Anda di halaman 1dari 339

Tiraikasih Website http://kangzusi.

com/

N e ger i 5 M en a r a
Oleh : Ahm ad Fuadi

Ebook : Dewi KZ
htt p:/ / kangzusi.com/ htt p:/ / dewi- kz.info/
htt p:/ / kang-zusi.info htt p:/ / cerita-silat .co.cc/

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pesan d ar i M asa Silam


Washingt on DC, Desember 2003, jam 16.00
Iseng saja aku mendekat ke jendela kaca dan menyent uh
permukaannya dengan ujung telunjuk kananku. Haw a dingin
segera menjalari w ajah dan lengan kananku. Dari balik kerai
t ipis di lant ai empat ini, salju t ampak t urun menggumpal-
gumpal sepert i kapas yang dit uang dari langit . Ket ukan-
ket ukan halus terdengar set iap gumpal salju menyent uh kaca
di depanku. Mat ahari sore menggant ung condong ke barat
berbent uk piring put ih susu.
Tidak jauh, t ampak The Capitol, gedung parlemen Amerika
Serikat yang anggun put ih gading, bergaya klasik dengan
t onggak-t onggak besar. Kubah raksasanya yang berundak-
undak semakin memut ih dit aburi salju, bagai mengenakan
kopiah haji. Di depan gedung ini, hamparan pohon american
elm yang biasanya rimbun kini t inggal dahan-dahan t anpa
daun yang dibalut serbuk es. Sudah 3 jam salju t urun. Tanah
bagai dilingkupi permadani put ih. Jalan raya yang lebar-lebar
mulai dipadat i mobil karyawan yang beringsut -ingsut pulang.
Berbaris sepert i semut . Lampu rem yang hidup-mat i-hidup-
mat i memantul merah di salju. Sirine polisi—at au ambulans—
sekali-sekali menggert ak diselingi bunyi klakson.
Udara hangat yang berbau agak hangus dan kering
menderu-deru keluar dari alat pemanas di ujung ruangan.
Mesin ini menggeram-geram karena bekerja maksimal. Walau
begit u, badan setelan melayuku t et ap menggigil melaw an
suhu yang anjlok sejak beberapa jam lalu. Televisi di ujung
ruang kant or menayangkan Weather Channel yang mencat at
suhu di luar minus 2 derajat celcius. Lebih dingin dari secaw an
es t ebak di Pasar At eh, Bukitt inggi.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Aku suka dan benci dengan musim dingin. Benci karena


harus membebat diri dengan baju t ebal yang berat . Yang lebih
menyebalkan, kulit t ropisku berubah kering dan gat al di sana-
sin i. Tapi aku selalu t erpesona melihat bangunan, pohon,
t aman dan kota diselimut i salju put ih berkilat -kilat . Rasanya
tenteram, ajaib dan aneh. Mungkin karena sangat berbeda
dengan alam kampungku di Danau Man injau yang serba biru
dan hijau. Setelah dipikir-p ikir, aku siap gat al daripada
melewat kan pesona w int er t ime sepert i hari ini.
Kant orku berada di Independence Avenue, jalan yang selalu
riuh dengan pejalan kaki dan lalu lint as mobil. Diapit dua
tempat t ujuan w isat a t erkenal di ibukot a Amerika Serikat , The
Capit ol and The Mall, t empat berpusat nya aneka museum
Smit hsonian yang t idak bakal hab is d ij alani sebulan. Posisi
kantorku hanya sepelemparan bat u dari di The Capitol,
beberapa belas menit naik mobil ke kant or George Bush di
Gedung Put ih, kant or Colin Powell di Depart ment of St ate,
markas FBI, dan Pent agon. Lokasi imp ian banyak w art aw an.
Walau dingin mencucuk tulang, hari ini aku lebih
bersemangat dari biasa. Ini hari t erakhirku masuk kant or
sebelum terbang ke Eropa, unt uk tugas dan sekaligus urusan
pribadi. Tugas liput an ke London untuk w aw ancara dengan
Tony Blair, perdana ment eri Inggris, dan misi pr ibadiku
menghadiri undangan The World Inter-Fait h Forum. Bukan
sebagai peliput , t api sebagai salah sat u panelis. Sebagai
w art aw an asal Indonesia yang berkantor di AS, kenyang
meliput isu muslim Amerika, t ermasuk serangan 11 September
2001.
Kamera, digit al recorder, dan t iket aku benamkan ke ransel
Nat ional Geographic hijau pupus. Semua lengkap. Aku jangkau
gantungan baju di dinding cubicie-ku. Jaket hit am selut ut aku
kenakan dan syal cashmer cokelat tua, aku bebat kan di leher.
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Oke, semua beres. Tanganku segera bergerak melipat layar


Apple Pow erBook-ku yang berw arna perak.
Ping… bunyi halus dari messenger menghent ikan t anganku.
Layar berbahan t it anium kembali aku kuakkan. Sebuah pesan
pendek muncul berkedip-kedip di ujung kanan monitor. Dari
seorang bernama “Bat ut ah”. Tapi aku t idak kenal seorang
“Bat ut ah” pun.
“maaf, ini alif dari pm?” Jariku cepat menekan t ut s. “bet ul,
ini siapa, ya?”
Diam sejenak. Sebuah pesan baru muncul lagi. “alif anggot a
pasukan Sahibul Menara?” Jant ungku mulai berdegup lebih
cepat. Jariku menari ligat di keyboard.
“benar, ini siapa sih!!” balasku mulai t idak sabar. “menara
keempat, ingat gak?”
Sekali lagi aku eja lambat -lambat … me-na-ra ke-em-
pat ….Tidak salah baca. Jant ungku sepert i dit abuh cepat .
Perut ku t erasa dingin. Sudah lama sekali.
Aku bergegas menghent ak-hent akkan jari:
“masya Allah, ini ente, at ang bandung? sut radara Bat ut ah?”
“alhamdulillah, akhirnya ket emu juga saudara
seperjuanganku….
“at ang, di mana ent e sekarang?”
“kairo.”
Belum sempat aku menget ik lagi, bunyi ping terdengar
berkali-kali. Pesan demi pesan masuk bertubi-t ubi.
“ana lihat nama ent e jadi panelis di london minggu depan.”

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“ana juga dat ang mewakili al azhar unt uk ngomongin peran


muslim melayu di negara arah”
“kit a bisa reuni euy. raja kan juga di london.”
“kit a suruh dia jad i guide ke t rafalgar square sepert i yang
ada di buku reading di kelas t iga dulu.”
Aku tersenyum. Pikiranku langsung t erbang jauh ke masa
lalu. Masa yang sangat kuat terpat ri dalam hat iku.

Keput u san Set eng ah Hat i


Aku tegak di atas panggung aula madrasah negeri set ingkat
SMP. Sambil mengguncang-guncang telapak t anganku, Pak
Sikumbang, Kepala Sekolahku memberi selamat karena nilai
ujianku t ermasuk sepuluh yang tert inggi di Kabupat en Agam.
Tepuk t angan murid, orang t ua dan guru riuh mengepung
aula. Muka dan kupingku bersemu merah t api jant ungku
melonjak-lonjak g irang. Aku tersenyum malu-malu ket ika Pak
Sikumbang menyorongkan mik ke mukaku. Dia menunggu.
Sambil menunduk aku paksakan bicara. Yang keluar dari
kerongkonganku cuma bisikan lirih yang berget ar karena
gugup, “Emmm… terima kasih banyak Pak… It u saja…”
Suaraku layu t ercekat . Tanganku dingin.
Nilaiku adalah t iket untuk mendaft ar ke SMA terbaik di
Bukitt inggi. Tiga t ahun aku ikut i perint ah Amak1 belajar d i
madrasah t sanaw iyah2, sekarang w akt unya aku menjadi
sepert i orang umumnya, masuk jalur non agama—SMA. Aku
bahkan sudah berjanji dengan Randai, kaw an dekat ku di
madrasah, unt uk sama-sama pergi mendaft ar ke SMA.
Alangkah bangganya kalau bisa b ilang, saya anak SMA
Bukitt inggi.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Beberapa hari setelah eforia kelulusan mulai kisut , Amak


mengajakku duduk di langkan rumah. Amakku seorang
perempuan berbadan kurus dan mungil. Wajahnya sekurus
badannya, dengan sepasang mat a yang bersih yang dinaungi
alis t ebal. Mukanya selalu mengibarkan senyum ke siapa saja.
Kalau keluar rumah selalu menggunakan baju kurung yang
dipadu dengan kain at au rok panjang. Tidak pernah celana
panjang. Kepalanya selalu dit utup songkok dan di lehernya
tergant ung selendang.
Dia menamat kan SPG bertepat an dengan pemberont akan
G30S, sehingga negara yang sedang kacau t idak mampu
segera mengangkatnya jadi guru. Amak t erpaksa menjadi guru
sukarela yang hanya dibayar dengan beras selama 7 t ahun,
sebelum diangkat menjadi pegawai negeri.
Tidak biasanya, malam ini Amak t idak mengibarkan
senyum. Dia melepaskan kacamata dan menyeka lensa double
focus dengan ujung lengan baju. Amak memandangku lurus-
lurus. Tat apan beliau serasa melew at i kacamata minusku dan
langsung menembus sampai jiw aku. Di ruang tengah, Ayah
duduk di depan televisi hit am put ih 14 inchi. Terdengar suara
Sazli Rais yang berat membuka acara Dunia Dalam Berit a
TVRI. “Tent ang sekolah w aang, Lif…”
“Iya, Mak, besok ambo mendaft ar tes ke SMA. Insya Allah,
dengan doa Amak dan Ayah, bisa lulus…”
“Bukan it u maksud Amak…” beliau berhent i sebent ar. “Aku
curiga, ini past i soal biaya pendaft aran masuk SMA. Amak dan
Ayah mungkin sedang t idak punya uang. Baru beberapa bulan
lalu mereka mulai menyicil rumah. Sampai sekarang kami
masih t inggal di rumah kont rakan berat ap seng dengan
dinding dan lant ai kayu.”
Amak meneruskan dengan hati-hat i.
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Amak mau bercerit a dulu, coba dengarkan…”


Lalu diam sejenak dengan muka rusuh. Aku menjadi ikut
kalut melihat nya.
“Beberapa orang tua menyekolahkan anak ke sekolah
agama karena t idak punya cukup uang. Ongkos masuk
madrasah lebih murah….”
Kecurigaanku benar, ini masalah biaya. Aku meremas jariku
dan menunduk melihat ujung kaki.
“…Tapi lebih banyak lagi yang mengirim anak ke sekolah
agama karena nilai anak-anak mereka t idak cukup unt uk
masuk SMP at au SMA…”
“Akibatnya, madrasah menjadi t empat murid w arga kelas
dua, sisa-sisa… Coba w aang bayangkan bagaimana kualitas
para buya, ust ad dan dai t amat an madrasah kit a nant i.
Bagaimana mereka akan bisa memimpin umat yang semakin
pandai dan krit is? Bagaimana nasib umat Islam nant i?”
Wajah beliau meradang. Keningnya berkerut -kerut masygul.
Hat iku mulai t idak enak karena t idak mengert i arah
pembicaraan ini.
Amak memang dibesarkan dengan lat ar agama yang kuat .
Ayahnya at au kakekku yang aku panggil Buya Sut an Mansur
adalah orang alim yang berguru langsung kepada Inyiak
Canduang at au Syekh Sulaiman Ar-Rasuly. Di aw al abad kedua
puluh, Inyiak Canduang ini berguru ke Mekkah di baw ah
asuhan ulama t erkenal sepert i Syeikh Ahmad Khat ib Al-
Minangkabawy dan Syeikh Sayid Babas El-Yamani.
Mat a Amak meneraw ang sebent ar.
“Buyuang, sejak w aang masih di kandungan, Amak selalu
punya cit a-cit a,” mat a Amak kembali menat apku.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Amak ingin anak laki-lakiku menjadi seorang pemimpin


agama yang hebat dengan penget ahuan yang luas. Sepert i
Buya Hamka yang sekampung dengan kit a it u. Melakukan
amar ma -ruf nabi munkar, mengajak orang kepada kebaikan
dan meninggalkan kemungkaran,” kat a Amak pelan-pelan.
Beliau berhent i sebent ar unt uk menarik napas. Aku cuma
mendengarkan. Kepalaku kini t erasa melayang.
Setelah menenangkan diri sejenak dan menghela napas
panjang, Amak meneruskan dengan suara berget ar.
“Jadi Amak mint a dengat sangat w aang t idak masuk SMA.
Bukan karena uang t api supaya ada bibit unggul yang masuk
madrasah aliyah.”
Aku mengejap-ngejap terkejut . Leherku rasanya layu. Kursi
rot an tempat dudukku berderit ket ika aku menekurkan kepala
dalam-dalam. SMA—dunia impian yang sudah aku bangun
lama d i kepalaku pelan-pelan gemeret ak, dan runt uh jadi abu
dalam sekejap mat a.
Bagiku, t iga t ahun di madrasah t sanaw iyah rasanya sudah
cukup unt uk mempersiapkan dasar ilmu agama. Kini saat nya
aku mendalami ilmu non agama. Tidak madrasah lagi. Aku
ingin kuliah di UI, 1TB dan t erus ke Jerman sepert i Pak
Habibie. Kala it u aku menganggap Habibie adalah sepert i
profesi tersendiri. Aku ingin menjadi orang yang mengert i
teori-t eori ilmu modern, bukan hanya ilmu fiqh dan ilmu
hadist . Aku ingin suaraku di-dengar di depan civit as
akademika, at au dew an gubernur at au rapat manajer, bukan
hanya berceramah di mimbar surau di kampungku. Bagaimana
mungkin aku bisa menggapai berbagai cit a-cit a besarku ini
kalau aku masuk madrasah lag i?

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Tapi Amak, ambo1 t idak berbakat dengan ilmu agama.


Am-bo ingin menjadi insinyur dan ahli ekonomi,” t angkisku
sengit. Mukaku merah dan mat a terasa panas.
“Menjadi pemimpin agama lebih mu lia daripada jad i
insinyur, Nak.”
“Tapi aku tidak ingin…”
“Waang anak pandai dan berbakat. Waang akan jadi
pemimpin umat yang besar. Apalagi w aang punya darah
ulama dari dua kakekmu.”
“Tapi aku tidak mau.”
“Amak ingin memberikan anak yang terbaik untuk
kepent ingan agama. Ini t ugas mulia unt uk akhirat .”
“Tapi bukan salah amboy orang tua lain mengirim anak
yang kurang cadiak8 masuk madrasah….”
“Pokoknya Amak t idak rela w aang masuk SMA!”
“Tapi…”
“Tapi…”
“Tapi…”
Setelah lama berbant ah-bant ahan, aku t ahu diskusi in i t idak
berujung. Pikiran kami jelas sangat berseberangan. Dan aku di
pihak yang kalah.
Tapi aku masih punya harapan. Aku yakin Ayah dalam
posisi 51 persen di pihakku. Ayah berperaw akan kecil t api liat
dengan bahu kokoh. Rambut hit amnya senant iasa mengkilat
diminyaki dan disisir ke samp ing lalu ujungnya dibelokkan ke
belakang. Bent uk rahangnya tegas dan dahi melebar karena
rambut bagian depannya terus menipis. Mat anya t enang dan
penyayang.
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Walau berprofesi sebagai guru madrasah—beliau pengajar


mat emat ika—seringkah pendapat nya lain dengan Amak.
Misalnya, Ayah percaya unt uk berjuang bagi agama, orang
t idak harus masuk madrasah. Dia lebih ser ing menyebut -
nyebut keteladanan Bung Hatt a, Bung Sjahrir, Pak Nat sir, at au
Haji Agus Salim, dibanding Buya Hamka. Padahal lat ar
belakang religius ayahku t idak kalah kuat . Ayah dari ayahku
adalah ulama yang terkenal di Minangkabau.
Tapi ent ah kenapa beliau memilih menonton t elevisi hari in i
dan t idak ikut duduk bersama Amak membicarakan sekolahku.
Aku buru-buru bangkit dari duduk dan bert anya pada Ayah
yang sedang duduk menonton. Kacamat anya memant ulkan
berit a olahraga dari layar t elevisi. Samb il menengadah ke
arahku dan mengangkat lensanya sedikit , Ayah menjawab
singkat , “Sudahlah, ikut i saja kat a Amak, itu yang terbaik.”
Aku t anpa pembela. Dengan muka menekur, aku mint a izin
masuk kamar. Sebelum mereka menyahut , aku t elah
membant ing pint u dan menguncinya. Badan kulempar
telent ang di at as kasur t ipis. Mat aku menat ap langit -langit .
Yang kulihat hanya gelap, segulit a pikiranku. Di luar t erdengar
Sazli Rais t elah menutup Dunia Dalam Berit a.
Kekesalan karena cit a-cit aku ditent ang Amak ini
berbent uran dengan rasa t idak t ega melaw an kehendak
beliau. Kasih sayang Amak t ak terperikan kepadaku dan adik-
adik. Walau sibuk mengoreksi t ugas kelasnya, beliau selalu
menyediakan w akt u; membacakan buku, mendengar celot eh
kami dan menemani belajar.
Belum pernah sebelumnya aku berbant ah-bant ahan
melawan keinginan Amak sehebat ini. Selama in i aku anak
penurut . Surga di baw ah telapak kaki ibu, begit u kat a guru

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

madrasah mengingat kan keut amaan Ibu. Tapi ide masuk


madrasah meremas hat iku.
Di t engah gelap, aku t erus bert anya-t anya kenapa orangtua
harus mengatur-at ur anak. Di mana kemerdekaan anak yang
baru belajar punya cit a-cit a? Kenapa masa depan harus diat ur
orangtua? Aku bert ekad melawan keinginan Amak dengan
gaya diam dan mogok di dalam kamar gelap. Keluar hanya
unt uk buang air dan mengambil sepiring nasi unt uk dimakan
di kamar lagi.
Sudah t iga hari aku mogok bicara dan memeram d iri.
Semua ket ukan pint u aku balas dengan kalimat pendek,
“sedang t idur”. Dalam hat i aku berharap Amak berubah pikiran
melihat kondisi anak bujangnya yang t erus mengurung diri in i.
Amak memang berusaha menjinakkan perasaanku dengan
mengajak bicara dari balik pint u. Suaranya cemas dan sedih.
Tapi t iga hari berlalu, t idak ada t anda-t anda keinginan keras
Amak goyah. Tidak ada t aw aran yang berbeda tent ang
sekolah, yang ada hanya himbuan unt uk t idak mengunci diri.
Sore it u pint u kayu kamar d iket uk dua kali. “Nak, ada surat
dari Pak Et ek Gindo,” kat a Amak sambil mengangsurkan
sebuah amplop di baw ah daun pint u. Pak Et ek sedang belajar
di Mesir dan kami saling berkirim surat . Dua bulan lalu aku
menulis surat , mengabarkan akan menghadapi ujian akhir dan
ingin melanjut kan ke SMA.
Aku baca surat Pak Et ek Gindo dengan penerangan sinar
mat ahari yang menyelinap dari sela-sela d inding kayu. Dia
mendoakan aku lulus dengan baik dan memberi sebuah usul.
“…Pak Etek punya banyak teman di Mesir yang lulusan
Pondok Madani di Jawa Timur. Mereka pint ar-pint ar, bahasa
Inggris dan bahasa Arabnya fasih. Di Madani it u mereka
t inggal di asrama dan diajar d isiplin unt uk bisa bahasa asing
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

set iap hari. Kalau t ert arik, mungkin sekolah ke sana bisa jad i
pert imbangan…”
Aku termenung sejenak membaca surat ini. Aku ulang-ulang
membaca usul ini dengan suara berbisik. Usul ini sama saj a
dengan masuk sekolah agama juga. Bedanya, merant au jauh
ke Jaw a dan mempelajari bahasa dunia cukup menarik hat iku.
Aku berpikir-pikir, kalau akhirnya aku t et ap harus masuk
sekolah agama, aku t idak mau madrasah di Sumat era Barat .
Sekalian saja masuk pondok di Jawa yang jauh dari keluarga.
Ya bet ul, Pondok Madani bisa j adi jalan keluar ket idakjelasan
ini.
Tidak jelas benar dalam pikiranku, sepert i apa Pondok
Madani it u. Walau begitu, akhirnya aku put uskan nasibku
dengan set engah hat i. Tepat di hari keempat , aku put ar
gagang pintu. Engselnya yang kurang minyak berderik. Aku
keluar dari kamar gelapku. Mat aku mengerjap-ngerjap
melawan silau.
“Amak, kalau memang harus sekolah agama, ambo ingin
masuk pondok saja di Jawa. Tidak mau di Bukittinggi at au
Padang,” kat aku di mulut pint u. Suara cempreng pubert asku
memecah keheningan Minggu pagi it u.
Amak yang sedang menyiram pot bunga suplir d i ruang
t amu t ernganga kaget. Ceret airnya miring dan menyerakkan
air di lant ai kayu. Ayah yang biasa hanya melirik sekilas dari
balik koran Haluan, kali in i menurunkan koran dan melipat nya
cepat -cepat . Dia mengangkat t elunjuk ke at as t anpa suara,
menyuruhku menunggu. Mereka berdua duduk berbisik-bisik
sambil ekor mat a mereka melihat ku yang masih memat ung di
depan pint u kamar. Hanya sos-ses-sis-sus yang bisa kudengar.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Sudah w aang pikir masak-masak?” t anya ayahku dengan


mat a gurunya yang menyelidik. Ayahku jarang bicara, t api
sekali berbicara adalah sabda dan perint ah.
“Sudah Yah,” suara aku coba tegas-tegaskan.
“Pikirkan lah lagi baik-baik,” kat a Amak dengan t idak
berkedip.
“Sudah Mak,” kat aku mengulangi jawaban yang sama.
Ayah dan Amak mengangguk dan mereka kembali
berdiskusi dengan suara rendah. Set elah beberapa saat , Ayah
akhirnya angkat bicara.
“Kalau it u memang maumu, kami lepas w aang dengan
berat hat i.”
Bukannya gembira, t api ada rasa nyeri yang aneh bersekutu
di dadaku mendengar persetujuan mereka. Ini jelas bukan
pilihan ut amaku. Bahkan sesungguhnya aku sendiri belum
yakin bet ul dengan keput usan ini. Ini keput usan set engah hat i.

Rap at Tik us
Tidak ada w akt u lagi. Menurut informasi dari surat Pak Etek
Gindo, w aktu pendaft aran Pondok Madani dit ut up empat hari
lagi, padahal but uh t iga hari jalan darat unt uk sampai d i Jaw a
Timur. Tiket pesaw at t idak terjangkau oleh kant ung
keluargaku.
“Kit a naik bus saja ke Jawa besok pagi,” kat a Ayah yang
akan mengant arku.
Bekalku, sebuah t as kain abu-abu kusam berisi baju, sarung
dan kopiah sert a sebuah kardus mie berisi buku, kacang t ojin
dan sebungkus rendang kapau yang sudah kering kehit am-

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hit aman. Ini rendang spesial karena dimasak Amak yang lahir
di Kapau, sebuah desa kecil di pinggir Bukitt inggi. Kapau
terkenal dengan masakan lezat yang berlinang-linang kuah
sant an.
Sebelum meninggalkan rumah, aku cium t angan Amak
sambil m int a doa dan mint a ampun at as kesalahanku. Tangan
kurus Amak mengusap kepalaku. Dari balik kacamatanya aku
lihat cairan bening menggelayut di ujung mat anya.
“Baik-baik di rant au urang, Nak. Amak percaya ini
perjalanan untuk membela agama. Belajar ilmu agama sama
dengan berjihad di jalan Allah,” kat a beliau. Wajahnya t ampak
dit egar-t e-garkan. Kat anya, cint a ibu sepanjang hayat dan
mungkin berpisah dengan anak bujangnya untuk bert ahun-
t ahun bukan perkara gampang. Sement ara bagi aku sendiri,
bukan perpisahan yang aku risaukan. Aku gelisah sendiri
dengan keputusanku merant au muda ke Jaw a.
Setelah merangkul Laili dan Safya, dua adikku yang masih
di SD, aku berjalan t idak menoleh lagi. Kut inggalkan rumah
kayu kont rakan kami d i t engah hamparan saw ah yang baru
dit anami it u. Selamat t inggal Bayur, kampung kecil yang
permai. Ha-laman depan kami Danau Maninjau yang berkilau-
kilau, kebun belakang kami bukit hijau berbaris.
Bersama Ayah, aku menumpang bus kecil Harmonis yang
terkentut -kentut merayapi Kelok Ampek Puluah Ampek. Jalan
mendaki dengan 44 kelok pat ah. Kaw asan Danau Maninjau
menyerupai kuali raksasa, dan kami sekarang memanjat
pinggir kuali unt uk keluar. Makin lama kami makin t inggi di
at as Danau Manin jau. Dalam sat u jam permukaan danau yang
biru t enang it u menghilang dari pandangan mat a. Bergant i
dengan horison yang didominasi dua puncak gunung yang
gagah, Merapi yang kepundan akt ifnya mengeluarkan asap

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dan Singgalang yang puncaknya dipeluk aw an. Tujuan kami ke


kaki Merapi, Kot a Bukitt inggi. Di kot a sejuk ini kami berhent i di
loket bus ant ar pulau, P.O. ANS. Dari Ayah aku t ahu kalau PO
it u kependekan dari perusahaan ot o bus.
Kami naik bus ANS Full AC dan Video. Kami duduk di kursi
berbahan beludru merah yang empuk di baris ket iga dari
depan. Aku memint a duduk di dekat jendela yang berkaca
besar. Bus ini adalah kendaraan terbesar yang pernah aku
naiki seumur hidup. Udara dipenuhi aroma pengharum
ruangan yang disemprot kan dengan royal oleh st okar ke
langit -langit dan kolong kursi. Berhadapan dengan pint u paling
belakang ada WC kecil. Di belakang barisan kursi t erakhir,
langsung berbat asan dengan kaca belakang, ada sebidang
tempat berukuran satu badan manusia dew asa, lengkap
dengan sebuah bant al bluw ak dan selimut bat ang padi
bergaris hit am put ih. Kenek bilang in i kamar t idur p ilot . Kat a
Ayah, set iap delapan jam, dua supir kami bergiliran unt uk
t idur.
Tampak duduk dengan penuh ot orit as di belakang set ir,
laki-laki legam, berperut t ambun dan berkumis subur
melint ang. Kacamat a hit am besarnya yang berpigura
keemasan terpasang gagah, menut upi sebagian w ajah yang
berlubang-lubang sepert i kena cacar. Dia mengenakan kemeja
seragam hit am dan merah dipadu dengan celana jins. Di at as
saku bajunya ada bordiran bertuliskan namanya, “Muncak”.
Aku memanggilnya Pak Et ek Muncak. Kebetulan dia adalah
adik sepupu jauh Ayah.
Begitu mesin bus berderum, t angan kirinya yang dililit akar
bahar menjangkau laci di at as kepalanya. Dia merogoh
t umpukan kaset video bet a berw arna merah. Hap, asal
pegang, dia menarik sebuah kaset dan membenamkannya ke
pemut ar video. Sejenak t erlihat pit a-pit a w arna-warni berpijar-
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pijar di layar televisi, sebelum kemudian muncul judul film:


Rambo: The First Blood Part II.
Aku bersorak dalam hat i. Televisi berw arna adalah
kemewahan di kampungku, apalagi pemut ar video. Mungkin
t ont onan ini bisa sejenak menghibur hat iku yang gelisah
merant au jauh. Bus melaju makin kencang. Sement ara Rambo
sibuk berkejar-kejaran dengan pasukan Viet nam.
“Selamat Jalan, Anda t elah Meninggalkan Sumatera Barat ”
sebuah gapura berkelebat cepat . Bus kami menderum
memasuki Jambi.
Tapi semakin j auh bus berlari, semakin gelisah hat iku.
Jant ungku berdet ak aneh, menyadari aku sekarang benar-
benar meninggalkan kampung halamanku. Bimbang dan ragu
hilang t imbul. Apakah perjalanan ini keputusan yang paling
tepat ? Bagaimana kalau aku t idak bet ah di t empat asing?
Bagaimana kalau pondok it u sepert i penjara? Bagaimana kalau
gambaran Pondok Madani dari Pak Et ek Gindo itu salah?
Pert anyaan demi pert anyaan bergumpal-gumpal menyumbat
kepalaku.
Aku t idak kuat menahan malu kalau harus pulang lagi.
Sudah aku umumkan keput usan ini ke segenap kaw an dan
handai t olan. Bujukan mereka agar t et ap t inggal di kampung
telah kukalahkan dengan argumen berbahasa Arab yang
terdengar gagah, “ut hlubul ilma w alau bisshin”, art inya
“t unt ut lah ilmu, bahkan w alau ke negeri sejauh Cina”.
“Ke Cina saja disuruh, apalagi hanya sekedar ke Jawa
Timur,” bant ahku percaya diri kepada para pembujuk ini. Ke
mana mukaku akan disurukkan, kalau aku pulang lagi?
Hari kedua perjalanan, st ok film habis. Rambo sudah dua
kali “disuruh” Pak Et ek Muncak bert empur di hut an Vietnam.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sement ara, pelan t api past i suasana bus berubah. Akumulasi


bau keringat , sampah, bau pesing WC, bau kentut , bau
sendaw a, dan tent u saja bau penumpang yang mabuk darat
menggant ung pekat di udara.
Tapi Pak Et ek Muncak t ampaknya punya dedikasi t inggi
dalam menghibur penumpang. Beberapa kali dia menurunkan
kacamata hit amnya sedikit dan mengint ip para penumpang
dari kaca spion. Begit u dia melihat banyak penumpang yang
lesu dan t eler, dia memut ar kaset . Bunyi t alempong segera
membahana, disusul dengan sebuah suara berat
memperkenalkan judul kaset…. “Inilah persembahan Grup
Balerong pimpinan Yus Dat uak Parpat iah: Rapek Mancik.
Rapat Tikus….” Para penumpang bertepuk t angan, sebagian
bersuit -suit .
Kaset ini berisi komedi lokal yang sangat terkenal d i
masyarakat Minang. Yus Dat uak Parpat iah, si pendongeng,
melalu i logat Minang yang sangat kent al, berkisah t ent ang
bagaimana lucunya rapat ant ar w arga t ikus yang ingin
menyelamat kan diri dari serangan seekor kucing. Di sana-sini
narat or dengan cerdik menghubungkan kehidupan t ikus dan
kehidupan masyarakat Minang. Banyak d iskusi, banyak
pendapat, banyak debat , hasilnya nol besar. Karena t idak
seekor t ikus pun yang mau melakukan rencana yang t elah
bert ahun-t ahun dibicarakan unt uk melawan kucing. Yait u
mengalungkan giring-giring di leher kucing, sehingga ke mana
pun kucing pergi, masyarakat t ikus past i mendengar.
Kont an, bus yang melint as rimba Sumat era yang hening it u
menjadi riuh rendah. Bangku-bangku sampai berdecit -decit
karena penumpang terbahak-bahak sampai badan mereka
bergoyang-goyang. Pak Sut an yang terserang mabuk darat
dan lesu pun bisa bangkit dari ket erpurukannya set elah
berhasil munt ah sambil ket awa. Mukanya merah padam, t api
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bahagia. Umi Piah, nenek t ua berselendang kuning yang


duduk di belakangku t idak kalah heboh. Beberapa kali dia
tergelak kencang sambil kent ut . Mungkin otot perutnya agak
los karena menahan tekanan ket aw a.
Pak Sut an adalah sosok kurus beraliran put ih. Rambut, alis,
jenggot , bahkan bajunya semua put ih. Dia saudagar kain yang
selalu bolak-balik Pasar Tanah Abang dan Pasar At eh
Bukitt ingi. Dia membaw a hasil t enunan Pandai Sikek ke
Jakart a dan pulang kembali dengan memborong baju murah
unt uk dijual d i Bukit t inggi. Dia t ipe orang yang senang maot a,
ngobrol ngalor-ngidul. Sambil t idur-t idur ayam, aku
mendengar Ayah berbicara dengannya.
“Bapak mau menuju ke mana?” t anya Pak Sut an
mencondongkan badannya ke kursi Ayah.
“Saya mau mengant ar anak. Mau masuk sekolah di Pondok
Madani di Jaw a Timur.”
“Maksudnya, pondok tempat orang belajar agama it u, kan?”
dia bert anya sambil mat anya melirik bergant i-gant i ke arah
aku dan Ayah dengan sorot simpat i.
“Iya bet ul, Pak.”
“Wah, bagus lah it u,” jaw abnya sepert i menguat kan kami.
Ayah tersenyum t anpa suara sambil mengangguk-angguk.
Setelah diam sejenak dan t ampaknya berpikir-p ikir, Pak
Sut an mendekat kan kepalanya ke Ayah. Dia merendahkan
suara seakan-akan t idak mau didengar orang lain. Mukanya
serius. “Semoga berhasil Pak. Saya dengar, pondok di Jaw a it u
memang bagus-bagus mut u pendidikannya. Anak teman saya,
cuma set ahun di pondok langsung berubah menjadi anak baik.
Padahal dulunya, sangat mant iko. Nakal. Tidak dit erima d i

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sekolah mana pun karena kerjanya ngobat , minum dan suka


berkelahi. Anak begitu saja bisa berubah baik.”
Dengan setengah terpicing aku bisa melihat muka Ayah
meringis. Kepalanya menggeleng-geleng. “Pak… anak ambo
kelakuannya baik dan NEM-nya termasuk paling t inggi di
Agam. Kami kirim ke pondok unt uk mendalami agama”.
Suaranya agak d it ekan. Mungkin nalur i kebapakannya
tersengat untuk membela anak dan sekaligus membela dirinya
sendiri. Tidak mau dicap orang t ua yang gagal. Dalam hat i aku
bert epuk t angan unt uk pukulan t elak Ayah.
Pak Sut an t erdiam dan sejenak raut muka berubah-ubah.
“Wah lebih bagus lagi it u,” jawabnya malu-malu dengan suara
rendah. Dia berusaha memint a maaf t anpa harus mengucap
maaf.
Amak mungkin benar. Banyak orang melihat bahw a pondok
adalah buat anak yang cacat produksi. Baik karena t idak
mampu menembus sekolah umum yang baik, at au karena
salah gaul dan salah urus. Pondok dijadikan bengkel unt uk
memperbaiki yang rusak. Bukan dijadikan t empat unt uk
menyemai bibit unggul.
Tapi bagaimana kalau Pak Sut an ini benar? Kalau t ernyat a
Pondok Madani memang tempat kumpulan para anak mant iko.
Anak bermasalah? Wajahku rusuh dan hat iku mengkerut . Aku
lebih banyak diam selama perjalanan.
Walau mengant uk, aku t idak bisa t idur nyenyak selama
perjalanan. Sebent ar-sebent ar terbangun oleh guncangan bus
yang menghant am jalan berlubang. Di lain w aktu, aku
terbangun dengan kekhaw at iran tent ang sekolah. Di ant ara
buaian lubang di j alan, dua kali aku d ikunjungi mimp i yang
sama. Mengikut i ujian akhir mat emat ika yang sulit t anpa
sempat belajar sama sekali.
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mungkin karena pikirannya juga t idak menent u, Ayah juga


t idak banyak bicara tent ang t ujuan perjalanan kami. Dia lebih
banyak membicarakan kehebat an sepupunya yang t amat an
STM, merant au ke Jakart a dan sukses mempunyai kios
reklame di Aldiron, Blok M dengan nama Takana )o
Kampuang. Kangen Kampung. At au tent ang teman masa kecil
yang kemudian punya armada empat angkot di Bekasi,
dengan tulisan besar di kaca belakang bert uliskan Cint o
Badarai. Cint a Berderai.
Perjalanan di malam kedua semakin berat . Bus kami sampai
di bagian jalan lint as Sumat era yang mengular, memilin perut
dan membuat mat a nanar. Sudah 3 but ir pil ant imo aku
tenggak dan kulit limau manis aku jajalkan di depan hidung.
Tapi perut ku terus bergolak ganas. Air liur t erasa encer kecut
dan ot ot rahang mengejang. Krit is. Aku berdiri d i depan dam
raksasa yang siap runt uh. Plast ik aso i, begitu orang Minang
menyebut t as kresekt aku buka lebar-lebar unt uk menampung
isi perut ku yang bertekad keluar. Hanya t inggal menunggu
w akt u saja…
BLAAR! Bus t iba-t iba berget ar dan oleng. Semua
penumpang berteriak kaget . Amukan di perut ku t iba-t iba
surut , pudur sepert i lilin dihembus angin. Pak Etek Muncak
dan kenek bersamaan berseru, “Alah kanai lo baliak. Kit a kena
lagi!”. Roda belakang pecah. Di t engah rimba gulita, hanya
dit emani sent er dan nyanyian jangkrik hut an, kenek dan supir
bahu membahu menggant i ban. Aku w as-was. Bulan lalu ada
berit a besar di Haluan t ent ang bus yang dirampok oleh bajing
loncat, komplot an begundal yang menghadang bus dan t ruk di
tempat sepi. Mereka t idak segan membunuh demi
mendapat kan rampokan.
“Semoga t idak lama gant i bannya,” gumam Ayah yang
mulai kuat ir. Menurut Pak Etek Gindo, Pondok Madani t idak
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

punya t awar menaw ar dengan bat as w akt u pendaft aran murid


baru. Kalau terlambat , mohon maaf, coba lagi t ahun depan.
Untunglah Pak Etek Muncak dengan raut muka meyakinkan
menjamin bahw a kami akan sampai di penyeberangan ferry
Ba-kauheuni sebelum t engah malam. Badanku pegal dan
telapak kakiku bengkak karena t erlalu lama duduk. Aku sudah
t idak sabar menunggu kapan bisa t urun dari bus dan naik
ferry. Ini akan menjadi pengalaman pert amaku menyerangi
laut an.
“Pegangan yang kuat,” teriak laki-laki bercambang lebat
dengan seragam kelasi kepada penumpang ferry raksasa yang
aku t umpangi. Dari laut yang gulit a, deburan demi deburan
terus dat ang menampar badan kapal, bagai t idak setuju
dengan perjalananku. Lampu ruang penumpang mengeridip
set iap goyangan keras dat ang. Angin bersiut -siut an
melont arkan tempias air laut yang terasa asin di mulut . Muka
dan bajuku basah.
Aku segera mencekal erat pagar besi dengan t angan kanan.
Tapi aku t et ap t erhuyung ke kanan, ket ika ombak besar
menampar lambung ferry. Mukaku t erasa pias karena cemas
dan mual. Berkali-kali aku berkomat -kamit memasang doa,
agar laut kembali t enang. Ayah memeluk t iang besi di
sebelahnya.
“Ndak ba’a do, sebent ar lagi kit a sampai!” seru ayah
mencoba menenangkan sambil menggamit bahuku. Padahal
setengah jam yang lalu pelayaran kami mulus, gemericik air
yang dibelah haluan t erasa menent ramkan hat i.
Untunglah beberapa menit kemudian angin berubah lindap
dan gelombang susut. Kapal kembali t enang membelah Selat
Sunda. Laut boleh tenang, t api perut ku masih terus
bergulung-gulung sepert i ombak badai. Mulut ku pahit dan
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

meregang. Begit u terasa ada yang mendesak kerongkongan,


aku hadapkan muka ke laut lepas dan aku relakan isi perut
dit elan laut .
Aku baru benar-benar merasa lega ket ika melihat ujung
mer-cusuar yang t erang dan kerlap-kerlip sampan nelayan
yang mencari ikan di malam hari. Art inya Pulau Jawa sudah
dekat . Tidak lama kemudian, kapten kapal mengumumkan
kami akan segera sampai dan menyarankan penumpang untuk
t urun ke ruang parkir di perut kapal dan segera naik bus.
Bagai paus raksasa kekenyangan, begitu sampai dermaga
Merak, ferry in i memunt ahkan isi perutnya berupa bus besar
ant ar kot a, t ruk, mobil pribadi, mot or dan sebuah t raktor kecil
dan galedor’. Tidak lama kemudian bus t umpanganku
melarikan kami ke arah Jakart a. Jari-jariku masih berget ar dan
bajuku lembab berbau asin air laut .
* * dw* *
Supremasi orang Minang soal makanan sangat t ampak
dalam perjalanan in i. Hampir semua t empat makan di pinggir
jalan lint as Sumat era dan Padang memakai t anduk dan
bert uliskan “RM Padang”. Di dalam ruangannya yang lapang
tersusun meja dan kursi yang jumlahnya rat usan. Speaker
yang berbent uk kotak-kotak kayu ada di set iap sudut ruangan
dan t idak hent i-hent i memperdengarkan lagu pop Minang.
Kendaraan berat yang berfungsi merat akan jalan. Biasanya
berw arna kuning dan rodanya berbent uk silinder besi.
Sement ara it u di belakang ruang makan, berderet puluhan
kamar mandi dan WC sert a mushala untuk melayani
penumpang ant ar kot a yang mungkin sudah t iga hari t iga
malam menjadi musafir. Menurut pengamat anku, perbedaan
ant ara RM yang ada di lint as Sumatera dan Lint as Jaw a adalah

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

derajat pedasnya rendang. Semakin menjauh dari Padang


semakin t idak pedas.
Di set iap RM, ada sudut yang t ampak disiapkan untuk
kalangan VIP. Tidak jarang, sudut ini dit ut up pemisah
ruangan, dan t empat duduknya dibuat sangat sant ai sepert i
bale-bale. Makanan yang t erhidang sangat lengkap. Pelayan
selalu siaga di sebelah meja ini. Tempat paling t erpuji di RM
ini t ernyat a disiapkan hanya bag i “pelanggan teladan”: para
supir dan kenek bus ant ar kota ini. Rupanya para saudagar
Minang ini sadar bahw a supir bus adalah klien pent ing yang
selalu membaw a puluhan pelanggan. Hebat nya lagi, servis
kelas sat u ini d isediakan gr at is. Berunt unglah kami, sebagai
kroni sang supir, bisa menikmat i fasilit as unt uk Pak Et ek
Muncak ini.
Bus kami t idak hanya menderu melint as bat asan geografis
t api sekaligus menembus bat as budaya, dan bahasa. Duduk di
sebelah jendela kaca bus yang besar, rimba muncul dalam
w ajah beragam, mulai dari hut an ilalang akibat pembabat an
pohon, hut an kelapa, hut an jat i, hut an karet , hut an gelap,
hut an terang, hut an bot ak, hut an rimbun, hut an berkabut ,
hut an berasap dan hut an t erbakar.
Aku menyaksikan mulai dari rumah gadang, rumah
panggung Palembang, rumah at ap rumbia, rumah bat a, rumah
joglo, sampai rumah kardus. At apnya pun berbagai rupa dari
ijuk, seng, genteng, plast ik sampai t idak berat ap. Berbagai
kulinari unik yang dijajakan para t ukang asong juga sebuah
kemeriahan tersendiri, ada b ika padang, sat e padang, sat e
udang, pisang goreng, kacang rebus, rujak buah, sampai
tempe mendoan. Para pedagang ini bahkan memakai bahasa
lain unt uk hanya menyebut “berapa”: bara, berapo, berape,
sabaraha, sampai piro.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Di hari ket iga, aku menggeliat terbangun ket ika silau


mat ahari pagi mulai menembus jendela bus yang berembun.
Langit sudah terang dan biru, sement ara kabut t ipis masih
mengapung di t anah dan menut upi saw ah dan pohon-pohon.
Sebuah t anda lalu lint as muncul dari balik kabut t ipis,
bert uliskan “Selamat Dat ang di Jawa Timur.” Provinsi t empat
Pondok Madani berada.
Pagi mulai beranjak dhuha. Bus ANS menurunkan aku dan
Ayah di t erminal Ponorogo. Sambil menenteng t as, kami
memut ar mat a ke sekeliling st asiun, mencari informasi
bagaimana mencapai Pondok Madani. Masih di dalam t erminal,
t idak jauh di depan kami ada t enda parasut biru yang
kembang kempis dit iup angin. Sebuah papan menggantung di
depannya: Jurusan Pondok Madani. Di depan tenda ada meja
panjang yang dijaga anak-anak muda berbaju kaos put ih
panjang lengan. Rambut mereka cepak gaya Akabri. Seorang
di ant aranya bergegas mendekat i kami. Sepat u bot ala
tent aranya berdekak-dekak di aspal. Di dada sebelah kiri
kaosnya tert ulis nama; Ismail Hamzah-Maluku. Di lehernya
menggant ung kartu pengenal merah bert uliskan “Kelas 6,
Panit ia Penerimaan Sisw a Baru”.
Dengan senyum lebar yang memperlihat kan sebaris gigi
put ih, dia menyapa Ayah, “Assalamualaikum Pak. Saya I smail
siswa kelas enam PM at au Pondok Madani. Bapak mau
mengant ar
“Wakt u ket ika mat ahari mulai naik d i pagi hari, t api belum
siang. Sebagian umat Islam melakukan shalat sunat di w akt u
dhuha ini anak sekolah ke Madani?” Ayah mengangguk.
“Baik Pak, t olong ikut i saya…” Dengan sigap dia
mengangkat t as dan kardus kami lalu mengikat kannya di at ap
bus biru PM Transport. Sejenak kemudian kami t elah

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menembus perkampungan dan persawahan yang menghijau,


disupiri oleh Ismail.
Lembar pet ualangan hidupku baru saja dibuka.

Kam pun g di At as Kabut


Bus L300 berkursi keras ini t idak penuh. Ayah duduk di
depan di sebelah Ismail, aku di bangku barisan kedua. Di
sebelahku duduk anak laki-laki berkulit legam dan
berkacamat a tebal. Dia memakai sepat u hit am dari kulit yang
sudah ret ak-ret ak. Sol bagian belakangnya t idak rat a lagi.
Sebent ar-sebent ar mat anya melihat keluar jendela. Dia
menyebut namanya Dulmajid, dari Madura. “Tent u saja saya
dat ang sendiri,” jaw abnya sambil ket aw a berderai
memamerkan giginya yang gingsul, ket ika aku t anya siapa
yang mengant arnya.
Sement ara di bangku belakang, duduk seorang anak kurus,
berkulit bersih, bermat a dalam dan bermuka pet ak. Sebuah
kopiah beludru hit am melekat miring di kepalanya. Sepat u ket s
dari bahan jeans hit am bert abrakan dengan kaos kaki
put ihnya. “Raja Lubis,” kat anya menyebut kan nama. Di
t angannya tergenggam sebuah buku, yang sekali-sekali dia
buka. Mulut nya t erus komat -kamit sepert i merapal sesuat u.
Raja melihat ke arahku dan menjelaskan sebelum aku
bert anya, “Aku sedang meng-hapalkan kut ipan pidat o Bung
Karno.” Aku t idak mengert i maksudnya. Yang jelas, kedua
anak ini juga akan masuk PM.
Di bangku paling belakang ada dua kanak-kanak sedang
cekikikan sambil memakan kuaci. Mereka diapit oleh dua ibu
berkerudung. Di t erminal aku mendengar kalau dua ibu ini
mendaft arkan anak mereka yang baru lulus SD masuk PM.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Diam-diam aku kagum dengan keberanian anak-anak in i.


Masih semuda it u, masih sepolos itu, sudah harus berpisah
dengan orang t ua mereka.
Setengah jam berlalu, bus kami melambat setelah melewat i
hamparan saw ah hijau yang sangat luas. Angin segar dari
jendela yang t erbuka meniup-niup muka dan rambut ku.
Sekali-sekali t ampak rumah kayu berat ap genteng kecokelat an
dan berlant ai t anah. Berbeda dengan at ap rumah gadang yang
menyerupai t anduk dan lancip di kiri dan kanan, at ap di sini
lancip di t engah. Beberapa rumah sudah berdinding bat a
merah yang dibiarkan polos t erbuka t anpa acian. Kami juga
melewat i serombongan laki-laki dengan ikat kepala hit am
memanggul pacul di bahu. Beberapa orang di ant aranya
menarik gerombolan sapi yang berjalan m alas-malasan. Set iap
melangkah, gent a di leher sapi ini berbunyi t ung… tung…
t ung…
“Bapak, Ibu dan calon murid. Sebent ar lagi kit a akan
sampai d i Pondok Madani. Kami akan membaw a Anda semua
unt uk langsung mendaft ar ke bagian penerimaan t amu. Bagi
yang akan mendaft ar jadi mur id baru, bat as w akt u
pendaft aran jam lima t epat sore hari ini. Jangan lupa dengan
t as dan semua baw aan Anda,” Ismail memberi pengumuman,
kembali dengan senyum lebarnya.
Aku dan Ayah menarik napas lega. Kami masih punya w aktu
unt uk mendaft ar sesuai w akt u, w alau perjalanan bus sempat
tert ahan. Degup jant ungku berlomba. Rasanya semua darahku
berkumpul di dada dan membeku beberapa saat . Dua anak-
anak yang baru t amat SD t adi t ampak agak pucat dan t idak
tert aw a-t aw a lagi. Tangan mereka meremas-remas kot ak
kuaci sampai hancur. Raja dan Dul mencondongkan badannya
ke depan dengan muka serius Bus lalu berbelok ke jalan t anah
yang kecil.
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Sedikit lagi, di ujung jalan yang ada gapura it ulah Pondok


Madani,” kat a Ismail sambil menunjuk jauh ke depan. Bagai
terbuat dari karet, semua leher kami memanjang melihat ke
depan dengan panasaran.
Jalan desa kecil yang berdebu t iba-t iba melebar dan
membent angkan pemandangan lapangan rumput hijau yang
luas. Di sekit arnya t ampak pohon-pohon hijau rindang dan
pucuk-pucuk kelapa yang mencuat dan menari-nari d ihembus
angin. Di sebelah lapangan t ampak sebuah kompleks gedung
bert ingkat yang megah. Sebuah kubah besar berw arna gading
mendominasi langit , didampingi sebuah menara yang t inggi
menjulang. Di t engah kabut pagi, kompleks ini sepert i
mengapung di udara.
Sebuah spanduk besar berkibar-kibar melint ang di at as
jalan, “Ke Madani, Apa yang Kau Cari?” Jant ungku kembali
berdenyut serabut an.
Ya, apa sebet ulnya yang aku cari? Hanya karena
memberont ak t idak boleh masuk SMA? Dan lebih pent ing lagi,
apakah aku bisa bert ahan?
Ismail meloncat turun dari bus. Kerikil yang diinjak hak
sepatunya berderik-derik. Dia menyerahkan selembar daft ar
penumpang ke seorang anak muda berw ajah riang yang t elah
menunggu di luar mobil. Sebuah dasi berkelir biru laut
menggant ung rapi di kerah leher baju put ihnya. “Shabahal
khair ya akhi Burhan. Ini rombongan t amu pert ama hari in i.
Semua delapan orang,” kat a Ismail.
“Syukran ya akhi. Terima kasih. Kami akan beri pelayanan
terbaik.”
Burhan.mempersilakan kami mengikut inya menuju rumah
tembok put ih berkusen hijau t erang. Lima keret a angin bercat

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kuning parkir berjejer di depan. Kismul Dhiyafah, Guest


Recept ion. Bagian Penerimaan Tamu, tertulis d i papan nama.
Di langkan yang dinaungi rimbunan lima pohon kelapa ini t idak
ada perabot selain dua meja kayu. Masing-masing meja dij aga
seorang anak muda yang berpakaian sepert i Burhan.
Burhan menyuguhi kami dengan limun bercampur serpihan
es bat u yang diambilnya dari salah sat u meja. Di meja sat u
lagi, set iap calon murid mengisi formulir kedat angan
pendaft aran, mendapat kamar sement ara, menerima kupon,
piring dan gelas plast ik untuk makan di dapur umum. Set elah
it u kami dipersilakan ist irahat , berselonjor di lant ai yang
dilapisi karpet biru.
Lalu dengan suara keras Burhan membuat pengumuman:
“Bapak, Ibu dan t amu pondok yang berbahagia. Selamat
dat ang di Pondok Madani. Hari ini saya akan menemani Anda
semua unt uk keliling melihat berbagai sudut pondok seluas
lima belas hekt ar ini. Jangan t akut , kit a t idak akan mengeliling i
semua, hanya yang pent ing-pent ing saja. Kira-kira but uh
w akt u sat u jam. Siapa yang tert arik ikut t ur, silakan berkumpul
lagi d i sini setengah jam lagi. Kamar menginap Anda sudah
kami at ur sesuai dengan nomor urut kedat angan. Semoga
Anda menikmat i kunjungan ini dan kami bisa melayani dengan
sebaik-baiknya.”
“Pondok Madani memiliki sist em pendidikan 24 jam. Tujuan
pendidikannya unt uk menghasilkan manusia mandiri yang
t angguh. Kiai kami bilang, agar menjadi rahmat bagi dunia
dengan bekal ilmu umum dan ilmu agama. Saat ini ada t iga
ribu mur id yang t inggal di delapan asrama,” Burhan membuka
t ur pagi it u dengan fasih.
“Walau asrama pent ing, t api kamar di sini lebih berfungsi
unt uk t idur dan ist irahat , kebanyakan kegiat an belajar
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

diadakan di kelas, lapangan, masj id, dan t empat lainnya,


sepert i yang akan kit a lihat nant i,” papar Burhan sambil
mengajak kami y ang bergerombol di sekelilingnya unt uk mulai
berjalan.
Aku, Raja dan Dulmajid berada di rombongan ini. Kami
penuh semangat bergerombol di sekit ar Burhan. Tidak jauh
dari kami, t ampak dua kelompok kecil yang masing-masing
juga dipimpin oleh seorang pemandu yang berbaju put ih dan
bercelana hitam, sepert i Burhan.
“Gedung ut ama di pondok ini dua. Pert ama adalah Masjid
Jami’ dua t ingkat berkapasit as empat ribu orang. Di sini semua
murid shalat berjamaah dan mendalami Al-Quran. Di sini pula
set iap Kamis, empat rat usan guru bertemu mendiskusikan
proses belajar mengajar,” jelas Burhan sambil menunjuk ke
masj id. Kubah dan menara raksasanya berkilau disapu sinar
mat ahari pagi. Masjid in i dikelilingi pohon-pohon rimbun dan
kelapa yang rindang. Beberapa kawanan burung bercecuit an
sambil hinggap dan terbang di sekit ar masjid.
“Yang kedua adalah aula serba guna. Di sini semua
kegiat an pent ing berlangsung. Pagelaran t eat er, musik, diskusi
ilmiah, upacara selamat dat ang buat siswa baru, dan
penyambut an t amu pent ing,” kat a Burhan sambil memimp in
kami melew at i aula. Gedung ini seukuran hampir setengah
lapangan sepakbola dan di ujungnya ada panggung sert a t irai
pert unjukan. Tampak mukanya minimalis dengan gaya
art deco, bergaris-garis lurus. Sederhana t api megah. Di at as
gerbangnya yang menghadap keluar, tergant ung jam ant ik
dan t ulisan dari besi berlapis krom: Pondok Madani.
Rombongan kecil kami memint as lapangan besar yang
berada di depan masj id dan balai pertemuan menuju
bangunan memanjang berbent uk huruf L. Dindingnya dikapur

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

put ih bersih, at ap segit iganya dilapisi gent eng berw arna bat a
dan ubinnya berw arna semen mengkilat . Kusen, jendela dan
t iangnya dilaburi cat minyak hij au muda. Bangunan sederhana
yang t ampak bersih dan teraw at ini terdiri dari 14 kamar
besar. Bangunan ini semakin t eduh dengan beberapa pohon
rindang dan kolam air mancur di halamannya.
“Gedung ini salah sat u asrama mur id dan dikenal baik oleh
semua alumni, karena set iap anak t ahun pert ama akan t inggal
di asrama yang bernama AlBarq, yang berart i pet ir. Kami ingin
anak baru bisa menggelegar sekuat pet ir dan bersinar
seterang pet ir,” t erang pemandu kami. Mat a Raja yang berdiri
di sebelahku berbinar-binar.
Tur berlanjut ke bagian selat an pondok, melewat i barisan
pohon asam jaw a yang berbuah lebat bergelant ungan.
“Sebagai tempat yang mement ingkan ilmu, kami punya
perpust akaan yang lengkap. Koleksi ribuan buku berbahasa
Inggris dan Arab kami pusat kan di perpust akaan yang kami
sebut makt abah at au library,” kat a Burhan sambil menunjuk
ke bangunan ant ik ber-bent uk rumah Jawa. “Tolong dijaga
suara ya.”
Dari pint u dan jendela yang terbuka lebar, kami melongok
ke dalam. Tidak ada suara kecuali kresek-kresek lembar kert as
dibolak-balik. Ke mana mat a memandang, aku lihat hanya
t umpukan buku, dinding ke dinding, langit -langit ke lant ai.
Beberapa orang asyik membaca di meja kayu yang berjejer-
jejer di sela-sela rak buku. Dulmajid t idak hent i-hent i
mendecakkan lidah sambil menggeleng-geleng kepala.
“Kami punya kompet isi sepakbola yang ket at dan diadakan
sepanjang t ahun. Semua pert andingan bahkan selalu
dilengkapi koment at or langsung yang menggunakan bahasa
Inggris dan Arab,” kat a Burhan dengan penuh semangat

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menunjuk lapangan dan gedung besar sepert i hanggar.


Gedung itu juga punya berbagai sarana olahr aga lain, sepert i
bola basket dan bulut angkis. Di samping gedung t ampak
ruangan yang heboh dengan umbul-umbul dan spanduk. “Ini
adalah papan klasemen kompet isi olahr aga ant ar asrama.
Sepakbola paling favorit di sin i,” t unjuk Burhan ke beberapa
papan besar bergaris-garis dengan kolom kiri nama t im dan
kolom kanan penuh angka. “Kebetulan saya salah seorang
pemain int i,” t ambahnya cepat -cepat sambil t ersipu.
Burhan masih menyimpan banyak hal. “Saya ingin
perlihat kan apa yang kami pelajari di luar kamar dan di luar
kelas. Semua ini menjadi bagian pent ing dari pendidikan 24
jam di sin i. Dan set iap murid bebas mau mengembangkan
bakat nya,” ujarnya bersemangat.
Kini kami melint asi j alan yang diapit oleh bangunan
berkamar-kamar. Salah sat u pint u kamar terbuka lebar dan di
dalamnya beberapa anak muda t ampak sibuk menyet em git ar
list rik, sement ara di sebelahnya seorang anak dengan mat a
terpejam menjiw ai gesekan biolanya. Bunyinya mendayu-
dayu. Aku coba mengeja t ulisan di papan notnya: Sepasang
Mat a Bola.
“Di Art Depart ment ini anak yang tert arik mengembangkan
jiw a seni bisa berkumpul. Ada musik, melukis, desain grafis,
teater, dan sebagainya,” kat a Burhan sambil melambaikan
t angan kepada para pemusik it u. Mereka mengangguk sambil
tersenyum, t anpa melepaskan alat musiknya.
Ruangan di sebelahnya agak berant akan. Kanvas dan
kaleng cat aneka w arna bert umpuk-tumpuk di set iap sudut .
Sement ara dua orang tekun menggoreskan kuas cat minyak
melukis w ajah seseorang berkumis tebal yang t idak aku kenal.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“It u w ajah Sir Muhammad Iqbal, pemikir modern Islam dari


Pakist an,” Burhan menjelaskan.
Seorang lagi sedang membuat lukisan kaligrafi abst rak.
“Bagi kit a di sin i, seni pent ing unt uk menyelaraskan j iw a dan
mengekspresikan kreat ifit as dan keindahan. Hadist
mengat akan: Innallaha jamiil w ahuw a yuhibbul jamal.
Sesungguhnya Tuhan itu indah dan mencint ai keindahan. Jadi,
jangan khawat ir buat para calon siswa, hampir semua seni ada
tempat nya di sini, mulai musik sampai fot ografi,” jelas Burhan.
Masih di jalan ini kami sampai d i blok berikut nya. Kali in i
bentuk ruangannya sepert i camp tempur. Tali t emali, ransel,
sepatu bot berjejer, dan sebuah papan besar bert uliskan
“Boyscout Headquarter”. Tiga orang berpakaian pramuka h ilir
mudik menggulung t iga t enda biru langit yang berlepot an
lumpur kering. “Mereka baru pulang dari jambore di Jepang.
PM memang akt if mengirimkan pr amuka kit a ke berbagai
jambore. Pramuka adalah kegiat an w ajib bagi semua murid,”
jelas Burhan.
Tidak t erasa, hampir sat u jam kami berkeliling PM.
“Baiklah, in i akhir dari t ur kit a. Semoga Bapak dan Ibu
menikmat i t ur singkat ini. Sepert i bisa dilihat, Pondok Madani
ini punya berbagai macam kegiat an, kira-kira mungkin sepert i
w arung serba ada. Hampir semua ada, tergant ung apa minat
murid, mereka bebas memilih.” Sambil melap keningnya yang
berkeringat dengan sapu t angan, Burhan pun menut up t urnya.
Ayah yang dari t adi t ampaknya ingin bert anya, mengangkat
telunjuknya. Tanpa menunggu dipersilakan d ia bert anya,
“Mas, saya melihat pondok ini penuh segala kegiat an, mulai
dari seni, pramuka, sampai olahraga. Lalu belajar agamanya
kapan?” t anyanya penasaran. Kami mengangguk-angguk
mengiyakan pert anyaan ini. Burhan tersenyum senang.
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sepert inya dia t elah sering mendapatkan pert anyaan yang


sama.
“Terima kasih at as pert anyaannya Pak. Menurut Kiai kami,
pendidikan PM t idak membedakan agama dan non agama.
Semuanya sat u dan semuanya berhubungan. Agama langsung
diprakt ekkan dalam kegiat an sehari-hari. Di Madani, agama
adalah oksigen, dia ada di mana-mana,” jelas Burhan lancar.
Kami bertepuk t angan. Burhan membungkukkan badannya
dan menjura kepada kami. Tampaknya dia benar-benar
dipersiapkan unt uk menjadi pemandu t amu yang hebat. Tur
singkat ini membukakan mat aku tent ang isi PM. pelan-pelan
membuat hat iku lebih t enang. Jangan-jangan keputusanku
unt uk merant au ke PM bukan pilihan yang salah?
“O iya, saya ucapkan selamat ujian kepada para calon
murid. Karena unt uk bisa menikmat i semua kegiat an ini, t ent u
saja anak-anak bapak dan ibu harus lulus t es masuk yang
ket at. Semoga sukses, assalamualaikum…,” kat anya lalu
melambaikan t angan kepada kami.
“Apa? Ada tes untuk bisa masuk?” t anyaku dengan muka
bingung ke Raja dan Dulmajid yang berdiri di sebelahku.
“Ya ujian seleksi. Sekit ar dua ribu orang ikut , t api hanya
empat ratus yang dit erima,” kat a Raja dengan w ajah pasrah.
“Tapi aku t idak t ahu dan belum ada persiapan.” Aku
menelan ludah.
“Aku saja belum siap, w alau sudah belajar sejak minggu
lalu,” ujar Dulmajid dengan ekspresi yang membikin aku makin
khaw at ir.
“Tidak ada yang merasa siap. Ujian di sin i t erkenal sulit .
Tahun lalu aku gagal karena telat mendaft ar,” kat a Raja lagi.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Lalu kapan ujiannya?” Ulu hat iku ngilu.


“Lusa. Kit a masih punya w aktu belajar dua hari lagi.”
“Terus, soalnya sepert i apa saja?”
Pikiranku buncah. Bagaimana kalau aku t idak lulus. Ke
mana mukaku akan dilet akkan. Past i aku akan jad i bulan-
bulanan bahan olokan orang sekampung dan teman-t eman.
Aku sudah terlanjur berkampanye: ke Cina saja disuruh
belajar, masak ke Jaw a saja t idak.
“Bukan soalnya, t api apa mat a pelajarannya. Nih, baca
sendiri daft ar ujiannya,” kat a Raja mengangsurkan kert as yang
bert uliskan jadw al ujian masuk PM. Isinya: ujian t ulis dan uj ian
lisan sert a w aw ancara yang meliput i empat mat a pelajaran.
Pak Etek Gindo t idak memberit ahu kalau unt uk masuk
Pondok Madani harus melalu i uj ian t ulis dan w awancara. Tidak
ada juga yang memberi t ahu bahw a set iap t ahun calon siswa
baru sampai dua ribu orang dat ang untuk berlomba hanya
unt uk empat ratus kursi. Aku pikir masuk PM t inggal dat ang,
mendaft ar dan belajar.
Malam it u aku t idur bersesak-sesak di lant ai beralaskan
karpet, di kamar calon pelajar bersama anak-anak lain. Ayah
dan* para orangtua ditempat kan di kamar khusus pengant ar.
Aku luruskan badan, melepaskan lelah. Tapi mat aku belum
berminat unt uk t idur. Mat aku menat ap langit -langit dan
kepalaku penuh.
Banyak sekali yang t erjadi dalam beberapa hari ini. Hanya
enam hari lalu aku kesal dan m arah dengan nasib, empat hari
lalu aku membuat keput usan ekst rim unt uk merant au jauh,
t iga hari kemudian aku meninggalkan kampung unt uk pert ama
kalinya menuju t empat yang aku t idak t ahu. Hari in i aku
sampai di PM dengan perasaan bimbang. Hari ini pula aku

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mulai t erkesan dengan apa yang ada di PM. Tapi hari ini pula
aku kecut , karena aku t idak siap dengan ujian masuk.
Aku t angkupkan buku matemat ika yang belum selesai aku
baca ke mukaku. Aku hela napas berat . Malam semakin larut .
Di hari H, ribuan calon siswa, t ermasuk aku, Dulmajid dan
Raja berkumpul di aula unt uk ujian t ulis. Senjat a kami hanya
sebuah niat untuk belajar di PM, sebat ang pulpen, dan
sepotong doa dari para orangtua murid yang mengint ip-
ngint ip kami dengan cemas dari sela-sela p int u dan jendela
aula.
Soal demi soal aku coba jaw ab dengan t unt as. Semua hasil
kerja keras belajar dua hari dua malam dan sisa-sisa ingat an
bert ahun-t ahun di SD dan MTsN aku kerahkan. Besoknya aku
menjalani uj ian lisan yang t idak kalah melelahkan dan
membuat kepala berat . Aku t idak yakin hasilnya, t api aku
merasa t elah memberikan yang terbaik.
Hanya sat u hari setelah ujian, t epat tengah malam, sepuluh
papan besar digot ong dari dalam kant or panit ia ujian dan
disusun berjejer di depan aula. Hasil uj ian m asuk! Malam but a
it u, orangtua dan calon murid yang sudah t idak sabar
berkerumun dan berdesak-desakan dari sat u papan ke papan
yang lain. Sekonyong-konyong, Ayah yang ikut berdesakan
bersamaku merangkulku dengan kagok. Tangannya
mencengkeram bahuku kencang. Di kampungku memang
t idak ada budaya berangkulan anak laki-laki dan seorang
ayah. “Alif, nama kamu ada d i sini,” kat anya dengan napas
terengah-engah. Dia berjinjit menunjuk baris nama dan nomor
ujianku. Alhamdulillah, aku lulus.
Aku senang sekali bisa lulus dan menyelesaikan t ant angan
ini. Tapi di saat yang sama, pikiranku melayang ke Randai.
Mungkin saat in i dia sedang mengukur celana abu-abunya di

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

t ukang jahit dan minggu depan telah mengikut i pekan


perkenalan siswa SMA baru. Ahh….
Hari ini aku mengirim sat u telegram dan satu surat.
Telegram untuk mengabarkan kelulusan kepada Amak dan
sepucuk surat kepada Randai. Kepada kaw an dekat ku, aku
berkisah pengalaman menarikku di PM dan bet apa aku masih
merasa sedih t idak bisa bergabung dengan dia masuk SMA.
Ayahku pulang sehari set elah pengumuman. Meninggalkan
aku sendiri di t engah keramaian ini.

Man Jadda Waj ada


“MAN JADDA WAJADAH!”
Teriak laki-laki muda bert ubuh kurus it u lant ang.
Telunjuknya lurus t eracung t inggi ke udara, suaranya
menggelegar, sorot mat anya berkilat -kilat menikam kami sat u
persat u. Wajah serius, alisnya hampir bertemu dan otot
gerahamnya bertonjolan, seakan mengerahkan segenap
tenaga dalamnya unt uk menaklukkan jiw a kami. Sungguh
mengingat kan aku kepada karakt er t okoh sakt i mandraguna di
film layar t ancap keliling di kampungku, persembahan dari
Departemen Penerangan.
Man jadda w ajada: sepot ong kat a asing ini bak mant era
ajaib yang ampuh bekerja. Dalam hit ungan beberapa helaan
napas saj a, kami bagai t ersengat ribuan t aw on. Kami, t iga
puluh anak t anggung, menjerit balik, t idak mau kalah
kencang.
“Man jadda w ajada!”
Berkali-kali, berulang-ulang, sampai t enggorokanku panas
dan suara serak. Ingar bingar in i berdesibel t inggi. Telingaku

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

panas dan berdenging-denging sement ara w ajah kami merah


padam memforsir t enaga. Kaca jendela yang t ipis sampai
berget ar-get ar di sebelahku. Bahkan, meja kayuku pun
berkilat -kilat basah, kuyup oleh air liur yang ikut berloncat an
set iap bert eriak lant ang.
Tapi kami t ahu, mat a laki-laki kurus yang enerjik ini t idak
dimuat i aura jahat . Dia dengan royal membagi energi posit if
yang sangat besar dan meletup-let up. Kami t ersengat
menikmat inya. Sepert i sumbu kecil t erpercik api, mulai
terbakar, membesar, dan terang!
Dengan w ajah berseri-seri dan senyum sepuluh sent i
menyilang di w ajahnya, laki-laki in i hilir mudik di ant ara
bangku-bang-ku murid baru, mengulang-ulang mantera ajaib
ini di depan kami bert iga puluh. Set iap dia bert eriak, kami
menyalak balik dengan kat a yang sama, man jadda w ajada.
Mant era ajaib berbahasa Arab ini bermakna t egas: “Siapa
yang bersungguh-sungguh, akan berhasil!”
Laki-laki ramping ini adalah Ust ad Salman, w ali kelasku.
Wajahnya lonjong kurus, sebagian besar dikuasai keningnya
yang lebar. Bola mat anya yang lincah memancarkan sinar
kecerdasan. Pas sekali dengan gerak kaki dan t angannya yang
gesit ke set iap sudut kelas. Sebuah dasi berw arna merah tua
terikat rapi d i leher kemeja put ihnya yang licin. Lipat an celana
hit amnya berujung t ajam sepert i baru saj a diset rika. Sepat u
hit amnya bersol tebal dan berdekak-dekak set iap dia berjalan
di ubin kelas kami.
Selain kelas kami, puluhan kelas lain juga demikian. Masing-
masing d ikomandoi seorang kondakt ur yang energik,
menyalakkan “man j adda w ajada”. Hampir sat u jam non st op,
kalimat ini bersahut -sahut an dan bert alu-t alu. Koor ini

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bergelombang sepert i guruh di musim hujan, menyesaki udara


pagi di sebuah desa t erpencil di udik Ponorogo.
Inilah pelajaran hari pert ama kami di PM. Kat a mut iara
sederhana t api kuat . Yang menjadi kompas kehidupan kami
kelak.
* d* w*
Sejam yang lalu, kami berkerumun dengan t idak sabar d i
depan sebuah pintu kelas. Di daun pint u it u selembar kert as
put ih bert uliskan Kelas 1 A tertempel rapi. Di ant ara
kerumunan ini, hanya Raja dan Dul yang aku kenal. Lamat -
lamat , bunyi ket ukan sepat u cepat dan penuh semangat
terdengar dari balik ruang kelas kami. Makin lama makin
dekat . Tiba-t iba dari balik t embok, muncul laki-laki muda
berw ajah ramah menyapa dengan nyaring,
“Shabahul khair. Selamat pagi. Silakan masuk!”
Tangan kanannya mengibas-ngibas mengisyarat kan kami
masuk. Set iap kami d isodori senyum sepuluh sent i yang
membent ang di w ajahnya. Laki-laki periang in i adalah Ust ad
Salman.
“Ijlisuu, silakan pilih tempat duduk yang paling nyaman
buat kalian.”
Aku bergegas memilih dua baris dari depan ke arah
belakang. Ini posisi aman menurut ku. Tidak terlalu menant ang
t at apan guru di kursi depan, t api juga t idak t ersuruk di bagian
terbelakang.
Di sebelahku duduk seorang anak jangkung berambut
pendek tegak. Tadi dia dat ang paling pagi. Sebuah kacamat a
tebal membebani bat ang hidungnya. Wajahnya yang put ih
t ampak serius dan agak tegang. Beberapa helai janggut kasar

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mencuat di dagunya. Dia mengangguk, sambil menyorongkan


t angannya.
“Eh, kenalkan nama saya At ang,” kat anya singkat.
Kacamat a-nya melorot t urun ket ika mengangguk. Secepat it u
pula t angannya mengembalikan ke posisi semula.
Buru-buru kemudian dia menambahkan, “Saya dari
Bandung. Urang sunda″ kat anya kali in i nyengir. Aku
terpesona dengan irama At ang berbicara. Set iap akhir
kalimat nya diberi ayunan yang asing di kupingku.
Aku genggam jemari t angannya yang panjang kurus-kurus.
“Saya Alif Fikri dari Man injau, Bukitt inggi, Sumatera Barat .
Untuk pert ama kalinya dalam h idup aku berjabat t angan
dengan orang non Minangkabau. Nun di kampungku, mulai
dari pegaw ai kecamat an, guru, tukang pos, penjual mart abak,
supir bus, sampai kenek adalah urang aw ak, orang Minang
asli. Dulu, sebetulnya aku nyaris menjabat t angan seorang
Jawa. Ket ika duduk di SD, guruku menyuruh kami sekelas
mengibarkan bendera merah put ih dari kert as minyak di
pinggir jalan kampungku. Balasan kibasan benderaku adalah
lambaian t angan yang menyembul dari jendela mobil hit am
setengah t erbuka. Ingin aku jabat t angan itu, t api mobilnya
terlalu cepat berlalu. Yang punya t angan adalah Presiden
Soeharto yang dat ang meresmikan PLTA Maninjau t ahun
1983.
Sengaja aku t ambahkan Sumatera Barat kalau-kalau dia
t idak t ahu Bukitt inggi di mana. Menyebut kan Bukittinggi juga
sebetulnya kurang t epat, bahkan Maninjau pun sebuah
kebohongan kecil. Sebenarnya, aku lahir dan berasal dari
kampung liliput di pinggir Danau Maninjau, Bayur namanya.
Maninjau lebih dikenal orang luar karena lumayan populer

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sebagai kot a asal Buya Hamka, u lama sast raw an karismat ik


yang t ersohor it u.
Setelah memperkenalkan diri, Ust ad Salman memint a set iap
orang maju ke depan kelas dan memperkenalkan nama, asal,
alasan ke pondok dan cit a-cit a. Raja Lubis yang duduk di meja
paling depan maju dengan penuh percaya diri.
Sejenak dia menarik napas dalam, dagunya sedikit
terangkat, kepalanya berput ar set engah lingkaran menyapu
kelas. Setelah mendehem, dia memperkenalkan diri dengan
suara lant ang dan berat . Iramanya lebih mir ip pidat o daripada
perkenalan. Raj a yang berasal dari p inggir Kot a Medan ini
t ahun lalu gagal masuk PM karena terlambat mendaft ar.
Sambil menunggu t ahun ajaran baru, dia menghabiskan sat u
t ahun belajar di sebuah pondok t idak jauh dari sini.
“Kenapa sampai mau dua kali mencoba ikut t es masuk PM?”
t anya Ust ad Salman.
Dengan gagah dia berkat a, “Aku ingin menjadi ulama yang
int elek, Ust ad. Dari sepuluh orang bersaudara, aku sendirilah
yang diberi amanat Ibu dan Bapak unt uk belajar agama.”
Sebet ulnya dari t adi aku sangat heran melihat kelakuannya.
Ket ika kami sekelas membaw a beberapa buku t ulis dan Al
Quran, dia malah membaw a beberapa buku tebal sekaligus.
Salah sat unya buku paling tebal yang pernah aku lihat .
“Buku apa ini?” t anyaku polos.
“Cak kau lihat in i bos, judulnya Advanced Learners Oxford
Dict ionary, kamus Bahasa Inggris yang hebat . Cocok buat kita
yang belajar bahasa Inggris. Kalau ingin pandai sepert i
Habibie, macam buku inilah yang harus kau baca,” ujarnya
serius samb il mengangkat kit ab tebal ini pas di mukaku.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Mulai hari ini aku akan membaca kamus ini halaman per
halaman,” kat a Raj a samb il mengepalkan t angan. Hobi
ut amanya membaca buku, at au tepat nya kamus tebal ini. Di
kemudian hari, hobi ini t erbayar tunai. Dia paling lancar
menjawab pert anyaan-pert anyaan guru Bahasa Inggris. Kalau
bicara Inggris, suaranya sengau-sengau sepert i orang
selesma.
Makhluk paling raksasa di kelas adalah Said Jufri yang
berasal dari Surabaya. Lengannya yang legam sebesar t iang
telepon dan berbuku-buku oleh otot keras sert a dit umbuhi
bulu-bulu panjang kerit ing. Bajunya yang berbahan jat uh
mencet ak dada dan bahunya yang kekar. Rambut hit am ikal,
alis t ebal, kumis melint ang, fitur hidung dan t ulang pipinya
tegas melengkapi w ajah Arabnya. Dia memang ket urunan
kelima dari saudagar Arab yang mendarat dan menet ap di
kawasan Ampel, Surabaya. Walau berw ajah Arab, t api medok
suroboyoan. Walau umurnya baru 19 t ahun, w ajahnya sepert i
bapak-bapak berumur 40 t ahun.
“Wakt u SMA, aku anak nakal, sekarang aku insyaf dan ingin
belajar agama,” kat anya sambil t ersenyum lebar. Mat anya
yang dilingkupi bulu yang lent ik berkejap-kejap. Wah, ini dia
yang disebut Pak Sut an yang ada di bus kemarin. Anak nakal
di sekolahkan di pondok, bat inku.
“Mari kit a dekap penderit aan dan berjuang keras menuntut
ilmu, supaya kit a semakin kuat lahir dan bat in,” kat anya
memberi mot ivasi di depan kelas t anpa ada yang memint a.
Ant ara mengert i dan t idak kami mengangguk-angguk t akzim.
Dia mant an anak nakal yang aneh.
Tidak salah kalau dia yang paling dew asa di ant ara kami.
Karena it u kami secara aklamasi memilihnya j adi ket ua kelas.
Selama set ahun ke depan, dia selalu menjawab keluh kesah

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kami dengan senyum dan cerit a yang mengobarkan semangat .


