Anda di halaman 1dari 24

ANALISIS BUTIR SOAL

PENILAIAN RANAH KOGNITIF


ANALISIS BUTIR SOAL UNTUK PILIHAN GANDA
Pada suatu uji coba perlu dilihat kualitas butir soal.
Kualitas butir soal ditandai oleh:
1. Tingkat kesulitan
2. Daya pembeda
3. Berfungsinya pengecoh
TINGKAT KESULITAN (DIFFICULTY)
• Tingkat kesulitan atau tingkat kesukaran butir soal
menyatakan proporsi banyaknya peserta yang menjawab
benar butir soal tersebut terhadap seluruh peserta tes.
• Indeks tingkat kesulitan butir soal dapat dirumuskan
sebagai berikut:
𝐵𝐵
𝑃𝑃 =
𝑁𝑁
Keterangan:
P = Indeks tingkat kesulitan butir soal
B = Banyaknya peserta tes yang menjawab benar butir soal
tersebut
N = Banyaknya seluruh peserta tes
• Rentang nilai indeks tingkat kesulitan adalah 0 ≤ 𝑃𝑃 ≤ 1
• Semakin tinggi nilai P maka semakin mudah suatu butir
soal
• Semakin rendah nilai P maka semakin sukar butir soal
• Untuk memperoleh parameter butir soal yang stabil
diperlukan sampel uji coba yang cukup besar
• Semakin besar ukuran sampel uji coba semakin baik
INDEKS TINGKAT KESULITAN
• Pada analisis tingkat kesulitan, pengembang tes harus
menentukan kapan suatu butir soal dipertahankan,
dibuang atau direvisi.
• Dalam konteks penelitian atau penilaian yang
menggunakan PAN untuk memperoleh variabel terikat
yang semakin menyebar maka butir soal yang semakin
mendekati tingkat kesulitan 0,5 semakin baik.
• Rentang tingkat kesukaran yang dapat digunakan
sebagai kriteria adalah: lebih kecil dari 0,30 masuk
kategori sukar, antara 0,30 – 0,80 termasuk
cukup/sedang, dan lebih besar dari 0,80 termasuk
mudah.
• Biasanya, dilihat dari sisi tingkat kesulitan yang dipakai
sebagai kriteria butir yang baik adalah 0,30 ≤ 𝑃𝑃 ≤ 0,70
• Pada penilaian yang menggunakan PAP misalnya pada
pelaksanaan KTSP, analisis tingkat kesulitan menjadi tidak
relevan karena yang terpenting peserta didik telah
memenuhi standar minimal kelulusan atau belum
• Seorang guru berharap semua butir soal dapat dikerjakan
semua siswa sehingga diharapkan butir soal dengan
tingkat kesulitan yang tinggi
• Penentuan butir soal yang baik menurut tingkat
kesulitannya bervariasi menurut kepentingannya
• Jika tujuan tes untuk mastery learning maka diinginkan
butir soal mempunyai indeks tingkat kesulitan sekitar 0,90
• Jika tujuan tes untuk seleksi, dimana hanya akan diterima
25% pelamar maka butir soal yang baik mempunyai
indeks tingkat kesulitan sekitar 0,25
Contoh:
Suatu tes pilihan ganda yang terdiri dari 10 butir soal dikenakan
pada 10 siswa. Sebaran skor untuk masing-masing butir soal
tampak pada tabel berikut ini:
Butir soal
No. Resp
Btr 1 Btr 2 Btr 3 Btr 4 Btr 5 Btr 6 Btr 7 Btr 8 Btr 9 Btr 10
1 Resp.1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0
2 Resp.2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
3 Resp.3 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0
4 Resp.4 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0
5 Resp.5 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0
6 Resp.6 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0
7 Resp.7 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0
8 Resp.8 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0
9 Resp.9 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1
10 Resp.10 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0

Hitunglah indeks tingkat kesulitan!


