Anda di halaman 1dari 4

Kebahagiaan Raja Dan Permaisuri

Identitas resensi buku :


1. Judul Buku : Putri Junjung Buih
2. Pengarang : Dian K.
3. Penyunting : Dewi Hannie
4. Penerbit : Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia
5. Tahun Terbit : 2023
6. Tebal Halaman : 31 halaman
7. ISBN : 978-623-04-1044-4
8. Ukuran Buku : ---
9. Cetakan Buku : ---
10. Harga Buku : Rp 39.000,00
11. Peringkas Cerita : Elshaday Putri Vellycia Manullang
12. Kelas : 8C (Sekolah Citra Berkat)
Putri Junjung Buih

Pada suatu hari, berdirilah kerajaan bernama Amuntai. Kerajaan Amuntai ini dipimpin
oleh dua raja yang memiliki hubungan baik satu sama lain. Dua raja itu adalah Raja Patmaraga
dan Raja Sukmaraga. Mereka adalah kakak beradik yang memimpin kerajaan bersama
sehingga tidak ada perselisihan di antara mereka. Lalu pada suatu hari, Raja Sukmaraga
memberitakan kabar sukacita tentang kehamilan permaisurinya kepada Raja Patmaraga. Raja
Sukmaraga menyampaikan kepada Raja Patmaraga bahwa ia akan memiliki seorang putra.
Raja Sukmaraga menyampaikan kepada Raja Patmaraga dengan nada bahagia. Raja
Patmaraga pun juga ikut bahagia mendengar berita tersebut, tetapi ada perasaan sedih yang
ia rasakan.
Raja Patmaraga selalu menginginkan dan selalu berharap mempunyai anak dengan
permaisurinya. Raja Patmaraga rajin berdoa kepada Tuhan agar bisa mempunyai keturunan
bersama permaisurinya. Ia selalu berdoa kepada Tuhan setiap malam dan selalu meminta
kepada Tuhan agar ia juga diberi keturunan. Raja Patmaraga selalu meminta hal yang sama
dan berulang setiap ia berdoa. Beberapa bulan sudah berlalu, permaisuri Raja Sukmaraga
akhirnya melahirkan putra kembar. Kerajaan Amuntai turut bersukacita atas kelahiran putra
kembar Raja Sukmaraga. Kerajaan Amuntai merayakan pesta besar besaran dengan rasa
bersyukur dan sukacita. Tetapi Raja Patmaraga tetap merasakan perasaan sedih didalam
dirinya karena ia juga menginginkan anak.
Hari demi hari sudah berlalu, permaisuri Raja Patmaraga masih tidak ada tanda tanda
bahwa permaisurinya akan hamil. Raja Patmaraga mulai putus asa karena hal itu. Ia mulai
pasrah dan bertanya tanya apakah ini takdir mereka sehingga tidak bisa mempunyai anak.
Raja Patmaraga masih diliputi perasaan perasaan sedih dan memikirkan banyak hal.
Permaisuri Raja Patmaraga mencoba untuk menenangkan dan menghiburnya agar Raja
Patmaraga tidak banyak bersedih. Raja Patmaraga sudah sangat berharap kepada Tuhan agar
diberi keturunan walau hanya satu anak. Ia berharap bisa mempunyai anak walau hanya satu
dan jika anaknya perempuan pun tidak apa apa. Akhirnya, Raja Patmaraga dan permaisurinya
memutuskan untuk berjalan jalan mengunjungi Candi Agung di luar Kerajaan Amuntai
ditemani Datuk Pujung sang penasihat istana.
Raja Patmaraga dan permaisurinya menikmati pemandangan luar di Kerajaan Amuntai
bersama. Raja Patmaraga mencoba menghilangkan perasaan sedih dalam dirinya dengan
mengajak permaisurinya berjalan jalan. Tetapi, saat melintasi sungai Raja Patmaraga terheran
dan melihat bahwa air di sungai berbuih banyak. Setelah melihat lihat sungai tersebut, Raja
Patmaraga terkejut dan melihat sesuatu yang terapung. Ternyata, Raja Patmaraga melihat
seorang bayi terapung. Bayi itu terapung dijunjung oleh buih buih yang banyak. Raja
Patmaraga dan permaisurinya terkejut tetapi merasakan sukacita dalam dirinya. Raja
Patmaraga dan permaisurinya sangat senang karena mungkin inilah jawaban Tuhan atas doa
mereka. Sang Raja Patmaraga dengan cepat meminta Datuk Pujung untuk mengambil bayi itu
tetapi hal tak terduga terjadi. Buih buih itu menjauh seolah bayi itu tidak mau dipegang.
Ternyata bayi itu bisa berbicara dan memberitahu mereka beberapa syarat sebelum
mengambil dirinya.
Bayi itu meminta empat puluh wanita untuk menjemputnya. Bayi itu juga
menginginkan selimut yang ditenun dalam waktu setengah hari saja. Raja Patmaraga pun
memerintah Datuk Pujung untuk memenuhi syarat syarat tersebut. Datuk Pujung kembali ke
Kerajaan Amuntai dan mengumpulkan empat puluh perempuan. Datuk Pujung
mengumpulkan para penenun selimut dan jika ada yang berhasil akan diangkat sebagai
pengasuh bayi itu dan tinggal di Kerajaan Amuntai. Lalu, akhirnya ada seorang perempuan
yang berhasil menenun selimut yang tenunannya rapih dan warnanya indah dalam waktu
setengah hari saja. Perempuan itu bernama Ratu Kuripan, ia pun ditetapkan menjadi
pengasuh bayi Raja Patmaraga.
Datuk Pujung pun menyiapkan empat puluh perempuan dan bersiap untuk menjemput
bayi itu. Raja Patmaraga sudah menunggu dengan perasaan cemas dan setelah ia mendengar
bahwa semua syarat untuk mengambil bayi itu sudah lengkap, Raja Patmaraga pun langsung
masuk ke sungai untuk menjemput bayi itu dengan syarat yang terpenuhi dan menjemput bayi
itu dengan cara yang pantas. Raja Patmaraga menarik buih buih itu diiringi empat puluh
perempuan dibelakangnya dan akhirnya menggendong bayi itu dengan hati hati. Raja
Patmaraga menyelimuti bayi itu dengan kain tenun yang hanya ditenun setengah hari saja.
Raja Patmaraga keluar dari sungai dan menunjukan bayi itu kepada permaisurinya
dengan perasaan bahagia. Setelah itu, Raja Patmaraga memuji bayi itu karena
kecantikkannya. Saat Permaisuri Raja Patmaraga menggendong bayi itu dan memikirkan nama
yang pantas untuk bayi itu. Raja Patmaraga menamai bayinya Putri Junjung Buih. Mereka
menamainya Putri Junjung Buih karena menemukannya terapung dijunjung oleh buih buih.
Setelah Raja Patmaraga dan Permaisurinya kembali ke Kerajaan Amuntai, Raja Sukmaraga dan
Permaisurinya menyambut kedatangannya dengan hati yang gembira. Kedua raja pun
mempunyai anak dan melanjutkan memimpin Kerajaan Amuntai dengan bahagia.
Penilaian Buku