“Saya berasal dari Sulawesi,” kat a Baso Salahuddin yang
berlayar dari Gow a. Wajahnya sepert i nenek moyangnya yang
pelaut ulung, rambut landak, kulit gelap, kalau berjalan sepert i
terombang-ambing di at as perahu, mengambang dan kurang
lurus. Bajunya adalah seragam pramuka yang sudah lunt ur
cokelat nya. Emblem-emblemnya sudah dilucut i, menyisakan
w arna yang lebih gelap di saku dan lengan.
Sambil mengerlingkan mat anya ke kiri at as, dia bicara d i
depan kelas. “Alasan saya… alasan saya ke sini apa ya? O iya,
saya ingin mendalami agama Islam dan menjadi ha/ iz-
penghapal Al-Quran.”
Kawanku yang lain adalah Dulmajid dari Madura. Dia juga
sat u bus denganku ket ika sampai d i PM. Kulit nya gelap dan
w ajahnya keras t idak menjanjikan. Unt unglah dia berkacamat a
fra-me t ebal sehingga t ampak t erpelajar. Animo belajarnya
memang maut. Di kemudian hari, aku menyadari dia orang
paling jujur, paling keras, t api juga paling set ia kawan yang
aku kenal.
Kawan yang duduk di belakangku adalah Teuku. Anak yang
berkulit keling ini berasal dari Banda Aceh. Ket ika Ust ad Teguh
membaca namanya, sert a mert a dia berdiri t egap dengan
setengah berteriak menjawab “Teuku hadir, Ust ad”. Seisi
kelas, t idak t erkecuali ust ad kaget dengan gerakan berdiri
t iba-t iba dan teriakan nyaring anak Aceh ini. Dia suka
berbicara dengan suara keras dan t ergesa-gesa, sehingga
bahasa Indonesianya terdengar lucu.
Tapi di ant ara semua teman baru ini yang membuat ku
paling kagum adalah Saleh. Dia t inggi kurus, at let is, dan buku-
bukunya banyak st iker bertuliskan Lakers, Bulls, dan gambar

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

orang-orang hit am berkepala bot ak, bercelana pendek goyor-


goyor.
“Gue dari Jakart e, anak Bet aw i asli. Tahu Monas, kan? Nah,
rumah gue gak jauh dari sana, di Karbela,” kat anya dengan
bangga.
Berunt ung sekali dia t inggal di ibukot a, pikirku iri. Di
umurku yang ke-15 ini, belum sekalipun aku menjejakkan kaki
di ibukot a negara sendiri. Dalam perjalananku dari Padang ke
Jawa Timur, aku sempat sekilas melew at i Jakart a jam t iga din i
hari. Bus hanya berhent i unt uk menurunkan Pak Sut an yang
akan ke Tanah Abang. Dari jendela bus kulihat gedung-
gedung t inggi, jalan-jalan silang gemilang yang semuanya
bermandikan cahaya. Modern. Makanya, Jakart a adalah kot a
yang paling ingin aku kunjungi, set elah Mekkah.
Sang Rennaissance Man
Sehabis Isya, murid-murid berbondong-bondong memenuhi
aula. Rat usan kursi disusun sampai ke teras unt uk
menampung t iga ribu orang. Semua orang mengobrol sepert i
dengungan ribuan t awon t ransmigrasi. Di panggung duduk
berjejer beberapa ust ad senior dan kiai. Sebuah t ulisan besar
menggant ung sebagai lat ar: Pekan Perkenalan Siswa PM.
Seorang laki-laki separo baya yang berbaju koko put ih maju
ke podium. Rambutnya yang set engah memut ih menyembul
dari balik kopiah hit amnya. Janggut nya pendek rapi tumbuh
dari dagu bundarnya. Laki -laki ramping ini mempunyai w ajah
seorang bapak penyabar.
Mat anya berbinar-binar dan t ersenyum kepada laut an murid
baru dan lama. Senyumnya begit u lebar, seakan-akan t idak
ada yang lebih membesarkan hat inya selain melihat ribuan
murid bersesak-sesakkan di ruangan ini.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dia mendehem t iga kali di depan mik. Tiba-t iba suara t aw on


t adi langsung diam dan senyap. Murid-murid yang duduk di
belakang t ampak meninggikan lehernya unt uk melihat lebih
jelas ke depan. Penampilan laki-laki in i boleh bersahaja, t api
aura w ibaw a yang membuat dia terlihat lebih besar dari
fisiknya. Aku mencolek Raja yang duduk di sebelah kiriku.
“Siapa bapak ini?” t anyaku penasaran.
Raja memandangku dengan t idak percaya. Dia melot ot,
“Bos, kau murid macem mana ni, kok bisa gak t ahu. Ini dia
kiai kit a, almukarram Kiai Rais yang menjadi panut an kit a dan
semua orang selama d i PM ini. Dia seorang pendidik dengan
penget ahuan dan pengalaman lengkap. Pernah sekolah di Al-
Azhar, Madinah dan Belanda.”
Raja mengangsurkan kepadaku sebuah buku berjudul,
Biografi Kiai-Kiai Pendidik. “Di buku ini ada biografi ringkas
beliau. Menurut penulisnya, Kiai Rais cocok disebut sebagai
rennaisance man, pribadi yang tercerahkan karena aneka
ragam ilmu dan kegiat annya.”
“Marhaban. Selamat dat ang anak-anakku para pencari ilmu.
Welcome. Selamat Dat ang. Bien venue. Saya selaku rais
ma’had-pimpinan pondok- dan para guru di sini dengan sangat
bahagia menyambut kedat angan anak-anak baru kami unt uk
ikut menunt ut ilmu di sini. Terima kasih at as kepercayaannya,
semoga kalian bet ah. Mulai sekarang kalian semua adalah
bagian dari keluarga besar PM,” Kiai Rais membuka
sambut annya. Suaranya dalam dan menenangkan.
“Assalamualaikum,” t ut upnya. Pidatonya sangat singkat.
Semua orang memberi t epuk t angan bergemuruh.
Aku menyikut Raja. “Singkat sekali, mana petuah seorang
kiai,” t anyaku.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Tenang bos. Kat a buku ini Kiai Rais it u sepert i “mat a air
ilmu” . Mengalir t erus. Dalam seminggu ini past i kit a akan
mendengar dia memberi petuah berkali-kali,” jaw ab Raj a
penuh harap.
Raja benar. Setelah berbagai kat a sambut an dan beberapa
pengumuman t ent ang laba koperasi, kant in dan dapur umum,
Kiai Rais kembali naik panggung.
“Anak-anakku. Mulai hari ini, bulat kanlah niat di hat i kalian.
Niat kan menunt ut ilmu hanya karena Allah, lillahi t aala. Mau
membulat kan niat kalian??”
“MAUUU!” terdengar koor dari ribuan murid di depan Kiai
Rais. Lalu, sejenak dia memandu kami menundukkan w ajah
dan memant apkan niat bersih unt uk menunt ut ilmu.
Allahumma zidna i I man w ar zuqna fahman… Tuhan
t ambahkan ilmu kami dan anugerahkanlah pemahaman…
Kiai Rais kembali me lanjut kan pidat o. “Menunt ut ilmu di PM
bukan buat gagah-gagahan dan bukan biar bisa bahasa asing.
Tapi menunt ut ilmu karena Tuhan semat a. Karena itulah kalian
t idak akan kami beri ij azah, t idak akan kami beri ikan, t api
akan mendapat ilmu dan kail. Kami, para ust ad, ikhlas
mendidik kalian dan kalian ikh laskan pula niat unt uk mau
dididik.” Tangan beliau bergerak-gerak di udara mengikut i
tekanan suaranya.
Aku menyikut rusuk Raja sambil berbisik, “Tidak ada ijazah?
Bagaimana maksudnya?”
Raja melirikku sekilas, “Maksudnya, PM t idak mengeluarkan
selembar ij azah sepert i sekolah lain. Yang ada adalah bekal
ilmunya. Ijazah PM adalah ilmunya sendiri.”
Jawaban yang t idak terlalu aku mengert i art inya sekarang.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Berunt unglah kalian sebagai penunt ut ilmu karena Tuhan


memudahkan jalan kalian ke surga, malaikat membent angkan
sayap buat kalian, bahkan penghuni langit dan bumi sampai
ikan paus d i laut an memint akan ampun bagi orang yang
berilmu. Reguklah ilmu di sini dengan membuka pikiran, mat a
dan hat i kalian.”
Telunjuk t angan Kiai Rais t erangkat di depan mukanya,
memast ikan kami memperhat ikan petuah ini.
“Selain it u, ingat juga bahw a aturan di sin i punya
konsekuensi hukum yang berlaku t anpa pandang bulu. Kalau
t idak bisa mengikut i aturan, mungkin kalian t idak cocok di sini.
Malam in i akan dibacakan qanun, at uran komando. Simak
baik-baik, t idak ada yang t ert ulis, karena it u harus kalian t ulis
dalam ingat an. Setelah mendengar qanun1 set iap orang t idak
punya alasan t idak t ahu bahw a ini aturan.”
“Dan yang t idak kalah pent ing, bagi anak baru, kalian hanya
punya w akt u empat bulan untuk boleh berbicara bahasa
Indonesia. Setelah empat bulan, semua w ajib berbahasa
Inggris dan Arab, 24 jam. Percaya kalian b isa kalau berusaha.
Sesungguhnya bahasa asing adalah anak kunci jendela-jendela
dunia.”
Aku kembali mengganggu Raja. “Bagaimana mungkin aku
bisa bahasa asing dalam empat bulan?”
“Bos, kau dengar dan percayalah sama Kiai Rais. Puluhan
t ahun dia melakukan ini dan selalu membukt ikan dia benar,
selama kit a mengikut i at urannya,” bisik Raja. Mat anya melir ik
bagian keamanan yang mendelik karena kami berbicara ket ika
Kiai Rais berpidat o.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Apalagi semua akan berpihak kepada kit a. Bahkan ikan


paus di laut an saja ikut mendoakan kit a,” kat anya berbisik ke
telingaku.
“Belajar di sin i t idak akan sant ai-sant ai. Jadi, niat kanlah
berjalan sampai bat as dan berlayar sampai pulau. Usahakan
memberi percobaan yang lengkap. Ada yang t ahu percobaan
yang lengkap?” t anya Kiai Rais seakan bert anya kepada kami
sat u-sat u.
Kami semua diam dan menggeleng-gelengkan kepala.
“Seorang w ali murid pernah memberi nasehat kepada
anaknya yang sekolah di PM. Anakku, kalau t idak kerasan
t inggal di PM selama sebulan, cobalah t iga bulan, dan cobalah
sat u t ahun. Kalau t idak kerasan sat u t ahun, cobalah t iga at au
empat t ahun. Kalau sampai enam t ahun t idak juga kerasan
dan sudah t amat , bolehlah pulang unt uk berjuang di
masyarakat . Ini namanya percobaan yang lengkap.”
Kami mengangguk-angguk terkesan dengan perumpaman
ini.
“Sebelum kit a t ut up acara malam in i, mari kit a berdoa
unt uk misi ut ama hidup kit a, yait u rahmat an lil alamin,
membaw a keberkat an buat dunia dan akhirat ,” ucap Kiai Rais
sambil memimpin sebuah doa. Amin bergema meliput i udara
aula ini.
“Dan sebelum berist irahat di kamar masing-masing dan
memulai misi besar kalian besok pagi: menuntut ilmu, mari
kit a t eguhkan niat dengan membaca Ummul Al-Qurann dan
dilanjut kan menyanyikan bersama himne sekolah kit a. Al-
Fat ihah… ”
Segera set elah Al-Fat ihah dit utup dengan kat a amin yang
khusyuk, aula diselimut i bahana sebuah himne yang mulai

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lamat -lamat dengan syahdu t api kemudian tempo meningkat


dengan ket ukan yang keras dan opt imis:
Kami dat ang dari semua sudut bumi
Untuk menjadi gelas yang kosong Yang siap diisi
Mengharap ilmu dan hikmah
Dengan hat i yang lapang
Dari kebijakan para guru kami yang ikhlas
Di Pondok Madani yang damai
• ••
Walau dengan referensi not sendiri-sendiri, kami bernyanyi
dengan sepenuh jiw a dan tenaga. Tepuk t angan yang panjang
dan membahana membuat dadaku berget ar-get ar.

Sh opp ing Day


Usai malam pert ama Pekan Perkenalan, kami berbondong
kembali ke asrama. Kak Iskandar, rais furaiah, sebut an buat
ket ua asrama, memberi komando unt uk mengikut inya.
“Walau kalian sebelumnya t elah ditempat kan di asrama Al-
Barq, t api belum resmi dit erima sebagai anggot a asrama.
Menyanyikan lagu h imne pondok yang dipimpin langsung oleh
Kiai Amin Rais adalah penanda bahw a kalian sekarang resmi
menjadi bagian dari asrama Al-Barq. Selamat !” ujarnya kepada
kami di depan pint u asrama.
“Sebelum t idur, kami akan bacakan cjanun, aturan t idak
tertulis yang t idak boleh dilanggar. Pelanggaran past i akan
diganjar sesuai kesalahannya. Dan ganjaran paling berat
adalah d ipulangkan dari PM selama-lamanya,” kat anya t egas.
Kami berpandang-pandangan melihat keseriusannya.
Kesalahan apa sih membuat seorang bisa sampai dipulangkan?

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Al-Barq adalah bangunan memanjang dengan koridor


berbent uk huruf L. Kamar-kamar berjejer di sepanjang koridor.
Bangunan sederhana ini t erlihat bersih dengan ubin t ua yang
masih mengkilat dan lis kayu kokoh bercat hijau. Ukuran
kamar kami lebih besar dari setengah lapangan bulut angkis
dan aku tempat i bersama 30 murid lainnnya.
Seisi kamar sudah berkumpul duduk di t engah ruangan
yang kosong. Semua t as dan koper kami singkirkan ke pinggir
Aku juga mengacung. “Kak, kenapa kit a t idak shalat
berjamaah di masjid saj a?”
“Tent u kit a berjamaah di masjid, t api hanya Maghrib saj a.
Sisanya kit a lakukan di kamar, karena ini juga bagian dari
pendidikan. Set iap orang akan mendapat giliran menjadi
imam. Set iap kalian harus merasakan menjadi imam yang
baik. Semua orang boleh memberi masukan kalau ada yang
salah,” jelas Kak Is.
“Oya, satu hal yang pent ing kalian ingat terus adalah: selalu
pasang kuping unt uk mendengarkan jaras at au lonceng.
Lonceng besar di depan aula it ulah pedoman unt uk semua
pergant ian kegiat an,” kat anya lagi.
“Ingat , kamar ini sekarang milik kalian bersama. Kamar in i
tempat kalian t idur, shalat , dan belajar. Maka jagalah sepert i
menjaga rumah kalian sendiri. Besok kit a akan p ilih ket ua
kamar serent ak dan membuat jadw al piket kebersihan,” pidat o
Kak Iskandar sebelum memat ikan lampu list rik besar di kamar
kami.
Seket ika kamar t emaram. Hanya t inggal sebuah lampu
t idur, sebuah lampu semprong minyak t anah yang kerlap
kerlip karena apinya diayun-ayun angin malam di ujung
kamar. Jendela kamar d ibiarkan t erbuka, memerdekakan
udara menjelang musim hujan yang sejuk keluar masuk.
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sepot ong rembulan pucat mengint ip dari jendela. Hari in i


aku segera pulas t ert idur w alau hanya beralas sajadah. Malam
ini aku bermimpi t erdampar di sebuah pulau yang permai.
Perahuku bocor dan karam. Aku menemukan rat usan kotak-
kot ak besi, yang ket ika kubuka semua isinya adalah gulungan
demi gulungan kert as qanun.
* dw
Awal t ahun ajaran, PM diserbu kesibukan luar biasa. Semua
orang t ampak berjalan cepat dan berseliw eran mengerjakan
berbagai urusan masing-masing. Buat anak baru sepert i aku,
kesibukan ut amanya belanja buku dan keperluan sekolah lain.
Dalam amplop t anda kelulusan ujian yang kami t erima
beberapa hari lalu ada selembar kert as yang bert uliskan
keperluan yang w ajib kami beli sebagai murid baru. Aku buka
lipat an kert as folio ini. Ini lis belanja w ajib:
Daft ar Belanja Murid Semest er Pert ama PM
Buku
1. Kamus Arab-Indonesia oleh Prof. Mahmud Yunus
2. Kamus Inggris-Indonesia oleh Hassan Shadily-John M.
Echols
3. Al-Quran
4. Durusul Lughoh Arabiah dan Muthala’ah
5. Nahw u Sharaf
6. English Lesson
7. English Grammar
8. Paket buku pendukung jilid 1
Perlengkapan pakaian
1. Sarung
2. Ikat Pinggang
3. Kopiah

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

4. Baju Pramuka
5. Baju olahraga (kaos dan training pack)
6. Papan nama untuk disemat kan di baju. Lat ar belakang ungu
unt uk anak kelas 1. Wakt u pembuat an 10 menit.
Perlengkapan lain:
1. Shunduk, at au lemari kecil dengan kunci
2. Firash, kasur lipat
3. Kalam kaligraf i
“Kak, di mana saya b isa beli barang-barang in i?” t anyaku
pada Kak Iskandar.
“Semua tersedia lengkap di t oko koperasi di sebelah ruang
pert emuan. Kalau saya jad i kamu, saya akan berangkat
sekarang, karena ant rinya panjang,” jaw ab Kak Is.
At ang, Dulmajid, Raja, Baso, dan Said t ernyat a teman
sekamarku. Kami sepakat untuk belanja bersama. Sekit ar 200
met er dari asrama ada bangunan koperasi bert ingkat dua.
Tingkat sat u khusus t oko buku dan t ingkat dua unt uk segala
kebutuhan lainnya. Di at as pint u masuknya yang terbuka lebar
tertulis “St udent Cooperat ive”, lalu diikut i tulisan Arab yang
sangat art ist ik sehingga aku kesulit an membacanya. Tapi aku
yakin art inya kira-kira koperasi pelajar.
Tingkat satu lebih mirip gudang buku dari pada toko buku.
Set iap bagian dinding t ert ut up gundukan buku yang hampir
menyent uh langit -langit . Para pet ugas yang berambut cepak
sepert i bint ara polisi dengan gesit membant u para murid yang
membeli buku t ahun ajaran ini. Di sebuah sudut , t umpukan ini
menjelma sepert i pilar-pilar Yunani dengan balok-baloknya
berw ujud buku-buku set ebal 20 sent imeter. Semua buku
bert uliskan huruf Arab yang t idak bisa aku baca.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“It u dia kamus dan ensiklopedia Arab yang paling terkenal,


namanya Munjid. Nant i kalau sudah 3 t ahun kit a baru boleh
mempelajarinya,” Raja dengan bangga berbisik kepadaku.
Mat anya nanar menat ap buku ini. Dasar si kut u buku. Kalaulah
ada uang, mungkin dia langsung membeli dua Munjid
sekaligus.
Di sebelah lain ada t umpukan buku yang lebar-lebar dan
tebal, uniknya semua halamannya berw arna kuning. Tampak
sekilas sepert i buku lama. Tapi sampulnya t ampak baru
sungguh indah, berwarna marun dengan kelim-kelim
keemasan mengelilingi judulnya yang berbahasa Arab. Kembali
t anpa dimint a Raja menjelaskan panjang lebar.
“Eh, kalian t ahu nggak, inilah buku yang melihat hukum
Islam dengan sangat luas. Buku Bidayatul Mujt ahid yang
dit ulis ilmuw an terkenal Ibnu Rusyd at au Averrous,
cendekiawan berasal dari Spanyol. Isinya adalah fiqh Islam
dilihat dari berbagai mazhab, t anpa ada paksaan unt uk ikut
salah sat u mazhab. Saya t ahu PM membebaskan kit a memilih.
Sayang, baru 2 t ahun lagi kit a boleh mempelajarinya.” Wajah
Raja t ampak kecewa sangat serius. “Nah kalau yang it u aku
sudah punya, kemarin aku baw a ke kelas. Kau ingat, kan?
Yang aku angkat di muka kau it u,” dengan logat Medan yang
kent al, melihat Oxford Advanced Learners Dict ionary. Padahal
menurut daft ar buku w ajib, kamus ini baru akan kami pakai
t ahun depan.
Aku segera mengikut i ant rian memesan buku. Kak
Herlambang, begit u t ulisan di papan namanya, t ersenyum
kepadaku.
“Faslun awwaU Kelas sat u, kan? Dari mana asalmu?”
t anyanya basa-basi. Tanpa dimint a t angannya segera bekerja
cepat menjangkau buku dari beberapa rak yang berjejer di

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

belakangnya. Dalam sekejap, sebuah t umpukan buku, berisi


judul-judul yang ada dalam daft ar belanjaku t elah siap.
“Thayyib. Baiklah. Ini buku w ajib kelas sat u. Ada yang lain?”
t anyanya.
Selesai dengan buku, kami naik ke lant ai dua untuk
membeli kasur lipat dan seragam.
Menurut at uran, kami punya 4 seragam. Sarung dan kopiah
unt uk w akt u shalat , baju pramuka unt uk hari pramuka, baju
olahraga unt uk lari pagi dan acara bebas, sert a kemeja dan
celana panjang rapi unt uk sekolah. Kami sudah membelinya
semua.
“Semua beres, kecuali lemari kecil. Apa ist ilahnya t adi?
Suluk?” t anya Said pada Raja, yang selalu memamerkan
kehebat an kosa kat a Arab dan Inggrisnya.
“Bukan suluk, t api shunduq, pakai shad,” jaw ab Raja
dengan t ajw id yang sangat fasih.
“Art i harfiahnya kot ak, bukan lemari. Ini t empat pakaian,
buku, dan segala macam yang kit a punya. Lemari kayu kecil
yang lebih menyerupai kotak,” t erang Raja dengan
bersemangat . Dia selalu dengan senang hat i berbagi informasi
apa saja, melebihi dari apa yang kami t anya. Dan sepert inya
dia sangat menikmat i momen lebih t ahu dari kit a semua.
Bagusnya, dia t idak pelit dengan informasi.
“O iya, shu-nn-du-uq,” eja Said mencoba mengikut i
kefasihan Raja.
Tempat membeli lemari kecil ini di sebuah lapangan di
sebelah perpust akaan. Di pinggir lapangan terpancang
spanduk ber-t uliskan: Shundug lil baiFor Sale. Di t engah
lapangan t ampak menggunung lemari bermacam w arna yang

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dit umpuk-t umpuk. Ukurannya mulai dari dari t inggi setengah


met er sampai set inggi badan.
Selain lemari baru, ada juga yang bekas, dan tentunya lebih
murah. Tampak beberapa murid lama memiku l dan
mendorong lemari lamanya dan menjual kepada pengurus
koperasi. Sedangkan beberapa anak lain membopong lemari
ke asrama mereka. Bagaikan t umbukan but ir-but ir gula yang
dirubung oleh semut , lemari-lemari in i dat ang dan pergi.
Melihat uang di kantong t erbat as, aku memutuskan untuk
membeli lemari bekas saja. Untuk itu aku harus memilih baik-
baik lemari y ang masih bisa d ipakai. Ada kuncinya yang rusak,
engsel, ada yang semuanya bagus, t api baunya mint a ampun,
ada yang sempurna, t api kakinya pat ah. Ada yang semuanya
bagus, t api w arnanya kuning membakar mat a. Belum ada
yang pas.
“Ya akhi, bla bla bkz,” kat a seorang senior sambil
menget ok-ngetok jam t angannya. Aku bengong t idak
mengert i, yang aku t ahu jamnya menunjukkan 16.50 siang.
Melihat anak baru t erbengong-bengong, dia baru ingat kalau
dia masih berbicara bahasa Arab. “Ya akhi, silakan pilih
sebelum kehabisan w aktu. Sebent ar lagi lonceng ke masjid!”
teriak senior it u melihat aku masih berlama-lama memilih.
Di ant ara t umpukan lemari t ua berw arna hit am, aku
menemukan sebuah lemari hijau t ua set inggi pinggang yang
kokoh dan mulus. Aku segera membayar kepada senior t adi
sebanyak 15 ribu rupiah. Sement ara At ang, Baso, Dulmajid,
Raja dan Said juga t elah menemukan pilihan mereka.
Mat ahari t elah tergelincir di ufuk dan gerimis merebak
ket ika kami beriring-iringan menggotong lemari masing-
masing melint asi lapangan besar menuju asrama kami. Said
yang t inggi besar dengan gagah dan enteng membopong
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lemarinya. At ang yang membeli lemari yang lebih besar


t ampak terengah-engah menahan beratnya, sambil
membet ulkan kacamatanya yang melorot terus. Raja, Baso
dan Dulmajid, w alau berbadan t idak besar memperlihat kan
kekuat an alami mereka sebagai anak kampung yang t angguh.
Walau kepayahan, mereka maju dengan past i. Aku yang
paling kurus berjalan t erseok-seok paling belakang, bergulat
dengan lemari yang berat nya serasa 3 kali berat badanku.

Ser g apan Per t ama Tyson


Teng… teng… t eng… t eng…. Suara lonceng besar di depan
Cis gedung pert emuan bergema sampai jauh. Belum lagi
gaungnya padam, semua penjuru sepi senyap, t idak ada orang
sat u pun. Kami berpandang-pandangan dengan kalut . Kalau
mengikut i qanun yang dibacakan t adi malam, lonceng 4 kali d i
jam 5 art inya t anda semua akt ifit as harus berhent i dan semua
murid sudah harus ada di masjid dengan pakaian rapi dan
bersarung.
Jangankan duduk manis bersarung di masj id. Kami masih
menggotong lemari di t engah lapangan. Art inya kami t elah
melawan perint ah lonceng, alias t erlambat . Dari kejauhan, aku
lihat asrama kami sepert i rumah hant u, kosong, sepi, t ak sat u
jiw a pun.
Kami sepert i sekaw anan tent ara yang terjebak di padang
terbuka, t anpa perlindungan sama sekali. Kami t elah dengan
telak melanggar qanun di hari pert amanya berlaku. Aku hanya
bisa berharap, sebagai murid baru kami bisa dimaafkan
terlambat barang 5 menit . Lagi pula, sejauh in i t idak ada
pet ugas keamanan yang mencegat kami.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Ayo lebih cepat !” seru Said di posisi paling depan.


Posisinya sepert i pelari sprint yang memimpin paling depan.
Ringan, enteng, cepat.
“Kumaha cepat, ini beratnya mint a ampun!” balas At ang
sambil menggerut u. Dia menyeret lemarinya di t anah. Raja
t idak bisa menyembunyikan bahasa aslinya, yang terdengar
hanya “bah, bah, bah!” berkali-kali.
Aku, Baso dan Dulmajid mendengus-dengus dari belakang.
“Tenang akhi, sebent ar lagi kit a akan selamat . Asrama
hanya t inggal 100 meter lagi. Insya Allah t idak akan kena
hukum. Sedikit lagi…,” kat a Said dengan opt imis memberi
kami harapan.
Harapan yang t erlalu indah. Tiba-t iba… uksss… Sebuah
bayangan hit am berkelebat kencang dan berhent i mendadak
di depan kami yang sedang ngos-ngosan. Jejak sepedanya
membent uk set engah lingkaran menghalangi jalan kami.
“Qifya akhi… BERHENTI SEMUA!” suara keras menggunt ur
membuat kami t erpaku kaget . Rasanya darah surut dari
w ajahku. Gerimis semakin rapat . Langit senja semakin kelam.
Duduk tegap di sadel sepedanya, kami melihat laki-laki
muda, berjas hit am, berkopiah, sebuah sajadah merah
tersampir di bahu kirinya. Di dadanya t ersemat pin perak
bundar berkilat bert uliskan “Kismul Amni”—Bagian Keamanan.
Kalau ini film koboi, dia adalah sherif berw ajah keras yang siap
mengokang pistolnya. Dengan enteng dia meloncat dari sadel.
Sepedanya diberi kaki. Langkahnya cepat menuju kami. Sret …
sret … sret , sarungnya t idak mempengaruhi keligat an
gerakannya.
Peraw akannya pendek gempal. Menyerupai sang juara t inju
kelas berat dunia Mike Tyson—t api dengan ukuran lebih kecil.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Geraknya sigap dan memburu. Mat anya t idak lepas menusuk


kami. Bagai pemburu ulung, raut mukanya w aspada dengan
gerakan sekecil apa pun.
“Maaza khat aukum. Apa kesalahan kalian?” t anyanya
dengan suara sepert i guruh.
Kami gelagapan. Tidak siap menjawab pert anyaan
int erogat if di senja bergerimis dalam keadaan kepayahan ini.
“Apa salah kalian!?” berondongnya sekali lagi, t idak sabar.
Gerimis bercampur dengan percikan ludahnya. Mukanya maju.
Napasnya mengerubut i mukaku. Aku katupkan mat aku rapat -
rapat . Apa yang akan dilakukan Tyson ini padaku.
Melihat aku menut up mat a, dia membent ak lebih keras,
“Jangan t akut dengan manusia, JAWAB!”
Aku t idak punya pilihan lain unt uk memberanikan diri
menjawab. Ragu-ragu.
“Maaf… maaf… Kak, kami terlambat . Tapi hanya sedikit
Kak, 5 menit saja. Karena harus membaw a lemari yang berat
ini dari lapangan…”
“Sudah berapa lama kalian resmi jadi murid di PM?” kat anya
memot ong kalimat ku.
“Dua… dua… hari Kak,” jaw abku terbat a-bat a.
“Baru dua hari sudah melanggar. Bukankah kemarin malam
qanun dibacakan dan kalian t ahu t idak boleh terlambat .”
Kami membisu, t idak bisa menjawab. Hanya napas kami
yang naik t urun terdengar berserabut an.
“Kalian sekarang di Madani, t idak ada ist ilah t erlambat
sedikit . 1 menit at au 1 jam, terlambat adalah t erlambat . Ini
pelanggaran.”

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sambil membaca papan nama kami sat u-sat u, kakak mirip


Tyson ini menyalak lagi.
“Ingat , Alif, Said, At ang, Dulmajid, Baso dan Raj a, saya
akan selalu ingat nama kalian. Jangan diulangi lagi!”
Kami bernapas sedikit lega. Gelagat nya, kami akan lolos
dari hukuman dan hanya diberi peringat an. Sambil
mengucapkan terima kasih dan merunduk-rundukkan kepala,
kami kembali beringsut membaw a lemari-lemari sialan ini.
“Hei, nant i dulu, kalian t et ap dihukum. Di PM t idak ada
kesalahan yang berlangsung t anpa dapat ganjaran!” hardik si
Tyson.
Kami t erkesiap. Mukaku setegang besi.
“Ambil posisi berbaris bersaf. Tangan kanan kalian di bahu
kiri t eman. CEPAT!”
Kami pat uh. Membuat barisan. Aku berdiri paling ujung
dekat Tyson, menyusul At ang dan Said. Sement ara it u, t anpa
kami sadari, rat usan murid yang sedang membaca Al-Quran di
masj id lant ai dua melihat kami dengan ekor mat a. Kami
menjadi tont onan grat is menjelang Maghrib.
“Sekarang, pegang kuping t eman kalian sebelah kiri.
CEPAT!”
Kami menurut . Aku bergumam dalam hat i, kalau cuma
jewer gak apa-apa. Kalah menyakit kan dibanding hukuman
rot an w akt u mengaji d i kampung dulu. Yang berat it u rasa
malu dit ont on ratusan orang…
Belum selesai gumamanku, kuping kiriku berdenging dan
panas. Tangan Tyson dengan keras memelint ir kupingku.
“Jewer kuping teman sebelahmu sekuat aku menjewermu!”

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Belum dia selesai, aku t elah menjewer kuping At ang,


sement ara At ang menjewer kuping Said. Selanjut nya Said
memegang kuping Raja yang memegang kuping Dulmajid
yang memegang kuping Baso. Semakin kencang jeweran yang
kuterima, semakin kencang aku menjewer At ang dan semakin
ganas At ang menjewer Said, begitu set erusnya. Sement ara it u
yang paling ujung, Baso yang malang, t idak punya mit ra unt uk
saling jewer menjewer. Dia hanya meringis-ringis t anpa bisa
melampiaskan kesumat nya. Dengan sudut mat a aku lihat dia
akhirnya menjewer pint u lemarinya yang keras.
Dari lant ai dua masjid, beberapa orang t ampak cekikikan.
Mereka menutup mulut dengan kopiah, t ak kuasa menahan
t aw a. Sement ara it u, di baw ah t angga masjid aku melihat
seorang laki-laki berbaju put ih, bersorban Arafat, berdiri diam
sejak kami dihent ikan Tyson t adi. Bagai elang mengancam
ayam kampung, mat anya t ajam mengaw asi kami. Siapakah
gerangan dia?
Itulah perkenalan pert ama kami dengan orang yang aku
gelari Tyson. Dia murid senior bernama lengkap Rajab Sujai
dan menjabat sebagai kepala Keamanan Pusat , pengendali
penegakan disiplin di PM. Kerjanya berkeliling pondok, pagi,
siang dan malam dengan keret a angin. Dia t ahu segala
penjuru PM sepert i mengenal telapak t angannya. Begit u ada
pelanggaran ket ert iban di sudut PM mana pun, dia melesat
dengan sepedanya ke tempat kejadian dan langsung
menegakkan hukum di tempat , saat it u juga, sepert i layaknya
superhero. Dia irit komunikasi verbal, t api t angannya cepat
menjatuhkan hukuman. Keras t api efisien. Tidak heran, semua
murid menakut inya. Baru melihat sepeda hit am berkelebat ,
hidup rasanya sudah w as-was. Dan bagi kami berenam, Tyson
kami nobat kan sebagai horor nomor sat u kami.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Agen 007
Dengan kuping masih t erasa kembang-kempis, kami
terbirit -birit bergant i pakaian shalat dan berlari ke masjid jami.
Di masjid kami yang gagah ini set iap sore berhimpun 3 ribu
pelajar unt uk menyambut dat angnya azan Maghrib. Udara
diliput i dengungan yang t idak habis-habisnya ket ika 3000
mulut sibuk membaca. Memang kegiat an yang boleh kami
lakukan di masjid in i hanya dua, yait u membaca buku
pelajaran dan membaca Al-Quran.
Setelah lelah berakt ifit as sejak j am 4.30 subuh,
mempert ahankan kepala t et ap t egak dan mat a tet ap t erbuka
sungguh sebuah perjuangan maha berat. Apalagi, masjid kami
punya langit -langit t inggi sehingga sirkulasi udaranya sangat
baik dan senant iasa berhawa sejuk. Dengungan suara ribuan
orang mendaras Al-Quran malah menjadi sepert i dendang
pengant ar t idur yang mujarab.
Beberapa kepala mu lai t erlihat doyong, terangguk-angguk,
Di sebelahku Said t ampak benar-benar dalam kondisi yang
sangat nest apa. Dimulai dengan ayunan ringan kepalanya ke
arah depan, lalu ayunannya semakin berat sampai lehernya
layu dan dagunya menyent uh dada.
Aku menyikut nya beberapa kali. Set iap kali d ia t erlonjak
kaget dan buru-buru meneruskan membaca Al-Quran yang
dipegangnya. Apa boleh buat , baru dua baris yang t erbaca,
kepala kembali jadi ayunan. Bosan dengan upaya yang gagal,
aku menyerah dan membiarkan Said berayun-ayun terus.
Tiba-t iba saja, badan Said yang besar rebah ke samping
kirinya dengan bunyi gedebuk. Said yang segera t erbangun
kaget sekali menemukan dirinya dalam posisi set engah t idur.
Tapi dalam h it ungan kejapan mat a, laksana bola karet
raksasa, dia melent ing bangun ke posisi duduk lagi. Mukanya
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

digelengkan-gelengkan, t angan menyeka ujung mulut yang


basah oleh iler. Beberapa teman yang menjadi saksi mat a
rubuhnya sang Said tert aw a cekikikan. Sement ara orang yang
hampir diserempet Said bersunggut -sungut sambil mendelik.
Said menyembah-nyembah mint a maaf.
Untunglah, di masj id kami ada “razia ngant uk” untuk
mencegah w abah t idur massal ribuan kepala. Kakak-kakak
kelas kami dari Bagian Pengajaran mengadakan inspeksi dari
saf ke saf memast ikan t idak ada yang mencuri w akt u t idur
sebelum Maghrib.
“Qum… -ya akhi, qum… Bangun… ayo… bangun!” seorang
bagian pengajaran berdiri di depan anak yang tert idur t idak
jauh dari aku. Ujung sajadahnya yang berumbai-rumbai
digerakkan unt uk menggelit ik hidung yang mengant uk sampai
mereka bangun.
Shalat Maghrib di masjid jami’ dihadiri seluruh penduduk
sekolah. Karena hampir semua orang hadir—kecuali yang sakit
at au pura-pura sakit —w aktu seperempat jam set elah shalat
dimanfaat kan unt uk memberikan maklumat pent ing bagi
semua w arga. Kismul I’lam, bagian yang khusus mengurusi
pengumuman t ampil di depan jamaah. Dit emani secarik kert as
dan kepercayaan diri, mereka membacakan pengumuman
dengan t erat ur dan suara bening. Bahasa yang dipakai unt uk
pengumuman bergant i-gant i set iap minggu, Arab at au Inggris.
Di PM memang bahasa resmi pergaulan set iap minggu digant i
ant ara dua bahasa ini. Sement ara it u kalau pengumuman
bersifat umum dan berlaku buat kelas sat u, pengumuman
dibacakan dalam bahasa Indonesia.
Isi pengumuman ini sungguh gado-gado. Mulai
pengumuman undangan pertemuan para anggot a band, akt or,
pesilat , para kali-gr afer, pert emuan w ali kelas, perubahan

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

jadw al kelas, pemenang lomba majalah dinding minggu ini,


permint aan doa buat keluarga PM yang sakit mulai dari Sorong
sampai Aceh, hingga doa buat alumni yang meninggal. Namun
dari semua it u, maklumat yang paling dit unggu oleh semua
orang sebenarnya hanya ada dua.
Pert ama, dit unggu dengan penuh harap adalah daft ar
penerima wesel dan paket hari ini. Banyak yang berdoa
khusyuk set elah Maghrib agar hari ini dia menjadi orang
terpilih menerima wesel. Tapi sayang, t entu t idak semua yang
berdoa mendapat kannya.
“Ayyuha t halabah. Para siswa semua. Penerima w esel hari
ini harap segera dat ang ke bagian sekret ariat . Nama-namanya
adalah…,” ucap Kak Sofyan memulai kabar gembira. Semua
orang memasang kuping baik-baik. Tiba-t iba Said mengangkat
t angan dengan gembira, menggumamkan alhamdulillah dan
bert eriak yes, sambil t angannya dit arik ke baw ah, layaknya
st riker habis mencet ak gol t unggal di injury t ime. Doanya
dikabulkan Tuhan yang Maha Pemurah. Kali ini Said yang
menjadi orang beruntung mendapat wesel.
Kedua, berit a yang juga dit unggu t api dengan penuh
kekhaw at iran adalah pengumuman siapa saja yang harus
menghadap ke mahkamah keamanan, pendidikan dan bahasa
unt uk diadili dan mendapat hukuman sesuai kesalahannya.
Hampir past i, yang dipanggil adalah pesakit an yang bersalah.
Setelah berhent i sebent ar, Kak Sofyan menyebut kan judul
pengumuman kali ini, “Panggilan ke Mahkamah Keamanan
Pusat ”. Masjid yang agak riuh sont ak diam membisu.
“Nama-nama ini d iharap segera menghadap ke bagian
keamanan segera…” Suaranya empuk, ironis sekali dengan isi
pengumumannya.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Dari kelas sat u, namanya adalah: Alif Fikri, Said Jufri,


Dulmajid, Raj a Lubis, Baso Salahuddin dan At ang Yunus.”
Tanganku dingin. Semua darahku rasanya terisap ke
jant ung. Rupanya azab kemalangan kami t idak berakhir d i
urusan put ar memut ar daun telinga sat u jam yang lalu. Kami
juga dipanggil ke mahkamah keamanan unt uk diadili at as
kesalahan t erlambat 5 menit . Said yang dari t adi menebar
senyum ke kiri dan ke kanan akibat eforia menerima wesel,
bingung mengubah mimik muka. Dari senang menjadi kalut .
Mat anya yang besar berput ar-put ar, kening berkerenyit ,
senyumnya mampat .
“Masya Allah, padahal aku t adi hanya berdoa dapat wesel,”
bisik Said ke t elingaku. Kumis suburnya berget ar.
Sebuah sejarah baru t elah kami t orehkan. Kami berenam
adalah anak baru yang pert ama mendapat kehormat an
menjadi pesakit an di mahkamah keamanan pusat . Bagi yang
dipanggil ke mahkamah, t idak ada pilihan lain kecuali had ir.
Tidak bisa sembunyi, lari, mangkir, at au beralasan sakit .
Akhirnya, dengan membaca Alfat ihah dan Ayat Kursi, kami
menguat kan diri dan berduyun-duyun menuju ruang
pengadilan angker ini.
“Kat anya, ini kant or yang paling disegani, at au mungkin
dit akut i,” bisik Raja ket ika kami beringsut -ingsut di depan
kantor dengan papan nama, “Kantor Kemanan Pusat ”. Dengan
t akut -t akut , kami melongok ke dalam ruangan yang cukup
besar ini. Beberapa orang t ampak duduk di dalam. Wajah
mereka senant iasa siaga, serius, dipenuhi aura ot orit as dan
disip lin. Tampang, post ur dan pakaian mereka berbeda-beda,
t api mereka punya kesamaan: semua punya kumis ijuk
melint ang yang subur.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Di dind ing tergant ung pet a pondok, jadw al piket, dan lima
sent er besar. Di luar ruangan, terparkir rap i t ujuh sepeda on-
tel, berw arna hit am mengkilat , lengkap dengan lampu besar
dan emblem kuning bertuliskan “Kismul Amni-Securit y
Depart ment,” persis sepert i yang dipakai Tyson t adi. Mungkin
para penunggangnya merasa naik kuda layaknya sherif d i f ilm
koboi. Mungkin karena it ulah para kakak kelas kami
menggelari mereka “t he magnificent seven”, julukan buat
t ujuh jagoan pembela keamanan di film koboi yang pernah
aku tonton di acara Film Akhir Pekan TVRI.
Kant or keamanan pusat bisa dianggap sepert i Mabes Polri,
sekaligus ruang pengadilan versi PM. Dari sini berhimpun
segala macam telik sandi dan penegakan hukum. Selama 24
jam set iap hari, mereka inilah yang menjaga kedisiplinan dan
menegakkan at uran di PM.
Menyambut kami, berdiri t egak di depan pintu, adalah
Tyson sendiri. Kami digiring duduk ke kursi mahkamah yang
berjejer di depan meja besar. Di seberang meja dua kakak
bagian keamanan lainnya memandang kami d ingin samb il
melint ing kumis.
“AhKi. Kalian berenam, coba dengar. Awal dari kekacauan
hukum adalah ket ika orang meremehkan at uran dan t idak
adanya penegakan hukum. Di sini lain. Semua kesalahan past i
langsung dibayar dengan hukuman. Sebagai murid baru,
kalian harus mencamkan prinsip in i ke dalam hat i. Karena it u,
setelah mempert imbangkan kesalahan kalian, mahkamah in i
akan menambah hukuman supaya kalian jera,” kat a Tyson
dengan suara serius.
Dia berhent i. Sejenak menyelinap hening yang t idak
nyaman. Lalu dia meneruskan “Tolong hukuman ini dit erima
dengan ikhlas sebagai bagian dari pendidikan,” kali in i

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

suaranya dibikin rendah t api mengancam. Tiga pasang mat a


hakim in i mengurung kami.
Bulu kudukku merinding. Aku t ak pernah membayangkan
pilihan pemberont akanku unt uk merant au jauh ke Jawa, akan
dilengkapi dengan pengadilan kebenaran oleh orang-orang
seram berkumis melint ang ini. Dulmajid mengkerut kan badan
dan menunduk sedalam-dalamnya, kepalanya hampir
menyent uh dengkulnya. At ang berkali-kali memperbaiki
kacamatanya yang sebenarnya baik-baik saj a. Baso t ampak
merasa paling bersalah. Dia duduk pasrah dengan muka
pucat . Raja yang bersuara vokal kali in i hanya mampu berbisik
lir ih. Hanya Said yang mencoba terlihat gagah dan t abah
menerima keadaan ini. Sayang, kumisnya kali ini t ampak layu,
kalah w ibaw a dengan kumis para kakak keamanan. Kepala
kami menunduk dalam, posisi duduk semakin berdempet -
dempet an. Mat a aku picingkan, siap menerima yang terburuk.
“Kalian kami angkat sebagai jasus. Mat a-mat a,” kat a Tyson
mengguntur. Tangannya cepat bergerak membagikan kepada
set iap orang dua kert as berukuran dua kali KTP. Aku
menerimanya dengan t angan gemet ar dan basah.
“Dengarkan inst ruksi ana baik-baik. Saya t idak akan
mengulangi, hanya sekali saja. Kert as yang kalian pegang it u
sangat menent ukan masa depan PM. Di t angan kalianlah
penegakan dan kepast ian hukum PM terlet ak,” kat anya
menekan suaranya di set iap kat a.
Aku membat in, apa-apaan ini, kami orang pesakit an yang
telah melanggar at uran, kok malah disebut memegang masa
depan kepast ian hukum PM.
“Kewajiban kalian adalah mengisi nama, kelas dan
pelanggaran qanun yang dilakukan oleh siapa saj a yang ada di
pondok ini dalam 24 jam ke depan. Set iap orang harus
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menemukan dua orang pelanggar. Kalau kalian t idak berhasil


menemukan dalam 24 jam, maka kalian akan mendapat
hukuman t ambahan. Fahimt a? Mengert i?” kat a Tyson sambil
mengedarkan pandangan.
Hening. Kami t idak ada yang bersuara. Aku lirik kawan-ka-
w anku, w ajah mereka masih t erbenam, t api juga bimbang.
Aku memberanikan bert anya.
“Kak, t api kalau semua orang pat uh dan t idak ada yang
melanggar?” kat aku setengah berbisik, t akut -t akut.
Dia menyeringai, kumis ijuknya yang subur menyembul-
nyembul.
“Akhi, itulah t ant angan kalian yang terberat dan t api juga
termulia. Memast ikan sekolah kit a disip lin dengan zero
t olerance, t idak ada toleransi,” kat anya dat ar.
“Kalau t idak berhasil, besok, jam 7 malam t epat kalian
harus kembali ke sin i. Ana akan kasih t ambahan dua t iket
jasus lagi,” kat anya dingin menut up mahkamah yang aneh ini.
Jasus adalah bahasa Arab yang berart i mat a-mat a. Spion.
Sepert i Roger Moore, Agent 007, yang menyaru dan diam-
diam menyelusup ke sarang musuh unt uk mengumpulkan
informasi rahasia. Ent ah bagaimana caranya, PM dengan
cerdik menemukan sebuah metode unik yang mengaw inkan
dua met ode yang terpisah jauh: kepiaw aian spionase Roger
Moore dan disiplin pondok. Tujuannya unt uk menegakkan
hukum dan disiplin.
Selain mirip Roger Moore, jasus juga mirip drakula.
Bayangkan, kerja jasus adalah bergent ayangan mencari
buruan siang malam. Korban yang digigit drakula akan
menjelma menjadi drakula juga. Pelanggar yang dicat at dan
dilaporkan oleh jasus besoknya diadili dan dihukum menjadi

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

jasus juga. Sepert i yang digariskan qanunt pot ensi


pelanggaran di pondok it u banyak. Mulai dari yang kecil-kecil
sepert i buang sampah sembarangan, makan dan minum
sambil berdiri, t idak memakai ikat pinggang, t idur di w akt u
jam jaga malam at au jaga siang, pakai celana pendek, t idak
pakai kopiah ke masjid, t idak pakai kemeja ke kelas, memakai
sarung ke kelas, at au memakai celana panjang ke masj id,
mulai remeh temeh sampai yang kelas berat sepert i mencuri
dan berkelahi.
Makanya, di t engah kesibukan di PM, kami selalu dit untut
terus w aspada dengan apa pun yang kami lakukan yang
mungkin melanggar qanun. Penet rasi pasukan jasus menjadi
sangat luas dan dalam, karena bisa saja ada di ant rian kamar
mandi, kift ir, kelas, acara olahraga dan segala aspek
kehidupan sant ri. Dinding, pint u, t anah, bahkan angin, bagai
punya mat a dan telinga.
Kami t idak pernah t ahu siapa yang sedang menjadi jasus di
ant ara kit a. Jasus bisa muncul dalam bent uk anak kelas sat u
yang berw ajah innocent , sampai kelas enam yang berwajah
boros. Unt uk kali in i jasus muncul dalam bent uk 6 murid baru
yang masih ingusan.
Sebet ulnya ada dua jenis jasus. Yang pert ama adalah jasus
unt uk keamanan dan kedisip linan umum. Inilah posisi t ert inggi
dalam dunia per-jasus-an. Itulah yang baru saja kami jabat ,
menjadi jasus keamanan pusat . Misi kami adalah mencat at
pelanggaran disiplin di semua sudut PM dan kami laporkan
segera ke kant or keamanan pusat . Penyerahan kart u yang
sudah diisi adalah kunci kami unt uk merebut kembali
kemerdekaan kami sebagai w arga bebas. Posisi yang agak
rendah adalah jasus keamanan asrama, yang daya selusupnya
hanya unt uk kaw asan asrama t ertent u saja.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dan yang kedua adalah jasus bahasa. Gunanya memast ikan


t idak ada sat u pun dari 3000 orang murid mengeluarkan kat a-
kat a dari mulut nya selain bahasa Arab dan Inggris. Bahasa
Indonesia dan daerah haram hukumnya. Karena it u
dibutuhkan bant uan pasukan jasus bahasa unt uk beredar di
set iap sudut PM, “mengupingi” set iap perkat aan yang t idak
sesuai at uran.
Lant as bagaimana mencat at nama pelanggar? Tidak sulit ,
karena semua orang di PM harus selalu memakai papan nama
di sebelah kiri at as bajunya. Papan nama ini punya w arna
berbeda sesuai dengan kelasnya. Kelas sat u ungu, kelas t iga
merah dan sebagainya. Jadi siapa pun di mana pun selalu
w aspada karena nama dan kelasnya t elah t erindent ifikasi.
Bagaimana kalau t anpa papan nama? Itu juga berit a baik bagi
jasus, karena melenggang t anpa papan nama adalah
pelanggaran dan layak untuk dilaporkan ke keamanan. Proses
ini t erus berlangsung sepanjang w aktu, 24 jam, 365 hari
dalam set ahun, sehingga lama kelamaan pelanggaran
menurun drast is.
Aku sempat bimbang. Kenapa orang diajar unt uk menjadi
w hist le blow er, orang yang mencari kesalahan orang lain dan
kemudian melaporkan kepada pihak yang berwajib? Ini kan
bisa menjadi fit nah. Apakah ini akhlakul karimah yang
diajarkan agama? Hal in i aku t anyakan kepada Ust ad Salman.
“Akhi, sekarang semakin banyak orang menjadi t ak acuh
terhadap kebobrokan yang terjadi di sekit ar mereka. Met ode
jasus adalah membangkit kan semangat untuk aw are dengan
ket idakberesan di masyarakat . Penyimpangan harus
diluruskan. Itulah int i dari ku llil haqqa w alau kaana murran.
Kat akanlah kebenaran w alau it u pahit . Ini self correct ion,
unt uk membuat efek jera. Dan yang paling pent ing,
memast ikan semua w arga PM sadar sesadar-sadarnya, bahw a
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

jangan pernah meremehkan at uran yang sudah dibuat. Sekecil


apa pun, it ulah at uran dan aturan ada unt uk dit aat i,” jelas w ali
kelas kami panjang lebar kepada seisi kelas.
Sejak keluar dari kant or mahkamah malam it u, kami
berenam mengemban sebuah misi rahasia sebagai anggot a
“pasukan elit jasus keamanan pusat ”.
“Wah ini dia, hat i-hat i semua, mungkin mereka ini sekarang
telah jadi j asus,” begit u olok-olok kawan di asrama
menyambut kami. Nama kami memang langsung terkenal
sebagai pemecah rekor anak baru yang dipanggil mahkamah
keamanan pusat . Kami hanya t ersenyum masam.
Tapi yang paling mengherankan aku adalah Said. Di saat
kami semua merasa st res dengan jabat an jasus ini, dia malah
dengan senang hat i menerima hukuman seakan-akan in i
sebuah kado ulang t ahun. Anak ket urunan Arab ini memang
melihat segala sesuat u dari sisi put ihnya, sisi posit ifnya, dan
dengan gampang melupakan sisi buruknya.
“Alah cuma gini aja kok bingung. Daripada masdhuk, coba
kalian lihat ini sebagai permainan. Bayangkan kayak
permainan pet ak umpet. Cuma w ilayah pencariannya
berhekt ar-hekt ar dan w akt u bermainnya 24 jam. Asyik, kan?
Kapan lagi kit a bisa main pet ak umpet sehebat ini,” kat anya
dengan serius.
Baso paling meradang mendengar Said. “Bagaimana
mungkin permainan. Ini hukuman kawan. Jangan kau
balikkan. Hukuman adalah untuk menebus kesalahan, bukan
unt uk dinikmat i. Cara berpikirmu aneh sekali.” Baso geleng-
geleng kepala t idak mengert i. Said hanya tersenyum lucu.
Kami yang lain t idak peduli karena sibuk dengan perburuan
masing-masing.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ket ika kami dengan muka tert ekuk mencari pelanggaran


at uran, Said dengan penuh semangat dan bersiul-siu l
berkeliling pondok. Ket ika kami st res t idak mendapat kan orang
setelah makan siang. Dia malah semakin penasaran dan
termot ivasi unt uk dapat korban. Ket ika kami bersyukur set elah
mendapat kan pelanggar, Said malah ingin mendapat kan kart u
t ambahan, supaya dia bisa lebih banyak menjaring orang
bersalah. Aku t idak mengert i ini gejala sakit jiw a at au sebuah
ment al posit if dan ment al pembela kebenaran dan penekan
kemungkaran sejat i.
Yang jelas, sesuai at urannya, kami t elah bertekad sebelum
Magrib besok, kami sudah menunaikan misi in i dan siap bahu*
membahu menjelajahi PM unt uk mencari pelanggar at uran
hari ini.
Bagai kaw anan singa yang berburu mangsa di gurun Afrika,
malam it u kami langsung beroperasi secara berkelompok,
berkeliling dari asrama ke asrama. Tapi akhirnya kami sadar
bahw a berburu secara berkelompok it u t idak efisien. Karena
set iap orang harus menemukan orang yang berbeda. Kami lalu
sepakat unt uk berpisah dan menjalankan misi sendiri-sendiri.
Sebelum t idur kami bert emu di depan kamar.
“Alhamdulillah, syukurlah kaw an, aku akhirnya dapat juga t adi.
Coba kalau t idak, bisa kebaw a mimpi malam in i,” kat a Raj a
dengan muka sumringah. Dulmajid juga sukses. Muka
Maduranya yang gelap, t ampak lebih t erang dari biasa karena
berhasil mengisi dua kart unya.
Aku sendiri belum beruntung. Sampai esok harinya jam
makan siang, kart u jasusku masih kosong. Aku mulai cemas!
Semua orang t ampaknya hari in i berkonspirasi unt uk
berkelakuan baik sehingga t idak ada pelanggaran yang
berhasil aku t emukan. Semakin mendekat w akt u Maghrib, aku

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

semakin resah dan tert ekan. Tapi aku juga t idak sudi unt uk
menyerah kepada nasib, dan dat ang sebagai orang kalah ke
depan Tyson, dan diganjar dengan 2 kart u t ambahan. Bet apa
hinanya.
Tadi pagi aku masih merasa cukup tenang, karena di ant ara
kami berenam masih ada 2 orang yang belum berhasil
menunaikan t ugas jasusnya. Yait u Dulmajid dan Raja. Tapi
ket ika kami keluar kelas, keduanya tersenyum-senyum senang
karena berhasil memergoki anak-anak kelas sebelah yang telat
masuk.
Apa boleh buat. Tinggallah aku sendiri dit emani dua
kart uku. Bukannya aku t idak usaha. Tadi pagi aku sampai
t idak mandi, hanya unt uk berkeliling dari saru kamar mandi ke
kamar mandi lain, unt uk melihat kalau ada yang memotong
ant rian at au sekadar buru-buru sehingga lupa memasang
papan nama. Nihil. Aku juga bergerak ke dapur umum unt uk
melihat orang yang t idak sengaja makan dan minum berdiri.
Heran, semuanya patuh.
Aku semakin panik, azan Ashar berkumandang t api kart uku
masih kosong. Aku hanya punya w akt u 3 jam sebelum tenggat
w akt u penyerahan ke Tyson. Kawan-kaw anku ikut prihat in.
Said dan Raja bahkan dengan gagah berani menyat akan siap
membant u untuk menjadi asist en jasus. Tapi aku berpikir,
t idak adil kalau mereka menjalankan bag ian dari hukuman
yang aku t erima. Kesalahan pribadi harus dibayar sendiri-
sendiri, Nafsi-nafsi. Nasihat Kiai Rais bert alu-t alu terdengar di
kepalaku, “Mandirilah maka kamu akan jadi orang merdeka
dan maju. I’t imad ala nafsi, bergant ung pada diri sendiri,
jangan dengan orang lain. Cukuplah bant uan Tuhan yang
menjadi anut anmu”. Ya aku t idak boleh t ergantung kepada
belas kasihan orang lain. Aku menolak bant uan mereka
dengan halus.
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Maka selesai shalat Ashar berjamaah, aku t epekur lebih


lama dan memanjat kan doa sebagai seorang jasus yang
“teraniaya” karena belum dapat menemukan pelanggar
at uran. Aku dengan khusyuk memohon Allah memudahkan
misi in i sehingga kehidupanku kembali t enang dan damai.
“Man jadda w ajada,” t eriakku pada diri sendiri. Sepot ong
syair Arab yang diajarkan di hari pert ama masuk kelas
membakar t ekadku. Siapa yang bersungguh-sungguh akan
sukses. Dan sore ini, dalam 3 jam in i, aku bertekad akan
bersungguh sungguh menjadi jasus. Aku percaya Tuhan dan
alam-Nya akan membantuku, karena imbalan kesungguhan
hanyalah kesuksesan. Bismillah.
Sebagai bentuk dari kesungguhan ini, aku gambar sebuah
rute pencarian yang det ail di buku t ulis dan aku hit ung w akt u
yang dihabiskan, sehingga jadw alnya cocok dengan 3 jam
yang t ersisa. Put aran pert amaku adalah lapangan olahraga,
lalu perpust akaan, dan yang t erakhir adalah ant ri mandi sore
di 3 asrama berbeda. Aku mencoba menghit ung kemungkinan
terbesar karena di t iga tempat inilah t erjadi akumulasi massa
di sore hari. Apalagi yang aku butuhkan hanya 2 kesalahan
saja. Sebenarnya aku cemas dengan prospek 3 jam ke depan.
Tapi, belajar dari Said, aku memilih opt imis saja.
Rumus man jadda w ajada t erbukt i mujarab.
Kesungguhanku segera dibalas kont an. Dalam t empo hanya
sat u jam saja, ajaib kedua kart uku terisi. Aku memergoki
seorang anak W»3 memot ong ant ri diam-d iam di kamar mand i
umum. Sement ara dilapangan basket, seorang kawan makan
dan minum samb il W? diri. At uran di PM, makan dan minum
harus sambil duduk
Yes, terima kasih Allah, kat aku sambil mengepalkan t angan
ke udara. Dan dengan dada membusung aku berjalan ke

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kantor keamanan pusat unt uk menyerahkan hasil misiku dan


merebut kemerdekaanku kembali.

Sar un g d an Kur b an
“Akhi, lima menit lagi kamar harus kosong, w akt unya ke
Masjid.” seru Kak Is.
Pint u kayu kamar kami berget ar get ar digedornya. Kami
semua tergopoh-gopoh, t idak ada yang berani berleha-leha.
Tyson dan pasukan “The magnificent Seven” -nya past i t elah
berjaga-jaga, Aku segera menarik sarung dari lemari. Sepert i
yang t elah diajarkan Kak ls, dengan cepat aku langkahkan kaki
ke tengah bulat an sarung, dan aku angkat ujung sarung
pet inggi dada. Bagian yang bergaris-garis lebih gelap aku at ur
supaya berada di bagian belakang badan. Bagian at as dilipat
sedikit ke dalam unt uk menyesuaikan dengan t inggi badan.
.Wt … w rt.. hap . Sambil melent ingkan badan sedikit ke
belakang aku ayunkan kedua t angan bergant ian dengan cepat
unt uk melipat ujung sarung, pas di depan dada. Beberapa saat
aku gunakan unt uk memadat kan lipat annya dan memast ikan
ujung baw ah rapi rat a kiri kanan dan ujung baju masuk ke
dalam sarung.
Begitu semua t erasa pas, mulai aku gulung ujung sarung
dari at as sampai set inggi pusar. Sejenak, aku cek lagi kalau
semuanya t elah rapi dan licin, t idak ada gombak dan kusut .
Prosesi in i aku rut up dengan melingkarkan ikat pinggang di
at as gulungan t adi. Rapi j ali. Ujungnya simet ris, kuat , t idak
ada riak dan lembang yang berart i. Benar-benar sarung yang
gagah.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Semua kulakukan dalam hit ungi det ik. Dengan t eknik in i,


sarung menempel dibadan sepert i dilem. Diajak lari dan
dit arik-t arikpun, sarung akan tet ap ut uh dan kokoh.
Seandainya ada lomba memakai sarung, aku yakin past i
menjadi juara dunia.
Wakt u berangkat ke PM, Amak memuat empat sarung ke
t asku. Beliau percaya anak pondok ident ik dengan sarung.
Tapi ternyat a empat sarung yang Amak masukan ke t as it u
t idak t erpakai sesering yang aku dan Amak bayangkan Pada
kenyat aannya sarung dipakai selama beberapa jam saja,
ket ika shalat berjamaah. Sisanya harus bercelana panjang
at au bercelana olahraga. Bahkan ada jam larang pakai sarung,
yait u selama jam t idur. Tidur harus bercelana panjang.
Belakangan aku menyadari bahw a sarung sangat mult i
fungsi. Di w akt u malam, menjadi penambah selimut di at as
celana panjang, bisa menjadi karung pakaian kotor dengan
mengikat sat u ujungnya, dan bahkan bisa menjadi spanduk
darurat . Tinggal menempelkan huruf huruf dari kart on w arna-
w arni; Jadilah spanduk bercorak kot ak-kotak.
Setelah sarung, giliran kopiah yang aku songkokkan ke ke
pala. Di PM, kopiah harus berlapis bahan bludru h it am, t idak
boleh w arna lain. Sedangkan model bisa saj a bet macam-
macam. Ada yang lurus sederhana, hergombak di at asnya,
ada yang bisa dilipat dan yang keras sepert i helm. Umumnya
kopiah keras dan bergombak ini karya pengrajin kopiah
terkenal di Sumat era Barat , H. Sjarbaini. Sedangkan buat an
Jawa umumnya bisa dilipat dan lebih ringkas.
Ada juga desain yang sudah lebih maju, kopiah hit am ini
punya lubang angin di ujung depan dan belakang, sehingga
kepala lebih berangin dan kulit kepala t idak bau. Yang

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

membedakan mahal dan murah adalah ketebalan dan


kehalusan beludru seberapa t ahan t erhadap percikan air.
Kopiah ini juga sangar berguna sebagai kipas t angan kalau
kepanasan. Aku juga biasa menyelipkan uang ribuan
terakhirku di lipit an kopiah. Di masa menyambut ujian, aku
menaruh cat at an kecil untuk hapalan juga di lipit an kopiah in i.
Tent u t idak bisa untuk contekan, karena kopiah dilarang di
ruang ujian. Kopiah lipat t ernyat a juga cukup empuk unt uk
dijadikan bant al darurat
Aku sampirkan saj adah yang sudah dilipat di bahu kanan.
Sebagai penggant i sajadah, ada kawan lain yang memakai
sorban. Kelengkapan lain yang harus dibawa ke masjid
tent unya Al Quran. Kami punya kebebasan luas unt uk
menggunakan Ai-Quran, mulai dari yang sebesar dompet
sampai sebesar map. Dari t erjemahan sampai t erbit an Arab,
yang sebagian hurufnya past i gundul. Asal kit ab ini kami
pegang dengan t angan kanan dan dibawa dengan
mendekapkan ke dada.
Dan barang kecil yang t idak boleh lupa, adalah papan namz
yang disemat kan dengan penit i di dada sebelah kiri at as. Baso
—di tengah kecerdasannya—paling sering lupa memakainja
sehingga dia menjadi langganan mahkamah. Warna papan
nama berbeda untuk set iap kelas dan harus dipakai kapan saj a
dan dimana saja.
Mungkin di balik begit u pent ingnya kedudukan papan nama
ini unt uk memast ikan ribuan orang yang ada di PM saling t ahu
masing-masing. Sedangkan keuntungan buat jasus, MPP t idak
perlu bert anya nama korbannya. Tinggal lirik sekejap dan
cacat di karcis jasus. Tidak heran, baju kami di dada kiri past i
berlubang-lubang kehit aman.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan aksesoris lengkap ini, barulah aku melangkah ke


masj id. Memakai semua in i cukup lima menit saja. Sret … irrt …
sarungku berdesau-desau seiring langkah cepat supaya t idak
dit angkap Tyson.
Suatu ket ika Baso bercerit a kepada kami, dia pernah lupa di
mana menjemur sarungnya yang hanya ada sat u, sement ara
sebent ar lagi bel ke masj id. Mau meminjam, sudah t idak ada
lagi orang di kamar. Dia mencoba mencari-cari sarung yang
t idak terpakai di sudut -sudut kamar, t api yang ada cuma
selimut t ipis bat ang padi yang bergaris-garis. Merasa t ert ekan
dengan lonceng yang sudah bert alu-t alu menandakan w akt u
ke masjid, Baso langsung merenggut selimut dan dan
melilit kan ke pinggangnya, sepert i memakai sarung. Di det ik-
det ik t erakhir dia akhirnya berangkat ke masjid. Tergesa-gesa
lew at di depan Tyson yang keheranan melihat ada orang
memakai sarung yang mirip selimut .
Bicara t ent ang sarung, ingat anku melayang ke pengalaman
pert ama mengenal manfaat sehelai sarung.
Ket ika ku aku duduk di bangku SD dan sedang libur cat ur
w ulan pert ama. Ayah mengayakku pergi ke pasar di Mat ur,
sebuah daerah di puncak bukit nun di at as kampung kami. Aku
dan t eman-teman SD selalu senang melihat dari kejauhan
sebuah menara pemancar TVRI t inggi menjulang di sebuah
t it ik di gugusan bukit yang melingkungi Danau Manmjau. Kat a
Ayah, Mat ur ada di belakang menara it u.
Ah alangjkah menyenangkan bisa jalan-j alan ke Matur.
Selain ke pasar, Ayah berjanji membaw a aku melihat menara
yang gagah it u dari dekat. Selama seminggu aku t idak sabar
menunggu hari bet rukar jadi Kamis sat u-sat unya hari pasar di
Mat ur. Di malam Kamis aku bergolek-golek resah, menunggu
subuh dat ang. Akhirnya hari yang dijanj ikan dat ang jua. Aku

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

cepat -cepat memakai baju lebaran t ahun lalu, yang telah «ku
lipat di sebelah dipan sejak kemarin. Baju ini menyerupai
setelan tent ara berw arna hijau. Saku di dada dan perut sert a
cantolan di kedua bahu.
Ayah sendiri t ampil dengan kemeja biru pupus polos,
menyampirkan sarung bugis merah yang terlipat di bahu
kanannya dan sebuah kopiah hit am menyongkok kepalanya.
Inilah st andar gaya ninikik mamak pemuka adat . Ayahku
bergelar Kat ik Parpat iah Nan Mudo dan suku Chaniago.
Setelah menyant ap sarapan goreng pisang raja dan kat an Jo
karambia” sajian Amak, kami menuju jalan aspal sat u-sat unya
yang melint as di daerah Meninjau. “Ayo bergegas, pagi ini
hanya ada sat u bus ke ateh, ateh adalah sebut an unt uk semua
daerah di at as bukit dan di sekit ar Gunung Merapi dan Gunung
Singgalang.
Hari masih t erang t erang t anah, ket ika kami menumpang
bus PO Harmonis yang bermesin diesel, berukuran sedang,
berkerangka kayu dan punya jendela yang berumbai-rumbai
merah kuning oranye, mirip hiasan pelaminan m inang.
Tidak lama kemudian, bus sampai di kaki Kelok Ampek Puluh
Ampek, sebuah jalan mendaki t ajam dan mengular dengan 44
belokan pat ah-pat ah. Terkenal sebagai pengocok perut yang
ganas bagi penumpang yang berbakat mabuk darat .
Bus yang berkapasit as penuh ini menggerung-gerung ket ika
dipakaa mendaki t anpa hent i selama set engah jam lebih. Asap
hit am mesin diesel bus berukuran sedang ini melet up-let up
dan knalpot nya.
Wakt u it u, belum banyak bus yang punya t ape untuk
memut ar kaset Elly Kasim. Penggant i hiburan di perjalanan
adalah klakson yang bisa bernyanyi. Di sebelah supir ada t ut -
t ut yang t erhubung dengan slang ke badan mesin. Set iap tut
membunyikan nada berbeda mirip campuran suara klakson
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dan akordeon. Sepanjang jalan, mat aku t ak lepas


memperhat ikan t ingkah supir kami, seorang laki-laki muda
berkaos merah ket at dengan celana cut bray dan berambut
sebahu bergombak-gombak. Sambil meneleng-nelengkan
kepalanya berirama, supir kami menghibur penumpang
dengan memainkan inst rument al lagu- lagu pop minang
memakai klakson ini. St oJuzr, at au kenek, meliuk-liuk
mengikut i alunan lagu samb il menggant ungkan badannya di
luar badan bus yang berlari kencang. Bus kami penuh sesak,
kenek harus di luar. Lagu klakson inilah yang membant uku
melupakan mual yang mendesak-desak.
Kami melew at i Ambun Pagi, sebuah nagari di puncak kelok
44. Melihat ke baw ah, t ampak Danau Maninjau bagai cerukan
kawah purba, mirip kuali raksasa, dengan dinding sekelilingnya
bukit hijau berbaris-baris. Air biru t elaga yang hening
memant ulkan awan pagi yang menggant ung di ujung-ujung
bukit . Bet ul- bet ul kombinasi yang permai. Air menghampar
luas dan bukit menjulang. Biru dan h ijau peraw an.
Kami sampai d i Mat ur ket ika mat ahari masih belum sepeng-
galahan. Mat ur yang berada di pucuk bukit, masih dikepung
kabut pagi yang t ebal dan angin yang dat ang dan pergi. Pori-
poriku bint il-bint il menahan dingin.
Pasar yang kami t uju t erlet ak di t anah lapang yang
berujung karena kabut yang hilang t imbul disapu angin. Hanya
t ampak bayangan sapi, kerbang, kuda dan kambing sert a
bayang bayang manusia t anpa rupa keluar masuk berlapis-
lapis kabut Tidak ada los pasar. Kadang-kadang t erdengar
bisik-bisik manusia, selebihnya embekan dan lenguhan hew an
ternak.
Ayah membimbingku mendekat kepada salah sat u bayang-
bayang t anpa w ajah. Semakin dekat semakin jelas orang it u
laki-laki berkelumun sarung sampai leher dan memakai t ut up
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

muka, penahan dingin dari jalinan w ol yang menut upi seluruh


kepala kecuali mat a. Tangan kirinya memegang t ali yang
ujungnya dicucukkan ke hidung seekor sapi yang melenguh
malas, jan t elunjuk dan jempolnya menjepit sebat ang rokok
yang berpijar-p ijar di t engah kabut. Setelah aku perhat ikan
lebih saksama, lebih dan setengah orang yang dat ang ke
pasar in i bersarung dan ber-sebo.
Sejenak ayah berbicara dengan lelaki in i dengan suara
rendah. Si Tanpa Wajah menjaw ab dengan suara parau dan
sesekali t erbatuk. Tidak lama kemudian Ayah menyodorkan
t anpa bersalaman. Laki-laki mist erius ini menangkap t elapak
t angan Ayah dan cepat -cepat menariknya ke dalam sarung.
Lama sekak mereka bersalaman, t angan keduanya bergoyang-
goyang di baik sarung. Muka saling menat ap, t api t idak ada
kat a yang t etuang Hanya angguk dan gelengan ringan. Aku
mencengkram lengan kiri Ayah, terheran-heran dengan apa
yang mereka lakukan.
Aku terus mengekor Ayah berjalan ke arah lain dan
melakukan hal yang sama dengan t iga laki-laki lagi.
Bersalaman lama d i baw ah sarung, saling menat ap. Pada
orang terakhir ayah menyodorkan sebungkus uang, dan
seekor sapi gemuk ke luar lapangan. Sapi lalu dinaikkan ke ot o
prah. Mobil t ruk. Dikirim langsung ke nagari kami d i Maninjau.
Amanat dari j amaah surau kami unt uk membeli seekor sapi
unt uk kurban Idul Adha minggu depan t elah ditunaikan Ayah.
Dari balik kabut yang t elah menipis. Ayah tersenyum melihat
aku bagai si bisu bermimpi. Bingung.
“Budaya marosok. Meraba di baw ah sarung. Tawar
menaw ar harga dengan memakai isyarat t angan.”
“Kenapa harus pakai isyarat , Yah?”

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Peninggalan t urun t emurun nenek moyang kit a kalau


berjualan t ernak. Harga dan t aw aran hanya unt uk diket ahui
pembeli dan penjual.”
“Yah, boleh ambo mint a diajar marosok?”
Ayah t ersenyum. Sepanjang perjalanan naik bendi ke
menara pemancar TVRI di Puncak Lawang, aku sibuk
menghapalkan isyarat jari-jemari yang diajarkan Ayah. Di
baw ah sarung.
Itulah pert ama kali aku insyaf dengan manfaat sarung
dalam kehidupan bermasyarakat . Unt uk membeli sapi kurban!

Sah ibu l M enar a


Sepert i kat a orang bijak, penderit aan bersamalah yang
menjadi semen dari pertemanan yang lekat . Sejak menjadi
jasus keamanan pusat , aku, Raja, Said, Dulmajid, At ang, dan
Baso lebih sering berkumpul dan belajar bersama. Kalau le lah
belajar, kami membahas kemungkinan unt uk bebas dari jerat
pengaw asan keamanan.
Wakt u berkumpul yang paling enak it u adalah menjelang
shalat Maghrib dan malam sebelum t idur. Aw alnya kami suka
berkumpul di lorong di depan kamar, yang sebet ulnya
disediakan sebagai t empat belajar. Tapi in i koridor milik
bersama. Set iap orang bisa lew at dan berkumpul sesukanya.
Kami merasa perlu mencari t empat sendiri.
Baso adalah anak paling paling raj in di ant ara kami dan
paling bersegera kalau d isuruh ke masj id. Sejak
mendeklarasikan niat unt uk menghapal lebih dari enam ribu
ayat Al-Quran di luar kepala, d ia begit u disip lin menyediakan
w akt u untuk membaca buku favorit nya: Al-Quran butut yang

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dibawa dari kampung sendiri. Dia memberi usul.


“Supaya aman dan tenang, bagaimana kalau kit a berkumpul di
masj id saj a.”
Kami berpandang-pandangan. Memang enak di masjid, t api
past i sudah penuh dan berisik. Kami pelan-pelan menggeleng.
Baso t idak menyerah. “Kalau di t angganya saja?”
Kami menggeleng lagi. Sama saj a, w alau t angganya luas,
t api t erlalu banyak orang.
Setelah t ermenung beberapa lama, Said berteriak.
“Aku t ahu di mana kit a bisa berkumpul t anpa diganggu dan
tempat nya di dekat masjid. Yuk!” kat a dia langsung jalan
cepat dan memaksa kami ikut .
Demi menghormat i sang ketua kelas dan ket ua kamar yang
paling berumur, kami terpaksa mengekor langkahnya. Menuju
masj id lurus, t api kemudian berbelok ke sebelah kanan
menyamping dari masjid. Kami sampai di menara masjid yang
t inggi menjulang. Kami t idak t ahu, jika di dasar menara ada
t aman kecil berupa gerumbulan t anaman perdu dan rumput .
Di baliknya t ampak pelat aran menara dengan t angga semen
berundak-undak melingkari dasar menara.
“Kemarin w aktu dihukum membersihkan masj id, aku
kebagian membersihkan menara. Ternyat a dasar menara in i
tempat yang enak untuk ist irahat ,” kat a Said memperlihat kan
temuannya.
Tepat di samping kanan Masjid Jami, menjulang menara
yang diilhami arsit ektur gaya t urki yang kokoh, efisien, t anpa
melupakan keindahan. Menara dipucuki oleh sebuah kubah
met al yang mengkilat dan lancip ujungnya. Di leher kubah ini
menyembul empat corong pengeras suara yang selalu set ia

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengabarkan panggilan shalat sampai berkilo-kilo meter


jauhnya.
Kami sepakat , kaki menara in i t empat yang sangat cocok-
unt uk berkumpul. Pert ama, dekat dengan masjid, kapan
lonceng shalat berbunyi, kami t inggal berjalan sedikit langsung
sampai d i masjid. Kedua, relat if t idak terpant au para petugas
keamanan yang terlalu sibuk menyat roni asrama demi asrama.
Semen berundak ini cukup tersembunyi karena dit utupi t aman,
sement ara kami bisa memant au keadaan PM melalui sela-sela
dedaunan. Ket iga, tempat ini teduh, dan memungkinkan kami
berlama-lama, unt uk belajar, ngobrol, bahkan t idur-t iduran
sambil lurus menat ap langit dit emani ujung menara yang
lancip mengkilat .
Di baw ah bayangan menara ini kami lew at kan w akt u untuk
bercerit a tent ang impian-imp ian kami, membahas pelajaran
t adi siang, dit emani kacang sukro. Bagaikan menara, cit a-cit a
kami t inggi menjulang. Kami ingin sampai di puncak-puncak
mimpi kelak.
Di baw ah menara, kami merencanakan amal kebaikan,
mempertengkarkan karya Rumi, menyet ujui “makar”,
mempersalahkan para kakak keamanan, mendiskusikan
bagaimana bentuk Trafalgar Square, mencoba memahami
pet uah Plat o sampai mengagumi kisah Tariq bin Ziyad. Tidak
ket inggalan, ini t empat yang pas mendengarkan kalam I lahi
yang dibaca sangat indah oleh para qari, pembaca Al-Quran,
pilihan PM. Ayat -ayat ilahiah ini t erbang jauh ke seluruh
penjuru PM melalui corong besar di puncak menara. Bulu
t angan dan kudukku berdiri set iap mendengarnya. Hat iku
lint uh.
Saking seringnya kami berkumpul di kaki menara, kawan-
kawan lain menggelari kami dengan Sahibul Menara, orang

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang punya menara. Dalam bahasa Arab, kat a saKibul kerap


diguna¬ kan unt uk menyat akan kepunyaan, misalnya sahibu l
bait , t uan rumah, at au sepert i diriku sering dipanggil sahibu l
minzdhar, karena memakai kacamat a.
Kami senang saja menerima julukan it u. Bahkan Said
kemudian punya ide unt uk membuat kat a sandi unt uk set iap
orang. Said kami sebut Menara 1, Raj a Menara 2, aku Menara
3. At ang Menara 4. Dulmajid Menara 5 dan Baso Menara 6.
Aku sendiri sejak kecil sudah t akjub dengan menara dan soka
menaikinya karena t erobsesi merasakan bagaimana rasanya
mdnfl jadi orang yang t inggi. Menara pert ama kukenal adalah
menara semen milik masjid di kampungku. Puncaknya yang
t iang untuk menumpangkan corong TOA, bagian baw ahnya
unt uk rumah beduk kulit kerbau. Walau sudah dilarang dan
dikejar-kejar gharin—-penjaga masjid—kami para anak-anak
kampung selalu berhasil mengelabuinya untuk diam-diam naik
t angga melingkar ke puncak menara. Begitu di puncak yang
berangin-angin, kami merasa t elah menaklukkan dunia. Kami
bert eriak-t eriak ke semua orang yang kebet ulan lewat di
baw ah sana. Lalu t erpingkal-pingkal melihat orang t erlongo-
longong bingung mendengar t eriakan, t api t idak t ahu dari
mana arahnya. Kami juga suka meludah ke kolam ikan mujair
di baw ah sana dan t ert aw a-t aw a melihat mujair-mujair
berserabut an menyambar ludah yang dikira makanan kiriman
dari langit . Sering pula kami mengikat kan sarung di leher dan
merent angkan t angan ke depan lurus-lurus. Sarung yang
berkepak-kepak dit iup angin. membuat kami merasa menjadi
Superman.
Menara kedua yang aku kagumi adalah jam Gadang yang
berdiri di jant ung kot a Bukittinggi. Sebuah menara jam besar
dengan puncak berbent uk at ap bagonjong-at ap t radisional
Minang yang berbent uk t anduk kerbau. Wakt u libur akhir

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

t ahun kelas dua SD, Ayah mengajakku ke ibukota kabupat en


Agam ini unt uk membeli buku pelajaran di Pasat At eh. Karena
nilai rapor SD-ku bagus, Ayah memberi aku bonus ist imew a,
naik ke puncak Jam Gadang yang t ingginya hampir 30 met er.
Dari puncaknya aku bisa melihat jauh-jauh sampai ke pinggir
Kot a Bukittinggi dan merasakan kemegahan Gunung Merapi
dan Gunung Singgalang. Aku juga bisa melihat mesin jam
yang sebesar lemari baju, t erdiri dari roda-roda kuning
tembaga, rant ai dan panel besi. Menurut penjaganya, mesin
ini dibuat di Jerman dan hadiah dari Rat u Belanda kepada
pemerint ah kolonial pada t ahun 1926.
Sepulang dari Jam Gadang, aku t idak hent i-hent i bercerit a
ke teman-temanku tent ang kehebat an menara jam yang
menurut ku w aktu it u sungguh raksasa, t ermasuk “salah t ulis”
angka penunjuk jamnya. Angka empat romaw inya tert ulis IIII,
padahal biasanya IV.
Berkumpul di menara PM adalah lanjut an ket akjubanku
kepada menara. Sayang, menara PM sama sekali t idak b isa
kami naiki. Sebuah gembok berkarat sebesar telapak t angan
memalang pint unya. Konon, kuncinya hanya dipegang oleh
seorang guru bernama Ust ad Torik.

