Anda di halaman 1dari 6

JEBAKAN SETAN DIBALIK BADAI KORONA – oleh Pdt.

Joseph Priyono (Ibadah Raya – Minggu, 29 Maret 2020)


Posted on April 3, 2020 by GPdI Mahanaim Tegal

Markus 4:35-41

Selamat pagi dan salam sejahtera dalam Kristus bagi Bapak/Ibu/Sdr/i sekalian dimanapun
berada. Telah dua minggu ini kita tidak dapat beribadah bersama-sama di gedung gereja karena
wabah Korona. Apapun yang terjadi biarlah hati kita tetap bersyukur karena kita masih dapat
mengikuti ibadah ini melalui siaran live streaming.

Untuk itu, kami berharap Bp/Ibu/Sdr/i tidak mengikuti ibadah ini seperti sedang menonton
sebuah acara, tetapi mari satukan hati untuk memuji dan menyembah Tuhan dimanapun kita
berada. Percayalah bukan lokasi yang menentukan kita diterima Allah, tetapi kondisi hati. Bukan
tempat yang menjadi penentu tetapi sikap kita dihadapan Allah. Karena itu dimana saja kita
berada, berilah sikap hormat kepada hadirat Allah.

Pagi hari ini saya mengajak kita untuk memperhatikan apa yang sedang terjadi pada hari-hari ini
dan melihatnya dalam perspektif alkitab.

Mari kita buka Markus 4:35-41. Dalam perikop ini dikisahkan bahwa Tuhan Yesus bersama
dengan murid-muridNya sedang menyeberang danau Galilea, tiba-tiba di lautan mengamuklah
taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu
mulai penuh dengan air. Sementara itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Dalam
kepanikan murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: “Guru, Engkau tidak
perduli kalau kita binasa?” Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu:
“Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali.

Bukankah keadaan ini sama seperti yang sedang kita hadapi pada hari-hari ini? Dunia dimana
kita tinggal seperti lautan yang sedang bergelora karena virus Korona. Bangsa-bangsa
tergoncang, keuangan melemah, pertumbuhan ekonomi melambat. Usaha-usaha mulai sepi,
pesta-pesta mulai ditinggalkan. Acara-acara konser dan pertunjukkan dibatalkan. Pertandingan-
pertandingan olahragapun harus dihentikan.

Virus Korona telah berubah menjadi gelombang yang dahsyat mematikan. Dunia gempar, semua
orang menjadi gentar menghadapi serangan virus Korona, tak terkecuali kita yang tinggal di
Indoensia. Dari hari ke hari kita mendengar laporan bahwa jumlah penderita makin berlipat,
kematian pun jadi meningkat. Rumah sakit penuh, tenaga medis kewalahan, peralatanpun tidak
mencukupi. Dalam keadaan yang seperti ini apa yang dapat kita pelajari? Sebagai anak-anak
Tuhan bagaimana cara kita memandang semua yang telah terjadi ini?

Marilah kita melihat setiap kejadian dengan perseptif iman kristen, melihat dari sudut padang
alkitab. Ketahuilah apa yang terjadi atas bumi ini sudah ditulis dalam Alkitab.
Bapak Gembala berulang kali telah mengatakan bahwa semua ini adalah penggenapan firman
Allah. Itulah sebabnya saya percaya bahwa kehadiran virus Korona yang disebut Covid – 19
memiliki tujuan Illahi. Namun demikian kita harus menyadari, selain mengandung tujuan Tuhan,
setan juga akan menggunakan setiap kesempatan untuk menyelesaikan agendanya.

Untuk marilah kita melihat “Jebakan-jebakan setan dibalik badai virus Korona.”

Sadarilah dalam setiap badai setan selalu ingin mengambil keuntungan. Setan memiliki agenda
tersendiri dan menggunakan segala situasi yang terjadi. Apa saja jebakan setan dalam badai
Korona terjadi saat ini?

1. Menebar ketakutan
Ayat 40 Lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak
percaya?”

Jebakan setan yang pertama saat badai datang adalah menebar ketakutan. Lihatlah cara Tuhan
Yesus menegur murid-muridNya: Mengapa kamu begitu takut? Takut itu manusiawi, setiap
orang diberikan rasa takut agar waspada, berhati-hati, tetapi “begitu takut” itulah yang salah.
Begitu takut adalah ketakutan yang melampui batasan, rasa takut yang diluar kewajaran.

Ketakutan adalah senjata setan untuk membunuh keberanian, menghancurkan keyakinan dan
melemahkan kekuatan. Ketika seseorang mengalami ketakutan, maka hilanglah seluruh
kekuatannya. Alkitab berkata: Amsal 24:10 Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan,
kecillah kekuatanmu.

Hari-hari ini kita dibombardir dengan berita Korona. Media elektronik, medsos semua
memberitakan tentang korban korona, orang-orang di atas kendaraan mati mendadak, orang-
orang di pinggir jalan tiba-tiba mati, semua ini memiliki satu tujuan yaitu menebar ketakutan.
Sebab dengan ketakutan maka semua potensi, kekuatan, keberanian bahkan akal sehatpun akan
hilang. Perhatikanlah apa yang terjadi di berbagai tempat, dengan berita Korona yang terus
digaungkan. Orang main borong bahan makanan, orang timbun persediaan sebanyak-banyaknya
tanpa memikirkan sesamanya. Hati-hati dengan ketakutan. Bisa jadi bukan virus yang membuat
orang mati, tetapi “KETAKUTAN” terhadap virus itulah yang mematikan.

Ingatlah…. Bencana mungkin terjadi, tetapi KETAKUTAN adalah pilihan.

Kita tidak bisa menghindari becana, tetapi apakah kita akan memilih takut atau berani
menghadapi, adalah pilihan kita.

Bapak Ibu, kematian itu takdir manusia, ada atau tidak ada Korona manusia pasti akan mati. Lalu
mengapa harus takut. Ikuti saja aturan, jaga kesehatan dan jauhi kerumunan, tak perlu ada
ketakutan. Ingatlah yang dikatakan firman Allah dalam 2Timotius 1: 7 Sebab Allah memberikan
kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan
ketertiban.
Ketahuilah bahwa ketakutan itu datang dari setan, Tuhan tidak pernah memberikan ketakutan
kepada kita, Tuhan memberikan roh yang membangkitkan keberanian, kekuatan, kasih dan
ketertiban. Jadi hati-hati jangan sampai terjebak dengan tipu daya setan sehingga kita takut
menghadapi semua yang terjadi. Beranilah menghadapi karena Tuhan menyertai. Amin!

Sadarilah bahwa ketakutan itu membunuh. Lihatlah apa yang dialami raja Saul dan segenap
bangsa Israel saat ditantang oleh Goliat? Karena intimidasi yang menakutkan, tidak ada
seorangpun yang berani menghadapi Goliat. Jumlah pasukan yang banyak tidak ada artinya,
persenjataan yang lengkap tidak ada gunanya, jika mereka mengalami ketakutan. Itulah sebabnya
dalam hukum perang yang ditetapkan bangsa Israel, orang yang takut adalah yang pertama
disuruh pulang. Orang yang takut Korona, dia yang dahulu pulang, pulang ke rumah Bapa. Sebab
itu jangan takut!!

2. Melumpuhkan iman
Ayat 40 Lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak
percaya?”

Jebakan setan yang kedua dalam badai adalah melumpuhkan iman. Saat badai taufan datang,
murid-murid ketakutan, hasilnya mereka kehilangan iman. Tuhan Yesus menegur mereka:
Mengapa kamu tidak percaya?

Ketakutan adalah musuh iman.


Dimana ketakutan bertumbuh, iman mati. Sebaliknya dimana iman berkembang, ketakutan
hilang.
Ketakutan membunuh keberanian, iman menghasilkan kepercayaan.
Ketakutan melihat persoalan, iman melihat Tuhan.
Ketakutan memandang masalah, iman memandang Allah.

Manakah yang kita pilih? Menjalani hidup dengan ketakutan atau menjalani hidup dengan penuh
kepercayaan kepada Tuhan.

Bapak Ibu, hidup dan mati ada di tangan Tuhan. Alkitab berkata:
1Samuel 2:6
TUHAN mematikan dan menghidupkan, Ia menurunkan ke dalam dunia orang mati dan
mengangkat dari sana.

Mana yang kita pilih, mempercayai Korona mematikan atau Tuhan yang menghidupkan,
mempercayai Korona yang membunuh atau Tuhan sebagai penyembuh.
Sadarilah IMAN dan IMUN itu sejajar, (lihat grafik). Jika iman naik, maka imunitas meningkat,
sebaliknya jika iman kita lemah, imunitas menurun. Sebab itu jalani hidup ini dengan iman.
Percayakan semua pada pemeliharaan dan kekuasaan Tuhan.

2Korintus 5:7 —sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat–

Sadarilah iman itu dipandu oleh kepercayaan, bukan penglihatan, iman digerakan oleh percaya
bukan yang dilihat mata. Iman bukan melihat keadaan, tetapi percaya kepada Tuhan.

 Mata kita melihat itu virus, iman berkata: Tuhan pasti urus
 Mata melihat itu bencana, iman berkata : Tuhan pasti punya rencana
 Mata melihat itu wabah, iman berkata: Tuhan tak pernah berubah
 Mata melihat itu musibah, iman berkata dalam Tuhan selalu ada anugerahHati-hati,
jangan sampai kita sebagai anak-anak masuk dalam jebakan setan, sehingga kita
kehilangan iman dan hidup dalam ketakutan. Pada masa-masa seperti, seharusnya anak-
anak Tuhan berdiri tegap memberikan keyakinan dan kepastian kepada dunia bahwa
masih ada harapan di dalam Tuhan. Ada pertolongan di dalam Dia, ada jalan keluar
disetiap masalah yang kita hadapi.

3. Membunuh HARAPAN
Markus 4:38
Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya
membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita
binasa?”

Setan menebar ketakutan dan melumpuhkan iman agar manusia tidak lagi memiliki pengharapan.
Inilah jebakan setan yang ketiga, ia menggunakan badai agar manusia tidak memiliki
pengharapan. Murid-murid berkata: Guru kita binasa?! Siapa bilang mereka binasa? Bukankah
ada Tuhan bersama mereka? Tetapi karena badai yang besar, mereka kehilangan harapan,
mereka hanya melihat kebinasaan.
Korona memang bisa mematikan, tetapi juga bisa disembuhkan. Kena Korona bukan akhir
segalanya, selalu ada harapan di dalam Tuhan. Sebab itu jangan terjebak dengan berbagai berita.
Hadapi dengan tenang dan penuh pengharapan kepada Tuhan.

Hidup ini tidak berhenti tatkala kita lelah atau bahkan kita ketika kalah, tetapi hidup ini berhenti
saat kita kehilangan harapan.

 Sadarilah bahwa harapan adalah kekuatan di dalam kelemahan.


 Harapan adalah ketabahan yang membuat kita bertahan dalam kesukaran
 Harapan adalah kegembiraan tatkala kita berduka
 Harapan adalah keyakinan tatkala asa mulai menghilang

Roma 4:18,19
Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya,
bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: “Demikianlah
banyaknya nanti keturunanmu.”

Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah,
karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup.

Bagi Abraham sebenarnya sudah tidak ada alasan untuk berharap memiliki keturunan, sebab
rahim Sara telah tertutup. Kita semua tahu, jika seorang wanita telah memasuki masa
menopouse, maka itu tandanya dia sudah tidak akan bisa memiliki anak lagi. Tetapi itulah luar
biasanya Abraham, ia tetap berharap sekalipun tidak ada dasar untuk berharap.

Inilah pengharapan yang benar. Pengharapan yang benar bukan didasarkan kepada
ketidakmampuan manusia, tetapi kepada kemampuan TUHAN. Pengharapan yang benar bukan
didasarkan ketidaksanggupan manusia tetapi kepada kesanggupan Allah. Abraham sadar bahwa
Sara tidak mungkin mampu untuk memiliki anak karena rahimnya sudah tertutup. Sara tidak lagi
bisa hamil dan mengandung karena tidak ada benih yang dihasilkan dalam rahimya. Itulah
sebabnya Abraham tidak mendasarkan harapannya kepada Sara yang rahimnya tertutup, tetapi ia
tujukan harapannya kepada Tuhan yang sanggup membuka rahim Sara yang tertutup dan
menghidupkan apa yang sudah mati.

Ingatlah, pengharapan dalam Tuhan itu seperti sauh yang kuat.

Ibrani 6:19 Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah
dilabuhkan sampai ke belakang tabir

Dalam keadaan yang terpuruk, Ayub tidak hilang harapan. Sekalipun tidak ada lagi dasar untuk
berharap Ayub tetap berharap kepada Allah.

Ayub 5:18
Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang
tangan-Nya menyembuhkan pula.
Haleluya…! Apapun yang sedang terjadi hari-hari ini, jangan takut! Kuatkan iman dan
kepercayaan kepada Tuhan, sebab didalam Dia selalu ada harapan. Percayalah tangan Tuhan
akan membebat semua luka dan duka, tanganNya yang berkuasa akan menyembuhkan dan
memulihkan Indonesia. Tuhan memberkati.

Anda mungkin juga menyukai