Saat membaca buku ini, saya memperhatikan beberapa hal seperti kekurangan.
Dibuku ini juga memiliki beberapa kekurangan seperti memiliki latar belakang yang terlalu
polos. Beberapa tokoh tokoh yang terdapat didalam cerita ditempatkan terlalu ke bawah atau
bahkan terlalu ke samping sehingga terlihat seperti terpojok. Tetapi selain kekurangan, buku
ini juga memiliki kelebihan.
Kelebihan buku ini yaitu semua umur bisa membaca buku ini. Buku ini juga bisa
mengajarkan anak anak beberapa hal positif. Dibuku ini terdapat pesan moral yang dapat
dicontoh banyak orang. Contoh hal positif yang bisa dicontoh yakni selalu bersabar jika
menginginkan sesuatu, memperlakukan orang lain dengan baik tanpa memandang apapun,
dan selalu berdoa serta mengandalkan Tuhan. Dibuku ini juga terdapat bahasa inggris
sehingga anak anak bisa ikut belajar. Anak anak juga bisa mengetahui cerita cerita rakyat
seperti Putri Junjung Buih dari Kalimantan Selatan. Sampul buku dan alur ceritanya juga sesuai
dengan judul. Alur ceritanya menarik karena tidak mudah ditebak. Ukuran buku ini juga tidak
terlalu besar sehingga mudah untuk dibawa dan buku ini lumayan tipis sehingga mudah untuk
dibawa. Harga buku ini juga tidak terlalu mahal dan sesuai dengan kualitas buku ini.

Anda mungkin juga menyukai