Su r at d ar i Seber ang Pulau


Kupanggil dia Randai, padahal namanya Raymond Jeffry.
Nama yang keren. Orang Minang selalu sangat percaya diri
dan punya semangat global memberi nama anaknya. Mulai
dari yang kearab-araban sepert i Hamid, Zaki, Ahmad, ala
eropa t imur sepert i Weldinov, Mart inov, sampai yang
terdengar kebarat -barat an sepert i Goodw ill, Charlie, Wildemer
dan Kerman. Beberapa nama yang sepert inya serapan luar
negeri ternyat a sangat lokal sekali. Bahkan banyak yang
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sebetulnya it u merupakan kat a sandi. Seringkah, sandi ini


hanya orang t ua dan anak it u saja yang t ahu.
Cont ohnya, seorang pemuka agama di kampungku t idak
memberi nama anak perempuannya Fat imah at au Zainab, t api
malah Suhast i. Ini bukan hanya sekadar nama. Di baliknya
tersimpan makna yang dalam dan refleksi nasionalisme yang
amat t inggi, sehingga dipat rikan pada nama anaknya. Suhast i
kependekan dari Sukarno Hatt a Simbol Rakyat Indonesia. Ada
juga yang mengawetkan nama orangtua pada anak mereka.
Charlie misalnya. Kependekan dari Chakra dan Nelie, bapak
dan emaknya anak ini.
Selain kependekan, ada juga yang t erang-terangan
mengambil nama-nama yang sudah paten. Misalnya kawan
SD-ku bernama John Fit zgerald Kennedy—kami panggil dia si
Ned. Guruku selalu pat ah lidah set iap mengabsen namanya di
kelas. Sayang set amat SD dia t idak t erus sekolah dan ikut
bapaknya berjualan pisang raj a di Pasar Kamis. Seorang
kerabat jauhku bernama Harley Davidson—akrab disebut si
Son, karena Bapaknya begit u tergugah dengan potongan
majalah yang memuat iklan mot or besar it u.
Keunikan nama ini menghadirkan spekulasi bahw a bangsa
Minang dat ang dari sejarah yang sangat t ua. Qila w aqala,
orang minang masih anak cucu dari Alexander Agung. Jadi
nama agak keeropa-eropaan mungkin baw aan t urun temurun
dari zaman moyang Alexander itu. Benar t idaknya, hanya
Tuhan yang t ahu. Wallahua’lam.
Menurut ku, nama unik orang Minang akan bert ambah
gagah kalau dilekat kan dengan nama suku masing-masing.
Berbeda dengan orang Bat ak, suku orang Minang t idak selalu
dit uliskan d i belakang nama. Nama suku ut ama adalah Kot o,
Piliang, Bodi dan Chaniago. Lalu keempat suku ini beranak-
pinak menjadi puluhan nama suku lain yang sangat variat if.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sebut saja misalnya Banuampu, Payobada at au Sungai Napa.


Ada yang terinspirasi nama barang sepert i Guci dan Salayan
ada yang diambil dari nama t umbuhan sepert i Pisang, Dalimo
dan Jambak. Aku sendiri kalau memasang nama suku akan
berbunyi Alif Fikri Chaniago. Bayangkan bagaimana kerennya
John Fit zgerald Kennedy Chaniago terdengar.
Di Minangkabau juga dikenal ist ilah ketek banamo, gadang
bagala. Kecil diberi nama, dewasa diberi gelar. Begit u seorang
laki-laki menikah, maka d ia mendapat gelar adat . Dan di
kampung, gelar in ilah yang dipakai unt uk memanggil laki-laki
yang menikah. Gelar t ert inggi adalah dat uk, at au kepala suku.
Siapa saja yang berani memanggil seorang dat uk dengan
nama aslinya bisa kena sangsi adat . Ayahku sendiri bernama
Fikri Syafnir yang kemudian mendapat gelar Kat ik Parpat iah
Nan Mudo; Sejak it ulah kemudian lebih populer dipanggil Kat ik
Parpat iah t idak pernah lagi ada yang memanggilnya Fikri.
Randai sebet ulnya sebuah budaya Minang berupa seni
bercerit a yang dicampur dengan dendangan lagu,
Minangkabau. Dan Raymond adalah sedikit dari generasi muda
yang masih t ergila-g ila menonton budaya randai yang semakin
sepi penggemar. Raymond malah bangga aku panggil dia
dengan, julukan Randai, sepert i hobinya.
Kawanku yang beralis t ebal dan berbadan ramping t inggi in i
adalah anak saudagar kaya yang t inggal di kampungku. Walau
berlat ar pedagang, orang t uanya ingin anaknya b isa
mendalami ilmu agama dulu sebelum dipercaya jadi penerus
usaha, mulai dari t oko sampai perusahaan konveksi dan bordir
yang produknya sampai ke Tanah Abang.
Randai pun dikirim masuk sekolah agama d i Madrasah
Tsanaw iyah Negeri dan menjadi teman sekelasku. Kami selalu
bersaing ket at dalam merebut ranking sat u di kelas. Kalau
semest er ini dia juara sat u, semest er depan biasanya aku yang
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

juara. Aku selalu menyimpan iri dalam hal kepandaian


mat emat ika dan ilmu alam. Aku rasa, dia iri dengan Bahasa
Inggris dan kemampuan menulis dan verbalku. Tapi kami
tet ap bersahabat dekat di tengah persaingan ini.
Hobi berkirim surat at au sahabat pena berada di puncak
pularit as. Kami berdua termasuk di ant ara penggemar berkirim
kirim surat ini. Bahkan kami saling berkompet isi mendapat
sahabat pena yang lebih banyak dan lebih jauh asalnya. Suat u
hari, Randai menggebrak persaingan dengan membaw a
sebuah surat yang dat ang dari Hongkong. Dia bangga sekali
mengibas-ngibass kan amplop berstempel karakt er Cina it u di
depan mukaku. Hebat nian, pikirku panas. Demi mencoba
menyamai Randai, aku memut ar ot ak bermalam-malam.
Dengan bant uan Pak Et ek Gindo yang t inggal di Arab Saudi,
sebulan kemudian aku dengan bangga melet akkan sebuah
amplop dari Jeddah di meja Randai. Sepanjang minggu it u
kami bertengkar mempersoalkan siapa yang lebih hebat .
Dalam persahabat an yang kompet it if ini, kami kerap saling
bercerit a tent ang cit a-cit a kalau nant i sudah besar. Dia
bercit a-cit a ingin jadi insinyur list rik yg bisa membikin
pembangkit list rik t enaga air sepert i di Danau Maninjau. Tidak
mau kalah, aku pun menyat akan ingin menjadi insinyur yang
bisa membangun Waduk Jat iluhur. Dia lalu menimpali akan
menjadi insinyur yang membangun Jakart a. Aku membalas
ingin menjadi insinyur yang bisa membikin pesaw at terbang
sepert i Habibie. Saat it u aku bahkan lupa kalau aku kesulit an
pelajaran mat emat ika. Begitulah terus berjalan. Kami ingin
terus saling membalas supaya t erdengar lebih hebat. Tapi
kami t et ap dua sahabat yang t ampaknya saling t ahu bahw a
kami membutuhkan sat u sama lain .
Kami juga sepakat , set amat MTsN, kami akan meneruskan
ke SMA yang sama. Karena menurut kami ilmu dasar agama

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dari MTsN sudah cukup sebagai dasar unt uk memasuki kancah


ilmu penget ahuan umum. Beruntungnya Randai, orang t uanya
sama sekali t idak keberat an. Dia t elah punya pakt a baru
dengan orang tuanya untuk boleh keluar jalur set elah
madrasah. Sayangnya, aku dan Amak t idak punya pakt a ini.
Kami kemudian dipisahkan oleh nasib. Dia kin i t erdaft ar
sebagai siswa SMA terbaik di Bukitt inggi, t epat sesuai
rencananya—yang juga dulu rencanaku. Sement ara aku
memut ar arah secara radikal, merant au ke pelosok Jaw a
Timur untuk menjadi murid di sebuah pondok yang didirikan
unt uk mendalami agama.
* * * dw * * *
Hari ini sepucuk surat diant arkan seorang kakak bersepeda
put ih dari bagian administ rasi. Aku balik surat it u, dan di
belakangnya rert ulis, dari Randai. Konco palangkinku. Teman
akrabku. Di baw ah namanya dia menuliskan “siswa SMA
Terbaik di Buk it t inggi”. Aku t ersenyum kesal, anak in i t et ap
menyebalkan.
Di baw ah sebat ang kelapa yang tumbuh di depan asrama,
t ulisannya yang 30 derajat miring ke kanan aku baca dengan
t idak sabar.
Kepada kaw an “sparring part ner”-ku Alif Di sebuah desa di
Jawa Timur
AssWrWb
Apa kabar kaw an? Bagaimana rasanya j adi pasukan bersarung
dan berkopiah? Apakah pekerjaan kamu set iap hari adalah
shalat dan mengaji? Cerit akanlah padaku di sin i.
Alhamdulillah, sesuai cit a-cit a, aku dit erima di SMA Bukitt inggi.
Sekarang aku sedang mapras—masa perkenalan sisw a. Kau
t ahu Lif, ternyat a “keindahan” SMA yang kit a bayangkan dulu

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

t idak ada apa-apanya dengan yang sebenarnya. SMA benar-


benar t empat yang menyenangkan unt uk belajar dan ber gaul.
Guru-gurunya juga yang paling t erkenal di Sumat era Barat .
Kamu ingat kan, buku pegangan fisika kit a dulu it u dit ulis olek
DTS. H.M Lut fhi, Msc? Nah Drs. Lut hfi ini akan jadi salah sat u
guruku di kelas sat u nant i. Luar biasa kan? Aku akan mint a
t anda t angan dia di buku teks kit a MTsN dulu.
Di acara mapras ini kit a diperkenalkan dengan berbagai
macam ekskul yang hebat -hebat. Kamu belum pernah lihat
komputer kan? Nah disini semua murid ikut belajar komputer
karena sekolahku baru membuat lab komputer yang paling
modem di kot a kit a. Senangnya. Ternyat a komput er t idak
hanya di film saja, ternyat a di sekolahku pun ada.
Kaw an-kawan pun dat ang dari berbagai tempat . Ada yang dari
Agam, Padang Panjang, 50 Kot a, Payakumbuh dan lainnya.
Pokoknya, banyak kaw an baru Lif. Dan yang paling asyik, di
akhir mapras nant i kit a akan berdarmaw isat a ke pant ai Muaro
di Padang dan kampus universit as t ert ua di Sumatera,
Universit as Andalas. Kat a guru kami, supaya kami mulai b isa
melihat apa prospek kami kuliah nant i.
Luar biasa kawan. Semoga keput usan kau ke Jawa itu
benar. Kalau t idak, cepat lah kembali, mungkin kamu masih
bisa dipert imbangkan diterima di SMA ini.
Aku tunggu jaw aban surat ini
Kaw anmu selalu Randai
Aku baca surat nya sekali lagi. Senang mendapat surat dari
kawan lama dan melihat kebahagiannya masuk sekolah baru.
Tapi juga iri dan bercampur sedih. Rencana masuk SMA-nya
juga rencanaku dulu. Ket ika Randai senang dengan
maprasnya, aku malah kalut dijewer dan menjadi jasus. Dia
bebas di jam sekolah, aku di sini didikt e oleh bunyi lonceng.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dia akan mengejar mimpinya menjadi insinyur yang


membangun pesaw at at au proyek sepert i PLTA Maninjau.
Sement ara aku di sini, mungkin menjadi ust ad dan guru
mengaji.
Aku menghela napas dan menat ap kosong ke puncak pohon
kelapa. Awan hit am bergumpal-gumpal siap mencurahkan
hujan. Lonceng besar bert alu-t alu mengabarkan w akt u ke
masj id t elah t iba. Aku t idak boleh terlambat lagi. Aku kapok
jadi jasus. Aku jera menjadi dr akula. Tyson past i t elah siap
menyergap lagi.

Sep uluh Pent ung


Sudah beberapa hari ini aku merasa sepert i ada bat u yang
menekan dadaku. Awalnya aku t idak t ahu apa penyebabnya.
Tapi tekanan di dada in i semakin t erasa set iap aku melihat
sampul sur at Randai d i at as lemariku. Surat ini mempengaruhi
perasaanku lebih besar dari yang aku kira. Badanku terasa
lesu dan aku jadi malas bicara.
Melihat aku lebih banyak diam, Said dan Raja mencoba
melucu memakai bahasa Arab mereka yang pat ah-pat ah.
Sement ara Dulmajid mengeluarkan simpanan cerit a “mat i
ket awa cara Madura”. Baso yang biasanya selalu sok seriu s
kali ini mencoba melant unkan beberapa syair Arab yang
kat anya bisa mengobat i kalbu yang resah. Sayang, bagiku
mereka semua sepert i sedang mengigau at au sakit pikiran.
Pikiranku t idak fokus kepada apa yang aku hadapi di PM,
dan tet ap terbang ke kilasan-kilasan film berisi Randai sedang
mapras, jalan -jalan dan t ert aw a-t awa dalam seragam put ih
abu-abunya. Padahal minggu ini aku punya banyak t ugas:
menulis t eks pidato bahasa Arab, menghapal beberapa judul

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mahfiizhot sampai p iket menyapu kelas dan kehabisan baju


bersih sehingga perlu mencuci.
Yang agak menghibur adalah kelas t ambahan malam yang
selalu didampingi w ali kelas dalam suasana yang sant ai. Kelas
ma-lam biasanya d igunakan unt uk mengulang pelajaran t adi
pagi dan mempersiapkan unt uk besok. Kami membahas
pelajar bersama, saling berdiskusi dan kalau bosan, kami
berbagi cerit a ngalor ngidul. Ust ad Salman biasanya duduk di
meja guru dan asyik dengan buku bacaannya-bahkan kadang-
kadang novel, Inggris dan Arab. Kalau kami punya
pert anyaan, kami t inggal maju ke depan dan Ust ad Salman
akan melet akkan bacaannya dan dengan senang hat i
menjawab pert anyaan kami. Biasanya menggunakan
seperempat jam terakhir sebagai ajang memberi t asyji’ at au
mot ivasi yang membakar semangat kami.
Ust ad Salman masuk kelas suat u malam dengan membaw a
setumpuk buku tebal. “Malam ini kit a akan habiskan w aktu liar
t uk keliling dunia,” kat anya dengan senyum lebar 10 sent inya.
“Malam ini t idak ada yang baca buku pelajaran. Tapi saya
akan bacakan kepada kalian pot ongan mut iara kehidupan
t okoh-t okoh ini,” kat anya sambil memamerkan buku “Mandela:
The Biography”, “BJ Habibie, Mut iara dari Timur”, “Bung
Hatt a, Pribadinya dalam Kenangan”Mart hin Lut her King, Jr:
St ride Tow ard Freedom”, dan “Mohammed, t he Man of Allah”.
Kami bersorak gembira. Hanya Baso yang aku lihat t idak
begit u ant usias karena sedang asyik dengan buku Durusul
Lughoh nya. Sedangkan bagi kebanyakan kami, set iap
t aw aran unt uk t idak membaca buku pelajaran selalu
menyenangkan.
Selama sejam d ia membuka buku-buku ini di halaman yang
sudah dilipat , membacakan pot ongan berbagai kisah penulis
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

inspirasi dari para t okoh, dan mengulasnya unt uk


mencocokkan dengan konteks kami. Hasilnya, malam in i kami
kehilangan kantuk dan hanyut dengan semangat yang
melet up-let up. Itulah ‘Pelajaran bahasa Arab gaya unik Ust ad
Salman, selalu mencari jalan kreat if untuk terus memant ik api
potensi dan semangat kami.
Di saat kami merasa dihant ui kakak keamanan, tegang
karena belum mengisi karcis jasus, pusing dengan banyak
hapalan, dan berbagai urusan lainnya~ dia membebaskan
kami. Dia membaw a kami ke ranah berpikir masa depan.
Menuntun kami unt uk berani mengeksplorasi cit a-cit a set inggi
langit . Sehingga kami sejenak bisa melupakan tekanan hari
it u.
“Man shabara zhaf ira. Siapa yang bersabar akan beruntung,
jangan risaukan penderit aan hari in i, jalani saj a dan lihatlah
apa yang akan t erjadi di depan. Karena yang kit a t uju bukan
sekarang, t api ada yang lebih besar dan pr insipil, yait u
menjadi manusia yang t elah menemukan misinya dalam
hidup,” pidatonya dengan semangat berapi-api.
Kalau sudah begini, Said yang juara ngant uk di kelas kami
menjelma menjadi sepert i seekor singa yang siaga dan siap
menerkam. Kepalanya digeleng-gelengkan berkali-kali. Jari-jari
yang kekar mencengkeram kopiahnya sampai remuk. Dia t elah
terbaw a arus.
“Misi yang dimaksud adalah ket ika kalian melakukan
sesuat u hal posit if dengan kualit as sangat t inggi dan di saat
yang sama menikmat i prosesnya. Bila kalian merasakan sangat
baik melakukan suat u hal dengan usaha yang minimum,
mungkin it u adalah misi h idup yang diberikan Tuhan. Carilah
misi kalian masing-masing. Mungkin misi kalian adalah belajar
Al-Quran, mungkin menjadi orat or, mungkin membaca puisi,

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mungkin menulis, mungkin apa saj a. Temukan dan semoga


kalian menjadi orang yang berbahagia,” kat anya berfilsafat .
| Akhi, t ahukah kalian apa yang membuat orang sukses
berbeda dengan orang yang biasa?” t anya Ust ad Salman
bert anya retoris.
“Menurut buku yang sedang saya baca, ada dua hal yang
paling pent ing dalam mempersiapkan diri unt uk .sukses, yait u
going the ext ra miles. Tidak menyerah dengan rat a-rat a.
Kalau-orang belajar 1 jam, dia akan belajar 5 jam, kalau orang
2 kilo, dia akan berlari 3 kilo. Kalau orang 10, dia t idak akan
menyerah sampai det ik 20. Selalu berusaha meningkat kan diri
lebih dari orang biasa. Karena it u mari kit a budayakan going
t he ext ra miles, lebihkan usaha, upaya, tekad dan sebagainya
dari orang lain. Maka kalian akan sukses” kat anya sambil
menjent ikkan jari.
“Resep lainnya adalah t idak pernah mengizinkan diri kalian
dipengaruhi oleh unsur di luar diri kalian. Oleh siapa pun, apa
pun, dan suasana bagaimana pun. Art inya, jangan mau sedih,
marah, kecewa dan t akut karena ada faktor luar. Kalianlah
yang berkuasa terhadap diri kalian sendiri, jangan serahkan
ke-kuasaan kepada orang lain. Orang boleh menodong
senapan, t api kalian punya pilihan, unt uk t akut at au t et ap
tegar. Kalian punya pilihan di lapisan diri kalian paling dalam,
dan it u ada hubungannya dengan pengaruh luar,” kat anya
lebih bersemangat lagi.
“Pernah masuk mahkamah dan dapat hukuman?” t anya
Ust ad Salman. Banyak yang angkat t angan, t ermasuk aku.
“Nah, apakah kalian marah, t akut, kesal, benci at au malah
semakin kuat ?”

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Banyak yang menjawab t akut dan kesal. Ust ad Salman


mengangguk-angguk sebelum meneruskan.
“Jangan biarkan bagian keamanan menghancurkan m
terdalam kalian, jangan biarkan diri kalian kesal dan marah,
hanya merugi dan menghabiskan energi. Hadapi dengan
lapang dada, dan belajar darinya. Bahkan kalian bisa t ert awa,
karena ini hanya gangguan sement ara.”
“jadi p ilihlah suasana hat i kalian, dalam sit uasi paling kacau
sekalipun. Karena kalianlah mast er dan penguasa hat i kalian.
Dan hat i yang selalu b isa dikuasai pemiliknya, adalah hat i
orang sukses,” t andasnya dengan mat a berkilat -kilat .
Kami sekelas dibakar oleh semangat hidup yang
menggelegak. Raja yang paling ekspresif, t ampak mengayun-
ayunkan t injunya di udara sambil bert eriak “Allahu Akbar!”.
Mukanya sepert i kepit ing rebus dan keringat memercik di
keningnya yang lebar. Dulmajid mengerjap-ngerjapkan
mat anya, giginya gemeletuk, mungkin dia ingin mengubah
nasib keluarganya dan terbang mengejar mimpinya. At ang
berkali-kali bongkar pasang kacamata dari hidungnya, t anda
dia sedang excited. Said yang t adi heboh, sekarang duduk
tegak lurus di bangkunya, mat anya t erpejam, t ampaknya
sedang memasukkan int i pembicaraan ke dalam kepala. Baso
malah berkali-kali menggeleng-gelengkan kepala. Bukan t idak
setuju dengan Ust ad Salman, t api dia sedang berusaha
menyamai kecepat an bicara Ust ad Salman dengan
keligat annya mencat at kat a-kat a it u. Malam in i adalah salah
sat u dari malam-malam insp irat if yang digubah oleh Ust ad
Salman.
Menjelang t idur, aku menulis sebuah tekad di dalam diariku.
Apa pun yang t erjadi, jangankan sebuah surat dari Randai,
serbuan dari Tyson, bahkan langit yang runt uh, t idak akan aku

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

izinkan menggoyahkan tekad dan cit a-cit aku. Aku ingin


menemukan misi hidupku yang telah disediakan Tuhan.
Aku t ulis t anda pent ung sepuluh kali unt uk menegaskan
tekad ini, dan aku t ulis Amin sebagai doa untuk memulai in i.
Pelan-pelan beban berat di hat iku hilang, dadaku lapang dan
bibirku t ersenyum menang. Sebuah purnama menggantung di
langit . Bilah-bilah sinar peraknya menyelinap di sela-sela
jendela dan jat uh berbaris-baris di samping kasur t ipisku.

Maa Haaza
Pelajaran w ajib yang selalu ada set iap hari, enam kali
seminggu adalah Lughah Arabiah. Bahasa Arab. Pelajaran in i
bagai obat ajaib yang bila kami t elan set iap hari selama t iga
bulan. Khasiat yang dijanjikan: lidah kami fasih berbicara Arab.
Aku masih ingat pelajaran pert ama dimulai dengan kalimat
sangat sederhana.
“Maa haaza?” t anpa ba-bi-bu, di hari pert ama Ust ad Salman
langsung berteriak nyaring di depan kelas. Intonasinya
bert anya, t angan kirinya memegang buku, jari kanannya
menunjuk ke t angan kiri. Sedangkan kami cuma t erbengong-
bengong kaget .
“Haaza kit aabun”. Telunjuk kanannya menunjuk buku yang
dipegang t angan kiri. Kami celingukan dan diam. Ust ad
Salman t erus mengulang monolog singkatnya beberapa kali
dengan terus memamerkan senyum sepuluh sent inya.
Lalu dengan gerakan t angan, dia mengisyarakat kan untuk
bersama-sama mengulang apa yang disebut kannya t adi
dengan keras. “Quuluu jamaaat an…. Maa haaza? Haaza
kit aabun.”

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kami koor mengikut kalimat ini. Berulang-ulang. Walau


belum yakin benar art inya.
Setelah yakin semua orang t erlibat , Ust ad Salman
menuliskan kalimat ini di papan t ulis. Lalu secara acak dia
mengulangi pert anyaan kepada beberapa murid, dan siapa
yang dit anya menjaw ab dengan jaw aban nyaring, terang dan
jelas.
Begitulah selanjut nya. Bahasa Arab diajarkan dengan
sederhana, menggunakan metode “dengar, ikut i, teriakk
ulangi lagi”. Tidak ada t erjemahan bahasa Indonesia sama
sekalii Belakangan aku t ahu bahw a pengulangan dan teriakan
t adi adalah met ode ampuh untuk menginternalisasi bahasa
baru ke dalam sel ot ak dan membangun refleks bahasa yang
bert ahan lama. Inilah sist em bahasa yang membuat PM
terkenal dengan kemampuan muridnya berbicara akt if. Mereka
menyebut “direct met hod”.
Bagiku dan banyak t eman lain, pelajaran yang paling
dit unggu adalah Taarikh, sejarah dunia, khususnya yang
berhubungan dengan kebangkit an dan kebangkrut an dunia
Islam. Guru kami adalah Ust ad Surur, laki-laki bertubuh
t ambun, bermuka bundar dan dagunya ditumbuhi jenggot
lebat Dia selalu mengenakan dasi krem dengan baju put ih dan
celana khaki.
Dilengkapi int onasi suara dramat is, dia menyampaikan
lembar-lembar sejarah dengan gambar dan cerit a yang
membuat kami t idak berkedip. Dengan piaw ainya dia
membaw a kami ke masa t ahun gajah untuk memahami
bagaimana seorang laki-laki sederhana, dengan izin Tuhan,
membuat perubahan besar didunia dari sebuah tempat di
tengah padang pasir Arab.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dia bercerit a tent ang negeri-negeri yang jauh. Mendaras


berbagai t opik mulai Tashkent , Bani Safavid, Turki Ust maniah,
Cordoba, Thariq bin Ziyad, Alj abar, Al Khuraizimi, sampai
Palest ina. Ust ad Surur suka dengan alat peraga. Ket ika
tent ang Mesir dan piramida, dia membaw a beberapa potong
kerikil yang dipungut nya sendiri di dekat piramida besar di
Kairo. Kerikil kesat berwarna kuning ini d iedarkan ke set iap
t angan kami unt uk merasakan kedekat an dengan kisah Mesir
yang sedang kami diskusikan.
“Sejarah bukan seni bernost algia, t api sejarah adalah ibrah,
pelajaran, yang bisa kit a t arik ke masa sekarang, unt uk
mempersiapkan masa depan yang lebih baik,” jelasnya.
Dia juga bercerit a t ent ang daerah yang dekat, mulai dari
Sa-mudera Pasai, Kut ai, Demak, dan Mat aram. Bola dunia dan
pet a t ua versi VOC dikembangkan di meja ket ika dia
menerangkan eksist ensi Mat aram Islam. Kami dibawa
bert ualang kelililing dunia dari sebuah kelas kecil di sebuah
kampung di udik Jaw a Timur. Tak jarang tokoh dan tempat
bersejarah yang digambarkannya di ke las menghiasi mimp i
dan obrolan kami selama berhari-hari. Sungguh
mengasyikkan.
Mat a pelajaran Al-Quran dan Hadist juga dibawakan dengan
amat menarik oleh Ust ad Faris yang berasal dari Kalimant an.
Sekilas, ust ad berusia 40 t ahun ini mirip dengan t auke barang
elekt ronik di Pasar At as Bukittinggi. Kulit nya put ih bersih,
rambut hit am pendek dan berdiri, sement ara mat anya sip it .
Yang berbeda, ust ad ini t idak pernah lepas dari kopiah dan
sehelai sur-ban kecil. Di usia muda dia t elah merant au ke
Madinah unt uk menuntut ilmu hadis dan Al-Quran, di Madinah
Universit y. Dan kembali ke PM dengan gelar ad-Dukt ur.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kami belajar dari Ust ad Faris bagaimana menyerap saripat i


ilmu, penget ahuan, kearifan dan makna dari kalam I lahi dan
sabda Nabi. Bagaimana melihatnya secara luas, saling
berkait an, t idak terpaku hanya pada sat u kalimat saja.
“juragan“ Doktor (Arab) Sement ara khusus unt uk hadist,
kami d iajari mendet eksi hadist yang ot ent ik. Hadit s adalah
rekaman perkat aan dan perbuat an Nabi Muhammad yang
dilaporkan oleh umat islam generasi pert ama yang hidup dekat
dan sezaman dengan nabi. Mereka disebut sahabat rasul.
Tant angan mempelajari hadit s adalah bagaimana memast ikan
bahw a laporan lisan t ent ang kehidupan Nabi it u ot ent ik, sesuai
dengan kejadian yang sebenarnya. Untuk it u sebuah hadist
dilengkapi dengan sanadt jalur para pelapor cerit a tent ang
nabi ini. Begit u ada keraguan at as kejujuran dan biografi
seorang yang ada dalam sariad, maka had ist it u juga
diragukan.
“Bacalah Al-Quran dan hadist dengan mat a hat i kalian.
Resapi dan lihatlah mereka secara menyeluruh, saling berkait
menjadi pelit a bagi kehidupan kit a,” kat anya dengan suara
barit on yang sangat terjaga vibranya. Kalau dia sudah
berbicara begini, seisi kelas senyap, diam dan t afakur.
Dan jangan t anya kalau dia kemudian membaca Al-Quran.
Lant unan suaranya mendinginkan udara kelas kami yang
panasi* -di musim kemarau. Ket ika t iba giliran kami membaca
Al-quran sambil disimaknya, aku merasa t idak ada apa-
apanya. Aku yang bersuara cempreng dan bernapas pendek.
Suatu hari, Ust ad Faris, membaca buku absen kami yang
berbent uk buku kecil panjang untuk mencari siapa yang behim
pernah dapat giliran baca Al-Quran.
“Coba sekarang ananda Teuku yang baca surat Annisa,”
kat a- ‘ nya dari balik meja guru.
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Beberapa ket aw a kecil pecah dari sudut kelas, mengingat


gaya bicara Teuku yang keras dan selalu sepert i marah-marah.
Teuku dengan sikap sempurna memulai membaca ayat
per» t ama Annisa dengan lagu bayyat i, sebuah qiraah—irama
mem-baca Al-Quran klasik menggunakan suara rendah,
lembut , tenang, dan hanya dihiasi dua-t iga cengkok suara d i
bagian paruh pert ama dan t erakhir. Lalu Teuku
mendemonst rasikan kemampuannya memakai beraneka
t firaah yang sulit dengan napas panjang sepert i kuda pacu.
Berturut -t urut dia bacakan kalam ilah i dengan gaya j iharkah,
shaba, dan banyak lagi. Gu lung-meng-gulung sepert i
gelombang samudera At lant ik. Kami t erpesona dan t idak
menyangka Teuku bersuara emas.
Suaranya melant un-lant un di udara menyentuh oktaf
terendah, sebent ar kemudian membumbung memanjat ke
okt af tert inggi. Kombinasi indah ant ara suara mengharukan
dan mengobarkan. Kami merinding khusyuk. Kami t ahu kami
akan punya calon kuat juara dunia kompet isi mengaji Al-Quran
dalam beberapa t ahun lagi. Sejauh ini Mushabaqah Tilawat il
Quran t ingkat dunia cukup dikuasai Indonesia. Aku kira Teuku
bisa j adi penerus dominasi H. Muammar ZA dan H. Nanang
Qosim, Qari asli Indonesia, yang menjadi juara dunia mengaji
dengan mengalahkan orangorang Arab ket ika perlombaan ini
diadakan di Timur Tengah.
Aku sendiri sangat suka pelajaran khat ul arabi at au kaligr af i
Arab. Anggapanku selama ini salah, t ernyat a kaligraf i t idak
hanya bagaimana menuliskan abj ad Arab dengan benar, t api
juga bagaimana menorehkannya dengan sabar, indah dan
konsist en. Dengan semangat t inggi aku selalu mengikut i Ust ad
Jamil yang dengan ringan mengelok-ngelokkan kalam-nya
membuat lekukan-lekukan indah kalimat Arab. Aku juga

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sangat senang mendengar suara kapurnya berdecit -decit


ket ika dia memprakt ekkan cara penulisan di papan tulis.
Dan lebih menarik lagi, t ernyat a t idak hanya ada sat u cara
unt uk menuliskan kalimat Arab. Paling t idak ada t ujuh gaya
kaligraf i yang cara penulisannya sangat berbeda sat u dengan
yang lain. Misalnya, huruf alif dalam gaya righ’i condong ke kiri
dan sangat bersahaja, min imalis, bahkan sebagai dit empat kan
t idak paralel dengan huruf lain. Sement ara huruf alif dalam
gaya diiw ani jali bergaya lekukan gemulai yang dimulai dari
perut alif sebelah kiri, naik ke at as dengan sent uhan lembut
dan t urun melengkung melewat i perut alif sebelah kanan.
Jadinya kira-kira hasilnya sepert i setengah lingkaran lonjong
dengan variasi halus kasar yang t erjaga.
“Ingat , kepala alif sepert i in i harus dit arik lurus dengan
t angan yang rileks, unt uk mendapat kan ujung lancip yang
indah,” kat a Ust ad Jamil sambil memperagakan di papan t ulis.
Dalam sekejap, tercipt alah alif jenis t sulut si yang halus t api
gagah, membungkuk sekilas ke kiri dengan kepala lancip ke
at ah kanan. Hanya huruf alif, t api dibuat dengan penghayat an
yang dalam dan penuh cint a.
“Nah, sekarang giliran kalian. Ingat , perlakukan kalam
kalian sepert i kuas, ayunkan dengan perasaan, dan kelokkan
dengan hat i,” ujarnya ket ika ia selesai membuat contoh di
papan t ulis.
Untuk beberapa saat yang t erdengar hanya gesekan kalam
bert emu dengan kert as put ih buku lat ihan kaligraf i kami. Bau
t int a hit am Quint meruap ke udara. Kasihan Dulmajid.
Kebiasaan t angan berkeringat nya membuat buku lat ihannya
kotor. Di kemudian hari, persoalan ini b isa t erat asi set elah
mengikut i saran Ust ad Jamil untuk melapisi sarung t angan dari
t as kresek. Aku sendiri kuat belajar menulis kaligraf i

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Bismillahirrahinan irrahim” dalam berbagai gaya t adi. Ust ad


Jamil mengganjar kerja kerasku ini dengan nilai t inggi.
Pelajaran yang aku suka t api selalu berkeringat dingin meng-
hadapinya adalah mahfudzhat yang diajar seorang ust ad kurus
t inggi bernama Ust ad Badil. Bagiku, pelajaran in i
mengasyikkan karena berisi kut ipan kat a mut iara yang bergizi
t inggi dari berbagai buku dan khazanah Islam dan peradaban
Arab.
Ent ah chip apa yang kurang di kepalaku, begit u berhadapan
dengan hapalan, ot akku langsung hang. Bagiku, menghapal
letterleks adalah cobaan pedih. Yang membuat ku berkeringat
adalah keharusan menghafal di luar kepala set iap bait kat a
mut iara ini secepat nya. Secepat nya art inya ya dihapal saat it u
juga ket ika diajarkan.
Metode pengajarannya: Ust ad Badil membacakan sebait
kat a mut iara dalam bahasa Arab lalu dia menerangkan
maknanya dalam bahasa Arab dan Indonesia. Setelah kami
cukup paham, dia akan menuliskan bait in i di papan t ulis
unt uk kami salin. Set elah disalin, dia akan menghapus
beberapa bagian t ulisan. Sambil t erus menyuruh kami
membacanya dengan keras. Semakin sering kami membaca,
semakin banyak yang dihapusnya, sehingga, lama-lama papan
t ulis bersih, dan bait ini t elah pindah ke ingat an kami masing-
masing.
Di pert emuan selanjut nya, secara acak kami dipilih unt uk
membacakan hapalan minggu lalu. Kalau t ernyat a belum ha-
pai, apa boleh buat kami harus berdiri d i depan kelas samb il
memegang buku unt uk menghapal. Sungguh memalukan, aku
cukup sering t ampil berdiri di depan kelas gara-gara hapalanku
yang melant ur.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Nasibku sangat berbeda dengan Baso. Di mat aku, dia


penghapal paling sakt i yang pernah ada. Beri dia sat u syair
Arab, dalam hit ungan helaan napas, langsung diserap
memorinya. Beri dia sat u halaman penuh bert uliskan Arab,
dalam hit ungan menit -dia hapal di luar kepala. Kalau
penasaran menguji hapalannya silakan bait dibolak-balik,
dipotong sana-sin i, sama saja, dia past i bisa meneruskan.
Semua t ercet ak pat en di ot aknya. Mungkin ini yang disebut
photographic memory, Dia bagai mut iara kampung di Gow a.
Tapi dari semua pelajaran, Bahasa Inggris adalah favorit e
Guru kami, Ust ad Karim, yang t inggi semampai selalu t ampil
kelimis dan simpat ik. Rambut nya yang sebagian memut ih
berombak-ombak di bagian depan. Dia suka mengenakan jas
wol dipadu dengan dasi sew arna. Kelas pert ama dimulai
dengan monolog nonstop selama 5 menit dalam bahasa
Inggris yang cepat dan aksen yang susah aku pahami. Kami
sangat t akjub dengan cara bicaranya yang sudah sepert i bule.
“Ini adalah aksefie yang biasa t erdengar di London,” kat anya.
Ust ad Karim sendiri pernah menunt ut ilmu di Cambr idge, kota
pelajar t ua di dekat London.
Buku pelajaran kami adalah sebuah buku bacaan yang
menggambarkan kehidupan sehari-hari di Inggris. Cerit anya
ant ara lain t ent ang seorang yang berjalan-jalan ke jant ung
Kot a London yang klasik, mengagumi Big Ben, melint asi
lapangan Trafalgar Square, bolak balik masuk museum-
museum terbaik dan kemudian menyeberang ke Perancis
melalu i laut . Selain pelajaran in i, kepala kami disesaki gambar
Eropa yang sangat ant ik, t api juga modern. Apalagi, sebagai
seorang yang pernah t inggal di Inggris, Ust ad Karim bercerit a
dengan t at if, sepert i mencerit akan kampung halamannya
sendiri t ernganga-nganga dengan cerit a ini. Raja begit u

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

terinspirasi pelajaran ini sampai dia menghapal luar kepala


halaman demi halaman buku bacaan ini.
Baso t erus memperlihat kan kehebat annya di semua
pelajaran, kecuali mat a pelajaran Reading. Dia mat i kut u dan
harus sesak napas sampai bermandikan keringat unt uk
mengulang ejaan dengan benar.
“Wai ari guingg backd t ho Tirafalghaar Siquarri t udayyy,”
bacanya tegang, sement ara but ir-but ir peluh mengucur deras
dari j idat nya yang lebar. Tulisan yang dibacanya: “w e are
going back t o Trafalgar Square today”.
“Waat h t haimi izzz it h naung”. Maksudnya “what t ime is it
now”. Time dibaca dengan t haim dengan menggunakan huruf
t ha t ebal yang sempurna sekali. Now , dibaca dengan
berdengung panjang, persis sepert i dia membaca mad
panjang t iga harakat dalam ilmu t ajw id.
Tersingkap sudah cacat ut ama Baso: bahasa Inggris. Dia
membaca bahasa Inggris sepert i membaca Al Quran, lengkap
dengan t ajw id, dengung dan qalqalah. Mungkin ini beraw al
dari bet apa cint anya dia dengan Al-Quran.
Sadar dengan kelemahan masing-masing, aku dan Baso
membuat pakt a untuk melakukan simb iosis mut ualisme. Dia
memast ikan hapalanku benar, sement ara aku memast ikan
bahasa Inggrisnya bebas dari t ajw id. Set iap malam Senin dan
malam Kamis, kami memast ikan kasur lipat kami saling
berdekat an. Aku mulai mengeja hapalan mahfudzhat unt uk
besok. Dalam gelap-gelap it u dia berbisik berkali-kali
mengoreksi hapalanku. Kalau besok ada Bahasa Inggris,
giliranku yang menyimak reading-nya. Begit u berulang-ulang
sampai salah sat u dari kami mu lai mendengkur. Ajaib, cara in i
cukup ampuh membantuku menghapal, walau dalam beberapa
hari kemudian lunt ur lagi.
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Selain kelas dari pag i sampai siang 6 hari sem inggu, kami
juga mengikut i t ambahan kelas sore untuk unt uk mendalami
mat a pelajaran pokok, khususnya unt uk bahasa Arab dan
Inggris.. Belum lagi sesi belajar malam yang diadakan d i kelas
oleh Ust ad Salman. Sement ara Kamis sore t idak ada pelajaran,
t api diisi dengan lat ihan Pramuka. Tapi dari semua hari, hari
yang paling mulia bagi kami adalah Jumat .

Thank Go d I t ’s Fr iday
Bagi kami, kemuliaan hari Jumat lebih dari hari f avorit Nab i
Muhammad. Bagi kami, kalimat t hanks God it ’s Friday bukan
basa-basi. Karena hari yang mulia in i adalah hari libur
mingguan kami di PM. Minggu dan Sabt u kami masuk kelas
sepert i biasa.
Jumat art inya bebas memakai kaos sepanjang hari, punya
w akt u unt uk ant ri berebut kran unt uk mencuci baju yang
sudah seminggu menggunung, bisa t idur siang membalas jam
t idur yang selalu t ekor, dan dapat menu makan dengan lauk
daging dit ambah segelas susu at au Milo, bahkan kacang hijau.
“Ayo Lif, mari kit a segera serbu dapur umum. Hari in i
menunya rendang…,” proklamir Said samb il mengangkat piring
dan gelas plast iknya t inggi-t inggi. Baju kaosnya lengket dan
masih basah set elah lari pagi. Bersamanya t elah lengkap para
Sahibul Menara.
Di PM, dapur t idak menyediakan alat makan, kami harus
membaw a piring dan gelas sendiri-sendiri. Unt uk
mendapat kan lauk kami harus membaw a potongan kupon
makan. Set iap bulan kami mendapat selembar kert as besar
sepert i kalender yang memuat angka dari sat u sampai t iga

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

puluh sat u. Set iap kali makan kami membaw a sobekan angka
yang sesuai dengan t anggal hari it u.
“Int adzir. Tunggu. Saya lupa di mana menaruh kupon
makan,” balasku sambil mengaduk-aduk lemari.
“Cepat , kit a akan kalah dengan asrama sebelah!”
“Iya, t api saya t idak punya kupon.”
“Ma fisy. Tidak ada. Ya nasib hari in i kurang baik,?
gumamku berlalu t anpa kupon pent ing ini. Aku pasrah, t idak
ada kupon t idak ada rendang. Sambil menenteng piring dan
gelas masing masing, kami berlari-lari kecil ke dapur umum.
Kalau kami t erlambat sedikit saja, ant rian bisa mengular
sampai ke halaman dapur.
Kami ant ri di depan loket makan yang mirip dengan loket
t iket keret a api. Di balik loket yang dibat asi kawat ini
menunggu t iga orang pet ugas, dua orang mbok berkebaya
dan bersarung Jawa dan sat u lagi Kak Saif, pengurus dapur
umum. Tugasnya berat : memast ikan semua orang di PM
mendapat kan makanan cukup set iap hari.
Mbok dapur pert ama menuang nasi, mbok kedua menuang
sayur dan susu cokelat dan Kak Saif seharusnya memberikan
yang aku tunggu-t unggu: rendang. Dengan muka memelas
aku menyorongkan piring berisi nasi. Dia t idak bereaksi sama
sekali melihat aku t idak memperlihat kan kupon.
“Maaf Kak, kupon saya hilang.”
“Akhi, sudah t ahu at urannya, kan? Tidak ada kupon t idak
ada rendang.”
“Baru sekali ini hilang, Kak.”
Dia menggeleng dengan muka dat ar sepert i t embok.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Ayolah Kak, tolong dibant u… sudah seminggu saya


terbayang bayang rendang…,” aku mencoba melancarkan
bujuk rayu.
Dengan muka kesal, akhirnya t angannya bergerak ke panci
rendang. Mungkin dia iba melihat mukaku yang memelas. Aku
bersorak dalam hat i.
“Kuahnya saja cukup ya!”
Memang nasibku t idak baik hari in i. Melihat aku t idak bisa
menikmat i menu ist imewa ini, kawan-kaw anku yang baik hat i
menyumbang serpihan-serpihan rendang mereka.
Sebet ulnya ada menu yang hebat lagi selain menu Jumat .
Hanya ada di hari biasa, d i jam ist irahat pert ama, bagi kami
yang t idak sempat makan pagi. Kami di PM menyebutnya
salat hah rohah, at au sambal ist irahat . Apa yang membuatnya
sangat fenomenal? Penampilan sambalnya bersahaja saja.
Campuran cabe merah dan hijau yang digiling kasar, bersat u
di dalam cairan minyak yang berlinang-linang kehijau-hijauan.
Tapi begit u disendokkan mbok dapur ke piring kami, w angi
cabe yang meruap-ruap langsung menaw an saraf-saraf lidah.
Air liu r rasanya mencair di dalam mulut .
Begitu duduk di meja, t angan kami berlomba cepat
menyuap nasi. Nyusss….pedasnya terasa menyerang sampai
ubun-ubunku, t api enaknya membuat kami melayang. Keringat
mengalir dari muka kami yang merah. Dengan modal
sesendok sambal in i, kami b isa makan bagai kesurupan dan
gampang saja Menandaskan 2-3 piring nasi. Rasanya dahsyat
sampai jilat an t erakhir. Tapi setelah it u kami akan berlari
terbirit -birit ke keran air minum, menyiram mulut dan muka
yang kebakaran salat hah.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tapi yang lebih ditunggu-t unggu, di hari Jumat kami boleh


mint a izin keluar dari kompleks untuk pelesir ke Ponorogo,
Madiun dan tempat lain, asal b isa kembali lagi hari it u juga. Ini
w akt u bebas, sepert i pelaut yang telah terapung berbulan-
bulan dan dapat kesempat an merapat dan mendarat .
Hari Jumat ini, Said mengajak kami Sahibul Menara ke
Ponorogo. Untuk refreshing, kat anya. Aku dan Raja
menyambut ajakan in i. Tapi Baso, Dulmajid dan At ang ragu-
ragu karena meski t idak merasa punya keperluan unt uk pergi
ke luar. Apalagi mereka malas unt uk mint a izin dari ust ad piket
di Kant or Pengasuhan at au KP. Kalau ust ad piket nya ket at , dia
akan banyak bert anya ini-it u sebelum menandat angani izin.
Kalau alasan t idak kuat , bisa t idak dapat izin at au ghairu
mufbul.
“Ayolah kaw an-kaw an. Kapan lagi kit a bersepeda bersama
ke kota. Aku akan t rakt ir kalian semua di w arung sat e paling
enak di sana,” bujuk Said.
Keimanan mereka goyah dengan janji t rakt iran ini. Masing-
masing sepakat unt uk mempersiapkan alasan yang masuk
akal. Alasan ini kami hapalkan dan lat ih sebent ar supaya t idak
kelihat an bikin-bikinan.
Dengan harap-harap cemas, aku bersama kawan-kaw an
menuju KP unt uk memint a izin keluar. Tiba-t iba At ang yang
berjalan paling depan berhent i dan surut beberapa langkah.
Dengan t akut -t akut dia melirik ke meja perizinan di depan
kantor pengasuhan.
“Ya ampun, lihat siapa yang piket hari in i…” w ajah At ang
sepert i orang kurang darah. Duduk di depan meja put ih it u
seorang memakai surban Arafiat . Dialah yang mengamat i kami
dijewer oleh Tyson beberapa bulan lalu. Pemilik mat a set ajam
sembilu ini kurus kering dan t inggi semampai. Jenggot
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ringkasnya t umbuh jarang-jarang. Mukanya dingin sepert i


besi, mulut nya lebih sering t erkat up, membent uk garis t ipis
yang tegas. Gerakannya tenang menggelisahkan.
Mengingat kan aku kepada belalang sembah yang dalam diam
bisa t iba-t iba melesat kan kaki gergajinya menangkap lalat
yang sedang terbang siang.
“Ust ad Torik…,” bisik Baso dengan nada khaw at ir. Menurut
Kak Is, Ust ad Torik inilah yang memegang kast a t ert inggi
dalam hierarki ketert iban dan keamanan di Madani. Di
t angannyalah semua kebijakan yang berhubungan dengan
penghukuman, pengusiran sampai perizinan. Dialah orang
yang paling t idak kami harapkan duduk di meja perizinan hari
ini.
Menurut rumor di kalangan murid lama, dia merekam
semua yang dilihat nya sepert i memot ret . Tidak ada yang
terlew at . Dan kalau memberi izin, d ia yang paling alot .
Padahal seharusnya dia t ahu bahw a kami para anak muda
perlu jalan-jalan, keluar dari rut init as pondok yang sangat
melelahkan. Kenapa sih dia t idak mempermudah kit a saja,
bat inku.
“Apa kit a bat alkan saja hari ini. Kit a coba lagi minggu
depan?” t anya At ang.
“Jangan. Kit a coba dulu. Aku saja yang maju duluan,” usul
Raja memberanikan diri. Supaya t idak mencurigakan, kami
sepakat untuk maju dua-dua dan sisanya menunggu di bawah
menara.
Dengan terant uk-ant uk aku dan Raja meneruskan langkah..
“Hmmm… Anak-anak baru. Saya ingat kalian dulu dihukum
di depan masjid,” kat a Ust ad Torik pendek. Mat anya
memandang kami penuh selidik.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Sudah siap mengikut i disiplin PM?” hajarnya lagi.


Kami berdiri t idak berdaya, cuma bisa menunduk. Padahal aku
t adinya bert ekad kuat unt uk t idak kalah o leh t at apan elang
nya.
Raja yang paling pede maju selangkah ke depan dan
membuka pembicaraan.
“Siap disiplin Tad… Ehmm… t api hari ini kami ingin mint a’
izin unt uk ke Ponorogo unt uk…” kat anya berusaha
menegaskan dialek Bat aknya yang agak layu karena t akut -
t akut .
“Kami? Dalam perizinan t idak ada yang mew akili. Kamu
mint a izin unt uk dirimu sendiri.”
Dalam hat i aku menghapal ulang alasanku.
“Iya… iya… Ust ad, maksudnya saya sendiri. Saya perlu beli
buku t ambahan yang t idak ada di koperasi.”
“Buku apa yang t idak ada di sini?”
Aku ulang lagi hapalan dalam hat i.
“Judulnya Oxford Dict ionary of Current Idiomat ic Engiish.
Itu buku yang sangat baik buat yang ingin mempelajari
bagaimana mefet fj t akkan idiom dalam kont eks yang tepat .
Buku ini dit erbit kan hanya oleh Oxford,” kat a Raja dengan
panjang lebar. Dia senang mendapat kesempat an menjelaskan
buku-buku bahasa Inggris koleksinya.
“Baik, saya kasih izin sampai jam 5 sore. Dan jangan ulang i
melanggar at uran,” kat anya sambil membubuhkan t anda
t angan pada sebuah karcis t ashrik yang sangat berharga.
Raja dengan mat a sukacit a menerima karcisnya. “Semoga
berhasil,” bisiknya sambil menepuk punggungku sebelum
berlalu. Sekarang giliranku t iba. Apa alasanku?
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Lembar kecil surat keterangan yang mengesahkan izin


Ehm… ehm… saya mendalami kaligrafi Tad… ehm dan perlu
ke Ponorogo unt uk t ambah alat ….” Kalimat yang sudah aku
bayangkan t adi berant akan di baw ah sorot mat a Ust ad Torik
yang membikin ngilu.
“Kamu ngomong apa? Bicara yang jelas, lihat mat a saya! ”
pot ongnya. Mat anya yang dalam mencorong t ajam.
Aku mengangkat muka, w alau jeri, aku coba pandang
mukanya, hanya sampai bag ian jenggot . Mat anya t erlalu
t ajam. Dengan susah payah aku coba kembali susun kalimat di
kepala.
“Ust ad, saya mau beli kalam kaligr afi di kot a karena di sin i
t idak ada….”
“Tidak mungkin. Saya juga kaligrafer, semua alat tersedia di
sin i,” kat anya memot ong cepat .
“Tapi… t api… kalam yang ada hanya unt uk kaligraf i b iasa.
Saya ingin mencoba kaligraf i khoufi yang penuh garis-garis
dan hiasan daun, Tad. Lebih dibutuhkan spidol tebal t ipis dan
penggaris dibandingkan kalam biasa,” belaku.
“Saya t ahu. Dan seharusnya di sini juga ada. Tapi sudahlah,
bagus, kau punya minat kaligraf i. Sama ya, j am 5 sudah di
sin i,” kat anya dengan raut muka yang lebih bersahabat . Karcis
bert anda t angan mahal ini pindah ke t anganku.
Di ujung koridor aku lihat Said, Baso, At ang dan Dul
berkomat -kamit . Mereka past i sedang menghapal skenario
masing-masing. Syukurnya setelah w aw ancara yang
mendebarkan itu, mereka berempat pun mendapat izin
dengan alasan masing-masing.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan penuh kemenangan kami keluar dari gerbang PM.


Rasanya udara pagi lebih segar daripada biasa. Unt uk menuju
Ponorogo yang berjarak sekit ar 20 kilometer, kami menyewa
sepeda ontel dari rumah penduduk. Kami memilih sepeda
ket imbang naik angkot , karena lebih bebas dan w akt u t idak
mengikat. Sekali bayar, kami bisa memakai sampai sehari
penuh. Maka pagi it u beriring-iringanlah rombongan demi
rombongan siswa keluar dari gerbang PM, persis sepert i
kawanan kelelawar buah t erbang berkelompok unt uk mencari
makan.
Tent u saja tujuan kami bukan hanya membeli buku dan
kalam. Di baw ah menara kami sudah sepakat unt uk
menyamakan rute hari ini. Pert ama, kami ingin perbaikan gizi
dan makan sat e di w arung Cak Tohir dan terus membeli
berbagai kebutuhan sekolah di pasar Ponorogo. Kedua kami
ingin melew at i Ar-Rasyidah, pesant ren khusus put ri yang
terkenal dan mendengar siswi-sisw inya senang kalau bisa
berkenalan dengan anak PM. Tent unya kami t idak beran i
berhent i dan berkenalan, karena it u melanggar qanun. Kami
cuma penasaran saja dan ingin mengayuh sepeda pelan-pelan
di depan pesant ren it u. Dan yang ket iga, yang agak berisiko,
melewat i 2 bioskop yang ada di kot a. Hanya melew at i.
Masalah b ioskop ini sebetulnya permint aan khusus dari
Said. Wakt u di SMA dulu, dia sangat tergila-g ila dengan segala
film act ion yang melibat kan aktor berot ot.
“Minggu lalu, saudaraku menulis surat dan bilang bet apa
bagusnya film Terminator.”
“Di film in i, pemeran ut amanya Arnold Schw arzenegger
yang punya badan bukan main kuat . Dia mant an Mr. Universe.
Tahu gak kalian apa yang aku cerit akan. Mr. Universe adalah
manusia t erhebat sedunia, karena t idak ada yang bisa

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengalahkan kegagahan otot dan t ubuhnya. Aku bahkan


punya posternya sebelum dia main film. Jadi aku ingin paling
t idak melihat poster filmnya di depan bioskop nant i,” kat anya.
Aku, Dul dan Raja set uju, apalagi sew akt u di bus dulu aku
menont on Rambo II. At ang, dan Baso ragu-ragu. Tapi set elah
kami yakinkan bahw a hanya lewat saja, mereka menurut .
Setelah kenyang makan sat e dan belanja, kami menuju
pesant ren put ri. Begitu sampai di depan bangunan asrama
bercat put ih, kami mengayuh sepeda sepelan mungkin dengan
pasang mat a ke arah asrama di sebelah kiri. Tampak dari
jendela asrama, kepala-kepala berkerudung put ih sedang
sibuk belajar. Mereka t idak libur hari Jumat . Kami menegakkan
badan setegap mungkin berharap ada yang melirik kami.
Hanya Baso dan At ang yang t idak terlalu peduli dengan misi
ini. Bagi mereka, ini t idak ada gunanya.
“Melihat yang bukan muhrim bisa menghilangkan hapalan
Al-Quranku,” kat a Baso dengan suara rendah. Mukanya
dit unduk ke st ang sepeda.
Kring… kring… kami membunyikan bel sepeda, mencoba
menarik perhat ian. Berhasil. Beberapa kepala berkerudung
put ih menjenguk ke arah jendela. Melirik dan kemudian
ket awa bersama t eman lainnya samb il menut up mulut Kami
membalas dengan senyuman dan anggukan. It u saja rasanya
sudah menyenangkan. Dan memang hanya sampai di sana
bat as keberanian kami.
Kami meneruskan kayuhan ke bioskop. Tiga poster raksasa
dari kain berkibar-kibar t ert iup angin di depan gedung bioskop
ini. Masing-masing Terminat or, Naga Bonar, dan Dongkrak
Ant ik.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Wah luar biasa. Ck…ck…” Said t erpana sampai sepeda nya


hampir menyelonong masuk selokan. Dengan mukanya t idak
lepas dari post er Terminat or, dia merebahkan sepedanya di
pinggir jalan. Wajah Arnold Schw arzenegger yang dilukis d i
kain maha besar ini bergerak-gerak dit iup angin. Said terpana
melihat idolanya berkacamat a hit am memegang senapan dan.
otot bert onjolan hampir sebesar sapi bunt ing.
Karena Said berhent i, kami t erpaksa ikut t urun dari sepeda,
‘ Ini di luar rencana awal yang hanya sambil lew at Ini
mengundang mara bahaya. Bisa saj a ada jasus yang melint as
dan menganggap kami ingin menont on bioskop. Mat a kami
nanar melihat kiri kanan j alan.
“O, ini yang kau cari-cari. Kalau menurut ku, Sisimangaraja
t idak kalah kekarnya dengan dia. Pakai jenggot dan cambang
lagi bah,” kat a Raja menggoda. Said hanya melempar
pandangan sebal sekilas. Mukanya kembali mengagumi
Arnold.
Dulmajid t idak mau kalah. “Di kampungku kalau lagi carok,
orang juga telanjang dada dan t idak kalah sama Arnold ini.”
Said t idak mau peduli.
“Said, ingat , jangan kit a jad i kasus dua kali dalam dua
bulan!” t eriak At ang kesal. At ang yang paling pat uh at uran
terpaksa menarik-narik t ubuh raksasa Said dan memapahnya
ke sepedanya.
“Tenang kaw an. Aku hanya butuh beberapa menit untuk
merasakan aura idolaku ini. Pokoknya liburan nant i aku akan
t ont on kau Arnold!” teriak Said menunjuk hidung Arnold,
seolah-olah membuat janji dengan sobat dekat nya.
Tidak terasa kebebasan it u cepat berlalu. Sudah jam 4 sore
dan kami punya w akt u 1 jam untuk kembali ke meja Ust ad
Torik.
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Waduh, kayaknya mau hujan,” t unjuk Baso ke aw an hit am


yang berarak-arak. Tidak lama kemudian gerimis t urun dan
makin lama makin rapat . Pet ir saling t embak-menembak.
Semua belanjaan kami ikat erat di dalam t as plast ik. Kami
berenam, t akut terlambat , memacu sepeda di t engah hujan
yang kuyup. Genangan-genangan air kami t erabas t idak
peduli. Kami ngos-ngosan dan basah kuyup sampai ke celana
dalam. Sement ara w akt u semakin dekat dengan jam lima sore,
tenggang wakt u kami.
Ust ad Torik berdiri menunggu kami di pelat aran kantornya.
Mukanya masam. Jam dinding besar di at as pint u kantornya
menunjukkan jam 5:05. Terlambat 5 menit. Badai besar
segera dat ang, bat inku.
Kami berdiri kaku, kedinginan, dan cemas di depan Ust ad
Torik. Air menetes dari baju yang kuyup, membasahi lant ai.
Dia menggeram-geram sepert i singa lapar. Berjalan
mengelilingi kami yang pasrah.
“Tahu kesalahan kalian?” desisnya.
“Na’am Ust ad, kami t erlambat kembali. Hujan sangat
deras,” jawab Said t akut -t akut . Dia merasa bert anggung jaw ab
membaw a kami ke jurang masalah ini.
“Hujan t idak bisa j adi alasan. Kalian yang harus at ur
w akt u.”
Hujan lebat dan guruh masih bersahut -sahut an di luar sana.
“Iya”
Lamat -lamat , lonceng berdent ang di luar. Wakt unya t iba. Dia
past i segera mengambil keput usan.
Ust ad Torik menarik napas panjang.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Kali in i saya maafkan karena hujan, lain kali, t idak ada


t oleransi!”
Mungkin hujan dan guruh yang t erus ribut t elah membela
kami. Mungkin mood-nya sedang baik. Mungkin dia keberat an
lant ai kant ornya basah oleh kami. Mungkin dia kasihan melihat
kami kedinginan dan dat ang tergopoh-gopoh. Yang jelas dia
memaafkan keterlambat an kami kali in i. Alhamdulillah.
Seandainya… seandainya dia t ahu kami terlambat karena
lew at pesant ren put ri dan berhent i pula di depan bioskop,
kami mungkin sudah menjelma menjadi murid berkepala bot ak
sepert i Cuplis dalam film Si Unyil. Dibot ak adalah hukuman
unt uk pelanggaran serius. Hanya set ingkat di bawah hukuman
tert inggi: diusir.

Keaj aiban I t u Dat ang Pagi-Pagi


“Kaifa arabiyat uka ya akhi. Khalas lancar?” “Aadi faqad.
Sedikit -sedikit , ast athi.”
Itulah broken Arabic yang sering muncul di ant ara anak
t ahun pert ama. Kami saling bert anya bagaimana kemampuan
bahasa Arab. Dengan seadanya, kami jawab, ya sudah sedikit -
sedikit . Walau belum menguasai grammar dengan tepat , kami
berusaha menggunakan kosakat a Arab.
Tant angan terbesar buat para murid PM t ahun pert ama
adalah bagaimana caranya mengubah diri agar bisa
menguasai bahasa resmi d i PM, Arab dan Inggris, secepat nya.
Mampu memakainya sebagai bahasa pergaulan 24 jam, t anpa
ada bahasa Indonesia sepotong pun.
Untuk membant u menumbuhkan refleks bahasa it u, kami
dibombardir dengan kosakat a baru. Set iap selesai shalat

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Subuh, seorang kakak penggerak bahasa masuk ke set iap


kamar dan berdiri d i depan, tepat di sebelah imam shalat kami
t adi. Di t angannya ada papan t ulis kecil. Tapi kami t idak t ahu
apa yang t ert ulis di sana, karena dihadapkan ke arah d ia. Lalu
dia akan meneriakkan sebuah kat a baru beberapa kali dengan
lant ang dan jelas. Kami dimint a mengulangi bersama-sama,
dan sepersat u, juga dengan lant ang. Setelah semua orang
merasakan bagaimana melafalkan kat a baru in i dengan baik
dia memberikan contoh kat a ini di dalam kalimat sempurna.
Tanpa pertolongan bahasa Indonesia, dia menerangkan apa
art i kat a ini. Lalu giliran kami unt uk mencoba membuat
kalimat dengan menggunakan kosakat a ini.
Sebelum ditut up, kami kembali disuruh meneriakkan kat a ini
bersama dengan kuat. Set elah di-drill meneriakkan,
melet akkan dalam kalimat , kakak in i unt uk pert ama kali
membalik papan t ulis kecilnya dan memperlihat kan kepada
kami bagaimana t ulisan dan salah sat u contohnya dalam
kalimat . Papan t ulis kecil it u akan dit inggalkan di kamar
sampai pagi berikut nya. Tugas kami selanjut nya adalah
menyalin kosa kat a baru ini dan membuat 3 cont oh
penggunaannya kalimat .
Bayangkan, ini benar-benar proses belajar yang
menggunakan semua indera. Meneriakkan kosa kat a baru di
subuh but a, memaksakan diri untuk memahami dan
memasukkan ke kalimat , lalu melihat t ulisannya dan terakhir
mengikat ilmu baru ini ke dalam memori t erdalam kami
dengan menuliskannya. lakukan set iap hari, 7 kali seminggu.
Sebuah metode sederhana yang sangat kuat dan mampu
melekat kan bahasa baru ke dalam alam baw ah sadar unt uk
t idak lepas lagi selamanya.
Sement ara 2 kali seminggu, set iap selesai Subuh dalam
suasana t emaram, terang-terang t anah, kami membuat dua
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

barisan panjang di lapangan, dan diharuskan melakukan


percakapan ngan teman di depan kami menggunakan suara
sekeras-kerasnya sampai serak. Kembali para kakak
penggerak bahasa in act ion. Mereka akan mondar-mandir,
mendengarkan, mengoreksi, memberi kalimat yang baik.
Bagi yang menolak ikut ke dalam suasana belajar yang
spart an ini, mereka akan melawan arus deras. Bag i yang t idak
berusaha dan seenaknya masih berbahasa Indonesia set elah
beberapa bulan, maka art inya mereka telah melamar jad i
jasus bahasa. Konsep jasus yang bergent ayangan di mana-
mana sangat efekt if unt uk menjaga kesadaran set iap orang
unt uk selalu ber-bahasa resmi.
Bagai sebuah konspirasi besar unt uk mencuci ot ak, metode
t otol immenion bahasa in i cocok dengan lingkungan yang
sangat mendukung. Apa yang kami dengar, kami lihat , kami
t ulis dan kami rasakan, semua dalam bahasa resmi, Arab dan
Inggris. Mulai dari public announcement di masjid, berit a radio
yang selalu memut ar BBC, VOA dan radio Timur Tengah,
papan peng-umuman, bahkan sampai komunikasi dengan
mbok-mbok yang mengurusi nasi di dapur. Para mbok yang
sudah separo baya in i t elah dikursuskan sehingga kalau
memberi sepiring nasi kepada kami bukannya bilang “monggo”
t api akan bilang “t afadhal ya bunayya”, w alau dengan aksen
jaw a t imuran yang medok.
Tidak cukup dengan itu, ent ah siapa yang menyuruh,
banyak di ant ara kami ke mana-mana membaw a kamus. Kalau
bukan kamus cet ak, kami past i membaw a buku mufradhat ,
buku tulis biasa yang dipotong kecil sehingga lebih t ipis dan
gampang dibawa ke mana-mana karena t inggal diselipkan di
kantong celana at au baju. Murid dengan buku mufradhat di
t angan gampang dit emukan sedang ant ri mandi, ant ri makan,

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berjalan, bahkan di ant ara kegiat an olahraga sekalipun. Kami


sedang giia meru perkaya kosa kat a.
Lambat laun, dengan cara ini, kami mu lai bisa berbicara
Arab dan Inggris sepotong-sepot ong. Tapi di saat yang sama
kami juga agak frust rasi. Sudah habis-habisan belajar, rap i
rasanya hasilnya masih belum maksimal. Kami masih t erbat a-
bat a at mt gado-gado, separuh Arab separuh Indonesia.
Bahkan khusus buat At ang, dia mencampurnya dengan
pot ongan bahasa Sunda. Tidak gampang menyambungkan
apa yang dibaca dan diucapkan.
Rasanya mudah frust rasi kalau kami t idak selalu
mendapat kan encouragement dari guru, t eman, dan kakak
kelas. Mereka pendukung fanat ik set iap orang yang ingin
belajar dan memprakt ikan kemampuan bahasa. Kami
diajarkan unt uk berani mencoba dan t idak t akut salah. Kalau
salah, kami t idak dit ert aw akan sama sekali. Tapi malah
dit unjuki dan dibenarkan. Semua dibuat berkonspirasi unt uk
membuat kami memprakt ekkan bahasa Arab dan Inggris
dengan nyaman.
* d* w*
Sampai pada suat u Jumat, jam 4 subuh. Sepert i biasa, bagi
yang sulit bangun, Kak Is akan menggelit ikkan ujung bulu-
bulu sajadahnya ke hidung kami. Geli membuat kami bangun
at au bersin. Biasanya, aku dalam proses mengumpulkan
kesadaran dan nyaw a, akan mengulet dan menguap lagi.,
Tapi pagi ini lain. Memang aku masih mengulet dan
menepis-nepis bulu-bulu sajadah di depan hidungku, t api yang
keluar secara otomat is ucapan: “Maat ht u an’as kak, ayyat u
saa’at in haaza?” Ini k alimat Arab yang sempurna yang berart i,
“masih ngant uk banget , jam berapa sih?”

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ajaib! Dalam posisi set engah sadar, aku bisa menggunakan


kalimat lengkap berbahasa Arab. Bahkan samar-samar aku
ingat , mimpi semalam pun campuran bahasa Arab dan bahasa
Inggris. Inikah t anda-t anda sebagian kepalaku sudah berpikir
dalam bahasa Arab? Aku benar-benar t akjub.
Pagi it u, aku t idak hent i-hent i berbicara kepada kaw an-
kawanku—t idak peduli mereka menanggapi at au t idak, kepada
lemariku, kepada kopiah hit am Sjarbain i, kepada piring,
kepada pohon, kepada sandal, kepada apa yang ada di
depanku, dalam bahasa Arab. Kalau aku ada di komik, maka
semua bubble kat aku past i bert uliskan Arab.
Sejak hari it u, aku merasa semakin fasih mengungkapkan
diri dengan Arab, t idak lagi bercampur-campur bahasa
Indonesia. Tidak sia-sia aku memaksakan diri dan berpura-
pura bisa berbahasa Arab. Rasanya luar biasa dan kepalaku
berdendang-den-dang. Mungkin ini salah sat u keajaiban yang
paling pent ing dalam hidupku di PM selama in i. Alhamdulillah
ya rabbi.
Ternyat a kaw an-kaw anku anak baru lainnya juga lambat
laun merasakan perubahan yang sama. Aku perhat ikan hampir
semua anggot a asrama Al-Barq t elah bercelot eh dengan
bahasa Arab. Dulu aku pernah menyangsikan Kiai Rais yang
mengat akan dalam beberapa bulan saja kami b isa bercakap
dengan bahasa asing. Aku t idak sangsi lagi.
Suara Kiai Rais yang penuh semangat terngiang-ngiang di
telingaku: “Pasang niat kuat , berusaha keras dan berdoa
khusyuk, lambat laun, apa yang kalian perjuangkan akan
berhasil. Ini sunnatt ullah-hukum Tuhan.”

Abu Naw as d an Am ak

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Amak adalah perempuan berbadan mungil t api punya


idealisme raksasa. Dia t idak hanya t epat w akt u t api aw al
w akt u. Di SD-nya, Amak satu-sat unya guru yang selalu
dat ang’ paling pagi.Kadang-kadang lebih cepat dari Ajo Pian,
penjaga sekolah, sehingga dia membuka sendiri pint u pagar
dan kelas-kelas. Sambil menunggu guru lain dan para murid
dat ang, dia sibuk memat angkan buku persiapan mengajar.
Sement ara di rumah, beliau adalah ibu dan ist ri yang
perhat ian. Suat u kali aku pulang bermain bola di saw ah yang
baru saja dipanen. Mukaku cent ang perenang, rambut aw ut -
awut an dan badan kotor sepert i kerbau dari kubangan. Mat aku
bengkak dan bibir luka karena bacakak—berkelahi set elah
main bola. Amak t idak marah-marah.
“Apakah kaw an-kaw an yang main dan berkelahi t adi orang
Islam?” t anya Amak lembut .
Aku mengangguk sambil memajukan bibirku, merengut
“Apa perint ah Nabi kit a kepada sesama muslim?”
“Memberi salam.”
“Yang lain?”
“Tersenyum.”
“Yang lain?”
“Bersaudara.”
“Nah, bersaudara it u berteman, t idak berkelahi, saling me-
nyayangi. It u perint ah Nabi kit a. Mau ikut Nabi?”
“Mau.”
“Jadi harus bagaimana ke kawan-kaw an?” Kali ini Amak
bert anya sambil t ersenyum damai.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Bersaudara dan t idak berkelahi,” kat aku


“It u baru anak Amak dan umat Nabi Muhammad,” kat anya
sambil merengkuh kepalaku dan menyuruh mandi.
Begitulah Amak. Di saat hat iku rusuh dan nyeri, dia selalu
dat ang dengan sepot ong senyum yang sanggup meraw at
hat iku yang buncah. Senyumnya adalah obat yang sejuk.
0odwo0
Ket ika aku duduk di kelas sat u SD, kebet ulan w ali kelasku
Amak sendiri. Ujian cat ur w ulan pert ama t iba dan Amak
mengadakan ujian kesenian. Sepert i t eman sekelas lainnya
aku harus maju ke depan unt uk menyanyikan sebuah lagu
sebagai persyarat an mendapat kan nilai. Sayang sekali aku
t idak hapal sat u lagu pun karena t idak pernah masuk TK.
Selain it u aku memang pemalu dan merasa suaraku sumbang.
Jadi aku menolak maju ke depan kelas.
Tiga kali Amak memanggilku dari meja guru. “Berikut nya
Alif Fikri unt uk maju ke depan”. Tiga kali pula aku menggeleng
dan t idak beringsut . Amak akhirnya menyerah dengan muka
kecewa. Dua minggu kemudian, di hari penerimaan rapor, aku
baru t ahu efeknya. Ayah yang dat ang unt uk mengambil rapor
sampai t erbelalak. Sebuah angka merah bertengger di
raporku, pelajaran kesenianku dapat angka 5. Dan nilai it u dari
Amak sendiri!
“Bang, ambo ingin berlaku adil, dan keadilan harus d ii dari
diri sendiri, bahkan dari anak sendiri. At urannya adalah siapa
yang t idak mau prakt ek menyanyi dapat angka merah,” kat a
Amak ket ika Ayah bert anya, kok tega memberi angka bond| i
buat anak sendiri.
“Tapi ini kan hanya masalah kecil, cuma pelajaran
kesenian,” bela Ayah.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Just ru karena ini hal kecil. Jangan sampai d ia meremehkan


suat u hal, sekecil apa pun. Semuanya pilihan hidupnya ada
konsekuensi, w alau hanya sekadar pelajaran kesenian. Itu
juga supaya dia belajar bahw a t idak ada yang diist imew akan.
Semuanya harus berdasarkan usaha sendiri,” t impal Amak.
“Tapi kan dia baru 6 t ahun.”
“Just ru malah dari usia ini kit a didik dia.”
Ayah diam saja. Dia cukup mafhum cara berpikir Amak yang
keras hat i. Aku menguping pembicaraan mereka dari balik
pint u. Amak t idak memandang bulu.
Di lain kesempat an, aku dengar Amak bercerit a kepada
Ayah tent ang rapat majelis guru menyambut Ebt anas.
Beberapa guru sepakat unt uk melonggarkan pengaw asan
ujian dan bahkan memberikan bant uan jaw aban buat
pert anyaan sulit , supaya ranking sekolah kami naik di t ingkat
kecamat an. Semua yang hadir setuju, at au terpaksa setuju
karena t akut kepada kepala sekolah.
Hanya Amak sendiri yang berani angkat t angan dan
berkat a, “Kit a di sini adalah pendidik dan ini t idak mendidik. Ke
mana muka kit a disembunyikan dari Allah yang Maha Melihat .
Amak t idak mau ikut bersekongkol dalam ket idakjujuran
front al dan pas di ulu hat i. Sejenak ruang rapat hening.
Sebelum kepala sekolah bisa mengat upkan mulut nya yang
ternganga, Amak keluar ruang rapat.
Walau resah harus berbeda dengan kawan-kaw annya, dia
puas karena berhasil menegakkan kebenaran. Amak pun
mengulang sebuah hadist yang cukup masyhur, “Bila kamu
melihat kemungkaran, ubahlah dengan t anganmu, kalau t idak
mampu, ubahlah dengan kat a-kat a, kalau t idak mampu juga,
dengan hat imu”. Walhasil, berbulan-bulan Amak t idak disapa,

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dilihat dengan sudut mat a, dan dibicarakan di belakang


punggung.
Amak adalah orang idealis dan keras hat i. Mungkin aku
mewarisi semua ini dari beliau.
Sepert i layaknya anak SD d i kampungku dulu, sepulang
sekolah pagi, sorenya aku masuk madrasah. Guru
madrasahku, Ang-ku Dat uak Rajo Basa, punya sebuah hadist
favorit yang selalu d iulang-ulangnya, seminggu t iga kali
kepada kami anak-anak kampung; “Surga it u ada di baw ah
telapak kaki ibu”.
“Janganlah ananda lihat dibawah selop ibu kalian ada
surga, yang ada hanya t anah. Yang harus kalian cari adalah
ridho ibu, karena dengan ridhonyalah pintu-pint u surga
terbuka buat kalian. Surga yang air sungainya adalah madu
dan susu, dan buah-buah aneka w arna dan rasa
bergelant ungan set inggi t angan saja,” jelas angku berjenggot
panjang meranggas ini. Sebuah sorban t ua bertot ol-tot ol
merah dibelit kan di lehernya. Kopiah hit amnya sebuah
Sjarbain i usang, t erlihat dari bagian hit am di u jung kopiah
yang semakin pirang.
“Apa yang ada di baw ah telapak kaki ayah, Angku?”
t anyaku polos.
Dia t erdiam sejenak. Mungkin agak kaget dengan
pert anyaan asal-asalanku. “Kit a disuruh berbakt i kepada kedua
orangtua, t api surga memang hanya dekat dengan kaum ibu” .
Perihal apa yang ada di baw ah telapak kaki ayah t idak
dijawab.
Begitulah, aku diajarkan unt uk selalu berbakt i kepada orang
t ua, dan yang lebih ut ama adalah ibu. Amak bagiku adalah

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

junjungan dan bos besar. Beliau juga penguasa pint u masuk


surga bagiku.
0dw0
Aku adalah anak kesayangan yang selalu pat uh sepenuh
hat i pada Amak. Pat uh ini berubah jadi kesal ket ika aku
diharuskan masuk sekolah agama. Memang aku akhirnya t et ap
bersedia mengikut i perint ah Amak, t api di saat yang sama
hat iku jengkel. Kont akku t erakhir dengan Amak terjadi
berbulan-bulan lalu, ket ika mengabarkan lulus uj ian m asuk PM
melalu i t elegram Set elah it u, aku diam, t idak berkabar
berberit a. Hat iku selalu berat untuk mulai b icara dan menulis
buat beliau.
Di suat u Kamis sore, di acara w ejangan rut in Kiai Rais d i
depan seluruh penduduk PM, beliau dengan lemah lembut
berbicara kepada kami.
“Tahukah kalian birru l w alidain? Art inya berbakt i kepada
orang t ua. Mereka berdua adalah tempat pengabdian pent ing
kalian di dunia. Jangan pernah menyebut kan kat a kasar dan
menyebabkan mereka berduka. Selama mereka t idak
membaw a kepada kekafiran, w ajib bagi kalian untuk pat uh.”
Seorang pernah bert anya urut an orang yang harus
dihormat i dan dihargai. Rasulullah menjawab, “ibumu”. Dia
bert anya ”kemudian siapa?”. Beliau menjawab, “ibumu”. Dia
bert anya lagi, “Kemudian siapa?”. Beliau menjawab, “ibumu”,
dia bert anya lagi, “kemudian siapa?” . Beliau menjawab,
“ayahmu”.
Jadi, ibu punya posisi lebih t inggi lagi dari pada ayah.
Karena it u, berunt unglah kalian yang masih punya orangtua,
karena pint u pengabdian it u t erbuka lebar. Bayangkan
bagaimana susahnya dulu kalian dikandung dan dibesarkan

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sampai sepert i sekarang. Bagi yang punya orangtua,


pergunakan kesempat an sekarang ini unt uk membalas budi,
gembirakan mereka, beri kabar mereka, surat i mereka,” anjur
Kiai Rais kepada kami.
Aku tercenung. Kiai Rais seakan-akan bukan berbicara
kepada ribuan orang, t api hanya kepadaku seorang. Sudah
berapa bulan aku sengaja t idak menghubungi Amak sebagai
protes t idak boleh masuk SMA?
Cerit a Kiai Rais t erus berput ar di kepalaku. Tent ang
susahnya seorang ibu mengandung selama sembilan bulan,
melahirkan, menyusui, menyuapi, dan menepuki set iap
langkah pert amaku bagai sebuah kemenangan besar sebuah
t im nasional. Kin i set elah tegak gagah, t iba-t iba aku menjauh
darinya. Apa perasaan beliau? Punya hak apa aku
mendiamkan perempuan yang membesarkan dan
menyayangiku dengan seluruh helaan napas dan hidupnya?
Apakah pant as sebuah perint ah unt uk sekolah agama
membuat aku merasa berhak untuk melupakannya? Apalagi
sekarang aku mulai merasa perint ah Amak it u mungkin yang
terbaik buat ku? Kenapa hat iku begitu keras? Aku t idak mau
menjadi Malin Kundang yang menjadi bat u karena melawan
ibunya.
Aku t iba-t iba merasa menjadi seorang egois yang hit am dan
sangat berdosa pada Amak. Lebih-lebih lagi aku juga merasa
bersalah kepada Allah karena t idak menurut i perint ah birrul
w alidain ini.
Untuk pert ama kalinya aku hanyut ket ika melagukan syair
nakal Abu Naw as bersama sebelum shalat Maghrib. Syair in i
kami lant unkan dengan syahdu, memint a segala ampun hadap
segala dosa kami yang bert abur sepert i but ir pasir ribuan
orang bersipongang bagai guruh ke segala arah. naik dengan

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

nada merat ap. Efeknya menjalar dalam ke urat hat iku. Aku
jiw ai dengan sepenuh hat i set iap bait -bait nya…
Ilahi last u lilfirdausi ahla, Walaa aejw a ‘ala naaril jah iim i
Fahabli t aubat an uaghfir dzunubi, Fainaka ghafirudz-dzanbil
‘adzimi….
Dzunubi mit slu a’daadir-rimali, Fahabli t aubat an ya Dzal
Jalaali, Wa ‘umri naqishu fi kulli yaumi, Wa dzanbi zaaidun
kaifa -ht imali
Ilahi ‘abdukal ‘aashi at aak, Mwjirran b i dzunubi Wa qad
di’aaka Fain t aghfir fa ant a lidzaka ahlun, Wain t adrud aman
narju siw aaka
w ahai Tuhanku… aku sebetulnya t ak layak masuk surgaMu,
t api… aku juga t ak sanggup menahan amuk nerakaMu, karena
it u mohon terima t aubatku ampunkan dosaku, sesungguhnya
Engkaulah maha pengampun dosa-dosa besar
Dosa-dosaku bagaikan bilangan but ir pasir maka berilah
ampunkan oh Tuhanku yang Maha Agung. Set iap hari umurku
terus berkurang sedangkan dosaku terus menggunung,
bagaimana aku menanggungkannya
w ahai Tuhan, hambamu yang pendosa ini dat ang
bersimpuh kehadapanMu
mengakui segala dosaku mengadu dan memohon
kepadaMu
kalau engkau ampuni it u karena Engkau sajalah yang bisa
mengampun t api kalau t olak, kepada siapa lagi kami mohon
ampun selain kepada Mu?
Set iap bait aku lant unkan dengan sepenuh hat i, mohon
ampun kepada Tuhan dan mohon ampun kepada Amak.
Dadaku terasa lu ruh dan plong. Rasanya pengaduanku

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

didengar olehNya. Pengaduan pendosa yang t idak ada t empat


lain untuk mengadu selain kepadaNya.
Malam it u, dengan mat a berkaca-kaca, aku menulis surat
kepada Amak:
Amak, maafkan ananda in i karena sudah lama t idak
memberi kabar berit a. Ambo t elah banyak membuat Amak
sedih akhir-akhir ini. Ambo memang sempat kesal karena t idak
boleh masuk SMA. Tapi kini ambo sadar kalau Amak benar. PM
adalah sebuah sekolah yang baik dan banyak yang ambo bisa
dipelajari di sin i.
Tadi sore, Kiai Rais memberi nasehat yang membuat ambo
sadar kalau selama beberapa bulan ini ambo t idak bersikap
baik kepada Amak. Semoga Amak bersedia memaafkan
kesalahan-kesalahan ambo supaya hat i ambo tenang.
Sekolah ambo berjalan lancar w alau t erasa berat . Selain
masuk kelas, sangat banyak kegiat an yang harus kami jalan i
sepert i pramuka, lat ihan pidat o, lari pagi dan lainnya. Kat a Kiai
Rais, apa yang kami lihat, kami dengar, kami rasakan, kami
baca, adalah pendidikan.
Kawan-kaw an di kelas dan di kamar dat ang dari berbagai
daerah di Indonesia. Sudah diat ur supaya t idak ada orang sat u
daerah t inggal di sat u kamar. Juga anggota kamar akan diacak
set iap 6 bulan sehingga kami makin banyak t eman.
Jadw al harian kami luar biasa ket at dan penuh disiplin.
Hukuman langsung ditegakkan bagi yang melanggar at uran.
Ambo pernah kena, dijewer berant ai di depan orang ramai
karena terlambat 5 menit . Kalau Amak jadi anak laki-laki, past i
cocok sekolah di PM ini.
Supaya Amak t idak penasaran, ini adalah jadw al harian
kami:

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

04.00- 5.30
Kegiat an kami set iap hari d imulai jam 4. Agak susah
bangun sepagi ini. Wakt u ini diisi unt uk shalat Subuh
berjamaah di dalam kamar masing-masing. Kami bergant ian
menjadi imam unt uk t eman-teman sekamar. Setelah it u ada
prakt ek bahasa dan penambahan kosa kat a (Arab dan
Inggris), sert a membaca Quran.
05.30-07.00
Akt ifit as bebas. Digunakan unt uk pengembangan minat dan
bakat baik di bidang olahraga, kesenian, bahasa. Selain it u, ini
juga w akt u kami unt uk mandi, cuci, dan makan pagi. Kalau
sudah mencuci baju, biasanya t idak sempat sarapan.
07.00-12.30
Masuk kelas pag i. Tidak bisa t erlambat sedikit pun. Ada
jadw al ist irahat setengah jam yang bisa dipakai kalau belum
sempat makan pagi.
12.30-14.00
Shalat Zuhur berjamaah di kamar masing-masing dan
makan siang di dapur umum. Oya, unt uk makan kami baw a
piring dan gelas sendiri dan sebuah kupon makan unt uk
mendapat kan sepotong lauk. Lauknya sering sepot ong tempe
at au t ahu.
14.00-14.45
Masuk kelas sore unt uk pelajaran t ambahan pagi hari.
14.45-15.30
Shalat Ashar berjamaah dan membaca Al Quran di kamar.
15.30-17.15

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Wakt u bebas. Biasanya d ipakai unt uk olahraga, mandi, cuci,


dan kegiat an lainnya. Yang paling enak adalah bersant ai
sejenak di baw ah menara di dekat masj id bersama beberapa
teman dekat .
17.15-18.30
Kami sebanyak 3000 orang murid sudah harus berkumpul di
masj id Jami unt uk membaca Quran, shalat berjamaah dan
kemudian dilanjut kan membaca Quran di kamar.
18.30-19.30
Makan malam. Ant rian makan biasanya agak panjang.
19.30-20.00
Shalat berjamaah Isya di kamar lagi.
20.00-22.000
Belajar malam dibimbing w ali kelas di kelas. Kami bebas
membaca buku pelajaran apa saja.
22.00-04.00 Ist irahat dan t idur
Selain jadw al harian, ada juga jadw al mingguan. Misalny a
set iap hari Minggu dan Kamis adalah w akt u khusus lat ihan
pidat o. Selasa dan Jumat ada lat ihan percakapan bahasa asing
dan lari pagi. Sement ara Kamis sore adalah lat ihan pramuka.
Begitulah Amak, kehidupan ambo dan kaw an-kaw an di sin i.
Padat, penuh, capek, t api banyak yang bisa dipelajari.
Sekali lagi mohon maaf at as kesalahan ambo selama in i.
Tolong didoakan ambo sehat w alafiat dan bisa belajar dengan
baik disini.
Sembah sujud ananda Alif

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Berbekal dua kepala Pak Hart o sebagai prangko di


amplopnya, aku kirim surat pert amaku kepada Amak. Semoga
dengan surat ini, Amak t erhibur dan aku termasuk bagian
orang yang ber-unt ung mendapat ridha dan doa dari ibu.
Sepert i kat a Angku Dat uak Rajo Basa dulu, surga it u dekat ,
sangat dekat , dia di baw ah kaki ibu.
Sejak it ulah aku t erat ur menulis surat ke Amak. Satu
sampai dua kali sebulan.

