Keterangan:
D = indeks daya pembeda
X = skor butir
Y = skor total
CARA KETIGA (DENGAN KOEFISIEN KORELASI BISERIAL TITIK)
• Rumus pada cara kedua dapat disederhanakan dalam
rumus berikut:
𝑌𝑌�1 −𝑌𝑌� 𝑝𝑝𝑋𝑋
𝐷𝐷 = 𝑟𝑟𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 =
𝜎𝜎𝑌𝑌 1−𝑝𝑝𝑋𝑋
• Keterangan:
X = skor butir
Y = skor total
𝑌𝑌�1 = rerata skor Y dengan X = 1
𝑌𝑌� = rerata untuk skor total untuk Y
𝜎𝜎𝑌𝑌 = deviasi 2
baku dari
2 skor total (dianggap populasi dengan
2 ∑ 𝑌𝑌 ∑ 𝑌𝑌
𝜎𝜎 𝑌𝑌 = − , N = banyaknya siswa
𝑁𝑁 𝑁𝑁
𝑝𝑝𝑋𝑋 = proporsi peserta tes dengan X = 1
CARA KEEMPAT (DENGAN KOEFISIEN KORELASI BISERIAL)
𝑌𝑌�1 −𝑌𝑌� 𝑝𝑝𝑋𝑋
𝐷𝐷 = 𝑟𝑟𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 =
𝜎𝜎𝑌𝑌 𝑓𝑓(𝑧𝑧)
Keterangan:
X = skor butir
Y = skor total
𝑌𝑌�1 = rerata skor Y dengan X = 1
𝑌𝑌� = rerata untuk skor total untuk Y
𝜎𝜎𝑌𝑌 = deviasi 2
baku dari
2 skor total (dianggap populasi dengan
2 ∑ 𝑌𝑌 ∑ 𝑌𝑌
𝜎𝜎 𝑌𝑌 = − , N = banyaknya siswa
𝑁𝑁 𝑁𝑁
𝑝𝑝𝑋𝑋 = proporsi peserta tes dengan X = 1
z = nilai pada distribusi normal baku sedemikian hingga
luas dibawah kurva normal baku dan di sebelah kanan z
adalah 𝑝𝑝𝑋𝑋
1
1 −2𝑧𝑧 2
𝑓𝑓 𝑧𝑧 = 𝑒𝑒
2𝜋𝜋
INDEKS DAYA PEMBEDA YANG DIPERBOLEHKAN
• Rentang indeks daya pembeda adalah −1 ≤ 𝐷𝐷 ≤ 1
• Pengembang tes biasanya ingin memperoleh daya pembeda yang
positif dalam arti kelompok pandai menjawab benar butir soal lebih
banyak daripada kelompok tidak pandai
• Semakin mendekati 1 semakin baik indeks daya pembeda untuk butir
tersebut
• Namun mengupayakan indeks daya pembeda yang sangat tinggi
cukup sukar
• Biasanya butir soal dikatakan mempunyai daya beda yang baik apabila
𝐷𝐷 ≥ 0,30
Contoh:
Suatu tes pilihan ganda yang terdiri dari 10 butir soal dikenakan
pada 10 siswa. Sebaran skor untuk masing-masing butir soal
tampak pada tabel berikut ini:
Butir soal
No. Resp
Btr 1 Btr 2 Btr 3 Btr 4 Btr 5 Btr 6 Btr 7 Btr 8 Btr 9 Btr 10
1 Resp.1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0
2 Resp.2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
3 Resp.3 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0
4 Resp.4 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0
5 Resp.5 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0
6 Resp.6 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0
7 Resp.7 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0
8 Resp.8 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0
9 Resp.9 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1
10 Resp.10 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0
Pilihan Jawaban
Kelompok
A B C D E
Kelompok Atas 1 5 42 4 0
Kelompok Bawah 9 5 26 3 9
Kunci Jawaban : C
Mana saja pengecoh yang berfungsi?
OMIT
• Omit adalah proporsi peserta tes yang tidak menjawab pada semua
alternatif jawaban.
• Butir soal yang baik jika omit paling banyak 10% dari peserta tes.
ANALISIS BUTIR UNTUK SOAL URAIAN
• Berbeda dengan analisis butir untuk soal pilihan
ganda, tidak banyak buku yang membicarakan analisis
butir soal untuk soal uraian
• Menurut Budiyono, analisis butir untuk soal bentuk
uraian dikembangkan dari analisis butir untuk soal
bentuk pilihan ganda
TINGKAT KESULITAN
• Indeks tingkat kesulitan untuk tes uraian dirumuskan
sebagai berikut:
𝑆𝑆̅
𝑃𝑃 =
𝑆𝑆𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
• Keterangan:
P = indeks tingkat kesulitan
𝑆𝑆̅ = rerata untuk skor butir
𝑆𝑆𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = skor maksimum untuk butir tersebut
DAYA PEMBEDA
Indeks daya pembeda dicari dengan mencari koefisien
korelasi antara skor butir dengan skor total sebagai
berikut:
𝑛𝑛Σ𝑋𝑋𝑋𝑋− Σ𝑋𝑋 Σ𝑌𝑌
𝐷𝐷 = 𝑟𝑟𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 =
𝑛𝑛Σ𝑋𝑋 2 − Σ𝑋𝑋 2 𝑛𝑛Σ𝑌𝑌 2 − Σ𝑌𝑌 2
Keterangan:
D = indeks daya pembeda
X = skor butir
Y = skor total
Contoh:
Terdapat 5 butir soal bentuk uraian yang diberikan pada 10 siswa. Setiap butir
diberi skor dengan skala 10 (skor minimal 1 dan skor maksimal 10). Sebaran
skor mereka adalah sebagai berikut: