Anda di halaman 1dari 80

STANDAR PMKP 3

PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI
• Nama : Dr. Yael Esthi Nurfitri Kuncoro, SpKK

• Jabatan:
• Surveior UKP Akreditasi FKTP
• Surveior Akreditasi Rumah Sakit
• Kepala Bidang Penunjang Medis RS Ken Saras
• Ketua Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RS Ken Saras
• Ketua Sub Komite Mutu Profesi Komite Medik RS Ken Saras

• Pendidikan:
• FK : FK. Universitas Diponegoro Semarang : (2001 – 2007)
• Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Univ. Diponegoro Semarang : (2008 – 2012)

• No Telp : 081229099921
• Email : LA_BELLEE@yahoo.com
STANDAR

Klinik melakukan
Penerapan Pencegahan
dan Pengendalian
Infeksi (PPI) untuk
meminimalkan infeksi
pada pelayanan
kesehatan
MAKSUD DAN TUJUAN
➢ PPI Faktor Penting Dalam Mendukung Upaya
Peningkatan Mutu Dan Keselamatan Pasien Klinik
➢ Penanggung jawab mutu bersama koordinator PPI
menetapkan pedoman PPI dan Koordinator PPI
bersama TIM mutu melaksanakan program PPI
meliputi Kewaspadan Isolasi (Kewaspadaan
Standar Dan Transmisi), Bundles, Surveilans,
Pemakaian Penggunaan Antibiotik Yang
Bijaksana, Pendidikan dan Pelatihan.
➢ Koordinator PPI minimal telah mendapatkan
pelatihan PPI dasar
➢ Dalam pelaksanaan program PPI Koordinator PPI
mengusulkan indikator PPI yang akan dilakukan
pengukuran dan ditetapkan oleh penanggung jawab
klini serta dilakukan evaluasi dan dilaporkan secara
berkala
1. Klinik menetapkan kebijakan dan prosedur PPI (R)

TERSEDIA
PANDUAN,KEBI
JAKAN PPI

TERSEDIA
SOP PPI
Kewaspadan Isolasi
(Kewaspadaan
2. Ditetapkan program PPI yang Standar Dan
meliputi point 1 s.d 5 dalam Transmisi)

maksud dan tujuan (R)


Pendidikan dan
Pelatihan
Surveilans
R

Pemakaian
Penggunaan
Bundles Antibiotik Yang
Bijaksana
SISTEMATIKA PROGRAM
1. Pendahuluan

2. Latar belakang

3. Tujuan umum & khusus

4. Kegiatan pokok & rincian kegiatan

5. Cara melaksanakan kegiatan

6. Sasaran

7. Skedul (jadwal) pelaksanaan kegiatan

8. Evaluasi pelaksanaan kegiatan & pelaporannya

9. Pencatatan, pelaporan & evaluasi kegiatan


4. KEGIATAN
1. Melaksanakan Surveilans
2. Melakukan Pendidikan dan Pelatihan
3. Membuat Infection Control Risk Assessment (ICRA)
4. Membuat bundles
5. Monitoring Sterilisasi di Puskesmas
6. Monitoring Manajemen laundry dan linen
7. Monitoring Pembuangan sampah infectious, cairan tubuh & darah
8. Monitoring kepatuhan penggunaan APD
9. Monitoring kegiatan pelayanan makanan dan permesanan
10. Monitoring pembongkaran, pembangunan dan renovasi (kalau ada)
11. Monitoring pemakaian Antibiotik rasional
12. Monitoring hand hygiene
3. Ada petugas yang
kompeten yang
bertanggung jawab 1 AUDIT
melaksanakan,
monitoring, 2 MONITORING
mengevaluasi
implementasi PPI di 3 ICRA
klinik (D,W)
CONTOH STRUKTUR ORGANISASI PPI DI KLINIK

PJ MUTU

Koodinator PPI
AUDIT
pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan
dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria
yang ditetapkan”

MONITORING
untuk mengetahui apakah rencana maupun pelaksanaan kegiatan
yang telah dibuat dapat terlaksana dengan baik. Jika tidak terlaksana
dengan baik maka harus segera dicari penyebab masalahnya dengan
demikian tindak lanjut pemecahan masalah dapat dilakukan secara
dini. Sehingga kinerja PPI dapat tercapai sesuai target yang sudah
direncakan sebelumnya

ICRA
adalah suatu proses berkesinambungan yang memiliki fungsi preventif
dalam peningkatan mutu pelayanan. ICRA merupakan kelengkapan
penting dalam menyusun perencanaan, pengembangan, pemantauan,
evaluasi, dan upaya membuat pertimbangan dari berbagai tahap dan
tingkatan risiko infeksi
Contoh Audit Kepatuhan Kebersihan Tangan 5 Moment

1 Kriteria Penilaian :
3 Formula Perhitungan
• ≦ 75 % : Kepatuhan Minimal
• 76 – 84 % : Kepatuhan Intermediate Total Jumlah Ya
• ≧ 85 % : Kepatuhan Baik X 100%
2 Instrumen Penilaian Total Jumlah Ya + Tidak

Elements penilaian Ya Tidak NA


4 Hitung Hasil Audit
Sebelum menyentuh pasien √

Setelah menyentuh pasien √


4 X 100% = 80%
5
Sebelum tindakan aseptik √

Setelah kontak dengan cairan


5 Analisa
tubuh pasien √

Kepatuhan
Setelah meninggalkan lingkungan pasien √ Kebersihan Tangan
pada tingkat
Total 4 1
Intermediate
Contoh: Kepatuhan Kebersihan tangan
REKOMENDASI / PENERAPAN PERUBAHAN
HASIL AUDIT
■ Setelah hasil audit diumpanbalikkan → perlu kesepakatan
dgn unit terkait berdasarkan rekomendasi untuk perbaikan
■ Gunakan action plan (rencana tindakan) → kapan dan apa
yang akan dikerjakan serta oleh siapa
■ Setiap butir temuan perlu didefinisikan dgn jelas, siapa
penanggung jawab dan jangka waktu penyelesaian yang
disepakati
???? SDM Method

iritasi
???? petugas Belum ada SOP
menggunakan APD
Belum dilakukan .Belum ada
???
sosialisasi panduan

Kepatuhan
HH
…………….

Fasilitas cuci tangan Pasien komplain krn


Handrubb kosong
di luar bangsal lama

MATERIAL SARANA Pasien


Contoh: CARA PEMECAHAN MASALAH

No PRIORITAS PENYEBAB MASALAH ALTERNATIF PEMECAHAN ALTERNATIF KET


MASALAH MASALAH TERPILIH
1. Rendahnya Iritasi kulit • Pengadaan handrubb ….. • Pengadaan
kepatuhan HH Belum ada sosialisasi • Sosialisasi HH handrubb …..
di….. Pasien komplain karena • Fasilitas cuci tangan untuk • Sosialisasi HH
lama bangsal
Dst….

2.
3.
ICRA
Infection Control Risk Assessment

Sistem yang digunakan untuk menilai bahaya dari infeksi di


fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat menyebabkan kerugian
bagi pasien, keluarga, petugas, pengunjung dan lingkungan
(JCIA,2010)

TUJUAN
1. Mengembangkan program pencegahan pengendalian Infeksi diunit
terkait berdasarkan hasil indentifikasi risiko tinggi
2. Tersusunnya data identifikasi dan grading risiko infeksi di FKTP.
3. Tersedianya acuan penerapan langkah-langkah penilaian risiko infeksi
di FKTP.
4. Tersedianya rencana program pencegahan dan pengendalian risiko
infeksi di seluruh area FKTP.
ICRA KONSTRUKSI
ICRA PROGRAM PPI
Penilaian Risiko Pengendalian
Infeksi melalui proses Kajian risiko infeksi mencakup:
multidisiplin yang berfokus 1. Risiko terkait prosedur pelayanan
pada pengurangan risiko dari 2. Risiko terkait data hasil surveilans Hais
infeksi ke pasien, dg 3. Risiko terkait data hasil audit kepatuhan
perencanaan fasilitas, desain, 4. Risiko terkait pelayanan penunjang
dan kegiatan konstruksi. 5. dan lain lain
PENILAIAN PROBABILITAS
TINGKAT
DESKRIPSI FREKUENSI KEJADIAN
RISIKO

0-5% extremely unlikely or virtually impossible.


1 Very low
Hampir tidak mungkin terjadi (terjadi dalam lebih dari 5 tahun).

Jarang (frekuensi 1-2 x/tahun), Jarang tapi bukan tidak mungkin terjadi
2 low
(terjadi dalam jangka waktu 2-5 tahun).

31-70% fairly likely to occur


3 Medium Kadang (frekuensi 3-4 x/tahun). Mungkin terjadi/ bisa terjadi (dapat
terjadi tiap 1-2 tahun).
Agak sering (frekuensi 4-6 x/tahun),
4 High Sangat mungkin terjadi (terjadi setiap bulan/beberapa kali dalam
setahun).
Sering (frekuensi > 6 x/tahun), Hampir pasti
5 Very high
PENILAIAN DAMPAK

TINGKAT RISIKO DESKRIPSI DAMPAK

1 Minimal Klinis Tidak ada Cedera.

Cedera ringan, misalnya lecet, dapat


2 Moderate klinis
diatasi dengan P3K.
Cedera sedang (luka robek), berkurangnya fungsi
motorik/sensorik/ psikologis atau intelekteual tidak
berhubungan dengan penyakitnya dan Setiap kasus
Lama hari rawat panjang
3 akan memperpanjang hari
perawatan
Cedera luas/berat (cacat atau lumpuh), kehilangan
Kehilangan fungsi tubuh fungsi motorik/sensorik/ psikologis atau intelektual )
4 sementara tidak
berhubungan dengan penyakit
Kematian yang tidak berhubungan dengan
5 Katastropik
perjalanan penyakit
PENILAIAN SISTEM

SISTEM, PERATURAN DAN


TINGKAT RISIKO DESKRIPSI
PELAKSANAAN

1 Solid Peraturan Ada, Fasilititas Ada, Dilaksanakan

Peraturan Ada, Fasilititas Ada, Tidak Selalu


2 Good
Dilaksanakan

Peraturan Ada, Fasilititas Ada, Tidak


3 Fair
Dilaksanakan

Peraturan Ada, Fasilititas Tidak Ada, Tidak


4 Poor
Dilaksanakan

5 None Tidak Ada Peraturan


3. Penilaian dan Penentuan Skor
Menyusun skor jumlah

Probability, Impact, Current Systems

score for probability : 3


score dampak : 2
sistem berkelanjutan : 4

total score 3X2X4 =24

Program prioritas berdasarkan nilai terbesar


Identifikasi pelayanan Gigi
⦿ Peralatan Kritikal, semi kritikal,non
kritikal masih belum terpisahkan pada
saat pelayanan
⦿ Petugas Menggunakan APD belum sesuai
standar pelayanan
⦿ Tempat pencucian alat kesehatan masih
di tempat wastafel cuci tangan
⦿ Kebersihan lingkungan : Meja, Lampu dll
⦿ Air kumur yang digunakan belum sesuai
ketentuan
PELAYANAN GIGI
POTENSIAL RIKS/ PROBABILITY IMPACT CURRENT SYSTEM SKOR
PROBLEM Prioritas
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
Peralatan Kritikal, semi 3 3 2 18 III
kritikal,non kritikal
belum lengkap
Petugas Menggunakan 4 2 1 8 IV
APD sesuai tidak
indikasi
Tempat pencucian alat 5 2 5 50 I
kesehatan masih di
ruang pelayanan gigi
Kebersihan lingkungan : 3 3 2 18 III
Meja, Lampu belum
rutin
Air kumur yang 5 3 5 75 II
digunakan masih air
kran
5. Membuat plan of action (rencana kegiatan)
JNS POTENSIA
KELOMP L PRIORIT TUJUAN PROGRESS /
NO SKOR TUJUAN KHUSUS STRATEGI EVALUASI
OK RISIKO/M AS UMUM ANALISIS
RISIKO ASALAH
LANGKAH-LANGKAH ICRA KONSTRUKSI
• PRE RENOVASI
o Rapat Tim Multidispilin
o Penetapan & rencana tidakan konstruksi bangunan
➢Identifikasi type dan jenis konstruksi
➢Identifikasi kelompok risiko
➢Membuat Matrix penilaian risiko
➢Perencanaan tindakan PPI sesuai hasil penilaian
• SELAMA RENOVASI
o Pengawasan mengunakan Format Audit
o Monitoring tindakan perbaikan atas rekomendasi usulan perbaikan
• SETELAH RENOVASI
o Pengawasan hasil limbah pekerjaan
o Menetapkan penilaian kelayakan bangunan sesuai penilaian risiko
infeksi
Menentukan Tipe Konstruksi/Renovasi Bangunan Berdasarkan
Tingkat Risiko
1. Type A :
kegiatan renovasi/konstruksi dengan risiko rendah misalnya pemindahan plafon.
2. Type B :
kegiatan renovasi skala kecil, durasi pendek dengan risiko debu minimal misalnya pemotongan
dinding plafon dimana penyebaran debu dapat dikontrol.
3. Type C :
kegiatan pembongkaran gedung dan renovasi gedung yang menghasilkan debu yang banyak
dan tinggi misalnya konstruksi pembongkaran dan pembangunan dinding baru.
4. Type D :
kegiatan pembangunan proyek konstruksi dan pembongkaran gedung dengan skala besar
misal konstruksi baru atau pembangunan gedung baru.
Langkah Ke-2:
Identifikasi Kelompok Risiko
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2 KELOMPOK 3 KELOMPOK 4
RENDAH SEDANG TINGGI SANGAT TINGGI

- Area kantor • Laundry - UGD -Terapi Radiasi


• Cafeteria - Radiology -Area klinis
• Dietary - Recovery Rooms -Pharmacy Admixture -
- Ruang Maternitas / VK Ruang bersih
-Manajemen Material
- Kamar bayi -Kamar Operasi
-Laboratorium
- Perawatan anak
-Koridor Umum (yang -CSSD
- Lab Microbiologi
dilewati pasien, suplai, -Kateterisasi Jantung
dan linen) - Farmasi
-Kamar prosedur invasif pasien
- Pelayanan gigi
rawat jalan
-Newborn Intensive Care
Unit (NICU)
-Intensive Care Unit
Langkah Ke-3 :
Menentukan Level/Kelas ICRA Renovasi

Ditentukan berdasarkan tabel matrix antara Tipe Aktivitas Konstruksi dan


Kelompok Risiko Pasien
Level risiko TIPE A TIPE B TIPE C TIPE D
konstruksi

Rendah Kelas I Kelas II Kelas II Kelas III/IV

Sedang Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV

Tinggi Kelas I Kelas II Kelas III/IV Kelas IV

Sangat Tinggi Kelas II Kelas III/IV Kelas III/IV Kelas IV

Note : Persetujuan pengendalian infeksi akan diperlukan ketika aktivitasi kontruksi dan tingkat
risiko berada pada kelas 3 dan kelas 4
Contoh :
Penilaian Risiko Renovasi
Level risiko TIPE A TIPE B TIPE C TIPE D
konstruksi

Rendah Kelas I Kelas II Kelas II Kelas III/IV

Sedang Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV

Tinggi Kelas I Kelas II Kelas III/IV Kelas IV

Sangat Tinggi Kelas II Kelas III/IV Kelas III/IV Kelas IV

Class of Precautions
Langkah-langkah Intervensi PPI
Ditentukan Berdasarkan Kelas
Risiko Berdasarkan Type Konstruksi Kelas I, sbb:
• Lakukan pekerjaan dengan metode meminimalkan debu
• Pembersihan lingkungan kerja segera lakukan setelah pekerjaan selesai

Kelas II, sbb:


• menyediakan sarana penghalang penyebaran debu ke udara
TYPE KONSTRUKSI • Memberikan kabut air pada permukaan lingkungan kerja untuk menghalangi dan
KELOMPOK mengendalikan debu selama proyek konstruksi berlangsung
PASIEN • Melakukan pembersihan lingkungan kerja segera lakukan setelah pekerjaan selesai
BERISIKO TYPE A TYPE B TYPE TYPE Kelas III, sbb:
C D • Membuat penghalang debu dengan menutup area masuknya debu (melakban pintu)
• Menutup ventilasi udara
RENDAH I II II III/IV • Menutup sistim heating ventilation air conditioning (HVAC)
• Limbah konstruksi ditempatkan dalam wadah tertutup rapat dan segera dibuang dan
dilakukan pembersihan
• Setelah selesai pekerjaan semua debu di bersihkan dari seluruh permukaan
SEDANG I II III IV
Kelas IV, sbb:
• Buat pembatas area kerja harus dipasang sampai proyek selesai dan dibersihkan
TINGGI I II III/IV IV • Menutup jendela di area yang menampung pasien yang dinilai rentan untuk
diminimalkan masuknya spora jamur yang dihasilkan oleh pekerjaan bangunan di
dekatnya.
SANGAT • Jika penyedot debu digunakan, pastikan mereka memiliki filter efisiensi tinggi pada
II III/IV III/IV IV udara yang habis.
TINGGI • Mengisolasikan sistem HVAC di area kerja untuk mencegah kontaminasi sistem
saluran
• Mengangkut puing-puing dalam kantong atau wadah tertutup dengan tutup yang rapat,
atau menutupi puing dengan kain basah.
• Jangan mengangkut puing-puing melalui area perawatan pasien tetapi melalui pintu
keluar yang berbeda.
PENGAWASAN SELAMA KONSTRUKSI/RENOVASI

⦿ PRAKTEK KERJA AMAN • Engineering Controls


• Briefing keamanan harian • Kontrol ventilasi dan lingkungan
• Vacuum dan penghisap debu • Buat lingkungan dengan
lokal tekanan negatif
• Kontrol lalu lintas pembersihan • Barriers systems
puing puing
• Kontrol debu dan puing
⦿ Pembersihan peralatan &
• Pengawasan resiko kontaminasi
lingkungan
• Pembersihan lokasi pekerjaan
• Monitoring rutin
4. Tersedia bukti sarana
kebersihan tangan dan media
informasi tentang kebersihan
tangan (D,O,W)
INSTRUMEN MONITORING KELENGKAPAN FASILITAS KEBERSIHAN TANGAN
5. Terdapat bukti pelaksanaan
KEWASPADAAN STANDAR
kewaspadaaan standar (D,O,W)

Kebersihan tangan Pengendalian


Lingkungan
Pengendalian
Alat Pelindung Diri
Limbah

Penyuntikan yang Manajemen Linen


aman

Kebersihan Penempatan
pernafasan/etika batuk pasien

Pengelolaan alkes
Kesehatan petugas
IMPLEMENTASI

Praktek lumbal
fungsi
0 Sebelum melakukan
tindakan,ukur risiko yang
akan dihadapi→ pilih APD
yang sesuai

0 Pilih sesuai cara transmisi


infeksi pada pasien
Click to edit Master title style
Jangan menggunakan sarung tangan sama
1 untuk >1pasien
2 Jangan mencuci untuk digunakan kembali

3 Jangan menjamah benda lain

1 Lakukan hand hygiene, pakai kedua tangan

2 Ganti bila tampak rusak/bocor


3 Segera lepas bila sudah selesai dan buang ke tempat
pembuangan
Tujuan pemrosesan alat

Memutus mata rantai penularan infeksi dari


peralatan medis kepada pasien, petugas kesehatan,
pengunjung dan lingkungan rumah sakit
Pengelolaan
Proses mengelola linen yang
telah dipakai pasien, pegawai,
Linen
keluarga pasien di fasyankes
Kriteria
Linen dari perkantoran

Linen yang berasal dari rawat jalan

Linen yang berasal dari unit khusus

Linen dari kamar operasi/ruang tindakan


6. Terdapat bukti pelaksanaan kewaspadaaan transmisi

KONTAK
D
DROPLET
O
UDARA
2 Pilar Kewaspadaan Isolasi

KEWASPADAAN Diterapkan pada semua klien


STANDAR yang ke fasilitas
pelayanan kesehatan,
setiap waktu

KEWASPADAAN
Hanya diterapkan pada
BERDASARKAN
pasien yang dicurigai
TRANSMISI
terinfeksi
Jenis Kewaspadaan berdasarkan transmisi

• Melalui kontak
• Melalui droplet
• Melalui udara (Airborne Precautions)
• Melalui common vehicle (makanan, air, obat,
alat, peralatan)
• Melalui vektor (lalat, nyamuk, tikus)
Transmisi kontak
terbanyak..!

– menurunkan risiko Kontak langsung


timbulnya Healthcare Kontak tidak langsung :
Associated Infections tangan petugas,
(HAIs),terutama risiko peralatan pasien,
transmisi mikroba yang
mainan anak,
secara epidemiologi
diakibatkan oleh alat diagnostik pasien
kontak
MRSA,VRE,resisten E coli pd ISK,diare
ec Clostridium difficile, norovirus,RSV
pd bronchiolitis, Staphylococcus pd
impetigo absces cellulitis,C diphteriae,
Pseudomonas aeruginosa,Herpes
simplex virus,zoster,Rubella
Permukaan lingkungan dapat
Kewaspadaan terkontaminasi melalui kontak dengan
tangan pasien atau petugas,gaun/alat
Transmisi kontak /saputangan /tissue yang telah dipakai
dan benda yang terkontaminasi cairan
tubuh

APD
sarung tangan
gaun

Lepaskan gaun sebelum meninggalkan


ruangan
Minimalisasi gerak pasien
Kontrol lingkungan:cleaning & disinfeksi
permukaan yang terkontaminasi
• Petugas harus menahan diri untuk tidak
menyentuh mata, hidung, mulut saat masih
memakai sarung tangan
terkontaminasi/tanpa sarung tangan.
• batuk,bersin dan berbicara
Kewaspadaan S Percikan >5µm melayang di udara
jatuh mengenai mukosa mata,
Transmisi droplet hidung atau mulut orang tanpa
pelindung dan akan jatuh pada
jarak < 1,8 m

◻ APD
Kewaspadaan masker bedah/medik
transmisi droplet sarung tangan
gaun
◻ Batasi gerak pasien keluar R rawat
◻ Ruang terpisah,TT berjarak > 1m atau
kohorting

S B.pertussis,meningococcus,Avian
Influenza, Streptococcus grup A
,Adenovirus ,H1N1,M
pneumoniae,Rubella, Scarlet
fever,Mumps
S Partikel kecil < 5 mm mengandung mikroba
melayang/menetap di udara beberapa jam,
ditransfer sebagai aerosol melalui aliran
udara dalam ruangan /jarak lebih jauh dari 2
m, idealnya 3m

