal, bulan dan tahun. Contoh : Imam Munawir , 1990 Bank Islam, Latar Belakang dan Bentuk Operasinya Iqra, Seri VI, Nomor 1. F.G. Winarno Tempe Merupakan Warisan Giji, Kompas, 8 Pebruari 1981. Philipus Mandiri Hadjon, 1993 Beberapa Catatan Tentang Hukum Administrasi, Yuridika, Nomor 2, Tahun VIII. 3. Kertas Kerja (Seminar, Simposium, Diskusi Panel dan sebagainya). Sama dengan tata cara diatas dengan perbedaan yaitu kertas kerja atau makalah digaris bawahi. Contoh : Abdul Gani, 1984, Peranan Ilmu Hukum dalam Pembangunan Indonesia, Kertas Kerja Simposium, Peranan Ilmu Hukum Dalam Pembangunan Indonesia, Surabaya. Bambang Sunggono, 1991, Pembangunan Kualitas Manusia Melalui Hukum, Makalah, Seminar sehari Tentang Pembangunan Kualitas SDM Indonesia, lembaga Pengkajian Sosial dan Pembangunan, Jember.

31

4. Dari Penerbit Resmi. Contoh : Direktorat Pembangunan Masyarakat Desa, 1974, Dasar-Dasar Penyusunan Tata Desa, Departemen Dalam Negeri, Jakarta. 5. Peraturan Perundang-Undangan. Untuk penulisan peraturan perundang-undangan RI. yang ada, tuliskan sesuai dengan hirarki yang dianut. Contoh: Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undangundang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Daerah. 6. Putusan Pengadilan. Contoh: Putusan Mahkamah Agung RI. Tanggal 4 Februari 1993 No. 1479 K/Pid/1989. Putusan Pengadilan Negeri Batam, Tanggal 8 Mei 2008, No. 117/Pid/B/2008/PN-Btm. 7. Internet. Houman Shadab. t.t. Capitalism: frequentely askedQuestion. http:Sdab@ uclink. Berkeley. Edu. (internet) 8. Dan lain-lain. F. CATATAN KAKI. 1. Tanda catatan kaki diletakkan diujung kalimat yang dikutip yang diberi angka arab (1; 2; 3 dan seterusnya) dan ditik naik setengah spasi dan tulis halaman kutipannya (jangan disingkatkan). contoh : Pelepasan hak atas tanah merupakan suatu kegiatan melepaskan hubungan hukum antara pemegang hak atas tanah dengan tanah yang dikuasainya dengan memberikan ganti kerugian atas dasar musyawarah.3) 3) Abdurrahman, Masalah Pencabutan Hak-hak Atas Tanah, Pembebasan Tanah dan Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1994 halaman 395. 2. Pada setiap bab, catatan kaki diberi nomor urut mulai dari nomor 1 sampai habis (n). Untuk bab lain atau yang baru lagi, kembali mulai dari nomor 1 sampai habis. 3. Catatan kaki ditik dalam baris satu spasi, dimulai langsung dari dari pinggir kiri, atau menekuk sedikit ke kanan, asalkan dilakukan secara konsisten.

32

Contoh :

Dalam menyambut hari koperasi tanggal 12 Juli 1983, dikutip konotasi Johanes Hirschmeir The most important resource for development is the will to succeed. If it is possible to mobilize that resource, capital can often be requistioned from many hidden sources, and it will be newly created by the increased effors of planning entrepeneurs and tolling population.4 4. Johannes Hirschemeir, The origin of Entrepreneurship in meiji, Japan (Cambridge : Havard University Press, 1968 4) Johannes Hirschemeir, The origin of Entrepreneurship in meiji, Japan (Cambridge : avard University Press, 1968)

