Anda di halaman 1dari 45

PKP 12 Rekam Medis

PKP 15 Pelayanan kefarmasian


SEMILA (Akreditasi RS)
• Standar
• Elemen Penilaian
• Maksud dan Tujuan
• Instrumen penilaian (ReDOWSKo)
• Link (Keterkaitan dengan standar dan EP yang lain)
• Acuan
PKP 12 :REKAM MEDIS
Klinik melakukan penyelenggaran pelayanan rekam medis sesuai dengan
peraturan perundang undangan. Rekam medis di klinik dipelihara dan
terdokumentasi dengan baik
Maksud dan Tujuan
• Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien.
• Rekam medis elektronik adalah rekam medis yang dibuat dan disimpan dalam
bentuk elektronik.
• Isi rekam medis pada klinik disesuaikan dengan peraturan perundang- undangan
Elemen Penilaian
1. Ada bukti penyelenggaraan rekam medis (D)
2. Ada bukti rekam medis diisi secara lengkap oleh Profesional
Pemberi Asuhan (PPA) (D)
3. Ada tata cara penyimpanan, peminjaman dan pemusnahan rekam
medis (R)
4. Ada bukti klinik menjaga kerahasiaan rekam medis pasien (D,O)
Pasal 30: perbaikan data
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 269/MENKES/PER/III/2008

TENTANG

REKAM MEDIS
Penjelasan
1. Ada bukti penyelenggaraan rekam medis (D)
• Penyelenggaraan Rekam Medis dilakukan secara berurutan
dari sejak pasien masuk sampai pasien pulang, dirujuk atau
meninggal, meliputi kegiatan :
ü Registrasi pasien
ü Pendistribusian rekam medis
ü Isi rekam medis dan pengisian informasi klinis
ü Pengolahan data dan pengkodean
ü Klaim pembiayaan
ü Penyimpanan rekam medis
ü Penjaminan mutu
ü Pelepasan informasi kesehatan
ü Pemusnahan rekam medis
2. Ada bukti rekam medis diisi secara lengkap oleh Profesional
Pemberi Asuhan (PPA) (D)

Terisi lengkap dan dibubuhi nama, waktu, tanda tangan PPA


3. Ada tata cara penyimpanan, peminjaman dan pemusnahan rekam medis (R)
4. Ada bukti klinik menjaga kerahasiaan
rekam medis pasien (D,O)
PKP 15
PELAYANAN KEFARMASIAN
Maksud dan Tujuan
• Klinik melaksanakan pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan
serta pelayanan farmasi klinik sesuai standar pelayanan kefarmasian.
• Klinik secara berkala minimal satu kali dalam setahun menetapkan
formularium yang mengacu pada Formularium Nasional.
• Pengkajian resep dilakukan oleh tenaga kefarmasian, meliputi
pengkajian administrative, farmasetik dan klinis.
• Peresepan hanya dilakukan oleh tenaga medis yaitu dokter, dokter
gigi dan dokter spesialis.
Ketentuan Terkait Pelayanan Kefarmasian di Klinik terdapat Pada PMK No 14 Tahun 2021 bagian Standar Usaha Klinik,
Permenkes Nomor 9 Tahun 2014 tentang Klinik dan Permenkes No 34 Tahun 2021 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Klinik

Klinik Rawat Jalan

• Klinik yang menyelenggarakan rawat jalan dapat


melaksanakan Pelayanan Kefarmasian.
• Klinik yang menyelenggarakan pelayanan kefarmasian,
wajib memiliki apoteker sebagai penanggung jawab
Pelayanan Kefarmasian dan wajib memiliki instalasi
farmasi.

Klinik Rawat Inap dan Rehabilitasi NAPZA

• Wajib melaksanakan pelayanan kefarmasian, wajib


memiliki apoteker sebagai penanggung jawab Pelayanan
Kefarmasian di Instalasi Farmasi
Klinik yang tidak menyelenggarakan pelayanan kefarmasian
dapat bekerjasama dengan klinik lain atau apotek untuk
memberikan pelayanan kefarmasian.

Pelayanan Resep pada Klinik rawat jalan yang tidak


memiliki Apoteker dilakukan di apotek atau Klinik lain yang
menyelenggarakan Pelayanan Kefarmasian.

Klinik yang tidak menyelenggarakan pelayanan kefarmasian


harus memiliki lemari khusus penyimpanan obat darurat
dan bahan medis habis pakai (PMK no 14/2021)

Daftar Obat Keadaan Darurat Medis pada klinik yang tidak


menyelenggarakan pelayanan kefarmasian mengacu pada
KMK Nomor HK.01.07/MENKES/4799/2021
Elemen Penilaian
1. Tersedia bukti pengelolaan dan pelayanan sediaan farmasi BMHP dan alat
kesehatan oleh tenaga kefarmasian sesuai dengan peraturan perundang-
-undangan. (D,O,W)
2. Tersedia daftar formularium obat klinik (D)
3. Ada kebijakan dan atau prosedur pengadaan obat sesuai dengan regulasi (R)
4. Tersedia bukti dilakukan pengkajian resep dan pemberian obat dengan benar
pada setiap pelayanan pemberian obat. (D,O)
5. Tersedia bukti pemberian informasi obat dan konseling oleh Apoteker.(D,O)
6. Tersedia bukti rekonsiliasi obat pada pelayanan rawat inap sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. (D,O,W)
7. Tersedia obat emergensi pada unit-unit dimana diperlukan, dan dapat diakses
untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat emergensi, dipantau, dan diganti
tepat waktu setelah digunakan atau bila kadaluarsa. (D,O,W)
Pelayanan Kefarmasian di Klinik