S Prosedur yang dapat menimbulkan mis


Mycobacterium suction, bronkoskopi, nebulising,i ntubasi
tuberculosis?
S APD

Kewaspadaan masker bedah ( pasien )


transmisi airborne respirator partikulat (N95,petugas )

sarung tangan

gaun

apron ( cairan yg banyak )

S Mycobacterium TB,Campak,Cacar Air,


Zoster
7. Terdapat bukti pelaksanaan bundles

• CAUTI/ISK
• INFEKSI DAERAH OPERASI (IDO).
Bundles • INFEKSI ALIRAN DARAH AKIBAT
HAIs PEMASANGAN PERIFER LINE
(PLABSI)
• PLEBITIS

• PENGGUNAAN ALAT BANTU


O
PPI PERNAPASAN
• TERAPI INHALASI
Lainnya • PERAWATAN LUKA
Penerapan bundle merupakan sekumpulan praktik
berbasis bukti sahih yang menghasilkan perbaikan
keluaran proses pelayanan kesehatan bila dilakukan
secara kolektif dan konsisten (Permenkes 27, 2017).

Penerapan bundle dapat menurunkan angka HAIs jika dilaksanakan dengan konsisten
yang dapat menurunkan angka kematian, biaya perawatan dan lama hari rawat.
Pelaksanaan Penerapan bundle ini harus didukung oleh kompetensi petugas
pelayanan kesehatan baik pengetahuan, sikap dan keterampilannya

BUNDELS DILAKUKAN DI FKTP, BUNDLE HAIS :ISK, INFEKSI DAERAH OPERASI


(IDO),INFEKSI ALIRAN DARAH AKIBAT PEMASANGAN PERIFER LINE (PLABSI) DAN
PLEBITIS
PROSEDUR PPI LAINNYA :
PENGGUNAAN ALAT BANTU PERNAPASAN
TERAPI INHALASI
PERAWATAN LUKA
PENERAPAN BUNDLE PADA INFEKSI DAERAH OPERASI (IDO)

Pengertian:
Menurut National Nosocomial Infection
Surveilance Sistem (NNIS) infeksi luka operasi
merupakan infeksi insisi ataupun organ/ruang
yang infeksi terjadi dalam 30 hari setelah
operasi atau dalam kurun 90 hari apabila
terdapat implant yang melibatkan kulit dan
jaringan lunak yang lebih dalam.
Infeksi Daerah Operasi (IDO) juga pada
Tindakan bedah minor yaitu sebuah tindakan
operasi ringan dengan menggunakan anastesi
bersifat lokal dan dapat dengan melakukan alat
sederhana

Tujuan:
Penatalaksanaan Infeksi daerah operasi (IDO)
agar sesuai dengan prinsip PPI.
SURGICAL SITE INFECTION/INFEKSI DAERAH OPERASI (IDO) pada
Operasi Minor
IDO Atau surgical Site Infection (SSI) merupakan infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30
hari sampai dengan 90 hari setelah operasi meliputi kulit dan jaringan subkutan (insisional
superfisial dan/atau jaringan lunak dalam sayatan dan atau bagian manapun dari anatomi
dibuka atau dimanipulasi selama operasi dengan tanda dan gejala sebagai berikut :
• Gejala infeksi : kemerahan, panas, bengkak, nyeri, fungsi laesa terganggu
• Cairan purulent.
• Ditemukan kuman dari cairan atau tanda dari jaringan superfisial.
TINDAKAN BEDAH MINOR YANG
SERING DI FKTP
1. Exterpasi Lipoma
2. Ekstraksi Kuku
3. Sirkumsisi
4. Jahit Luka
5. Insisi Abses
6. Eksisi Clavus
7. Ekstraksi Gigi
PENERAPAN PPI PADA IDO
LANGKAH-LANGKAH PENCEGAHAN PRA-OPERASI
▪ Pastikan Lokasi area tindakan dalam kondisi bersih dan tertata dengan baik
sebelum prosedure dilakukan
▪ Pastikan prosedure Informed Consent sudah dilakukan dengan benar
▪ pastikan sudah dilakukan tindakan keamanan prosedure pasien dengan
melakukan pengukuran : Tensi, Nadi, Suhu dan gula darah dan
penandaan pada lokasi insisi
▪ Profilaksis antimikroba pembedahan: 30 - 60 menit (jika diperlukan)
▪ Pastikan edukasi kepada pasien dan keluarga sudah dilakukan
▪ Pencukuran rambut harus dihindari kecuali jika rambut dapat
mengganggu prosedur operasi
▪ Petugas tidak menggunakan assesoris
▪ Melakukan kebersihan tangan menggunakan sabun anti septik
▪ Mempertahankan kadar glukosa darah antara 140-200 mg/dL (7,8-11,1
mmol/L)
▪ Batasi jumlah orang di dalam ruang kamar Tindakan
PENERAPAN PPI PADA IDO
LANGKAH-LANGKAH PENCEGAHAN INTRA-OPERASI
1. Petugas melakukan kebersihan tangan mengunakan sabun antiseptik (cuci
tangan bedah)
2. Petugas menggunakan Alat Pelindung Diri sesuai indikasi dan jenis
paparan
3. Gunakan drape (linen operasi) yang bersih atau dan steril
4. Selalu memperhatikan tindakan aseptik
5. Antiseptik permukaan kulit dilakukan dengan menggunakan
Alkohol 70 %/iodine tincture 2 % atau clorhexidine 2-4 %.
6. Peralatan kesehatan yang dipergunakan sesuai jenis kritikal, semi
kritik dan Non kritikal
7. Hindari penggunaan agen antimikroba untuk mengirigasi luka insisi
sebelum penutupan
8. Jangan mengaplikasikan bubuk vankomisin( anti mikroba) ke
daerah sayatan pembedahan
9. Limbah benda tajam segera ditempatkan di tempat yang aman
(safety box), lembah infeksius ditampung dan dikumpulkan pada
tempatnya
8. Terdapat bukti pelaksanaan
survailans (D,O)
PENGERTIAN
Surveilans merupakan proses
pengumpulan, pengolahan, analisis
Surveilans: dan interpretasi data secara
PMK 27/2017
sistemik dan terus menerus serta
adalah suatu proses yang: penyebaran informasi kepada unit
yang membutuhkan untuk dapat
• Dinamis, mengambil tindakan. (WHO, 2004),
• Sistematis,
• Terus-menerus,
Dalam pengumpulan, identifikasi, analisis dan Surveilans merupakan pengumpulan,
analisis dan interpretasi data kesehatan
interpretasi dari data kesehatan yang penting pada suatu secara sistematis dan terus menerus,
populasi spesifik, dan didiseminasikan secara berkala yang diperlukan untuk perencanaan,
implementasi dan evaluasi upaya
kepada pihak-pihak yang memerlukan untuk digunakan kesehatan masyarakat, dipadukan
dengan diseminasi data secara tepat
dalam perencanaan, penerapan dan evaluasi suatu tindakan waktu kepada pihak-pihak yang perlu
yang berhubungan dengan kesehatan dalam upaya mengetahuinya. (CDC Center for
desedase control and preventions, 2008),
penilaian resiko Healthcare Assosiated infections (HAIS).

9/1/2022 PPI di FKTP-Askar 68


TUJUAN DAN SASARAN

TUJUAN SASARAN
1. Mendapatkan data dasar Infeksi di pelayanan FKTP
2. Menurunkan laju Infeksi yang terjadi di FKTP fokus pada kejadian HAIs yang berhubungan erat
3. Identifikasi dini Kejadian Luar Biasa (KLB) Infeksi di FKTP dengan proses pelayanan medis dan
keperawatan di FKTP, sbb:
4. Meyakinkan para tenaga kesehatan tentang adanya 1. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
masalah yang memerlukan penanggulangan
2. Infeksi Daerah Operasi (IDO)
5. Mengukur dan menilai keberhasilan suatu program PPI
3. Plebitis
6. Memenuhi standar mutu pelayanan medis dan keperawatan 4. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
7. Dan salah satu unsur pendukung untuk memenuhi standar 5. Abses gigi
penilaian akreditasi di fasyankes

9/1/2022 PPI di FKTP-Askar 69


3. Analisis
PERENCANAA a) Analisis data yang telah dikumpulkan (jika memungkinkan dicatat dalam sistim
N
(PERSIAPAN)
komputer).

b) Untuk mengetahui besaran masalah infeksi digunakan insiden rate.


PENGUMPULAN
DATA
Rumus Insiden Rate:

ANALISIS DATA

PENETAPAN
TARGET
DAN ANALISIS
DATA

LAPORAN
DAN
DISEMINASI
HASIL
9/1/2022 PPI di FKTP-Askar 71
4. Target dan Interpretasi
PERENCA
NAAN
Interprestasi data surveilans:
(PERSIAP
AN)
1. Dapat dibuat dalam bentuk tabel, grafik , pie dll (sesuai keperluan).
PENGUMP
ULAN
2. Penyajian data harus jelas, sederhana, mudah dipahami yang
DATA
memperlihatkan pola kejadian infeksi dan perubahan yang terjadi (trend).
3. Analisis kecenderungan menurut:
ANALISIS
DATA
✓ Jenis infeksi, jenis tindakan, ruang perawatan, dll

ANALISIS
✓ Jelaskan sebab-sebab peningkatan atau penurunan angka infeksi
DATA
DAN
INTERPRET
4. Bandingkan dengan target kejadian infeksi yang diharapkan pada
ASI
pemantauan kejadian HAIs (berdasarkan penetapan FKTP dan data
LAPORA
pembanding (Benchmaking).
N DAN
DISEMIN
ASI HASIL
5. Buat rekomendasi untuk plan of action
9/1/2022 PPI di FKTP-Askar 72
Lanjutan..

