Anda di halaman 1dari 3

1

PEMBENTUKAN PERKADA BTT

Belanja Tidak Terduga (BTT) merupakan belanja daerah yang dapat dianggarkan dalam
APBD oleh pemerintah provinsi dan kabupaten/kota berdasarkan PP No. 12 Tahun 2019
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (PP Keuangan Daerah) dan Permendagri No. 77 Tahun
2020 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Permendagri Pedoman Keuangan
Daerah). BTT ini digunakan untuk menganggarkan pengeluaran untuk keadaan darurat
termasuk keperluan mendesak yang tidak dapat diprediksi sebelumnya dan pengembalian atas
kelebihan pembayaran atas penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya serta untuk bantuan
sosial yang tidak dapat direncanakan sebelumnya. Adapun keperluan mendesak sesuai dengan
karakteristik masing-masing pemerintah daerah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, kriteria keadaan darurat dan keperluan mendesak ditetapkan
dalam Perda tentang APBD tahun berkenaan yang merupakan diskresi kepala daerah dan
DPRD untuk menetapkan kriteria keadaan darurat dan keperluan mendesak tersebut. Keadaan
darurat sendiri sesuai ketentuan Permendagri Pedoman Keuangan Daerah meliputi: 1) bencana
alam, bencana non-alam, bencana sosial dan/atau kejadian luar biasa, 2) pelaksanaan operasi
pencarian dan pertolongan; dan/atau 3) kerusakan sarana/prasarana yang dapat mengganggu
kegiatan pelayanan publik.
Dalam perkembangannya, Mendagri mengeluarkan SE Mendagri No. 500/4825/SJ
tanggal 19 Agustus 2022 tentang Pengunaan BTT Dalam Rangka Pengendalian Inflasi Daerah.
Adapun SE tersebut mengacu pada Pasal 28 ayat (4) UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, Pasal 65 ayat (2) huruf d UU No. 23 Tahun 2014 (UU Pemerintahan Daerah), Pasal 4
ayat (2) huruf e, Pasal 68 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 69 ayat (2) dan ayat (6) PP Keuangan
Daerah, dan ketentuan Bab II Butir D.4.k Lampiran Permendagri Pedoman Keuangan Daerah.
Sedangkan isi SE tersebut yakni Gubernur/Bupati/Wali Kota untuk melakukan optimalisasi
anggaran dalam APBD yang terkait dengan pengendalian inflasi daerah antara lain menjaga
keterjangkauan harga, daya beli masyarakat, kelancaran distribusi dan transportasi, kestabilan
harga pangan ketersediaan bahan pangan terutama dengan kerja sama antar daerah serta
memberikan bantuan sosial untuk masyarakat yang rentan terhadap dampak inflasi di masing-
masing daerah. SE tersebut merupakan perluasan pengunaan BTT yang tidak diatur dalam PP
Keuangan Daerah dan Permendagri Pedoman Keuangan Daerah.
Dalam rangka penyusunan APBD setiap tahun Mendagri menetapkan Permendagri
tentang Penyusunan APBD yang merupakan delegasi ketentuan Pasal 308 UU Pemerintahan
Daerah dan Pasal 89 ayat (2) PP Keuangan Daerah. Adapun Mendagri telah menetapkan
Permendagri No. 84 Tahun 2022 tentang Pedoman Penyusunan APBD TA 2023 (Permendagri
No. 84 Tahun 2022) tanggal 19 september 2022, yang menjadi problem yakni pengunaan BTT
dalam SE Mendagri No. 500/4825/SJ tidak dirumuskan dalam Permendagri No. 84 Tahun 2022
tersebut. Dalam hukum administrasi, SE merupakan ‘beleidsregels’ (policy rules) atau
peraturan kebijakan, berbeda dengan Pemendagri yang mempunyai kekuatan hukum mengikat
dan merupakan jenis peraturan yang diatur dalam ketentuan Pasal 8 ayat (1) UU No. 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (UUPPP). Adapun kekuatan
hukum mengikat Permendagri penyusunan APBD yang merupakan delegasi UU Pemerintahan
Daerah dan PP Keuangan Daerah satu tingkat dibawah peraturan yang memerintahkan
pembentukan Permendagri dimaksud.
Gubernur, Wali Kota dan Bupati sesuai dengan ketentuan Pasal 17 ayat (1) UU
Pemerintahan Daerah berwenang daerah menetapkan kebijakan daerah, adapun salah satu
kebijakan daerah yang dimaksud dalam ketentuan tersebut adalah menetapkan peraturan kepala
daerah (Perkada). Khusus terkait dengan pegaturan tata cara penganggaran, pelaksanaan dan
penatausahaan, pertanggungjawaban dan pelaporan serta monitoring dan evaluasi BTT diatur
dengan Perkada (Perkada BTT) sesuai dengan ketentuan BAB II ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH, huruf D BELANJA DAERAH, angka 4
Ketentuan Terkait Belanja Tak Terduga, huruf m Lampiran Permendagri Pedoman Keuangan
Daerah. Maka dalam Perkada BTT, Gubernur, Wali Kota dan Bupati dapat mengatur teknis
pengelolaan BTT APBD masing-masing.

1
2

Adapun materi muatan yang dapat diatur dalam Perkada BTT meliputi pengaturan BTT,
pengunaan BTT untuk bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan sebelumnya, dan
pengunaan BTT dalam rangka pengendalian inflasi daerah. Khusus pengaturan pengunaan BTT
dalam rangka pengendalian inflasi daerah perlu diatur dalam Perkada dimaksud karena
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tidak mengatur hal tersebut sehingga perlu
diatur dalam Perkada. SE adalah naskah dinas yang berisi pemberitahuan, penjelasan, dan/
atau petunjuk cara melaksanakan hal tertentu yang dianggap penting dan mendesak, sehingga
tidak serta merta menjadi dasar hukum bagi Gubernur, Wali Kota dan Bupati mengunakan BTT
untuk pengendalian inflasi daerah.
Dalam prakteknya, Gubernur, Wali Kota dan Bupati akhirnya menetapkan Perkada
tentang petunjuk pelaksanaan pengunaan BTT dalam rangka pengendalian inflasi daerah
sebagai tindak lanjut SE Mendagri No. 500/4825/SJ. Dari perspektif pembentukan peraturan
perundang-undangan semestinya Gubernur, Wali Kota dan Bupati cukup mengatur pengunaan
BTT untuk pengendalian inflasi daerah dalam Perkada BTT. Permendagri Pedoman Keuangan
Daerah pengaturan terkait BTT mendelegasikan kepada Gubernur, Bupati, dan Wali Kota
dengan menetapkan Perkada BTT, sehingga memberikan keluasaan kepada Gubernur, Wali
Kota dan Bupati mengatur BTT sepanjang sesuai dengan kewenangan daerah, ketentuan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, asas pembentukan peraturan perundang-
undangan, asas materi muatan peraturan perundang-undangan, dan putusan pengadilan
sebagaimana diatur dalam Pasal 250 Perppu Cipta Kerja.
Kita juga akan menemukan pengaturan bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan
sebelumnya dengan Perkada tersendiri atau dirumuskan dalam Perkada tentang Hibah dan
Bansos, tentu dari perspektif pembentukan peraturan perundang-undangan pengaturan tersebut
tidak tepat karena bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan sebelumnya merupakan salah
satu pengunaan BTT. Sehingga berdasarkan asas kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi
muatan peraturan perundang-undangan berdasarkan ketentuan Pasal 5 huruf c UUPPP,
pengaturan bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan sebelumnya lebih tepat diatur dalam
Perkada BTT.
Dalam rangka mendukung kebijakan penyederhaan regulasi pusat dan daerah, perlu
ditindak lanjuti oleh daerah melalui penyederhaan produk hukum daerah baik dalam
pembentukan Perda maupun Perkada. Dalam hal materi muatan yang diatur dalam produk
hukum daerah seperti Perkada yang terkait, maka kebijakan daerah yang perlu dilakukan yakni
melakukan simplifikasi dengan menyatukan materi muatan produk hukum daerah yang
berkaitan dalam 1 (satu) naskah produk hukum daerah guna menghindari obesitas regulasi di
daerah. Sesuai ketentuan Pasal 58 UUPPP, mekanisme harmonisasi pada instansi vertikal
kementerian atau lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan fasilitasi pembentukan perkada sesuai
dengan Permendagri 80 Tahun 2015, Gubernur melakukan fasilitas atas Raperkada
kabupaten/kota dan Mendagri untuk Raperkada provinsi harus mendorong pada
penyederhanaan regulasi di daerah melalui rekomendasi dalam hasil harmonisasi dan hasil
fasilitasi untuk penyederhanaan regulasi di daerah.
Menjadi sebuah ironi, jika arah kebijakan pembentukan regulasi dipusat melakukan
penyederhanaan regulasi, UU Cipta Kerja yang dicabut oleh Perppu Cipta Kerja dan UUHKPD
merupakan contoh penyederhanaan regulasi dipusat. Namun yang terjadi di daerah, setiap saat
Gubernur, Wali Kota dan Bupati menetapkan Perkada hanya berdasarkan pada SE, padahal
masih ada ruang hukum untuk menghindari obesitas regulasi di daerah dengan melalui
simplifikasi regulasi di daerah.

Data Diri Penulis:


Nama : Andik Mawardi, SH., MH.
Alamat : Jl. Golf Komp. Wengga IV Blok A2 No. 71 Landasan Ulin Utara
Linganggang Banjarbaru
Pekerjaan : PNS pada Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan
Selatan.
No. Hp : 0878 4088 2621
2
3

Anda mungkin juga menyukai