4. Pengulangan kutipan, dengan sumber yang sama dari pengarang yang sudah terdapat pada urutan nomor catatan kaki. Misalkan sudah tercatat nama-nama pengarang sebagai berikut : 1. Margaret Mead, Anthoropologi-A Human Science, Toronto New York, 1964, P. 162 2. Alfred N. Whitehead, Aims of Education, Mentor Book, New york, 1949, p. 16. 3. Karl mannheim, Freedom, Power and Democratic Planning 1950, P. 140-149. Contoh ibid (ibidem) : Pengulangan langsung, tanpa diselang oleh pengarang lain. 4. Karl mannheim, Freedom, Power and Democratic Planning 1950, P. 140-149. 5. Ibid p. 145 (tanpa mencantumkan nama pengarang) Artinya: penulis mengulangi kutipan dari karangan Karl Mannheim seperti tercantum pada catatan kaki nomor 3, hanya berbeda halaman (145). Contoh loc. cit. (loco citato): Mengulang kutipan yang terhalang oleh pengarang lain. 6. Whitehead, loc.cit. p. 17 (hanya nama keluarga yang dicantumkan) Artinya: Penulis mengulang kutipan Alfred N. Whitehead pada catatan kaki nomor 2 yang terhalang oleh pengarang Karl Mannheim. Contoh op. cit. (opere citato) : Mengulang kutipan yang berbeda halaman dan telah terselang oleh pengarang lain. 7. Margaret Mead, op. cit. p. 165 (nama kecil dan nama keluarga yang dikutip lengkap). Artinya: Penulis mengulang kutipan Margaret Mead pada catatan kaki nomor 1 yang terhalang oleh pengarang Alfred Whitehead dan Karl Mannheim.

33

5. Perbedaan kutipan literatur untuk Catatan Kaki dan Daftar Pustaka. Untuk catatan kaki nama pengarang ditulis dengan nama kecil di depan dan nama keluarga di belakangnya. Sedang yang lazim berlaku bagi daftar pustaka dibalik, khususunya untuk pengarang tunggal, dengan nama keluarga di depan dan nama kecil di belakangnya. Contoh: (Kutipan Pengarang Tunggal) Catatan kaki : Alfred N. Whitened, Aims (CK) of Education, Mentor Book, New York, 1949, p. 16. Daftar Pustaka : Whitehead, Alfred N.,1949 (DP) Aims of Education, Mentor: Book, New York, p. 105-136. Perbedaan Lain : Pada CK sesudah nama pengarang, tahun publikasi tidak ditempatkan langsung di belakangnya. Juga halaman yang disebut hanya tempat yang dikutip saja (p.16). Pada DP di belakang nama pengarang, langsung ditempatkan tahun publikasi, sedang halaman yang dirujuk disebut selengkapnya (p. 105-136). Contoh : (Kutipan Pengarang Ganda) Catatan Kaki : Jhon W.C. Jhonstone Edward J. (CK) Slawski dan William W. Bowman, Public Opinion Quarterly, Winter 1972/73 Vol. XXVI No. 4 p. 523. Daftar Pustaka : Jhonstone, Jhon W.C Edward J. (DP) Slawski dan William W. Bowman, 1972/73: Public Opinion Quarterly, Vol. XXVI No. 4 p. 510-535. 6. Singkatan. Dalam catatan kaki biasanya dipergunakan pula singkatan-singkatan yang oleh para sarjana sudah diketahui maksudnya antara lain ibid, Op.cit, dan Loc.Cit a. Ibid : singkatan ini berasal dari kata latin Ibidem yang berarti pada tempat yang sama. Singkatan ini dipergunakan bila catatan kaki menunjuk kepada karya atau artikel yang telah disebut dalam catatan nomor sebelumnya. Bila halamannya sama, maka hanya dipergunakan singkatan ibid,, bila halamannya berbeda maka sesudah singkatan ibid dicantumkan pula nomor halamannya. Singkatan ibid selalu digaris bawahi atau dicetak dengan huruf miring. b. Op. Cit : Singkatan ini berasal dari kata Latin, Opere Citato yang berarti pada karya yang dikutip. Singkatan ini dipergunakan bila catatan itu menunjukkan kembali sumber yang telah disebut lebih dahulu, tetapi diselingi oleh sumber lain. Dalam hal ini sesudah dana pengarang dicantumkan singkatan Op. Cit. bila ada penunjuk kepada halaman atau jilid dan halaman, maka nomor dan jilid serta halaman ditempatkan sesudah Op. Cit. c. Loc. Cit. : Singkatan ini berasal dari bahasa latin , Loco Citato yang berarti pada tempat yang telah dikutip. Singkatan ini biasanya dipakai untuk menunjuk kepada artikel majalah, harian atau ensiklopedi yang telah disebut sebelumnya, tetapi diselingi oleh sumber lain.