5. Laporan dan Diseminasi Hasil


PERENCA
NAAN
(PERSIAP
AN)
• Laporan dan rekomendasi hasil surveilans oleh Ketua Tim
PPI/Penanggung jawab PPI kepada pimpinan fasyankes secara periodik
PENGUMP (tergantung kebijakan fasyankes setiap bulan, triwulan , tahunan) untuk
ULAN
DATA dilakukan tindak lanjut hasil persetujuan
Laporan kegiatan PPI di FKTP dibuat secara komprehensif dan berkesinambungan:
ANALISIS ➢ Untuk mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan program PPI.
DATA
➢ Laporan dibuat secara periodik atau sesuai kebijakan FKTP (triwulan, semester, tahunan atau sewaktu-waktu jika
diperlukan) .

ANALISIS
DATA
DAN
INTERPRET
ASI
• Diseminasi dan atau komunikasikan kepada unit atau pihak yang
LAPORA
N DAN
berkepentingan untuk dilakukan langkah tindak lanjut atau perbaikan
DISEMIN
ASI HASIL
9/1/2022 PPI di FKTP-Askar 73
9. Terdapat bukti pelaksanaan pemakaian anti microba yang bijak

Penggunaan Antibiotik berdasarkan


a. Therapi
✓ Empiris
Penggunaan antibiotic pada kasus infeksi yang belum diketahui jenis bakteri penyebabbya dengan tujuan
eradikasi atau penghambat pertumbuhan bakteri yang diduga menyjadi penyebab infeksi ebelum diperoleh hasil
pemeriksaan mikrobiologi
✓ Defenitif
penggunaan antibiotic pada kasusu infeksi yang sudah diketahui jenis bakteri penyebab dan pola
resistensi ( berdasarkan pemekriksaan mikrobiologi)
b. Profikasis
meliputi antibitoik profilaksis atas indikasi Tindakan bedah bersih/bersih terkontaminasi termasuk pula
prosedur gigi
DASAR HUKUM

• PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 8 TAHUN


2015 TENTANG PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI
ANTIMIKROBA DI RS
• PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2406/MENKES/PER/XII/2011 TENTANG
PEDOMAN UMUM PENGGUNAAN ANTIBIOTIK

Dini Rahma Satuti 75


Penggunaan Antibiotik tidak tepat timbulkan :

Resistensi bakteri terhadap antibiotik

Pengobatan kurang efektif

Risiko keamanan pasien

Tingginya biaya pengobatan


PENGENDALIAN RESISTENSI
ANTIMIKROBA/ANTIBIOTIK

2. Penerapan prinsip
Melalui 2 pencegahan
1. Penerapan
kegiatan penyebaran mikroba
pengunaan antibiotik resisten melalui
secara bijak utama
kewaspadaan standar
(Prinsip PPI) 77
1. Meningkatkan pemahaman dan ketaatan tenaga kesehatan dalam
penggunaan antibiotik secara bijak.
2. Meningkatkan peranan pemangku kepentingan di bidang penanganan
penyakit infeksi dan penggunaan antibiotik. D
3. Mengembangkan dan meningkatkan fungsi laboratorium yang berkaitan
dengan penanganan penyakit infeksi.
4. Meningkatkan pelayanan farmasi klinik dalam memantau penggunaan
antibiotik,
5. Meningkatkan penanganan kasus infeksi secara multidisplin dan terpadu. O
6. Melaksanakan surveilans pada penggunaan antibiotik, serta melaporkan
secara berkala.
7. Menetapkan Kebijakan Penggunaan Antibiotik: Panduan Penggunaan
Antibiotik Profilaksis dan Terapi.
8. Implementasi penggunaan antibiotik secara rasional yang meliputi antibiotik
profilaksis dan antibiotik terapi.
9. Monitoring, evaluasi dan pelaporan penggunaan antibiotik
10. Terdapat bukti pelaksanaan Pendidikan dan
pelatihaN terkait PPI (D,O)

SOSIALISASI
PROGRAM PPI

Anda mungkin juga menyukai