Anda di halaman 1dari 6

KEPUTUSAN PENANGGUNG JAWAB KLINIK

KLINIK HIJAU PUTIH 9


NOMOR : 020.1/SK/VI/2023

TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI KLINIK

PENANGGUNG JAWAB KLINIK HIJAU PUTIH 9


Menimbang : a. bahwa dalam melakukan pelayanan kefarmasian yang efektif,
efisien, dan aman diperlukan kebijakan pelayanan
kefarmasian di Klinik.
b. bahwa sehubungan dengan huruf a diatas maka perlu dibuat
keputusan Penanggung Jawab Klinik tentang Kebijakan
Pelayana Kefarmasian di Klinik.
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9
Tahun 2014 tentang Klinik;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34
Tahun 2021 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Klinik
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34
Tahun 2022 tentang Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat
Klinik, Laboratorium Kesehatan, Unit Transfusi Darah,
Tempat Praktik Mandiri Dokter, Dan Tempat Praktik Mandiri
Dokter Gigi;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK. 01.07/MENKES/1983/2022 tentang Standar Akreditasi
Klinik Hijau Putih 9
8. Izin Operasional Klinik
9. Surat Keputusan Pemilik Klinik Hijau Putih 9 Nomor
002.01/SK/III/2023 tentang Struktur Organisasi dan Tata
Kelola (SOTK) Klinik Hijau Putih 9
10. Surat Keputusan Pemilik Klinik Hijau Putih 9 Nomor
001.01/SK/III/2023 tentang Penangkatan dr. Yul Rizal
sebagai Penanggung Jawab Klinik Hijau Putih 9

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEPUTUSAN PENANGGUNG JAWAB KLINIK
TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN
KEFARMASIAN DI KLINIK.
Kesatu : Memberlakukan Keputusan Penanggung Jawab Klinik tentang
Kebijakan Pelayanan Kefarmasian di Klinik Hijau Putih 9
Kedua : Lampiran Keputusan Penanggung Jawab Klinik menjadi satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari Keputusan.
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam ketetapan
ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 15 Juli 2023
Penanggung Jawab Klinik,

dr. Yul Rizal


Lampiran Keputusan Penanggung Jawab Klinik Hijau Putih 9
Nomor :
Tentang :Kebijakan Pelayanan Kefarmasian di Klinik

KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI KLINIK Hijau Putih 9


A. KEBIJAKAN UMUM
Petugas harus melakukan pelaksanaan pengkajian dan pelayanan pemberian obat
pasien berdasarkan prosedur yang berlaku, untuk meningkatkan mutu dan
keselamatan pasien.

B. KEBIJAKAN KHUSUS
1. Pelayanan kefarmasian dikelola sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2. Pelayanan Kefarmasian di Klinik diselenggarakan oleh ruang/ instalasi farmasi.
3. Pelayanan Kefarmasian di Klinik terdiri dari pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan BMHP, serta pelayanan farmasi klinis.
4. Dalam menjalankan praktik kefarmasian di klinik, apoteker harus menerapkan
standar pelayanan kefarmasian sehingga pelayanan yang diberikan optimal dan
bermutu, mampu melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang
tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety), serta menjamin
kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian.
5. Klinik melaksanakan pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan serta
pelayanan farmasi klinik sesuai standar pelayanan kefarmasian.
6. Klinik secara berkala minimal satu kali dalam setahun menetapkan formularium
yang mengacu pada Formularium Nasional.
7. Pengkajian resep dilakukan oleh tenaga kefarmasian, meliputi pengkajian
administratif, farmasetik dan klinis.
8. Peresepan hanya dilakukan oleh tenaga medis yaitu dokter, dokter gigi dan dokter
spesialis. Untuk klinik rawat inap penggunaan obat oleh pengguna
layanan/pengobatan sendiri baik yang dibawa ke klinik atau yang diresepkan atau
dipesan di klinik, diketahui dan dicatat dalam rekam medis dan dilakukan
rekonsiliasi obat.
9. Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang mengandung risiko yang meningkat
bila salah menggunakan dan dapat menimbulkan bahaya pada pasien.
10. Penyimpanan dan penggunaan obat narkotik dan psikotropika sesuai dengan
aturan perundangan.
11. Klinik memperhatikan penyediaan obat keadaan darurat medis sehingga saat
terjadi kegawatdaruratan pasien cepat mendapatkan akses terhadap obat keadaan
darurat medis sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
12. Pengadaan obat dan/atau bahan obat di klinik dilakukan melalui jalur resmi
dengan menggunakan surat pesanan yang ditandatangani oleh Apoteker
penanggung jawab dengan mencantumkan SIPA. Pengadaan dilakukan sesuai
prosedur yang sudah ditetapkan.
13. Kesalahan obat (medication error) merupakan kejadian yang salah dalam
pemberian obat dan alat kesehatan yang dapat menciderai pasien atau
membahayakan pasien.
14. Setiap kesalahan obat yang ditemukan wajib dilaporkan oleh petugas yang
menemukan kejadian tersebut atau terlihat langsung dengan kejadian tersebut,
kepada kepala unit.penanggung jawab ruang. Kepala unit/penanggung jawab
ruang akan melaporkan kejadian kesalahan obat kepada Koordinator
Keselamatan pasien klinik / Tim mutu klinik
15. Laporan kesalahan obat dibuat secara tertulis dengan menggunakan alur dan
format insiden keselamatan pasien yang sudah ditetapkan.
16. Jenis jenis/tipe kesalahan obat (medication error) yang harus dilaporkan
sebagai berikut:

a. Kejadian Nyaris Cidera (KNC) adalah terjadinya insiden yang belum


sampai terpapar ke pasien pengadaan, penyimpanan, distribusi dispensing,
permintaan, peresepan, pemberian dan pemantauan tetapi diketahui
sebelum obat diberikan kepada pasien sehingga obat tidak digunakan oleh
pasien.

b. Kejadian Tidak Cidera (KTC) adalah terjadinya insiden yang sudah


sampai terpapar ke pasien tetapi tidak menimbulkan cidera berkaitan
dengan kesalahan obat (medication error) yang telah terjadi pada proses
pengadaan, penyimpanan, distribusi, dispensing, permintaan, peresepan,
persiapan, pemberian, dan pemantauan tetapi pasien tidak mengalami
cidera.

c. Kejadian tidak diharapkan (KTD) / adverse event adalah suatu


kejadian yang tidak diharapkan yang mengakibatkan cidera pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi
pasien. Jenis KTD ini adalah yang berdampak cidera ringan sampai
sedang dan bersifat reversibel, yang tidak termasuk dalam kategori
sentinel events, berkaitan dengan kesalahan obat (medication error) yang
terjadi pada proses pengadaan, penyimpanan, distribusi, dispensing,
permintaan, peresepan, persiapan, pemberian, dan pemantauan dan pasien
mengalami cidera.

d. Sentinel event adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau


cidera yang serius atau permanen yang terjadi tidak terkait dengan
penyakit yang diderita pasien berkaitan dengan kesalahan obat
(medication error) yang terjadi pada proses pengadaan, penyimpanan,
distribusi, dispensing, permintaan, peresepan, persiapan, pemberian dan
pemantauan sehingga pasien mengalami cidera irreversible dan kematian.

17. Tipe kesalahan obat (medication error) adalah sebagai berikut:

a. Prescribing error (kesalahan peresepan)

Kesalahan pemilihan obat (berdasarkan indikasi, kontraindikasi, alergi


yang telah diketahui, terapi obat yang sedang berlangsung dan faktor
lainnya) dosis, bentuk sediaan obat, kuantitas, rute, konsentrasi, kecepatan
pemberian atau instruksi untuk penggunaan obat, penulisan resep yang
tidak jelas dan lain lain yang menyebabkan terjadinya kesalahan
pemberian obat kepada pasien.

b. Unauthorized error

Memberikan obat yang tidak diinstruksikan oleh dokter

c. Wrong patient

Memberikan obat kepada pasien yang salah


d. Improrer dose error

Memberikan dosis obat kepada pasien lebih besar atau lebih kecil daripada
dosis yang diinstruksikan oleh dokter, atau memberikan dosis duplikasi.

e. Wrong dosage-form error

Memberikan obat kepada pasien dengan bentuk sediaan obat yang berbeda
dengan yang diinstruksikan oleh dokter, misal : Parasetamol tablet
diberikan Parasetamol sirup.

f. Deteriorated drug error

Memberikan obat yang telah kadaluwarsa atau yang telah mengalami


penurunan integritas fisik atau kimia.

g. Form pelaporan, grading resiko (risk grading), tindakan tindak lanjut dan
pencegahan mengikuti format pelaporan yang telah ditentukan oleh
Koordinator Keselamatan Pasien / Tim Mutu Klinik.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 15 Juli 2023
Penanggung Jawab Klinik,

dr. Yul Rizal

Anda mungkin juga menyukai