34

G.

DAFTAR PUSTAKA / BIBLIOGRAFI Daftar pustaka atau bibliografi merupakan suatu daftar yang memuat pustaka yang dipergunakan sebagai acuan dalam penyusunan karya tulis. Melalui daftar kepustakaan yang disertakan pada akhir tulisan, pembaca dapat melihat kembali sumber aslinya, juga dapat menambah pengetahuan akan bahan bacaan yang ada kaitannya dengan pokok bahan dalam tulisan tersebut. Hal-hal yang seharusnya dimasukkan dalam daftar pustaka/bibliografi adalah : 1. Nama Pengarang Nama pengarang dikutip secara lengkap. Dalam penulisan, nama pengarang dibalik susunannya yaitu dimulai dengan nama keluarga diikuti dengan tanda baca koma. Bagi pengarang yang tidak mempunyai nama keluarga, maka penulisan dimulai dengan nama terakhir dari pengarang tersebut. Bila lebih dari satu pustaka yang dikarang seorang pengarang, maka nama pengarang tidak diulangi lagi. Pengulangan nama pengarang dapat diganti dengan membubuhkan sebuah garis panjang, sepanjang 5 ketukan yang diakhiri dengan sebuah titik. Namun perlu diperhatikan penulisan secara kronologis menurut tahun diterbitkan karya tersebut. 2. Judul Buku ; 3. Data publikasi, (penerbit, tempat terbit, tahun terbit, cetakan, nomor jilid) ; 4. Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel yang bersangkutan, nomor majalah, jilid, nomor dan tahun.

H.

Lampiran Lampiran memuat hal-hal yang dianggap penting seperti instrument penelitian, hasil pengolahan data, perundang-undangan yang relevan dengan penelitian.

35

Lampiran 1 Contoh : Sistematika Proposal Tesis A. Judul Penelitian B. Pendahuluan 1. Latar Belakang 2. Perumusan Masalah 3. Tujuan Penelitian 4. Manfaat Penelitian 5. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep 6. Asumsi 7. Keaslian Penelitian 8. Metode Penelitian a. Spesifikasi Penelitian b. Lokasi, Populasi dan Sampel c. Teknik Pengumpulan Data dan Alat Pengumpulan Data d. Analisis Data e. Jadwal Penelitian 9.Sistematika Penelitian C. Daftar Kepustakaan

36

Lampiran 2 Contoh : Sistematika Tesis Judul pada kulit muka Halaman Persetujuan Penguji Halaman Pengesahan Penguji Penyataan Program Magister Abstrak Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Singkatan/istilah Daftar Tabel BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E Kerangka Teori dan Kerangka Konsep F. Asumsi G. Keaslian Penelitian. H. Metode Penelitian 1. Spesifikasi Penelitian 2. Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel 3. Teknik Pengumpulan Data dan Alat Pengumpulan Data 4. Analisa Data 5. Jadwal Penulisan I. Sistematika Penelitian BAB II : (Judulnya sesuai dengan perumusan masalah I) BAB III : (Judulnya sesuai dengan perumusan masalah II) BAB IV : (Judulnya sesuai dengan perumusan masalah III) BAB V : Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan (jawaban masalah). B. Saran (apa yang anda rekomendasikan). Daftar Pustaka Lampiran :