Bung Kar no
Seandainya ada yang berdiri di pucuk menara masjid kami
yang sangat t inggi pada set iap malam Jumat , dia past i
mengira t elah terjadi demonst rasi, pemberont akan,
penyerangan, bahkan kudet a polit ik besar di PM. Bagaimana
pun malam it u seisi pondok riuh rendah dengan t eriakan-
teriakan penuh semangat, pukulan-pukulan di meja, teriakan
massa, dan tepuk t angan memekakkan telinga. Tiga kali dalam
seminggu, semua murid terlibat dalam sebuah rit ual gegap
gempit a: belajar pidat o.
Menurut ku, bila ingin mendapat kan pelat ihan hebat untuk
menjadi orat or t angguh dan singa podium, maka PM adalah
tempat yang t epat. Bagaimana t idak, t iga kali seminggu,
selama 2 jam kami diwajibkan mengikut i muhadharah, at au
lat ihfljy. berpidat o di depan umum. Set iap orang mempunyai
kelompolc pidat o berisi sekit ar 40 anak-anak dari kelas lain.
Set iap orang dapat giliran untuk berbicara 5 menit di depan
umum. Tidak hanya harus berpidato t anpa teks, bahkan
t ingkat kesulit annya dit ingkat kan dengan kewajiban harus
berpidato dalam 3 bahasa, Indonesia, Inggris dan Arab.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kalau dipukul rat a, set iap orang akan dapat giliran menjadi
pembicara ut ama set iap bulan. Minggu ini t iba giliranku, dan
kebagian pidato bahasa Inggris. Bulan lalu aku sudah
kebagian pidat o dalam Bahasa Indonesia. Sebuah pengalaman
menb&rkan karena pada dasarnya aku kurang nyaman di
depan publik, menjadi pusat perhat ian, apalagi sekarang
menyampaikan pidat o, dalam bahasa asing pula. Lima menit
bukan w aktu yang singkat , apalagi begitu berdiri d i depan
pendengar yang mendambakan pidat o membakar. Tapi, kali
ini aku berniat unt uk meningkat kan kualit as pidat oku dengan
berlat ih lebih banyak dan memint a Raja yang ahli pidat o
menjadi ment or.
Untuk menjadi speaker ada prosedurnya. Pert ama aku
harus menulis skrip pidat o dengan lengkap di sebuah buku
khusus. Empat puluh delapan jam sebelum pidat o, naskah
sudah harus diset or ke kakak pembimbing dari kelas 5 at au 6.
Hanya setelah naskahku diperiksa dan dit andat angani maka
aku bisa naik mimbar. Inilah repot nya, jadw al dan
kewajibanku padat sekali. Ada hapalan m ahfudzhat, lalu t ugas
membuat kalimat lengkap, t ugas pramuka, belum lagi baju
bersihku telah habis dan harus segera dicuci. Kapan aku punya
w akt u unt uk menulis naskah pidat o yang harus melalui riset
pust aka? Dalam bahasa Inggris lagi.
Telat menyetor naskah at au nekad t idak punya naskah
sama sekali, you are in a big t rouble. Di malam muhadharah
it u, ada banyak petugas pemeriksa naskah yang berkeliling
dari sat u kelompok ke kelompok yang lain. Tugasnya
memast ikan kalau para orat or hari ini t elah melengkapi
kewajiban mereka, skrip yang t elah dit andat angani
pembimbing. Hukuman berat menunggu para pelanggar.
Takut dengan potensi hukuman ini, dengan susah payah
aku berhasil menyelesaikan naskahku, set elah berkorban
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

harus pakai baju yang sama dua hari bert urut -t urut karena
t idak sempat mencuci dan sekali melew at kan mandi pagi.
Masalahnya, tenggatwakt u penyerahan t inggal 10 menit lagi,
dan kamar Kak Jamal, pembimbingku terlet ak jauh di ujung
barat PM. Tidak ada jalan lain, aku singsingkan sarung dan
berlari sekencangnya. Kak Jalai hanya geleng-geleng kepala
melihat ku t ersuruk-suruk berlari dat ang ke kamarnya unt uk
menyerahkan naskah ini. Bel berdent ang, tepat jam 4 sore:
deadline pengumpulan naskah. f mode it .
Tapi it u baru langkah pert ama. At uran mainnya, speaker
t idak boleh membaca naskah selama berpidat o, t api harus
menghapalkannya dengan fasih. Art inya, aku harus membaca
teks berulang-ulang supaya lengket di kepala. Supaya paten,
aku harus melakukan lat ihan pidat o di depan beberapa orang,
agar nant i t idak kagok ket ika berada di hadapan 40 orang.
Maka aku kumpulkan Sah ibul Menara, 5 kawanku di
pelat aran jemuran baju yang luas, di at as gedung asrama
Kordoba, unt uk menjadi penont on lat ihanku. Sebet ulnya ada
beberapa tempat lat ihan populer bagi calon speaker, yait u
dapur kosong, kelas kosong, dan tempat jemuran baju. Para
calon speaker biasanya akan prakt ek dengan berteriak-t eriak
kepada pendengar bisu sepert i bangku, meja, t iang, papan
t ulis sampai gant ungan baju. Aku memilih t empat jemuran
karena ruangan out door yang luas, t idak t erganggu orang lain
karena jauh dari keramaian, dan t idak t akut malu karena bisa
terlalu ekspresif. Maklum w ajahku past i t ert utup oleh baju-
baju jemuran yang berkibar-kibar dit iup angin.
Di. kelilingi jemuran berbagai rupa dan w arna, kawan-
kawanku duduk melingkar di lant ai dan aku berdiri d i t engah
dengan gaya seorang orat or. Pidatoku yang berjudul “The
Decandence of t he World, How Islam Solves It” aku
peragakan. Tapi t iga kali aku coba, t iga kali pula aku mandeg
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

di t engah jalan, t idak j auh dari kalimat pembuka. Kalau bukan


karena hapalanku hilang, t iba-t iba suaraku berget ar dan
mengecil sepert i lilin habis sumbu. Kawan-kaw an
memandangku dengan w ajah prihat in. Baso membenarkan
hapalan ayat dan hadist ku. At ang yang pemain t eater
mengajarkanku agar menggunakan napas perut supaya suara
menjadi bulat dan lant ang.
“Lif, coba t ahan napas di perut , dan keluarkan seakan-akan
suara dari perut . Dijamin suara lebih lant ang,” kat anya sambil
memperagakan.
Rajalah yang paling banyak memberi masukan baik dari
pro-nounciat ion bahasa Inggrisku yang sangat kepadang-
padangan, maupun dari segi t eknik penyampaian. Rupanya dia
punya jurus lebih hebat . Daripada lat ihan di ant ara jemuran
baju, menurut nya lebih baik di pinggir Sungai Bambu yang
mengalir deras di pinggir PM. Menurut Raja, air sungai yang
berbunyi konst an dan gesekan daun bambu cenderung
membuat suara kit a hilang, t api di saat yang sama melat ih
suara menjadi lebih lant ang. Karena it u, akan lebih gampang
nant i menggoncang podium.
“Unt uk menarik perhat ian pendengar, selain menggunakan
suara yang lant ang, ikat mereka dengan mat akau. Pandang
mat a mereka dengan lekat ,” saran Raja sambil mengarahkan
dua jari ke mat aku. Dia mendekat mempraktekkan. Mat anya
yang besar sepert i gundu berkilat -kilat pas di depan mukaku,
hidungnya mendengus-dengus. Dia memang sangat
menyenangi pidat o dan selalu merasa b isa membius
pendengarnya. Lat ihan pinggir sungaiku selesai seiring dengan
bunyi lonceng ke masjid. Suaraku serak.
Malam muhadharah ini aku ingin t ampil gagah. Kopiah
beludru hit am merek Sjarbaini Iungsuran Ayah kuseka dengan

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sikat halus. Karena aku belum sempat mencuci, baju lengan


panjang agak kebesaran aku pinjam dari Du lmajid. Seut as dasi
belang hit am biru abu-abu, aku ikat kan di leher.
Aku pat ut -pat ut diri di depan kaca umum yang Cuma
sebelah t u di sebuah kamar. Kopiah aku pasangkan dan aku
telengkan sedikit supaya mirip Bung Karno at au Bung Tomo.
Ada yang kurang, aku belum punya jas. Bergerilyalah aku dari
kamar ke kamar mencari jas pinjaman. Unt unglah Zulham
kawanku, punya jas pemberian pamannya dari Padang
Panjang. Warnanya cokelat muda, yang bikin gaya adalah di
bagian kedua sikunya dilapisi kain berwarna lebih t erang,
persis sepert i jas-jas d i f ilm koboi yang dulu pernah kut onton.
Bawahannya aku gm| dan dengan celana hit am semi baggy
dan sepat u fant ofelku. Mengenakan kopiah, dasi dan jas
adalafct kew ajiban bagi set iap speaker yang bert ugas.
Jreng… Jreng… aku duduk bersama t ujuh orang pembicara
di depan massa yang heboh bertepuk t angan dan berdiri bagai
menyambut kedat angan dai kondang. Jant ungku berdebur-
debur t idak karuan. Temanku di sebelah kanan melint ing
dasinya, gugup, sement ara yang sebelah kiri mengibas-
ngibaskan fora piahnya kepanasan. Kami bert ujuh t idak ada
yang damai dan : tent ram mendengar ant usiasme massa.
Untunglah, Taufik, yang bert ugas menjadi chairman at au MC
menget ok meja menenangi kan massa dan mulai membuka
acara.
“…and my brot hers, our next speaker is a young orat or
from West Sumatera, Mr. Alif Fikri. Time is yours Mr. Fikri!”
teriak Taufik dengan bahasa Inggris berlogat Tegal. Diiring i
tepuk t angan meriah aku maju ke depan, menunduk ragu
kepada hadirin dan akhirnya melangkah ke pedium t ripleks
bercat kuning di t engah ruangan.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Masih menunduk, aku coba t arik napas yang dalam dan aku
ingat -ingat nasehat Raja: pandanglah mat a hadirin. Pelan-
pelan aku angkat w ajahku menghadap ke massa dan unt uk
beberapa det ik aku diam memat ung. Lalu pelan-pelan
pandangan aku edarkan kepara hadirin. Kat a Raja, in i
namanya commanding by eyes, t ips yang dibacanya di buku
Tunt ut an Menjadi Orat or Ulung. Lalu pelan-pelan aku
hembuskan napas dari dada lew at hidung. Ini saat nya angkat
bicara, dengan suara yang aku bulat -bulat kan dari perut ,
sepert i pet uah At ang.
“My beloved Madanian, Assalaaaamualaikum Warahma-
t ullaaaah i Wabarakaaat uh!” Suaraku terdengar menggeram
berat dari dalam perut . Sengaja aku ayun-ayunkan suara,
dengan t ekanan dan nada tert inggi di akhir kalimat salam.
Sert a mert a koor balasan salam mengaum, bersemangat .
Aku merangsek dengan jurus berikut nya. Lemparkan
pert anyaan provokat if, t api sederhana.
“Do you know w hy you are st upid?”
Tidak ada jaw aban. Hening. Tapi lamat -lamat terdengar
koment ar bisik-bisik t idak yakin. Jadi aku u lang lagi dengan
suara lebih lant ang.
“Do you know ?” aku ulang lagi, “Do you know ?”
Keheningan ret ak dan pecah menjadi gaduh. Para
pendengar mulai menggeleng-gelangkan kepala sampai
menjawab t idak jelas. Sebelum mereka bereaksi lebih jauh,
aku bom mereka dengan kat a-kat a: “Because you forget t he
alhadit s and Koran. Because you forget what Allah and his
prophet s t aught ust ”
Nada suaraku semakin meninggi set iap aku t ambahkan
jaw aban at as pert anyaan hipotet ik t adi. Ini adalah gaya Bung

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Karno, orator terbaik Indonesia, ket ika membakar semangat


revolusi.
Pendengar yang t adi diam mulai bergumam, jadi berdiri dan
melet us. Tempik sorak membahana memekakkan t elinga.
Beberapa orang pendengar bahkan sampai t ersengal sengal
dengan muka merah karena kebanyakan bertepuk t angan dan
bert eriak. Hadirinku t elah tersihir. I just w on my audience.
Selanjut nya, bagai mit raliur, aku paparkan berbagai dalil
dari kit ab suci dan hadist tent ang dekadensi umat manusia
ket ika meninggalkan agama. Masih menurut buku Raja, kalau
emosi pendengar sudah berkobar, isi pembicaraan bisa jad i
nomor dua, karena apa pun yang disebut past i akan ditepuki.
Pidat oku berapi-api aku lengkapi dengan gest ure yang sesuai.
Aku kepalkan t inju, aku acungkan ke udara, aku pukul
mimbar. Aku goyang ruangan ini.
Dalam sekejap 10 menit lewat . Aku menutup pidat o dengan
salam yang bersemangat , dan aku t urun dari podium
diselimut i tepuk t angan dan sorak sorai gempit a. Badanku
bersmbah keringat, dasiku morat -marit , kopiahku juga t elah
miring kiri kanan. Tapi aku puas.
Kakak pembimbing pun tersenyum-senyum. Mereka senang
karena tugas mereka memast ikan kami menulis t eks pidat o
dani membaw akan dengan semangat , sert a memast ikan
suasana pidat o kami gegap gempit a, t idak mau kalah dengan
grup di ruang sebelah.
Wakt u t erasa bagai beliung yang menyedot hari-hariku
dengan kencang. Telah hampir setengah t ahun aku di PM. Dan
selama in i PM benar-benar t idak memberiku w akt u berleha-
leha. Semua terjadi cepat , padat, ket at . Mulai dari yang remeh
temeh sepert i mencuci sarung dan baju pramuka, belajar
habis-habisan sampai menuliskan naskah pidat o tent ang
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

perjuangan Palest ina di acara muhadharah. Sebuah


pengalaman hidup dengan akselerasi luar biasa. Raja sering
bercanda, “Kit a sepert i sedang belajar silat di kuil Shaolin yang
ket at.” Aku agak set uju dengan dia.
Seiring w akt u, pert emanan kami berenam sebagai Sahibul
Menara semakin kuat . Pelan-pelan aku merasa Said t umbuh
menjadi pemimpin informal kami. Peraw akan yang sepert i
orangtua dan cara berpikirnya yang dewasa membuat kami
menerimanya sebagai yang terdepan. Dia kerap jadi t empat
kami bert anya kat a akhir kalau ada masalah. Aku sendiri
mengagumi caranya melihat segala sesuat u dengan posit if.
Dalam hat i aku menganggap dia abang laki-laki yang aku t idak
pernah punya.
Walaupun kami punya kepribadian dan kegiat an yang
berbeda-beda, sehingga sering pula bertengkar, t api ent ah
kenapa kami merasa cocok. Sat u hal yang kami selalu sepakat
menikmat inya adalah melew at kan w akt u menjelang Maghrib di
baw ah menara masj id, sambil menat ap aw an senja yang
memerah terbakar ment ari sore. Di awan jingga it u kami
saling bercerit a t ent ang mimpi-mimp i.
Aku akhirnya mulai berdamai dengan rupa-rupa at uran
disip lin dan beban pelajaran y ang berjibun. Semua aku terima
dan aku anggap bagian dari konsekuensi keput usan setengah
hat iku untuk dat ang ke PM. Bagaimanapun aku semakin
menikmat i pengalaman baru di PM, t et ap saja ada yang masih
sering hilang t imbul dan kerap mengganggu pikiranku:
kandasnya cit a-cit a masuk SMA. Surat -surat Randai yang terus
dat ang dan bercerit a tent ang SMA-nya bagai meniup api
dalam sekam.
Aku t ahu benar bet apa senangnya Randai menunt ut ilmu d i
SMA. Bahkan mungkin, 3 t ahun lagi dia akan t erbang ke

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bandung unt uk masuk ITB. Di baw ah naungan menara, aku


masih sering berkeluh-kesah kepada kaw an-kaw anku tent ang
masa depan setelah PM.
Sialnya, Said, At ang dan Dulmajid yang sudah merasakan
bangku SMA t idak memungkiri keindahan masa lalu mereka.
“Lif, cobalah kau dengar baik-baik. Memang SMA it u masa
yang indah. Dunia set iap hari adalah dunia yang indah, senang
dan gembira. Kit a cuma agak st res kalau mau uj ian saja.
Selebihnya adalah bermain. Kalau di PM, set iap hari kit a
sepert i ujian,” kat a At ang meneraw ang sambil t ersenyum. Dia
t ampaknya menikmat i kenangan SMA-nya. Dulmajid
mengangguk-angguk mengiyakan sepert i burung bet et sedang
girang.
“Bet ul, masa yang t idak terlupakan. Tapi yang indah bukan
berart i masa yang paling berguna untuk mempersiapkan
ment al dan kepribadian kit a. PM adalah t empatnya,” pidat o
Said dengan gayanya yang selalu sok dewasa.
“Karena t idak merasa mendapat kan sesuat u buat ment al
dan kalbu, aku memut uskan ke sini,” t ambah At ang. Kali in i
dia t idak meneraw ang lagi. Mat anya tert uju ke t angannya
yang memegang buku t ugas hapalan Mahfudzhat dan Al-
Quran unt uk besok. Dulu aku anak yang sangat pemalu unt uk
t ampil di depan umum, apalagi harus berpidat o panjang lebar.
Kini, t iga kali lat ihan pidat o dalam seminggu, lat ihan menjadi
imam sha-lat , belum lagi berbagai kegiat an sepert i pramuka,
pelan-pelan menambah kepercayaan diriku di muka umum.
Kalau dulu t anganku dingin dan suaraku berget ar-get ar sepert i
mau menangis, sekarang t anganku t erkepal dan suaraku mulai
bisa normal. Perubahan ini t idak t erjadi semalam dua malam.
Awalnya semua kebiasaan baru ini aku paksakan t erjadi. Aku
buat -buat saja seakan-akan aku orat or ulung, mengikut i

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

contoh kawan-kaw an dan kakak-kakak yang lebih hebat .


Memekik sana memekik sini, mengepalkan t angan di udara,
t unjuk sana dan sini sampai menggedor-gedor
podium.Ternyat a lama-lama, kepura-puraan posit if ini menjadi
kebiasaan dan kenyat aan yang sebenarnya. Ajaib!
Wejangan Kiai Rais t erasa dekat, “Jangan berharap dunia
yang berubah, t api diri kit a lah yang harus berubah. Ingat
anak-anakku, Allah berfirman, Dia t idak akan mengubah nasib
sebuah kaum, sampai kaum it u sendirilah yang melakukan
perubahan. Kalau kalian mau sesuat u dan ingin menjadi
sesuat u, jangan hanya bermimpi dan berdoa, t api berbuadah,
berubahlah, lakukan saat ini. Sekarang juga!”

Mar ado na Hapal Ou r an


“Selamat dan jaga et ika menulis dan pat uhi deadline kat a
Ust ad Salman. Tapak t angan kurusnya menjepit t anganku
erat . Lalu bagai mengalungkan medali emas olimp iade,
dengan hikmat dia menyampirkan t anda pengenal dengan fot o
diriku dan t ulisan berhuruf tebal di at as kert as seukuran KTP:
Wart awan. Wow, perasaanku melayang dan senang bukan
main. Rasanya saat it u aku siap menjelma menjadi Goenaw an
Muhammad, bos TEMPO, majalah yang selalu menjadi
referensi kami. Aku baru saja menyelesaikan pelat ihan 3 hari
unt uk menjadi w art aw an majalah kampus kami, Syams,
mat ahari.
Untuk kegiat an luar kelas, aku memilih bergabung dengan
majalah kampus karena aku sangat t ert arik belajar menulis
dan memot ret . Unt uk urusan t ulis-menulis ini, sebelumnya
beberapa kali aku menjadi finalis lomba menulis di PM. Ini
yang membakar semangat , selalu menjadi finalis, t idak pernah
Padahal aku merasa cukup baik di b idang ini. Unt uk
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

memperkuat skill menulis in ilah kemudian aku melamar dan


ikut t es menjadi w art aw an Syams.
Setelah tercat at sebagai kuli t int a majalah kampus, aku
banyak belajar dari ment or-mentor menulisku, salah sat unya
Ust ad Salman. Bahkan aku berani menulis puisi dan cerpen
unt uk di-kirim ke majalah dan koran yang t erbit di Jawa dan
Sumatera. Hasilnya? Berkali-kali aku mendapat kan amplop
tebal koran-koran ini, berisi naskahku sendiri dan surat
permint aan maaf belum bisa memuat t ulisanku dengan
beraneka alasan. Tapi sesuai k at a sakt i y ang aku percayai it u,
man jadda w ajada, aku berusaha t idak kendor.
Mungkin memang t ulisanku belum cukup bagus. Satu-sat u-
nya t ulisan kirimanku yang dimuat oleh surat kabar Jawa Pos
adalah sebuah t ulisan 3 paragraf: sebuah surat pembaca.
Walau hanya surat pembaca, aku t et ap senang. Rasanya
hebat sekali opini kit a—walau dalam bent uk surat pembaca—
dimuat di koran besar dan dibaca banyak orang. Kliping surat
pembaca ini bahkan aku abadikan di dalam diariku, sebagai
bukt i t ulisanku juga bisa dicet ak di luar PM.
Privilege yang aku punya sebagai w art aw an kampus adalah
izin unt uk memegang kamera dan menggunakannya. Tanpa
menjadi anggot a klub fot ografi dan kru majalah, t idak ada
yang boleh menggunakan kamera di PM. Selain mengirimkan
naskah t ulisan, aku juga pernah mengirimkan foto-fot o
kegiat an PM ke majalah-majalah I slam. Tapi t idak pernah
dimuat .
Untuk urusan pot ret -memot ret , aku sudah belajar sejak
kelas lima SD. Pada suat u Idul Fit ri, Ayah menerima hadiah
kamera Yashica bekas dari Pak Etek Gindo yang pulang
berlibur dari Cairo. Ayahku senang bukan kepalang. Ke mana
saja dia membaw a kamera ini dan memot ret apa saja. Wakt u

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

it u jarang sekali orang punya kamera pr ibadi. Lama-lama dia


menjadi fotografer t idak resmi di acara-acara kampung kami.
Dia dengan senang hat i memot ret t anpa memungut bayaran.
Sedangkan orang sekampung juga senang ada t ukang pot ret
grat isan. Sedikit -sedikit Ayah mengajariku memot ret dan mulai
memberiku kepercayaan unt uk memot ret acara sepert i
perpisahan kelas enam di SD, khat am Al-Quran di madrasah,
sampai ke adikku.
Sedangkan unt uk bidang olahraga, aku memilih silat dan
sepakbola. Aku ant usias sekali bergabung dengan perguruan
silat Tapak Madani. Apalagi dulu w akt u kecil belajar silek
kumango, salah sat u aliran silat Minngkabau dari lingkungan
surau dan dikembangkan oleh Alam Basifat Syekh
Abdurahman Al Khalidi di Surau Kumango, Tanah Dat ar. Yang
menarik perhat ianku adalah langkah sfefciraaF simbolkan
sebagai langkah Alif, Lam, Lam, Ha dan Mim, Ha, Mim, Dai,
yang merupakan huruf Arab dari kalimat Allah dan Muhammad
Sayang, jadw al lat ihan silat t idak cocok dengan jadw al
lat ihan menulis di Syams. Akhirnya aku memilih sepakbola
saja. Kaca Kiai Rais, “pilih lah kegiat an berdasarkan minat dan
bakat mu sehingga bisa mengerjakannya dengan penuh
kesenangan dan hasil bagus.” Memang kalau sudah m ain bola
dan menulis, rasanya t idak ada capeknya.
Untuk sepakbola aku bergabung dengan t im asrama Al-Barq
Banyak piala yang diperebut kan set iap t ahun di PM, mulai dari
lomba drama, pert unjukan musik, kesenian, majalah dind ing,
pidat o, sampai lomba menghias asrama. Tapi t idak ada yang
mengalahkan kepopuleran Liga Madani, kompet isi ant ar
delapan asrama yang berjalan sepanjang t ahun dan berakhir
dengan final d i set iap akhir t ahun. Juaranya menggondol Piala
Madani, lambang supremasi sebuah asrama di PM.
Walau ikut lat ihan bersama t im asrama, aku bukan t im int i
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dalam kompet isi ini. Kat a Kak Is, post ur tubuhku yang kurus
kurang pas unt uk bert arung keras dengan t im lain. Alhasil, aku
menjadi anggot a t im penggembira unt uk melayani lat ihan t im
ut ama saja. Tapi it u saja sudah membuat ku senang. Apalagi
t im kami sekarang berpeluang masuk babak selanjutnya
setelah menang dua kali melaw an asrama lain dengan Said
sebagai t op scoret dengan t iga gol.
Di Man injau dulu, t idak ada lapangan bola yang bagus
unt uk lat ihan. Aku dan t eman masa kecilku belajar main bola
di at as t anah saw ah yang habis disabit . Setelah akar pad i
dibersihkan, t anah di saw ah itu berlubang-lubang, basah, dan
liat . Ket ika mengejar bola, sering kami t erjerembab karena
kaki kami melesak ke dalam t anah yang gembur. Keadaan
semakin parah ket ika hujan turun. Saw ah yang gembur
berlinang-linang dengan lumpur yang tebal. Risikonya semakin
gampang terpeleset dan berguling-guling di lumpur. Yang
terjat uh jadi bahan ejekan dan sorakan kami.
Setelah lelah bermain, kami t idak ubahnya sepert i kerbau
keluar dari kubangan. Supaya t idak dimarah i orangt ua karena
berlepot an t anah, kami mencebur dan berenang dulu di Danau
Maninjau. Badan boleh bersih, t api sayang bau lumpur t idak
bisa h ilang. Amak tet ap t ahu dan memarahiku sampai d i
rumah*
Sebaliknya, Said dengan semangat memilih hampir semua
cabang olahraga yang ada, mu lai silat , sepakbola dan t erakhir
body building. Aku t idak habis pikir bagaimana dia membagi
w akt u lat ihan. “Kalau diniat kan, semuanya bisa diat ur akhi,”
jaw abnya sambil bergegas memakai sepat u bola. Belakangan
dia menyerah juga dan hanya memilih 4 cabang olahraga.
At ang yang memakai kacamata bergagang tebal sepert i
Clark Kent , sesuai bakat nya, langsung larut dengan lat ihan-

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lat ihan teater yang menurut ku t erlalu dibuat -buat . Kalau


bukan melolong-lolong t anpa sebab dengan memasang muka
masam dan ser ius, maka pemain t eat er ini bisa t ert aw a-t aw a
sambil bergulingan. Sungguh t idak bisa aku mengert i. “Inilah
namanya penjiw aan, dasar ent e t idak mengert i seni,” begit u
jaw ab sinis mendengar hujat anku. Tangannya membet ulkan
kacamatanya yang t idak melorot.
Selain t eater, At ang mengaku punya sebuah keinginan
terpendam, yait u menjelma menjadi Teuku yang membaca Al-
Quran dengan suara bak gelombang laut an yang bergelora.
Walau t ahu modal suaranya yang pas-pasan, At ang t et ap
membulat kan t ekad . unt uk menjadi anggot a Jammiat ul Qura,
sebuah grup mengasah suara dan kefasihan melant unkan ayat
Tuhan.
Namun, di ant ara kami berlima yang paling t ahu apa mau
adalah Raja. Bahkan sejak kami pert ama menjejakkan, kaki d i
PM dia t elah pernah bergumam akan belajar menjadi singa
podium, yang mampu membakar semangat pendengar, dalam
berbagai bahasa dunia pula, sepert i Bung Karno. Unt uk it u dia
langsung bergabung dengan English Club yang mengajarkan
bar gaimana berpidat o, berdiskusi, dan berdebat dengan baik.
Baso si pemilik photographic memory ini t elah bertekad
bulat unt uk bisa menghapal t iga puluh juz Al-Quran selama di
PM segera bergabung dengan kelompok Thahfidzul Quran.
Sejauh ini, dia telah berhasil menghapal juz Amma yang punya
surat pendek-pendek. Selain it u dia juga terdaft ar sebagai
anggot a kelompok Kajian Islam, kelompok diskusi yang
membahas tent ang, ilmu-ilmu Al-Quran. Uniknya, penggant i
olahraga, dia memilih ikut kursus pijit refleksi t elapak t angan
dan kaki untuk pengobat an.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sedangkan Dulmajid, t idak lain dan t idak bukan,


memuaskan nafsu membacanya dengan bergabung sebagai
t im perpust akaan. Dengan menjadi bagian t im ini d ia b isa
set iap hari dikelilingi buku. Sesekali dia ikut membant u
majalah Syams. Dan dalam rangka ing in menjadi sepert i Icuk
Sugiart o, Dulmajid juga mendaft ar sebagai anggot a klub
bulut angkis.
Dua kali seminggu aku mengikut i lari pagi bersama yang
mirip karnaval kepagian. Tepat setelah Subuh, ribuan murid
dengan seragam olahraga asrama masing-masing berbaris
rapi, dikomandoi seorang pet ugas olahraga yang memakai
peluit . Lari pagi hukumnya w ajib, set iap t indakan t idak lari
pagi adalah kunjungan ke mahkamah.
Prit … prit . prit .. begit u irama peluit mereka agar langkah
pasukannya terat ur. Selama set engah jam lebih kami lari pagi
melint as jalan-j alan desa yang masih disaput kabut , melewat i
peternakan, rumah-rumah sederhana, saw ah, dan kali.
Kalau lari dilakukan bersama karena w ajib, maka sepakbola
kami w ajibkan sendiri karena permainannya yang heboh.
Apalagi khusus masalah si kulit bundar ini, PM punya sebuah
kompet isi ant ar asrama yang riuh. Set iap pert andingan
dipenuhi suport er kedua belah pihak. Selain it u, juga ada
pert andingan persahabat an PM Select ion dengan para t im
t amu yang dat ang dari kot a-kota lain. Tidak ket inggalan pula
t urnamen sepakbola yang lebih kecil unt uk para ust ad dan
pegaw ai E almukanam, pimpinan PM, Kiai Rais sendiri
kabarnya akan main.
“Kapan ya kit a bisa lihat beliau main bola?” kepada siapa-
siapa ket ika kami berkumpul di bawah menara.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Mana mungkin Kiai Rais main bola. Beliau itu kiai dan hapal
Quran pula,” sergah Baso dengan w ajah paling hakul yakin
yang dia punya.
“Main bola bukan barang haram, mungkin saja,” sangkal
Said agak kesal.
Kiai Rais adalah sosok yang bisa menjelma menjadi apa
saja. Set iap Jumat sore, di depan ribuan muridnya, sambil
mengehlfci elus jenggot nya yang rapi, dia dengan telat en
membimbing kami menafsirkan ayat -ayat Al-Quran dengan
cara yang sangat memikat . Pada kesempat an ini dia memakai
pakaian jubah put ih panjang, kopiah haji dan sorban t ersampir
di bahu, layaknya seorang syaikh pengajar di Masj id Nabawi.
Tidak salah, dulu dia menunt ut ilmu di Madinah Universit y.
Selain menggondol gelar MA di bidang t afsir, dia juga
menggondol pengakuan sebagai seorang haafiz, penghapal Al-
Quran.
Set iap aw al musim uj ian, dia kembali t ampil di podium aula
dengan gaya mot ivat or yang membakar semangat kami. Kali
ini t anpa sorban, dia memakai kemeja put ih, berdasi,
bercelana hitam, sepat u mengkilat dan memakai kopiah hit am.
Penampilannya pas sekali sebagai seorang administ rat or
pendidikan yang t erpandang. Mat anya mendelik-delik lincah,
mengingat kan aku pada salah sat u cit a-cit a profesiku dulu,
menjadi Habibie. Set elah mendengar dia bicara, rasanya apa
saja bisa kami t erjang dan pelajari.
Bagi Baso, Kiai Rais adalah kiai yang cocok jadi guru, bukan
pemain bola.
Sampai pada suat u hari, TOA pengumuman yang terpasang
di ujung koridor asrama kami beibunyi nyaring:

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Ayuhal ikhw an, saksikan besok sore, sebuah pert andingan


bergengsi ant ara Klub Guru dan Kelas 6 Select ion.
Menghadirkan pemain-pemain t angguh yang ada di PM,
bahkan Kiai Rais sendiri akan ikut t urun, jangan ket inggalan…
saksikan…..
“Kiai Rais main bola? Kok bisa ya?” kat a Baso tergagap
bingung. Dia yang selama ini begit u mengidolakan kehebat an
Kiai Rais menghapal Al-Quran rupanya gagal menyambungkan
penghafal Quran dan sepakbola. Baginya it u dua dunia yang
benar-benar berbeda.
“Nah apa kubilang. Ya bisa lah, boleh kan, seorang kiai pun
main bola!” bela Said bersemangat . Tangannya digosok-gosok’
kan, sepert i seorang kelaparan akan menyambar hidangan
lezat . Mat anya berkilat -kilat , t idak sabar menont on
pert andingan ini.
“Kenapa bingung kamu Baso? Rugi kalau k it a t idak nonton,”
kat anya lagi.
Aku, Said, Raj a, At ang dan Dulmajid sepakat kami harus
ada di lapangan. Kami sepakat t idak ada jadw al kumpul di
baw ah menara besok. Kami akan langsung ke lapangan
sepakbola lengkap dengan sarung dan kopiah, supaya nant i
t idak perlu lagi pulang ke asrama begit u bel ke masjid
berbunyi. Baso masih meneraw ang, mat anya t idak yakin.
Baginya, kait an ant ara penghapal Al-Quran dan pemain
sepakbola tet ap sebuah mist eri.
Said sepert i mendidih melihat kaw annya yang sat u ini t idak
mengert i juga.
“Eh Baso, ant a kan hapal banyak hadist . Nah, ingat gak ha-
dist yang bilang bahw a Nabi it u ingin umatnya sehat dan kuat .
Makanya dianjurkan kit a bisa berbagai ket erampilan fisik,

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mulai dari memanah, berkuda dan berenang. It u art inya olah


raga, Nabi saja olahraga, masak Kiai Rais t idak. Apalagi kamu
…,” kat anya menyorongkan telunjuknya ke muka Baso sampai
Baso terlonjak kaget menghindari telunjuk Said yang hampir
mengenai hidungnya. Baso t ampak berpikir keras sebelum
akhirnya set uju unt uk ikut ke lapangan besok.
Tepat setelah Ashar, kami set engah berlari menuju
kelapangan karena t idak mau kehabisan tempat . Sarung kami
pakai agak t inggi supaya bisa melangkah lebih lebar. Benar
saja pinggir lapangan telah dijejali oleh banyak murid, ust ad
juga orang-orang dari luar PM. Sejumlah kursi yang t erbat as
Mulai t erisi, yang t inggal hanya daerah unt uk berdiri. Delapan
corong TOA besar yang dipasang melingkari lapangan
kemerosok sebent ar sebelum kemudian mengeluarkan suara
gegap gempit a koment at or bola PM yang paling t erkenal,
bernama Amir Tsani. Dengan suara berat dia mulai
memperkenalkan kedua t im kepada penonton.
“Ayyuhal ikhw an. Saudara-saudara semua. Selamat dat ang
dalam pert andingan pent ing ini. Saya akan perkenalkan para
pemain dari kedua t im, yait u…” Dia menyampaikan semua
koment ar dalam Bahasa Arab, karena minggu ini minggu w ajib
berbahasa Arab.
Sebagai kelas paling senior, kelas 6 menurunkan pemain
terbaik yang muda dan sigap. Di ant aranya adalah Raj ab Sujai,
yang dianggap sebagai bek terbaik PM karena kecepat an dan
postur t ubuhnya yang liat menghadang penyerang mana pun.
Kak Rajab ini t idak lain adalah Tyson yang menjabat bagian
keamanan. Sement ara, kelompok guru yang relat if lebih tua
juga t idak mau kalah, mereka punya playmaker Ust ad Torik
yang selama ini dikenal sebagai sang don dalam masalah
keamanan PM. Para siswa kelas 6 ini sangat paham reput asi si
don ini. Kat a-kat anya adalah hukum. Mendengar namanya
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

saja, siswa kelas sat u bisa pucat pasi. Tim guru juga diperkuat
oleh pemain bert ahan Ust ad Abu Razi, dedengkot mabikori,
badan tert inggi pramuka di PM. Badannya bongsor,
bercambang, gempal, kira-kira sepert i Hulk, t api edisi w arna
hit am. Dengan t ongkrongan raksasa in i, penyerang mana pun
akan jeri unt uk menusuk pert ahanan law an.
Nah, yang paling dapat sambut an meriah adalah ket ika
Amir Tsani bert eriak, “Dan sebagai st riker ut ama t im guru,
fahuw a alkiram Kiai Rais…!” Suara Amir hilang tertelan tepuk
dan sorak-sorai seisi lapangan.
Kiai Rais masuk ke lapangan dengan t akzim dan melambai
sekilas ke arah penont on. Yang paling membuat aku
terperanjat adalah penampilannya. Surban bergant i topi
baseball, sarung bergant i celana t raining panjang berw arna
hit am, jubah bergant i kaos sepakbola bernomor sepuluh,
bert uliskan Maradona, pahlaw an Argent ina di Piala Dunia
1986. Yang masih sama adalah jenggot nya yang panjang
terayun-ayun set iap dia menyepak bola. Konon, ket ika dia
masih menjadi mur id sepert i kami, Kiai Rais adalah st riker
andalan PM, dan sering merobek gaw ang lawan dengan
tendangan kanonnya yang melengkung-lengkung.
Pert andingan berjalan seru. Awalnya t im kelas 6 t ampak
masih malu-malu berhadapan dengan guru mereka, apalagi
dengan Kiai Rais. Di paruh pert ama, Kiai Rais memperlihat kan
kemampuannya mengolah bola lengkung dan beberapa kali
mengancam pert ahanan lawan. Barulah menjelang t urun
minum Kiai Rais dengan lincah mampu meliuk-liuk melew at i
bert ahan lawan dan dengan gaya yang efisien, mencungkil
bola ke at as kepala kiper yang terlanjut maju.
…yarmi kurrah ila w asat , ilal yu sra, w a gooool.’ Teriak Amir
sang koment ator heboh.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

1-0 untuk para guru. Penont on bergemuruh. Said berteriak


ke telinga Baso, “Tuh, ini namanya Maradona”. Baso sama
sekali t idak merasa t ersindir karena terpana dengan kehebat an
idolanya.
Masuk babak kedua, barulah umur yang berbicara. Kiai Rais
digant ikan guru yang lebih muda. Tim guru sepert i kehabisan
gas, lemas, dan mudah terbawa angin permainan kelas 6.
Dengan fisik lebih muda, mereka merajalela dan menut up
pert andingan dengan skor 3-1. Walau t im guru kalah, kami
tet ap senang karena berhasil melihat Kiai Rais junjungan kami
membuat gol dengan indah.
“Ayyuha ikhw an, Terima kasih at as kehadiran semua, dan
sebuah pengumuman dari keamanan pusat agar semua ot ang
segera ke masjid karena w akt unya telah t iba,” t ut up Amir dek
ngan penuh ot orit as, masih dengan bahasa Arab yang fasih,
kefasihannya in i sempat membaw a sengsara bulan lalu, ket ika
orang w ali mur id yang berkunjung protes karena mendengar
ada ayat -ayat suci diteriakkan di lapangan dengan cara
serampangan, di t engah pert andingan bola lagi. Unt ung ada
Kak Burhan, sang pemandu t amu yang selalu punya jaw aban,
bahw a ini bukan mengaji, t api koment at or sepakbola. Wali
murid ini dengan muka merah mengangguk-angguk malu.

Berlian d ar i Belgia
Salah sat u bagian pent ing dari qanun adalah pengat uran
arus informasi yang sampai kepada kami para mur id. Agar
semua informasi mengandung pendidikan, semua saluran
hamil dikont rol dan disensor. Di PM, kami hanya bisa
membaca 3 koran nasional yang t elah disensor oleh bagian
keamanan dan pengajaran. Potongan kert as put ih dit empel
khusus di bagian tulisan yang disensor.
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lembar-lembar koran dit empel di panel kaca bolak balik


yang t ersebar di beberapa sudut PM dan selalu dirubung oleh
banyak murid. Karena kami t idak bisa membolak-balik
halaman kert as koran, yang kami lakukan kalau ingin
membaca sambungan berit a adalah berpindah ke panel yang
lain, at au pindah ke seberang panel, tergant ung lanjut an
berit a ada di mana. Beberapa bagian yang disensor selalu
menjadi perhat ian kami, khususnya bagian iklan film. Dengan
meneraw ang melawan mat ahari, kadang kala kami b isa
membaca judul filmnya samar-samar, sepert i: Bangkit nya Nyi
Roro Kidul, Rat u Buaya Put ih, Golok Set an, Dongkrak Ant ik
dan lainnya. Sedangkan pemain filmnya t idak jauh dari sekit ar
Barry Prima, Suzanna, at au Warkop.
Said paling kesal dengan sensor ini. Kekesalan ini menjelma
jadi cit a-cit a. “Aku ingin menjadi t ukang sensor ini saja nant i,”
kat anya set iap kami berdesakkan membaca koran sore hari.
Art inya dia harus jadi bagian keamanan pusat Sepert i Tyson!
Panel kaca t idak bisa mengakomodasi majalah sehingga
t idak ada sumber berit a tert ulis selain koran. Tapi kalangan
guru boleh membaca majalah sepert i Tempo. Untunglah
sebagai bagian dari awak majalah sekolah, aku punya akses
ke perpust akaan khusus guru yang menyediakan majalah
Tempo.
“Kalau kalian ingin bisa menulis berit a dengan baik dan
enak dibaca, menggunakan bahasa yang bercerit a dan
sast raw i, maka sering-seringlah membaca Tempo. Mereka
punya st andar bahasa yang t inggi,” begit u pet uah Ust ad
Salman berkali-kali, set iap kami mengadakan pert emuan
bulanan redaksi dan pena-sehat majalah.
Dengan mat a berbinar-binar aku selalu larut dengan
berbagai laporan seru w art aw an Tempo langsung dari Mesir,

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Amerika, Aust ralia, sampai Jepang. Semua dikemas dengan


bahasa yang enak dibaca dan ist ilah-ist ilah yang canggih, yang
terus terang aku hanya berpura-pura mengert i saja. Walau
sekarang ada di PM, belajarnya adalah agama, aku t idak malu
bermimpi suat u saat bisa menjadi w art awan Tempo yang
melaporkan berit a-berit a pent ing dan terhormat dari berbagai
belahan dunia. Diam-diam aku mulai mempert imbangkan
menggant i cit a-cit aku dari Habib ie menjadi w art aw an Tempo.
Yang juga t idak aku lewat kan adalah Cat at an Pinggirnya
Goenaw an Muhamad. Bagiku ini adalah bahasa para peri yang
membuai. Sejujurnya, lebih banyak yang t idak aku mengert i,
t api tet ap aku paksakan membacanya. Rasanya kok aku
menjadi lebih pint ar dan t erhormat kalau bisa bilang pada
orang lain bahw a minggu ini aku t elah membaca t ulisan GM—
begit u namanya diringkas di Tempo.
Walau media lokal disensor ket at , PM membebaskan kami
menerima majalah dari luar negeri, karena in i bagian! yek
mendalami bahasa Arab dan Inggris. Maka berbondong
bondonglah kami melayangkan surat ke seluruh dunia,
Amerika Serikat , Belanda, Jerman, Inggris, Pakist an, sampai
Arab Saudi. Tidak perlu susah mengarang karena senior kami
sudah punya t emplat e surat puja-puji yang manjur unt uk
membujuk siapa pun mengirimi kami majalah dan buku grat is.
Sebenarnya, int i surat nya cuma sat u: Dengan hormst,
Wshsi orang baik di luar negeri sana, t olong kirimi kami
sebanyak mungkin dan secepat mungkin majalah dan buku
grat is! Dialamat kan ke mana? Senior kami juga sudah list
organisasi daft ar yang b isa dihubungi. Alamat ini t elah
bert ahun-t ahun teruji mampu dan mau meladeni surat -surat
dari PM. Tapi ada yang mengirim surat membabi but a. Asal
melihat ada alamat luar negeri yang kayaknya ada free
pw Mtcat ion-nya, dikirim saja. Yang jelas, akibat hist eria
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menulis surat ke luar negeri ini set iap hari bert umpuk-t umpuk
paket -paket dan amplop berisi barang cet akan dat ang dari
berbagai negara.
Sebulan yang lalu kami berenam sama-sama mengirim bp?
berapa surat unt uk dapat majalah grat is. Dari pengalaman
selama ini, barulah setelah sebulan ada kemungkinan jt oflfiMfg
dat ang. Sudah beberapa hari ini aku, Raja dan Said raj in
berdesak-desakkan dengan puluhan murid lainnya di
pengumuman penerima paket yang selalu diperbarui set iap
jam 4 sore. Hanya Said yang t inggi besar le luasa melihat
t anpa berjinjit -jinj it sepert i penguin sedang kasmaran.
“Alif dan Raja, kalian ada d i daft ar penerima barang t uh!”
teriak Said. Dia hanya but uh memanjangkan leher untuk bisa
membaca semua nama. Mat anya terus menuruni daft ar nama
sampai ke paling terakhir sebelum akhirnya menyerah.
“Nggak ada lagi… nggak ada lag i… Kapan ya BBC mengirim i
brosur liga Inggris,” keluhnya dengan w ajah sepert i anak TK
kehilangan mobil-mobilan.
Said memang sangat bersemangat mendapat kan segala
terbit an yang berhubungan dengan kompet isi sepakbola
Eropa, khususnya liga Italia dengan idolanya Marco van
Bast en dan Ruud Gullit dari AC Milan. Sebelumnya, dia t elah
dapat brosur dari liga Jerman dan Italia, t inggal Inggris yang
dinant i-nant inya.
Hari ini aku menerima t iga kiriman sekaligus. Dua amplop
put ih kecil dan sebuah amplop cokelat tebal diserahkan oleh
pet ugas sekret ariat setelah mencek papan namaku memang
sama dengan alamat penerima. Membuka bungkusan kiriman
luar negeri adalah sensasi yang sulit digambarkan. Senang,
harap-harap cemas, bangga, dan t idak sabar. Ujung amplop
berlabelkan “par avion” dan cap bergambar burung elang ini
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

aku robek pelan-pelan, seakan-akan sebuah kert as berharga.


Sebuah buku tebal aku tarik keluar dengan riang.
“Wah, buku percakapan Indonesian-American English dari
Radio Amerika!” t eriakku kaget . Secarik surat pendek
menyert ai dan berbunyi: “Mr. Fikri, enjoy your free copy of
t his book. Thank you. VOA Indonesian Service.”
Sudah lama aku mint a buku ini t anpa ada balasan dan
sudah hampir lupa kalau pernah menulis ke sana. Giliran
amplop kecil aku robek. Sebuah surat berlogo gambar singa
dari sebuah museum Inggris memint a maaf karena t idak bisa
mengirimkan publikasi gr at is karena hanya diperunt ukkan
unt uk member saja. Luar biasa, unt uk bilang t idak bisa saj a
sampai harus mengirim surat sendiri, jauh-jauh ke PM. Aku
t idak habis pikir dan terkesan dengan gaya dan et ika mereka.
Amplop yang berisi brosur penerimaan mahasisw a baru di
sebuah universit as di India.
Puas rasanya bahw a dunia in i mendengar dan
meresponsku. Puas rasanya menyadari kalau kit a mau
berusaha menget ok pintu, kemungkinan besar akan ada yang
menjawab. Di lain kesempat an aku pernah dapat inflight
magazine JAL Airlines, bullet in t iga bulanan bahasa Arab
tent ang Pakist an, sampai jadw al siaran Rad io Rusia.
Raja yang paling agresif dalam perkara kir im mengirim
surat ini, khususnya untuk penerbit an berbahasa Inggris.
Seakan-akan di mat anya dunia ini t oko buku serba ada yang
grat is. Tinggal mint a, nant i past i dat ang. Tidak sia-sia, paket
rupa-rupa kerap dat ang untuknya. Ada kat alog ekspo
teknologi di Jerman, buku belajar bahasa Inggris dari Radio
Aust ralia, new sletter dari Radio Belanda dan y ang paling aneh
kat alog perhiasan int an berlian dari Antwerp, Belgia. Selama

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

it u unt uk kepent ingan belajar berbahasa Inggris, hampir


semua publikasi dari Negeri Barat ini dibolehkan oleh PM.

Sah ir ul Lail
Kalau sudah dibakar oleh mot ivasi Kiai Rais, aku t et ap agak
grogi menghadapi ujian ini. Beda sekali dengan semua ujian
yang pernah aku rasai sebelum ini. Bebanku terasa berlipat
ganda, karena t erdiri dari ujian lisan dan t ulisan. Selain it u
pelajaran lebih sulit karena t idak dalam bahasa Indonesia.
Yang membuat aku gamang adalah kelemahanku dalam
bahasa Arab dan hapalan. Aku bahkan t idak t ahu apakah
kualit as bahasa Arab yang aku punya cukup unt uk membuat ku
naik kelas. Kalau belajar bersama, aku selalu minder dengan
kehebat an Baso dan Raja. Keduanya, terut ama Baso, sangat
gampang dalam menghapal. Sement ara kualitas bahasa
Arabnya t inggi dengan t at a bahasa dan kosakat a yang kaya.
Sement ara aku? Semua pelajaran bagiku adalah kerja keras
dan perjuangan. Yang aku syukuri, dua kawan cerdasku ini
orang baik yang selalu mau membantu dan berbagi ilmu.
Mereka masih bersedia berulang-ulang menerangkan bab-bab
yang aku t idak paham-paham berkali-kali. Aku mencoba
menghibur diri bahw a aku t idak sendiri. At ang, Dulmajid dan
Said juga punya masalah yang mirip, dan kami sangat
bert erima kasih kepada Baso dan Raja.
Maka, di diari t erpercayaku, aku t uliskan rencana konkrit
unt uk mengat asi masalah ujian ini. Yang pert ama, aku ingin
meningkat kan doa dan ibadah. Salah sat u hikmah ujian bagiku
ternyat a menjadi lebih mendekat padaNya. Bukankah Tuhan
telah berjanji kalau kit a memint a kepadaNya, maka akan
dikabulkan?

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Aku akan menerapkan prakt ik berprasangka baik bahw a


doaku akan dikabulkan. Tapi berdoa saja rasanya kurang
cukup. Aku mencanangkan unt uk menambah ibadah dengan
shalat sunat Tahajjud set iap jam 2 pagi. Di papan
pengumuman asrama t elah t ert ulis, “Daft arkan diri kalau ingin
dibangunkan shalat Tahajud malam in i”. Aku langsung
mendaft ar untuk dua minggu ke depan.
Bawaan alamiku, sepert i juga keluarga Ayah dan Amak,
berbadan kurus dan kecil. Masalah vit amin ini cerit a lama.
Wakt u aku masih SD, Ayah kadang-kadang di awal bulan
membelikan kami vit amin C yang berw arna oranye di bot ol
plast ik kecil dan rasanya asam-asam manis. Sekali-sekali
beliau pulang membaw a sebotol minyak ikan yang berw arna
put ih. “Minum minyak ikan dan v it amin ini supaya cepat t inggi
dan besar,” bujuk Ayah w akt u it u. Mendengar iming-iming
t inggi dan besar, aku yang berbadan mungil langsung bersedia
menelan minyak ikan w alau rasanya membikin mual-mual. Di
lain w aktu Ayah pulang membaw a t ablet obat cacing. “Agar
cacing mat i dan w aang cepat gapuak″ kat a Ayah
menerangkan. Aku sekarang t ahu kalau dia sangat risau
dengan nasib anak bujangnya sat u-sat u ini yang t et ap kurus
dan kecil. Selama minum vit amin dan minyak ikan, berat ku
naik dan p ipiku lebih t embem. Tapi begitu berhent i, aku
kembali t et ap saja kurus dan kecil.
Dan aku hakul yakin, kerja keras selama dua minggu dan
belajar malam past i membuat ku lebih kurus lagi. Karena it u
rencana lain yang aku t ulis adalah memperbanyak makan dan
menambah gizi. Kin i, set iap makan, aku usahakan makan
selalu menambah nasi, w alau t anpa t ambahan lauk karena
set iap orang hanya dapat sat u kupon lauk.
Untuk mendongkrak st amina dan gizi, aku berketet apan
unt uk membeli mult ivit amin, madu, dan telur ayam kampung.
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Janji y ang dit awarkan vit amin dan segala macam pil membuat
aku selalu mau membelinya sekali-sekali.
Adapun t elur dan madu adalah resep rahasia Said.
Menurut nya, dengan mencampur kuning telur dan beberapa
sendok madu set iap pagi, akan menjaga st amina t ubuh unt uk
belajar sampai j auh malam.
Rencana lainnya, ya t idak lain t idak bukan, begadang dan
bangun malam unt uk belajar. Sahirul lail.
Sahirul lail maknanya kira-kira begadang sampai jauh
malam unt uk belajar dan membaca buku. Sebuah pepat ah
Arab berbunyi: Man t halabal fula sah iral loyali. Siapa yang
ingin mendapat kan kemuliaan, maka bekerjalah sampai jauh
malam. Dan aku ingin mencari kemuliaan itu.
Ujian mulai besok, dan hari ini aku berjanji dengan Sahibul
Menara unt uk mencoba sahirul lail bersama. Setelah makan
malam, kami sibuk pergi ke kafet aria unt uk membeli
perbekalan. Pilihannya banyak, mulai dari kacang telur,
permen, mie, rot i, minuman manis, kopi dan gula. Tapi uang
di kant ongku terbat as. Selanjut nya, kami belajar malam
sepert i biasa sampai j am 10 malam. Kami t idur dulu unt uk
nant i bangun lagi dini hari.
“Kum ya akhi, Tahajjud,” bisik Kak Is, membangunkan aku
malam but a, sepert i permint aanku. Teng… teng… lonceng
kecil berdent ang dua kali d i depan aula. Jam 2 dini hari. Aku
menyeret badan unt uk bisa duduk sambil mencari-cari
kacamata di sebelah kasur. Dengan t ersaruk-saruk aku keluar
kamar yang temaram dan mengambil w uduk.
Aku membent ang sajadah dan melakukan shalat Tahajud.
Di akhir rakaat , aku benamkan ke sajadah sebuah sujud yang
panjang dan dalam. Aku coba memusat kan perhat ian kepada

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Nya dan menghilang selain-Nya. Pelan-pelan aku merasa


badanku semakin mengecil dan mengecil dan mengkerut
hanya menjadi set it ik debu yang melayang-layang di semest a
luas yang dicipt akanNya. Bet apa kecil dan t idak berart inya
diriku, dan bet apa luas kekuasaanNya. Dengan segala
kerendahan hat i, aku bisikkan doaku.
“Ya Allah, hamba dat ang mengadu kepadaMu dengan hat i
rusuh dan berharap. Ujian pelajaran Mut hala’ah t inggal besok,
t api aku belum siap dan belum hapal pelajaran. HambaMu in i
dat ang memint a kelapangan pikiran dan kemudahan unt uk
mendapat ilmu dan bisa menghapal dan lu lus uj ian dengan
baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar terhadap doa
hamba yang kesulit an. Amiiinnn.”
Alhamdulillah, selesai t ahajud badanku t erasa lebih enteng
dan segar. Aku siap saKirul lail, belajar keras dini hari sampai
subuh. Dengan set umpuk buku di t angan, sarung melilit leher
dan sebuah sajadah, aku bergabung dengan para pelajar
malam lainnya di t eras asrama. Ada belasan orang yang sudah
lebih dulu membuka buku pelajaran d i t engah malam but a ini.
Ada yang bersila, ada yang berselonjor, ada yang menopang
punggungnya dengan dinding, dengan bermacam gaya. Tapi
semuanya sama: mulut komat -kamit , buku t erbuka di t angan,
sarung melilit leher, segelas kopi dan duduk di at as hamparan
sajadah. Sekilas mereka sepert i sedang naik permadani
terbang.
Aku layangkan pandanganku ke aula di seberang Al-Barq.
Jam 2 malam, aula in i sudah ramai sepert i pasar subuh!
Puluhan lampu semprong berkerlap-kerlip di at as set iap meja
pasukan sahiru l lail Ket ika angin malam berhembus, mat a
apinya serempak menari-nari sepert i kunang-kunang.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Said melambaikan t angan di ujung koridor. Lima kawanku


telah lebih dulu bangun dan duduk melingkar mengeliling i
lampu pet romaks yang mendesis-desis set elah dipompa. PM
memang tidak dalam jalur PLN karena t erisolir dari keramaian.
Karena itu PM membeli beberapa mesin diesel yang menerangi
PM sampai j am 10 malam. Setelah itu, mesin-mesin dimat ikan
kecuali sebuah generat or kecil untuk penerangan jalan dan
koridor asrama. Karena it u, kalau m au sahirul Bil yang t erang,
perlu membeli lampu semprong at au sekalian pet romaks
sepert i yang dimiliki Said.
Said menyorongkan gelas besar dan semangkuk makrunah,
“Ya alchi, ngopi dulu supaya t idak ngant uk.” Itulah enaknya
punya t eman sepert i Said yang sering dapat wesel. Konsumsi
dit anggung banyak.
Dengan menghirup kopi panas di tengah dini hari, aku siap
berjuang. Sebuah doa aku kumandangkan lamat -lamat
sebelum membuka buku pelajaran mut halaah. “Allahumma
ift ah alainfl Kilcmat an….” Tuhan, mohon bukakanlah pint u
hikmah dan ilmuMu buat ku. Rabbi t fdni ilman w arzuqni
fahman. Tuhanku t ambahkanlah ilmuku dan berkahilah aku
dengan pemahaman.
Hampir sat u jam kami khusyuk dengan pelajaran masing-
masing. Keheningan hanya dipecah oleh gemeret ak kacang
yang kami kunyah dan Said yang memompa pet romaks yang
meredup. Pelajaran rasanya masuk dengan gampang ke
kepalaku. Tapi hampir sat u jam, aku mulai goyah dan
berjuang berat melawan kelopak mat a yang semakin berat .
Tegukan kopi sudah t idak mempan lagi. Dua kali aku kaget
sendiri karena menjat uhkan buku yang aku pegang gara-gara
tert idur dalam duduk. Nasib kawan-kaw anku t idak lebih baik.
Kepala mereka pelan-pelan mengangguk ke depan dan lalu
tersent ak ke at as lagi ket ika terbangun. Begit u berkali-kali
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sampai kami dikejut kan lonceng berdent ang t iga kali. Jam t iga
subuh.
Raja dan Baso mengucek-ngucek mat a sambil menguap
lebar. Mereka segera mengundurkan diri masuk kamar. Said
sudah sulit dit olong dari cengkeraman kant uk, t api dia t idak
mau menyerah. Set iap buku yang dipegangnya jat uh ke lant ai
karena t ert idur, dia kembali memungut nya dan melanjut kan
membaca. Sement ara At ang dan Dulmajid t ampak masih
cukup kuat melawan kant uk. Aku juga t idak mau kalah. Walau
mat a berat , aku ingin menjalankan t ekad yang sudah aku tulis
di buku. Aku akan bekerja keras habis-habisan dulu.
Aku berdiri sambil mengulet untuk mengusir kant uk.
Setelah membasahi muka dan mengambil w udhu, kant ukku
lumayan reda. Set iap aku merasa harus menyerah dan t idur,
aku melecut diriku, “ayo sat u halaman lagi, sat u baris lagi,
sat u kat a lagi…” Akhirnya dengan perjuangan, aku bisa
menamat kan bacaanku. Dengan lega aku angkat buku it u dan
benamkan di w ajahku sambil berdoa, “Ya Allah t elah aku
sempurnakan semua usahaku dan doaku kepadaMu. Sekarang
semuanya aku serahkan kepadamu. Aku t aw akal dan ikhlas.
Mudahkanlah ujianku besok. Amin.”
Dengan doa it u aku merasa t enang dan tent ram. Aku
kembali t idur dengan senyum puas. Tidak lama setelah itu aku
kembali dibangunkan Kak Is, kali ini unt uk shalat Subuh.
Belum pernah dalam hidupku melihat orang belajar
bersama dalam jumlah yang banyak di sat u tempat . Di PM,
orang belajar d i set iap sudut dan w akt u. Kami sanggup
membaca buku sambil berjalan, sambil bersepeda, sambil ant ri
mandi, sambil an-t ri makan, sambil makan bahkan sambil
mengantuk. Animo belajar ini semakin menggila begit u masa

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ujian dat ang. Kami mendesak diri melampau limit normal


unt uk menemukan limit baru yang jauh lebih t inggi.
Aku merasakan PM sengaja mengajarkan candu. Candu ini
dit awarkan siang malam, sedemikian rupa sehingga semua
murid jat uh menyerah kepadanya. Kami t elah ket agihan. Kami
candu belajar. Dan imt ihan at au ujian adalah pest a merayakan
candu it u.
Ujian gelombang pert ama adalah uj ian lisan yang
menegangkan. Pagi it u, bersama beberapa murid lainnya, aku
ant ri di depan sebuah ruang kelas, menunggu giliran
dipanggil. Wajah kami t idak ada yang t enang, dan semua
komat -kamit menghapal dan mungkin juga menyebut doa
t olak bala.
Tiba-t iba pint u ruangan ujian lisan t erbuka. Seorang murid
keluar dengan muka kusut . Mungkin dia gagal menjawab
ujian. Sejurus kemudian, sebuah kepala muncul dari balik
pint u dan membacakan giliran siapa yang harus masuk. “Alif
Fikri… t afadhal”. Jant ungku berdebur. Aku merapikan baju dan
masuk ke dalam kelas yang lengang ini dengan mengucap
salam. Di dalam ruangan ada meja panjang. Tiga orang ust ad
penguji duduk di belakang meja it u. Mereka berkopiah,
berbaju put ih, dan berdasi. Penuh w ibaw a. Salah sat unya
adalah yang memanggil aku masuk t adi. Satu meter di depan
mereka, ada sebuah meja kecil dan kursi kayu. Mereka
mempersilakan aku menempat i kursi yang berderit ket ika
diduduki it u.
Pant at ku menggant ung di ujung kursi karena tegang.
Badanku terasa mengecil. Di seberang sana, t iga pasang mat a
menat apku seorang dengan diam. Seakan-akan mereka
menikmat i tekanan ment al yang sedang aku hadapi. Aku
menundukkan pandangan ke dua telapak t anganku yang

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

saling mencengkeram di at as meja. Aku berdoa dalam hat i


semoga kegugupanku t idak menguapkan apa yang t adi malam
telah aku pelajari sampai subuh.
Pert anyaan pert ama menyambar. Aku disuruh mencerit akan
ulang sebuah percakapan dalam buku Mut hala’ah. Suara Ust ad
Fat oni—salah seorang penguji—terasa mengepungku karena
bergaung di kelas kosong ini. Dengan tergeragap dan terdiam
sebent ar sambil mengais-ngais ingat anku dari semalam,
suaraku agak berget ar ket ika melemparkan jaw aban yang
akhirnya aku t emukan. Tidak sempurna, t api cukup membuat
dia manggut -manggut.
Pert anyaan terus berlanjut semakin lama semakin susah. Di
pert anyaan terakhir, t iba-t iba aku merasa blank dan t idak
menemukan jaw aban tent ang int i cerit a di bab ket iga buku
Mut hala’ah. Lama aku aku berpikir samb il mengusap-usap
kening, dan tet ap t idak bisa menjawab. Akhirnya aku
menyerah dan berkat a, “Afw an ya Ust ad, nasiit u. Maaf saya
lupa.” Dengan jaw abanku it u berakhir lah uj ian lisan yang
terasa sangat lama it u. Aku t idak puas, t api aku senang
karena telah melewat i sebuah beban. Dengan kepala sedikit
lebih ringan aku keluar dan siap dengan ujian lisan lainnya
besok.
Akhirnya setelah seminggu, ujian lisan selesai juga. Selang
beberapa hari, dat ang ujian t ulisan. Ujian hari pert ama lagi-
lagi Mut halk’ah at au bacaan bahasa Arab. Aku duduk terasing
dari t eman sekelas karena selama uj ian posisi duduk diacak
dengan kelas lain. Dalam sat u ruangan in i hanya ada aku dan
Baso dari sat u kelas. Dan soal pun dibagikan. Bent uknya
berupa kert as buram setengah halaman yang membuat
mat aku kerit ing. Semuanya t ulisan Arab dan semuanya huruf
gundul. Dan semuanya soal esai, t idak ada p ilihan ganda.
Duhh…..
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tent u saja jawabannya juga harus sama, Arab gundul juga.


Untuk pelajaran ini aku harus menjawab dengan banyak
t ulisan. Aku keteteran karena harus menguras hapalanku yang
seret dan belum biasa menulis Arab dengan cepat . Tapi Baso
yang duduk dua bangku di depanku sepert i sedang pest a. Dia
lancar menulis dan beberapa kali mengangkat t angan unt uk
mint a lembar jaw aban t ambahan. Tidak ada orang yang
memint a lembar jaw aban lebih sepert i dia.
Aku cukup frust rasi dengan ujian yang banyak memerlukan
hapalan karena selalu merasa t idak bisa menjawab dengan
memuaskan. Aku bert anya-t anya, apakah semakin t inggi kelas
kami d i PM, semakin banyak hapalan? Dengan kapasit asku
sepert i ini, apakah aku cocok di sini. Kadang-kadang, set iap
terbent ur oleh urusan hapalan, aku melihat masa depanku
semakin redup di PM. Berapa lamakah aku bisa bert ahan?

Lima Negar a Empat Benu a


Ujian hari t erakhir adalah dua pelajaran favor it ku: kaligr af i
Arab dan Bahasa Inggris. Walau bukan pelajaran ut ama, unt uk
kaligraf i, aku mempersiapkan diri lebih dari para Sahibu l
Menara. Kaligraf i t idak dihapalkan, t api diprakt ekkan. Dengan
tekun, aku menulis berlembar-lembar kert as dengan
menggunakan beragam gaya kaligraf i yang diajarkan dan yang
belum diajarkan. Aku bahkan meminjam beberapa buku
referensi kaligraf i t erbit an Mesir dan lokal. Kalam—pena
khusus kaligraf i pun aku siapkan dengan berbagai ukuran.
Semua aku lakukan dengan penuh ant usiasme. Dengan
gembira dan percaya diri aku mengerjakan soal ujian kaligraf i
dan Bahasa Inggris. Inilah hari t ersuksesku dalam uj ian kali
ini.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dan dari kejauhan, bunyi lonceng besar kembali berdent ang


keras. Menandakan 15 hari ujian t elah berakhir. Alhamdulillah.
Setelah meregang ot ak habis-habisan dan kurang t idur, semua
proses ini berakhir juga. Melelahkan, t api puas karena aku
merasa t elah berjuang sehabis tenaga.
Kini, unt uk sat u minggu, kami akan bebas menggunakan
w akt u yang selama ini begit u mahal. Tidak ada belajar, yang
ada hanya rileks, bersant ai, olahraga, membaca, jalan-jalan,
dan t idur. Aku t idak terlalu peduli dengan hasil yang akan
dibagikan sebelum libur pulang kampung. Toh aku t elah
menyempurnakan usaha dan memanjat kan doa terbaik.
Sepert i air bah, ribuan orang serent ak keluar dari ruang-ruang
ujian. Kami pulang ke asrama dengan muka berseri-seri.
Setelah shalat Dzuhur dan makan siang, aku bergabung
dengan gerombolan t eman-teman yang duduk berangin-angin
di koridor asrama. Ceracau, ket aw a, dan obrolan bercampur
aduk di udara. Kami menikmat i kebebasan dan bercerit a
tent ang apa rencana kami selama liburan. Tiba-t iba sebuah
sepeda put ih berkelebat cepat dan merem mencicit di depan
kami. Inilah sepeda Kak Mualim dari bag ian sekret aris.
Kerjanya membagikan wesel dan mengant ar surat ke asrama-
asrama set iap siang. Selalu ngebut Semua mat a dengan
penuh minat berharap menerima surat kali in i. Dari t as kain d i
bahunya, dia menarik 3 lembar surat .
“Yang beruntung hari ini menerima surat : Andang Hamzah,
Zainal Nur, dan… Alif Fikt if serunya lant ang t anpa turun dari
sepedanya. “Saya Alif Kak… saya Alif…,” kat aku terburu-buru
dan segera menyambar surat dari t angannya.
Sepucuk surat dat ang dari Randai. Ini surat ket iganya. Janji
kami memang saling menulis surat paling t idak set iap dua
bulan. Surat pert amanya t ent ang masuk SMA membuat ku iri.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Surat keduanya bercerit a t ent ang pelajaran-pelajaran SMA


yang asyik. Tampaknya t idak banyak hapalan sepert i di PM.
Tapi surat ket iga ini kembali menggoyang perasaanku. Kali
ini Randai t idak hanya menulis surat , t api juga melampirkan
fot o dan sebuah pot ongan koran. Fot onya adalah gambar dia
dan teman sekelasnya berjalan-jalan ke Sit injau Laut , di
dat aran t inggi dekat Kot a Padang. Randai dan t eman
sekelasnya duduk di sebuah bukit berhut an lebat dan nun jauh
di belakangnya laut biru berkilat -kilat . Semuanya bahagia.
Beberapa orang duduk berpasang-pasangan. Tulisan d i
belakang foto it u: “libur setelah ujian”. Tahun ajarannya
memang lebih dulu sebulan.
Sement ara potongan koran Haluan yang dikirimkannya
berisi berit a kemenangan Randai dalam lomba deklamasi ant ar
SMA. Dia menyabet juara dua dan menerima t rofi dari
Walikot a Bukittinggi. Bibirku t ersenyum. Sebersit haw a panas
menjalar di dadaku.
Aku t idak t ahu bagaimana sebaiknya. Set iap aku membaca
surat nya, aku hampir selalu merasa iri mendengar dia
mendapat kan semua yang dia mau. Padahal ust adku jelas
mengajarkan t idak boleh iri. Tapi kalau aku t idak membaca
surat nya, aku t ahu aku sangat penasaran menget ahui
kabarnya. Mungkin jauh d i lubuk hat iku, aku selalu berharap
bisa mengungguli dia. Aku mungkin selalu berharap PM akan
lebih baik dari SMA-nya.
Minggu ini aku juga menerima surat dari Pak Etek Gindo.
Dia sangat senang aku t ernyat a mengikut i sarannya masuk
PM. Di dalam amplop surat nya aku menemukan lipat an kert as
karbon hit am. Di dalam lipat an ini lembar dolar Amerika
pecahan 20 dolar. “Terimalah sedikit hadiah masuk PM.
Sengaja diselubungi kert as karbon hit am supaya t idak

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

diganggu t ikus-t ikus pos. Dolar ini bisa dit ukar ke rupiah d i
bank besar terdekat,” t ulisnya. Aku melakukan sujud syukur
setelah menerima hadiah t idak t erduga ini. Ini mungkin yang
dimaksud Ust ad Faris, “Tuhan itu bisa mendat angkan rezeki
kepada manusia dari j alan yang t idak pernah kit a sangka-
sangka.”
Sore, set elah bermain voli d i depan aula, kami berselonjor
sant ai di baw ah menara favorit . Wajah basah dengan peluh,
t api rileks dan lepas. Kami benar-benar menikmat i menghirup
udara yang segar dan penuh kebebasan. Kecuali Baso. Dia
t idak ikut olahraga. Dan sekarang dia masih saj a memelot ot i
beberapa kert as soal uj ian, sambil sibuk bolak-balik melihat
buku pelajaran. Berkali-kali d ia mengangguk-angguk sambil
tersenyum sendiri. Aku t idak habis pikir, dengan kemampuan
photographic memorinya, dia t idak perlu cemas dengan hasil
ujian, apalagi harus mencek sepert i ini.
“Baso, bosan aku melihat buku-buku. Coba jauh-jauh dari
sin i,” keluh Said sambil memalingkan mukanya. Dia memang
t idak terlalu pede dengan hasil uj iannya k ali ini. Dan mengaku
merasa sakit perut set iap melihat soal ujian. At ang dan
Dulmajid mengangguk-angguk mendukung Said.
“Iya, sekali-sekali kit a libur belajar. Kini w akt unya sant ai
dan memikirkan libur,” t impal Raja. Raja jelas opt imis dengan
ujiannya, t api dia bukan t ipe yang harus mencek ulang
hasilnya lagi. Aku sendiri berpikir net ral, aku t ahu sebagian
ujianku kurang bagus, t api sebagian lagi cukup
menggembirakan.
Baso cuma mengangkat mukanya sejenak ke arah kami,
melempar senyum malas sekilas, dan kembali sibuk dengan
soal-soalnya.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Angin sore bert iup mengget ar-get arkan bilah daun pohon
kelapa yang banyak t umbuh di sudut -sudut PM. Sejuk.
Mat ahari lindap tertut up aw an put ih yang berarak-arak d i
langit . Aku membaringkan diri di pelat aran menara sambil
menat ap aw an-aw an yang bergulung-gulung.
Dulu di kampungku, setelah puas berenang di Danau Ma-
ninjau, kami anak-anak SD Bayur duduk berbaris di bat u-bat u
hit am di pinggir danau sambil mengeringkan badan. Rambut
kami kibas-kibaskan unt uk menjatuhkan t it ik-t it ik air.
Sedangkan celana yang kuyup kami jemur di at as batu. Kalau
angin sedang t enang, permukaan air danau yang luas it u
laksana cermin. Memant ulkan dengan jelas bayangan bukit ,
langit , awan dan perahu nelayan yang sedang menjala rinuak,
ikan t eri khas Maninjau. Sambil menunggu celana kering, kami
punya permainan favorit . Yaitu t ebak-tebakan bentuk awan
yang sedang menggant ung di langit , di at as danau.
Kami berlomba menggambarkan awan-aw an it u mirip
binat ang at au w ajah orang dan saling menyalahkan gambaran
anak lain. Akhirnya memang bukan tebak-tebakan, t api lomba
membenarkan pendapat sendiri. Jarang kami punya kat a
sepakat apa bent uk awan it u karena semua t ergant ung
imajinasi dan perhat ian set iap orang. Ada yang melihat awan
sepert i naga, gajah, harimau, bahkan w ajah Bung Karno, Pak
Hart o, Pak Mul kepala sekolah kami, at au angku Dat uak Rajo
Basa, guru mengaji kami. Aku sendiri j arang melihat awan
menjadi bent uk makhluk hidup apalagi manusia. Aku lebih
sering melihat aw an-aw an sepert i pulau, benua at au pet a.
Kini di baw ah menara PM, imajinasiku kembali me lihat
awan-aw an ini menjelma menjadi pet a dunia. Tepatnya
menjadi darat an yang didat angi Columbus sekit ar 500 t ahun
silam: Benua Amerika. Mungkin aku terpengaruh Ust ad
Salman yang bercerit a panjang lebar bagaimana orang kulit
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

put ih Amerika sebagai sebuah bangsa berhasil meloloskan diri


dari kekhilafan sejarah Eropa dan membuat dunia yang baru.
Yang lebih baik dari bangsa asal mereka sendiri.
Mungkin juga aku terpengaruh oleh siaran radio VOA yang
diasuh oleh penyiar Abdul Nur Adnan yang berjudul “Islam d i
Amerika”. Bagian Penerangan selalu mengudarakan acara Pak
Nur yang selalu melaporkan perkembangan Islam di Amerika
Serikat Misalnya, dia mengabarkan di Washingt on DC, ibukot a
negara superpower ini, telah berdiri sebuah masj id raya yang
besar di daerah elit pula. Di kampus-kampus Amerika semakin
banyak jurusan t ent ang kajian Islam dan mahasiswa dat ang
dari berbagai negara Islam unt uk belajar ilmu dan t eknologi
terkini. Negara ini juga memberi banyak beasiswa kepada
negara berkembang sepert i Indonesia.
Awan put ih ini semakin berarak-arak ke ufuk yang
lembayung. Aku berbisik dalam hat i, “Tuhan, mungkinkah aku
bisa menjejakkan kaki di benua hebat itu kelak?”
“Hoi, apa yang kau lamunkan?” t anya Raja menggerak-
gerakkan telapak t angannya di depan mat aku. Aku tersadar
dari lamunanku.
“Aku melihat dunia di awan-aw an it u,” kat aku sok puit is.
Aku gerakkan t elunjukku menunjukkan garis-garis imajiner d i
awan kepada Raja yang duduk di sampingku. Kami sama-
sama menengadah. “Benua Amerika,” kat aku. Keningnya
mengernyit. Dia t idak melihat apa yang aku lihat
“Aku sama sekali t idak melihat Amerika. Malah menurut ku
lebih mirip benua Eropa. Tuh, kan…,” tukas Raja samb il
menjalankan j arinya di udara, menunjuk ke gerumbul awan
yang agak gelap.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Kalau aku, suat u ket ika nant i ingin menjalani jejak langkah
Thariq bin Ziyad, menapaki perjalanan Ibnu Bat ut ah dan jejak
ilmu Ibnu Rusyd di Spanyol. Lalu aku ingin melihat kehebat an
kerajaan Inggris yang pernah mengangkangi dunia. Aku
penasaran dengan cerit a dalam buku reading kit a, ada Big
Ben yang cant ik dan bagian rute jalan kaki dari Buckingham
Palace ke Trafalgar Square,” kat a Raja menggebu-gebu
kepada kami. Dia memang pencint a buku pelajaran Bahasa
Inggris dan hapal isinya dari depan sampai belakang.
At ang, Baso, Said dan Dulmajid ikut mendongak ke langit
karena penasaran melihat kami bert engkar tent ang awan. Dan
t idak ada sat u pun dari mereka yang set uju dengan bent uk
awan yang kami bayangkan. Masing-masing punya t afsir
sendiri.
At ang dan Baso merasa awan-aw an itu bergerumbul
membent uk kont inen Asia dan Afrika. Sejak membaca buku
tent ang peradaban Mesir dan Timur Tengah, keduanya tergila-
gila kepada budaya w ilayah in i. Kerap mereka terlibat diskusi
seru membahas soal sepert i Firaun ke berapakah yang disebut
di Al-Quran at au di manakah let ak geografis Nabi Adam
pert ama turun ke bumi.
“Menurut ku, tempat yang perlu didat angi itu Timur Tengah
dan Afrika, karena sering disebut dalam kit ab suci agama
samawi. Past i tempat ini menarik untuk didat angi. Apalagi
Mesir yang disebut ibu peradaban dunia. Ada Laut Merah,
Kairo, Pira-mid, dan sampai kampus Al Azhar. Siapa t ahu nant i
aku bisa kuliah ke sana,” t ekad At ang.
Jangan lupa dengan Iran, Iraq, India, dan negara lainnya.
Semua punya keunikan yang mengejut kan. Bagiku, w ilayah
Asia dan Afrika lebih menarik unt uk diselami,” kat a Baso
mendukung At ang.
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sement ara Said dan Dulmajid t et ap menggeleng-gelengkan


kepala t idak mengert i. Walau sudah ikut menengadah
bersama kami, mereka berdua t et ap t idak melihat relevansi
awan di ujung pucuk menara kami dengan pet a dunia. Mereka
menganggap, aw an ini ada di langit Indonesia, karena it u apa
pun imajinasi orang, it u t et aplah Indonesia. Berbicara tent ang
cit a-cit a, mereka juga sepakat bahw a negara inilah t empat
berjuang dan tempat yang paling tepat unt uk berbuat baik.
“Ah, aku t idak muluk-muluk. Aku akan mencoba kuliah dan
lalu kembali ke kampung dan membuka madrasah di
kampungku,” kat a Dulmajid. Said mengangguk-angguk set uju,
dan menambahkan, “Aku juga. Set elah sekolah, aku balik ke
Kampung Ampel, dan memperbaiki mut u sekolah dan
madrasah yang ada,” kat a Said.
“Mungkin kit a bisa kerjasama Dul?” t anya Said samb il
melirik lucu. Bulu mat anya yang panjang dan lent ik
mengerjap-ngerjap. Dul mengangguk dan mereka berjabat
t angan sambil t ert aw a. Aku berpikir, jangan-jangan jalan Said
dan Dulmajid lah y ang paling benar dan mulia di ant ara kami.
Kami t erlalu bermimpi t inggi akan berkelana dan
menggenggam dunia, t anpa t ahu bagaimana caranya.
Sedangkan Said dan Dul sudah t ahu akan melakukan apa.
Baso melihat kepada Said dan Dul. “Bagus saja kembali ke
kampung, t api kalian harus mencoba merant au dulu. Ingat
kan apa yang kita pelajari minggu lalu, t ent ang nasehat Imam
Syafii48 tent ang keut amaan merant au?”
Tanpa menunggu jaw aban kami, dia melant unkan syair
berbahasa Arab dari Imam Syafii: Orang pandai dan beradab
t idak akan diam di kampung halaman Tinggalkan negerimu
dan merant aulah ke negeri orang Merant aulah, kau akan

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dapat kan penggant i dari kerabat dan kaw an Berlelahrlelahlah,


manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.
Kami t ermenung-menung meresapi pesan yang menggugah
ini. Aw an-aw an sumber khayal kami sekarang bergant i w arna
menjadi merah t erang, seiring dengan merapatnya mat ahari
ke peraduannya. Lonceng berdent ang, w aktunya kami ke
masj id menunaikan Maghrib.
Ust ad Faris dalam kelas Al-Quran selalu mengingat kan
bahw a Allah it u dekat dan Maha Mendengar. Dia bahkan lebih
dekat dari urat leher kami. Dia past i t ahu apa yang kami
pikirkan dan mimpikan. Semoga Tuhan berkenan
mengabulkan mimpi-mimpi kami. Siapa t ahu, senda gurau
kami d i baw ah menara, mencoba melukis langit dengan
imajinasi kami unt uk menjelajah dunia dan mencicipi khazanah
ilmu, akan didengar dan dengan ajaib diperlakukan Allah
kelak.
Malam it u, menjelang t idur, aku t ulis d i halaman diar i
tent ang mimpi-mimpi kami d i bawah menara t adi sore. Apakah
aku benar ingin menjenguk Islam dan peradaban di negeri
Paman Sam it u? Apakah ini impian yang masuk akal?
Kenyat aannya sekarang aku ada di jalur pendidikan agama,
berada di pondok dan dikaderkan untuk menjadi guru dan
ust ad. Bagaimana aku bisa mencari jalan? Apa kat a Amak?
Apakah ini dibolehkan agama? Apa kat a Randai dan orang lain
mendengar mimpiku in i? Tert aw a, mengejek, mendoakan,
at au t idak percaya?
Di kepalaku berkecamuk badai mimpi. Tekad sudah aku
bulat kan: kelak aku ingin menunt ut ilmu keluar negeri, kalau
perlu sampai ke Amerika. Dengan sepenuh hat i, aku torehkan
tekad ini dengan huruf besar-besar. Ujung penaku sampai
tembus ke halaman sebelahnya. Meninggalkan jejak yang

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dalam. “Man jadda w ajadda. Bismillah”. Aku yakin Tuhan Maha


Mendengar.

Or at o r dan Ter minat o r


Hari ini semua orang memakai w ajah suka cit a. Ketegangan
tent ang hasil uj ian t elah reda. Tadi pagi semua nilai uj ian
diumumkan. Aku bersyukur sekali, hasil jerih payah belajar
habis-habisan menghasilkan nilai yang baik. Begit u juga
teman-temanku yang lain, di luar dugaan, kami semua
mendapat kan nilai cukup baik. Kecuali Baso dan Raja. Mereka
memuncaki nilai d i kelas kami.
Yang t inggal sekarang kesenangan. Mulai besok kami
menjadi orang merdeka. Ut hlah. Libur. Indah sekali rasanya
melihat ke belakang perjuangan melelahkan yang aku lakukan
setengah t ahun ini, sekarang diganjar dengan libur setengah
bulan. Bayangkan! Dua minggu t anpa jaras, t anpa kelas t anpa
bagian keamanan, dan t anpa ant ri. Ke mana pun aku pergi,
t opik pembicaraan t eman-teman adalah liburan.
Di PM selalu ada dua golongan dalam merayakan liburan.
Golongan pert ama adalah golongan yang beruntung. Mereka
mengepak t as dan pulang ke rumah masing-masing, naik
kendaraan umum at au dijemput oleh orang t ua mereka. Ini
adalah golongan mayorit as. Golongan kedua adalah yang t idak
pergi ke mana-mana dan t et ap t inggal di PM selama liburan.
Umumnya, yang t idak berlibur karena rumah mereka sangat
jauh sehingga t idak efekt if pemakaian w akt unya, at au karena
t idak punya uang unt uk pulang bolak balik d i liburan
pert engahan t ahun. Jadi mereka mengumpulkan uang unt uk
bisa liburan di akhir t ahun kelak.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Malangnya aku termasuk golongan yang kedua. Kiriman


weselku selama ini lancar t api pas-pasan. Ayah dan Amak
t ampaknya sedang kesulit an sehingga t idak ada dana khusus
unt uk libur pulang ke Padang. Aku sudah mencoba bert anya,
t api mereka berdua baru bisa mengirimkan uang t ambahan
minggu depan. Sudah terlalu t erlambat untuk berlibur.
Aku mencoba menghibur diri, kalau pun ada uang,
liburanku suat u pemborosan. Wakt u yang t erpakai unt uk naik
bus bolak balik b isa 5-6 hari. Sisanya hanya 9 hari yang bisa
digunakan di rumah. Karena it u aku memut uskan unt uk
menunda pulang di libur akhir t ahun saja.
Aku t idak sendiri. Baso juga t inggal di PM dengan alasan
yang sama. Raja t idak pulang ke Medan, t api ke rumah
t ulangnya di Jakart a. Sedangkan sisa Sahibul Menara pulang
berlibur.
Sejak dari pagi but a suasana PM sudah heboh. Hampir
set iap orang di kamar sibuk mengemasi sekaligus
membersihkan lemari kecil mereka masing-masing. Tumpukan
baju, gunungan buku, dan ceceran kert as ujian tersebar di
mana-mana. Barang’ barang bekas yang t idak terpakai kami
lempar ke karung besar yang menganga di sudut kamar.
Kamar kami sudah sepert i kapal d ikoyak badai. Bunyi reslet ing
koper dit arik t erdengar silih bergant i. Isinya lemari t elah
pindahkan ke dalam koper. Salam-sa-laman dan peluk erat di
mana-mana. Saling mengucapkan sela’ mat liburan sampai
ket emu 2 minggu lagi. Aku t idak mengurus koper, t api
mengucapkan selamat liburan kepada t eman-teman lain.
Hari ini t idak ada lagi at uran ket at yang membuat kami
harus hat i-hat i dengan jasus dan Tyson, karena in i juga hari
libur buat mereka. Anak-anak kecil dari keluarga penjemput
bert eriak-t eriak sambil berlarian senang melint asi halaman

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

masj id PM yang luas. Para orang t ua murid berseliw eran


dengan pakaian w arna-warni sibuk mencari kamar anak
mereka. Suasana meriah dan rileks.
Beberapa orang berfoto di depan masjid dan aula
kebanggaan kami. Aku sempat beberapa kali dit arik-t arik Said
unt uk berfot o dengan keluarga besarnya di kaki menara kami.
Tidak t anggung-t anggung, dia dijemput oleh 8 orang. Dua
orang tua, paman dan t ante, kakek, dan nenek sert a dua
keponakannya yang masih balit a.
Rombongan para murid yang t idak dijemput keluarga sudah
dinant i oleh bus-bus yang berbaris di depan aula. Kebanyakan
naik ke bus cart eran yang bert uliskan nama kot a masing-
masing. Ada yang ke Bangkalan, Denpasar, Jakart a, Jambi,
bahkan Banda Aceh. Beberapa orang dijemput dengan
kendaraan pribadi. Selain Said, aku melihat Saleh, teman
sekelasku dari Jakart a juga dijemput orang t ua dan adik-
adiknya dengan Toyot a Kijang biru. Bapak dan Ibunya yang
berpakaian muslim put ih-put ih sangat senang bertemu lagi
dengan Saleh, anak laki’ laki sat u-sat unya. Kami, golongan
kedua, melambai-lambaikan t angan ke bus yang sat u persat u
meninggalkan PM. Sedikit gundah terselip di hat iku melihat
kawan-kaw an akan merasakan libur yang menyenangkan.
Bayangan Amak, Ayah dan dua adikku di kampung aku t epis
dari pelupuk mat a. Sekali lagi aku hibur diriku dengan bilang,
perjalanan ke Maninjau bolak balik akan sangat melelahkan.
Menjelang sore, kemeriahan ini semakin susut . PM sekarang
lengang dan terasa lebih luas. Ent ah karena penduduknya
t inggal sedikit at au karena t idak ada at uran ket at yang
mempersempit gerak kami. Aku, Baso dan At ang duduk-duduk
sant ai samb il mengunyah kerupuk emping melinjo yang
dibawa keluarga Said. At ang t idak jadi pulang hari ini, karena
bapaknya yang dat ang menjemput baru sampai besok.
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sepi. Yang terdengar hanya bunyi kerupuk berderak digilas


geraham kami masing-masing. Aku dan Baso t ermenung-
menung. Walau aku telah mencoba menghibur diri berkali-kali,
t api perasaan dit inggalkan ribuan orang sepert i hari ini t erasa
aneh. PM sendiri t iba-t iba sepert i t idak berdenyut lagi. Merasa
senyap, t idak diajak, t idak mampu, dan berbagai macam rasa
yang aku t idak pahami t erasa hilang t imbul. Aku melirik Baso
dengan ujung mat a. Mat anya menat ap kosong ke lonceng
besar yang t egak kokoh di depan aula. Mungkin dia
merasakan hal yang sama denganku.
”Apa rencana kalian selama libur ini,” t anya At ang kepada
kami berdua mencoba membunuh kesunyian. Dia bert anya
dengan bahasa Arab, w alaupun selama libur kami boleh
bahasa Indonesia.
“La airi. Tidak t ahu. Mungkin main ke Ponorogo, at au ke
perpust akaan,” jaw abku sekenanya. Aku mencoba berbahasa
Indonesia, w alau terasa lebih pas dengan bahasa Arab.
“Aku sudah punya rencana. Mencoba menyelesaikan
hapalan juz kedua selama libur in i,” kat a Baso t enang-t enang.
Tekadnya menghapal Al-Quran t idak pernah lunt ur.
At ang mungkin membaca perasaan kami.
“Aku t ahu t inggal di PM adalah pilihan kalian. Tapi, mungkin
di mobil dinas bapakku masih ada kursi kosong,” kat anya
mengundang.
Aku dan Baso sama-sama memandang w ajah At ang.
Tampaknya keinginan hat i kami t erdalam sebenarnya adalah
berlibur.
“Masalahnya, aku t idak punya uang sama sekali. Baru
minggu depan ada,” jawabku.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Walau aku ingin menambah hapalan Al-Quranku, t api it u


bisa dilakukan setelah libur. Masalahku sama dengan Alif. Aku
muflis. Bokek!” Baso menyumbang bunyi.
Kembali hanya bunyi kriuk-kriuk kripik melinjo yang
mendominasi. Kami bert iga hanyut dengan pikiran masing-
masing. Dalam hat i, aku sebet ulnya bersorak dengan adanya
kemungkinan yang dit aw arkan At ang. Berlibur ke Bandung
kayaknya menyenangkan.
“Aku juga t idak punya duit sekarang. Tapi aku bisa
menjamin makan dan t inggal kalian nant i grat is selama d i
Bandung. Pergi ke Bandung jelas t idak bayar karena naik
mobil bapakku. Unt uk ongkos kembali dari Bandung ke PM aku
bisa meminjamkan nant i. Bagaimana?” bujuk At ang.
“Boleh aku pikir dulu malam in i ya,” balasku. Walau hat iku
bersorak, aku merasa perlu berhit ung lagi, apakah duit nya
memang ada, dan apakah enak kalau dibayarin sepert i ini.
Baso set uju dengan ideku unt uk pikir-pikir dulu. At ang
tersenyum.
Begitu bangun menjelang subuh, kami berdua t elah berada
di depan At ang yang masih mengucek-ucek mat a. Aku
menjabat t angannya erat , “Thayyib ya akhi. Ila Bandung. Oke,
kit a ke Bandung.
At ang tersenyum senang kami akhirnya mau ikut dia.
Perjalanan ke Bandung sangat menyenangkan. Bapak Yunus,
ayah At ang adalah laki-laki separo baya yang periang.
Sepanjang perjalanan dia bercerit a t ent ang kemajuan
pendidikan di Bandung dan dengan senang hat i ment rakt ir
kami selama perjalanan. Tidak sampai 12 jam, kami t elah
masuk Kot a Bandung yang penuh pohon rindang dan berhaw a

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sejuk. Yang pert ama aku t anya ke At ang adalah di mana let ak
ITB. Kampus impianku dan Randai.
Pak Yunus adalah pegaw ai Pemda Bandung dan akt if di
Muhammadiyah. Kaca depan rumahnya menempel sebuah
st iker hijau dengan gambar mat ahari di tengahnya. “ Dari mulai
orang t ua saya sudah akt if di pengurus cabang
Muhammadiyah,” kat anya Pak Yunus.
Keluarga Yunus berkecukupan dan sangat menghargai seni.
Dinding rumah dipenuhi lukisan, rak buku disesaki buku
teater, melukis dan t ari. Beberapa majalah berbahasa Sunda
dan majalah Panjimas ada di meja t amu. Peragat rumahnya
rapi dan berw arna terang. Rumah At ang terlet ak di dekat
kampus Universit as Padjadjaran di kawasan Dipat i Ukur.
Kawasan ini hiruk pikuk dengan mahasisw a yang berseliw eran
masuk dan keluar gang. Menurut At ang, daerah sekit ar
rumahnya adalah lokasi favor it kos-kosan mahasisw a, karena
dekat ke kampus. “Bahkan dua kamar di paviliun rumahku ini
dijadikan tempat kos anak Unpad,” kat anya.
At ang t ernyat a sudah merencanakan sesuat u buat ku dan
Baso. Beberapa minggu lalu t ernyat a At ang dihubungi oleh
teman-teman SMA-nya yang sekarang akt if di komunit as
teater Islam dan seni Sunda di Universit as Padjaj aran. Mereka
biasa mengadakan pengajian di masj id Unpad Dipat i Ukur.
Begitu t ahu At ang akan pulang liburan, mereka langsung
mendaulatnya untuk mengisi acara pengajian bulanan minggu
ini.
Begitu kami menyat akan ikut ke Bandung, At ang langsung
mempunyai ide baru. Daripada hanya dia yang memberi
ceramah, dia memint a kami berdua juga ikut memberi kuliah
pendek, t api dalam bahasa Arab dan bahasa Inggris. Kami
berdua t idak punya pilihan selain set uju. Unt unglah kami t elah

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

terlat ih memberikan pidat o dalam 6 bulan t erakhir ini.


Berbagai konsep pidat o sudah ada di kepala, t inggal
disampaikan saja.
“Silakan gunakan liburan unt uk berjalan, melihat alam dan
masyarakat di sekit ar kalian. Di mana pun dan kapan pun,
kalian adalah mur id PM. Sampaikanlah kebaikan dan nasehat
w alau sat u ayat ”, begitu pesan Kiai Rais d i acara melepas libur
minggu lalu. Kesempat an sepert i yang disampaikan At ang
adalah kesempat an kami unt uk mempraktekkan apa yang
telah kami pelajari di luar PM, menjalankan amanah Kiai Rais
dan melaksanakan ajaran Nabi Muhammad, Ballighul ann i
w alau aayah. Sampaikanlah sesuat u dariku, w alau hanya
sepotong ayat .
Sepert i undangan yang diterima At ang, kami dat ang ke
Masjid Unpad sebelum Ashar. Di luar dugaan, shalat Ashar
berjamaah di masjid kampus ini penuh. Aku sempat agak grogi
melihat jamaah yang beragam, mulai dari mahasisw a, dosen,
masyarakat umum, dan t erut ama para mahasiswi yang manis-
manis. Tapi begit u aku t ampil di mimbar membaw akan pidat o
Bahasa Inggris favor it ku yang berjudul “How Islam Solves Our
Problems”, pelan-pelan grogiku menguap. Semua teks pidat o
dan potongan dalil masih aku hapal dengan baik. Suaraku
yang awalnya berget ar, bergant i bulat dan nyaring. Bagai di
panggung muhadharah, hadirin t erpukau.
At ang dan Baso juga t idak kalah baik penampilannya. At ang
dengan lihai memasukkan berbagai macam guyon Sunda yang
membuat hadirin t erpingkal-pingkal. Sedang Baso, dengan
lafaz Arabnya yang bersih, dilengkapi hapalan ayat dan
hadisnya yang baik, membuat pendengar mengangguk-
angguk, ant ara mengert i dan t idak. Pokoknya, dengan gaya
masing-masing, kami bert iga membuat para hadirin berdecak
kagum dan terlongo-longo. Mereka t idak biasa melihat
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pengajian dalam t iga bahasa dan dibawakan oleh t iga anak


muda yang kurus, berambut cepak, t api dengan semangat
mendidih.
Begitu acara selesai, kami d isalami dan d ipuji banyak
jemaah. Ada yang bert anya bagaimana belajar pidat o bahasa
asing, bagaimana cara masuk PM, dan sebagainya. Dengan
agak malu- malu, kami menjawab semua pert anyaan dengan
sabar. Tiga mahasiswi berjilbab banyak bert anya ke At ang
dalam bahasa Sunda. Mungkin bekas temannya di SMA dulu.
At ang sibuk membet ulkan kacamatanya yang baik-baik saja,
ket ika menjawab pert anyaan mereka.
Di akhir acara, pengurus masjid berbaju koko yang
mengenalkan dirinya kepada kami bernama Yana,
menyelipkan sebuah amplop ke saku At ang. “Hatur nuhun
Kang At ang dan teman semua. Punt en, ini sedikit infaq dari
para jemaah untuk pejuang agama, mohon diterima dengan
ikhlas.” Kami kaget dan t idak siap dengan pemberian ini.
Mandat dan pesan PM
pada kami adalah melakukan sesuat u dengan ikhlas, t anpa
embel-embel imbalan. At ang dengan kikuk berusaha menolak
dengan mengangsurkan amplop kembali ke Kang Yana. Tapi
dengan t at apan sungguh-sungguh, dia memaksa At ang unt uk
menerimanya.
Besoknya At ang mengajak kami keliling Bandung naik
angkot . Sesuai janji, At ang yang membayari ongkos. Dimulai
dari melihat alam yang hijau Dago Pakar, melihat keramaian
kot a di Dago, Gedung Sat e, t oko pakaian di Cihampelas,
keriuhan Alun-Alun dan mencari buku-buku bekas dan murah
di Palasari.
Di hari berikut nya kami berjalan sampai ke luar kot a:
Lembang dan Tangkuban Perahu. At as permint aanku, At ang
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

juga mengajak kami masuk ke dalam kampus ITB di Jalan


Ganesha dan Masjid Salman yang t erkenal it u. Sebuah sekolah
yang sangat mengesankan dengan bangunan unik, pohon-
pohon rindang dan mahasiswa yang terlihat sibuk dan pakai
jaket w arna-warni.
Sedangkan di Masjid Salman, anak-anak muda dengan jaket
lusuh bertuliskan nama jurusan kuliah berkumpul di dalam
masj id dan pelat arannya. Membent uk kelompok-kelompok
yang sibuk berdiskusi. Mereka memegang buku, Al-Quran dan
cat at an. Diskusinya semangat sekali. Pemimpin diskusinya
juga anak muda yang t ampak lebih senior. Dia menuliskan
pot ong-potongan ayat dan ist ilah- ist ilah modern di papan t ulis
kecil. Aku mencuri dengar, bacaan Arabnya t idak fasih, t ulisan
Arab nya apalagi, t api semangat nya menerangkan luar biasa.
Leng-kap dengan ist ilah-ist ilah modern yang t idak sepenuhnya
aku pahami.
Ada kecemburuan di hat iku. At au merasa t ersindir? Dengan
ket erbat asan ilmu agama mereka, kenapa mereka begit u
bersemangat berdiskusi t ent ang Islam? Padahal mereka punya
jadw al kuliah t eknik yang konon berat . Sebaliknya aku malah
ingin belajar ilmu t eknik-t eknik mereka. Apakah sepert i ini
manusia, yang t idak pernah puas dengan apa yang dipunyai
dan selalu melihat kepunyaan orang lain?
Bet apa hebat sekolah ini t elah menghasilkan seorang Ir.
Soekarno, Presiden Indonesia dan beberapa menteri ternama.
Mimpiku memang belum padam. Di gerbang bat unya, di
sebelah arca Ganesha, aku mendongak ke langit . Duhai
Tuhan, apakah mimpiku masih bisa j adi kenyat aan?
At ang menelepon Said yang ada di Surabaya. Mendengar
kami bert iga berkumpul di Bandung, dia bersikeras agar kami
menyempat kan diri main ke rumahnya di Surabaya, sebelum

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kembali ke PM. Dia b ilang, kami bisa kembali bersama mobil


keluarganya ke PM.
Taw aran yang menggiurkan aku. Unt unglah kemudian Baso
dan At ang set uju. Selain it u kami juga t ertolong dengan
amplop yang kami t erima kemarin. I sinya cukup membant u
biaya t ransport asi aku dan Baso. Tiga hari sebelum libur
berakhir, kami bert iga meninggalkan Bandung menuju
Surabaya dengan menumpang keret a api ekonomi. Said
dengan senyum lebar khasnya menyambut kami dengan
lengan terbuka lebar. Tangan t iang betonnya memeluk kami.
Kawanku yang satu ini memang selalu bisa menunjukkan
ekspresi persahabat an yang kent al.
“Syukran ya ikhw ani lihudurikum…Pokoknya kalian t idak
akan rugi main ke sini dulu,” kat anya membant u mengangkat
koperku. Dia memasukkan koper-koper kami ke Suzuki Hijet
biru dan menyet ir sendiri ke rumahnya, di daerah Ampel.
Keluarga besar Said menyambut kami dengan t idak kalah
meriah. Bapaknya, kami panggil Abi. Seorang laki-laki paruh
baya yang t egap dan berambut put ih. Dia memakai baju put ih
terusan sepert i piyama dan jari t angannya terus memet ik
t asbih yang dibawa ke mana-mana. Abi menepuk-nepuk bahu
kami, seakan-akan bertemu kaw an lama. “Tafadhal. Silakan.
Anggap rumah sendiri ya,” kat anya dengan logat jaw at imuran
yang kent al.
Rumah Said bert ingkat dan furnit urnya terbuat dari kayu
kokoh yang dipelit ur hit am. “Ini kayu jat i,” kat a Said w akt u
aku t anya. Dinding rumahnya penuh lukisan kaligraf i, foto-fot o
keluarga dan silsilah keluarga yang sepert i pohon besar, ujung
baw ahnya keluarga Jufri, dan ujung at asnya Nabi Muhammad.
Juga ada sebuah kalender besar bertuliskan Pengurus
Nahdhatul Ulama Jawa Timur, berdampingan dengan sebuah

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

piagam yang d it erbit kan oleh PBNU unt uk orang t ua Said at as


dukungan dan sumbangan besarnya buat pembangunan
sekolah NU di Sidoarjo. Dua mobil parkir di garasi depan. Baso
dari t adi t idak hent i-hent i menggeleng-gelengkan kepalanya
sambil berdecak-de-cak kagum melihat rumah Said.
Said mencerit akan bahw a rumah di seberangnya adalah kantor
Abi, sebuah usaha bat ik rumahan yang cukup sukses. Kami—
At ang, Baso, aku dan Said t idur di kamar yang sama,
ukurannya besar dan mempunyai kasur busa yang t ebal. Di
dinding kamar Said masih terpampang foto-fot o kejayaan
semasa dia SMA. Juga ada dua post er bint ang film, keduanya
poster Arnold Schw arzenegger. Sat u poster yang lebih baru
mendominasi p int u kamarnya, fot o PM dari udara. Sekolah
kami t ercint a.
“Aku juga sudah t iga kali ceramah, dua di masjid, sat u di
kantor Fat ayat NU,” kat a Said menimpali cerit a kami ceramah
di Unpad.
“Salah sat u yang hadir di ceramah it u, calon ist riku, Najwa,”
kat anya berbisik samb il t ersenyum lebar. Buru-buru dia
merogoh dompet nya, mengeluarkan sebuah pas foto seorang
perempuan Arab muda berkerudung hit am. Alisnya hit am
pekat dan mat anya kejora. Said memang telah dijodohkan
dengan salah sat u keluarga jauhnya. Kedua belah keluarga
setuju, dan menurut Said, dia dan calon ist rinya juga t idak
keberat an.
Ini benar-benar pengalaman baru bagiku, masuk ke dalam
sebuah keluarga Arab dan berada di kawasan yang dit inggali
mayorit as orang Arab. Setelah sarapan dengan nasi kebuli,
Said mengajak kami melihat t oko keluarganya di Pasar Ampel,
t idak jauh dari rumahnya.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pemandangan pasar ini sungguh menarik hat iku. Jalanan


pasar semarak dengan barang dagangan yang menjela-jela ke
jalan mulai dari baju muslim, bahan pakaian, sajadah, bat ik,
minyak w angi sampai kurma dan air zamzam. Bau minyak
w angi bercampur dengan bau sat e kambing menggelit ik
hidung. Lagu kasidah dan irama padang pasir mengalun dari
beberapa t oko.
Kali in i Said berlagak seorang pemandu turis.
“Saudara-saudara, selamat dat ang di Pasar Kampung
Ampel, pasar t ert ua di Surabaya. Telah ada sejak abad ke-15,
t idak lama set elah kehadiran Sunan Ampel.” Tangannya sambil
melambai ke kiri dan kanan, menyapa para penjaga toko yang
banyak memakai kopiah put ih dan baju t erusan sepert i Abi.
“Dari daerah m ana asal ket urunan Arab di sini?” t anya Baso
tert arik.
“Macam-macam. Kebanyakan dari Yaman, Hadralmaut
sepert i faam Jufri, keluargaku. Tapi ada juga sebagian dari
Hij az dan Persia. Tapi w alau dari Arab, jangan harap kami
kebanyakan di sini masih lancar bahasa Arab. Kalian dengar
sendiri, kami di sin i lebih lancar bahasa suroboyoan.”
“Hmmmm… kalau pohon silsilah t adi bagaimana
cerit anya….,” t anya At ang ragu-ragu.
“Oh, yang ada di dinding rumahku? Ya, kami percaya,
sebagai ket urunan dari Yaman, ada hubungan silsilah t erus ke
at as kepada Rasulullah,” kat a Said dengan bangga.
Nah, sebelum kit a jalan keliling kot a, aku mau ajak kalian
mencicipi makanan kesukaanku,” kat a Said begit u kami
sampai di depan sebuah rumah makan. Said dengan cekat an
memesankan berbagai makanan. Tidak lama kemudian

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

terhidang kebab, rot i maryam dan semangkok besar makanan


berkuah yang aku t idak t ahu namanya.
“Ayo… ayo…. aku t rakt ir. Semua yang aku pesan adalah
menu andalan mereka. Coba ini, saya jamin kalian t idak akan
ket emu di t empat lain. Ini namanya gulai kacang hijau,”
pamer Said.
Hah, kacang hijau digulai? Di kampungku kacang hijau
hanya untuk bubur manis. Aku, At ang dan Baso mencicipi
makanan ini. Agak t erasa aneh di lidah Minangku, t api aku
bisa memakannya. Set elah dimakan dengan hidangan lain,
rasanya semakin enak. Tidak lama, semua hidangan yang di
depan kami berempat t andas.
Sepert i di Bandung, t uan rumah kami, Said, dengan senang
hat i mengajak kami keliling ke berbagai objek w isat a di sekit ar
Surabaya, sepert i Tunjungan Plaza, Jembat an Merah, dan
Kebun Binat ang. Bagi aku anak kampung yang baru saja
menjejakkan kaki di Pulau Jawa, jalan-jalan di Bandung dan
Surabaya merupakan pengalaman yang sangat luar b iasa. Aku
bersyukur sekali mempunyai teman-teman yang baik dan
tersebar di beberapa kot a sepert i At ang dan Said.
Di hari t erakhir sebelum kami kembali ke PM, Said punya
kejut an buat kami.
“Kalian masih ingat kan w akt u kit a ke Ponorogo sampai
basah kuyup dan melihat poster film Amold Schwarzenegger?”
t anyanya kepada kami sambil mengerlingkan mat anya yang
lucu.
“Yang membuat kit a hampir dihukum it u kan,” kat a At ang
dengan muka masih kurang senang.
“Hampir aku bot ak dan malu seumur hidup,” kat a Baso t ak
kalah sengit

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Said t idak peduli dengan perasaan At ang dan Baso.


“Ya, benar! Ingat an kalian memang bagus. Karena it u aku
akan t rakt ir kalian unt uk nont on filmnya, Terminat or,” kat anya
berbinar-binar. Aku senang sekali, karena belum pernah
menont on film di bioskop selain film G-30 S PKI. Itu pun di
bioskop di Bukitt inggi yang penuh kecoa dan kepinding.
Dengan gaya malu-malu t api mau, At ang dan Baso
menyambut t aw aran Said.
Bioskop di Surabaya t ernyat a jauh lebih bagus daripada d i
kampungku. Udaranya dingin dan kursinya empuk. Suara dan
gambarnya juga terasa lebih t ajam dan jernih. Film in i dibuka
dengan sebuah kilat an cahaya dari lang it yang kemudian
menjelma menjadi akt or idola Said, Arnold Schw arzenegger.
Aku t idak t erlalu paham cerit a det ailnya, t api yang jelas Arnold
adalah robot canggih ut usan dari masa depan unt uk
menyelamat kan umat manusia. Sepanjang jalan pulang ke
rumah Said, kami bertengkar tent ang apakah robot yang
sudah sepert i manusia it u bisa masuk surga at au masuk
neraka.
Kami berempat kembali ke PM diant ar sendiri oleh Abi
dengan mobil kijangnya. Muka kami senang dan segar set elah
libur. Inilah liburan sekolahku yang paling berkesan. Penuh
pengalaman baru mulai dari memberi ceramah, t inggal di
kampung Arab sampai menont on bioskop. Aku yakin Randai
pun t idak akan pernah punya liburan seseru liburku.
Kami t idak sabar kembali ke PM ant ara lain karena
penasaran ingin berprofesi sebagai bulis lail alias night
w at ckmat u Sebuah t ugas menjadi peronda malam menjaga
PM. Sebagai anak baru, kami akan mendapat giliran ronda
setelah semester pert ama. Menurut para senior kami, menjadi
bulis lail ini pengalaman t ak terlupakan.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pr incess Of Mad ani


Hari pert ama masuk sekolah masih menyisakan hal-hal
yang menyenangkan selama liburan. Cerit a kami t idak hab is-
habisnya t ent ang apa yang telah dikerjakan dan akan kami
lakukan. Semua senang bertemu teman lagi, t api juga agak
malas harus kembali ke kelas lagi.
“Selamat dat ang kawan-kaw an, ayo mana oleh-oleh kalian
unt ukku yang t elah menjaga kamar kalian selama dua
minggu?” sambut Kurdi dengan senyum lebar kepada anak-
anak yang t erus berdat angan setelah libur. Beberapa orang
memberinya makanan sepert i jenang, dodol Garut, dan
kerupuk t empe.
Kurdi seorang anak bermuka bundar dan berperut lebih
bundar dengan pembaw aan riang gembira. Dia kawan sat u
kamarku dan memilih t idak liburan karena orang t uanya jauh
di Kalimant an. Dia sangat menyukai seni lukis dan
mat emat ika. Dan dia bertekad menggunakan liburan di PM ini
unt uk mendalami luk isan minyak. Bosan meluk is, d ia ke
perpust akaan unt uk membaca buku-buku teori matemat ika.
Kombinasi hobi yang unik.
Tidak hanya kami yang liburan saja yang punya cerit a
menarik. Kurdi juga t idak mau kalah. Selama in i dia memang
t idak pernah kehabisan cerit a-cerit a lucu dan gosip terbaru
seput ar PM. Kakak pert amanya seorang ust ad dan kakak
keduanya duduk di kelas enam. Tidak heran dia punya
informasi yang lebih banyak daripada kami. Kami selalu
merubungnya begit u dia mulai mencerit akan hal-hal yang
membuat kami terbahak-bahak sampai sakit perut. Tapi kali in i
cerit anya t idak mengocok perut .

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Saya baru dapat info kalau kit a akan punya w arga baru
yang ist imew a di sin i. Seorang gadis caaaant ik.” Kat a cant ik
diucapkannya dengan hiperbolik. Kont an kami yang masih
sibuk membongkar koper masing-masing berhent i, menoleh ke
dia, menunggu cerit a selanjutnya.
“Nah, kalau cant ik aku bilang, baru kalian t ert arik
mendengar,” kat a Kurdi t erbahak menikmat i leluconnya
sendiri.
“Keluarga Ust ad Khalid baru pulang dari Mesir, dan mereka
akan t inggal di rumah dosen, t idak jauh dari sin i.”
“Lalu, apa hebat nya!” kat a kami protes.
“Nah, ini yang kalian t ak t ahu. Telah jadi legenda di
kalangan kakak kelas bahw a ust ad ini punya anak gadis cant ik
yang t idak jauh umurnya dengan kit a.”
“Wah!”
“Iya, jadi gosipnya kit a akan punya “put ri” di sin i.”
“Masih ingat t uan put ri yang aku cerit akan kemarin? Yang
anak Ust ad Khalid?” t anya Kurdi ret oris di t engah kamar suat u
sore.
Saat it u hampir semua anggot a kamar ada. Kami
mengangguk-angguk sambil sibuk menutup lemari masing-
masing, bersiap-siap ke masjid.
“Aku kemarin melihat dia di depan rumahnya,” lanjut Kurdi
bangga.
Kami meliriknya iri.
“Kalau melihat sih biasa. Banyak yang sudah pernah
melihat , dari jauh. Tapi yang t ahu namanya baru aku,” kat a
Kurdi berbinar-binar.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Seket ika it u juga t erdengar bunyi pint u-pintu lemari dit ut up


buru-buru. Kami segera merubung di sekit arnya dengan
penasaran. Barulah setelah kami janj ikan berbagai konsesi
makanan sert a t rakt iran, Kurdi akhirnya bersedia menyebut kan
rahasia yang dia klaim hanya dia yang t ahu.
“Nama t uan put ri it u Sarah,” kat anya puas dengan imbalan
yang dia dapat dari informasi in i.
Sa-rah… Sa-rah. Nama it u sepert i bersenandung memasuki
kupingku. Indah dan enak didengar. Sejak di PM, semua nama
yang kudengar adalah punya laki-laki. Kalau ada yang
perempuan, paling banter adalah nama para mbok-mbok di
dapur umum sepert i Tinem, Sugiyem, dan Jumirah. Tapi
Sarah, hmmmm indah sekali didengar.
Di kamar aku bertemu mereka, di kelas aku bert emu
mereka lagi, di lapangan bola juga, bahkan di depan kaca, aku
pun bertemu makhluk yang sama: laki-laki. Sekolah kami
adalah keraja-an kaum lelaki. Tidak ada perempuan di areal
belasan hekt ar ini kecuali mbok-mbok di dapur umum dan
kant in, keluarga para guru senior yang kebet ulan t inggal di
dalam kampus, dan para t amu yang dat ang dan pergi.
Karena it ulah, mohon dimaklum i dengan sepenuh hat i,
bahw a kami agak norak kalau bertemu lawan jenis. Senang
t api gugup. Yang jelas, suat u kebahagiaan tersendiri kalau
bisa melihat gadis sebaya apalagi kalau sampai dapat
kesempat an mengobrol. Amboi nian rasanya. Kesempat an
sepert i ini akan t erkenang t erus sampai berminggu-minggu
dan menjadi bahan obrolan di kelas, di kamar, ket ika lari pagi,
dan di masjid.
Tapi at urannya amat jelas: Mamnu’. Terlarang. Selama d i
PM, kami t idak diizinkan unt uk berpacaran dan berhubungan
akrab dengan perempuan. Jangankan saling bertemu,
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bersurat -surat an saja dilarang. Hukumannya t idak main-main,


paling rendah dibot ak, dan bisa naik kat egori menjadi
dipulangkan.
Sore it u ket ika akan ke masj id, kami Sah ibul Menara yang
penasaran ingin melihat Sarah, mengambil j alan memut ar
sehingga lew at di depan rumahnya. Dan berapa beruntungnya
kami, sekilas kami melihat seorang gadis berkerudung hijau di
t angkan rumah baru Ust ad Khalid. Bersama dengan seorang
ibu, dia merapikan beberapa kardus yang bert uliskan Arab.
Sambil t et ap berjalan lurus ke arah masj id, kami menoleh
t akut -t akut ke arah rumah it u. Walau hanya sek ilas wajahnya,
t api aku set uju dengan gosip dari Kurdi, gadis ini sepert i
seorang put ri.
Di baw ah menara, kami berlima sering membahas masalah
yang sat u ini.
“Apa kamu pernah pacaran Lif?” t anya At ang dengan
pandangan agak merendahkan umurku. Dia t ahu past i,
sebagai anak yang lebih muda t iga t ahun dari dia, t ent ulah
aku t idak punya pengalaman.
“Tent u saja,” jaw abku pendek membela diri. Dalam
pikiranku tergambar perist iw a w akt u aku saling pinjam buku
pelajaran dengan t eman perempuan sekelas. Malu berbicara,
aku menyelipkan surat pendek berisi pujian di halaman
tengahnya. Sejak itu teman itu menjauh dariku.
“Aku set amat di sin i akan mengawini Najw a, dari keluarga
pamanku,” sahut Said dari ujung, terpancing pembicaraan
kami. Waktu libur kemarin Said telah memperlihat kan fot onya
kepada kami.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Alah, masih t iga t ahun lagi kok disebut -sebut sekarang.


Sudah keburu direbut orang,” t impal Raja samb il t erkekeh-
kekeh. Said merengut mendengarnya, t api membalas.
“Orangt ua kami t elah set uju. Dan kami t elah sepakat …”
sergahnya.
Menurut Said, sejak dia masuk PM, keluarga calonnya
semakin kesengsem. Aku kira Said punya semuanya unt uk
menjadi menant u idaman para mertua. Anak muda yang
t ampan, berbadan tegap dan baik hat i, kaya, punya nasab
keluarga yang baik, dan sekarang belajar di PM pula. Ket ika
melepas kami liburan Kiai Rais pernah mengat akan bahw a
semakin lama kami di PM, semakin kami berharga. “Dulu jual
paku sekarang jual rambut an, dulu t idak laku sekarang jad i
rebut an,” seloroh beliau yang disambut gelak t aw a satu aula.
Aku biasanya t idak banyak b icara. Apalagi memang t idak
banyak yang bisa aku cerit akan t ent ang hal ini. Tapi nama
Sarah yang bersenandung it u membuat aku memberanikan
diri berkat a, “Kalau aku ingin berkenalan dengan Sarah,”
kat aku.
Semua mat a memandang kepadaku. Pert ama dengan sorot
kaget , lalu dengan past i berubah menjadi mengejek.
“Wah, ada punguk merindukan bulan nih,” kat a At ang
sambil t erkekeh t anpa suara. Seniorit asnya sebagai lulusan
SMA muncul.
“Sarah adalah idaman semua orang. Dan dia berada d i
tempat yang paling t idak bisa dit embus. Bapaknya, Ust ad
Khalid adalah salah seorang guru yang paling t egas dan
disegani. Bagaimana mungkin kau akan bisa?” t anya Raja.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Tapi, kan kalau ada niat ada jalan. Man jadda u/ ajada,
kan?” kat aku sekenanya. Dalam hat i, aku juga t ahu, jauh
panggang daripada api.
“Aku t rakt ir makrunah sebulan kau kalau sampai kenal
dengan dia,” t ant ang Raja menggebu-gebu sepert i biasa.
Makrunah adalah menu khas kant in PM berupa mie gemuk-
gemuk bergelimang kecap, baw ang goreng dan rajangan
cengek. Menu favorit di kant in kami.
“Oke, aku t idak t akut t ant anganmu. Akan kubukt ikan aku
bisa. Akhi semua, kalian dengar kan ya?” j awabku agak kesal.
Mat aku mengedarkan pandangan.
“Oke, janji. Tapi dengan syarat , ada gambar kau dengan
dia,” t ambah Raja cengengesan.
“Hah, bilang saja kau t idak berani. Kok pakai syarat aneh
segala macam.”
“Kalau gak mau ya sudah. Art inya gak berani. Tit ik. Take it
or leave it.”
“Kit a lihat saja nant i siapa yang menang!” kat aku mulai
sengit. Aku agak tersinggung dengan gaya bicara Raja yang
me-remehkanku. Aku t ahu dia memang lebih pint ar dan lebih
t ua. Tapi bukan berart i dia bisa selalu lebih baik.
Banyak keajaiban terjadi di dunia karena orang t elah
memasang t ekad dan niat , dan lalu mencoba
merealisasikannya. Aku pun percaya dengan man jadda
w ajada it u. Dan aku akan membukt ikan bahw a Raja salah dan
t idak boleh meremehkan aku sepert i it u. Aku akan membuat
pembukt ian. Kit a lihat saja nant i.
Sement ara aku dibakar emosi unt uk membukt ikan Raj a
salah, isu t ent ang Sarah semakin merajai pembicaraan sehari-

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hari d i PM. Dia d ibicarakan di mana-mana, t api sekaligus t idak


ada di mana-mana. Dia sepert i hant u, sosok yang terus
dibicarakan dan dibayangkan, t api t idak ada wujudnya.
Obrolan tent ang Sarah bahkan kini mengalahkan popularit as
Rosadi, penyerang t im sepakbola PM yang bisa lari sepert i
kijang dan Teguh, juara pidato bahasa Inggris yang baru
memenangkan piala gubernur di Surabaya.
Rumah Ust ad Khalid dan beberapa guru senior tepat berada
di pusat kampus kami. Set iap akan masuk kelas dan ke dapur
umum, past i kami b isa melihat rumahnya. Sering kami
mengambil jalan memut ar untuk sengaja melewat i rumahnya.
Dan set iap lew at it ulah aku dan ribuan kawan lainnya
berkompet isi bebas unt uk mencuri pandang ke arah beranda
rumahnya dengan harapan: Sarah sedang ada di luar rumah
menyiram bunga.
Sayang seribu kali sayang, harapan kolekt if kami in i jarang
terjadi. Yang kadang t erjadi, Sarah sekelebat t urun dari mobil
dan langsung masuk rumah. Yang kami lihat adalah sekilas
punggungnya ket ika menuju pint u rumah, dan kalau
beruntung, sekilas w ajahnya ket ika dia menut up pint u dan
melihat ke arah luar. Dan w alau pemandangan ini hanya
sekelebat , set iap penampakan Sarah adalah berit a
menggemparkan bagi kami semua.
Siapa pun yang bisa melihat penampakan sekelebat itu
akan dengan royal bercuap-cuap kepada semua orang, di
kamar, di kelas, di bu lis lail dan sebagainya. Tentu t idak ada
yang bisa menjamin kalau cerit a ini juga telah dibumbui
berbagai haJ dramat is.
Tiga minggu set elah liburan, dengan pakaian “dinas” ke
masj id, kami sepert i biasa berkumpul di baw ah menara. Dari
kejauhan, kami melihat Dulmajid berlari-lari. Mukanya merah,

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mulut nya sepert i mas koki, megap-megap mencari udara, t api


mat anya bersinar.
“Ya akhi, t au gak, hari in i aku dapat rezeki besar!” teriaknya
kepada kami berempat . Aku yang sedang dalam penant ian
abadi t erhadal wesel berharap dia mendapat w esel at au
kiriman makanan. Lumayan bisa memin jam at au dapat makan
grat is.
“Makanan at au wesel?” tembakku langsung.
“Bukan… yang ini lain,” kat anya mengerlingkan mat a.
“Tadi, ket ika aku jadi piket asrama siang, aku melihat
pemandangan yang sangat jarang. Tidak lain dan t idak bukan,
si Sarah berkeliling PM dengan keluarganya. Bahkan sempat
melihat asrama k it a!” lapornya semangat.
Terus?” perhat ian kami semuanya sekarang t ersedot.
Semua kepala merapat ke Dulmajid.
“Ya aku lihat saja…”
“Kamu t idak berusaha senyum, menyapa, at au
berkenalan?”
“Iya, it u dia, kenapa aku t idak melakukannnya,” kat a
Dulmajid dengan muka masygul. Dia menyesali dengan amat
dalam kekeliruannya.
“Bagus nasib kau. Tapi art inya t et ap saja kau t idak bisa
memenangkan makrunah sebulan dariku. Tak ada fotonya,”
sergah Raja cepat dengan iri.
Bukan dia saja yang iri. Kami semua, bahkan semua
penduduk PM melihat siapa saja yang berunt ung melihat
penampakan Sarah dengan penuh benci dan iri. Kok bisa
mereka sebe-runt ung it u. Walau penuh dengan benci dan iri,
kami t et ap dengan antusias duduk melingkar mendengarkan si
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dulmajid yang sekarang mengulang det ik-det ik dia melihat


Sarah. Walau dalam art i senyat anya memang hanya hit ungan
beberapa det ik. Sekelebat saja.
Kalau d ihimpun cerit a beberapa saksi mat a dan
pengalamanku sendiri, Sarah adalah gadis muda berumur 15
t ahun yang sangat menarik. Alisnya h it am kelam dan t ebal.
Ujung kedua alisnya nyaris bert emu saking suburnya. Mungkin
ini yang dimaksud dengan ungkapan semut beriring. Mukanya
put ih dan lonjong dibalut jilbab.
Kini, set iap melewat i rumahnya, t idak pernah aku lewat kan
unt uk menengok ke beranda rumahnya. Apa daya, upaya
melengos ke kanan jalan t idak menghasilkan apa-apa. Sarah
t idak pernah t ampak. Beberapa kali y ang muncul adalah Ust ad
Khalid yang berkumis lebat . Cepat -cepat aku palingkan w ajah
ket akut an.
Aku mulai menyusun berbagai rencana yang mungkin untuk
menembus tembok Cina ini. Ada beberapa kemungkinan yang
aku pert imbangkan. Pert ama dengan cara paling jant an,
dat ang bert amu ke rumah Ust ad Khalid untuk bert anya
tent ang pelajaran. Di PM, kapan saja seorang murid boleh
menget ok pint u rumah ust ad untuk bert anya tent ang
pelajaran. Aku membayangkan, ket ika asyik berdiskusi hangat
dengan Ust ad Khalid di beranda rumahnya, Sarah muncul
menat ing secangkir teh hangat dan pisang goreng. Tapi aku
segera menghapus lamunan it u, karena Ust ad Khalid t idak
mengajar kelasku.
Cara yang kedua yang lebih mungkin adalah memanfaatkan
kedudukanku sebagai w art aw an majalah kampus Syams. Aku
bisa mengajukan surat unt uk w aw ancara panjang dengan
Ust ad Khalid, untuk dimuat sebagai rubrik “Mengenal Guru

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kit a”. Waw ancara sepert i in i sudah beberapa kali aku


melakukannya dengan ust ad senior.
Tapi aku ragu-ragu. Apakah w aw ancara in i benar? Apakah
sebetulnya mot ivasiku? Ingin mewaw ancarai seorang tokoh
PM yang baru kembali sekolah, at au mencari peluang unt uk
kenal dengan anaknya, untuk kemudian membukt ikan kepada
Raja kalau aku bisa? Aku terus terang bingung menjaw abnya.
Tapi bukankah niat ku benar ket ika berniat mewaw ancarai
Ust ad Khalid? Kalau dari w awancara it u aku bisa kenal Sarah,
berart i it u bonus saja? Bolak-balik aku menimbang-nimbang.
Keputusanku: w awancara perlu dilakukan.
Aku segera membuat persiapan. Dengan kop surat majalah
kampus, aku tulis surat permohonan w awancara, lengkap
dengan alasan w awancara dan beberapa point er pert anyaan.
Int inya aku ingin menggali lebih jauh tent ang mot ivasi,
semangat dan nasihat dari Ust ad Khalid. Aku ingin t ahu
bagaimana suka duka menunt ut ilmu di Mesir, dan bagaimana
kami para siswa PM bisa belajar dari pengalamannya.
Semoga Ust ad Khalid punya w akt u.

Pend ek ar Pem bela Sapi


”Yang t erpilih malam ini adalah kamar sembilan!” seru Kak
Is. Kami sukacit a menyambut pengumuman ini. Beberapa
orang bahkan bertepuk t angan girang.
Akhirnya, apa yang kami nant i-nant ikan set engah t ahun ini
jadi kenyat aan juga. Malam in i unt uk pert ama kalinya kami
sekamar mendapat penugasan menjadi bulis lail at au pasukan
ronda malam. Inilah kesempat an yang dinant ikan semua
murid baru dan juga murid yang lebih senior.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kasur segera kami gelar dan lampu kamar d ipudurkan.


Sebagai bulis lail, kami dapat keringanan unt uk t idur lebih
awal jam t ujuh malam. Ket ika semua orang masih belajar dan
t idak boleh masuk kamar, kami malah diwajibkan t idur unt uk
persiapan begadang. Setelah t idur 3 jam, Kak Is
membangunkan kami unt uk memulai t ugas mulia ini.
“Qum ya akhi. Ayo bangun. Wakt unya bert ugas. Cepat
berkumpul di kant or keamanan pusat unt uk unt uk briefing dan
pembagian lokasi kalian,” kat anya di depan kami yang masih
menguap dan mengucek-ngucek mat a.
PM Madani berdiri d i at as kaw asan belasan hekt ar di daerah
terpencil di pedalaman Ponorogo. Pondok dan dunia luar
hanya dibat asi pohon-pohon rindang dan pohon kelapa yang
julang-menjulang, yang berfungsi sebagai pagar alami sekolah
kami. Sement ara di dalam PM, banyak sekali barang berharga
mulai dari komputer sampai t ernak sapi pedaging dan sapi
perah kepunyaan PM.
Bagaimana agar sekolah kami aman dari pencuri di malam
hari? Kiai Rais mengembangkan solusi prakt is: bulis lail. Ronda
dari j am 10 malam sampai subuh ini melibat kan sekit ar
serat us murid set iap malamnya unt uk menjaga keamanan PM.
Tidak sepert i ronda malam di kampungku yang harus keliling,
di PM, sepasang peronda ditempat kan di puluhan sudut
sekolah yang dianggap raw an untuk dit embus oleh pencuri
at au orang yang bermaksud jahat lainnya.
Di kant or Keamanan Pusat yang sempit ini kami duduk ber-
desakkan di lant ai. Beberapa orang kembali meneruskan t idur
yang terganggu sambil duduk. Tapi begit u melihat Tyson yang
membagi penugasan, rasa kantuk kami langsung menguap.
Aku mengguncang-guncang At ang yang tert idur duduk dengan
gugup sambil membisikkan ke kupingnya, “Tyson”. Tidak

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ampun lagi, leher layu At ang jadi tegak dan mat a yang 5 wat t
menjadi 100 w att. Mengerjap-ngerjap.
Dengan gaya otorit at if dan suara t egas sepert i perw ira
brimob, Tyson mengingat kan bahw a malam ini keamanan PM
ada di bahu kit a, karena it u t idak seorang pun boleh t idur
sepiring pun. Bagi yang t idur akan dipast ikan masuk
mahkamah keamanan pusat.
“Adik-adik, malam ini kalian harus lebih w aspada. Menurut
laporan kepolisian, sekarang musim pencurian. Dan
pencurinya bersenjat a,” kat a Tyson lant ang. Wajah kami
menjadi tegang.
“Kampung sebelah kit a sudah beberapa kali kecurian mulai
dari mot or sampai sapi. Dan seminggu yang lalu beberapa sapi
pondok hilang dari kandang yang t erlet ak di pinggir sungai.
Melihat kami memasang w ajah jeri, Tyson mencoba
menghibur. “Tapi jangan t akut, kami sudah menyiapkan
pasukan pat roli khusus dari ust ad dan murid Silat Tapak
Madani. Mereka akan berkeliling dari sat u pos ke pos lain.
Tugas kalian adalah menjaga pos masing-masing. Kalau ada
apa-apa, beri isyarat dengan peluit . Siapa yang mendengar
peluit harus meniup peluit nya sendiri, sehingga nant i menjadi
pesan berant ai buat semua orang,” kat anya lugas samb il
membagikan peluit berw arna merah kepada set iap orang.
Said, yang merupakan t im int i Tapak Madani memang
sudah beberapa hari ini sibuk dengan lat ihan khusus. Bahkan
malam ini pun dia t idak ikut bersama kami di pos, karena dia
bagian dari pasukan pat roli khusus t adi.
Briefing selesai. Aku dan Dulmajid mendapat pos di pinggir
Sungai Bambu, di pojok t erujung PM. Begit u bubar dari
briefing, kami menyerbu kant in untuk mempersiapkan
perbekalan unt uk menemani ronda malam ini. At ang yang
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

baru menerima wesel memborong aneka makanan, mulai dari


kacang sukro, mie inst ant , minuman energi, rot i, sampai
kerupuk. Sayang, aku t idak berpasangan dengan At ang. Aku
yang selalu punya wesel mepet merasa cukup dengan
set angkup rot i mentega saja. Dulmajid yang mungkin lebih
parah sit uasi ekonominya, cukup senang dengan 2 buah
plast ik kecil kacang telur. Aku t idak lupa membaw a gelas
kosong unt uk jat ah kopi dan air panas y ang akan diant ar oleh
dua pet ugas.
Untunglah aku t idak kebagian tugas sebagai pet ugas air.
Kedua orang ini harus memasak air panas dan menyeduh kopi
di sebuah tong besar. Tong besar ini kemudian dit aruh di at as
gerobak kayu yang didorong berkeliling ke set iap pos jaga
malam. Bayangkan t ugas berat nya, ket ika seisi PM t idur
nyenyak, dua orang malang yang t erpilih ini harus mendorong
gerobak yang berat ke 50 pos di kawasan seluas lima belas
hekt ar.
Tepat jam 10 malam, aku dan Dulmajid sampai di lokasi
kami, sebuah t empat gelap di ujung barat PM.
Sesuai namanya, Sungai Bambu dikaw al oleh rumpun
bambu yang menyeruak ke sana-sin i. Lokasinya jauh dari
keramaian PM, pohon bambunya rapat dan besar-besar.
Menurut cerit a dari mulut ke mulut, sungai ini t erkenal angker.
Dulu kat anya t empat pembuangan korban PKI. Ingat cerit a
it u, aku melihat ke sekeliling pos dengan t akut -t akut. Aku
merasa sejurus angin dingin berhembus dan mengget ar-
get arkan pucuk-pucuk bambu. Memperdengarkan gesekan
daun yang menyerupai rint ihan risau dan resah. Dalam
imajinasiku, inilah rint ihan para korban PKI puluhan t ahun
silam. Bulu romaku serempak t egak.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Dul, kenapa bunyi bambunya sepert i itu?” t anyaku kepada


Dulmajid, unt uk memecah sepi.
Tidak berjawab. Dia mengangkat sat u t angan memint aku
jangan mengganggu.
Dulmajid, si anak Madura yang t idak pernah
memperlihat kan rasa t akutnya, kali in i t ampak serius. Mat anya
menat ap Al-Quran kecilnya. Dia mungkin mengadakan
perlawanan at as ket akut an ini dengan membaca Ayat Kursi
dan Surat Yasin dari kitab Quran kecilnya, lamat -lamat .
Pos penjagaan kami adalah dua kursi dan sebuah meja
kayu. Sebuah bola lampu yang redup-t erang sepert i kunang-
kunang raksasa t ergantung di sebuah t iang bambu di sebelah
meja. Menurut inst ruksi Tyson, kursi dan meja kami harus
dihadapkan ke sungai unt uk memant au daerah ini. Sungai in i
tenang dan kelam. Bunyi alirannya halus sepert i dengkuran
kucing.
Belum lag i hat iku t enang, aku ingat rumor lain yang pernah
dicerit akan t eman lain. Dari kegelapan sungai inilah kerap
bahaya kriminal mengint ai. Inilah salah sat u jalur bag i para
pencuri unt uk masuk ke PM. Biasanya para pencuri ini pelan-
pelan menyeberangi Sungai Bambu yang dangkal, kira-kira
t ingginya sepinggang orang dew asa. Lalu mereka
membongkar paksa kelas-kelas, mengambil bangku dan meja
kayu dan kembali menyeberang sungai sambil menjunjung
t inggi-t inggi hasil jarahannya.
Barulah setelah menamat kan surat Yasin, mengecup Quran,
dan melet akkan ke dadanya sebelum dilet akkan dengan
t akzim di meja, Dul mau aku ajak ngobrol.
“Oke kawan, aku siap melawan dedemit Sungai Bambu
sekarang,” kat anya penuh dengan percaya diri.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Inilah momen yang menyenangkan dalam pengalaman


bulis. Bisa bicara ngalor ngidul, semalam sunt uk, t idak ada
jadw al lonceng yang mengganggu, dan sat u lagi, t idak perlu
t akut dicat at jasus kalau memakai bahasa Indonesia.
Besoknya bisa pula t idur sampai siang. Dulmajid yang 3 t ahun
lebih t ua dariku berkisah tent ang kenangannya di SMA yang
menyenangkan. Tapi dia selalu merasa beruntung bisa masuk
PM karena merasa banyak belajar ilmu dunia dan akhirat .
Profesi bapaknya pet ani garam di Sumenep. Dengan penda’
pat an orangtua yang t idak besar, mengirim Dulmajid sampai
SMA dan sekarang ke PM adalah sebuah perjuangan. Dulmajid
bert ekad unt uk belajar keras, kalau bisa juga meningkat kan
t araf hidup keluarganya yang telah beberapa generasi menjadi
pet ani garam.
“Nasib kami para pet ani garam masih t et ap asin, belum
manis. Penghasilan kami naik t urun tergant ung harga garam
nasional. Ekonomi kami lemah dan pendidikan kurang baik,”
kat anya meneraw ang, mengingat dulu dia ikut membant u
orang-t uanya bert ani garam. Padahal untuk membuat garam
perlu banyak tenaga.
“Sebelum diisi air laut , t ambak garam harus kering dan
t anahnya padat . Ini saja but uh w akt u minimal 10 hari,
tergant ung teriknya mat ahari. Setelah seminggu kami baru
bisa memanen garam di t ambak yang telah mengering.
Sebuah kehidupan yang berat ,” kat anya.
Nant i, set amat di PM, dia ingin pulang kampung,
memerdekakan kampungnya dari ket erbelakangan dengan
membangun sekolah. Unt uk menambah nafkah, dia ingin
menjadi guru di berbagai sekolah agama yang but uh seorang
lulusan pondok.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sat u jam pert ama kami menggebu-gebu bercerit a, dipenuhi


ke-t aw a khas Dul yang selalu berderai. Semua makanan
perbekalan kami t amat dengan cepat . Rot i t angkup, dua
plast ik kecil kacang sukro, dan sebungkus mie yang kami bagi
rat a berdua. Makanan habis, kant uk mengancam.
Aku bercerit a t ent ang permainya kampungku di pinggir
Danau Maninjau, sebuah danau dari kawah gunung api purba
yang maha besar. Aku telah menggebu-gebu, t api t idak ada
reaksi dari sebelahku. Aku lirik, Dul sedang berjuang melawan
jajahan kant uknya yang keji. Kepalanya pelan-pelan jat uh ke
dadanya, lalu diangkat lagi dan jat uh lagi dan diangkat lagi.
Mat anya terpejam di balik kacamat a t ebalnya.
”Qum ya akhi, kok sudah t idur, belum habis cerit aku,” aku
goyang-goyang bahunya.
Dia menggeleng-geleng unt uk meraih kembali
kesadarannya.
Giliran dia bercerit a tent ang karapan sapi, aku merasa
makin lama suaranya m akin halus dan sayup dan h ilang sama
sekali. Sampai t iba-t iba aku t erbangun mendengar bunyi
berisik dari rumpun bambu di depanku. Dua ekor t ikus besar
mencericit berlari melint asi bawah meja kami.
Untunglah lomba mengantuk kami dilerai dengan
kedat angan pet ugas kopi. Ali dan Sabrun, dua kawan
sekamarku mendorong gerobak besar berisi kopi dengan
susah payah ke arah kami.
“Hoi, la t an’as daiman, in i kopi dat ang!” kat a Ali me lihat
kami yang berw ajah t idur. Sabrun menuangkan cairan hit am
ke gelas kami dengan gayung plast ik.
Ransum kopi panas mengepul-ngepul ini cukup manjur.
Setelah beberapa hirup, kant uk berkurang dan kami kembali

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengobrol seru t ent ang cit a-cit a masa depan. Aku ingin
menjadi Habib ie at au w art aw an, dan Dul ingin menjadi dosen.
Aku ingin kuliah di Bandung, Dul ingin ke Surabaya, supaya
dekat ke Madura, kat anya.
Wakt u t erus bergulir. Sekit ar jam dua pagi, aku
menghabiskan t egukan terakhir kopi yang t ersisa. Dan
perlahan t api past i, kant uk dat ang lagi. Takut t ert angkap
basah oleh Tyson yang sering
Jangan ngantuk terus melakukan razia, kami membuat
pakt a untuk t idur bergant ian set iap 30 menit . Seingat ku, pakt a
ini hanya berjalan sat u put aran, dan set elah itu aku tidak ingat
ada giliran lagi. Kami berdua benar-benar terjerumus dalam
t idur yang pulas.
Sekonyong-konyong, but ir-but ir dingin dan basah menerpa
mukaku berulang-ulang. Aku gelagapan dan memaksa
mengungkit kelopak mat a yang terasa seberat bat u.
Pandanganku kabur dan rasanya masih melayang-layang.
Samar-samar sebuah telapak t angan yang kukuh mendekat ke
mukaku. Jari-jarinya t iba-t iba menjent ik. Aku tergeragap. Dan
mukaku sekali lagi basah oleh air.
“Qiyaman ya akhi5ll” yang punya t angan it u menggeram.
Geraman yang kukenal. Geraman Tyson. Ya Tuhan. Tangan
kirinya memegang botol air yang digunakan unt uk membasahi
mukaku. Melihat aku bangun, sekarang dia menjent ikkan air
ke muka Dul yang segera mencelat dan t erjengkang dari
kursinya karena kaget.
Tangannya bergerak cepat memilin kuping kami. “Amanah
menjaga PM kalian sia-siakan. Sampai ketemu di mahkamah
besok!” kat anya dengan desis murka samb il berlalu dengan
sepeda hit amnya ke dalam gelap malam. Ah, alamat aku
menjadi jasus lagi. Kant ukku t iba-t iba punah.
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sat u jam lagi azan Subuh akan berkumandang dan


selesailah t ugas kami. Tugas yang t idak kami lakukan dengan
baik. Menurut Tyson, satu jam terakhir ini adalah masa krit is.
Biasanya kondisi mengant uk, capek dan merasa sebent ar lagi
selesai sehingga lengah. Padahal di masa sat u jam ini sering
terjadi pencurian. Para pencuri dat ang berkelompok dan
bersenjat a t ajam.
Sit uasi inilah yang membuat Said beberapa hari in i sibuk
dengan lat ihan dan rapat koordinasi. Dia t ermasuk t im elit Ta-
pak Madani unt uk pengamanan yang dipimpin Ust ad Khaid ir,
mant an at let silat nasional. Ust ad yang berasal dari Lint au,
Sumatera Barat ini berperaw akan sedang t api liat . Kalau
berjalan sepert i kucing, ringan dan lincah. Konon dia
menguasai berbagai ilmu beladiri klasik dan modern. Mulai dari
silek t uo yang sudah langka di Minang, silat Lint au, sampai
kung fu dan tent unya silat Tapak Madani. Dialah idola Said
setelah Arnold Schw arzenegger.
Aku sedang berdiri meregangkan badanku yang kesemut an
ket ika t iba-t iba dari arah hulu sungai kami mendengar suara
orang berteriak-t eriak dan bunyi kaki berlari mendekat ke arah
kami. Tapi sungai benar-benar gulit a, kami t idak melihat apa-
apa yang t erjadi. Lampu kecil in i hanya menerangi beberapa
met er ke depan. Aku dan Dul saling berpandangan dan
bersiaga. Apakah ini pencuri? Kapan kami harus meniup peluit
Lalu bunyi lengkingan peluit bersahut an merobek gulit a.
Kami segera membalas, meniup peluit kami kencang-kencang.
Tidak salah lagi, PM sudah dimasuki pencuri!
Derap kaki yang heboh t adi kini berhent i. Sekarang yang
terdengar adalah bak-buk-bak!
Lalu t erdengar teriakan, “aw as! sat u orang lari, kejar!!!”

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Aku t egang. Derap kaki t erdengar makin mendekat ke arah


pos kami. Tidak t ahu apa yang harus dilakukan, secara refleks
kami berdua mengangkat kursi masing-masing, siap
menggunakannya sebagai senjat a kalau ada serangan.
Dan gerombolan semak di dekat akar bambu t iba-t iba
tersibak. Sebuah bayangan hit am melompat cepat , langsung
menuju ke arah kami. Dengan gugup aku memicingkan mat a,
membaca zikir, sambil menyorongkan kaki kursi ke arah
depan. Aku lihat Dul juga melakukan hal yang sama.
Krak… duk… bruk… Ahhh! Kursi yang aku pegang berget ar
sepert i dihant am karung goni dan terpent al ke samping. Aku
membuka mat a t akut -t akut . Sosok hit am yang besar t adi
terjengkang dan mengerang kesakit an sambil memegang
kakinya, t epat di depan kami berdua, di at as onggokan daun
bambu kering. Bajunya hitam, t utup kepalanya hitam. Dengan
refleks t anganku kembali meraih kursi, siap-siap dengan
semua kemungkinan.
Kaki kur si yang kami sorongkan dengan asal-asalan ke
depan rupanya menggaet kaki si hit am ini dan membuatnya
tersungkur. Tapi sosok hit am-hit am ini t idak menyerah. Dia
bangkit berdiri, memperlihat kan badannya yang t inggi besar.
Kresak… kresek… daun-daun kering dilindas t elapak kakinya
yang bergeser ke kanan dan kiri. Tiba-t iba, dengan gerakan
cepat, t angannya merogoh pinggangnya. Sebuah benda
mengkilat diangkat nya set inggi dada. Memant ulkan sinar
lampu. Sebuah parang berkilat -kilat
Aku dan Dul serent ak surut . Darahku berdesir. Kami ciut .
Jelas kami kalah besar dan t idak punya senjat a sepadan
melawan parang ini. Sement ara lengkingan peluit terus
bersahut -sahut an dari kejauhan. Seisi PM sudah t ahu ada
pencuri. Aku berharap bant uan segera dat ang. Sadar nasibnya

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tersudut , si hit am gelagapan dan mengambil ancang-ancang


lari sambil mengayunkan parangnya ke depan. Mengarah
kepadaku. Ayunan pert ama ini melibas kaki kursi kayu dan
mement alkannya dari t anganku. Parangnya kembali t erangkat ,
siap melancarkan ayunan kedua.
Tiba-t iba, semak kembali t erkuak. Bagai kijang, lima orang
berlompat an dengan lincah dan mengurung sosok hit am t adi.
Tiga di ant aranya aku kenal: Tyson, Said dan Ust ad Khaidir.
Mereka menent eng t ongkat, ruyung, dan t ali. Tim elit Tapak
Madani!
“CEPAT MENYERAH!!! Kau sudah kami kepung!” hardik
Ust ad Khaidir. Tangannya mengibas ke arahku, menyuruh
menjauh.
Sosok hit am ini membisu dan t idak melihat kan t anda-t anda
menyerah. Posisi kuda-kudanya merendah dan dia
mengedarkan pandangan liar kepada pengepungnya. Lalu
t iba-t iba kakinya melent ing sepert i per, badannya mencelat
dan menyabet kan parang ke depan. Langsung menuju ulu hat i
Ust ad Khaidir. Sebuah gerakan yang salah besar.
Dengan kecepat an yang sulit aku ikut i, aku melihat, t angan
dan kaki Ust ad Khaidir berkelebat ringan dan pendek-pendek.
Tahu-t ahu, kakinya menghajar lut ut dan t angannya menet ak
per-gelangan t angan si hit am. Det ik selanjut nya, aku melihat
sosok hit am ambruk di t anah berdebum dan mengerang
kesakit an. Parangnya telah berpindah t angan ke Ust ad Khaidir
yang berdiri kembali dalam posisi sempurna, posisi awal silek
t uo. Posisi alif.
Dengan langkah cepat, Tyson mendat angi kami set elah si
hit am diringkus.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Syukran ya akhi, telah menahan dia unt uk lari. Kalian


bebas dari mahkamah, kesalahan t idur dimaafkan,” kat anya.
Kali ini dengan nada bersahabat . Dia mengulurkan t angan.
Mungkin unt uk menghargai usaha kami. Aku jabat dengan
ragu-ragu. Cincin kuningannya terasa dingin di t elapakku.
Di malam yang menegangkan ini dua orang pencuri berhasil
diringkus. Mereka ditemukan membuka paksa pint u kandang
sapi. Tim elit berhasil melumpuhkan yang sat u di dekat
kandang, dan yang sat u lagi di depan mat aku sendiri. Kedua
lut ut ku masih gemet ar ket ika melihat kedua orang
digelandang ke arah PM unt uk diserahkan ke polisi. Gemet ar
t api juga senang. Senang karena bisa ikut menangkap pencuri
dan lebih senang lagi lepas dari kew ajiban jadi jasus.

Si Pu nguk d an Sang Bulan


Sudah dua minggu sejak aku bert emu Sarah. Tapi rasany a
baru kemarin. Pengalaman yang selalu membaw a senyum ke
w ajahku. Pengalaman yang juga mengajarkan bahw a kalau
aku mau bercit a-cit a, selalu ada j alan. Bahkan keajaiban-
keajaiban bisa d icipt akan dengan usaha-usaha t ak kunjung
menyerah.
Bunyi mesin ket ik bert alu-t alu. Malam ini kant or majalah
Syams cukup ramai karena kami sedang mempersiapkan
perencanaan naskah buat majalah edisi berikut nya. Aku
membersihkan kamera yang akan aku pakai unt uk liput an.
Kepala lensa aku t iup-t iup unt uk mengusir debu yang
menempel.
Tiba-t iba pint u kantor majalah kami diket uk keras. Tanpa
menunggu jaw aban, sebuah sosok gelap membuka pint u,

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

membaw a masuk angin dingin malam bersamanya. Sosok t ak


diundang ini horor nomor sat u kami: Tyson.
Tanpa banyak prosedur dia menyalak, “Alif, kamu dipanggil
ke Kant or Pengasuhan, menghadap Ust ad Torik, sekarang
juga!” kat anya menunjuk hidungku. Dalam sekejap dia
berkelebat pergi, meninggalkan aku yang pucat .
Di dalam ruangan KP aku duduk dengan cemas. Ini adalah
tempat paling menakut kan di PM. Mereka ada di at as hukum,
yang membuat hukum dan bahkan bisa menghukum Tyson
dan anak buahnya. Apa kesalahanku? Tanganku dingin.
Ust ad Torik muncul. Mat anya t ajamnya t idak lepas dari
w ajahku.
“Benar kamu bulan ini mew aw ancarai Ust ad Khalid?”
selid iknya.
“Be… betul, Ust ad,” jaw abku terbat a.
“Saya mohon maaf kalau ada yang salah,” jaw abku
mendahului penghakiman. Mungkin aku dapat remisi dengan
mengaku salah.
“Beliau mint a kamu dat ang besok ke rumahnya jam delapan
pagi. Tolong baw a kamera, karena beliau sekeluarga mint a
t olong difot o keluarga,” perint ahnya lurus. Aku menarik napas
longgar.
“Alhamdulillah. Saya kira ada yang salah Tad. Siap saya
akan lakukan.”
“Aw as jangan terlambat , jam 8 pas. Khalas. Sudah, kamu
boleh pergi.”
“Syukran Tad…”

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Aku pulang dengan riang dan t idak bisa berhent i


tersenyum. Bukannya dihukum, malah aku mungkin akan
dapat rezeki bertemu Sarah. Nama yang bersenandung itu.
Para Sahibul Menara t idak bisa menyembunyikan rasa iriny a
ket ika aku cerit akan tugasku besok hari.
Aku kembali mengenakan baju t erbaikku. Kali in i
dit ambahkan dengan minyak w angi dari Said. Dan aku sudah
berdiri gagah di depan rumah Ust ad Khalid jam 7.50.
Sebet ulnya sudah setengah jam aku ada di sini, t api
berhubung t idak enak terlihat begit u ant usias, aku menunggu
di sudut belakang rumahnya. Di leherku menggant ung kamera
yang siap diajak bert empur. Tangan kananku memegang
t ripod.
“Maaf merepot kan kamu pagi-pagi begini. Sudah sarapan?
Ist ri saya baru memasak gudeg,” t anya Ust ad Khalid yang
mengenakan jas terbuka dengan baju put ih. Kumis t ebalnya
t ampak rapi. Ist rinya berdiri di sampingnya mengenakan baju
kurung hijau dengan t ut up kepala sew arna.
“Sudah Tad, saya malah senang bisa membant u,
apalagi…..”
Kat a-kat aku t idak selesai. Di belakang Ust ad Khalid muncul
Sarah. Jilbab pink melingkar di w ajahnya yang bulat put ih.
Baju kurung dan rok panjangnya sepadan dengan w arna t ut up
kepalanya. “Assalamulaikum Kak. Terima kasih t elah dat ang,”
kat anya pendek sambil t ersenyum malu-malu. Aku menyahut
salamnya samb il pura-pura sibuk membet ulkan t ripod. Ujung-
ujung jariku sepert i disiram es.
Aku memint a keluarga kecil ini unt uk berpose di t aman
belakang rumah mereka yang penuh pohon, bunga dan
rumput hijau. Sepert i di beranda, t aman ini d ipenuhi bunga

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mawar beraneka w arna. “Semua mawar ini adalah ko leksi ist ri


dan anak saya,” jelas Ust ad Khalid.
Aku segera memasang kamera di kepala t ripod. Sepert i
teknik yang aku pelajari, aku memakai lensa normal dengan
bukaan besar unt uk mendapat kan pot ret berefek bokeh54
yang indah, subyek t ajam dengan lat ar belakang kabur. Sinar
pagi akan jat uh di samping muka mereka setelah diperlunak
oleh daun dan dinding. Pencahayaan yang indah buat keluarga
kecil yang indah ini.
“Ust ad sama Ibu, boleh senyum sedikit , dimiringkan
mukanya ke kanan dikit ,” arahku dari belakang kamera.
“Ya. Bet ul. Ehmmm… Sa… Sarah silakan menat ap ke arah
kamera. Syukran,” lagakku sambil membidik dari balik
view finder dan mulai menjepret dengan asyik.
Sudah belasan jepret an aku tembakkan, sampai t iba-t iba
aku sadar, angka di kameraku t idak berubah. Dari t adi hanya
tet ap angka 0. Aku rogoh kantong celana depan. Sebuah
benda berbent uk silinder ada di sana. Alamak! Aku lupa
mengisi film.
“Ust ad, mohon maaf, ada kesalahan t eknis. Filmnya belum
dipasang,” kat aku. Mukaku merah sepert i kepit ing dibakar.
Aku menangkap get ar di kumisnya, t api w ajah Ust ad Khalid
t idak berubah. Ist rinya bilang “Tidak apa-apa”. Yang paling
aku khaw at irkan bagaimana aku di mat a Sarah. Alisnya
terangkat sebent ar, lalu senyum dikulum. Dia mungkin t ahu
bagaimana gugupnya aku.
Tanganku gelagapan menjangkau film. Hap, t anganku
mengail benda pent ing ini. But uh beberapa kali usaha sampai
aku bisa mengeluarkan fdm dari silinder plast ik put ih ini.
Biasanya dengan sebelah t angan sambil mat a t erpicing pun ini

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

masalah kecil buat ku. Tapi dengan t angan berpeluh, t iba-t iba
ini menjadi sulit .
Akhirnya pemot ret an selesai. Mungkin karena kasihan
melihat aku yang gugup, aku diajak bicara agak sant ai oleh
Ibu Saliha.
“Kalau lihat logat nya, ananda Alif bukan dari Jawa. Dari Su-
mat era kah?”
“Iya Bu. Saya dari Sumat era Barat , t epatnya di Maninjau, d i
pinggir danau t empat Buya Hamka lahir.” Aku memberi
informasi sebanyak mungkin tent ang diriku. Ujung mat aku
berusaha menangkap ekpresi Sarah.
Tiba-t iba Sarah menyeletuk, “Aku pernah melihat foto
Danau Maninjau yang bagus itu di buku geografi. Kat a guruku,
di sana ada pembangkit list rik t enaga air yang besar sekali
ya?” Dia bert anya dengan bahasa Indonesia yang beraksen
Arab. Sejak kecil merant au ke Arab memang berhasil
membuat aksen yang unik.
Belum lagi aku menjawab, dia berjalan cepat ke arah pet a
Indonesia yang t ergantung di dinding. Telunjuk kanannya
mencoba mencari-cari di mana Danau Maninjau. Sesaat dia
berput ar-put ar dan t ampaknya t idak past i. Dari jauh aku
t unjukkan lokasi kampungku.
Ust ad Khalid yang dari t adi diam melihat dengan rasa ingin
t ahu yang besar.
“Saya juga punya teman dari Maninjau ket ika belajar d i
Mesir, namanya Gindo Marajo.”
“Masya Allah, Pak Etek Gindo it u paman saya, Ust ad!”
jaw abku kaget bercampur senang.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Wah, benarkah? Dunia memang makin kecil. Wakt u di


Kairo, Sarah in i keponakan kesayangan Gindo. Set iap dat ang
past i bawa sekant ong jeruk buat dia. Ya kan Sarah?”
Sarah mengangguk-angguk.
Suasana menjadi lebih cair dan aku menerima t awaran
sarapan gudeg dengan keluarga Ust ad Khalid di sebuah meja
bulat di samping t aman. Ternyat a setelah dikenal lebih dekat ,
keluarga ini hangat . Kesan serius Ust ad Khalid hilang begit u
dia mengeluarkan lelucon yang membuat kami tergelak. Dia
bahkan punya banyak cerit a yang lucu tent ang pamanku.
Sarah sendiri t ernyat a t ipe gadis yang periang, akt if, dan t idak
malu menyampaikan pendapat .
Aku sempat ragu-ragu. Tapi kemudian aku memberanikan
diri unt uk memint a izin berfot o bersama dengan mereka
sekeluarga. Alasanku, untuk kenang-kenangan dan dikirimkan
ke Pak Etek Gindo. Ust ad Khalid sama sekali t idak keberat an.
Dengan menggunakan t imer, aku ikut di dalam frame. Jepret !
Wahai Raja, siap-siaplah dengan jat ah makrunah sebulan! Aku
akan bilang ke Raja bahw a aku bukan lagi si punguk
merindukan bulan. Tapi aku adalah seekor garuda yang
terbang t inggi dan mendarat di bulan.
Wakt u aku pamit , Ust ad Khalid sendiri yang mengant arku
ke halaman.
“Ahki, terima kasih banyak. Fot o keluarga ini sangat berart i
bagi keluarga kecil kami. Selama in i kami selalu bert iga. Tapi
mulai bulan ini kami akan hanya berdua. Sarah kami kirim ke
pondok khusus put ri di Yogya unt uk t iga t ahun,” kat anya
sambil menyalamiku.
Aku t iba-t iba merasa menjadi garuda yang t idak jadi ke
bulan dan mendarat darurat di bumi lagi.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Jangan lupa salam saya buat Gindo,” kat anya melambaikan


t angan.
………..
beranda rumahnya. Berharap dia sedang libur dan
menyiram koleksi mawarnya. Sayangnya, bukan Sarah yang
muncul. Yang sering kudapat i di depan berandanya adalah
kucing belang t iga yang sedang mengejar seekor ayam jago
yang kebetulan sedang mengejar seekor ayam bet ina yang lari
terbirit -birit . Kotek… kot ek… kotek.
Di baw ah menara, kawan-kaw anku sepert i t idak percaya
melihat selembar foto glossy yang aku pamerkan.
“Wah, si punguk bisa juga bertemu sang bulan,” kat a At ang
tergelak sambil melirik Raja yang pura-pura lengah. Kami
semua t ahu dia harus ment rakt irku makrunah selama sebulan.

Par lez Vo us Fr ancais?


Pondok Madani diberkat i oleh energi yang membuat kami
sangat menikmat i belajar dan selalu ingin belajar berbagai
macam ilmu. Lingkungannya membuat orang yang t idak
belajar menjadi orang aneh. Belajar keras adalah gaya h idup
yang fun, hebat dan selalu dikagumi. Karena it u, cukup sulit
unt uk menjadi pemalas di PM.
Banyak kampiun-kampiun belajar yang menjadi legenda di
PM. Ada ust ad yang dikabarkan menguasai kamus bahasa
Arab paling canggih bernama Munjid, ada yang menguasai
ribuan hadist , ada yang bisa mengaji Al-Quran dengan
berbagai lagu. Ada yang t elah menamat kan semua rekaman
suara Sukarno dan mempelajari berbagai macam st yle pidat o
orang lain. Salah sat u kampiun pembelajar bahasa t ernyat a

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ust ad Salman. Aku t idak t ahu itu sampai kemudian Kak Is


pernah bert anya siapa w ali kelasku. Begit u aku menyebut
Ust ad Salman, dia langsung berseru, “berunt ung sekali ya
akhi. Dia adalah legenda hidup dalam mempelajari bahasa. Dia
menguasai bahasa Arab, Inggris, Perancis dan Belanda. Dan
semuanya, kat anya dilakukan oto-didak.”
Suatu hari di kelas, aku mengkonfirmasi rumor in i.
“Ust ad, apakah benar ant um suka membaca kamus?”
“Bukan cuma suka, it u buku favorit saya. Membuka kunci
ilmu.”
“Kamus apa saja?”
“Ada dua, pert ama Oxford Advanced Learner’s Dict ionary,
dan kedua AlMunjid, kamus Arab paling legendaris. Keduanya
sudah saya khat am 2-3 kali.”
“Khat am?”
“Iya, bukan Al-Quran saja yang saya t amat kan. Untuk
kamus Oxford, saya mulai membacanya dari halaman depan
sampai halaman belakang, t anpa melewat kan sat u halaman
pun. Bagi saya, kamus bukan hanya buat mencari kat a, t api
sebagai buku yang untuk dibaca dari aw al sampai akhir.”
“Tapi bagaimana menghapalnya?”
“Jangan dipaksakan untuk menghapal. Kalau sudah t amat
sekali, ulang i lagi dari awal sampai akhir. Lalu ulangi lagi, kali
ini samb il mencont reng set iap kosa kat a yang sering dipakai.
Lalu t uliskan juga di buku cat at an. Niscaya, kosa kat a yang
dicont reng di kamus t adi dan yang sudah dituliskan ke buku
t adi t idak akan lupa. Sayidina Ali pernah bilang, ikat lah ilmu
dengan mencat at nya. Proses mencat at it ulah yang memat ri
kosakat a baru di kepala kit a.”

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Wah luar biasa, bagaimana ant um bisa dapat cara ini?”


Dengan membaca. Saya baca buku kisah hidup Malcom X,
t okoh The Nat ion of Islam yang kemudian menjadi muslim
sejat i. Dia w akt u it u masuk penjara. Dalam penjara dia banyak
merenung dan ingin menulis. Tapi begit u akan menuliskan
pemikirannya, isinya sangat dangkal. Dia frust rasi karena dia
t ak punya kemampuan unt uk menggambarkan apa yang ada
di kepalanya. Akhirnya dia bert ekad unt uk membaca kamus,
halaman demi halaman. Hasilnya, t ulisannya kuat , dalam dan
memuaskan.”
“Minggu depan kit a punya proyek besar. Berfot o bersama,”
umum Said di depan kelas.
“Di mana… d i mana… kapan… kapan….” Wajah-wajah
pencint a lensa kami bert anya-t anya. Tidak perlu alasan buat
apa, yang pent ing bisa t ampil.
Masa uj ian kenaikan kelas sudah mendekat. Dan sudah
menjadi t radisi, suat u hari dikhususkan unt uk fot o bersama
sat u kelas. Lat ar belakangnya rupa-rupa, mulai dari masj id,
aula, asrama dan kelas, sampai lapangan. Yang kami tunggu-
t unggu adalah Kiai Rais sendiri hadir unt uk diajak fot o
bersama.
Foto bersama adalah sebuah ajang kompet isi. Set iap kelas
harus membuat spanduk masing-masing yang kira-kira
t ulisannya, “kami keluarga kelas sekian”. Kami berlomba-
lomba membuat yang t erbagus. Ada yang menghiasi dengan
kert as w arna-warni, ada yang dengan sarung, ada yang
menulis kelasnya dengan t ulisan Arab sambil memamerkan
kehebat an kaligraf i. Sebagian lagi menuliskan dengan bahasa
Inggris. Tapi semuanya jadi sama, kalau bukan Inggris, ya
Arab.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sepert i biasa, Ust ad Salman ingin berbeda. Menjelang foto


bersama besok, dia mengumpulkan kami.
“Menurut saya, untuk bisa maju dan berprest asi, kit a t idak
boleh biasa-biasa saja. Harus mencari yang lebih baik dan
berbeda. Setuju?”
“Set uju…” Kami mengangguk-angguk, sudah biasa
mendengar bagian ini.
“Karena it u, kit a akan bikin spanduk kelas kit a dalam
bahasa lain, yang belum pernah ada di PM, yaitu bahasa
Perancis!”
“Wahhh…… kami semua bergumam. Ant ara kagum dengan
pandangannya dan t idak mengert i bagaimana bahasa
Perancis.
“Jangan khaw at ir, saya sudah menerjemahkan ke Bahasa
Perancis. Silakan kalian t ulis dan bikin spanduk yang baik,”
kat anya.
“Tulisannya nant i: “Nous sommes la grande famile de la
classe 1 B, Pondok Madani, Indonesie”. Art inya adalah, kami
keluarga besar kelas 1 B”. Dia menuliskan kat a-kat a berbunyi
aneh ini di papan tulis. Sampai t engah malam kami masih
berkumpul di kelas membuat spanduk bersama. Walau t idak
ada yang t ahu t ahu cara membaca bahasa Perancis yang aneh
it u, kami merasa berbeda dan keren.
Besoknya, di sesi foto bersama, kami dengan bangga
mengarak t inggi-t inggi spanduk kami. Semua orang melihat
dengan berkerut kening, t idak mengert i dengan apa yang
kami t ulis. Bahkan t ukang pot ret kami sampai perlu bert anya
unt uk memast ikan spanduk kami t idak salah t ulis. Moment
yang paling membanggakan adalah ket ika kami berfot o
dengan Kiai Rais d i samping rumahnya. Supaya t idak

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berdesakkan, kami dibagi dua barisan. Barisan belakang


berdiri di at as kursi yang sudah disusun dan di bagian depan
anak yang berbadan lebih kecil, t ermasuk aku. Sedangkan
yang duduk di t engah, di at as kursi, diapit oleh Ust ad Salman
dan Said adalah kiai t ercint a kami, Kiai Rais.
“Felicit at ion, kalian t elah memperlihat kan apa yang disebut
i’malu fauqa ma amilu. Berbuat lebih dari apa yang diperbuat
orang lain. Semoga kalian sukses,” kat a beliau set elah melihat
spanduk kami. Hat i kami meloncat -loncat bangga. Ust ad
Salman menggenggam t angan Kiai Rais.

Rend ang Kapau


Bent uknya sederhana saja. Hanya sebuah panel kayu yang
diberi 2 kaki yang dit anam ke t anah, tepat di sebelah gedung
sekret aris PM. Di at asnya ada at ap seng mungil unt uk
memayungi panel ini dari hujan. Panel kayu in i d ilapisi kaca,
dan di bagian dalamnya t erpampang beberapa lembar kert as
ket ikan, yang di beberapa tempat berlepot an t ip-ex.
Dit empelkan pakai paku payung w arna-warni. Kalau malam
hari, sebuah neon kecil yang redup mengint ip dari bawah at ap
seng.
Walau sederhana, panel kayu ini menjadi salah sat u pusat
perhat ian kami seant ero PM. Selain masjid, pusat gravit asi
kami adalah panel in i. Selalu d ikerubungi oleh murid PM, pagi,
siang, dan malam. Tulisan kecil di at as panel in i: Money order
of the day—wesel hari in i. Nama-nama yang t ert ulis di kert as-
kert as yang ditempel adalah para penerima wesel kiriman
orang t ua. Manusia paling berunt ung hari it u.
Terhit ung hari ini, sudah dua minggu w esel yang kurindu
belum juga dat ang. Aku sudah berhut ang sana-sini. Jajan

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

telah dihent ikan. Sudah dua minggu ini, set iap hari aku rajin
berdesak-desakkan di depan panel w esel t adi. Bahkan bisa
beberapa kali sehari, w alau aku t ahu, daft ar itu t idak akan
berubah sampai besok. Tapi demi ket ent raman bat in dan
kedamaian kantong, mat aku t idak bosan mengadakan ritual
membaca ulang daft ar naik, t urun, naik lagi, sampai hapal.
Tet ap saja namaku t idak.
Mengikut i gaya Said, t adi sehabis Maghrib aku melapor
kepada Tuhan kalau t elah jat uh muflis. Bangkrut . Dan doaku
cuma sat u: ya Tuhan, dat angkanlah w esel buat ku hari in i,
setelah selesai shalat Maghrib di masjid, aku ke panel ini.
Pet ugas wesel selalu memasang daft ar penerima hari ini ket ika
kami masih shalat Maghrib di masjid.
Ket ika sampai di panel, suasana sudah t elah beberapa
menit berdesakkan, aku pas di depan panel. Aku pun segera
ke sekian kalinya. Said juga bersamaku, yang t inggi, dia t idak
perlu berdesakkan sampai maju kedepan. Tidak lama
kemudian Said menemukan namainya sebagai penerima
paket , bukan wesel. Namaku tet ap dukkan kepala diam dan
keluar dari kerumunan unt uk kembali ke asrama. Paling t idak
sehari lagi aku harus bert ahan t anpa duit . Semoga hari esok
membaw a w esel.
Tiba-t iba Said berteriak, “Lif, nama ant a ada” Darahku
tersirap.
“Mana, mana mungkin, t adi sudah aku baca t iga kali”
“Ini… in i… bukan w esel, t api di baw ah daft ar paket .” Hah,
berdoa wesel dapat paket ? Daripada t idak sama sekali, paket
juga t idak apa, pikirku. Apapun yang Engkau beri, aku terima
dengan ikhlas ya Rabbi.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kami berdua bergegas masuk ke mengurus penyerahan


wesel dan kepada kakak petugas administ rasi yang mengurus
penyerahan wesel dan paket . ”Alif Padang”. Laporku kepada
kakak pet ugas Administ rasi. Dia segera menghilang kebawah
loket untuk mengambil paket ku yang berserakan di lant ai.
Kepalanya muncul lagi, kali ini t angannya memegang sebuah
kardus besar. Aku terima paket yang dibungkus kert as bat ang
padi ini dengan berbinar-binar. Sebuah tulisan kecil di sudut
kiri at as. Sip: Amak.
Said sendiri menerima kardus yang lebih besar.
Sepert i memenangkan piala dunia, masing-masing kardus
lat ai arak ke kamar. Di baw ah kerubut an kawan-kaw an, aku
melet akkan paket di t engah kamar. Semua penasaran dan
menahan napas. Siapa pun penerima paket di kamar kami,
berart i membaw a kebahagiaan buat semua.
Sret … sret …, bungkus aku robek dengan t erburu-buru. Di
dalam bungkus ini ada sebuah kardus. Begit u kardus aku
buka, aroma harum makanan khas Minang langsung meruap.
Jakunku naik t urun. Bau yang aku sangat akrab dan sering
aku kangeni. Satu plast ik besar rendang padang berw arna
hit am kecokelat an aku angkat Bongkol-bongkol daging yang
menghit am bercampur dengan kent ang-kent ang seukuran
kelereng bercampur dengan serbuk rendang yang t elah
mengering. Ini dia rendang kapau asli. Dengan t idak sabar,
aku benamkan t elunjuk ke dalam plast ik it u dan menjilat nya.
Hmmmmm….. amboi, rasa yang menerbangkan aku kembali
ke masa kecilku di Man injau set iap kali Amak memasak
rendang buat kami sekeluarga.
Teman sekamarku berteriak girang, dan mereka segera me-
rubung dengan piring kosong t erulur ke arahku. Satu potong
rendang buat satu orang. Sudah t radisi kami, siapa pun yang

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menerima rezeki paket dari rumah, maka d ia harus berbagi


dengan kami semua sebagai lauk t ambahan di dapur umum
nant i. Sama rasa sama rat a, sepert i gaya sosialis.
Selain rasa rendang yang membuat aku melayang, yang
juga menyenangkan hat iku adalah ada sebuah amplop dfi ket
ini. Secarik surat dari Amak. Isinya singkat saja:
Ananda Alif
Amak bikinkan randang kariang jo kant ang. Sudah dua hari
dipanaskan, semoga cukup kering dan menghit am, sepert i
selera ananda.
Selamat menikmat i rendang. Bagilah dengan kaw an-kawan.
Maaf at as keterlambat an wesel Amak dan Ayah kesulit an
sekarang karena adik-adik ananda baru lu lus banyak
kebutuhan. Insya Allah, w esel akan dikirim besok. :
Teriring doa
Amak, ayah dan adik-adik
Alhamdulillah, sudah dapat rendang, akan dapat wesel
juga. Akhirnya aku bisa bayar hut ang.
Giliran Said yang membuka paket nya. Sekarang aku ikut
berkerumunan di sekit arnya. Begit u kardus t erbuka, yang
t ampak adalah sepasang sepat u bola. Kami semua maklum.
Tim Al-Barq masuk final Piala Madani, dan sebagai penyerang
ut ama Suijm t uh sepat u baru. Di bawah sepat u, ada set umpuk
celana dalam baru berw arna biru, put ih dan merah t ua.
”Yaahh…..; suara koor kecewa bergema. “Mau jualan at au
bagi bagi celana dalam n ih?” kat a temanku dari belakang.
Gelak t aw a menyambut koment ar ini.
Setelah mengeluarkan sekit ar selusin celana dalam, Said
akhirnya mengangkat t inggi-t inggi beberapa plast ik krip ik

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ceker, biskuit dan kopi. Cukup unt uk st ok cemilan kami


sekamar beberapa hari ke depan. Rupanya, kebahagiaan hari
ini lengkap di pihak kami.
Beberapa hari kemudian, setelah menerima w esel, aku
mengajak Sahibul Menara jajan ke kant in. Aku mengedarkan
kopiah unt uk mengumpulkan duit dan membeli menu favorit
kami: sepiring besar mahunah goreng dan sepiring tempe
goreng dengan cabe raw it. Untuk minum, kami memilih es
dawet . Enak sekali rasanya makan dari sat u piring bersama
sambil bersenda gurau sepert i ini. Aku sendiri t idak bisa
sering-sering ke kant in karena t idak selalu punya uang jajan.
Untung ada Said yang rajin ment rakt ir kami.
Jumat ini kami t idak ke mana-mana. Hanya t inggal di PM
menikmat i hari libur. Set elah kerja bakt i menyapu dan
mengepel kamar bersama, Said mengeluarkan kopi dan plast ik
biskuit nya sambil berteriak, “ Kayaknya enak kalau m inum kopi
bersama sambil makan biskuit . Ada yang mau bergabung?”
Taw arannya disambut riuh dan seisi kamar duduk melingkar di
tengah kamar yang baru dipel. Aku menyumbang gula.
Sedangkan Kurdi bergerak sigap mengambil air panas dengan
sebuah ember yang biasa d ia pakai unt uk mencuci baju. Tidak
ada yang protes unt uk masalah ember ini. Tujuannya prakt is
saja, supaya seduhan kopi cukup unt uk 30 orang. Kurdi
menuang satu plast ik kopi dan gula ke ember berisi air panas
dan meng’aduknya dengan penggaris. Set elah mencicipi
sesendok adukannya dan bert eriak, “Manisnya pas, t api akan
lebih ena! dicampur susu. Ada yang punya?” t anya Kurdi.
Misbah, kawanku dari Kalimant an membuka lemariny a
mengeluarkan sekaleng susu kent al manis Cap Nona, Kurdi
menuangkan susu kent al manis ini sebagai sent uhan terakhir
unt uk sajian kopinya. “Silakan akhi, siap dinikmat i,” kat anya

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

puas sambil melet akkan ember kopi yang mengepul-ngepul di


tengah kamar, tepat di tengah kami yang duduk melingkar.
Dengan gelas masing-masing kami menyauk kopi dari t f ber
dan menyeruput minuman hangat sambil mengobrol;
bersenda gurau sant ai. Minum kopi bersama mi kerap kami
lakukan dengan rasa kopi bermacam-macani, mulai dari kopi
aceh; kopi medan, kopi lampung, sampai kopi t oraja.
Tergant ung siapa yang menerima paket dan dari mana kiriman
kopi.

Piala d i Dipan Pusk esmas


Tidak t erasa, musim ujian dat ang lagi. Aku dan segenap
siswa sibuk kembali belajar keras dan juga sahirul lail. Uj ian
akhir t ahun mirip dengan pert engahan t ahun, cuma bahannya
lebih banyak, dan hampir semua bahan berbahasa Arab dan
Inggris. Ini membuat ku benar-benar harus bekerja keras
unt uk bisa menjawab soal tulis, maupun soal lisan.
Dengan susah payah, dua minggu masa ujian hampir
berlalu dan hanya t inggal sat u ujian yang menggant ung: ilmu
hadist Hadist adalah segala sabda dan perbuat an Nabi
Muhammad selama beliau menjadi Rasulu llah. Karena it u
hadist dianggap sebagai sumber hukum Islam setelah Al-
Quran.
Untunglah sebagian besar soalnya t ent ang met odologi
pemahaman hadist. Aku dimint a menjabarkan bagaimana
penggolongan hadist sert a sejarah pendokument asiannya dari
dulu sampai sekarang. Aku menuliskan secara garis besar jenis
hadist berdasarkan keasliannya, ant ara lain had ist shahih,
art inya punya isi yang sejalan dengan Al-Quran, kuat dan
otent ik alur penyampaian dari zaman Nabi sampai sekarang,

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lalu hadist hasan yang kualit asnya di baw ah shahih, lant as


hadist dhaif at au lemah ant ara lain karena ada
penyampaiannya yang diragukan dan yang terakhir adalah
hadist maudhu’ at au palsu. Masing-masing aku berikan cont oh
pot ongan hadist nya. Aku cukup opt imis unt uk t eori dan
met odologinya, t api kurang puas dengan cont oh-cont oh hadist
yang aku berikan.
Walau sudah belajar keras, kadang-kadang sampai pagi dan
diskusi panj ang lebar t ent ang berbagai mat a pelajaran dengaft
Baso dan Raja, menuliskan khulashah—kesimpulan dari pek
ajaran setengah t ahun di buku cat at an, berdoa khusyuk siang
malam, aku t et ap merasa hasil ujian selama dua pekan ini
t idak sempurna. Tapi apa pun hasilnya nant i, yang pent ing
sekarang semuanya sudah berakhir. Wakt unya libur panjang
akhir t ahun—berpuasa sebulan penuh dan berlebaran di
rumah masing-masing. Kami baru kembali masuk sekolah
pert engahan bulan Syaw al.
“Hore, selesai juga akhirnya. Sekarang aku bisa konsent rasi
lat ihan sepak bola untuk finali” sorak Said merayakan lari
kemerdekaannya dari ujian. Final Piala Madan i-kompet isi
terbesar di PM—memang sengaja dilangsungkan setelah ujian
agar para pemain dan penont on bisa menikmat i permainan
t anpa terganggu oleh ujian dan jadw al belajar yang ket at .
Sepert i biasa, sebelum libur panjang, kami punya w aktu bebas
selam» sat u minggu unt uk menunggu hasil ujian dibag ikan.
Setelah bert anding sepanjang t ahun, t anpa disangka
sangka asrama Al-Barq berhasil mencapai f inal set elah
menaklukkan t im-t im t angguh. Kami berunt ung punya
penyerang lincah sepert i Said dan kiper hebat sepert i Kak
lskandar yang kurus t inggi. Bukan main bangganya aku
sebagai bagian dari t im sepakbola ini w alau hanya duduk
sebagai pemain cadangan, law an kami di final t idak main-main
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

juara dua kali Piala Madani, asrama Al-Manar. Asrama siswa


senior in i punya banyak pemain bagus. Bahkan setengah
t imnya adalah pemain Madani Select ion, Tim sepakbola PM.
Salah sat u pemain yang paling dit akut i di t im lawan adalah
Tyson. Iya, Tyson yang bagian keamanan pusat it u. Tyson
yang horor nomor sat u kami it u. Sepert i fungsinya di bag ian
keamanan, di dalam lapangan dia adalah bek yang penuh
disip lin, sulit ditembus dan t idak kom-promi. Badan yang
kukuh dan geraknya yang cepat dan keras adalah horor bagi
penyerang mana pun.
Sore ini jadw al t erakhir kami lat ihan sebelum final. Walau
guruh yang sekali-sekali menggeram dan hujan t urun, kami
tet ap berlat ih penuh semangat di lapangan becek. Sebagai-
t im kuda hit am, kami t idak punya beban dan berlat ih dengan
rileks.
Mat ahari pagi bangun dengan t idak leluasa. Segera dipagut
awan gulit a. Tidak lama kemudian guruh kembali bersahut -sa-
hut an mengepung langit . Gerimis bergant i menjadi hujan yang
bagai dicurahkan dari ember raksasa. Kami menat ap ke Langit
kelabu dengan w as-was. Ini hari Jumat . Hari final sepak bola.
Bagaimana kondisi lapangan?
Untunglah hujan lebat ini cepat reda. Tinggal gerimis t ipis
saja. Bersama t im sepakbola Al-Barq, aku berangkat ke dapur
umum lebih awai. Di t engah udara pagi yang dingin, ruang
ma* kan dipenuhi keriuhan. Semua orang t idak sabar menant i
per-t andingan final. Beberapa t eman mengangkat t angan ke
arah kami, “Ayo Al-Barq t unjukkan kemampuan kalian!” Di
sudut bin ada yel-yel meneriakkan kejayaan lawan kami, Al-
Manaf.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Aku duduk di depan Said yang makan sepert i angin puring


beliung. Mint a t ambahan nasi dua kali dan melibas semua
yang ada dengan cepat dan t andas.
“Ayo Lif, sikat saja, kit a harus makan yang banyak. Lawan
kit a t idak ringan hari in i,” kat anya sibuk mengacau sambal
hijau yang berminyak w angi di nasi hangat nya. Sambal khas
dapur kami ini memang membuat air liur meleleh-le leh.
“Aku t idak mau kekenyangan dan t idak bisa t ari,” jaw abku
sekenanya. Toh aku cukup t ahu diri, sebagai pemain
cadangan, aku t idak akan dit urunkan di pert andingan puncak
ini.
“Ya sudah, kalau begit u t ambah dengan ini, supaya kuat ,”
kat anya sambil t erus makan. Said merogoh kant ong plast ik
hit am di samp ingnya. Dia mengeiuiant ari empat but ir t elur
ayam kampung, empat sachet madu, dan sebuah kotak
mult iviramin.
“Ingat resep rahasiaku, kan? Kit a butuh semua energi untuk
bisa mengalahkan Al Manar. Sat u untuk pagi» sat u,lagi buat
siang nant i,” kat anya mengangsurkan dua but ir telur ment ah
dan dua plast ik kecil madu ke t andanku.
Aku mengikut i sarannya memecah telur, memisahkan
put ihnya dan memasukkan kuningnya ke dalam gelas kosong.
Setelah dicampur dengan madu, kuning t elur it u mengent al
dan berubah warna menjadi cokelat . Ini Dalam sekejap cairan
manis ini t andas. Said percaya resep ini manjur unt uk apa
saja. Mulai dari dari ujian sampai menghadapi final Liga
Madani-
Menjelang shalat Jumat gerimis akhirnya pergi. Tapi
lapangan Kami agak bot ak ini sudah t erlanjur basah. Hujan
t adi pagi membuat nya becek dan licin. Aku jadi ingat

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

permainan sepak bola di saw ah ket ika SD dulu. Sat u hal:


pert andingan di PM t idak pernah ditunda dengan sit uasi apa
pun. Jadw al adalah jadw al.
Setelah shalat Ashar, murid-murid berbondong-bondong ke
lapangan sepakbola yang semakin penuh. Tidak hanya murid,
para guru dan bahkan Kiai Rais ikut duduk di kursi yang
disediakan di p inggir lapangan. Sement ara para mur id berdiri
at au duduk di t anah yang t elah dilapisi plast ik supaya t idak
mengot ori pakaian. Sebagian besar memakai pakaian
olahraga, kaos dan celana t raining panjang. Sebagian kecil
memakai sarung dan kopiah dengan t angan kanan memegang
Al-Quran.
Sahibul Menara t ent u hadir dengan lengkap. At ang, Raja,
Dulmajid dan Baso duduk di barisan paling depan, dekat
gaw ang. At ang yang kreat if Membaw a selimut “bat ang padi”
yang bermot if st rip hit am put ih dari kamarnya dan
mengembangkannya di pinggir lapangan. Di at as selimut it u
dia menem-pelkan kert as Warna-warni yang membent uk
t ulisan: “Kelas Sat u Juara Satu. Ayo Al-Barq”.
Aku dan Said yang duduk di sudut pemain ket aw a melihat
ulahnya. Kami saling melambaikan t angan. Semua anggot a
t im, baik yang int i dan cadangan, telah bergant i baju. Kaos
merah menyala dengan t ulisan besar di punggung, AlBarq
Foot ball dipadu dengan celana t raining pack panjang berw arna
hit am.
Kak I s bertepuk t angan mengajak kami berkumpul d i
sekelilingnya.
“Akhi, inilah puncaknya! Awal t ahun lalu kit a cuma
menarget kan lolos penyisihan grup. Kini kita ada di final. Jauh
lebih baik dari t arget kit a. Final ini adalah bonus. Karena
langkan semua beban. Berikan permainan terbaik kalian. Mari
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kit a nikmat i pert andingan ini. Bersedia?” kat a Kak Is


memompa semangat kami.
“BERSEDIA!” jaw ab kami bersama-sama.
“Baik, sebelum bert anding, mari berdoa dan membaca Al
Fat ihah. Al Fat ihah…”
Sejenak kami menunduk sambil komat -kamit dan
menangkupkan telapak t angan ke muka masing-masing.
Tak lama kemudian, t im kami memasuk i lapangan yang
agak becek diiringi sorak sorai anggot a Al-Barq. Raja, At ang,
Dul dan Baso ada d i barisan paling depan tersenyum lebar,
meloncat -loncat dan mengibarkan spanduk dari selimut
mereka.:
“Ashaabi, kit a sambut Al-Barq!” seru Kak Amir Sani, siswa
kelas enam bersuara Sambas yang t ampil sebagai koment ator
pert andingan. Tent u saja dengan bahasa Arab. “Tim
pendat ang baru, anak-anak baru, dengan t op scorer Said Jufri
dan kiper bert angan lengket , Iskandar Mat rufi…”
Lanjut an kalimat Kak Amir tenggelam oleh sorakan heboh
asrama kami dan t eriakan huuu dari pendukung Al Manar.
Pendukung kami kalah jauh dibanding pendukung Al Manar
yang mewakili siswa lama. .
“Dan juara bert ahan dua kali, Al Manaaaaaaaaaaar.
Dipimpin oleh bek kanan sekuat beton, Rajab Sujai dan
penyerang cepat Mamat Surahman…” Rajab Sujai adalah
nama asli Tyson.
Kali in i lapangan sepert i akan meledak oleh yel-yel anak
iw tocih Berbagai spanduk w arna-w arni berkibar di pinggir
lapangan.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kak Surya dari bagian olahraga menjadi w asit dan meniup


peluit mulai. Tim Al-Barq dengan Said di depan dan Kak !s
sebagai kiper mulai beraksi di lapangan. Saling serang dan
berkelit di lapangan yang licin. Sement ara aku, duduk di
pinggir lapangan, sepert i biasa sebagai pemain cadangan.
“…Tim kejut an t ahun ini, Al-Barq menguasai bola, Nahar
melancarkan serangan dari sudut kiri… Sebuah umpan
lambung mencari st rilcer ut amanya, Said Kont rol dada yang
bagus oleh Said… Kali ini Said mencoba melepaskan
tendangan… Tapi ada Fat ah bek Al Manar menghadang… Said
berkelit … melompat -sliding law an… Fat ah tergelincir… Said
mengambil ancang-ancang dia… sebuah t endangan geledek
dilepas… bola meluncur cepat sekali… Rah im, kiper Al Manar
terbang ke kiri… menangkap angin… dan… GOL… GOL… Sat u
kosong unt uk Al-Barq!!!” Suara Kak Amir kembali; t enggelam
oleh tepukan dan teriakan anggot a asrama kami.
Said bersalt o di udara dan d ikerubut i t im. Di pinggir
lapangan, aku bersama t im cadangan berdiri dan melonjak-
lonjak gembira.
Final berjalan ket at dan berat . Kedua t im terus saling
menyerang. Kondisi lapangan yang licin membuat pemain dari
kedua t im berkali-kali j at uh, Satu per sat u pemain dit andu
keluar, baik karena jat uh sendiri at au di-t aekie. Babak pert ama
dit ut up dengan skor 2-2.
“Sekarang Al Manar membangun serangan balik yang
cepat … Bola langsung dikirim ke t engah… Gelandang Isnan
langsung mencocor ke t engah». Dua pemain belakang Al
Barq menghadang…Tapi Isnan berliku- liku dia… … Terus
mendekat i gaw ang… Tendangan kencang diiepaskannn Ke
arah kiri… Tapiiiii, ashaabi, kiper Iskandar dengan manis
memet ik bola di udara… Kedudukan masih imbang dua-dua!”
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kedudukan 2-2 terus bert ahan. Tinggal 5 menit lagi w aktu


habis dan pert andingan akan dit ent ukan oleh penalt i. Aku
meremas-remas t anganku tegang. Kondisi d i lapangan t ampak
kurang baik. Selain licin, beberapa genangan air menghambat
para pemain. Berkali-kali mereka jat uh terpeleset. Kedua belah
pihak sepert i baru mandi di kubangan. Beberapa pemain Al-
Barq t elah berjalan t crpincang-pincttfig sambil meringis. Rinai
rinai gerimis mulai t urun.
Melihat sit uasi ini, kapt en dan merangkap pelat ih kami, Kak
Is t idak punya pilihan lain. Dia melambaikan t angan kepada
kami. Dia meneriakkan nama Yudi, Muft i dan Alif unt uk segera
menggant ikan t iga pemain int i kami yang cedera. Aku?
Dimint a menggant ikan Husnan di sayap kanan?
Otot -otot ku t iba-t iba mengencang, Unt uk pert ama kaliny l
aku turun di pert andingan resmi. Dan langsung di part ai yang
sangat menent ukan. Aku mencoba menguat kan diri bahw a
aku past i bisa. Toh lapangan rumput yag t idak rat a bukan
halangan» aku pernah bermain di sawah. Apalagi aku t elah
makan resep t elur madu dari Said. Dengan mengucap bis
millah, aku masuk lapangan. Aku akan memberikan; yang
terbaik. Gerimis berubah jadi hujan ringan. Kacamat aku buram
dihujani t et est air. Para penont on yang t idak punya payung
bubar mcncari t empat ber-teduh.
Di menit terakhir aku mendapat i operan dari Muft i yang
menjadi bek. Bola sampai juga w alau sempat melantun-lant un
t idak lurus me lew at i beberapa genangan air. Belum sempat
aku menggiring bola, seorang pemain lawan yang napasnya
sudah naik t urun menghadang gerakanku. Aku praktekkan t rik
lama y ang aku pelajari di sawah dulu, bila lapangan becek dan
berair, gunakan bola at as. Aku berkelit dan bola aku cungkil ke
at as melew at i ubun-ubunnya dan imiss, aku berlari

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

melewat inya. Melihat it u, suporter Al Barq bersorak-sorak


memekakkan telinga. Napasku memburu karena bersemangat.
Tiba-t iba di depanku telah berdiri Tyson, palang pint u Al
Manar yang t idak kenal kompromi. Badannya yang kekar
mem-buat ku jeri. Apakah aku maju t erus menggiring bola at au
mengirim bola ke belakang? Apakah dia bisa diperdaya dengan
t rik t adi? Ah sudahlah, jangan t erlalu banyak analisa, kat a
diriku sendiri. Lakukan sesuatu!
Sambil menarik napas dalam, aku bayangkan diriku selincah
Maradona dan sekuat Ruud Gullit . Aku ingin memberikan
umpan ke depan gaw ang. Said berdiri bebas di sayap kiri. Tapi
Tyson t elah mulai bergerak menut up lariku. Bola aku gulirkan
ke belakang dan aku hent ikan dengan ujung kaki. Lalu aku
mundur dua langkah mengambil: ancang-ancang unt uk
menendang melint asi lapangan langsung ke Said. Kaki sudah
aku ayunkan ke sisi bola. Tapi bersamaan dengan it u, ujung
mat aku melihat kaki Tyson sudah keburu melakukan slid ing.
Sudah terlalu terlambat untuk menghindar. Aku nekad
meneruskan ayunan kakiku sambil memejamkan mat a
sejenak, berharap kaki Tyson meleset .
Dukk… get aran di ujung kaki menandakan bola berhasil
tendang. Sepersekian det ik kemudian kakiku kembali berget ar.
Aku t erjungkal. Ngilu menghent ak-hent ak. Sliding Tyson celah
menghajar bet isku. Wasit yang sedang sibuk di sayap kiri t idak
meniup peluit
Meski rebah di t anah, sudut mat aku melihat Said berhasil
menerima umpanku. Setelah mengont rol dengan dada, dia
langsung mengirim t endangan geledeknya yang terkenal it u.
Bola t erbang dengan liar, kiper menangkap angin, bola
merobek gaw ang Al-Manar.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“GOOOLL… Saudara-saudara!!! Umpan silang yang hebat ;


kont rol dada yang tenang dan tendangan memat ikan dari Said
menaklukkan kiper Al Manar. Dan, oohh, ini bersamaan
dengan peluit w asit . Waktu habis. Dan sambut lah juara baru
kit a. AL BARRRRQ!H” teriak Kak Amir.
Aku mengangkat kedua t angan dan berteriak sekeras-
kerasnya, ant ara senang dan kesakit an. Said dan t eman t im
berlari-lari t idak t entu arah di lapangan, merayakan
kemenangan di menit t erakhir ini. Aku yang masih rebah
dikerubut i dan diarak bersama Said. Sorak-sor ai dari
pendukung kami t idak put us-put us. Di ant ara gelombang
penonton yang berjingkrak-jingkrak it u kulihat w ajah Raja,
At ang, Dul dan Baso merah padam karena terlalu banyak
bert eriak. Mereka berempat menepuk-nept » punggungku
ket ika aku terpincang-pincang menaiki panggung. “Hidup Al-
Barq, hidup Sahibul Menara!” teriak Raj a. Di at as panggung,
Kiai Rais t elah menunggu dengan Piala Madan i di t angannya.
Gerimis semakin t ipis.
Selama dua hari aku harus ist irahat di Puskesmas PM,
dit emani Dul yang selalu set ia kawan. Kat a dokter, t idak ada
yang pat ah, t api bet isku dibebat karena ot otnya memar. Tamu
pert ama, Said dengan senyum lebar dat ang bersama om
Semua menyelamat iku dan memuji umpan silang kemarin.
Lalu piala kebanggaan it u dit aruh di samping dipanku dan
kami memasang senyum terbaik menghadap ke arah
fot ografer yang khusus dibaw a Kak Is.
Hari kedua, Tyson t iba-t iba masuk ke kamarku. Aku
terlonjak kaget di at as dipan. Otakku langsung berput ar
mencari-cari apa kesalahan yang telah aku lakukan.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

* Laa t akhaf ya akhi. Jangan t akut . Saya dat ang bukan


karena pelanggaran. Hanya unt uk memint a maafkan at as
t ackling kemarin,” kat anya Menyodorkan t elapak t angan.
Ragu-ragu aku sambut uluran t angannya. Dia mengayun
genggamannya dua kali sambil t ersenyum t ipis. Sebelum aku
sempat berkoment ar, dia telah menghilang di balik pint u.
Walau sangar, dia ternyat a sport if.
Kemenangan ini benar-benar mengangkat moral kami para
anak baru. Kami belajar bahw a dalam kompet isi yang fair,
siapa saja bisa menang, asal mau bert arung habis-habisan.
Selama empat hari terakhir sebelum libur, pembicaraan di
asrama t idak lepas dari perjuangan heroik kami. Aku bahkan
sampai lupa kekhaw at iranku t ent ang nilai y ang keluar hari ini.
Hasilnya t ernyat a cukup mengejut kan. Nilaiku sangat
memuaskan. At ang dan Dulmajid juga mendapat angka yang
lumayan bagus. Sement ara, Said, dengan segala kesibukan
olahraga, sangat bersyukur masih bisa mendapat kan nilai yang
memungkinkan dia naik kelas. Sedangkan Baso dan Raj a
sudah t ak perlu diragukan lagi. Mereka kembali mendapat nilai
tert inggi di kelas kami.
Lemari-lemari kami t elah kosong. Isinya berpindah ket as-t as
yang sekarang kami jejerkan di depan asrama. Bus-bus
carteran telah berjajar rap i d i depan aula, berbaris
berdasarkan daerah Majuan. Organisasi pelajar PM t elah
mengat ur proses kepulangan dengan sangat baik. Suasana
riuh rendah ket ika kami saling bersalaman dan berangkulan.
Tahun ajaran depan anak baru akan disebar ke beberapa
asrama anak lama. Walau begit u, kami, Sahibul Menara saling
berjanji unt uk t et ap bersat u.
Pikiranku melayang ke kampungku di pinggir Danau
Maninjau yang permai. Dalam beberapa hari lagi, aku akan

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bert emu Amak, Ayah, Laili dan Safya. Dan juga Randai. Sat u
t ahun yang sangat sibuk ini t erasa begit u singkat Libur akan
sangat menyenangkan. Tapi diam-diam aku merasa t idak
sabar unt uk segera kembali ke PM bulan Syaw al depan.

A Dat e o n t he At lant ic
Samudera At lant ik, Desember 2003
“Would you like somet hing to drink, Sir?” t awar sebuah
suara merdu beraksen Brit ish yang lengket . Aku tergeragap
dan mengucek-ngucek mat a. Pelan-pelan bagai lensa aut o
focus, pandanganku menajam. Seorang perempuan berambut
merah sebahu berdiri dengan mengibarkan senyum. Tangan
kirinya memegang poci kopi dan kanannya poci t eh. Kedua
ujung poci mengepulkan asap t ipis-t ipis.
“A cup of tea would be lovely” sahut ku. Aku agak memaksa
menggunakan gaya orang Brit ish yang kat anya suka
menggunakan kat a “lovely”.
“Cert ainly, Sir.” Dia mencurahkan isi poci put ihnya .ke
cangkirku. Aroma teh camomile yang nyaman meruap,
menyent uh hidungku. Aku seruput minuman hangat ini
iambat -lambat . Masya Allah, nikmat nya t ak terkat a.
Kenikmat an ini lengkap dengan pilihan in-f light entert ainment
yang lengkap. Aku mengambil earphone dan sibuk dengan
remot e cont rol, mengabsen acara yang menarik hat i.
Penerbangan Washington DC – London dengan Brit ish
Airways sungguh nyaman. Aku t ert idur nyenyak hampir 4 jam.
Sebuah t idur yang penuh mimpi. Mimp i yang deras dengan
kenangan hidupku masa lalu bersama 5 orang bocah
nusant ara yang terdampar di sebuah kampung di Jawa dalam

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

misi merebut mimpi mereka. Tiba-t iba layar kecil d i depanku


berhent i menayangkan Lalu terdengar pengumuman.
“This is t he Capt ain speaking, Ket inggian 35,000 feet , tepat
di at as M^ ^ H t iga jam, kit a akan mendarat di HeaMSK
pengumuman sang kapt en mengalir ke (Ma| 3| sumpalkan di
kedua daun telinga,
Beberapa jam lagi, aku akan bertemu denga&fl it u. Sebuah
kesempat an yang sangat kraH akan menerima hadiah
sayembara besar £ t iba-t iba.
Si rambut merah dat ang lagi dengan i cust omer service
yang sama.
“Sir, kami punya beberapa pilihan ciejseit aft i9| Apakah
Anda tert arik mencoba?”
“What do you have t o offer?”
“Kami punya chocolate baklava, qat ayef w ith cheese dan
Arabian ice cream w it h date.”
“Sepert inya yang terakhir enak, boleh mint a yang it u”
“Cert ainly, Sir.”
Dengan rapi dia melet akkan sebuah es krim berwarna krem,
dit aburi hazelnut dan dipuncaki sebut ir korma yang mengkilat -
kilat . Sebuah kart u kecil bercorak gambar kubah menemani
pesananku.
Tulisannya: This Ajw a date is imported from a nat ural farm
off Jeddah. Believed b muslims as t he favorite fruit of t he
Prophet Muhammad. Enjoy your dessert ”.
“Hmmm… kurma ajw a, kurma kesukaan Rasulullah”. Ku-
kudap sebiji kurma in i. Rasa manisnya yang segar meresap ke
saraf lidahku. Rasa ini d iproses di ot ak yang berkelebat

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mencari simpul koneksi yang sama dalam memoriku. Seket ika


rasa ini melempar ingat anku kembali ke PM, ket ika kami naik
kelas enam, kelas pemuncak di PM.
Pun cak Rant ai
”Cepat … cepat , kit a t idak bisa t erlambat !” paksa Arang
sambil berjalan sepert i berlari menuju dapur umum, baju
put ih-put ih bersih kami—Sahibul Menara berbaris t ert ib.
Masing-masing membaw a piring dan gelas makanan. Di ujung
ant rian, petugas dapur menant i t amu pent ing, dari balik
pembat as sepert i loket t iket . Giliranku t iba. Mbok Warsi,
perempuan berw ajah senyum ini menggerakkan t angannya
sepert i sebuah t rakt or pengangkat pasir, memindahkan
sebongkah gunung nasi ke piringku ”Ta fadhal’ Mas,” kat anya
beraksen Jaw a medok.
Aku bergeser ke mbok sat u lagi. Setelah menerima kupon
makanku hari ini, dia mengail-ngail w ajan besar dan
mengangkat sebongkah daging semur dan menumpuknya
diat as Gelas plast ik merah aku sorongkan. Dia mencurahkan
susu cokelat encer sampai berlimbak-limbak. Aku bergeser lagi
ke kanan. Misbah, kawan sekelasku sendiri yang berada dibalik
terali, dia adalah penguras dapur sekarang.
“Good moming my friend, kit a naik kelas enam, kami
menyediakan kurma hari ini unt uk pencuci mulut,” kat anya
tersenyum lebar menyodorkan 3 buah hit am berkilat -kilat .
”Syukron ya akhi, gitu dong, sering-sering kit a dikasih
bonus,” sahut ku senang hat i. Hanya pada hari spesial saj a
kami dapat Jat ah makan mewah dengan daging, susu dan
kurma. Misalnya menjelang ujian, hari raya, at au hari kami
naik kelas enam.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hari it u kami pest a kurma. Hari ini juga hari besar bagi
kami, karena inilah posisi puncak dari et ape terakhir reli
panjang kami menjelajah padang ilmu di PM. Hari ini kami
akan menerima amanat pent ing dari Kiai Rais.
Setelah it u kami berbondong-bondong masuk ke aula. Di
at as panggung telah t erpampang spanduk besar dan indah
bert u-liskan: Selamat Naik ke Kelas Puncak. Kiai Rais dan
guru-guru senior telah menempat i kursi mereka masing sambil
membagi-bagi senyum dan guyon. Suasana sangat
menyenangkan dan membanggakan.
Naik kelas enam berart i k ami t elah melejit ke puncak rant ai
makanan. Kami adalah murid paling senior, paling berkuasa,
paling bebas, dan t idak ada lagi keamanan yang memburu*
Yang berhak menghukum hanyalah para ust ad dari Kant or
Pengasuhan. Kami adalah su iivivor dari seleksi alam bert ahun-
t ahun merasai hidup milit an di PM. Boleh disebut kan dengan
bangga, kami manusia pilihan unt uk ukuran PM.
Kekuasaan kami sangat riil dan meliput i semua bidang,
mulai dari urusan penyediaan makan buat w arga PM, masalah
wesel sampai keamanan. Pendeknya, mandat kami adalah
menjalankan roda kegiat an PM dari hulu ke hilir. Tampuk
kekuasaan ini kami dapat kan ket ika naik kelas 5, set elah
pergant ian organisasi pengurus siswa. Kini jabat an ini akan
segera kami serahkan ke adik kelas kami dua bulan lagi.
Sedangkan kami siswa kelas 6 disuruh fokus semat a unt uk
belajar mempersiapkan uj ian akbar. Pelajaran dari kelas 1-6
diujikan dalam uj ian marat on 15 hari.
Kiai Rais t ampil di mimbar dengan air muka sejernih telaga.
“Anak-anakku semua. Mari kit a bersyukur kit a telah diberi
jalan oleh Tuhan untuk bersama melangkah sampai sejauh in i.
Selamat at as naik ke kelas enam. Tujuan akhir kalian t idak
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

jauh lagi. Terminal sudah t ampak di ujung sana.” Sepert i biasa


beliau menyapa kami dengan lemah lembut dan int im.
“Selain it u kalian t elah memprakt ikkan mott o siap
memimpin dan siap dipimp in. Kini kalian berada di lant ai
tett it ^ gl pembangunan jiw a dan raga di PM,” kat a beliau
membuka kedua t angannya lebar-lebar dan menut up
sambut an ini dengan salam. Kami bertepuk riuh menyambut
ucapan ini.
“Padahal sebetulnya kit a yang harus bangga punya guru
beliau,” bisikku kepada Dulmajid yang selalu t erbius oleh kat a-
kat a Kiai Rais.
“Tapi ada t ugas yang pent ing dan berat. Yait u pert ama
meneruskan tugas kalian menjadi pengurus PM beberapa
bulan lagi sebelum diserahkan ke kelas V.
Kedua, menyelenggarakan pertunjukan besar Class Six
Show. Ini saat nya kalian memperlihat kan segala kemampuan,
seni, organisasi dan kepercayaan diri. Segenap w arga PM dan
undangan t idak sabar melihat kebolehan kalian.
Kami bert empik sorak. Said di sebelahku sampai berdiri dan
bert epuk-t epuk sepert i anak kecil dapat mobii-mobikuv
Dulmajid sampai perlu menarik-narik ujung bajunya menyuruh
duduk. Show ini acara yang kami t unggu-t unggu. Ini
kesempat an kami memperlihat kan diri t idak kalah dengan
pert unjukan kelas enam t ahun lalu. Memang persaingan
prest is ant ara-dua kelas t ert inggi, kelas 5 dan kelas 6 selalu
hangat.
Ingin merebut hat i adik adik kelas dan para guru dan
memperlihat kan yang t erbaik. Tahun lalu, w akt u kami kelas 5,
kami punya Class Five Show yang membuat semua orang
kagum dan membuat kakak kelas kami t ertekan. Kami t idak

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mau dalam posisi t ert ekan ini secelah kelas 5 beberapa bulan
lalu membuat show yang luar biasa juga.
Kiai Rais sampai perlu melambai-lambaikan t angan untuk
memint a kami tenang.
“Anak-anak, jangan senang dulu. Ada yang lebih pent ing
dari it u semua. Yait u imt ilum, ujian akhir kelas enam. Semua
mat a pelajaran yang pemah diaj arkan dari kelas sat u sampai
kelas enam akan diujikan. Tidak ada pilihan lain, kalian harus
belajar keras, sekeras kalian mempersiapkan Class Six Show !”
Kali ini, kami semua memasang muka memelas. Suara
“ooooo” pun berkumandang. Kami membayangkan perjuangan
panjang belajar siang malam menghadapi ujian. Di PM, uj ian
selalu heboh dan berat . Tapi di ant ara it u semua, ujian kelas
enam dianggap yang paling berat . Kami t elah menyaksikan
selama in i bagaimana kakak-kakak kelas 6 bert arung sengit
unt uk menaklukkan ujian penghabisan. Sebuah “ujian di at as
ujian.”
Hanya Baso yang t ampak ant usias dan bertepuk t angan.
Dia memang selalu menjadi minorit as dan melawan arus.
Kiai Rais t ersenyum melihat kami memasang muka rusuh.
“Anak-anakku. Ini akan jadi t ahun tersibuk dan terbaik
kalian. Kami yakin kalian mampu menjalankannya. Mulailah
dengan bismiliah dan selalu amalkan man jadda w ajada”
Kiai kami t ercint a memang selalu t ahu bagaimana
membujuk dan melambungkan semangat kami. Kami berdiri
dan bertepuk t angan menghormat i beliau dan mensyukuri
kenyat aan menjadi kelas enam. What a big deal
Naik ke kelas enam membuat kami bisa melihat hidup di PM
sepert i seekor burung yang melihat darat an dibawahnya.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Berbeda sekali dengan saat kelas sat u yang melihat PM


besar dari perspekt if seekor kat ak kecil. Terkaget kaget
dengan gemuruh PM yang terasa besar sekali.
Sekarang aku merasa PM adalah dunia yang lebih tent ram,
besar, lapang dan lebih bebas. Kami tet ap harus
mempert ahankan, t api kami t idak perlu t akut lagi dengan
serbuan-serbuan orang semacam Tyson. Kami sendiri kin i
Tyson bagi junior kami. Kami dipanggil “Kak” oleh ribuan adik
kelas. Mereka memandang kami dengan hormat at au iri, at au
mungkin Apa pun it u, kami t idak begitu peduli karena kami
benar-benar merasa di at as angin.
Aku membayangkan, kami bagai kafilah besar yang t elah
berkelana ribuan kilo di t engah padang pasir. Telah banyak
gerombolan anjing menyalak yang kami usir, perangi at au
kami anggap angin lalu. Kini, ket ika kaki mulai let ih dan
armada ont a mulai goyah, samar-samar kami melihat oase
nun di ujung horizon. Pucuk-pucuk daun palem yang hijau
t ampak melambai-lambai. Tinggal sedikit lagi.
Dalam perjalanan panjang ini kami t elah belajar banyak idin
merasa menjadi lebih dew asa dan mat ang secara ment al Dari
sisi ilmu, kami semakin percaya diri dengan penget ahuan yang
kami dapat . Apalagi kami sekarang cukup nyaman
menggunakan secara akt if dua kunci jendela dunia bahasa
Arab dan Inggris.
Malam in i kami merayakan kenaikan kelas dengan acara
ngumpul bersama, di at ap gedung asrama. Kami berkumpul,
ngomong ngalor-ngidul, dit emani seember kopi, seember mie
dan seplast ik kacang sukro. Pembicaraan paling seru adalah
bagaimana kami akan membuat Class Six Show yang t erbaik
sepanjang masa. Sampai jauh malam, kami masih t et ap
bingung dengan ide aw al acaranya. Ini jad i t ant angan besar

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kami beberapa bulan ke depan. Sement ara t idak ada sat u


orang pun yang berani memulai membicarakan uj ian di at as
ujian t adi. Mungkin Baso mau, t api kali in i d ia t idak beran i
melawan mayorit as yang sedang bahagia.
Kehebohan anak kelas enam baru susut menjelang dent ang
lonceng 12 kali, menandakan t engah malam telah sampat
Inilah hari yang dibuka dengan korma dan dit ut up dengan
t aw a.

Lem baga Sen so r


Kami ikhlas mendidik kalian dan kalian ikh las pula berniat
unt uk mau dididik.”
Inilah kalimat pent ing pert ama yang disampaikan Kiai Rais
di hari pert ama aku resmi menjadimur id PM t iga t ahun silam.
Keikhlasan? Wakt u it u, aku t idak terlalu mafhum makna dibalik
it u. Bahkan aku curiga, kalau ini hanya bagian dari lip service
saja.
Tapi kini, set elah t iga t ahun mendengar kat a keikhlasan
berulang-ulang, aku mulai mengert i Wawancaraku dengan
Ust ad Khalid dulu t ent ang konsep mewakafkan diri m
pikiranku. Aku kini melihat keikhlasan adalah perjanj ian t idak
tertulis ant ara guru dan.muridf .Keikhlasan bagai kabel list rik
yang menghubungkan guru dan murid. Dengan kabel ini, ilmu
lancar mengucur. Sement ara aliran pahala yang melingkupi
para guru yang budiman dan nikmat nya hanya demi memberi
kebaikan tepipL sepert i yang diamanat kan Tuhan. Hubungan
t anpa imbal jasa, karena yakin Tuhan Sang Maha Pembalas
terhadap pengkhidmat an ini. Keikhlasan ialah sebuah pakt a
suci.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Inilah energi yang terus memut ar mesin sekolah kami, aura


tebal yang menyelimut i segala penjuru, danruh yang
menguasai kami semua. Apa pun kegiat an, selalu dilipur dan
dihibur dengan pot ongan kalimat : “ikhlas kan ya akhi…” Dan
begit u potongan itu disebut , rasanya hat i menjadi plong dan
badan menjadi segar, sepert i habis menenggak STMJ. Sebuah
prinsip yang sakt i dan manjur.
Aku pernah terkulai kecapekan sampai dini hari menulis
majalah d inding w akt u di t ahun pert ama dulu. Majalah in i
harus dipampangkan di depan aula begit u mat ahari naik.
Padahal masih sat u halaman lagi yang harus dit ulis t angan
indah menjelang azan Subuh berkumandang. Aku t idak kuasa
lagi melaw an cengkraman kant uk.
Lalu Kak I skandar dat ang dan menepuk-nepuk
punggungku, “Ya akhi, ikhlaskan niat mu”. Seket ika it u juga
capek hilang dan semangat memuncak. Di lain kesempat an,
aku tert angkap jasus, dan masuk mahkamah. Set elah
menjatuhkan hukuman dan menyerahkan t iket jasus, kakak
bagian keamanan dengan mat a menyelidik bert anya, ant a
ikhlas gak jadi jasus? Dengan agak terpaksa aku bilang,
“Ikhlas Kak”. Ajaib, setelah menjaw ab it u hat i pun jadi lebih
tenang. Bahkan pun ket ika aku mengucapkannya setengah
hat i. Kat a ikhlas bagai obat yang manjur, yang meraw at hat i
dan memperkuat raga.
Yang paling lucu tentulah Said. Di saat bert arung seru
dengan kant uk ket ika kami j adi bulis lail, dia b ilang dengan
setengah sadar, “Aku ikhlas ngant uk dan tert idur”. Lalu dia
t idur dengan pulas t anpa t akut dilabrak Tyson. Sebuah prakt ek
keikhlasan yang unik dan aneh.
Jiw a keikhlasan dipert ontonkan set iap hari di PM. Guru-guru
kami yang t ercint a dan hebat -hebat sama sekali t idak

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menerima gaj i untuk mengajar. Mereka semua t inggal di


dalam PM dan diberi fasilitas hidup yang cukup, t api t idak ada
gaji. Dengan t idak adanya ekspekt asi gaji dari semenjak awal,
niat mereka menjadi khalis. Mengajar hanya karena ibadah,
karena perint ah Tuhan. Tit ik.
Begitu niat ikhlas t erganggu, seorang guru biasanya
merasakannya dan langsung mengundurkan diri. Akibat seleksi
ikhlas in i, semua guru dan kiai punya t ingkat keikhlasan yang
terjaga t inggi yang art inya juga energi tert inggi. Dalam ikhlas,
sama sekali t idak ada t ransaksi yang merugi Not hing t o lose.
Semuanya dikerjakan all-out dengan mut u terbaik. Karena
mereka t ahu, cukuplah Tuhan sendiri yang membalas semua.
Tidak ada t ransfer duit dan materi di PM. Hanya t ransfer amal
doa dan pahala. Indah sekali. Sosok Ust ad Khalid kembali
muncul di pelupuk mat aku.
Inilah yang aku pelajari dan pahami t ent ang keikhlasan.
Dan aku t ahu, hampir semua kami di kelas enam meresapi
dan memahaman ini.
“Kullukum ra’in w akullukum.masulun an raiyat ihi”, in i
pent ing unt uk leadership di PM. Set iap orang adalah pemimpin
t idak peduli siapa pun, paling t idak untuk diri mereka sendai,
Aku merasakan PM memberikan kesempat an seluas-luasnya
bagi kami unt uk mempraktekkan diri menjadi pemimpin dan
menjadi yang dipimpin. Levelnya pun beraneka ragam, dari
yang paling sederhana sampai yang berat . Dalam prakt eknya
ada ribuan jabat an ket ua t ersedia set iap t ahun. Mulai dari
ket ua kamar, ket ua kelas, ket ua klub olahraga sampai ketua
majalah dinding, jabat an ket ua ini terus dipergant ikan
sehingga diharapkan set iap siswa PM pernah merasakan
menjadi ket ua sepanjang hidupnya di PM.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Aku mengaw ali hari pert ama di PM sebagai anggot a asrama


yang patuh pada aturan. Lalu pelan-pelan kami, anak baru,
mendapat giliran menjadi anggot a yang diberi wewenang,
manajer, pemimpin, bahkan sampai pembuat at uran. Puncak
t anggung jaw ab adalah ket ika kami menjadi siswa senior di
kelas 5 dan 6.
Seorang kepala asrama adalah seorang anak senior kelas
lima. Dia didampingi t im keamanan dan t im penggerak
bahasa. Mereka semua bert anggung jaw ab mengaw asi sekit ar
400 anggot a asramanya. Membant u anggot a untuk berdisiplin,
menggunakan bahasa dengan benar sampai urusan tet ek
bengek sepert i at uran mencuci, jemur baju, dan jam t idur.
Tidak jarang anak muda t anggung ini menjadi t empat curhat
anggot anya yang bermasalah. Sebuah pekerjaan yang sibuk
dan memakan w akt u. Tidak heran kadang-kadang kepala
asrama t erlalu sibuk mendedikasikan w akt u dan pikirannya
buat anggot a dan ket inggalan belajar. Di sin ilah keikhlasan
dan kepemimpinan digandengkan unt uk membuat diri kami
seorang pemimpin.
Kalau pengurus asrama bisa diibarat kan pemerint ah daerah,
sedangkan pengurus pusat adalah pemerint ah pusat .
Pengurus pusat bert anggung jaw ab untuk melayani ribuan
orang penduduk PM sekaligus.
* * dw* *
Tahun lalu, ket ika duduk di kelas lima, kami mu la t ampuk
kepemimpinan ini, menerima penyerahan kekuasaan dari kelas
6 yang telah menjabat set ahun dan segera baku
mempersiapkan ujian akhir.
Dalam sebuah minggu yang kami sebut “pekan penyerahan
kekuasaan”, bergant i-gant i kami dipanggil ke KP unt uk diberi
t anggung jaw ab baru. Baik sebagai pengurus asrama at au
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pengurus pusat . Penent uan fit and proper berliku-liku.


Organisasi set iap daerah menominasikan put ra daerah terbaik.
KP lalu mendapat kan masukan dari w ali kelas, pengurus
asrama dan melihat t rack record pelanggaran yang mereka
dokument asikan dengan rapi sejak hari pert ama set iap orang
masuk PM. Dari sanalah kemudian muncul rekomendasi dan
menent ukan siapa yang paling t epat melakukan apa.
Di ant ara Sah ibul Menara, yang pert ama terpanggil adalah
Said. Dengan muka berbinar-binar opt imis dan dia menghadap
Ust ad Torik.
Sejam kemudian Said keluar dari kant or it u dan melapor
kepada kami yang telah menunggu di baw ah menara.
kawanku yang opt imis, at let is, periang, dan heboh
“Aku menjadi ket ua tukang sensor!” kat anya tersenyum
memperlihat kan sebuah surat bersampul cokelat . Kami
tert aw a dan menepuk-nepuk punggungnya, memberi selamat
at as jabat an baru it u : menjadi anggot a elit “The Magnificent
Seven” tujuh orang terpilih pembela keamanan dunia PM.
Ini sesuai dengan cit a-cit anya dulu di depan panel koran.
Dialah badan sensor koran, sepert i yang diidam-idamkan,
Dialah t uan besar ketert iban dan menunggangi sepeda hit am
mengkilat bersenjat akan sejadah dan sebuah senter besar
bagai pedang sinar yang membut akan mat a. Persis di posisi
Tyson yang sekarang telah t amat sekolah. Aku t idak heran.
Dengan post ur t inggi besar sepert i Muhammad Ali bercampur
Arnold Schwarzenegger, t idak ada yang lebih tepat berada di
posisi in i. Dia past i j adi momok anak-anak baru dan segera
menempat i posisi public enemy number one.
Ini juga posisi yang kurang nikmat . Keamanan yang
t ugasnya menjaga disiplin ironisnya selalu dianggap
mengganggu ket enangan, rigid dan t idak kompromi. Wajah
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pun harus dibuat lebih serius dan t idak boleh senyam-senyum


sembarangan. Bayangkan set ahun bert ugas t anpa senyum!
Tapi aku yakin Said t idak keberat an menjadi musuh bersama.
Dia siap bertugas hanya demi ridho Ilahi. Aku t ahu di balik
t ampang Arnoldnya, dia punya jiw a Tyson yang ikhlas.
Aku dan At ang sedang dapat tugas piket menyapu aula
ket ika sebuah sepeda hit am melesat kencang ke arah masjid.
Walau sekilas, aku t ahu badan besar yang mengayuh sepeda
it u Said. Ini hari pert amanya bert ugas sebagai bagian
keamanan pusat. Said segera memarkir sepeda hit am
mengkilat nya di samping t angga masj id yang lebar. Dia
memakai kopiah hit am, jas hit am, dan sarung hit am. Di bahu
kanannya t ersampir sajadah merah t uanya. Ujungnya berkibar
dit iup angin sore. Dia berdiri t egap dengan dagu sedikit naik.
Tidak seberkas pun senyum muncul dari w ajahnya. Mat anya
yang beralis t ebal kini t ajam mengawasi gelombang ribuan
anak yang naik ke lant ai dua masjid. Tangannya kanannya
mengibas-ngibas menyuruh semua orang berjalan lebih cepat .
Ya Tuhan, dia bahkan jauh lebih menyeramkan dari Tyson.
Melihat ada seorang anggot a “The Magnificent Seven”
sudah st andby, beberapa anak yang berjalan sant ai k ini berlari
serabut an menuju masjid. Mereka t idak berani sampai
terlambat semenit pun di depan sosok serba hit am ini. Tiga
t ahun mengenal Said sebagai sebuah pribadi riang.
Senyumnya , lebar dan kerlingan mat anya yang iseng selama
ini t idak hilang. Baru sekali in i aku melihat dia puasa senyum
lebih dari lima menit . Iseng, kami mencoba melambaikan
t angan kearah Said yang sedang sibuk bert ugas. Hanya
dibalas dengan anggukan kecil saja. Lucu sekali melihat Said
mempert ahankan w ibaw a dengan berjuang menut upi senyum
lebarnya.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hari berikut nya giliran Raja yang dipanggil ke KP. Ket ika
keluar ruangan dia senyum-senyum sendiri kepada kami
Sahibul Menara.
“Kalian t ebaklah, jadi apa aku ini?”
“Jadi bagian informasi pusat ?”
“Bukan.”
“Ket ua bahasa untuk asrama Al-Barq?”
“Bukan. Aku dipercaya jadi anggot a The Three Muskftt jflH
kat anya bersemangat. Three Musketeers adalah julukan kami
di PM bagi t iga orang penggerak bahasa pusat . Mereka yang
menjaga program pengembangan bahasa dan menjaga
kedisiplinannya. Mereka hakim t ert inggi unt uk menghukum
para pelanggar bahasa. Tiga orang ini punya kemampuan
bahasa Arab dan Inggris yang superior dan menjadi role
model unt uk semua murid.
Bagiku, Raja t elah lama menjadi role model. Sejak di PM,
dia seorang yang sangat menggebu mendalami aneka bahasa,
khususnya bahasa Inggris. debat adalah bidang lain yang dia
asah.
Berkali-kali dia menyabet juara dalam lomba public
speaking ant ar asrama dan kelas, baik bahasa Indonesia,
Inggris at au Arab.
Aku, At ang, Baso dan Dulmajid harap-harap cemas. Apakah
kami akan diberi kepercayaan juga duduk di kepengurusan elit
at au jadi pengurus asrama, at au bahkan jadi prolet ar, julukan
bagi murid yang t idak dapat jabat an formal. Aku sendiri
berpikir, akan bagus dapat kesempat an, t api kalau t idak, aku
juga siap menjadi prolet ar—dengan ikhlas. Kesempat an sangat

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

banyak unt uk mendalami berbagai macam ilmu karena w akt u


akan lebih banyak buat diri sendiri.
Akhirnya panggilan it u dat ang juga dalam bentuk
pengumuman set elah shalat Dzuhur. Aku, At ang, Baso,
Dulmajid dan beberapa orang lain dimint a dat ang jam 2 siang
menghadap Ust ad Torik.
Kami berempat duduk berjejer di lant ai. Ust ad KP t ampak
memilah-milah t umpukan map yang ada di kirinya. Tampaknya
mencari cat at an kehidupan kami selama in i. Tangannya
sekarang memegang 4 map besar. Dia memandang kami
dengan mat a sembilunya.
“Kalian t elah t ahu kenapa dipanggil ke sini?”
Kami menggeleng. Tidak ada yang berani memast ikan pasal
apa yang akan dibicarakan kalau di KP. Kebanyakan adalah
masalah disip lin dan pelanggaran. Sesekali saja kabar
gembira.
Tampaknya kali in i kabar gembira. Walau mat anya tet ap
t ajam, senyumnya muncul sekilas.
“Kalian t elah bert ahun-t ahun belajar dipimp in, sekarang
saat nya kami memint a kalian belajar memimpin. Apakah ada
yang keberat an dan t idak ikhlas d isuruh memimpin?” t anyanya
sambil mengedarkan mat anya ke set iap w ajah kami.
Kami sekali lagi menggeleng serempak. Sepert i kawanan it ik
kecil yang manis-manis. .
“Baik, kalian akan saya beri m asing-masing surat di amplop
tertut up. Silakan dibaca, dipahami dan kalau ada pert anyaan
at au keberat an, segera t anyakan sekarang juga. Kalau kalian
setuju, segera t andat angani surat perset ujuan t erlampir”
kat anya sambil membagikan amplop

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dalam hening, kami membuka amplop dan masing-masing.


Surat yang memakai stempel biru diriku berbunyi:
Assalamualaikum Wr Wb.
Ananda Alif Fikri,
Setelah melalui proses pert imbangan yang menaw arkan
kepada ananda untuk ikhlas membant u PM selama set ahun
sebagai salah sat u dari dua posisi di bawah ini:
1. Penggerak Bahasa Asrama Cordova
2. Redaktur Majalah Syams
Mohon dipert imbangkan pilihan ananda. Terima kasih at as
keikhlasan dan kesediaan ikut berjuang membela PM. M
Wassalam,
Kant or Pengasuhan
PM selalu berkomunikasi dengan sopan murid. Aku
bersyukur dan berterima kasih diberi kepercayaan. Tapi aku
bingung untuk memilih sat u di ant aranya. Aku suka
mengembangkan bahasa, t api aku juga menjadi penulis.
Pilihan yang sulit .
Lebih dari it u, ada bagian dariku yang mengingat kan kalau
aku kurang pant as menjadi pengurus karena ht iku masih
belum bulat.
Aku merasa telah bert umbuh dan berubah dalam 3 t ahun
ini Dari set engah hat i, menjadi mulai menikmat i hidupku di
sin i. Aku mencoba berdamai dengan diriku dan ke-afan. Dan
aku telah mohon ampun kepada Amak. Mungkin memangang
jalan nasibku harus di PM. Tapi cit a-cit a masa kecil susah
dimat ikan. Set iap melihat orang berseragam abu-abu SMA,
hariku berdesir. Masih ada yang mengganjal.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tapi kalau dit anya masalah bahasa. Aku sangat suka belajar
bahasa Inggris dan Arab. Menjadi penggerak bahasa adalah
pilihan yang tepat . Tapi aku juga suka menulis dan menjadi
redaktur majalah. Melan jut kan karier report er sejak kelas sat u
dulu.
Melihat aku bingung memilih, t idak biasanya Ust ad Torik
kooperat if, “Kalau masih bingung bisa dicoba dulu barang
sebulan”. Akhirnya aku sepakat akan mencoba menjadi
penggerak bahasa selama 1 bulan.
At ang yang pernah bercit a-cit a menjadi bagian penerimaan
t amu, mendapat kepercayaan menjadi Dew an Kesenian Pusat .
Selama beberapa t ahun ini, j iw a seni yang mengalir deras d i
t ubuh At ang terus berkembang. Dia t idak membat asi diri
dengan t eater saja. Dia menerobos seni lain dengan belajar
musik, seni kaligraf i, sampai pantomim. Tahun lalu, dia
bahkan masuk ke dunia lain lagi, mendalami apa it u seni
t asafuw dan sufi melalu i buku-buku Al-Ghazali. Kombinasi un ik
ant ara seniman dan sufi ini membuat karya t eaternya
sekarang lebih sprit ual. Sat u W yang masih membuat dia w as-
w as adalah dia masih harus bekerja keras unt uk menajamkan
hapalan dan bahasa Arabnya.
Dulmajid, kawan Maduraku yang lugu dapat jabat an yang
mungkin paling t epat : salah seorang dari lima redakt ur
majalah Syams. Selama in i dia adalah sosok yang selalu seriu s
dan keras hat i unt uk merebut t arget -t arget nya. Misalnya, dia
rela 1 bulan berturut -turut di perpust akaan hanya unt uk
mendalami zanah sejarah Marco Polo dan Ibnu Bat ut ah. Kerja
keras konsist ensi melayari pulau-pulau ilmu sepert i inilah yang
melejit kan intelekt ualit asnya. Dari keluasan perbendaharaan
bwp an, teori dan informasi ini, dia menulis dengan gegap
gempit a. Tulisan ilmiahnya bertebaran di berbagai media
sekolah kami.
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dia juga menggagas forum diskusi yang karya pemikir mulai


dari Ghazali, Sardar, Iqbal, MawducflfejWB riat i, Karen
Amst rong, Schimmel, sampai Nurcholish Madj id. Sedangkan
karier bulut angkisnya t idak berkembang banyak w alau t et ap
menjadi mit ra lat ih Ust ad Torik.
Bagaimana dengan kawanku berw ajah pelaut diari Gow a,
Baso sekarang adalah Baso yang jauh berbeda dibanding
w akt u dikelas sat u dulu. Pert ama, dia t idak pernah lagi lat ihan
bahasa Inggris denganku, karena dia telah sukses
menghilangkan dengung dan qalqalah dari pronounciat ion-
nya. Dia juga seHg^ B t elah bisa menyeimbangkan ant ara
belajar dan kegiat an lain. Dari segi kecemerlangan ot ak, dia
terus mengejut kan kami Ternyat a t idak hanya hapalan yang
dia kuasai, dia juga mant ap dalam analisis masalah dan
mat emat ika. Makanya kalau belajar bersama sebelum ujian
t anpa dia, kami t idak cukup pede. Dia selalu menjadi manaj i—
referensi terpercaya, kalau kami ment ok dengan sebuah mat a
pelajaran. Sat u lagi kelebihannya dia mulai berolahraga
terat ur, w alau cuma lari. Alasan dia memilih lari: karena t idak
bakat olahraga lain.
Di t engah kecemerlangan ot aknya, kekurangan Baso adalah
sifat pelupa. Akibat nya selama ini dia menjadi langganan
mahkamah hanya karena sering lupa pakai papan nama, lupa
pakai papan nama ke masjid, lupa menulis t eks pidat o dan
lupa-lupa yang lain. Bahkan pernah Tyson marah luar b iasa
gara-gara Baso juga lupa kalau dia harus masuk mahkamah.
Tapi dia punya masalah yang lebih besar lagi. Beberapa kali
dia berbicara dari hat i ke hat i denganku.
“Aku suka dengan suasana dan pertemanan di sini. Tapi di
sin i juga terlalu ramai,” kat anya.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

”] angan pedulikan kesibukan ini, kit a kan bisa menyepi di


pinggir sungai at au di baw ah jemuran baju,” jaw abku
sekenanya.
“Aku merasa t idak punya cukup tenaga dan w akt u untuk
mendalami Al-Quran.”
“Lho, yang kit a lakukan set iap hari kan bagian dari
mengenal Al Quran?”
“Aku ingin bisa menghapal—benar-benar hapal set iap huruf
dari depan sampai belakang dan memahaminya sekaligus. Ini
but uh w aktu dan ketenangan. Itu yang aku t idak punya di sini.
Aku mulai t idak bet ah.”
Walau kelihat annya t idak fokus, t api t idak pernah
ket inggalan pelajaran. Kosa kat anya sangat kaya, t at a
bahasanya luar b iasa dan aksen Arabnya luar biasa basah.
Karena kelebihan inilah dia kemudian dimint a KP unt uk
menjabat sebagai “Penggerak Bahasa Pusat ”, bersama Raja.
Sebuah jabat an yang menurut ku sangat pant as.
Raja dan Baso adalah kebanggaan kami. Ingat anku t erbang
ke dua t ahun lalu ket ika Raja dan Baso menorehkan sejarah
dan menjadi legenda PM. Mereka berdua, ket ika it u kelas t iga,
membuat pengumuman kepada khalayak: mereka akan m
kamus lnggris-Arab- Indon«sia khusus buat pelajat . mereka,
kamus yang ada sekarang t erlalu t ebal cocok unt uk orang
yang baru belajar bahasa dasar. Pe; derhanakan sesuai
kebutuhan. Tapi, menyusun kamus? dua anak berumur 16
t ahun.? Sebelia it u.? Banyak yang t idak percaya, t ergelak, at au
hanya menyumbang senyum, mengaanggap ide ini sebuah
mimpi yang keterlaluan.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tapi mereka maju terus. Ya, it u yang mereka lakukan


dengan cara yang paling manual. Masing-masing membagi
t ugas. Raja menuliskan ent ry Inggris dan Baso unt uk Arab.
Selama set ahun siang malam mereka mengerjakan
pemilihan kat a yang benar benar cocok untuk para pelajar.
Aku ingat beberapa kali bangun tengah malam unt uk shalat
Tahajud. Set iap bangun menyaksikan di t engah kesunyian dan
gelapnya malam, Raja duduk bersila dit emani sebuah lampu
teplok yang apinya melenggak lenggok karena sudah hampir
kehabisan minyak. Di depan mereka bertumpuk berbagai
kamus referensi, dan di depan masing-masing, sebuah buku
t ulis t ebal telah penuh an Arab dan Inggris. Mereka terus
menulis dan menulis t idak kenal lelah. Pagi-pagi aku melihat
jempol, t elunjuk dan jari t engah mereka bengkak-bengkak dan
membiru karena dipakai memegang pulpen t iada hent i. Tapi
hasilnya berbicara. Dua t ahun set elah memproklamirkan
proyek ambisius ini, kamus mereka dicet ak di percet akan PM.
Kini “Kamus Arab- Inggris-Indonesia” karya Baso Salahudin dan
Raja Lubis ini t ersedia di t oko buku kami.
Kalau dulu kami harus berkoar koar belajar pidat o dan
membuat naskah. Kini kami juga dit ugaskan menjadi
pemeriksa naskah dan pengaw as lat ihan pidat o. Hanya
dengan t anda t angan kamilah seorang murid bisa berpidat o.
Bagi yang sedang t idak dapat giliran mengaw as, kami
berkumpul di aula unt uk melakukan diskusi ilmiah dengan
tema-tema yang sudah disiapkan. Kami juga sudah mendapat
hak untuk mengajar anak kelas baw ah, khusus unt uk
pelajaran sore. Semuanya terasa alamiah, karena apa yang
kami ajarkan adalah yang kami t erima 2-3 t ahun lalu.
Walau kini ada d i puncak rant ai makanan yang
menyenangkan, aku diam-diam t et ap merasa gamang. Jauh di

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pedalaman hat i, bagai api di dalam sekam, aku terus


bert anya-t anya ke mana aku pergi setelah PM?

Sek am I t u Bernam a I TB
Sepert i janjiku pada Ust ad Torik, aku mencoba menjalankan
t ugas sebagai penggerak bahasa asrama. Tugasku adalah
memast ikan disiplin bahasa dit egakkan, kat a baru dan
memeriksa cat at an anggot a asrama. Selain it u juga ‘
merangkap sebagai hakim di mahkamah bahasa. Posisiku
hanya unt uk sat u asrama, sement ara “Three Musket eers”
mengat ur disip lin bahasa unt uk segenap penduduk PM.
Kini aku menjadi hakim di depan murid-murid muda yang
masuk ke dalam ruangan mahkamah dengan t akut -t akut . Aku
menyuruh mereka duduk pasrah di tengah kamar yang
kosong. Aku bert anya apa kesalahan mereka. Kalau mereka
menggeleng, maka karcis laporan j asus aku bacakan. Lalu
mereka kuhukum supaya jera. Selain mendapat t ugas.
pelanggar lain, hukuman buat mereka untuk berdiri memat ung
di t engah koridor yang penuh orang yang lalu lalang. Mereka
harus berteriak-t eriak, “Aku t idak akan lagi” selama setengah
jam. Tapi setelah beberapa kali menjadi hakim bahasa sepert i
ini, aku t ahu kalau aku mengadili dan menghukum orang.
Aku segera melapor ke Ust ad Torik dahkan aku ke majalah
Syams, bergabung dengan Dulmajid yang t elah 2 minggu
t inggal di kant or majalah, sebuah ruangan yang sangat
st rategis di sebelah t empat penerimaan t amu. Tempatnya
yang t inggi di lant ai dua memungkinkan kami melihat sit uasi
PM.
Aku baru saja pulang dari percet akan unt uk memast ikan
plat unt uk majalah kampus yang akan naik cet ak telah beres.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ket ika lew at di depan sekret ariat , Mukhlas, temanku yang


bert ugas di bagian surat menyurat melambai-lambaikan
sebuah amplop.
“Alif, dari Padang nih. Sayang cuma surat saja, t idak ada
wesel,” kat anya bercanda
Tanpa membaca, aku sudah t ahu ini surat Randai.
Tulisannya yang besar-besar dan miring ke kiri t idak mungkin
disamai orang lain. Tahun lalu, Randai gencar menulis surat ,
bercerit a kalau dia sudah kelas 3 SMA.
Sebelumnya, dia bercerit a telah memut uskan pilihan
universit as yang cocok dengan bakarnya. Pilihan pert amanya
adalah Teknik Mesin 1TB, Fakult as Kedokteran Unpad dan
sebagai pilihan amannya adalah Sast ra Inggris Unpad. Kenapa
di Bandung semua? Ent ah kenapa, orang Minang lebih suka
mengirim anaknya sekolah ke Bandung daripada ke kot a lain.
Sepert i ada love affair ant ara Minangkabau dan t anah
Parahiyang-an. Ent ah kebetulan, di Minang juga ada w ilayah
yang disebut Periangan. Tapi alasan prakt isnya mungkin
karena Bandung cukup dekat dan lebih murah. Yogya murah
t api jauh, Jakart a dekat , t api mahal.
Aku goyang-goyang amplop put ih it u unt uk meloloskan
kert as ke sat u sisi, dan sisi lainnya aku robek. Hanya selembar
surat dengan t ulisan besar-besar.
“Alif, syukur ALHAMDULLILLAH, aku t elah DITERIMA di
TEKNIK MESIN ITB, persis sepert i yang aku harapkan.
Sekolahnya Bung Karno dan Pak Habibie….”
Aku hent ikan membaca sampai di sit u. Aku lipat surat ini. Lalu
aku panjat kan syukur kepada Allah at as karuniaNya ini kepada
Randai. Sebagai kawan, aku senang kaw anku mimpinya jad i
kenyat aan. Tapi jantungku berdenyut keras.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dan sekam yang t idak pernah pudar dalam 3 t ahun


akhirnya me let ik-let ik dan menyala j adi api. Ada iri yang
meront a ront a di dadaku. Semua yang didapat Randai adalah
mimpiku juga. Mahasiswa ITB dan bercit a-cit a jadi Habibie.
Kini kawanku . mendapat kan semuanya kont an. Sedangkan
aku masih harus mengangsur 1 t ahun lagi sebagai mur id kelas
6 di PM.
Karena aku masuk set elah t amat SLTP, PM mewajibkan
t ambahan 1 t ahun unt uk kelas persiapan, sehingga unt uk
lulus, aku perlu 4 t ahun’. Art inya: Randai kelas 3 SMA, aku
baru kelas 5 di PM. Randai masuk kuliah, aku masih kelas 6.
Bat inku perang. Dari sepucuk surat, kegelisahan d i
pedalaman hat i ini menjalar ke permukaan dan cepat
mempengaruhi semest a pikiranku.
Tahu-t ahu dunia ini t erasa kelabu dan dingin.
Di puncak gedung asrama, dikelilingi oleh gantungan cucian
aku berdiri sebat ang kara menat ap langit yang rusuh. Aku
kemr bangkan sajadah di at as lant ai beton cor ini. Aku
lanjut kan membaca surat Randai yang t elah keriput aku
remas. Isinya aku t enungkan dalam-dalam. Ini sebuah surat
persahabat an dan pemberit ahuan. Kenapa sebagian diriku
ragu?
Sebagian hat iku berbisik bahw a surat in i “mengejek” dan
mempert anyakan keput usanku masuk ke PM.
Mempert anyakan! Bahkan set elah t iga t ahun berlalu.
Bet apa kurang kerjaan si Randai in i! Tapi kenapa aku jadi
terpengaruh dengan surat ini? At au… jangan-jangan aku
memang t elah salah langkah. Jangan-jangan aku t elah
terlambat merangkul cit a-cit a masa kecilku yang telah dibawa
lari oleh kawanku sendiri. Suara-suara aneh berlomba berbisik

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

di set iap sudut kepalaku. Semakin kuat dan semakin menjadi.


Aku menangkupkan kedua t angan ke w ajahku. Kalut . Angin
berdesau-desau, membuat suara aneh ket ika mengibarkan
baju, sarung, baju dalam, sing let di sekit arku. Angin yang
berbau sabun dan blau.
Togap, seorang kawan sekelasku yang berasal dari Medan
bahkan t elah memut uskan pulang ‘ala daw am, pulang
selamanya, ket ika kami masih kelas lima. Wakt u aku t anya
kenapa, dia bilang karena dia harus mempersiapkan diri uj ian
persamaan SMA dan UMPTN. Tujuannya adalah jurusan
ekonomi USU, kalau t idak lulus, dia akan coba IKIP. Kalau
t idak lulus juga, dia akan masuk IAIN, yang relat if gampang
dit embus murid PM.
Aku termenung. Bukankah cerit a Togap ini bagai
mengulang protes Amak dulu? Orang masuk sekolah agama
hanya karena t idak lulus uj ian masuk sekolah umum?
Bagaimana kit a bisa mengharapkan ahli agama yang
cemerlang kalau yang belajar ilmu agama it u banyak dari
orang-orang t erbuang? Sebuah kenyat aan yang pedih. Dan
mungkin aku dalam posisi akan melakukan hal it u juga.
Akhirnya pert anyaan it u meledak juga keluar: bagaiman kalau
aku keluar dari PM, sekarang juga? Agar aku mimp i sepert i
Randai. Menjadi mahasiswa dan bukan di jalur pelajaran
agama. Tapi art inya aku akan jadi orang yang kalah karena
pulang ket ika perang belum usai. Aku t idak menyelesaikan apa
yang aku mulai. Apa kat a alam semest a? pulang saat ini sudah
terlalu t erlambat . Ujian persamaan sudah lew at dan UMPTN
sudah usai. Aku telah ket inggalan keret a. Paling t idak aku
harus menunggu sedikit nya 6 bulan lagi kalau benar-benar
mengambil keputusan radikal ini.
Dent ang lonceng membangunkanku dari lamunan. Aku
beranjak ke masjid unt uk menunaikan Maghrib. Pikiran
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tent ang pulang ini hilang t imbul di kepalaku, sepert i gerimis


yang dat ang dan pergi di sore hari, sesuka hat i.

Keret a Ang in Kuning


”Lif- Alif, bangun… bangun…”. Ganggu sebuah suara yang
yang panik. Aku yang baru saja melayang ke alam mimp i
Jumat sore itu mencoba membuka mat aku yang berat. Wajah
Dul yang terengah-engah muncul dari balik lemariku.
“Apa kesalahan kamu?” t odongnya.
“Kesalahan apa?” t anyaku sambil mengucek-ngucek mat a
dengan malas.
“Kamu dipanggil KP sekarang juga!”
Dul menyerahkan memo panggilan kepadaku. Semua
panggilan ke KP selalu menggoyang jant ung. Lebih sering
daripada t idak, urusannya adalah masalah disip lin dan
hukuman. Akhirnya lebih ser ing adalah vonis bersalah,
hukuman bot ak, bahkan pemulangan t idak hormat . Dengan
agak gugup, aku mencoba mengingat -ingat apa kesalahan
fat al yang kulakukan dalam beberapa hari ini. Terlambat
shalat pernah, t api hanya beberapa menit, berbahasa
Indonesia sudah lama t idak, t idak ghosab, t idak juga keluar
t anpa izin. Sejauh ingat anku, aku telah menjadi orang yang
baik. Aku benar-benar t idak t ahu apa kesalahanku.
Dengan w ajah cemas, aku menghadap Ust ad Torik yang
duduk menunggu di kant ornya. Dia dengan sant ai membolak
balik sebuah buku besar tebal berw arna hit am. Aku sekilas
melihat sampulnya: “Cat at an Perilaku Angkat an 1988″ . Buku
ini kami sebut kit ab “dosa dan pahala” kami selama berada di

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

PM; Bagai punya malaikat Rakib dan At it , semua pelanggaran


dan prest asi set iap murid tercat at rapi di buku ini.
Sepert i biasanya, w ajah Ust ad Torik selalu siaga hingga aku
semakin khaw at ir, nasib buruk apa yang jemput ku hari ini.
“Ijlis, ya akhi,” kat anya menyuruh duduk dengan sinat Mat a
sembilunya mengawasiku sebent ar, lalu kembali ke buku
hit amnya. Aku mengambil kursi yang t erjauh. Lalu sepi. Hanya
bunyi kert as dibolak-balik dan kit iran angin berdesau-desau di
langit -langit.
Akhirnya, set elah mendehem beberapa kali dia mengangkat
kepala dan melihat ke arahku.
“Isma’ ya akhi. Dengarkan. Kami t elah memperhat ikanmu
beberapa w akt u terakhir ini…”.
Badanku menegang mengant isipasi semua kemungkinsigj
Awal yang menggelisahkan. Apa yang dia perhat ikan?
Kesalahan apa pula yang dia t emukan? Aku sudah mencoba
jadi anak baik kok.
“Kami juga telah mendapat masukan dan penilaian dari
para gurumu, termasuk w ali kelas…” Dia t erus mengobrol
pembukaan yang t idak jelas mau ke mana. Di baw ah meja aku
menggenggam ujung jariku yang semakin dingin.
“Saya sendiri menilai, berdasarkan cat at an” membuka kit ab
hit am di depannya. Dan melihat t angan nya yang kurus
menget uk-ngetuk sat u halaman yang aku pikir adalah halaman
diriku. Ya Tuhan, dia membuka buku dosaku. Selamat kanlah
aku, Tuhan.
.”Walau prest asi sekolah lumayan baik, kedua bahasa baik
terut ama Inggris, t api pelanggaran-pelanggaran disip lin yang
kamu lakukan dalam 3 t ahun terakhir in i juga ada. Karena it u

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kami memutuskan…..” Dia menggant ung suaranya samb il


memandang mencorong kepada mat aku. Dia sepert i benar-
benar menikmat i permainan berput ar-put ar ini. “…unt uk
mencoba memberi kepercayaan kepadamu unt uk menjadi
“Student Speaker” dalam bahasa Inggris.” Ot ot mukanya kali
ini melemas. Senyum t ipis hinggap sebent ar di baw ah kumis
suburnya, lalu hilang lagi.
Aku ternganga t idak percaya.
Untuk memast ikan aku t idak salah dengar, aku bert anya:
“Stu… st udent Speaker, kapan Ust ad?”
“Minggu depan, hari Jumat jam 3 sore. Di depan Mr.
McGregor, Dubes Inggris.”
Alhamdulillah, terima kasih Tuhan. Setelah semua proses
menegangkan ini, aku ternyat a malah diberi kepercayaan
besar.
“Student Speaker” adalah sebuah kehormat an. Set iap ada
t amu pent ing yang dat ang ke PM akan dit erima di aula oleh
kiai dan guru sert a para murid. Setelah Kiai mengucapkan
selamat dat ang, akan ada sat u w akil dari mur id yang
berpidato menyambut t amu ini t anpa membaca t eks. Pidat o
bisa dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Arab, t ergant ung
t amunya dari mana. Terpilih sebagai speaker adalah hasil
seleksi dan pengamat an t erhadap kemampuan berpidat o dan
bahasa. Hanya yang terbaik saja y ang t erpilih. Raja t ahun lalu
pernah terpilih menjadi speaker ket ika menyambut rombongan
dut a besar Mesir. Sejak it u aku belajar hebat , untuk bisa juga
dipilih. Set iap kesempat an lat ihan pidat o dan diskusi
berbahasa Inggris, aku membuat persiapan maksimal.
Rupanya usahaku t idak sia sia, hari in i usahaku dibayar
kont an.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sesuai janj i, aku harus membuat konsep dan persiafjj m


pidat o lima menit ini. Dalam dua hari aku harus sudah
mendemonst rasikan pidat o ini di depan para ust ad KP.
Penampilan pert amaku membuat kening Ust ad Torik berkerut -
kerut .
“Akhi, bahasa sudah bagus, t api isinya belum bagus, coba
perbaiki lagi. Ingat , w aktunya t inggal 5 hari lagi”
koment arnya.
Selama 3 hari 3 malam, dit emani Sahibul Menara sebagai
konsultan, aku berlat ih dan berlat ih, di sebelah SipiH Bambu.
Aku berteriak t anpa lelah kepada air, belukar, melat ih lidahku
supaya fleksibel unt uk membaw akdj| pidat oku yang berjudul,
“When East Greet s West ”. Ket ika aku peragakan lagi pidat o 5
menit ku di depan Ust ad Toriq mengangguk-angguk set uju.
Aku lega t api juga t egang. Dua hari lagi adalah hari H aku
t ampil di depan mat a ribuan murid, para guru, kiai dan t amu
agung dari Inggris it u. Bagaimana j ika pada hari H suaraku
hilang, at au sakit gigi, at au grogi, at au lupa hapalan p idat oku,
at au… t idurku jadi t idak nyenyak.
Pagi Jumat ini aku sangat senewen. Semua persiapan yang
perlu sudah kulakukan. Teks pidato sudah berkali-kali
kuhapalkan. Jas, dasi dan kopiah hit am sudah rapi t ersampir
diat as lemariku. Tapi t et ap saja aku ket ar-ket ir. Ini penampilan
pert amaku di depan ribuan orang. Aku pernah membaw akan
makalah di depan 500 orang dan itu dalam bahasa Indonesia.
Tapi, di depan ribuan orang dan bahasa Inggris?
Di depan kaca, aku t emukan w ajahku sendiri yang t erjerat
«o(an bangga dan grogi. Aku pandang mat aku sendiri, dan
lew lamat aku lafalkan nasihat Kiai Rais suat u kali: “Jangan
pernah t akut dan t unduk kepada siapa pun. Takut lah hanya
| flH Allah. Karena yang membat asi kit a at as dan baw ah
hanyalah t anah dan langit.”
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Bismillah, ya Tuhan, sudah aku kerahkan segala usaha,


sekarang aku serahkan penampilanku kepadaMu dengan
segala ikh las,* gumamku.
Sekali lagi aku rapikan sisiranku yang sudah licin dan aku
tenggak sebut ir mult i vit amin unt uk memast ikan aku segar
nant i di panggung.
“Your excellency, one of our student s w ould like to welcome
you. Mr. Ali Fikri…” Undang MC sambil menganggukkan dagu
kepadaku yang duduk mengkerut di ujung aula. Tiba-t iba
kerongkonganku terasa kering dan dasiku t erasa mencekik.
Tapi t idak ada pilihan lain, selain berjalan ke podium.
Suasana hening sehingga aku bisa mendengar plet ak-plet ok
sepatuku melant un-lant un di lant ai. Kiai, Dut a Besar, dan
hadirin memanjangkan leher, mencoba menangkap w ajahku.
Ini semua menambah kegugupan. Pundakku rasanya sepert i
menumpu gajah. Tapi segera kugenggam lagi kepercayaan
diriku. Jangan pernah t akut kepada siapa pun dan sit uasi apa
pun. Takut mu hanya pada Tuhan. Hat iku bert akbir, Allahu
Akbar. Suara t akbir di dalam dadaku membuat ku berani. Aku
telah berusaha keras dan aku berhak unt uk berhasil. Langkah
aku percepat ke podium.
Aku kini t ampil di at as podium. Aku bayangkan rasanya
berada diruang muhadharah, ruang yang membuat ku bisa
melont arkan dan mengekspresikan pidat o t anpa beban. Aku
lagi nasehat Raja, unt uk menguasai hadirin dengan menged| m
pandangan ke set iap sudut . Mat aku t erakhir tert umbuk kepada
-Kiai Rais dan Dut a Besar. Dengan anggukan kecil kepada
mereka, aku membuka penampilan dengan salam t erfasih dan
terbaikku.
Mendengar koor jaw aban salam dari ribuan orang, guku
pun meruap. Itulah kekuat an sebuah salam. Aku bisa
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengendalikan ruangan ini dengan sebuah salam. Lalu aku


mulai melont arkan semua hapalan t eksku yang int inya
bercerit a bahw a hubungan Timur dan Barat harus dipelihara
dan dilandasi saling percaya sert a saling menghargai. Aku lirik,
Dubes it u mengangguk-angguk sambil mengawasiku. Kiai Rais
tersenyum tenang sepert i biasa.
Di akhir pidat o, aku selipkan sebuah rayuan gombal.
“Unt uk terus memajukan hubungan krusial ant ara Barat dan
Timur, t idak hanya cukup Pak Dubes yang berkunjung ke PM,
bahkan PM sebagai w akil Timur pun siap berkunjung Anda.
Saling berkunjung, saling menyapa, saling lah kunci hubungan
Timur Barat yang indah.”
Aku hadapkan w ajahku kepada Dubes. Dia t ersenyum
terangguk-angguk. Mat anya berbinar, bahkan dia menuliskan;
sesuat u di buku cat at annya. Bayangkan, dia bahkan mencanfl
pidat oku! Siapa t ahu dia sedang mencat at sebuah beasiswa
buat ku.
Di akhir acara, aku sempat bersalaman dan berfoto
bersama Pak Dubes dan Kiai Rais. Tanganku t enggelam di
dalam t angan Dubes yang besar dan empuk. Diayun-ayunkan
t anganku beberapa kali samb il berkat a, “Indeed, a very good
speak. I like your idea on how t o st rengt hen t he relat ionship
between west and east”.
Aku tersenyum-senyum sambil berulang-ulang menyebut …
t hank you Sir, thank you Sir…
Foto bert iga inilah yang menjadi andalanku. Segera aku
kirim ke Randai dan Ayah juga Amak di rumah. Kat a Amak,
Ayah sampai memajang foto ini di papan pengumuman
balerong dengan bangga.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Selain Dut a Besar Inggris, PM kerap dikunjungi t amu luar


dan dalam negeri. Selain it u tent ulah keluarga para mur id
sendiri. Dan set iap t amu ini hampir selalu t ur keliling PM,
sepert i yang aku rasakan pert ama kali dat ang dulu. Kami
dengan segenap kegiat an kami yang padat adalah t ont onan
para pengunjung ini.
Raja yang paling sarkast ik dengan hal ini. “Kit a perlu
berempat i kepada para penghuni t aman safari yang asli. Di
PM, aku merasa kit a mirip w arga t aman safari. Lihat saja,
set iap hari libur, t aman it u dikunjungi banyak orang, yang
mengagumi dan memuji mereka dari jauh. Sesekali t angan
diulurkan unt uk membelai dan melempar sepotong w ort el at au
beberapa but ir kacang ke mulut para penghuninya. Lalu
pengunjung dengan w ajah puas dan gembira pulang ke rumah
masing-masing.”
Karena met ode pendidikannya unik, PM kerap menjadi
t ujuan “w isat a”. Berbagai macam bus dan mobil dat ang silih
bergant i. Lalu, bagian penerimaan t amu akan mengajak
mereka t ur. Awalnya, aku dan teman-teman cukup t erganggu
den hadiran t amu ini. Mereka dengan w ajah penuh heran dan
t ahu melihat kami belajar, lat ihan pidat o, menghapal mahfud
bahkan dihukum jew er. Tapi lama-lama menjadi b iasa. boleh
sibuk mengamat i, t api kami tet ap sibuk dengar buku dan
pelajaran kami, keamanan sibuk dengan disiplinnya, jasus
sibuk dengan buruannya, yang muflis sibuk berdebar-debar
menunggu wesel. Kami menjadi kebal, dan t amu kemudian
hanya angin lalu.
Jenis t amu juga beragam. Mulai dari seorang w ali mur id
dari Kert osono, gubernur, menteri, presiden, dut a besar
manca negara, ahli sosio logi dari Aust ralia, penyair, pelukis,
direkt ur bank, militer, ibu negara, rekt or universit as, sampai
konglomerat .
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Walau kami t elah kebal terhadap t amu, sebet ulnya ada


beberapa t amu yang t idak bisa kami abaikan. Pert ama adalah
t amu remaja put ri. Bagaimana pun PM adalah kerajaan ribuan
laki laki. Set iap kedat angan perempuan adalah rahmat . Maka
kalau ada t eman sekamar yang kedat angan saudara
perempuannya, kami akan saling meledek siapa yang akan
beruntung dikenalkan.
Suatu sore set elah Ashar set ahun yang lalu, sebuah sepeda
kuning meluncur kencang ke asrama kami. Sepeda kuning
selalu t anda kebaikan, karena hanya dikendarai oleh bagian
penerimaan t amu yang dat ang dengan sebuah misi:
mengabarkan ada yang kedat angan t amu. Kali ini, Soleh,
kawanku yang dapat posisi di bagian penerimaan t amu
langsung ke
Dia membaca kert as not a t amunya. ” Ya akhi, Zamzam?”
Zamzam bert eriak mengangkat t angan. Kawanku ini t ipikal
orang Sunda yang put ih bersih, apik, lemah lembut , dan
t ampan.
“Orang t ua dan adik-adik menunggu di bagian t amu
sekarang.”
Besoknya, Zamzam mendampingi keluarga besarnya
mengunjungi asrama kami. Di t aman di depan asrama dia
sibuk menerangkan kegiat an sehari-hari, sement ara kami
duduk-duduk di kejauhan memandang mereka dengan penuh
ant usiasme. Zamzam dikelilingi empat orang perempuan. Sat u
orang sudah berumur, aku kira ibunya. Dan t iga orang muda
belia, aku kira sepant aran denganku. Mereka bert iga berw ajah
put ih bersih, penuh senyum dan manis-manis.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Ya salam, berunt ung sekali si Zamzam in i, punya keluarga


cant ik-cant ik,” kat a At ang. Dia opt imis gampang bergaul
dengan mereka karena merasa asli Sunda.
“Semoga Zamzam sekeluarga diberkahi Allah,” sambung
Said.
“Aku paling suka melihat yang berkerudung hijau,” kat a Dul
malu-malu. Aku mengangguk mengiyakan. Ent ah kenapa aku
juga malu untuk terus terang mengungkapkan preferensi.
Sement ara di tengah t aman, bagai burung-burung cant ik
yang sedang menikmat i alam, t iga perempuan belia in i
tert aw a, tersenyum, ceria, pura-pura t idak merasa ada yang
melihat mereka. Tiga hari t iga malam, perbincangan kami
sekamar t idak pernah jauh dari saudari-saudari bening si
Zamzam ini. Kami meribut kan siapa yang disetujui Zamzam
unt uk berkenalan dengan saudaranya. Zamzam hanya b isa
cengar-cengir saja.
Tamu lain yang menyedot perhat ian kami adalah kunjungan
persahabat an dari pondok-pondok khusus put ri. Biasanya ada
w akt u unt uk diskusi ant ar siswa. Senang sekali rasanya
ngobrol dengan bahasa Arab, t api lawan bicara kali in i
perempuan. Kalau biasa kami menggunakan kat a gant i orang
ket iga laki-laki “ant a”, kini kami bisa menggunakan kat a gant i
”ant i”.
Kami dengan mat a berbinar-binar akan melayani mereka
w alau bahasa Arabnya terpat ah-pat ah. Di akhir kunjungan
biasanya ada foto bersama. Tapi t idak pernah fot o berdua
tent unya. Dan sebelum berpisah ada saja yang bert ukar
alamat , sambil mengendap-endap supaya t idak ket ahuan KP.
Bagi mur id yang dat ang dari j auh sepert i aku, Raj a, dan
Baso, kunjungan t amu adalah sebuah perist iw a besar saking

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

jarangnya. Said dan Tat ang yang relat if dekat masih sering
dapat kunjungan. Kalau penasaran bagaimana rasanya
mendapat t amu, aku mengajak Raja dan Baso unt uk melewat i
kantor bagian penerimaan t amu. Iseng saja, mau melihat
siapa saja yang dapat t amu dan siapa saj a t amunya.
Walau bukan t amu sendiri, melihat teman dapat t amu juga
sudah senang.

Kilas 70
Selain Sahibul Menara, kawan karibku adalah diari-diariku.
Aku sudah menulis d iari sejak berumur 12 t ahun. Selama sat u
t ahun, aku bisa menamat kan sat u sampai dua buku diari.
Awalnya aku melihat Amak rajin menulisi sebuah buku tebal
yang kemudian aku lihat judulnya “Agenda 1984″ . Menurut
Amak, isinya gado-gado: rekaman cat at an pent ing kehidupan,
bat as pelajaran kelas yang diajarnya, cat at an pengeluaran
pent ing, cat at an belanja di pakan dan pot ongan-potongan
pet uah religius yang didengarnya di pengajian induak-induak
setelah subuh di Surau Payuang, sebuah mushola kecil di
Nagari Bayur, Man injau.
Ent ah kenapa kemudian aku juga t ert arik dengan ide untuk
menuliskan macam-macam hal dalam sebuah buku yang bisa
diisi set iap hari. Lalu aku mulai mencoba membuat diari
dengan sebuah buku t ulis isi 100 halaman. Isi awalnya: kesan-
kesan t ent ang guru dan t eman, pot ongan kliping koran
khususnya tent ang sepakbola dan film, jadw al main bola,
ringkasan pelajaran di sekolah, dan karikat ur-karikat ur
seadanya rekaan t anganku.
Aku ingat suat u hari ket ika masih sekolah di Maninjau.
Setelah pulang sekolah sore hari, aku dengan t idak sabar

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengambil diari dan siap menuliskan sebuah pengalaman pei


ini: ada murid baru perempuan di kelasku, dia pindahan
Padang, sebuah kot a besar menurut ukuranku anak kamp”
Tapi diariku penuh, bahkan sampai ke balik halaman belakang.
Sedangkan w akt u itu sudah mulai gelap dan hujan lebat .
berpikir panjang, aku keluar rumah menembus hujan dan naik
angkut an ant ar desa malam-malam hanya unt uk membeli baru
di desa sebelah yang punya t oko alat sekolah. Aku ket agihan
menulis diari.
PM kemudian memperkenalkan unt uk pert ama kalinya daku
dimensi lain menulis. Menulis bukan hanya di diari dan buat
diri sendiri, menulis juga buat orang lain dan ada medianya.
Hal baru ini sangat menarik perhat ianku: dunia penulis dan
w art aw an. Inilah yang mendorongku kemudian bergabung
dengan majalah kampus Syams dan mengikut i pelat ihan
w art aw annya. Dan sekarang bahkan aku dipercaya menjadi
redaktur: Syams, majalah dw i bulanan kampus PM.
Aku sangat terkesan dengan kerja w art awan, sepert i yang
digambarkan di buku-buku yang kubaca. Wart aw an melihat
dunia sepert i rat a dan bisa berada di mana saja unt uk
menuliskan kajbgg§ buat masyarakat luas. Aku juga semakin
tert arik dengan dunia fot ografi yang memungkinkan seorang
fot ografer mengambil gambar dan kemudian menunjukkan
kepada khalayak sebuah kenyat aan hidup dari t empat dan
negeri yang jauh.
”Kit a akan bikin gebrakan. Kalian siap-siap unt uk langsung
st art ” kat a Ust ad Salman kepada kami dengan semangat
meluap-luapnya sepert i biasa. Dia mengumpulkan kami para
redaktur Syams di ruang perpust akaan guru selepas Maghrib.
Menurut Ust ad Salman, PM akan mengadakan syukuran akbar
dengan menggelar berbagai acara mulai dari seminar nasional
sampai bazaar, mengundang t okoh nasional mulai dari
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

presiden, cendekia sampai konglomerat , dan mengadakan


pert andingan mulai dari sepakbola ant ar pondok sampai ant ar
asrama. Semua kegiat an ini dikemas dengan judul “Milad 70
t ahun PM”. Semua acara ini berlangsung selama lebih dari
sat u bulan.
“Bisa kalian bayangkan, bet apa sibuk, ramai dan meriahnya
PM mulai minggu depan. Kit a punya pilihan unt uk membuat
acara in i semakin sukses
Kit a perlu bikin koran harian supaya semua orang t ahu apa
yang terjadi. Syams t erbit set iap dua bulan. Tidak cukup cepat
menuliskan hard new s,” usulnya. Acara kolosal ini pat ut
diket ahui semua orang, karena itu perlu ada sarana membagi
menulis dan informasi harian kepada ribuan murid yang t idak
bisa t erlibat langsung dengan berbagai susunan acara in i.
Karena dana dan tenaga, bent uknya koran dinding dan
dit empat kan di beberapa sudut pent ing PM, sehingga semua
orang t ahu apa yang teijadi.
“Kapan kit a t ahu ini jad i Tad,” t anyaku penasaran. Aku
begit u bersemangat dengan t ant angan ini.
“Sabar, malam ini saya akan menghadap Kiai Rais unt uk
mint a izin. Besok pagi kit a bisa berkumpul lagi di sin i jam 6
pagi?” t anyanya. Kami semua mengangguk ant usias. Siapa
yang t idak mau membuat sebuah gebrakan baru sekaligus
belajar j adi w art awan harian dan kenal dengan orang-orang
besar?
Aku sangat mau.
“It ’s official, w e are good to go” seru Ust ad Salman samb il
melempar kepalannya ke udara. “Kiai Rais set uju kit a punya
Kilas 70 ‘

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Alhamdulillah,” kat aku sambil bert epuktepuk. Yang lain


juga berteriak senang.
Sejak hari it u, kami adalah w art aw an harian Kilas 70. kant or
kami di ruangan kecil sebelah kamar Ust ad Salman.
Perlengkapan redaksi kami t iga mesin ket ik tua, dua t ape
recorder kecil, sat u kamera dan semangat yang mendesak-
desak.
Edisi pert ama kami kacau balau. Dua mesin ket ik
menghasilkan t ulisan dengan huruf a yang selalu meloncat ke
at as setengah cent i. Dul lupa menekan t ombol record di t ape
nya sehingga w awancara dengan gubernur Jaw a Timur hilang.
Tulisanku t idak lengkap karena steno cipt aanku sendiri t idak
bisa aku baca lagi. Dan Taufan t idak bisa mencuci fot o acara
hari ini dengan cepat , sehingga edisi hari ini t erlambat sat u
hari. Edisi kedua baru kami selesaikan j am 5 subuh. Padahal
t argetnya kami harus sudah t erbit jam 12 malam. Isinya 5
berit a di at as kert as HVS put ih dan 3 fot o. Kert as ini kami
tempel di papan t ripleks yang lay out -nya telah didesain
sepert i koran. Di ujung at asnya label besar “Kilas 70″ . Tripleks
ini kami pampangkan t idak jauh dari panel w esel, salah sat u
tempat paling populer di PM. Walau edisi pert ama ini t idak
rapi, t api sungguh menyenang kan melihat murid-murid
berebut an membaca foto yang kami bikin. Melihat ini semua,
jerih payah semalam rasanya punah, informasi yang kami
kumpulkan ternyat a punya pembaca.
Aku yakin, Ust ad Salman yang merencanakan ini semua
t idak membayangkan bet apa beratnya membuat berit a set iap
hari. Kami bukan w art awan profesional, apalagi masih ada
kelas dan pelajaran yang harus kami hapal, masih ada kelas
yang harus diajar Ust ad Salman. Waktu kami benar-benar
habis. Dan memakan energi besar. Capek sekali.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hidup kami hampir berpusat di ruang kecil di kompleks guru


ini. Tidur, makan dan ist irahat selalu di sin i. Beberapa hari
kami t idak t erbit karena t idak berhasil mengejar deadline
sampai hari berikut nya. Beberapa kelas t erpaksa kami
t inggalkan. Sebagian dengan gembira dan sukacit a. Unt ung
Ust ad Salman selalu bisa mengurus izinnya.
Barulah setelah dua minggu, kami berenam mulai
mendapat kan rit me yang t epat. Membuat berit a lebih cepat
dan bersih karena mesin t ik telah digant i. Kami bahkan
sekarang sudah kenal dengan beberapa w art aw an luar yang
khusus dit ugaskan meliput Milad 70 ini. Set iap hari ada saj a
w art aw an koran nasional dan lokal dat ang berkunjung unt uk
meliput rangkaian acara. Aku sangat menyukai gaya para
w art aw an ini. Sant ai, sebuah note kecil di t angan, sebuah t ape
kecil. Aroma percaya diri, dan sedikit keangkuhan, terpancar
dari muka mereka. Sebuah kart u t ersisip di dada mereka.
Tertulis di sana besar-besar: PERS. Gagah sekali.
Kart u pers ini hanya disediakan PM bagi w art aw an luar yang
dat ang. Tapi Ust ad Salman berhasil melobi panit ia harian Milad
70 yang diketuai oleh Ust ad Torik. Ust ad Salman bersikeras
t imnya juga punya hak yang sama dengan wart aw an dari luar.
Walau hanya t im part ikelir, paruh w akt u, t api kerjanya juga
mencari berit a dan melaporkan. Karena it u layak dapat akses
sama dan mendapat t anda pengenal yang sama pula. Panit ia
t akluk dan memberi kami kart u yang sama. Aku dengan
bangga memakai kart u pers yang dicet ak di kart on biru ini.
PERS Harian Kilas 70. Lalu di baw ahnya tert ulis namaku dan
fot o. Ket ika kart u ini digant ung di leher, dadaku terasa
membusft lM lebih besar. Rasanya set iap orang melihat ku iri.
Pegal dan capek rasanya t elah dicabut dari badanku.
Aku merasakan semangat dan energi yang besar t erlibat
dalam kegiat an in i. Rubrik favorit pembaca kami ada t iga:
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

head-line tent ang acara besar apa hari ini, profil alumn i sukses
yang sedang berkunjungan ke PM dan cerit a dan foto lucu
seput ar peringat an ini. Set iap hari kami bergant ian meliput
dan menulis acara besar hari in i.
Hari in i aku dapat t ugas pent ing, meliput dan
mewawancarai Panglima ABRI Jenderal Subono yang akan
hadir dalam seminar pendidikan agama dan st abilitas nasional.
Jenderal in i amat dit unggu-t unggu, apalagi dia sosok yang
sedang naik daun dengan koment arnya yang tegas tent ang
dw i fungsi ABRI. Ust ad Salman bilang “do your best ”. Aku
sendiri belum punya st rategi untuk melakukan t ugas ini.
Aku lalu berdiri d i pinggir aula bersama belasan w art aw an
media nasional yang t ampak sangat antusias. Pak Panglima
yang bert ubuh t inggi besar dan berbalut pakaian milit er penuh
emblem dan bint ang berkilat -kilat ini keluar dari j ip berwarna
hijau t ua khas t ent ara. Wajahnya yang tegas dan penuh
otorit as menjadi lebih rileks ket ika disambut kiai dan guru d i
t angga aula. Lalu mereka bersama memeriksa barisan murid.
membaw a plang nama asal daerahnya, mulai dari Aceh
sampai Papua. Dia t erus dirubung oleh rombongan
pengant arnya dan para guru. Aku gelisah kapan bisa
melempar pert anyaan kepadanya. Telapak t anganku yang
mencengkram t ape kuat -kuat terasa licin oleh keringat dingin.
Tiba-t iba saja belasan w art awan yang berdiri bersamaku
bagai kawanan singa gurun bergerak ligat mengepung
Panglima. Aku si bocah hijau ini t ersaruk-saruk mengekor di
belakang gerombolan mereka. Tapi aku melihat celah. Tubuh
kecilku meliuk dan menyelinap menembus pagar manusia dan
segera berada tepat di depan Pak Panglima yang sibuk
menjawab pert anyaan w art awan lain yang bert ubi-tubi.
Pert anyaan mereka adalah problem dw ifungsi ABRI. Padahal
aku t idak tert arik isu dw ifungsi!
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sement ara w ajah Panglima berlipat -lipat menjaw ab


lemparan pert anyaan dari kiri kanan. Suaranya tegas
menekan. Para w art awan terus mencecar baw el. Sedangkan
aku terjebak di tengah hiruk pikuk ini—hopeless. Tapi hat i
kecilku berkat a, kalau aku t idak berbuat sesuatu, aku hanya
akan menjadi kambing congek. Aku t ahu harus membuat
impresi yang berbeda kalau mau didengarnya.
Lalu dengan mengumpulkan semua keberanian, aku
menengadah ke panglima t inggi besar ini dan berteriak
kencang.
“ASSALAMUALAIKUM PAK PANGLIMA!”
Kaget dengan teriakanku, dia menunduk melihat ke arahku
dengan t akjub. Para w art aw an yang hiruk mendadak diam
dengan mulut melongo. Mungkin heran melihat ada seorang
anak kecil, kurus, berkacamat a, berw ajah tegang, memberi
salam dengan t eriakan. Dengan w ajah bingung Pak Panglima
menjawab, “Alaikum salam, t api siapa kamu?” Nadanya
menunt ut .
Aku mencoba menguasai diri dan memberikan jaw aban
terbaik, “Pak Panglima yang diberkat i Allah. Saya Alif dari
Harian Kilas 70, Pondok Madani,” Tanganku yang memegat t
teracung ke at as. Tanpa jeda, aku langsung menyambung,!
saya punya pert anyaan pent ing. Banyak murid di PM ini
mengagumi sosok pimpinan sepert i Bapak. Kami ingin t ahu,
siapakah t okoh muslim idola Bapak?”
Mukanya sekilas kaget t idak mengira mendapat perranya-
ini. Tapi dengan t angkas dia menjawab, kali ini dengan nya
lebar, gigi-gigi besarnya tersibak jelas.
“Wah saya t idak menyangka ada w art awan cilik d isin i
Hmmmm, pert anyaan bagus…. Saya sangat t erinspirasi oleh

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kepemimpinan Tharik bin Ziad yang kemudian namanya


menjadi Selat Gibralt ar. Dia seorang pemimpin militer hebat ,
penuh st rategi dan disiplin, Dik.”
Tangannya yang sebesar gada dit umpangkan di bahuku.
Aku telah menaklukkan panglimaku. Hanya dua pert anyaan
yang sempat aku ajukan sebelum para w art aw an lain kembali
mengambil alih sang Panglima. Pert anyaanku, “Apa yang
mengesankan di PM? dan Apakah siswa PM bisa masuk ABRI?”
Para w art aw an ini melirikku kesal karena membelokkan
pert anyaan rent ang dw ifungsi. Tapi aku ikh las seikhlas-
ikhlasnya dilirik begit u. Tiga pert anyaan pent ingku t elah
dijawab t unt as oleh seorang Panglima sesuai harapan. Duh,
senangnya bisa menyelesaikan t ugas jurnalist ik pent ingku
dengan sukses. Sambil bersiu l aku ket ik judul headline
berit aku: “Panglima ABRI: Thariq bin Ziad Idolaku.”
Di penghujung peringat an Milad PM, reput asi kami berada
di dt ik tert inggi. Animo pembaca demikian besar sampai set iap
hari t erjadi h impit-himp it an di depan koran dinding kami.
Akhirnya kami merasa perlu membuat dua duplikat Harian
Kilas 70 di tempat yang berbeda.
Konsist ensi terbit harian in i membuat kami sekarang
mendapat kantor baru di dekat masjid. Kantor ini bahkan
dilengkapi komput er dan printer yang memudahkan kami
bekerja lebih ligat lagi.
Kami berenam juga dikagumi karena berfot o dan
mewawancarai langsung rupa-rupa tokoh t erkenal. Kami
semua lelah, t api puas. Ust ad Salman sangat senang dengan
perkembangan kami yang sekarang bisa memproduksi Kilas 70
dengan lebih cepat.
“RI Sat u akan dat ang. Kit a akan bikin gebrakan lagi,”
proklamir Ust ad Salman suat u sore. Unt uk acara penut upan
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

acara milad marat on ini, Presiden sendiri t elah setuju unt uk


hadir.
“Kejut an apa lagi Tad?” t anyaku. Kaw an-kaw an lain juga
ber-t anya-t anya.
“Yang memperlihat kan kesigapan dan penghargaan. Kit a
bikin Kilas 70 inst ant !”
“Maksudnya Tad?”
“Kit a berburu dengan w akt u. Kit a bikin Presiden bisa
menerima dan membaca liput an kunjungan dan fot onya,
bahkan sebelum dia turun panggung.”
Wajah kami melongo. Sekarang saja kami harus berjuang
supaya bahan selesai sebelum jam 12 malam. Sekarang kira
mau membuat yang inst ant ?
“Tapi bagaimana caranya?” t anya Dul dengan muka put us
asa.
“Can it be done? Sure. Ini agak mission imposib le, man
jadda w ajada ya akhi. Insya Allah kita bisa.”
Kami manggut -manggut .
“Ini rencana saya. Taufan bert ugas mengambil foto
Presiden begit u menginjakkan kaki di PM. Lalu langsung
ngebut naik mot or ke Ponorogo unt uk mencuci fot o. Alif
membuat kan liput an sampai p idat o sambut an pert ama dan
langsung menget ik laporannya. Dalam setengah jam laporan
dan fot o sudah WH diset or ke sini. Kit a t inggal j ilid dan
serahkan kepada Presiden dan Pak Kiai. Seharusnya, dalam
hit ungan 30-40 menit , kit a sudah bisa menyerahkan harian
Kilas 70 kepada mereka.”

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Selama sat u jam kemudian kami sibuk memat angkan


rencana operasi ini. Rasa sangsi dan opt imis bercampur aduk
di dadaku.
Sejak kemarin PM di-sw eeping oleh pasukan intel untuk
memast ikan semua aman menyambut Presiden. Mereka
melongok longok, mulai dari dapur, kamar mandi, asrama dan
ruang kelas. Hari ini, hampir seluruh penduduk PM berkumpul
di lapangan sepakbola, menyaksikan helikopter Presiden
mengapung sebent ar sebelum hinggap ringan di ujung
lapangan tempat kami biasa lat ihan t endangan penalt i.
Setelah mendapat sambut an meriah dengan berbagai
t arian, parade, dan marching band, Presiden, Kiai Rais, Pak
Gubernur dan segenap rombongan pejabat menaiki panggung
berdesak-desakkan dengan rombongan w art awan bersiaga d i
baw ah panggung. Dia segera menjepret.
Presiden sedang berjalan berdampingan. Segera dia
bergegas menyeberang lapangan dan meloncat ke sebuah
motor yang sudah dihidupkan mesinnya. Dalam sekejap,
motor ini melaju kencang. Dia harus kembali dalam 30 menit
kalau ingin kami t et ap bisa membuat kejut an.
Sement ara aku t ekun mendengarkan sambut an kedua
pimpinan in i. Selain merekam dengan t ape, aku juga mencat at
di note kecil. Terlalu banyak r isiko kalau hanya mengharapkan
t ape. Setelah mendapat kan pesan int i dari keduanya, aku
bergegas naik sepeda ke kantor kami d i dekat masjid. Dengan
segenap kecepat an yang aku punya, aku gedor keyboard
unt uk segera menghasilkan laporan hangat . Ujung kursor
berkedip-kedip menunggu perint ah Ct rl-S unt uk men-save di
program Wordst ar ini. Tulisan berjudul, “Presiden Nyat akan
PM sebagai Cenrer of Excellence” kemudian aku print ke
print er dot mat rix. Naskah ut ama sudah selesai. Rubrik-rubrik

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lain sepert i “Yang Alumni Yang Terkenal”, “Jadw al Kegiat an


Pent ing”, “Mimpi Murid Madani” sudah kami siapkan sejak
malam. Yang kurang hanya foto presiden. Semoga Taufan
t idak t erlambat .
Deruman motor dan rem yang mencicit di luar membuat
kami lega. Taufan menghambur masuk dengan w ajah sepera
disapu angin ribut .
“Aku sampai bilang ini urusan Negara supaya bisa
memot ong ant ri cet ak fot o yang panjang. Untunglah yang
difoto memang Kepala Negara,” kat anya t erengah-engah.
Foto segera aku t empel di at as tulisan t adi. Sebanyak lima
berit a hari ini kami sat ukan. Hhhh…. selesai sudah Kilas 70
inst ant kami. Tapi ini sebet ulnya baru awal dari babak yang
menurut ku lumayan heroik. Ust ad Salman akan menyerahkan
langsung kepada Presiden dan Kiai Rais. Dia ingin
memperlihat kan; orang PM bisa bergerak cepat dan berani.
Kami berlari-lari lapangan lagi, supaya t idak kehilangan
momen melihat perist iw a ini terjadi.
Aku kembali ke lapangan, bergabung dengan Dul dan
kawan-kaw an lain. “Ini lembar pidat onya yang kesepuluh,”
bisik DuL Dia dari t adi menghit ung ada 10 lembar kert as yang
dipegang Presiden. Akhirnya sampai juga d i lembar t erakhir
dan Presiden t ampak bersiap-siap menut up pidatonya. Kami
merapat ke dinding panggung bagian samping. Begit u
Presiden mengucap» kan salam, Ust ad Salman langsung
berkelebat dan berlari kecil melint asi lapangan hijau yang luas,
langsung menuju panggung kehormat an. Di t angannya
tergenggam dua bundel Kilas 70 edisi inst ant kami.
Tepuk t angan buat Presiden masih membahana ket ika
Ust ad Salman dengan penuh keyakinan terus mendekat i
daerah po» dium kehormat an. Presiden t ampak menyerahkan
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kert as pidat onya ke ajudannya yang sigap. Kiai Rais, Pak


Gubernur, Pak Bupat i, Pak Camat dan bapak-bapak berpakaian
safari dan m iliter lainnya serent ak berdiri menyambut Presiden
yang kembali berjalan ke t empat duduknya.
Beberapa det ik it u t erasa lambat sekali, slow mot ion.
Ribuan hadirin sempat terdiam dan t idak mengert i kenapa ada
orang kurus berlari-lari melint as lapangan menuju panggung.
Sedangkan pasukan paspampres yang penuh siaga t idak
menyangka ada penyelusup sepert i ini. Mereka terlambat
beraksi. Sebelum sibuk dengan radio, dan yang lain merogoh
ke balik baju yang menyembulkan pist ol. Tapi terlambat
sudah, Ust ad Salman sudah mendaki t angga panggung.
Dengan t erbungkuk-bungkuk, dia menyalami Presiden yang
berjalan dari podium ke kursinya. Presiden t ampak kaget dan
ragu-ragu. Ust ad Salman segera menyerahkan Kilas 70 kami
langsung ke t angan penguasa negeri in i. Terlihat mereka
beberapa saat bicara dan t ersenyum. Ust ad Salman juga
menyerahkan sat u laporan lagi ke Kiai Rais yang t idak kalah
terperangahnya.
Ust ad Salman lalu berlalu dengan senyum t erlebarnya yang
pernah ada. Tangannya melambai-lambai kepada kami yang
bersorak-sorak penuh kemenangan. Kerja mission impossible
kami sampai ke t angan Presiden. Beliau sekarang t ampak
mengangguk-angguk t ersenyum ket ika membolak balik Kilas
70 kami. Kiai Rais t ampak ikut senang sambil menunjuk-
nunjuk ke arah kami.
Malam it u kami merayakan kemenangan misi ini dengan
pest a makrunah dan kacang sukro.

I t ’s Show Time

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pokoknya t erserah kalian. Yang pent ing, bukt ikan kalian


pant as jadi murid paling senior. Dan t idak kalah dengan kelas
enam t ahun lalu,” kat a Ust ad Torik bombast is. Dia mengedar
pandang, menant ang mat a 400 murid kelas enam sejenak,
memast ikan kami meresapi t ant angannya. Setelah uluk salam
dia meninggalkan ruangan, membiarkan kami menguruki diri
sendiri.
Kami t erdiam dan agak t ertekan.
Said menggigit -gigit bibir at asnya. At ang yang merasa
punya pengalaman dalam dunia pert unjukan mulai mencoret -
coret bu-ku t ulisnya t ak tent u arah. Ent ah gugup ent ah
mencari ide. Aku yang selama in i kurang berbakat dalam
pent as seni sepert i ini hanya bisa menyumbangkan dan
memperlihat kan rasa prihat in dengan menget uk-nget uk meja
kayu dengan jariku.
Tradisi t urun t emurun di PM, kelas enam harus
mempersembahkan pagelaran mult i seni terhebat yang bisa
mereka produksi kepada almamat er t ercint a. Acara megah ini
sangat dinant i-nant ikan oleh ribuan penonton, mulai dari mbok
sampai ust ad, kiai dan adik kelas. Bahkan pamong desa dan
aparat pemda kabupaten selalu menagih diundang.
Sebet ulnya banyak sekali ajang pert unjukan sepert i Poett ry
reading, lomba drama, fest ival band, sampai Semuanya heboh
dan menghibur kami. Tapi t ak ada yang mengalahkan
kemasyhuran Class Six Show . Inilah pert unjukan di at as
pert unjukan.
Masih segar dalam ingat anku bagaimana senior kelas enam
t ahun lalu membuat gempar dengan shot v mereka. Di tengah
gelapnya aula, t ahu-t ahu sesosok tubuh terbang! Benar-benar
terbang di at as kepala penonton. Lebih hebat lagi, badannya
diliput i api yang menyala-nyala. Ini adegan yang
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mempersonifikasikan ib lis yang melayang-layang siap


membakar nafsu manusia. Rahasia efek it u adalah membaluri
baju pemadam kebakaran dengan spirit us unt uk menyulut api,
dan mencant olkan baju berisi pemberat ini ke kabel berjalan.
Untuk keamanan, tentu saja t idak ada orang di dalam baju in i.
Selama berbulan-bulan, kami t idak bosan membahasnya.
Kelas enam t ahun lalu bahkan disebut “The Fire Maker”.
Gara -gara keunikan show t ahun lalu it ulah kami t ersudut
unt uk membuat lebih bagus lagi dari t ahun lalu. Ini adalah
masalah harga diri sebagai kelas t ert inggi, puncak rant ai
makanan.
Besoknya rapat pert ama semua kelas enam untuk
membicarakan konsep acara shou/. Kami kembali berkumpul
di aula.
“Akhi, t ugas berat kit a adalah bagaimana membuat
panggung yang lain dari sebelumnya dan t idak terlupakan
seumur hidup,” kat a Said yang maju ke depan t anpa dimint a.
Sejak dia menjadi bagian dari “The Magnificent Seven”, dia
sekarang sudah dianggap pemimpin informal kami kelas enam.
Karena it u juga kemarin kami t elah memilihnya sebagai ketua
show dan dia berhak memilih dan memerint ahkan siapa pun
unt uk membant u.
Said segera membagi-bagi t ugas. Karena punya reput asi
sebagai pujangga dan kepala grup teater, At ang diangkat
menjadi direkt ur pertunjukan. Sement ara aku kebagian
sebagai bendahara. Nasib orang Minang, selalu dianggap
hit ungan dan hemat sehingga cocok menjadi bendahara.
Hampir 3 j am kami gunakan unt uk urun pendapat,
merumuskan bent uk acara apa yang akan kami buat. Papan
t ulis besar di d inding t elah penuh corat -coret ide dan sket sa.
Tidak gampang mengakomodasi suara rat usan orang, t api
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

akhirnya kami sepakat dengan beberapa mat a acara pent ing


dan penanggung jaw abnya. Kami juga t elah menyepakat i
jadw al lat ihan, desain panggung dan kost um yang gebyar,
sampai det ail acara pada hari H. Tugas kami yang harus
membuat para penont on senang selama empat jam
pert unjukan, sungguh akan menjadi proyek yang melelahkan.
Sudah sebulan penuh kami berlat ih. Hari H t inggal 2 ming-
gu. Beberapa kali t erjadi bongkar pasang mat a acara. Ada
pembukaan yang gebyar, nyanyi, t ari, musik, lawak, pant omim
sampai akrobat . Kini kami cukup puas dengan versi terakhir.
Cuma ada sat u yang masih belum t unt as dan membuat
At ang semakin sering membet ulkan let ak kacamat anya karena
resah. Dia belum menemukan teknik yang benar-benar baru
unt uk mement askan int i acaranya, yait u drama kolosal kisah
perjalanan keliling dunia Ibnu Bat ut ah selama 30 t ahun. Dia
salah seorang w orld t raveler pert ama di dunia. Bahkan dia
berpet ualang lebih jauh dari Marco Polo.
Kisah perjalanan Ibnu Bat ut ah ini disadur oleh At ang dari
buku Tuhfah AlNuzar fi Ghara’ib Al Amsar w a Ajaib Al-Asfar,
Persembahan Seorang Pengamat t ent ang Kot akot a Asing
lanan yang Mengagumkan, yang dit ulis Ibnu jauzi. At ang ingin
menggambarkan bagaimana pengembara muslim ini menapaki
bumi dari Maroko, Timur Tengah, India, Cina, bahkan pernah
singgah di Kerajaan Samudera Pasai, Aceh pada abad ke 14.
Dia t elah punya berbagai macam gambar lat ar belakang yang
diluk is di at as t ripleks unt uk menggambarkan berbagai
lansekap dunia, mulai dari padang pasir, Mekkah dan Madinah,
Cina, India dan sebagainya. Musik juga t elah direkam di kaset
dan disesuaikan dengan set iap lat ar budaya. Tapi dia masih
ingin memasukkan unsur yang lebih unik lagi ke dalam
dramanya.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Aku punya ide,” kat a At ang menggebu-gebu, seminggu


sebelum hari H. “Jad i kawan-kaw an, aku ingin kit a membuat
teater yang panggungnya t idak terbat as di panggung di
depan, t api panggungnya juga adalah t empat duduk
penonton. Kalau Ibnu Bat ut ah sedang berjalan menembus
t opan badai, maka penont on akan ikut dit erpa angin kencang,
kalau dia sedang kena hujan t ropis, penont on ikut basah oleh
percikan air, kalau dia sedang menembus kabut Himalaya,
penonton juga harus ikut tersesat bersamanya.”
Ide cemerlang ini dia dapat dari sebuah buku tent ang Walt
Disney. Menurut buku it u, Disneyland modern sekarang t elah
mengembangkan teater yang melebihi sekadar hiburan buat
indera visual. Unt uk membuat penont on benar-benar
merasakan ada di dalam sebuah scene, Disney mencipt akan
impresi lain yang bisa dit angkap oleh indera penciuman, rasa,
pendengaran.
Kami semua memasang telinga baik-baik mendengar ide
brilian ini.
“Enak didengar, bagaimana caranya?” t anya Dulmajid
sangsi.
“And sudah pikirkan. Kit a buat semuanya manual. Kit a
sebar siswa kelas enam di t engah ribuan penont on. Mereka
nant i pakai baju hit am-hit am supaya t idak gampang terlihat .”
At ang menghela napasnya yang habis karena t erlalu
bersemangat .
“Nah, nant i set iap orang akan dipersenjat ai dengan
semprot an air, pompa angin, dan asap. Tugas mereka adalah
menyemprot kan asap, air, dan angin kepada penonton, sesuai
dengan adegan yang ada di panggung.”

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kami suka dengan ide ini t api juga terbengong-bengong


bagaimana pelaksanaannya. Bagaimana kami b isa ada d i
tengah penonton dan menyiram mereka dengan air? Jelas
kami juga t idak ingin penonton merasa t erganggu karena kami
ada di sekit ar mereka dengan alat -alat ini.
Abdil, kawan dari Jakart a yang menjadi penanggung jaw ab
panggung memberi usul. “Supaya t idak mengganggu
penonton. Aku usulkan pembagian posisi yang membuat
mereka tersembunyi. Posisinya ada yang meringkuk di baw ah
kursi, ada yang merapat ke dinding, bahkan ada yang
menggelant ung dari langit -langit . Aku bisa mendesain pulau-
pulau kecil dari t rip leks dan kart on di beberapa sudut aula.
Pulau ini akan dit ut upi kain hit am, sehingga menyerupai bat u
karang di tengah ruangan.”
Kami mengikut i skenario dari Abdil dengan penuh
perhat ian.
“Di dalam pulau ini kit a tempat kan orang. Lalu dari sela-sela
kart on dan kain hit am ini akan aku lobangi unt uk berfungsi
menyemburkan air, angin, dan asap ke sekelilingnya. Kalau
kit a menyebar banyak pulau di lant ai penont on, maka semua
penonton sudah bisa merasakan efek-efek ini,” karanya sambil
mengedarkan pandangan kepada kami yang merubungnya.
Kami bertepuk t angan dan merasa ini ide yang menarik.
Suasana hat i kami sudah lebih rileks. Pembagian tugas lebih
spesifik. Raja dan Dulmaj id mengajukan diri menjadi pasukan
pembuat asap. Sement ara Baso yang ogah-ogahan akhir bisa
menjadi ceria setelah kami serahi t ugas mengoreksi dan
memeriksa semua teks drama, pidat o dan MC.
Rencana At ang dan rancangan Abdil t ampaknya akan
membuat t erobosan baru dalam sejarah pagelaran seni d i PM.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Akan susah bagi kelas 5 sekarang unt uk membuat pert unjukan


yang lebih baik lagi t ahun depan. Kami sangat opt imis.
Sepert i kat a orang luar negeri yang aku baca, the devils is
in det ail. Apa yang kami set ujui di rapat kemarin ternyat a t idak
gampang unt uk dilaksanakan. Semprot an air bisa d icari d i
Ponorogo, pompa juga, yang t idak ada adalah bahan pembuat
asap.
“Set ahuku ada alat nya. Tapi kalau mau bikin sendiri kit a
but uh karbon dioksida kering,” kat a At ang dengan w ajah sok
t ahu. Dia selalu bangga sebagai lu lusan SMA jurusan fisika.
“Apa it u karbon kering.7″ t anyaku.
“Es padat dan kering at au dry ice. Jadi berupa karbon
dioksida bersuhu rendah yang dipadat kan sehingga apabila
terkena udara sedikit saja, dia akan mengeluarkan asap
mengepul-ngepul. Ist ilahnya ada kondensasi yang kemudian
kit a lihat sepert i kabut at au asap.” Tampang At ang berbinar-
binar bisa mendapat kesempat an menerangkan sesuat u yang
ilmiah.
Aku mengangguk-angguk saja, w alau bingung. Aku percaya
saja.
Pagi-pagi hari Jumat , kami bert iga, aku, Said dan At ang
mint a izin ke Ponorogo unt uk membeli es kering. Ust ad Torik
segera meneken t ashrih, surat izin keluar sambil hanya b ilang,
“Begitu dapat , cepat kembali.” Urusan perizinan jad i gampang,
kalau menyangkut show ini.
Sialnya, t elah t iga apot ik besar kami dat angi, semua
apot ekernya selalu menggeleng, “kami t idak menjual karbon
dioksida padat ”. Mereka menyuruh kami ke Surabaya unt uk
membeli barang ini. Kami berpandang-pandangan.
Persoalannya kami hanya diberi izin pergi sebent ar hanya

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

unt uk t ujuan ke Ponorogo. Sement ara kalau pulang lagi ke PM


hanya unt uk memperbarui izin, akan memakan w aktu lama.
Kalau mau hemat w aktu dan t idak bertele-tele, kami harus
segera ke Surabaya.
Kami berunding. Set elah beberapa argumen, akhirnya kami
sepakat dengan pert imbangan Said: kit a langsung ke
Surabaya. Toh pert imbangan ini dat ang dari seorang ketua
keamanan pusat. Toh ini juga buat kepent ingan bersama kelas
enam. Apalagi Ust ad Torik sudah mengizinkan kami keluar.
Selama kami bisa kembali malam ini, seharusnya t idak apa-
apa. Kami yakin Ust ad Torik akan memaklumi. Bismillah.
Dengan menumpang bus umum yang berhent i di banyak
tempat , kami sampai juga d i Surabaya dalam wakt u lima j am.
Untunglah t idak sulit mendapat kan es kering di apot ik kota
besar ini. Jam t iga sore dengan tergesa-gesa kami naik bus ke
Ponorogo. Baru jam delapan malam kami sampai ke PM dan
menyerahkan kembali surat izin keluar ke kant or KP. Kami
sebelumnya sudah sepakat kalau dit anya Ust ad Torik, kami
akan beralasan bahw a barang susah dicari sehingga but uh
w akt u yang lama. Untunglah t idak perlu berargument asi.
Ust ad Torik t idak di t empat dan lembaran izin kami dit erima
t anpa pert anyaan oleh Ust ad Suny yang bert ugas piket malam
ini.
Sejak dua hari lalu kami t elah memagari sekeliling aula
dengan t ripleks. Pagar set inggi dua meter ini unt uk membuat
kami bisa bekerja dengan tenang mempersiapkan dekor dan
print ilan lain. Selain it u kami juga ingin kejut an-kejut an int erior
tet ap t erjaga sampai pert unjukan malam in i. Dari ant ara kisi-
kisi t rip leks, adik-ad ik kelas mengint ip kami bekerja, sampai
kemudian mereka lari begit u melihat “The Magnificent Seven”
berpat roli.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Karena konsep acara kami adalah “Perjalanan Mengelilingi


Dunia dalam Semalam”, desain int erior kami sungguh
int ernasional. Int erior kami penuhi dengan pernak-pernik dari
berbagai Negara, baik Barat dan Timur. Bahkan ada miniat ur
bangunan t erkenal sepert i Piramida Giza, Taj Mahal, Temple of
Heaven di Cina yang dibuat dari t ripleks, kart on, dan gabus.
Sehabis shalat Isya malam Jumat , rombongan demi
rombongan membanjiri aula. Dalam sekejap kursi penonton di
aula segera t erisi penuh. Suara penonton riuh rendah
menunggu aksi kami. Karena ruangan dalam aula t idak cukup
menampung ribuan siswa dan t amu, kursi k ayu juga d ipasang
di pinggir dan belakang aula. Di barisan depan, aku melihat
Pak Kiai dan para guru senior t elah duduk. Tepat di sebelah
mereka, duduk rombongan laki-laki bersaf ari dan ibu-ibu
berkebaya w arna terang dan bersasak t inggi-t inggi. Mereka
bercakap-cakap dengan muka penasaran sambil menunjuk-
nunjuk ke panggung. Aku yakin it ulah rombongan pemda yang
selalu senang kalau diundang menonton acara kami. Pak Kiai
dengan sabar menanggapi pembicaraan mereka.
Agak ke belakang ada rombongan keluarga para kiai dan
ust ad. Jant ungku sempat menyent ak sekejap begit u aku
temukan w ajah Sarah menyeruak di ant ara mereka.
Berkerudung hijau, manis sepert i biasa, dan dia duduk
berdekat an dengan ibunya. Bukankah sekolahnya berjarak
rat usan kilo meter dari sin i? Apakah dia benar-benar
penasaran dengan acaraku—maksudku acara kami, sehingga
harus dat ang jauh-jauh?
Hah, pikiran ge-er-ku dat ang.
Sebagai bendahara pert unjukan, aku t idak banyak t erlibat
di panggung. Jadi aku menyibukkan diri unt uk membuat
laporan behind t he scene untuk majalah Syams saja. Karena

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

it u aku sibuk bot ak- balik dari belakang layar sampai ke kursi
penonton unt uk membuat report ase. Memang, aku dan juga
Dul merasa t idak berbakat t ampil di depan umum untuk acara
pert unjukan yang menghibur. Tapi At ang t ampaknya kasihan
melihat kami yang t idak punya masa depan dalam dunia
panggung. Dia lalu memberi kami berdua kesempat an unt uk
punya peran kecil di drama komedi pendek sebelum show
ut ama. Tugas aku dan Dul menjadi w art aw an yang
mewawancarai akt or ut ama. Achng-nya cuma menyorong-
nyorongkan t ape kecil ke depan w ajah tokoh ut ama sambil
bert anya bla-bla-bla. It u pun cuma sekit ar 15 det ik saja. Peran
kecil yang sekilas dan t idak pent ing. Tapi aku bersedia saja,
karena paling t idak aku nant i bisa cerit a pernah ikut t ampil di
panggung show ini.
Akhirnya dat ang juga w akt unya. Tepat jam 7.30 malam: It ’s
show t ime. Sebuah gong besar dipukul oleh Said di belakang
panggung. Bunyinya yang jumawa dan bergaung ke set iap
sudut ruangan bagai menyedot semua bunyi-bunyi lain. Suara
penonton yang t adi riuh, hilang pelan-pelan. Semua kini
hening. Semua mat a menat ap panggung. Lampu redup pelan-
pelan.
At ang memberi aba-aba ke belakang panggung, dan
perlahan-lahan layar dikerek ke at as. Panggung yang gelap,
sedikit -sedikit menjadi t erang. Memperlihat kan panggung
berlat ar belakang pa-dang pasir dan gunung-gunung pasir
yang terbuat dari karung-karung berisi k apas. Beberapa pohon
palem dalam pot di tempat kan di pinggir, unt uk mewakili
pohon-pohon kurma.
Tiga orang berdiri memat ung di tengah sett ing ini. Raj a
memakai j as panjang hit am dan dasi, sement ara rambutnya
berminyak berkilat -kilat disibak ke belakang. Kurdi dengan
baju t eluk belanga, kopiah hit am, dan sarung yang dilipat
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

setengah membelit pinggang. Teguh di dalam balut an jubah


put ih terusan yang gombrong dan surban yang diikat bulat an
hit am di kepala. Mereka mengant arkan acara malam in i
dengan bahasa Inggris, Indonesia dan Arab.
Setelah koor yang membaw akan lagu Fat her and Son dari
Cat Stevens, dan drama komedi singkat yang aku t erlibat
sekilas, layar dit urunkan. Semua lampu kami mat ikan. Inilah
acara puncak malam in i. Drama dengan judul “The Great
Advent ure o f Ibnu Bat ut ah”.
Pelan-pelan layar disingkap diiringi bunyi angin bersiut -siut
keluar dari kaset. Tepat di t engah panggung t ampak siluet
seorang yang t ermenung duduk di pelana seekor kuda. Badan
Malik, pemeran Ibnu Batut ah, yang semampai dibalut baju
put ih panjang yang gombrong. Dia memakai t ut up kepala
mirip Pangeran Diponegoro. Ujung kain t ut up kepalanya
menjuntai sampai ke punggung dan berkibar-kibar d it erjang
angin. Gagah sekali. Cerit a dibuka dengan sang tokoh
mengikut i sebuah kafilah, unt uk memulai perjalanannya dari
Maroko ke t anah Hijaz, w ilayah di pesisir barat Semenanjung
Arab, tempat Mekkah dan Madinah berada. Tujuannya unt uk
naik haji. Angin ribut dan topan padang pasir sedang
berkecamuk. Angin dat ang dari kipas besar di samping
panggung. Ada pun kuda adalah pinj aman dari Pak Simin,
t ukang andong yang biasa mangkal d i gerbang PM.
Masuk setengah jalan pert unjukan, Abdil mengangkat
t angan. Seket ika, lampu besar di at as panggung berkerjap-
kerjap sepert i blit z raksasa. Ini art inya aba-aba unt uk memulai
efek empat dimensi yang sudah dirancang Abdil. Lalu, seiring
dengan kipas-kipas besar dari panggung mengibarkan baju-
baju pemeran, kaw an-kaw an yang sudah kami tempat kan di
set iap pulau mengeluarkan kipas list rik dan mengarahkan ke
orang-orang di sekit arnya. Penonton yang t idak siap dengan
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

efek ini berteriak kaget . Mereka t erkesiap, t erkesima, t iba-t iba


merasa sepert i t ert iup angin gurun padang pasir. Ust ad Torik
sampai harus memegangi sorban arafat nya supaya t idak
dit erbangkan hembusan angin buat an ini. Sound effect bunyi
angin gurun terus berbunyi, memperkuat efek inderawi. Kini
seakan-akan t opan angin padang pasir melanda seluruh aula,
panggung dan tempat penonton. Layar turun pelan-pelan.
Tepuk t angan bergemuruh mengapresiasi pendekat an t eater
kami yang unik in i. Kami t elah menggenggam hat i para
penonton.
Setelah int ermezo, layar kembali dikerek. Berlangsung
adegan ket ika Ibnu Batut ah menghadapi badai hujan t ropis
ket ika sampai di Samudera Pasai. Abdil kembali mengangkat
t angan. Dan hujan turun di mana-mana. Lampu t embak
diarahkan ke segala penjuru, menghasilkan kilat an-kilat an
laksana pet ir. Penonton pun menerima semburan percikan air
dari pulau-pulau yang sudah kami siapkan. Tidak sampai
membikin basah kuyup, t api cukup membuat penont on ikut
merasa dalam adegan Bat ut ah berjalan-jalan d i t anah Gayo
selama beberapa hari.
Penonton semakin mencint ai kami. Aku yakin it u.
Dan sebagai penut up, kami memperlihat kan perjalanan
Ibnu Batut ah memasuki darat an Cina melalui sungai yang
lebar dengan lat ar belakang gunung berlapis-lapis yang indah.
Sebuah lukisan besar memperlihat kan sungai meliuk-liuk d i
ant ara punggung gunung dan memasuki daerah yang penuh
kabut. Inilah saat nya kami beraksi dengan es kering. Tiba-t iba
lant ai penonton dialiri oleh kabut yang awalnya sepert i
permadani, menyelimut i lant ai, lalu semakin tebal dan
membuat penont on merasa ikut hilang dalam pengembaraan
ini.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pert unjukan dit ut up dengan Batut ah kembali pulang ke


kampungnya di Maroko set elah mengelilingi dunia selama 30
t ahun. Kiai Rais dan para guru bertepuk t angan dengan
semangat sambil berdiri. Para aparat pemda dan ist rinya t idak
mau ket inggalan, sambil berdecak kagum dan menggeleng-
gelengkan kepala. Para adik kelas kami bersuit -suit t iada hent i.
Hanya kelompok kelas lima yang bertepuk ragu-ragu. Mereka
mungkin mulai b ingung bagaimana membuat lebih hebat lagi
t ahun depan.
Kiai Rais langsung maju ke panggung dan memuji semua
penampilan kami.
“Sebuah hasil dari upaya kerja keras dan kreat ifit as t inggi.
Terima kasih t elah menghibur kami dan saya memberi nilai 9
unt uk semua ini,” kat a beliau sambil bert epuk t angan. Sudah
menjadi t radisi, set iap akhir acara, Kiai akan memberi nilai
lisan kepada pertunjukan. Kami yang berkumpul di belakang
layar melonjak-lonjak gembira samb il berpelukan. Kerja keras
kami hamp ir 2 bulan rasanya t erbayar berlipat ganda
mendengar pujian Kiai Rais.
Di ant ara kabut buat an yang mulai t urun, aku melihat Sarah
bersama ibunya beranjak pulang dengan w ajah puas. Ent ah
Sarah melihat ku at au t idak, t api aku cukup senang dia ada di
sin i.