DAYA PEMBEDA (DISCRIMINATION POWER)
• Daya beda butir soal adalah indeks yang menggambarkan
tingkat kemampuan suatu butir soal untuk membedakan
kelompok yang pandai dari kelompok yang kurang pandai.
• Interpretasi daya beda selalu dikaitkan dengan kelompok
peserta tes. Artinya, suatu daya beda butir soal yang
dianalisis berdasarkan data kelompok tertentu belum tentu
dapat berlaku pada kelompok yang lain.
• Suatu butir soal mempunyai daya pembeda baik jika
kelompok siswa pandai menjawab benar butir soal lebih
banyak dari pada kelompok siswa tidak pandai
• Daya pembeda suatu butir soal dapat dipakai untuk
membedakan siswa yang pandai dan tidak pandai
• Sebagai tolok ukur pandai atau tidak pandai adalah skor
total dari sekumpulan butir soal yang dinalisis.
CARA PERTAMA (CARA KLASIK)
• Peserta tes diurutkan dari skor total tertinggi sampai
terendah
• Berdasarkan aturan tertentu peserta tes dikelompokkan
menjadi dua yaitu kelompok atas dan kelompok bawah
• Biasanya penentuan berdasarkan mediannya => separuh
peserta tes kelompok atas dan separuhnya lagi kelompok
bawah. Jika banyak data ganjil maka data yang di tengah
tidak diikutkan dalam analisis
• Jika peserta tes dalam jumlah besar dapat digunakan
aturan 27% atau 30% urutan teratas adalah kelompok atas
dan 27% atau 30% urutan terbawah adalah kelompok
bawah
• Hal ini didasarkan pada pengalaman empirik bahwa 27%
atau 30% kelompok atas dan 27% atau 30% kelompok
bawah dapat mewakili separuh kelompok atas dan
separuh kelompok bawah
• Pembagian kelompok bisa juga didasarkan atas rerata
• Indeks daya pembeda dirumuskan sebagai berikut:
𝐵𝐵𝑎𝑎 𝐵𝐵𝑏𝑏
𝐷𝐷 = −
𝑁𝑁𝑎𝑎 𝑁𝑁𝑏𝑏
Keterangan:
D = indeks daya pembeda butir soal
𝐵𝐵𝑎𝑎 = banyaknya peserta tes pada kelompok atas yang
menjawab benar
𝑁𝑁𝑎𝑎 = banyaknya peserta tes pada pada kelompok atas
𝐵𝐵𝑏𝑏 = banyaknya peserta tes pada kelompok bawah yang
menjawab benar
𝑁𝑁𝑏𝑏 = banyaknya peserta tes pada pada kelompok bawah
CARA KEDUA (DENGAN KOEFISIEN KORELASI
BISERIAL TITIK)
• Selain menggunakan cara klasik ada cara lain untuk mencari indeks daya
pembeda yaitu dengan mencari koefisien antara skor butir dan skor total
• Pada cara ini indeks daya pembeda suatu butir dicari dengan mencari koefisien
korelasi antara skor butir tersebut dengan skor total.
• Indeks daya pembeda dirumuskan sebagai berikut:
𝑛𝑛Σ𝑋𝑋𝑋𝑋− Σ𝑋𝑋 Σ𝑌𝑌
𝐷𝐷 = 𝑟𝑟𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 = 2 2 2 2
𝑛𝑛Σ𝑋𝑋 − Σ𝑋𝑋 𝑛𝑛Σ𝑌𝑌 − Σ𝑌𝑌

Keterangan:
D = indeks daya pembeda
X = skor butir
Y = skor total
CARA KETIGA (DENGAN KOEFISIEN KORELASI BISERIAL TITIK)
• Rumus pada cara kedua dapat disederhanakan dalam
rumus berikut:
𝑌𝑌�1 −𝑌𝑌� 𝑝𝑝𝑋𝑋
𝐷𝐷 = 𝑟𝑟𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 =
𝜎𝜎𝑌𝑌 1−𝑝𝑝𝑋𝑋
• Keterangan:
X = skor butir
Y = skor total
𝑌𝑌�1 = rerata skor Y dengan X = 1
𝑌𝑌� = rerata untuk skor total untuk Y
𝜎𝜎𝑌𝑌 = deviasi 2
baku dari
2 skor total (dianggap populasi dengan
2 ∑ 𝑌𝑌 ∑ 𝑌𝑌
𝜎𝜎 𝑌𝑌 = − , N = banyaknya siswa
𝑁𝑁 𝑁𝑁
𝑝𝑝𝑋𝑋 = proporsi peserta tes dengan X = 1
CARA KEEMPAT (DENGAN KOEFISIEN KORELASI BISERIAL)
𝑌𝑌�1 −𝑌𝑌� 𝑝𝑝𝑋𝑋
𝐷𝐷 = 𝑟𝑟𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 =
𝜎𝜎𝑌𝑌 𝑓𝑓(𝑧𝑧)
Keterangan:
X = skor butir
Y = skor total
𝑌𝑌�1 = rerata skor Y dengan X = 1
𝑌𝑌� = rerata untuk skor total untuk Y
𝜎𝜎𝑌𝑌 = deviasi 2
baku dari
2 skor total (dianggap populasi dengan
2 ∑ 𝑌𝑌 ∑ 𝑌𝑌
𝜎𝜎 𝑌𝑌 = − , N = banyaknya siswa
𝑁𝑁 𝑁𝑁
𝑝𝑝𝑋𝑋 = proporsi peserta tes dengan X = 1
z = nilai pada distribusi normal baku sedemikian hingga
luas dibawah kurva normal baku dan di sebelah kanan z
adalah 𝑝𝑝𝑋𝑋
1
1 −2𝑧𝑧 2
𝑓𝑓 𝑧𝑧 = 𝑒𝑒
2𝜋𝜋
INDEKS DAYA PEMBEDA YANG DIPERBOLEHKAN
• Rentang indeks daya pembeda adalah −1 ≤ 𝐷𝐷 ≤ 1
• Pengembang tes biasanya ingin memperoleh daya pembeda yang
positif dalam arti kelompok pandai menjawab benar butir soal lebih
banyak daripada kelompok tidak pandai
• Semakin mendekati 1 semakin baik indeks daya pembeda untuk butir
tersebut
• Namun mengupayakan indeks daya pembeda yang sangat tinggi
cukup sukar
• Biasanya butir soal dikatakan mempunyai daya beda yang baik apabila
𝐷𝐷 ≥ 0,30
Contoh:
Suatu tes pilihan ganda yang terdiri dari 10 butir soal dikenakan
pada 10 siswa. Sebaran skor untuk masing-masing butir soal
tampak pada tabel berikut ini:
Butir soal
No. Resp
Btr 1 Btr 2 Btr 3 Btr 4 Btr 5 Btr 6 Btr 7 Btr 8 Btr 9 Btr 10
1 Resp.1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0
2 Resp.2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
3 Resp.3 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0
4 Resp.4 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0
5 Resp.5 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0
6 Resp.6 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0
7 Resp.7 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0
8 Resp.8 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0
9 Resp.9 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1
10 Resp.10 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0

Hitunglah daya beda pada soal tes tersebut!


BERFUNGSINYA PENGECOH
• Pengecoh yang baik harus dipilih oleh peserta tes.
• Alternatif pilihan jawaban dalam suatu butir soal dikatakan
berfungsi jika semua pilihan jawaban tersebut dipilih oleh
peserta tes dengan kondisi dimana jawaban yang benar
lebih dipilih dari pada alternatif pilihan jawaban yang lain.
• Pengecoh disebut berfungsi jika:
(1) dipilih oleh sebagian siswa,
(2) siswa kelompok pandai memilih lebih sedikit daripada
siswa kelompok tidak pandai
• Untuk menentukan apakah pengecoh berfungsi atau tidak
biasanya diambil nilai ambang 5%, artinya salah satu syarat
agar pengecoh dikatakan berfungsi baik adalah jika
pengecoh tersebut dipilih oleh paling sedikit 5% peserta
tes. Pengecoh berfungsi jika paling sedikit 5% dari peserta
tes memilih jawaban tersebut.
• Selain dipilih oleh paling sedikit 5% dari seluruh peserta
tes, pengecoh yang baik harus lebih mengecoh
kelompok bawah daripada kelompok atas.
• Agar dapat mengecoh peserta tes maka pengecoh-
pengecoh yang ada pada suatu butir soal harus sama
kuat daya tariknya.
• Pada pelajaran matematika, pengecoh disusun
berdasarkan atas kesalahan yang mungkin dilakukan
oleh peserta tes.
Contoh:
Persamaan garis yang melalui titik (1, -2) dan tegak
lurus garis dengan persamaan y = 3x – 6 adalah…
A. 3y + x = 1
B. 3y + x = -5
C. y + 3x = -5
D. y – 3x = 7
Contoh:
Berikut ini terdapat sebaran jawaban sekelomok
peserta tes untuk butir soal tertentu

Pilihan Jawaban
Kelompok
A B C D E
Kelompok Atas 1 5 42 4 0
Kelompok Bawah 9 5 26 3 9

Kunci Jawaban : C
Mana saja pengecoh yang berfungsi?
OMIT
• Omit adalah proporsi peserta tes yang tidak menjawab pada semua
alternatif jawaban.
• Butir soal yang baik jika omit paling banyak 10% dari peserta tes.
ANALISIS BUTIR UNTUK SOAL URAIAN
• Berbeda dengan analisis butir untuk soal pilihan
ganda, tidak banyak buku yang membicarakan analisis
butir soal untuk soal uraian
• Menurut Budiyono, analisis butir untuk soal bentuk
uraian dikembangkan dari analisis butir untuk soal
bentuk pilihan ganda
TINGKAT KESULITAN
• Indeks tingkat kesulitan untuk tes uraian dirumuskan
sebagai berikut:
𝑆𝑆̅
𝑃𝑃 =
𝑆𝑆𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
• Keterangan:
P = indeks tingkat kesulitan
𝑆𝑆̅ = rerata untuk skor butir
𝑆𝑆𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = skor maksimum untuk butir tersebut
DAYA PEMBEDA
Indeks daya pembeda dicari dengan mencari koefisien
korelasi antara skor butir dengan skor total sebagai
berikut:
𝑛𝑛Σ𝑋𝑋𝑋𝑋− Σ𝑋𝑋 Σ𝑌𝑌
𝐷𝐷 = 𝑟𝑟𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 =
𝑛𝑛Σ𝑋𝑋 2 − Σ𝑋𝑋 2 𝑛𝑛Σ𝑌𝑌 2 − Σ𝑌𝑌 2

Keterangan:
D = indeks daya pembeda
X = skor butir
Y = skor total
Contoh:
Terdapat 5 butir soal bentuk uraian yang diberikan pada 10 siswa. Setiap butir
diberi skor dengan skala 10 (skor minimal 1 dan skor maksimal 10). Sebaran
skor mereka adalah sebagai berikut:

Nomor Butir Soal


No Nama
1 2 3 4 5
1 A 8 7 9 6 5
2 B 5 6 8 9 7
3 C 7 9 7 6 6
4 D 6 8 6 8 8
5 E 9 4 6 7 7
6 F 4 6 8 5 9
7 G 8 9 6 7 8
8 H 9 8 6 6 7
9 I 7 8 7 9 8
10 J 8 6 5 7 8

Hitunglah indeks tingkat kesulitan dan indeks daya pembeda!

Anda mungkin juga menyukai