37

Lampiran 3 : ALUR PENGAJUAN PROPOSAL DAN UJIAN TESIS

MENGAJUKAN JUDUL TESIS No Yes MELENGKAPI PERSYARATAN ADMINISTRASI

KONSULTASI DENGAN PEMBIMBING I DAN II UNTUK MENYUSUN PROPOSAL

SEMINAR PROPOSAL No Yes PENULISAN TESIS

UJIAN TESIS (UJIAN TERTUTUP) Yes

YUDISIUM

Catatan : 1. Seminar Proposal lTesis dilaksanakan setelah adanya persetujuan dari Pembimbing dan melengkapi persyaratan Administrasi. 2.. Ujian Tesis Tertutup dilaksanakan setelah melakukan seluruh perbaikan dari seminar hasil tesis serta melengkapi persyaratan administrasi.

38

Lampiran 4 Contoh : Halaman judul usulan proposal penelitian

PERANAN PRA PERADILAN DALAM PERLINDUNGAN HAM


(STUDI KASUS PENGADILAN NEGERI BATAM)

USULAN PROPOSAL PENELITIAN

Oleh Aditya Aziz Npm : 7411009

PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM PASCASARJANA UNIVERSITAS BATAM (UNIBA) BATAM - 2013

39

Lampiran 5 Contoh : Halaman persetujuan pembimbing

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama

: Aditya Aziz

Nomor Pokok Mahasiswa : 7411009 Prodi/Konsentrasi Judul Tesis : MAGISTER ILMU HUKUM : PERANAN PRA PERADILAN PERLINDUNGAN HAM (STUDI PENGADILAN NEGERI BATAM) DALAM KASUS

Disetujui untuk disampaikan Kepada Panitia Seminar Proposal Tesis, Batam, _______________________ Komisi Pembimbing Pembimbing I Pembimbing II

(...............................................)

(................................................)

Mengetahui/Menyetujui, Dekan Fakultas Hukum

(Dr. H. Darwinsyah Minin, SH.MS)

40

Lampiran 6 Contoh : Halaman sampul depan

PERANAN PRA PERADILAN DALAM PERLINDUNGAN HAM


(STUDI KASUS PENGADILAN NEGERI BATAM)
TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Ilmu Hukum Dalam Bidang Ilmu Hukum
Oleh: Aditya Aziz Npm : 7411009

PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS BATAM (UNIBA) BATAM - 2013

41

Lampiran 7 Contoh : Halaman pengesahan

PENGESAHAN

PERANAN PRA PERADILAN DALAM PERLINDUNGAN HAM


(STUDI KASUS PENGADILAN NEGERI BATAM)

Tesis ini Telah Dipertahankan Dihadapan Panitia Penguji Yang Dibentuk Oleh PMIH PPs. UNIBA dan Dinyatakan Lulus Dalam Ujian, Pada Hari, Tanggal..

Panitia Penguji

1. ................................................... Ketua 2. ................................................... Sekretaris 3. ................................................... Anggota 4. ................................................... Anggota 5. ................................................... Anggota

1.........................................................

2.........................................................

3.........................................................

4.........................................................

5.........................................................

42

Lampiran 8 Contoh: Pernyataan Program Magister PERNYATAAN PROGRAM MAGISTER

Saya bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa: 1. Karya tulis saya , Tesis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapat gelar akdemik magister, baik Universitas Batam (UNIBA) maupun di perguruan tinggi lainnya. 2. Karya tulis ini merupakan murni dari gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri dengan tanpa banuan pihak lain, kecuali arahan dan bimbingan dari Tim Pembimbing, Tim Penguji. 3. Dalam karya tulis Tesis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan oleh orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicatumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan Daftar Pustaka. 4. Pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperolah karena karya tulis, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini. Batam, ................. 2011 Yang membuat pernyataan