Pengelolaan
sediaan farmasi,
alkes, & BMHP Pelayanan Farmasi
Klinis
Pelayanan Kefarmasian Di Klinik

Pengelolaan sediaan Pelayanan Farmasi Klinis


farmasi, alkes, &
BMHP 1. Pengkajian dan Pelayanan Resep

1. Pemilihan 2. Penelusuran Riwayat Penggunaan


Obat (klinik rawat inap)
2. Perencanaan
3. Rekonsiliasi Obat (klinik rawat inap)
3. Pengadaan
4. Pelayanan Informasi Obat
4. Penerimaan
5. Konseling
5. Penyimpanan
6. Ronde/visite pasien (klinik rawat
6. Pendistribusian inap)
(klinik rawat inap)
7. Pemantauan Terapi Obat
7. Pemusnahan dan 8. Monitoring Efek Samping
Penarikan
Obat(MESO)/Farmakovigilans
8. Pengendalian
9. Evaluasi Penggunaan Obat(EPO);
9. Administrasi dan/atau
10. Pelayanan Kefarmasian di rumah
(home pharmacy care)
Sumber dari : Sosialisasi Permenkes Nomor 34 Tahun 2021 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Klinik. Kamis, 20 Januari 2022
2. Tersedia daftar formularium obat klinik (D)
Pemilihan

Formularium Klinik merupakan


Formularium Klinik disusun oleh tim penyusun Formularium
daftar Obat yang ditetapkan oleh
Klinik yang terdiri dari tenaga medis dan Apoteker.
penanggung jawab Klinik.

Kriteria Obat yang masuk di Formularium Klinik, yaitu:


ü Obat yang memiliki NIE dari BPOM
ü Pemilihan Obat untuk Klinik yang bekerja sama dengan BPJS mengacu
pada Fornas;
ü Mengutamakan Obat generik
ü Memiliki benefit-risk ratio yang paling menguntungkan pasien
ü Mudah penggunaannya sehingga meningkatkan kepatuhan dan
penerimaan oleh pasien
ü Memiliki benefit-cost ratio yang tertinggi berdasarkan biaya langsung dan
tidak langsung
ü Terbukti evidence based medicine, aman dan banyak dibutuhkan untuk
pelayanan dengan harga yang terjangkau.

Sumber dari : Sosialisasi Permenkes Nomor 34 Tahun 2021 Tentang Standar


Pelayanan Kefarmasian Di Klinik. Kamis, 20 Januari 2022
Pengadaan
Ø Pengadaan dilaksanakan dengan pembelian menggunakan surat pesanan yang ditandatangani Apoteker.
Ø Sediaan Farmasi diperoleh dari Industri Farmasi atau PBF yang memiliki izin.
Ø Alat Kesehatan dan BMHP diperoleh dari Penyalur Alat Kesehatan (PAK) atau toko Alat Kesehatan yang memiliki
izin.
Ø Terjaminnya keaslian, legalitas, dan kualitas produk yang dibeli.
Ø Produk dipesan tepat waktu, mudah ditelusuri, lengkap sesuai dengan perencanaan.
Ø Pengadaan Obat darurat medis pada Klinik yang tidak melakukan Pelayanan
Kefarmasian berasal dari apotek melalui Surat Pesanan Kebutuhan Obat Darurat
Medis yang ditandatangani oleh penanggung jawab Klinik

3. Ada kebijakan dan atau prosedur pengadaan obat sesuai


dengan regulasi

Sumber dari : Sosialisasi Permenkes Nomor 34 Tahun 2021 Tentang Standar


Pelayanan Kefarmasian Di Klinik. Kamis, 20 Januari 2022
Konseling dsb

ibu hamil

pediatri

Kriteria Pasien

polifarmasi,
instruksi
khusus

kepatuhan
rendah

Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan pasien/keluarga untuk meningkatkan
pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan kepatuhan dalam penggunaan Obat dan menyelesaikan
masalah yang dihadapi pasien.
6. Tersedia bukti rekonsiliasi obat
pada pelayanan rawat inap
sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. (D,O,W)
8. Tersedia bukti penyimpanan dan pelaporan obat narkotika serta
psikotropika sesuai dengan regulasi (D,O,W)

Obat Narkotika, Psikotropika dan Prekursor


Penyimpanan sesuai dengan PMK no 3 Tahun 2015
10. Tersedia kebijakan dan atau prosedur
penanganan obat kadaluarsa/ rusak
(R,D,W)
Monitoring Efek Samping Obat

kegiatan pemantauan
setiap respon terhadap
Obat yang merugikan
atau tidak diharapkan
Kegiatan: -Mengidentifikasi Obat dan pasien yang
yang terjadi pada dosis mempunyai risiko tinggi mengalami efek samping
normal yang digunakan Obat. -Mengisi Laporan Monitoring Efek Samping
Obat (MESO). -Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek
pada manusia untuk Samping Obat Nasional.
tujuan profilaksis,
diagnosis dan terapi
atau memodifikasi
fungsi fisiologis
94
1/26/22
12. Ada kebijakan dan atau prosedur pemantauan dan pelaporan medication
error. (R,D,W)
13. Dalam hal klinik tidak memiliki apoteker, sebagai penanggung jawab pelayanan kefarmasian, klinik
hanya mengelola obat darurat medis sesuai peraturan perundang-undangan (D,O,W)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai