Anda di halaman 1dari 6

(A KLINIK PRATAMA

\ry srBRoH MALISI


KEPUTUSAN
PIMPINAN KLINIK PRATAMA SIBROH MALISI
NOMOR : 3USK/KPSM/VIII 1 2023
TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN
PIMPINAN KLINIK PRATAMA SIBROH MALISI
Menimbang : a. bahwa dalam melakukan pelayanan kefarmasian yang efektif,
efisien, dan aman diperlukan kebijakan pelayanan

kefarmasian di Klinik.
b, bahwa sehubungan dengan huruf a diatas maka perlu dibuat
keputusan Penanggung Jawab Klinik tentang Keb'tjakan

Pelayana Kefarmasian di Klinik.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009


tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9
Tahun 2014 tentang Klinik;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34
Tahun 2021 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Klinik
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34
Tahun 2022 tentang Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat
Klinik, Laboratorium Kesehatan, Unit Transfusi Darah, Tempat
Praktik Mandiri Dokter, Dan Tempat Praktik Mandiri Dokter
Gigi;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.
0 1.07lM EN KES/ 1983/2022 tentang Sta ndar Akreditasi Kl i ni k;

B. Izin Operasional Klinik : alB.6l3t.74.O9l-L.779.31e120L9


9. Surat Keputusan Pemilik Klinik Pratama Sibroh Malisi Nomor
00UCVMMMiKEP/VIII 12023 tentang Struktur Organisasi dan
Tata Kelola (SOTK) Klinik Pratama Sibroh Malisi
10, Surat Keputusan Pemilik Klinik Pratama Sibroh Malisi Nomor

OO2/CVMMMiKEP/VIII 12023 tentang Penangkatan drg Indah


Lailatul Azizah sebagai Penanggung Jawab Klinik Pratama
Sibroh Malisis

MEMUTUSKAN :

MENETAPKAN KEPUTUSAN PENANGGUNG JAWAB KLINIK TENTANG


KEBUAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI KLINIK.

KESATU Memberlakukan Keputusan Penanggung Jawab Klinik tentang


Kebijakan Pelayanan Kefarmasian di Klinik Pratama Sibroh
Malisi

KEDUA Lampiran Keputusan Penanggung Jawab Klinik menjadi satu


kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari Keputusan.
KETIGA Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam ketetapan
ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya,

Ditetapkan di Jakarta
Pada Tanggal 02 Agustus 2023
Pimpinan Klinik Pratama Sibroh Malisi

KLINIK PRATAMA
SIBROH MALISi

drg. Indah Lailatul Feizah


Lampiran Keputusan Penanggung Jawab KIinik Pratama Sibroh Malisi
Nomor :3USK/KPSM/VIII/2023
Tentang r Kebijakan Pelayanan Kefarmasian di Klinik

KEBIIAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI KLINIK PRATAMA SIBROH MALISI

A. KEBUAKAN UMUM
Petugas harus melakukan pelaksanaan pengkajian dan pelayanan pemberian obat
pasien berdasarkan prosedur yang berlaku, untuk meningkatkan mutu dan

keselamatan pasien.

B. KEBIJAKAN KHUSUS
1. Pelayanan kefarmasian dikelola sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2. Pelayanan Kefarmasian di Klinik diselenggarakan oleh ruang/ instalasi farmasi.
3, Pelayanan Kefarmasian di Klinik terdiri dari pengelolaan sediaan farmasi, alat

kesehatan dan BMHP, serta pelayanan farmasi klinis.


4. Dalam menjalankan praktik kefarmasian di klinik, apoteker harus menerapkan
standar pelayanan kefarmasian sehingga pelayanan yang diberikan optimal dan
bermutu, mampu melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang
tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safetl), sefta menjamin
kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian.
5. Klinik melaksanakan pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan serta
pelayanan farmasi klinik sesuai standar pelayanan kefarmasian.
6. Klinik secara berkala minimal satu kali dalam setahun menetapkan formularium
yang mengacu pada Formularium Nasional.
7. Pengkajian resep dilakukan oleh tenaga kefarmasian, meliputi pengkajian
administratif, farmasetik dan klinis.
8. Peresepan hanya dilakukan oleh tenaga medis yaitu dokter, dokter gigi dan
dokter spesialis. Untuk klinik rawat inap penggunaan obat oleh pengguna
layanan/pengobatan sendiri baik yang dibawa ke klinik atau yang diresepkan
atau dipesan di klinik, diketahui dan dicatat dalam rekam medis dan dilakukan
rekonsiliasi obat.
9. Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang mengandung risiko yang
meningkat bila salah menggunakan dan dapat menimbulkan bahaya pada pasien.
10. Penyimpanan dan penggunaan obat narkotik dan psikotropika sesuai dengan
aturan perundangan.
11. Klinik memperhatikan penyediaan obat keadaan darurat medis sehingga saat
terjadi kegawatdaruratan pasien cepat mendapatkan akses terhadap obat
keadaan darurat medis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
12. Pengadaan obat dan/atau bahan obat di klinik dilakukan melalui jalur resmi
dengan menggunakan surat pesanan yang ditandatangani oleh Apoteker
penanggung jawab dengan mencantumkan SIPA. Pengadaan dilakukan sesuai
prosedur yang sudah ditetapkan.
13. Kesalahan obat (medication erofl merupakan kejadian yang salah dalam
pemberian obat dan alat kesehatan yang dapat menciderai pasien
atau membahayakan pasien.

14. Setiap kesalahan obat yang ditemukan wajib dilaporkan oleh petugas yang
menemukan kejadian tersebut atau terlihat langsung dengan kejadian tersebut,
kepada kepala unit.penanggung jawab ruang. Kepala unit/penanggung jawab
ruang akan melaporkan kejadian kesalahan obat kepada Koordinator

Keselamatan pasien klinik / Tlm mutu klinik


15, Laporan kesalahan obat dibuat secara tertulis dengan menggunakan alur dan
format insiden keselamatan pasien yang sudah ditetapkan.
16. Jenis jenis/tipe kesalahan obat (medication erroll yang harus dilaporkan sebagai
berikuI

a. Kejadian Nyaris Cidera (KNC) adalah terjadinya insiden yang belum sampai
terpapar ke pasien pengadaan, penyimpanan, distribusi dispensing,
permintaan, peresepan, pemberian dan pemantauan tetapi diketahui
sebelum obat diberikan kepada pasien sehingga obat tidak digunakan oleh
pasien.

b. Kejadian Tidak Cidera (KfC) adalah terjadinya insiden yang sudah sampai
terpapar ke pasien tetapi tidak menimbulkan cidera berkaitan dengan
kesalahan obat (medication error) yang telah terjadi pada proses

pengadaan, penyimpanan, distribusi, dispensing, permintaan, peresepan,


persiapan, pemberian, dan pemantauan tetapi pasien tidak mengalami
cidera.

c. Kejadian tidak diharapkan (lC-D) | adverse eventadalah suatu kejadian yang


tidak diharapkan yang mengakibatkan cidera pasien akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan
dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Jenis KTD ini
adalah yang berdampak cidera ringan sampai sedang dan bersifat reversibel,
yang tidak termasuk dalam kategori sentinel events, berkaitan dengan
kesalahan obat (medication errofi yang terjadi pada proses pengadaan,
penyimpanan, distribusi, dispensing, permintaan, peresepan, persiapan,
pemberian, dan pemantauan dan pasien mengalami cidera.

d. Sentinel eventadalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cidera


yang serius atau permanen yang terjadi tidak terkait dengan penyakit yang
diderita pasien berkaitan dengan kesalahan obat (medication era) yang
terjadi pada proses pengadaan, penyimpanan, distribusi, dispensing,
permintaan, peresepan, persiapan, pemberian dan pemantauan sehingga
pasien mengalami cidera irreversible dan kematian.

L7. Tipe kesalahan obat (medication error) adalah sebagai berikut:

a. Prescribing eror (kesalahan peresepan)

Kesalahan pemilihan obat (berdasarkan indikasi, kontraindikasi, alergi


yang telah diketahui, terapi obat yang sedang berlangsung dan faktor
lainnya) dosis, bentuk sediaan obat, kuantitas, rute, konsentrasi,
kecepatan pemberian atau instruksi untuk penggunaan obat, penulisan
resep yang tidak jelas dan lain lain yang menyebabkan terjadinya
kesalahan pemberian obat kepada pasien.

b. Unauthorized eror
Memberikan obat yang tidak diinstruksikan oleh dokter

c. Wrong patient

Memberikan obat kepada pasien yang salah

d. Improrer dose error

Memberikan dosis obat kepada pasien lebih besar atau lebih kecil
daripada dosis yang diinstruksikan oleh dokter, atau memberikan dosis
duplikasi.

Wrong dosage-form error


Memberikan obat kepada pasien dengan bentuk sediaan obat yang berbeda
dengan yang diinstruksikan oleh dokter, misal : Parasetamol tablet diberikan
Parasetamol sirup.

f. Deteriorated drug eror


Memberikan obat yang telah kadaluwarsa atau yang telah mengalami
penurunan integritas fisik atau kimia.

Form pelaporan, grading resiko (risk grading), tindakan tindak lanjut dan
pencegahan mengikuti format pelaporan yang telah ditentukan oleh
Koordinator Keselamatan Pasien / Tim Mutu Klinik.

Ditetapkan di Jakarta
Pada Tanggal 02 Agustus 2023
Pimpinan Klinik Pratama Sibroh Malisi

KLINIK PRATAMA
SIBROH MALISI

Indah Lailatul Aeizah

Anda mungkin juga menyukai