TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI KLINIK
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEPUTUSAN PENANGGUNG JAWAB KLINIK
TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN
KEFARMASIAN DI KLINIK.
Kesatu : Memberlakukan Keputusan Penanggung Jawab Klinik tentang
Kebijakan Pelayanan Kefarmasian di Klinik Hijau Putih 9
Kedua : Lampiran Keputusan Penanggung Jawab Klinik menjadi satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari Keputusan.
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam ketetapan
ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 15 Juli 2023
Penanggung Jawab Klinik,
B. KEBIJAKAN KHUSUS
1. Pelayanan kefarmasian dikelola sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2. Pelayanan Kefarmasian di Klinik diselenggarakan oleh ruang/ instalasi farmasi.
3. Pelayanan Kefarmasian di Klinik terdiri dari pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan BMHP, serta pelayanan farmasi klinis.
4. Dalam menjalankan praktik kefarmasian di klinik, apoteker harus menerapkan
standar pelayanan kefarmasian sehingga pelayanan yang diberikan optimal dan
bermutu, mampu melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang
tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety), serta menjamin
kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian.
5. Klinik melaksanakan pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan serta
pelayanan farmasi klinik sesuai standar pelayanan kefarmasian.
6. Klinik secara berkala minimal satu kali dalam setahun menetapkan formularium
yang mengacu pada Formularium Nasional.
7. Pengkajian resep dilakukan oleh tenaga kefarmasian, meliputi pengkajian
administratif, farmasetik dan klinis.
8. Peresepan hanya dilakukan oleh tenaga medis yaitu dokter, dokter gigi dan dokter
spesialis. Untuk klinik rawat inap penggunaan obat oleh pengguna
layanan/pengobatan sendiri baik yang dibawa ke klinik atau yang diresepkan atau
dipesan di klinik, diketahui dan dicatat dalam rekam medis dan dilakukan
rekonsiliasi obat.
9. Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang mengandung risiko yang meningkat
bila salah menggunakan dan dapat menimbulkan bahaya pada pasien.
10. Penyimpanan dan penggunaan obat narkotik dan psikotropika sesuai dengan
aturan perundangan.
11. Klinik memperhatikan penyediaan obat keadaan darurat medis sehingga saat
terjadi kegawatdaruratan pasien cepat mendapatkan akses terhadap obat keadaan
darurat medis sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
12. Pengadaan obat dan/atau bahan obat di klinik dilakukan melalui jalur resmi
dengan menggunakan surat pesanan yang ditandatangani oleh Apoteker
penanggung jawab dengan mencantumkan SIPA. Pengadaan dilakukan sesuai
prosedur yang sudah ditetapkan.
13. Kesalahan obat (medication error) merupakan kejadian yang salah dalam
pemberian obat dan alat kesehatan yang dapat menciderai pasien atau
membahayakan pasien.
14. Setiap kesalahan obat yang ditemukan wajib dilaporkan oleh petugas yang
menemukan kejadian tersebut atau terlihat langsung dengan kejadian tersebut,
kepada kepala unit.penanggung jawab ruang. Kepala unit/penanggung jawab
ruang akan melaporkan kejadian kesalahan obat kepada Koordinator
Keselamatan pasien klinik / Tim mutu klinik
15. Laporan kesalahan obat dibuat secara tertulis dengan menggunakan alur dan
format insiden keselamatan pasien yang sudah ditetapkan.
16. Jenis jenis/tipe kesalahan obat (medication error) yang harus dilaporkan
sebagai berikut:
b. Unauthorized error
c. Wrong patient
Memberikan dosis obat kepada pasien lebih besar atau lebih kecil daripada
dosis yang diinstruksikan oleh dokter, atau memberikan dosis duplikasi.
Memberikan obat kepada pasien dengan bentuk sediaan obat yang berbeda
dengan yang diinstruksikan oleh dokter, misal : Parasetamol tablet
diberikan Parasetamol sirup.
g. Form pelaporan, grading resiko (risk grading), tindakan tindak lanjut dan
pencegahan mengikuti format pelaporan yang telah ditentukan oleh
Koordinator Keselamatan Pasien / Tim Mutu Klinik.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 15 Juli 2023
Penanggung Jawab Klinik,