Aditya Aziz NPM :7411009

43

Lampiran 9 Contoh : A. Abstrak Dalam Bahasa Indonesia. PERANAN PRAPERADILAN DALAM PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA (Studi Kasus Pada Pengadilan Negeri Batam) ABSTRAK M.AZHAR IBRAHIM Dalam konteks penerapan KUHAP, telah diatur lembaga Praperadilan yang bertujuan untuk melakukan tindakan pengawasan terhadap aparat peneggak hukum, agar dalam melaksanakan kewenangannya tidak terdapat penyimpangan atau penyalahgunaan wewenang, baik dalam penangkapan, penahanan, maupun penuntutan sehingga memberikan perlindungan Hak Asasi Manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan praperadilan dalam perlindungan Hak Asasi Manusia, khususnya pada Pengadilan Negeri Batam. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan mempergunakan pendekatan normatif (legal research) untuk memperoleh data sekunder dan pendekatan empiris (yuridis sosiologis), untuk memperoleh data primer melalui penelitian lapangan (field research). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan lembaga Praperadilan pada Pengadilan Negeri Batam belum efektif dalam rangka memberikan perlindungan Hak Asasi Manusia, berdasarkan indicator sebagai berikut : Pertama, dari 126 Praperadilan selama 5 (lima) tahun, ternyata yang diterima oleh Pengadilan Negeri Medan hanya 5 (lima) perkara (3%). Kedua, budaya hukum aparatur penegak hukum, khususnya hakim masih lebih cenderung berpihak kepada penyidik dan penuntut umum dari pada melindungi hak-hak tersangka atau terdakwa. Untuk itu, diharapkan pemerintah bersama DPR selalu berusaha meningkatkan kemandirian, profesionalisme maupun akuntabilitas penegak hukum, baik melalui pendidikan maupun peningkatan kesejahteraan, sehingga mampu melaksanakan fungsi dan wewenangnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan dalam rangka perlindungan Hak Asasi Manusia. Kata Kunci : Praperadilan, Perlindungan, Hak Asasi Manusia

Mahasiswa Program Pascasarjana Program Magister Kenotariatan Universitas Batam (UNIBA).

44

Contoh : B. Abstrak Dalam Bahasa Inggris.

THE ROLE OF PRE-JUDICATURE IN THE PROTECTION OF HUMAN RIGHTS


(A Case-study at Batam State Court) ABSTRACT M.AZHAR IBRAHIM* In the context of Criminal Code (KUHAP) application, pre-judicature institution has been regulated to aim as supervision towards law-upholders in order to execute its authority in which there is no abuse of power whether in arrest, detaining or claiming that providing protection of human right. This research aims to know how is the role of pre-judicature in the protection of human rights at Batam State Court. This research uses descriptive method with normative and juridical approaches. Secondary data are collrcted by empiric and juridical sociological approaches, while primary data are collected from field study at Batam State Court. The result of this research indicates that pre-judicature institution has not been effective yet in the framework of providing protection of Human Right based on indicators as follows : Firstly, From 126 cases of pre-judicature during five years, in fact, it has been accepted by Batam State Court only 5 (five) cases (3%). Secondly, The law-upholders legal culture aspecially judge is still inclined to side with investigator and public proscutor rather than to protect the accuseds rights. It is hoped that the Government and the House try to increase independency, professionalism and accountability of law-upholders by way of education to increase welfare so that they are able to perfrom their function in accord with Law in the framework of human right protection. Key-word : pre-judicature, protection, human right

Graduate Program, Kenotariatan Program of Batam University.

45

Buku Pedoman Penulisan Tesis ini mulai diberlakukan untuk Tahun Ajaran 2012/2013 dilingkungan Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Batam.

Ditetapkan di : Batam Pada Tanggal : 4 Mei 2013 Menyetujui, Rektor Universitas Batam Dekan Fakultas Hukum Universitas Batam

Prof. Dr. Ir. Jemmy Rumengan, SE.MM

Dr. H. Darwinsyah Minin, SH.MS

Anda mungkin juga menyukai