Sh aolin Temple
Tidak kering-kering rasanya bibir kami kelas enam
membicarakan bet apa suksesnya show kemarin. Cerit anya
beraneka rupa dari yang sebenarnya terjadi sampai yang
diragukan kesahihannya. Mulai dari Khair yang sempat akan
dicubit seorang penont on perempuan yang marah karena

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

merusak sanggulnya dengan hembusan kipas angin, Malik


pemeran Ibnu Bat ut ah yang benjol kepalanya karena t erant uk
mik yang menggant ung, sampai cerit a beberapa ibu-ibu
pamong praja yang menyat akan niat nya tert arik mengambil
anak kelas 6 sebagai menantunya kelak. Yang past i sahih
adalah kami mengarak At ang, Said dan Abdil lalu kami
ceburkan ke bak kamar mandi.
Tiga hari kemudian, ket ika kami sudah melepas lelah, kami
bert emu lagi d i aula unt uk evaluasi dan pembubaran panit ia.
Ust ad Torik, guru pembimbing yang biasanya bermuka dingin,
kali ini royal berbagi senyum, w alau t ipis-t ipis saja.
Pengarahannya lebih banyak berisi puj ian dan sedikit krit ik
unt uk persiapan kami yang t idak t unt as sampai hari H.
Sedangkan dari kami sendiri, banyak kawan menganggap
kekurangan skow kemarin adalah t idak mant apnya
perencanaan teknis, sehingga perubahan acara dan t eknis
masih t erus t erjadi beberapa hari sebelum hari H.
“Iya, contohnya ket ika kit a t iba-t iba harus ke Surabaya
unt uk membeli es kering. Kalau sudah kit a rencanakan dari
awal, kit a t idak perlu t ergesa-gesa sepert i it u,” kat aku sambil
mengenang perjalanan ini.
Surabaya? Daun t elinga Ust ad Torik langsung t egak berdiri.
Dia t ampak mencoba mengail-ngail ingat an kalau pernah ada
penugasan ke Surabaya.
Dua hembusan napas kemudian, dia segera bert anya galak,
“Surabaya? Kapan itu?
Aku mencium bencana dari kejauhan. Ragu-ragu aku
menjawab,”Tiga hari sebelum show, Tad….”
“Siapa yang ot orisasi kalian ke sana?” serbunya dengan
nada t inggi.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kami semua terkesiap. Bencana it u sedang menget ok-


ngetok pint u. Aku merasa sekian sorot mat a kini menghujat ku.
Said yang masih menjabat keamanan sampai bulan depan
mencoba mengusai keadaan.
“Kami m int a izin ke Ponorogo, t api barangnya hanya ada d i
Surabaya. Unt uk kelancaran acara, w aktu sudah t idak
mungkin kembali ke PM. Jadi kami t erus ke Surabaya…”
“Jaw ab pert anyaan saya: siapa yang otorisasi?”
“Inisiat if kami, Tad.”
“Sejak kapan kalian melebihi KP?”
“Maaf Tad, suasana mendesak sekali. Kami harus bert indak
cepat.”
“Kalian bisa pulang ke sini mint a izin dulu.”
“Takut terlambat Tad, w aktunya sempit sekali….”
Dengan nada dan t at apan dinginnya. Ust ad Torik
memot ong. “Itu bukan alasan. Menunggu sampai pagi pun
masih b isa. Kalian sudah t ahu at uran adalah at uran. Semua
yang ikut ke Surabaya saya t unggu di kant or. SEKARANG
JUGA.”
Muka Said langsung rusuh. Tampaknya dia t ahu benar
kalau d ia salah besar. Dalam buku pegangan keamanan, pergi
keluar t anpa izin yang resmi adalah pelanggaran berat .
Sungguh ganjil melihat komandan “The Magnificent Seven”
yang dit akut i murid-murid kin i berada dalam posisi t ersudut .
At ang hanya bisa pasrah. Aku merut uk diri karena salah ucap.
Kawan-kaw an menepuk-nepuk punggung kami, mencoba
membagi simpat i.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Era 50 Kami bert iga bergerombol duduk di lant ai. Ruangan


ini berlangit -langit t inggi. Dinding d iisi r ak-rak buku kaca yang
berisi bundel-bundel dokumen yang tebal. Menurut rumor, di
sin i t erdapat semua laporan dan cat at an perilaku set iap orang
yang ada di PM dan alumni. Di t engah ruangan ada karpet
t ipis berwarna merah, t empat kami duduk. Dan persis d i
depan karpet ini berdiri kokoh sebuah meja kayu panjang
t anpa pelit uran. Di belakang meja in ilah t iga ust ad KP duduk
dengan aura angker. Ust ad Torik dengan w ajah besi
mendehem serak sebelum buka suara.
“Baru kemarin dipuji-puj i, t api kini kalian memalukan.
Sebagai kelas t ert inggi, kalian yang harus jadi t eladan adik-
adik kelas. Saya kecew a sekali.”
Sedangkan pikiranku berlari ke sana-sini, mencoba mencari-
cari celah pengampunan. Apalagi aku merasa pernah cukup
berjasa dan pernah bekerja sama dengan Ust ad Torik unt uk
persiapan menjadi st udent speaker w akru kedat angan Dut a
Besar Inggris. Bapak Dubes sampai berkali-kali menunjukkan
bet apa senangnya dia t erhadap pidatoku kala it u. Bukankah
it u sesuatu sumbangsih yang besar buat PM. Semoga aku
dimaafkan dengan pert imbangan ini.
Said t ampaknya juga sedang mencoba menggali-gali
memorinya, apa saja yang mungkin bisa dijadikan kalimat
pembelaannya.
Sement ara At ang yang baik dan lurus, selalu t elah merasa
bersalah terlebih dahulu dan t idak banyak membuat
perlawanan kalau memang merasa bersalah. Bagi dia ket aat an
kepada hukum itu sangat pent ing.
“Kalian t ahu, dan saya juga t ahu, kalian sudah bantu
pondok,” seolah-olah bisa membaca pikiran kami.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Tapi ingat , di sin i adalah t empat memberikan jasa, bukan


mint a dan mengingat jasa. Dan kepast ian hukum adalah yang
pert ama kit a jaga supaya ini terus melekat ke diri kalian,
kapan dan di mana pun. Kepast ian hukumlah yang membuat
PM menjadi sekolah yang baik.”
Tidak berlama-lama, dia menyuruh kami berdiri dengan
suara menggunt ur.
“Berdiri dan menghadap ke dinding,” kat anya dingin.
Kami segera pat uh dan memut ar menghadap dinding,
membelakangi mereka bert iga.
Aku pasrah dan memejamkan mat a, apa pun yang akan
terjadi t erjadilah. Walau aku mencoba mengant isipasi apa
saja, degup jantungku t erus berdent am-dent am. St ereo pula.
Dan, t iba-t iba benda sedingin es segera menyent uh
kudukku, membuat aku merinding di kuduk dan t angan. Dan
erik… erik… erik… dengan lapar sebuah gunt ing memangkas
rambut ku. Mulai dari kuduk, terus naik ke ubun-ubun dan
setelah it u bergerak ke kiri dan ke kanan t idak berat uran.
Pot ongan rambut ku yang lurus-lurus berguguran menjat uhi
lant ai, bercampur dengan potongan rambut kerit ing Said yang
berdiri di sebelahku. Dalam beberapa menit kami t elah
menjelma bagai murid shaolin yang punya kepala berbinar-
binar.
Tidak ada yang bicara di ant ara kami bert iga. Said yang
gagah perkasa t ak kuasa menegakkan badan. At ang hanya
dapat menunduk seakan kepala seberat bat u karang. Aku
sendiri bert arung dengan rasa malu. “Semoga ini menjadi
pelajaran buat kalian seumur hidup, dan kalian ikh las
menerima hukuman ini,” pesan Ust ad Torik melepas kami di
pint u kantornya.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pint u t erkuak. Kami bagai murid Shaolin yang baru keluar


dari gerbang padepokan. Kami manusia berkepala bot ak yang
memant ul cahaya mat ahari gilang gemilang ke segala arah.
Adik-adik kelas yang melihat kami lew at terlongo-longo.
Sebagian lain t ampaknya menyembunyikan senyum. Mungkin
mereka t idak habis mengert i bagaimana mungkin seorang
penjaga kedisiplinan sepert i Said bisa kena tulah bot ak. Said
semakin t ert unduk.
Kembali ke aula, kami d isambut tepuk t angan oleh teman-
teman kelas enam. Sedangkan kami bert iga mengelus-ngelus
kepala bot ak kami, memelas. Bagaimana pun kami salah, kami
dianggap pahlaw an yang membela kepent ingan bersama show
kami.
Seharusnya aku bersyukur kehilangan rambut saja. Said
selain kehilangan rambut, juga kehilangan jabat an. Kasus ini
membuat dia menjadi orang bebas lebih cepat sebulan
daripada semest inya.
Hukum di sini t idak pandang rambut. Salah sedikit , gunt ing
bert indak.
Said yang telah berhasil menemukan opt imisme normalny a
lalu menggamit kami berdua. “Ya akhi, sebelum ke asrama,
kit a ke st udio fot o dulu yuk. Kapan lagi t iga orang berkepala
shaolin berfoto pakai sarung.” Said memang selalu t ahu
bagaimana mengambil sisi posit if dari set iap bencana.
Walau sudah dibuldozer habis oleh Ust ad Torik, kepala kami
belum bot ak t unt as. Di sana-sini masih ada rambut dan pulau-
pulau rambut yang t idak rat a. Lebih jelek daripada bot ak licin.
Kesimpulanku: Ust ad Torik bukan seorang t ukang bot ak yang
baik. Inilah saat nya Pak Nart o t urun t angan. Laki-laki kuru s
berusia 50-an t ahun ini adalah t ukang cukur resmi PM. Dia
menguasai nasib ribuan kepala penduduk PM. Kepada
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

t angannya yang bergerak lincah kami percayakan model dan


gaya rambut kami. Sayangnya, hanya sat u gaya yang
tersedia: gaya cepak pendek!
Pak Nart o yang selalu memakai kemeja put ih yang sudah
menguning ini membuka layanannya di emperan aula bag ian
belakang. Dia punya peralat an sederhana: sepotong kaca
berbingkai kayu tua yang sudah kusam, sebuah lemari kayu
kecil yang berengsel karat an, dan sebuah kursi kayu set inggi
pinggang dengan t umpuan t angan di kiri dan kanannya.
Lemari kayu kecil in i sekaligus menjadi meja kerjanya. Di
mejanya berderet lima pe-ragat : gunt ing cukur yang kurus,
mesin cukur manual dengan geligi t ajam, sebuah pisau cukur
lipat , sebuah sisir plast ik, dan sebuah sikat dari ijuk halus.
Kalau sedang ant ri panjang menunggu giliran dicukur, aku
suka memperhat ikan cara kerja Pak Nart o. Yang selalu
membuat ku kagum adalah kecepat an t angannya bergerak
mengayuh gunt ing. Aku suka terpekik-pekik kecil melihat
ujung gunt ingnya bergerak lincah ke mana-mana. Takut kalau
memakan ujung kuping pelanggannya. Tapi selama ini dia
sukses bekerja t anpa korban kuping. Alat favorit ku adalah
mesin cukur manual yang ujungnya mirip kepala semut
raksasa bergigi t ajam it u. Crik… cr ik… cr ik… paling lama
sepuluh menit saja, pesanan kepala berambut pendek selesai.
Sedangkan untuk kasus kepalaku yang bot ak, dia t idak
menggunakan gunt ing, t api pisau lipat yang lebih dulu
digesek-gesekkan ke sebuah ikat pinggang kulit butut yang
digant ung di sebelah kaca.
“Supaya pisaunya t ajam dan t idak melukai kulit kepala,
Nak,” kat anya ket ika aku t anya kenapa kulit bekas.
Mengambil kesimpulan prest asi Pak Nart o ini, aku menjuluki
Pak Nart o sebagai “Penjagal 3000 Kepala”.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Rahasia Baso
Setelah Class Six Show, kami menyerahkan semua
pengurus dan organisasi di PM ke murid kelas lima. Tugas
kami kin i hanya sat u: belajar unt uk menyambut ujian t erberat
yang pernah ada, ujian kelulusan PM. Ujian akan berlangsung
marat on dua pekan yang akan mengujikan semua pelajaran
dari kelas sat u sampai kelas enam. Bent uknya dua, ujian esai
dan ujian lisan.
Di ant ara kami berenam, kalau ada pemilihan gelar juara
raj in dan juara p int ar, maka kemenangan mut lak unt uk kedua
gelar it u akan direbut oleh Baso. Khusus unt uk kategori
kerajinan, juara dua, t iga, dan seterusnya adalah aku, Raja,
Dulmajid, At ang dan Said. Beda kami t ipis-t ipis saja.
Sement ara unt uk kat egori kepint aran, dengan sedikit otorit er,
juara duanya aku boleh bilang: Raj a dan aku, sement ara
At ang, Said dan Dulmajid bolehlah berbagi juara ket iga.
Hampir set iap w aktu kami melihat Baso membaca buku
pelajaran dan Al-Quran dengan sungguh-sungguh. It ulah yang
membuat kami heran. Dengan kesakt ian phot ographic
memorinya kami t ahu past i bahw a t anpa belajar habis-habisan
sepert i ini dia akan t et ap mudah menaklukkan ujian. Tapi dia
tet ap saja menghabiskan w aktu unt uk belajar-mengaji-shalat ,
lalu bel-ajar-mengaji-shalat .
Baru akhir-akhir ini saja dia mulai berolahraga, it u pun
bukan olahraga permainan. Tapi cuma lari. Dan samb il
membaw a buku. Dia bilang karena inilah olahraga paling
prakt is, dan bisa dia lakukan kapan saja, bahkan ket ika pakai
sarung sekali pun. Dan bisa sambil membaw a buku. Logika
yang menurut ku agak aneh.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sampai pada suat u hari, aku melihatnya dengan baju


olahraga duduk di pinggir lapangan basket tempat kami
sedang bermain. Tidak ada t anda-t anda buku di t angannya.
Baso t anpa buku! Baso t anpa belajar! Di saat menyambut
ujian kelas enam in i! Aneh. Wajahnya memelas dan dia
menumpukan dagunya di kedua t elapak t angan sambil duduk
di bangku kayu penonton. Dia memandang t anpa minat ke
lapangan basket.
Dia t idak peduli dengan kehebat an Said yang menjebloskan
bola berkali-kali. At au menert awakan kebodohanku yang
selalu kena serobot sebelum berhasil menembakkan bola ke
keranjang. Aku melambaikan t angan dan berteriak
mengajaknya ikut main. Baso melihat ke arahku sejurus, lalu
tersenyum hambar sambil menggeleng. Ada apa dengan Baso?
Aku mengambil kesimpulan sekenanya dengan cepat : mungkin
gusinya bengkak. Apalagi? Selama in i hanya sakit gigilah yang
bisa membunuh animo belajarnya.
Selesai main basket , aku menghampirinya dan menaw arkan
diri unt uk menemaninya ke klin ik PM yang berada di sebelah
kompleks olahraga.
“Kurang sehat ? Sakit gigi? Yuk kita ke klinik,” ajakku
Dia menggeleng. Mat anya masih diliput i kabut .
“Jangan t akut kaw an, dokter ini t idak suka main sunt ik. Dia
pat ing kasih pil ant i sakit .”
Pelan-pelan kepalanya berput ar ke arahku. “Aku t idak
sakit ”, jawabnya pendek. Agak kesal dan risau.
“Kalau begit u, kenapa t idak ikut main dengan kit a t adi,”
t anya Said yang baru bergabung, sambil menyeka peluh di
kepalanya yang masih gundul dengan lengan kaosnya.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Ana khair, terima kasih, aku t idak apa-apa,” kat anya


sambil berlalu gont ai menuju asrama. Kami berpandang-
pandangan dengan muka bingung. Selama ini memang Baso
lah kawan kami yang paling pendiam, pemalu dan t ert utup.
Kami berjalan mengikut inya pulang ke asrama. Setelah lepas
dari berbagai jabat an, kini kami t inggal di asrama Cordoba, di
kamar yang sama.
Sampai di kamar, Baso mendekat i kami dengan muka
menyesal.
“Afw an ya akhi, maafkan t adi aku kesal. Aku pusing karena
benar-benar sedang muflis, bangkrut , gak punya uang.”
“Sudah dua bulan aku t idak bayar uang makan.” Ini bukan
hal baru, 3 t ahun di sini, berkali-kali d ia dalam kondisi defisit .
“Aku bisa pinjamkan,” Said segera menyambut .
“Tapi bukan uang yang aku risaukan. Tanpa uang pun t idak
apa,” kat anya dengan nada keras. Harga dirinya selalu t inggi
kalau masalah pinj am meminj am. Dia selalu percaya t angan di
at as selalu yang t erbaik. Walau sesusah apa pun, t idak
sekalipun dia mau meminjam.
PM selama in i t idak pernah mengeluarkan murid hanya
karena t idak bayar uang sekolah. Memang, w alau PM t idak
meng-gembar-gemborkan ada beasiswa, sesungguhnya
sekolah kami banyak memberikan beasiswa t anpa kami sadari.
Begitu seorang murid diterima, maka selama dia mau, dia b isa
terus belajar di sin i. Bahkan dengan grat is. Tidak kuat bayar
uang sekolah dan uang makan? Tidak akan pernah disuruh
keluar at au berhent i. Yang pent ing sekolah terus, duit soal
belakang.
PM punya mekanisme subsidi silang ant ara anak yang
mampu dan yang kurang mampu. Selain it u mesin ekonomi

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

PM juga lumayan besar. Beras t idak pernah beli, karena


berhekt ar-hekt ar saw ah milik PM mengirim padi yang
kemudian digiling di huller sendiri. Semuanya self sufficient .
Mandiri.
“Ant a perlu beli buku lebih banyak?” t anyaku setengah
bercanda. Muka Baso malah keruh. Aku segera menyesal
karena ini mungkin bukan w akt u yang tepat unt uk guyon.
Baso mengajak kami duduk di sudut kamar yang sepi, di
sebelah lemari k ayu kecilnya. Mukanya menghadap kami sat u-
sat u. Suaranya rendah dan sendu.
“Aku t idak pernah cerit akan hal in i kepada orang lain.
Hanya keluarga dekat yang t ahu. Dan kalian adalah
keluargaku di sini,” kat anya memandang kami lagi.
Aku merinding disebut keluarga dekat Baso. Memang kami
selama ini sering bersama, t api dengan gayanya yang sibuk
belajar dan ding in, aku t idak pernah mengira dia menganggap
kami keluarga. Said malah membuang muka ke jendela samb il
mengusap-usap kepala bot aknya. Dia memang kesulit an
bereaksi dengan hal-hal yang berbau emosional sepert i ini.
“Ibuku meninggal w akt u aku lahir dan ayahku meninggal
karena sakit ket ika aku berumur empat t ahun. Tinggal aku
sendiri sebat ang kara,” kat anya. Di ujung kelopak mat anya
aku menangkap kilau air yang siap luruh. Suaranya kin i
berget ar.
“Aku hanya punya foto ini….”
Dia menguakkan pint u lemari kecilnya. Di pint u bagian
dalam, sehelai fot o hit am put ih yang sudut -sudut nya t elah
menguning menempel dengan paku payung. Seorang laki-laki
muda dan seorang perempuan muda t ampak tersenyum
bahagia dengan pakaian jas dan kebaya rapi. Mereka duduk di

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kursi yang penuh rumbai dan hiasan. Puluhan orang


mengelilingi mereka, sama-sama t ersenyum ke arah kamera.
“Foto mereka ket ika menikah. Inilah sat u-sat unya yang
mengingat kanku kalau aku pernah punya orangtua. Aku t idak
akan pernah sempat berbakt i langsung kepada mereka.”
Aku menumpangkan t elapak t angan di bahunya, mencoba
berbagi simpat i. Begit u juga kaw an-kaw anku yang lain.
“Alhamdulillah, aku masih punya seorang nenek yang
menampungku. Dia punya w arung nasi kecil di halaman rumah
dan hanya cukup unt uk makan sehari-hari. Dengan kondisi it u,
aku bahkan t idak berani membayangkan sekolah lebih t inggi
dari SMP, apalagi bisa berlayar jauh ke Jaw a untuk sekolah.
Kalau aku sekarang bisa d i PM ini karena dibant u oleh Pak
Lat imbang, seorang nelayan tet angga kami yang menyisihkan
beberapa sebagian t angkapannya unt uk membant u kami.
Karena it ulah aku belajar keras t anpa ist irahat , karena aku
t idak ingin menyia-nyiakan kesempat an ini…”
Kami semua diam dan t ert unduk. Sibuk mencerna cerit a
Baso dan bingung bagaimana harus menyikap inya. Aku bisa
merasakan apa yang Baso rasakan. Dengan kondisi ekonomi
orangtuaku, kadang-kadang wesel t erlambat dat ang. Tapi aku
masih punya kedua orangtua. Aku masih punya kepast ian
wesel dat ang dari orangtua. Sedangkan Baso t idak punya
siapa pun. Hanya seorang tet angga dermaw an yang juga t idak
berkelebihan banyak. Aku bersyukur unt uk diriku sendiri dan
berdoa unt uk Baso.
Baso memecah kesunyian yang t idak mengenakkan hat i ini.
“Yang sekarang merisaukan hat iku, keluarga sat u-sat uku
nenekku sendiri, yang aku anggap sepert i bapak dan ibuku,
sekarang sedang sakit t ua. Dia t idak punya anak lagi, orang

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

terdekat nya adakah aku. Dia t idak bisa lagi berjualan dan
hanya berist irahat di dalam rumah. Makannya saja diurus oleh
keluarga Pak Lat imbang. Mungkin sudah saat nya aku
membalas jasanya..,.”
Pandangannya jauh menembus jendela kamar, dan lalu
jat uh terpekur ke foto t adi.
“Aku sedang berpikir-p ikir kapan aku harus mengambil
keputusan unt uk meraw at Nenek dan pulang, mungkin
selamanya….”
Pulang? Dia menyebut -nyebut akan pulang selamanya. Aku
pernah berpikir pulang hanya karena surat Randai. Dia ingin
pulang karena ingin berbakt i kepada neneknya. Hat iku t idak
enak dan malu sendiri.
“Kalian t ahu aku sudah habis-habisan mencoba menghapal
Al-Quran. Sudah selama ini, aku baru hapal 10 juz, at au
sekit ar 2000 ayat . Aku ingin semuanya, lebih dari 6000 ayat .
Tahukah kalian, ada sebuah hadist yang mengajarkan bahw a
kalau seorang anak menghapal Al-Quran, maka kedua
orangtuanya akan mendapat jubah kemuliaan di akhirat nant i.
Keselamat an akhirat buat kedua orangtuaku…” Dia berhent i.
Kilau t adi akhirnya luruh. Menyisakan jejak basah di pipinya.
“Hanya hapalan… hanya hapalan Quran inilah yang bisa aku
berikan unt uk membalas kebaikan mereka kepadaku. Aku
ingin mereka punya jubah kemuliaan di depan Allah nant i,”
kat anya sambil memat ut -mat ut fot o it u, seakan baru pert ama
kali melihat nya.
Perasaanku t erget ar. Unt uk pert ama kalinya aku sadari
bahw a mot ivasi besar Baso menghapal Al-Quran adalah
pengabdian kepada orangt ua. Aku yakin t eman-t emanku yang
lain juga baru t ahu.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Selain it u, aku mendengar, orang yang hapal Al-Quran bisa


mendapat kan beasiswa penuh unt uk kuliah di Mad inah dan
Mekkah, t empat yang aku mimpikan unt uk belajar nant i. Siapa
t ahu memang ada jalan…,” kat anya sekali lagi meneraw ang.
Baso terus memegang teguh niat nya unt uk sekolah ke Arab,
sepert i yang kami mimpikan di baw ah menara menjelang
Maghrib.
“Tapi sudah beberapa t ahun ini berpikir, aku t idak punya
cukup w aktu dan ketenangan untuk menghapal seluruh Al-
Quran di sini. Jadi aku bingung.”
“It ulah cerit aku. Dan aku diam karena aku sedang sedih.
Banyak yang aku pikirkan, duit , ya pelajaran, ya hapalan Al-
Quran dan sekarang nenekku yang sakit . Sedangkan aku jauh
di sini,” gumamnya lirih. Dia memeluk lut utnya yang dilipat ke
dada.
“Syukran ya akhi, telah mau mendengarkan keluh kesah
ini,” kat anya lirih. Kilau lainnya kembali luruh dari sudut
mat anya. Basah.
Kawanku yang hebat ini, berwajah t angguh khas pelaut
Sulawesi ini, kin i t ampak lebih tenang. Mungkin karena
persoalan beratnya t elah dibagi kepada kami, yang sudah
dianggapnya keluarga t erdekat nya.
Kami mendekat dan merangkul bahunya. Dalam hari aku
berjanji akan membant unya sekuat mungkin. Baso
mengangguk-angguk bert erima kasih sambil meniup-niup
hidungnya yang tersumbat duka. Tiba-t iba hidungku juga ikut
berair sepert i orang pilek.

Sep asang Jub ah Surgaw i

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Seminggu berlalu sejak Baso bercerit a tent ang hidupnya.


Pelan-pelan kami mulai lupa karena sibuk dengan kegiat an
membaca berbagai macam buku pelajaran dari kelas sat u
sampai kelas enam nonstop. Ujian hanya menghit ung bulan.
Bertumpuk-t umpuk buku menggunung di at as lemari kami,
menunggu dibaca.
Tapi seminggu berlalu t ampaknya belum meredakan
kekalut an Baso. Sore it u di baw ah menara, dia kembali
berbagi cerit a. Sambil memegang secarik surat yang dit ulis
t int a biru dia bert anya.
“Kalian ingat Pak Lat imbang yang aku pernah cerit akan?
Yang bant u aku ke sini?”
Kami mengangguk-angguk.
“Hari ini aku menerima surat kilat khusus dari dia. I siny a
pent ing sekali.”
Wajah kami memandangnya bert anya-t anya. Ent ah kenapa
jant ungku jadi berdegup cepat .
“Ada kabar buruk dan ada kabar baik. Yang buruknya,
nenekku makin sakit dan t idak bisa bangun dari t empat t idur.
Dan Nenek t erus menyebut -menyebut namaku. Aku mohon
bantuan doa kalian agar nenekku sembuh.”
Bagai koor, kami mengamini doanya.
“Tapi juga ada kabar baik buat ku.”
Kami penasaran. At ang kembali ke kebiasaan memperbaiki
let ak kacamat anya yang t idak salah.
“Di desa di sebelah kampungku di Gow a ada sekolah yang
membut uhkan guru unt uk mengajarkan bahasa Arab dasar.
Pak Lat imbang jadi pengurus di sana dan mengusulkan aku
unt uk mengambil posisi in i. Bahkan sekolahku t idak akan
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

put us karena aku bisa mengikut i ujian persamaan SMA di


sana. Sebagai guru, aku akan dapat honor dan jat ah beras.
Dengan begit u, aku bisa menjaga nenekku juga.”
Dia berhent i sebent ar, dan melanjut kan dengan suara lebih
bersemangat
“Yang lebih menggembirakan, sekolah ini adalah madrasah
khusus untuk menghapal Quran. Dipimpin oleh seorang hafiz
yang t erkenal di daerahku, Tuanku Haji Guru Mukhlas
Lamaming. Kalau aku mau mengajar beberapa jam bahasa
Arab di sana, aku akan bisa berguru kepada Tuanku unt uk
menghapal Al-Quran, sepert i mimpiku selama ini.”
“Tapi ant a t idak akan mengikut i sarannya, kan?” t anya
At ang.
“Aku mungkin akan pulang beberapa hari lagi,” jaw abnya
tegas. Sorot mat anya mant ap, raut w ajahnya kukuh.
“Ini bakt iku kepada nenek yang masih h idup. Siapa t ahu
kepulanganku bisa menjadi obat nenekku. Sedangkan hapalan
Al-Quran adalah hadiah buat almarhum bapak dan ibuku, yang
hanya aku kenal lew at foto saja.”
Aku terperanjat dengan keputusan Baso ini. Said
menggeleng-geleng bingung. At ang dan Dul memasang w ajah
melongo. Raja menggamit t angan rekannya dalam menulis
kamus sambil berkara, “Kenapa harus sekarang? Tidak sampai
set ahun lagi kita lulus. Bert ahan sedikit lagi lah.
Baso menat ap Raja lekat , dan dengan suara rendah dia
berkat a, “Siapa yang menjamin nenekku bisa menunggu? Dia
sat u-sat unya tempat aku mengabdi sekarang.”
“Tapi kan set elah Nenek sembuh, ant a bisa kembali lagi ke
PM?”

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Baso menggeleng pendek. “Aku sudah membuat keputusan.


Bahkan aku sudah shalat Ist ikharah unt uk memint a keput usan
terbaik dari Allah. Hat iku sudah mant ap.”
Lalu dia berbisik lirih, “Walau hat iku sedih sekali berpisah
dengan kalian dan PM yang t elah membesarkan aku selama
ini.
Beberapa saat hanya ada hening di ant ara kami. Kami t idak
punya apa-apa unt uk melawan alasannya yang sangat
emosional dan dalam. Bagaimana caranya melawan keinginan
suci seorang anak membaw a sepasang jubah surgaw i buat
bapak dan ibunya? Bagaimana melawan bakt i seorang cucu
kepada nenek yang telah membesarkannya? Jawabannya
mungkin ada.
Awan hit am digayut i mendung yang bergulung-gulung.
Mat ahari sore semakin susut ke Barat . Alam sepert i setuju
dengan kekalut an kami.
Dan it u terjadi begit u saja.
Dua hari kemudian, kami Sahibul Menara, berdiri di kaki
menara. Bukan untuk bersenda gurau dan membagi mimpi
kami. Tapi unt uk membebaskan sebuah mimpi dari kawan
kami. Baso t et ap dengan keputusan besarnya: meraw at
neneknya yang sakit dan mengikut i mimpinya menjadi seorang
hafiz.
Duka t ampak menggayut di w ajah Baso ket ika melayangkan
pandangan ke sekeliling PM. Tapi t ekadnya pulang lebih kuat.
Raut mukanya berubah-ubah ant ara sedih dan w ajah yang
dit egar-t egarkan. Baso t idak mau terlihat cengeng. Said t idak
bisa cengeng. Aku t idak dibolehkan cengeng dalam budaya
keluargaku. Dulmajid t idak kenal kat a it u. Kami semua
merasakan perpisahan yang berat. Tapi set iap t ekanan ini

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menjalar ke mat a, kami t ekan jauh ke dalam hat i. Kuat -kuat .


Hanya At ang dan Raja yang bisa memprakt ekkan kesedihan ini
dengan baik dan benar. Mereka memerah air mat a samb il
memeluk Baso.
Rangkulan dan tepukan di bahu yang bisa aku berikan
dengan sebongkah doa, semoga Baso mendapat kan
mimpinya. Baso melambaikan t angan dari jendela mobil L300
yang separo t erbuka. Mobil yang membaw anya berlalu
mengejar mimp inya d i Sulawesi. Meninggalkan kami yang
masih mengerami mimpi kami di sin i.
Bila diizinkan Allah, kit a akan bertemu lagi di suat u masa
dan di suat u tempat yang sudah diat urNya!” teriaknya samb il
melambai. Kami melambai kembali. Debu dan asap knalpot
menelannya t angan Baso yang sayup-sayup t ampak masih
terus melambai.
Selamat jalan sahabat . Semoga jalanmu adalah j alan yang
diberkat i Tuhan. Jalan pengabdian pada nenek, orang tua dan
agama. Ma’assalamah.
Sebuah puncak menara telah t iada, t api dia t idak hilang dan
t idak runt uh. Hanya sedang tumbuh dibangun di tempat lain.

Per ang Bat in


Rasanya hari it u aneh sekali. Rasanya sepert i baru selesai
cabut gigi geraham. Proses membongkar gigi t idak lama dan
t idak t erlalu menyakit kan. Barulah setelah beberapa jam
setelah obat kebal hilang, nyeri mulai menghent ak-hent ak.
Lalu, selama beberapa minggu, lidah akan bolak-balik
memeriksa rongga yang dit inggal gigi t adi. Rasa-rasanya gigi
it u masih ada di sana, t api t ernyat a t idak ada. Aku pernah
membaca, kalau menurut orang yang bisa membaca aura,

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

set iap barang yang pernah ada di suat u tempat dan kemudian
dipindahkan, maka masih ada jejak aura d i t empatnya semula.
Itulah yang kami rasakan sehari setelah Baso ruju’ ala
daw am. Pulang unt uk selamanya. Duduk di baw ah menara,
kami lebih banyak diam dan t ermenung. Hanya helaan-helaan
napas berat yang dikeluarkan lew at mulut yang terdengar. Aku
merasa kami semua baru sadar bet apa sakit nya kehilangan
teman. Kami bagai rahang yang kehilangan sebuah gigi
geraham. Rasanya Baso masih ada d i sini, t api dia t idak ada.
Hanya ada sebuah sudut berlubang di baw ah menara ini dan
di pedalaman hat i kami.
Bagiku, keberanian Baso unt uk nekad pulang t idak hanya
mengejut kan, t api juga menginspirasi. Dulu, keinginan keluar
dari pondok bagai ide yang jauh dan samar. Kin i set elah Baso
melakukannya, ide keluar it u t erang benderang dan ada di
depan mat aku.
Selain aku, t idak ada seorang pun di ant ara Sahibul Menara
lain yang merasa goyah dan berpikir-pikir unt uk keluar.
Kebanyakan mereka senang dan siap menamat kan PM.
Apalagi Baso yang selalu rajin belajar.
Kegelisahanku yang naik t urun ini karena aku memulai
perjalanan ke PM dengan setengah hat i. Sejujurnya, t iga
t ahun di J| §1 membuat aku jat uh hat i merasa amat berunt ung
dikirim ke sin i. Berkali-kali aku kat akan pada diri sendiri: aku
akan menunt askan sekolah di sini. Tapi aku juga t ahu, cit a-cit a
lamaku t idak pernah benar-benar padam. Cit a-cit a ingin
sekolah non agama. Walau sibuk dan senang dengan kegiat an
PM, aku kadang-kadang terbangun malam set elah bermimpi
keluar dari PM. Apalagi, kawanku, Randai, selalu berkabar dan
menjadi tolok ukur bagiku at as apa yang terjadi di luar sana.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kepergian Baso kali ini membangkit kan penyakit lamaku it u.


Surat Randai menyuburkannya. Aku baru saja menerima
sebuah surat nya lagi. Kali in i dat ang dari Bandung, dengan
amplop bergambar gajah duduk, lambang almamat er
kebanggaannya, ITB. Dia dengan riang bercerit a bagaimana
bangga dan senangnya merant au di Bandung. Bersama
beberapa teman orang Minang juga, Randai menyew a kamar
kos di sebuah gang sempit di dekat kebun binat ang dengan
alasan dekat dengan kampus. Yang membuatnya paling
bangga adalah ket ika disambut di kampus oleh alumni-alumn i
ITB yang terkenal Indonesia dengan ucapan yang
menegakkan bulu roma, “kalian adalah generasi t erbaik
Indonesia”.
Gerimis it u dat ang lagi, dan kali in i menjadi hujan badai d i
kepalaku. Sebagian hat iku membisikkan bahw a menyelesaikan
sekolah di PM adalah hal yang t erbaik. Pendidikan di sini salah
sat u yang terbaik, dan aku t elah belajar banyak filosofi h idup
dan hikmah dari para guru-guru yang ikhlas. Tapi di sudut
hat iku yang lain, yang t idak pernah diam, ada pemberont akan.
Apakah pergi ke PM cit a-cit aku sebenarnya? Apakah
keinginanku sendiri at au unt uk menyenangkan kedua
orangtuaku?
Malam it u, sebelum t idur, ditemani lampu t eplok, aku
menulis sepucuk surat kepada Amak dan Ayah. Kali ini aku
menyampaikan perasaanku apa adanya. Iya benar, aku
pernah berjanji akan menyelesaikan PM, t api perang bat inku
terus berkecamuk. Dan perang ini sekarang dimenangkan oleh
keinginan drop-out dari PM. Kalau t erus di PM, aku t idak akan
bisa melanjut kan sekolah ke jalur umum dengan mulus. Dari
awal PM sudah menyat akan t idak memberikan ij azah unt uk
masuk sekolah umum. Ijazah PM bahkan t idak diakui di
beberapa perguruan t inggi Islam. Walau, ijazah PM malah

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

diakui di Mesir, Arab Saudi, Pakist an dan beberapa negara


lainnya.
Selang seminggu kemudian, surat ku segera berbalas
dengan sebuah telegram. Isinya pendek:
“Amak sedih membaca surat. Jangan pulang dulu. Ayah
akan dat ang segera.”
Tt d
Ayah
Tiga hari kemudian surat kilat khusus sampai. Kali ini dit ulis
Amak sendiri. Dengan tulisan halus kasarnya yang miring ke
kanan di at as kert as surat bergaris-garis.
‘Sejak beberapa t ahun t erakhir ijazah PM sudah d iakui
pemerint ah.
“….Amak t idak pernah lupa ket ika ananda mencium t angan
Amak sebelum berangkat masuk sekolah agama d i Jawa t iga
t ahun lalu. Tidak terkat akan bahagianya hat i Amak. Inilah cit a-
cit a Amak sejak ananda masih sebulan dalam kandungan
Amak. Waktu itu Amak berniat , kalau Amak diberi anak laki-
laki, Amak akan mendidiknya menjadi seorang pemimpin
agama. Melakukan amar ma’ruf nahi mungkar, mengajak
orang kepada kebaikan dan meninggalkan kemungkaran.
Amak bermimpi ananda nant i akan bisa menerangi jalan
umat Islam, sepert i yang telah dilakukan Buya Hamka. Amak
sedih melihat kualit as pemimpin agama kit a menurun. Amak
ingin memberikan anak yang t erbaik untuk kepent ingan
agama. Ini t ugas mulia unt uk akhirat .
Sejak it u, t idak lepas-lepasnya doa Amak kirimkan untuk
kesuksesan ananda belajar di Jaw a.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tidak t erkat akan pula sedihnya Amak menerima surat


w aang seminggu lalu. Selama in i Amak sudah t enang karena
dari membaca surat -surat ananda sebelummya, pondok ini
cocok dan cukup menyenangkan buat ananda. Amak
bert anya-t anya kenapa ananda sekarang berubah dari tenang
menjadi gelisah? Masuk sekolah agama t idak kalah hebat
dibanding sekolah umum. Bahkan belajar agama it u lebih
ut ama dan lebih mulia.
Maafkan Amak t elah menyuruh-nyuruh ananda untuk
sekolah agama. Tapi ini unt uk kebahagiaan kit a semua dunia
dan akhirat Karena dengan sepenuh hat i, Amak mint a ananda
bert ahan sampai t amat di pondok. Ini permint aan Amak.
Tolonglah ananda pert imbangkan mat ang-mat ang.
Untuk masalah ijazah SMA dan kuliah nant i, Ayah akan
segera dat ang….”
Aku menarik napas panjang dan berat setelah membaca
surat ini. Aku bisa merasakan kalau Amak menulis surat in i
dengan airmat a. Aku tergugah, t api sekaligus bingung.
Semangat ku masuk kelas t iba-t iba h ilang. Dengan suara
yang diserak-serakkan aku menghadap ke w ali kelasku Ust ad
Mubarak, unt uk mint a t ashrih, surat sakit . Sungguhnya t idak
ada yang sakit dengan badan fisikku. Selama t iga hari aku
hanya bergolek-golek saja d i kamar. Tamarrad. Pura-pura
sakit .
Begitu bel masuk kelas berdent ang, t inggallah aku sendiri
terbaring malas di kamar. Sunyi. Sambil menat ap langit -la-ngit
kamar yang dikapur put ih, mereka-reka apa yang akan
disampaikan Ayah. Posisiku semakin jelas, aku ingin keluar
secepat nya, mengikut i ujian persamaan, dan segera
mendaft ar t es perguruan t inggi. Kalau Ayah memaksaku
menyelesaikan PM, art inya aku t idak bisa kuliah t ahun ini, dan
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

harus sabar menunggu set ahun lagi. Tapi aku t idak mau
bersabar set ahun lagi Aku akan tert inggal dua t ahun dari
Randai. Mungkin aku bisa memberont ak kepada Ayah dan
bilang bahw a anaknya juga punya keinginan sendiri.
Para Sahibul Menara beberapa kali dat ang merubungi aku
yang berbaring di kasur t ipis. Aku t elah mencerit akan semua
kegundahanku kepada mereka. Kaw an-kaw anku yang baik in i
mencoba membangkit kan semangat ku. Raja dan Dul paling
berapi-api mengompori aku t et ap menyelesaikan PM.
“Sudahlah Lif. Saya t idak ingin melihat dua kaw an dekat ku
hilang dalam sebulan,” kat a Raja dengan suara galak agak
mengancam. Said dan At ang t idak banyak bicara. Sebagai
lulusan SMA, mungkin mereka lebih dewasa dan mengert i
yang aku rasakan.
Dan seminggu kemudian, seorang pet ugas penerima t amu
dat ang melayang dengan sepeda kuningnya. Mendapat kanku
di sudut kamar sedang merenung. Dia menyerahkan sebuah
memo t amu, t ert ulis di sana:
Sisw a: Alif Fikri
Tamu: Fikri Kat ik Parpat iah Nan Mudo. Ayah dat ang!
Aku segera menuju tempat penerimaan t amu. Sudah
set ahun aku t idak bertemu Ayah. Dalam penglihat anku,
w ajahnya t idak banyak berubah, t api ubannya makin banyak
menyeruak, khususnya di kedua sisi kepalanya yang berambut
t ipis. Lebih jauh lagi, bahkan uban sekarang t elah menjajah
sampai ke kumis dan cambangnya. Wajahnya t ampak let ih
setelah perjalanan lint as Jaw a dan Sumatera.
Aku cium t angan beliau dan duduk di sampingnya, agak
lesu. Ayah hanya tert aw a t anpa bunyi dan berkat a,” Di
kampung lagi musim durian”. Lalu apa hubungannya dengan

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kedat angan beliau? Tidak ada. Aku t ahu bet ul, kalau Ayah
berbicara di luar konteks, berart i dia sedang gelisah dan
mencari cara unt uk memulai pembicaraan.
Tapi urusan durian adalah salah sat u t ali penghubung
ant ara kami berdua. Sejak kecil aku dan Ayah selalu
menyambut musim durian dengan seluruh jiw a raga. Kami,
dua laki-laki di keluarga, adalah pencint a durian. Berdua saja
kami b isa menghabiskan belasan buah. Bukan cuma membeli
durian di p inggir j alan, kami berburu buah nikmat ini ke hut an
di Bukit Barisan. Banyak pohon durian yang telah dit anam
sejak dulu oleh nenek moyang keluarga ayahku di ladang di
pinggir hut an ini. Ayah selalu percaya, durian terbaik dat ang
dari kampungnya, dan yang terbaik di kampungnya adalah
durian dari t anah ladangnya. Dan yang terbaik di ladangnya
adalah durian yang mat ang di pohon, lalu jat uh dengan
sendirinya dan langsung dipungut di baw ah pokok pohonnya.
Memakai t opi anyaman pandan yang lebar dan menyelipkan
parang di pinggang, kami biasanya naik bukit di pagi hari.
Dit emani koor sikumboh71 yang bergaung dan uir-uir72 hut an
yang melengking bersahut -sahut an kami duduk berjam-j am di
dangau di tengah ladang durian. Menunggu. Kalau kami
beruntung, di tengah keheningan hut an, kami akan
mendengar suara sepert i t ali put us, disusul suara krosak daun-
daun dan gedebuk di t anah. Kami segera berlompat an keluar
dari dangau dan mencari asal bunyi gedebuk t adi. Begit u
menemukan durian yang jat uh it u, Ayah langsung membelah
kulit durinya yang keemasan. Bau w angi langsung meruap dari
dagingnya yang kuning dan lembut . Kami memakannya
hangat -hangat pakai t angan. Sebuah pengalaman ayah- anak
yang t idak akan aku lupakan. Hanya berlangsung beberapa
menit saja, t api sungguh nikmat . Inilah momen “durian
runtuh” yang sebenarnya.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Yang t idak kami lakukan adalah menjaga durian runt uh


malam hari. Ayah bilang bahw a malam hari berbahaya, karena
inilah w akt u inyiak, at au sebut an kami buat Harimau
Sumatera, berkeliaran di dekat ladang unt uk menunggu durian
runtuh.
Awalnya aku merasa dibohongi, masak harimau suka
durian. Tapi suat u ket ika Ayah memperlihat kan sebuah durian
yang terkoyak di baw ah pohon dengan bekas kaki-kaki
bercakar besar di sekelilingnya. “Inyiak rupanya baru pest a
durian juga,” kat a Ayah serius. Aku merinding.
Ent ah benar ent ah t idak. Saat aku masih SD, Ayah suka
bercerit a tent ang kakeknya, Datuak Tungkek Ameh, yang
dianggap berilmu t inggi dan mampu mengobat berbagai
penyakit. Ayah adalah cucu kesayangannya dan sering diajak
ke rumahnya yang terpencil di lereng Bukit Barisan. Pernah
suat u malam Dat uak Tungkek Ameh mengant ar Ayah pulang
kembali ke rumahnya di pinggir danau. Malam it u sangat
kelam dan perjalanan cukup jauh menuruni bukit. Sebelum
berangkat , kakeknya memint a Ayah unt uk duduk tenang-
tenang, menut up mat a dan t idak bicara, supaya cepat sampai.
Ayah pat uh dan menut up mat a.
Lalu Ayah merasa digendong Kakek dan didudukkan di at as
sebuah badan besar. Kakek duduk di belakangnya. Dengan
de-cakan lidah dari Kakek, badan besar ini mu lai melompat -
lompat cepat dengan gerakan empuk. Angin bersiut -siut di
kupingnya, badan besar ini berlari makin cepat dengan
menggeram-geram halus. Tangan Ayah menyentuh bulu
binat ang yang terasa kasar t api bersih. Dalam t empo pendek
mereka sampai di t ujuan. Ayah bert anya kepada Kakek, “Kit a
naik apa t adi nambo”. Kat a nambo-nya, “kit a naik iny iak”.
Menurut legenda, inyiak, at au harimau dianggap adalah
peliharaan yang pat uh kepada orang-orang sakt i di Minang.
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Tanda orang yang punya inyiak adalah, mat anya t ajam


dan tenang, dan mempunyai jenggot yang t umbuh di tengah
leher,” kat a Ayah. Kat a Ayah, kakeknya punya it u semua.
Kami pindah duduk ke kant in. Sambil pelan-pelan
menyeruput kopi kent al, akhirnya Ayah t idak lagi berbicara
tent ang durian.
“Kami sudah daft arkan nama w aang unt uk ikut ujian
persamaan delapan bulan lagi. Karena it u, t idak ada salahnya
tet ap bert ahan di sin i. Selesaikanlah apa yang sudah dimulai,”
kat a Ayah sambil menat apku lekat -lekat.
Tanpa kesadaran penuh, kepalaku mengangguk. Berbagai
skenario argument asi yang aku persiapkan menguap.
Aku t idak t ahu apa yang membuat perlawananku runt uh
dengan mudah. Apakah karena hat iku perang dan t idak ada
pemenang yang sesungguhnya ant ara tet ap t inggal di PM at au
keluar? Toh di t engah segala galau aku juga menemukan
dunia yang menyenangkan di PM? At aukah kekuat an diplomasi
durian Ayah yang membuat ku lemah? At au pengorbanan
beliau melint as Sumatera dan Jaw a, hanya unt uk memast ikan
aku tet ap t inggal di PM. At au karena mendengar akan ada
ujian persamaan dalam 8 bulan? At au semuanya? Aku t idak
t ahu past i. Yang jelas, mulai det ik it u, di meja kant in it u, di
depan Ayah, aku berjanji: aku harus menamat kan PM.
Terngiang-ngiang pet uah Kiai Rais dulu: keluarlah dari PM
dengan fuunul khat imah, akhir yang baik.
Ayah tersenyum lebar melihat aku mengangguk.
Memperton* tonkan geliginya yang dihiasi jejak-jejak hit am
hasil m inum kopi puluhan t ahun. Ayah lalu menyalamiku, agak
kaku, mungkin unt uk memast ikan aku siap berkomit men. Kami
kemudian menghabiskan hari untuk kembali bercerit a tent ang

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dunia durian y ang selama ini secara aneh mengikat hubungan


kami anak beranak.
Ayah hanya t inggal t iga hari di PM. Misinya t elah berhasil
membuat aku berjanji t et ap di sin i. Dalam t iga bulan ke
depan, aku akan menghadapi ujian t erberat dalam kehidupan
PM: imt ihan n ihai, ujian penghabisan. Hanya bebet apa bulan
lagi aku mencapai garis f inish. Man shabara zhafira. Siapa
yang sabar akan memet ik hasilnya. Aku harus bisa bert ahan.
Sekarang, t inggal bagaimana aku bisa t et ap semangat dan
termot ivasi.
Di PM ada beberapa ust ad yang ahli memot ivasi dan
mampu membuat semangat murid yang sedang loyo
mencelat -celat . Para ahli mot ivasi in i punya “jam prakt ek”,
biasanya sebelum makan malam at au setelah subuh. Durasi
acara pembakaran semangat ini mulai dari 15 menit sampai 1
jam. Kami menyebut ust ad ini sebagai “ahli set rum”.
Hari ini aku membuat janji dengan Ust ad Naw aw i, seorang
t ukang set rum papan at as di PM. Dia adalah mant an w ali
kelasku t ahun lalu. Dia dengan simpat ik memulai sesi dengan
bert anya kenapa aku menjadi loyo. Setelah t ahu masalahnya,
suaranya yang t adi t enang berubah menjadi penuh semangat .
Pelan-pelan dia menunt unku untuk bangkit , mandiri dan
menang. Begit u keluar dari ruang Ust ad Nawaw i aku merasa
dunia t iba-t iba t erasa berbinar-binar dan lapang. Aku bagai
mendapat kan suntikan energi dosis t inggi dan bisa melakukan
apa saja. Bahkan ubun-ubunku rasanya berasap saking
bersemangat nya.

Kam p Ko nsent r asi

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Langit malam ini berisi bulan sabit dan gugusan bint ang oli
berkelap-kelip. Angin semilir bulan Sept ember mengalir sejuk
sampai ke hat i. Setelah kedat angan Ayah yang menjanjikan
ujian persamaan SMA, aku menjadi sangat bersemangat
menghabiskan bulan-bulan terakhirku di PM. Tidak terkecuali
menyambut malam bersejarah ini.
Kami, semua kelas enam, berkumpul di aula unt uk
mendengar pet uah pent ing Kiai Rais. Suara ocehan kami yang
sepert i sepasukan lebah madu t iba-t iba senyap sepert i dihalau
angin. Seorang maju ke podium.
“Kalau PM adalah seorang ibu, maka PM sekarang sedang
hamil t ua. Mari kit a raw at kehamilan bersama sampai
melahirkan,” buka Kiai Rais dengan air muka berbinar.
“Anak-anakku, kalianlah jabang bayi yang sedang
dikandung PM. Kalau lu lus, kalian lahir dari rah im PM unt uk
berjuang dan membaw a kebaikan unt uk masyakat . Dan proses
persalinan yang menent ukan adalah imt ihan nihai—uj ian
pamungkas. Inilah uj ian yang paling berat yang anak-anak
temui di PM, dan bahkan mungkin sepanjang hidup kalian.”
Setelah berdiam diri sebent ar, Kiai Rais melanjut kan.
“Unt uk mendukung persiapan ujian in i, membuat suasana
belajar dan saling membant u, kit a akan mengadakan sebuah
pusat persiapan ujian. Mulai malam in i, semua murid kelas
enam, harus pindah ke aula ini. Anggap ini adalah ruang
belajar, ruang diskusi, ruang kelas, bahkan kamar t idur kalian.
Selama sebulan, set iap hari kalian berkumpul di aula in i sambil
dibimbing para guru senior. Selama sebulan ke depan, t idak
akan ada ada kelas…”

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kat a-kat a Kiai Rais t enggelam oleh riuh tepuk t angan kami
semua. Tidak ada kelas selama sebulan adalah kenikmat an
luar biasa.
Kiai Rais kemudian menut up sambut annya dengan
memimpin doa bersama unt uk kami semua. “Allahumma t fdna
ilman w arzucjna fahman… Tuhan t ambahkan ilmu kami dan
anugerahkan pemahaman kepada kami…”
Koor amin yang panjang dan khusyuk kami lant unkan
dengan penuh perasaan dan harapan.
Sejak malam it u, kami bolak-balik membaw a berbagai
barang mulai buku sampai kasur ke rumah baru kami yang
luas: aula. Gedung ini t elah memainkan peran pent ing dalam
kehidupan kami. Mulai dari menjadi t empat acara pekan
perkenalan PM t iga t ahun lalu, panggung lomba pidato, saksi
kekalahan Icuk Sugiart o, tempat kami menerima t amu-t amu
pent ing sampai menjadi saksi sejarah kehebat an aksi
panggung kami di Class Six Show . Kali ini, aula mendapat
julukan baru: Kamp Konsent rasi.
Aku mendapat kelompok belajar dengan lima orang t eman
dari kelas lain. Kami d iberi k avling t empat di sudut barat aula.
Di kavling in ilah kami akan menghabiskan w akt u sebulan ke
depan. Buku-buku sampai kasur lipat kami boyong ke kavling
yang dit andai dengan meja-meja belajar yang disusun
membent uk segi empat . Lant ai kosong di t engah segi empat
it u menjadi ruang t idur kami. Set iap kelompok didampingi oleh
seorang ust ad pembimbing yang selalu menyediakan w akt u
jika kami bert anya tent ang pelajaran apa saja yang belum
kami mengert i. Dan ust ad ini juga memast ikan kami hadir d i
kamp ini dan memberikan mot ivasi kalau diperlukan.
Pembimbing kelompokku ternyat a Ust ad Naw aw i, sang t ukang
set rum.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Aula ini t erus berdengung dengan suara rat usan orang yang
belajar unt uk menghadapi ujian akhir. Semarak dan riuh
rendah. Sekilas menyerupai kamp pengungsian para ilmuw an.
Ke mana mat a aku edarkan, yang t ampak adalah meja yang
dipenuhi t umpukan buku, gelas kopi dan baju-baju yang
digant ung dan anak-anak muda yang sibuk berdiskusi
bersama at au khusyuk membaca buku pelajaran. Unt uk lebih
menyemarakkan suasana, kami juga menempelkan spanduk
berbagai kat a mot ivasional d i dinding aula. Misalnya: “man
t halabal ula sah iral loyali74″ , “buku yang t ebal dimulai dari
huruf pert ama di halaman pert ama”, dan tent u saja “man
jadda w ajada”.
Det ak kehidupan di aula in i benar-benar 24 jam. Ada yang
belajar siang dan malam t idur, t api ada juga yang
kebalikannya lebih suka belajar malam dan siang t idur. Yang
jelas, kami dipaksa unt uk fokus belajar. Tidak ada kegiat an
lain yang dibolehkan buat kami selain belajar dan olahraga
menjelang Maghrib. Kalau capek belajar, kami boleh t idur-
t iduran sebent ar, asal t et ap berada di dalam aula. Kalau sudah
semakin banyak kepala
Siapa yang ingin mendapat kan kemuliaan, akan bekerja
sampai j auh malam y ang layu k arena mengantuk, Ust ad Torik
memut ar musik dengan beat kencang unt uk menyegarkan
semangat kami.
Di kiri meja belajarku, t iga t umpukan buku menggunung
t inggi. Inilah semua buku pelajaran dari kelas sat u yang harus
aku baca ulang unt uk menghadapi ujian akhir. Sement ara di
sebelah kanan, suplai energi unt uk belajar keras. Ada kotak
kopi, gula, mult i vit amin dan madu. Di baw ah meja ada sat u
kardus mie, kalau perut lapar setelah siang malam belajar.
Selama masa persiapan ujian yang melelahkan secara fisik dan
ment al, aku memang cukup terobsesi dengan vit amin dan
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

makanan t ambahan. Sudah beberapa hari ini aku mengikut i


resep Said unt uk menjaga st amina belajar. Yait u set iap set elah
sarapan pagi melahap kuning telur yang sudah dicampur
madu. Amis t elur dinet ralisir manisnya madu.
Masih t erbaw a rasa senang dengan kunjungan Ayah
kemarin, aku menghadapi kamp konsent rasi in i dengan
opt imis. Tapi setelah beberapa hari berkut at terus dengan
buku dan melihat tumpukan buku yang w ajib aku baca masih
t inggi, semangat ini bergant i dengan cemas. Aku merasa
cukup cemas t idak punya w akt u unt uk mempersiapkan ujian
terakhir yang terkenal berat ini.
Selama in i pengalaman menunjukkan kalau kemampuan
hapalanku sangat lemah. Padahal beberapa pelajaran pent ing
sangat erat berhubungan dengan hapalan. Unt uk AKJuran,
Hadist , dan beberapa mat a pelajaran, mau t idak m au hapalan
harus bagus. Apakah aku sanggup menghadapi ujian yang
akan mengujikan pelajaran dari kelas sat u? Semakin cemas,
semakin t idak bisa aku konsent rasi dengan pelajaran. Bahkan,
sat u-sat u sariawanku t umbuh. Kecil-kecil t api perih. Pert anda
aku mulai st res.
Sambil makan malam d i dapur umum, aku diskusikan
kecemasanku kepada Sahibul Menara. Kecuali Raja,
t ampaknya kami semua merasakan hal yang sama. Kami
meringis t egang membayangkan ujian marat on sebulan
penuh.
At ang mencoba menghibur menyemangat i dirinya sendiri
dan kami semua.
“Sepert i kat a Kiai Rais, mari kit a kerahkan semua
kemampuan kit a. Set elah itu kit a bert awakal.”

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Kit a perbanyak juga ibadah, karena ilmu yang sedang kit a


pelajari it u kan nur. Cahaya. Dan nur hanya bisa ada di tempat
yang bersih dan terang,” t impal Dulmajid.
“Seandainya Baso masih ada, aku cukup percaya diri
menghadapi ujian ini,” kat aku dengan mulut miring ke kiri.
Saria-wanku yang membesar di sebelah kanan membuat
mulut ku t idak bisa lurus.
Kawan-kaw an mengangguk-angguk ikut prihat in. Baso
selama in i adalah referensi terhebat kami unt uk masalah
pelajaran selain Bahasa Inggris. Tidak it u saja, dia pint ar
unt uk menerangkan pelajaran dengan bahasa sederhana dan
menyemangat i kita unt uk memahami dan menghapalkan.
Said yang dari t adi diam dengan muka serius, t ampak
hanyut dalam pikirannya sendiri. Aku menepuk bahunya, “Oiiii,
kaifa ya akhi?”
“Aku sedang berpikir-pikir. Semakin lama di PM, aku
semakin sadar bahw a int i hidup it u adalah kombinasi niat
ikhlas, kerja keras, doa dan t aw akkaL Ingat kan kat a Kiai Rais,
ikhlaskan semuanya, sehingga t idak ada kepent ingan apa-apa
selain ibadah. Kalau t idak ada kepent ingan, kan seharusnya
kit a t idak tegang dan kaget,” kat anya mulai dengan gaya
dew asanya. Umurnya memang sudah 23 t ahun. Walau sok
bergaya dewasa, sebet ulnya aku selalu berusaha mendengar
Said. Aku menganggap dengan usia 4 t ahun lebih t ua, dia
lebih dewasa dan aku pant as belajar kepadanya.
“Jadi maksud anca…?” t anyaku.
“Iya, rugi kalau st ress, mending kit a bekerja keras. Wali
kelasku pernah memberi mot ivasi yang sangat mengena di
hat i. Kat anya, kalau ingin sukses dan berprest asi dalam bidang
apa pun, maka lakukanlah dengan prinsip “saajt ahidu fauqa

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

must aw a air akhar”. Bahw a aku akan berjuang dengan usaha


di at as rat a-rat a yang dilakukan orang lain. Fahimt a. Ngert i,
kan?”
“Iya, t api it u kan biasa saj a, semua kit a t ahu.”
“Aku sangat terkesan dengan prinsip in i. Coba renungkan
lebih dalam unt uk merasakan kekuat an prinsip sederhana ini.
Ingat lah, sang juara dan orang sukses itu kan jauh lebih
sedikit daripada yang t idak sukses. Apa sih yang membedakan
sukses dan t idak? Belum t ent u fakt or pembeda it u ot ak yang
lebih cemerlang, hapalan yang lebih kuat , badan yang lebih
besar, dan orang t ua yang lebih kaya.”
Dia menarik napas. Menggeser duduknya lebih dekat ke
kami. Suaranya lebih bersemangat dari t adi.
Tapi yang membedakan adalah usaha kit a. Selama kit a
berusaha dan bekerja keras di at as orang kebanyakan, maka
otomat is kit a akan menjadi juara!”
“Lihat lah, berapa perbedaan ant ara juara sat u lari 100
met er dunia? Cuma 0, 00 sekian det ik dibanding saingannya.
Berapa beda jarak juara renang dengan saingannya? Mungkin
hanya sat u ruas j ari! Unt uk juara hanya but uh sedikit lebih
baik dari or ang kebanyakan! Sudah lebih terasa
kekuat annya.7″
Kepala kami mengangguk-angguk sambil menat ap Said. Dia
semakin dew asa saja.
“Maksudku, kalau k it a berusaha sedikiiiiiiiiiiiit saja lebih baik
dari orang kebanyakan, maka kita jadi juara. Ingat , filosofinya:
sedikit saja lebih baik dari orang lain. Itu art inya perbedaan
se-persekian det ik, sat u ruas jari t adi. Kit a bisa dan kit a
mampu jadi juara kalau mau!” kat a Said menggebu-gebu. Dia
sekarang bahkan sudah berdiri samb il mengayun-ayun

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

t angannya. Kepalanya yang belum kembali berambut sampai


berkeringat .
“Kalau begit u, kalau kit a mau berhasil uj ian ini, kit a belajar
sedikit lebih lama dari kebanyakan t eman-t eman di kamp
konsent rasi,” simpulku.
“Persis. Kit a perlu bertekad belajar lebih banyak dari orang
kebanyakan. Kalau umumnya orang belajar pagi, siang dan
malam, maka aku akan menambah dengan bangun lagi dini
hari unt uk mengurangi ket inggalan dan menut upi
kelemahanku dalam hapalan. Di at as semua it u, ket ika semua
usaha t elah kit a sempurnakan, kit a berdoa dengan khusyuk
kepada Allah. Dan hanya set elah usaha dan doa inilah kit a
bert aw akal, menyerahkan semuanya kepada Allah,” t andas
Said.
Pidat o Said ini menyalakan semangat kami. Rasanya beban
menghadapi ujian menjadi r ingan, pikiran j adi lebih jernih, dan
rencana apa yang harus dilakukan semakin jelas. Yang jelas
aku akan memperpanjang w akt u belajarku dibanding orang
lain. Selain it u aku juga t elah sepakat dengan At ang, unt uk
melakukan shalat Tahajud set iap jam 2 malam, sebelum kami
memulai sesi malam. Selama in i At ang adalah sosok yang
paling bisa dipercaya unt uk bisa bangun malam. Sedangkan
kami t ermasuk kelompok abu naum, at au orang yang suka
t idur.
Tant anganku, selain hapalan yang banyak, juga bagaimana
mengert i dengan baik buku pelajaran yang kebanyakan
berbahasa Arab dan Inggris. Kami memang t idak dibolehkan
membaca buku terjemahan, karena int inya adalah
mempelajari sebuah konsep dalam bahasa aslinya. Karena it u,
selama di au la, kami w ajib didampingi dua benda.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Yang pert ama kamus alMunjid karangan Louis Ma’luf dan


Bernard Tottel yang t erbit di Mesir. Buku ini set ebal bant al
yang berat nya sepert i t umbukan batu bat a. Buku ini adalah
ensiklopedia dan kamus bahasa Arab yang menguraikan art i
kosakat a bahasa Arab dalam bahasa Arab juga. Unt uk
melengkapi ket erangan, kamus in i dilengkapi banyak ilust rasi
w arna-warni. Karena sangat komprehensif, kamus inilah salah
sat u referensi ut ama para penerjemah dari bahasa Arab ke
berbagai bahasa dunia. Beberapa kali aku melihat kamus in i
benar-benar menjadi bant al t eman-teman yang begadang
belajar dan t idak kuat menahan kant uk.
Sedangkan buku yang kedua adalah padanan kamus
alMunj id dalam bahasa Inggris. Judulnya Chcford Advanced
Leamers Dict io-nary of Current English karangan AS Hornby.
Inilah kamus yang menjadi obsesi Raja dari kelas sat u. Kamus
ini juga menjelaskan kosakat a dalam bahasa Inggris pula. Tapi
ket ebalannya kalah dengan alMunjid dan t idak punya banyak
ilu st rasi. Kalau kedua buku ini dit umpuk, berat nya mint a
ampun. Tapi kami selalu lupa dengan berat nya, karena kedua
kamus ini juga lambang st at us telah berada di kelas t inggi
yang berhubungan dengan kosakat a t ingkat t inggi pula.
Bangga rasanya menenteng kamus-kamus melew at i
rombongan adik-adik kelas yang memandang kami dengan
w ajah t erkagum-kagum.
Akhirnya hari pert ama imt ihan nihai it u dat ang juga. Warga
PM menyebutnya “ujian di at as ujian”. Sariawanku masih t erus
mekar dan berdenyut -denyut perih. Sangat mengganggu
kenikmat an makan dan konsent rasi belajar. Kami t erus t inggal
di kamp konsent rasi unt uk bisa memusat kan perhat ian
menghadapi ujian. Tidak gampang memaksakan diri t erus
belajar siang dan malam.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Berbeda dengan ujian selama ini, unt uk ujian kelas enam


kami harus berpakaian rapi layaknya seorang penguji. PM
ingin kami melihat ujian in i sebagai sebuah kesempat an unt uk
mendiskusikan semua ilmu yang sudah dipelajari dengan para
penguji. Bukan semat a-mat a kami menjawab pert anyaan saja.
Hari ini aku berkemeja put ih rapi, yang dimasukkan ke dalam
celana kat un, dililit ikat pinggang kulit imit asi. Dan t ent u saja
mengenakan seut as dasi.
Ujian pert ama adalah uj ian lisan unt uk Arabiyah, yait u
kumpulan berbagai subyek pelajaran bahasa Arab yang pernah
kami dapat dari kelas sat u sampai sekarang. Bahan bacaannya
bert umpuk-tumpuk di mejaku, dan sudah berhari-hari aku cicil
unt uk membacanya. Aku menjalani ujian pert ama dengan
setengah percaya diri dan setengah lagi pening. Yang
membuat pening adalah terlalu banyak yang harus aku pahami
dan hapal dalam kurun beberapa hari.
* Tafadhal ya akhi,” undang Ust ad Ahsan ket ika aku
menget ok mang ujian lisan. Di luar dugaanku, suasananya
sangat cair, se-pert i diskusi ant ara dua orang kawan lama
tent ang perjalanan keilmuan mereka. Tidak ada pert anyaan
menyudut kan untuk menjaw ab iya dan t idak. Pert anyaan lebih
menggiring aku unt uk memperlihat kan pemahaman besarku
terhadap sebuah ilmu. Misalnya, “coba sebut kan sebuah
kalimat lengkap berbahasa Arab dan uraikan fungsi dan t at a
bahasa kalimat it u sejelas mungkin”. Secara global aku bisa
menjawab, t api begit u masuk ke det ail dan contoh konkrit ,
aku harus berjuang memaksa mesin ingat anku bekerja keras.
Keluar dari ruangan ujian lisan ini, aku berkali-kali
membisikkan alhamdulillah. Sebuah t ant angan besar t elah aku
lew at i dengan lumayan meyakinkan.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sepuluh hari uj ian lisan aku selesaikan juga dengan


terengah-engah. Kami punya w akt u ist irahat sebelum ujian
t ulis. Kesimpulanku setelah ujian lisan: aku perlu membaca
ulang beberapa buku khususnya yang berhubungan dengan
Arabiyah, supaya lebih siap untuk ujian tulis.
Selang beberapa hari kemudian, kami masuk ke babak akhir
dari perjuangan t halabul ilmi kami di PM: ujian t ulis. Aku
merasa jauh lebih t enang menyambut ujian t ulis, dibanding
ujian lisan. Walau semua pert anyaan nant i berbent uk esai, t api
bagiku, menulis adalah proses yang baik unt uk merekonst ruksi
semua materi yang pernah aku baca. Dan ada cukup w akt u
unt uk berpikir t anpa harus dit at ap dengan mat a t idak sabar
oleh penguji ujian lisan.
Minggu pert ama ujian t ulis aku lew at i dengan cukup baik.
Paruh keduanya mulai t erseok-seok karena st amina sudah
terkuras dan bosan sudah dat ang. Benar adanya ist ilah “uj ian
diat as ujian”. Imt ihan nihai bukan hanya sekadar
membukt ikan seberapa banyak ilmu yang t elah diserap ot ak,
t api seberapa kuat seorang siswa melawan tekanan w akt u,
kebosanan, psikologis dan fisik. Siapa yang bisa mengat asi
semua faktor itu, maka dia adalah pemenang.
Setelah sebulan yang melelahkan, ujian kelulusan in i
dit ut up dengan ujian Peradaban Islam, sebuah pelajaran yang
sangat aku sukai. Para ust ad pengaw as mengedarkan kert as
soal dalam posisi t erbalik di meja, tepat di depan kami masing-
masing. Begit u lonceng berdent ang, terdengar suara k resekan
kert as ket ika semua orang membalik kert as soal dengan
harap-harap cemas. Apakah hapalan semalam akan d it anya,
apakah soal pernah dibahas dengan t eman-teman
sebelumnya?

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Aku t elah merasa belajar banyak unt uk ujian in i, bahkan


membaca berbagai referensi t ambahan di perpust akaan. Aku
membalik kert as soal dengan percaya diri. Walau begit u, t idak
urung aku kaget juga melihat apa yang ada di kert as soal ini.
Di t engah kert as soal yang put ih, hanya ada sebuah t anda
t anya besar. Dan sebuah pert anyaan: “Apa kisah sejarah Islam
yang paling menginspirasimu? Beri krit ik.”
Sepert i gaya mengajarnya yang invent if, Ust ad Surur juga
memberikan soal ujian yang t idak lazim. Hanya sat u soalnya
it u saja dan t idak ada pet unjuk lain. Kami bebas menulis
selama 1 Vi jam untuk menjaw ab soal ini.
Aku termenung sejenak. Pert anyaan yang menant ang dan
menggairahkan. Begit u banyak yang menginspirasi, begit u ba-
nyak buku yang telah aku baca beberapa bulan ini, begit u
banyak cerit a Ust ad Surur yang inspirat if. Tapi yang manakah
yang akan aku pilih?
Akhirnya aku memutuskan untuk bercerit a t ent ang t opik
yang selalu membuat ku terpukau. Yaitu tent ang masa
keemasan Islam di ranah Eropa pada abad ke-8 sampai ke-I5.
Wakt u it u kot a-kot a pent ing Islam di Spanyol sepert i Toledo,
Valencia, Granada, Cordoba, Malaga dan Seville mencapai
puncak peradaban dan Universit as Cordoba dan Palacio de la
Madraza di Gr anada menjadi t ujuan orang Eropa untuk belajar
ilmu mulai kedokteran sampai ilmu falak.
Aku juga menuliskan sosok Ibnu Rusyd yang sungguh
ket erlaluan pint arnya. Dia lahir di Spanyol pada abad ke-I2
dan ikut berperan mempengaruhi filosofi pemikiran Thomas
Aquinas dan Albert t he Great . Dikenal di Eropa dengan nama
Averrous, dia dianggap t okoh yang mampu mempert emukan
agama dengan filosofi. Dia sosok ilmuw an super dan mult i
t alent a: selain ahli hukum, dia juga dikenal menguasai ahli

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

arit mat ika dan kedokteran. Unt uk bidang kedokteran, Ibnu


Rusyd menulis 16 j ilid buku Kulliyah fi Thibb yang lalu
dit erjemahkan ke bahasa Inggris dengan judul General Rules
of Medicine dan dipakai di sekolah-sekolah Eropa. Tot al buku
karangannya 78 buah yang melingkupi bidang ilmu falak,
mat emat ika, ast ronomi, filsafat , logika, fiqh, dan sast ra.
Seseorang yang sungguh ajaib! Bahkan salah sat u bukunya,
Bidayat ul Mujt ahid yang membahas perbandingan berbagai
mazhab kami pakai sehari-hari d i kelas. Bayangkan! Aku
berguru kepada seorang jenius Muslim dari abad ke-12.
Nah, sekarang unt uk bagian krit ik, aku meminjam pendapat
orang pint ar yang “keterlaluan” lainnya, Ibnu Khaldun. Lahir di
Spanyol abad ke-13, dia adalah ahli hukum, sejarah, sosiologi,
sekaligus f ilsuf. Dalam buku terkenalnya, Mukaddimah dia me-
nerangkan pasang surut suat u dinast i mengikut i sebuah
hukum universal.
Menurut hukum it u, suat u budaya baru selalu dimulai dari
semangat solidarit as kelompok yang sangat kuat . Kelompok ini
lalu menjadi penguasa dan membangun budaya dan
peradaban yang kokoh. Tapi begit u kekuasaan terbent uk,
mereka menjadi lengah, muncul kecemburuan dan sat u sama
lain berebut kekuasaan. Fase berikut nya, mereka menjadi
lemah dan gampang dit aklukkan oleh sebuah kelompok yang
baru. Yang punya semangat solidarit as kelompok yang lebih
baru lag i, sepert i yang pernah mereka punyai dulu. Dan siklu s
ini t erjadi berkali-kali. Ambruknya peradaban Islam di Spanyol
juga terjadi karena kesalahan yang sama.
Aku menuliskan di lembar jaw aban esaiku, bahw a sungguh
mengasyikkan mempelajari kejayaan Islam zaman dulu mulai
dari masa Dinast i Nasrid di Spanyol, Safavid di Iran, Mogul di
India, Ott oman di Anat olia, Syria, Afrika dan Timur Tengah.
Tapi juga menyedihkan karena semua ini berkesudahan
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dengan kemunduran. Dan lebih menyedihkan lagi adalah


kebiasaan umat Islam bernost algia dengan kejayaan t ua yang
mangkrak it u.
Sebagai penutup, aku menuliskan bahw a sudah saat nya
romant isme ini dilihat dari sisi yang lain. Bukan unt uk
dikenang dan dibangga-banggakan, t api untuk mengambil
hikmah dari masa lalu dan berjuang unt uk membangun
peradaban yang lebih kokoh lagi.
Berlembar-lembar kert as lancar kuhabiskan.
Semoga Ust ad Surur terkesan dengan jaw aban dan krit ikku
ini.
Kalau beberapa ujian sebelumnya aku lewat i dengan
mengecewakan, ujian yang terakhir ini memberi opt imisme
bahw a aku memang telah belajar dengan baik. Begitu bel
berdent ang menandakan w akt u habis, kami semua bersorak
dan berdiri merayakan keberhasilan menyelesaikan ujian
marat on sebulan penuh ini. Ujian Peradaban Islam ini sungguh
telah mengobat i hat iku.
Lembar jaw aban aku serahkan kepada ust ad pengaw as
dengan senyum lega. Rasanya hari in i adalah hari
pembebasan dan kemerdekaan. Rasanya sepert i melunasi
hut ang besar dengan t unai. Selesai sudah perjalanan
panjangku empat t ahun di PM, selesai sudah ujian marat on
yang melelahkan jiw a dan raga.
Yang jelas hat iku puas dan tent ram karena merasa t elah
melakukan yang t erbaik, berusaha berbuat di at as rat a-rat a
orang dan telah berdoa dan bert aw akkal. Hanya Allah yang
Maha Mengat ur segala hal.
Kini saat nya aku melihat hari in i dan esok. Ke mana aku
setelah PM?

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suasana di baw ah menara sore it u meriah. Dari t adi kami


t idak hent i-hent i tersenyum dan tert aw a terpingkal-pingkal
mendengar cerit a Said dan At ang yang mengaku pernah
tert idur di ruang ujian. Raja, Dul dan aku bercerit a bagaimana
kami t elah mengurangi mandi selama uj ian karena t idak mau
kehilangan w akt u ant ri panjang di depan kamar mandi. Tapi
t idak seorang pun yang mau membicarakan soal uj ian lagi.
“Kalau begini, aku kangen mendengar Baso ribut
membolak-balik buku untuk memast ikan jaw aban ujiannya
benar,” kat a Raja t ersenyum t anpa suara. Dia merogoh saku
bajunya dan mengeluarkan secarik kert as put ih. Dia
mengangsurkan ke t angan kami. “Nih, baru sampai. Surat
buat kit a”
Sebuah surat bert uliskan Arab gundul yang rapi. Dari Baso.
Aku membacakan buat kaw an-kaw an.
“…..Saudara-saudaraku. Kalau ingat anku t idak salah, kalian
tent u sekarang sudah hampir menyelesaikan “pest a” ujian
akhir. Aku doakan kalian lulus semua. Sayang sekali aku t idak
bisa ikut pest a ini. Sejujurnya, aku kangen dengan ujian di PM.
Nenekku masih sakit , t api kedat anganku unt uk meraw at nya
membuat dia t ampak lebih kuat . Hari-hariku juga cukup sibuk.
Set iap pagi aku berjalan ke desa sebelah unt uk mengajar
Bahasa Arab dan mendalami hapalan AlQuran dengan Tuanku
Haji Gut u Mukhlas Lamaming. Menjelang zuhur aku kembali
pulang unt uk menyuapi nenek. Malam harinya aku habiskan
unt uk membaca buku untuk persiapan uj ian persamaan dan
tent unya menghapal Al-Quran. Alhamdulillah, kemajuan ha-
palanku luar biasa, sekarang sudah hampir 20 juz.
Aku yakin, Tuhan akan mempertemukan kit a lagi suat u hari
kelak…..”

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Aku melipat surat Baso sambil t ersenyum. Kaw an-kaw anku


yang lain mengangguk-angguk kecil mengulum senyum.
Rupanya rahang yang kehilangan gigi geraham sudah mulai
sembuh.
Malam it u, kami kembali berkumpul di aula, yang kali in i
sudah dirombak dari kavling kelompok belajar menjadi kur si
dan meja yang berjejer-jejer. Muka belajar kami yang tegang
kini bergant i gelak dan t awa yang pecah di sana-sin i. Kiai Rais
dan para guru duduk di panggung, menghadap kami.
Kebiasaan di PM, sebuah ujian dibuka dan dit utup dengan
pert emuan yang dipimpin Kiai Rais. Inilah Malam Syukuran
Ujian Akhir.
Dengan w ajah bercahaya, Kiai Rais mengangkat kedua
t angan seakan menyambut pahlaw an dari medan perang.
“Selamat dat ang para pejuangku. Yang telah sukses
berjuang menaklukkan ujian akhir yang panjang… Anak-
anakku semua adalah pemenang…”
Kami bert empik sorak, melepaskan segala sisa-sisa
ket egangan ujian.
“Dengan bahagia, selaku pimpinan pondok, saya laporkan
bahw a sama sekali t idak ada korban j iw a dalam ujian kali ini,”
candanya. Kami tert awa terbahak-bahak.
“Dan kalian lebih baik daripada Napoleon Bonapart e, yang
t idak pernah mau ikut ujian.”
Sekali lagi kami t ert aw a.
Pepat ah andalan Kiai Rais yang selalu mengundang geerr
dan t erus muncul di set iap acara syukuran habis ujian dan
menjelang libur adalah, “Dulu menjual mengkudu sekarang
menjual durian, dulu t idak laku sekarang j adi rebut an. Dengan

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bert ambahnya ilmu kalian di sini, kalian akan semakin


dibutuhkan di masyarakat .”

Berat us Ribu Jab at Er at


Sudah dua minggu berlalu sejak kami merayakan selesainy a
ujian. Dua minggu yang paling sant ai yang pernah kami
nikmat i di PM. Kami melakukan berbagai macam kegiat an,
mulai dari bulis lail, t urnamen olahraga ant ara kelas 6 dan
guru, sampai menghadiri berbagai seminar pembekalan bagi
calon alumni. Said melampiaskan hasrat nya untuk berolahraga
lagi. Raja, At ang dan aku sibuk bolak-balik ke perpust akaan
mengumpulkan berbagai informasi universit as mana saj a yang
mungkin kami masuki set elah t amat PM. Kami melihat -lihat
brosur kuliah ke Timur Tengah, khususnya ke Al-Azhar dan
Madinah Universit y dan juga informasi sekolah di Eropa,
Amerika dan t ent unya universit as dalam negeri. Dulmajid
mengoleksi fotokopi cara membuat silabus sekolah unt uk
digunakan kalau dia merealisasikan niat nya untuk menjadi
pendidik dan mungkin kembali ke kampungnya mengajar.
Salah sat u kegiat an yang paling menarik di m inggu terakhir
kami adalah rihlah iqt ishadiyah. Dengan bus cart eran, selama
lima hari, segenap murid kelas enam berkeliling Jawa Timur.
Kami mengunjungi pabrik kerupuk di Trenggalek, budidaya
ikan laut di Pacit an, t oko bahan bangunan di Tulung Agung,
koperasi simpan pinj am I slami di Jombang, dealer mobil dan
pabrik semen di Gresik, indust ri bat ik di Sidoarjo, sampai pusat
peraw at an kapal besar di Surabaya. Selama kunjungan ini
kami berdialog dengan w iraswast awan dan pemilik b isnis dan
bert anya bagaimana mereka memulai usahanya.
Tujuan perjalanan in i memang untuk membuka mat a
bahw a dunia w irausaha sangat luas dan bisa menjadi tujuan
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kami d i masa depan. Perjalanan yang melelahkan, t api


membuat kami puas. Sepanjang jalan kembali ke PM aku dan
Sahibul Menara sibuk berandai-andai, akan punya usaha apa
kami nant i. Petuah Kiai Rais selalu mengiang-ngiang, “Jangan
puas jadi pegaw ai, t api jadilah orang yang punya pegaw ai”.
“Pengumuman kelulusan kit a sudah ada, bisa dilihat di
aula,” seru Said sebagai ketua angkat an kami berteriak-t eriak
setelah subuh. Walau masih pegal-pegal dengan perjalanan
keliling Jawa Timur kemarin, kami t idak sabar unt uk dat ang
berbondong-bondong ke aula. Walau sudah bert aw akal
sepenuh hat i, t et ap saja hat iku berdebur-debur ket ika melihat
pengumuman yang dit empel di aula.
Mat aku nanar mengikut i jari yang mencoba mencari-cari
namaku di papan pengumuman. Dan itu dia. Namaku, Alif
Fikri, dan di sebelahnya tertulis huruf nun, jim dan ha. Art inya
LULUS. Alhamdulillah. Sepert i banyak teman lainnya, aku
segera sujud syukur di aula, berterima kasih kepada Allah
unt uk kelulusan ini. Ternyat a para Sahibul Menara lulus
semua. Kami berpeluk-pelukkan penuh syukur. Tidak sia-sia
aku meregang semua otot kerja kerasku sampai daya lent ing
tert inggi. Resep yang selalu dikhot bahkan Said berhasil.
Ajt ahidu fauqa must aml akhar. Berjuang di at as rat a-rat a
usaha orang lain. Menurut pengumuman ini, hanya kurang
dari sepuluh orang yang t idak lulus dan mereka dapat
kesempat an unt uk mengulang set ahun lagi.
Setelah makan pagi, kelas enam dikumpulkan di depan
rumah Kiai Rais. Dalam ke lompok-kelompok kecil kami
dipanggil untuk menerima t ranskrip nilai dan diberi nasehat
langsung oleh Kiai Rais dan para guru senior.
“Dengan ini kami sempurnakan amanah orangtua kalian
unt uk mendidik kalian dengan sebaik-baiknya. Berkaryalah d i

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

masyarakat dengan sebaik-baiknya. Ingat , di kening kalian


sekarang ada st empel PM. Junjunglah st empel ini. Jadilah
rahmat bagi alam semest a. Carilah jalan ilmu dan jalan amal
ke set iap sudut dunia. Ingadah nasihat Imam Syaf ii: Orang
yang berilmu dan beradab t idak akan diam di kampung
halaman.Tinggalkan negerimu dan merant aulah ke negeri
orang. Selamat jalan anak-anakku,” ucap Kiai Rais dalam
nasehat terakhirnya. Sepasang mat anya berpendar menat ap
kami. Juga berkaca-kaca. Suasana begit u hening dan syahdu.
Malamnya diadakan acara yudisium dan khut bat ul w ada.
Khut bah perpisahan. Setelah beberapa sambut an pendek dan
doa syukur, kami semua anak kelas enam yang berjumlah
rat usan dimint a berdiri memanjang sepert i ular d i aula. Aku
berdiri berjejer bersama Sahibul Menara. Saling melet akkan
t angan di bahu teman, di kiri kanan.
Lalu Kiai Rais menjangkau mikrofon.
Anak-anakku, pada hari ini kami sempurnakan memberikan
ilmu kepada kalian semua. Pergunakanlah dengan baik dan ia-
w adhuk. Kami bangga kepada kalian dan bahagia t elah
menjadi guru-guru kalian. Ingat selalu, selama kalian ikhlas,
maka selamanya Allah akan menjadi penolong kit a. Innallah
Maa’na. Tuhan bersama kit a. Selamat jalan anak-anak,
selamat berjuang.”
Kiai Rais berpesan dengan nada suara yang berget ar-get ar
sampai ke ulu hat i kami. Suasana hening pecah oleh isakan-
isakan kecil di sana-sin i. Udara disesaki keharuan. Beberapa
hidung temanku t ampak merah dan basah, t ermasuk At ang
yang berdiri persis di sebelahku.
Lalu dipimpin Kiai Rais dan para guru menjabat t angan dan
memeluk kami sat u persat u sambil mengucap selamat jalan
dan berjuang. Tiba giliranku, Kiai Rais memberikan pelukan
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

erat , seakan-akan akulah anak kandung sat u-sat unya dan


akan berlaga d i medan perang. “Anakku, selamat berjuang.
Hidup sekali, hiduplah yang berart i,” bisiknya ke kupingku. Aku
hanya bisa mengucapkan, “Mohon rest u Pak Kiai, t erima kasih
at as semua keikhlasan ant um”. Aku menggigit bibirku yang
mulai berget ar-get ar, tersentuh oleh pelukan guru yang sangat
aku hormat i ini.
Inilah malam ket ika semua dendam kesumat kami bakar
habis. Para ust ad dari Kant or Pengasuhan yang selama in i
menjadi penegak hukum yang sangar, t idak ket inggalan
memberi selamat . Wajah-wajah keras mereka t iba-t iba
berubah lembut . Bahkan w ajah horor Ust ad Torik berubah
sembab. Mungkin sedih dit inggalkan para anak asuhannya
yang nakal-nakal. “Alif, mohon maaf lahir bat in, ma’an najah.
Semoga sukses,” kat a Ust ad Torik sambil mendekapku.
Selanjurnya, giliran ribuan adik kelas kami memberikan
selamat dan jabat t angan. “Selamat berjuang Kak, doakan
kami menyusul” adalah doa st andar adik kelas kepada kami.
Inilah malam t erjadinya jabat t angan terbanyak dalam sejarah,
lebih dari 2500 orang akan menyalami 400 t angan, art inya
terjadi lebih rat usan ribu kali jabat t angan malam it u. Tidak
heran kalau t elapak t anganku terasa panas dingin dan pegal-
pegal.
Sebagai pamungkas semuanya, terakhir adalah giliran kami
sesama kelas enam saling berpelukan dan berjabat t angan.
Suasana menjadi heboh karena 400 orang saling berangkulan
dan memberi selamat . Kami semua lebur dalam perpisahan
yang penuh emosi.
Kami para Sahibul Menara berangkulan bersama. Hidup
penuh suka duka selama 4 t ahun di PM t elah merekat kan kami
semua dalam sebuah pengalaman dan persaudaraan yang t ak
akan lekang oleh w aktu. Aku t idak punya banyak kat a-kat a
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

unt uk mengucapkan selamat jalan kepada kaw an-kaw anku ini.


Kami hanya saling berangkulan erat beberapa lama. Said yang
paling besar mengembangkan t angannya dan memagut kami
semua lebih kencang. Badan At ang terlonjak-lonjak menahan
isak t angisnya. Tidak lama kemudian, lensa kacamataku
berembun dan hidungku sepert i selesma.
Esok paginya, PM diselimut i kabut . Hembusan angin pagi
menusuk kulit . Tapi aku dan Sahibul Menara t elah siap dengan
koper-koper kami. Beberapa bus dengan t ujuan masing-
masing sudah menunggu di depan aula. Aku dan Raja naik bus
jurusan Sumat era, At ang ke Bandung, sement ara Dulmajid
ikut mobil keluarga Said ke Surabaya. Di tengah kabut t ipis,
kami sekali lagi bersalaman dan berangkulan dan berjanji akan
saling berkirim surat . Ent ah kapan aku akan melihat kaw an-
kawan terbaikku ini.
Pikiranku t idak menent u. Sedih berpisah dengan kawan,
guru dan sekolahku. Tapi aku senang dan bangga menjadi
alumni pondok ini. Sebuah rumah yang sesak dengan
semangat pendidikan dan keikhlasan yang dibagikan para kiai
dan guru kami. Dalam hat i, aku berkali-kali mengucapkan
bert erima kasih kepada Amak yang telah mengirim dan
memaksaku ke PM. Aku akan sampaikan t erima kasih in i
langsung kepada Amak nant i. Aku yakin Amak akan tersenyum
bahagia.
Hari ini t idak ada lagi penyesalan yang t ersisa di hat iku.
Empat t ahun terakhir adalah pengalaman terbaik yang bisa
didapat seorang anak kampung sepert iku. Saat nya kini aku
melangkah maju, mengat asi kebingungan masa depan. Akan
ke mana aku melangkah?
Bus cart eran jurusan Bukitt inggi menderum meninggalkan
PM. Hampir semua kepala kami menengok ke belakang.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Menara masj id t et ap menjulang gagah mengingat kan segala


kenangan indah bersama Sahibul Menara. Kabut -kabut t ipis
masih merambat di t anah, membuat seolah-olah bangunan-
bangunan sekolahku melayang di udara. Inilah pemandangan
yang pert ama aku lihat ket ika sampai empat t ahun yang lalu di
PM. Dan ini pula pemandangan yang kulihat di hari terakhirku
di PM. Kampung di at as aw an.

Traf algar Sg uar e


London, Desember 2003
Bunyi gemeret ak t erdengar set iap sepatuku melindas
onggokan salju t ipis yang menut upi permukaan t rot oar. Tidak
lama kemu-dian aku sampai di Trafalgar Square, sebuah
lapangan beton yang amat luas. Dua air mancur besar
memancarkan air t inggi ke udara dan mengirim t empias
dinginnya ke w ajahku. Square ini dikelilingi museum berpilar
t inggi, gedung opera, dan kant or-kant or berdinding kelabu,
tepat di tengah kesibukan London. Menurut buku tourist guide
yang aku baca, Nat ional Gallery yang t epat berhadapan
dengan square ini mempunyai koleksi kelas dunia sepert i The
Virgin of t he Rocks karya Leonardo Da Vinci, Sunflow ers karya
Van Gogh dan The Water-Lily Pond karya Monet . Hebat nya,
semua ini bisa d ilihat dengan grat is.
Gigiku gemelet uk. London yang berangin terasa lebih
menggigil daripada Washington DC. Tapi langit nya biru
benderang dan buminya bermandikan w arna mat ahari sore
yang kekuning-kuningan. Uap panas berbent uk asap-asap
put ih menyelinap keluar dari lubang-lubang drainase di
t rotoar, jalan besar dan di belakang gedung-gedung. Deruman
dan decit an dari mobil, bus merah bert ingkat dua, dan t aksi
hit am khas London bercampur baur dengan suara w arga kot a
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dan t uris yang lalu lalang. Hampir «emuanya membalut diri


mereka dengan jaket, sweat er dan syal t ejjal. Termometer
digit al raksasa yang menempel di dinding sebuah gedung
berpendar menunjukkan minus 3 derajat celcius. Napasku
bagai asap put ih.
Yang paling mencolok dari square ini adalah sebuah menara
granit yang menjulang lebih 50 meter ke langit . Pondasinya
dijaga empat ekor singa t embaga sebesar perahu. Di pucuk
menara berdiri pat ung pahlaw an perang Inggris Admiral
Horat io Nelson yang bert angan sat u dan bermat a sat u. Sosok
ini memakai jubah militer angkat an laut yang bert abur bint ang
dan t anda pangkat . Celananya mengerucut ket at di lut ut .
Kepalanya disongkok oleh t opi yang mirip kipas t angan anak
dam* di pelaminan. Masih menurut buku t ourist guide,
menara ini didirikan untuk mengenang kemat iannya ket ika
berperang melawan Napoleon Bonapart e pada t ahun 1805.
Kaki menara dengan empat singa ini adalah t ujuanku,
tempat kami berjanji bertemu.
Seorang anak kecil berambut jagung dengan jaket merah
hat i ayam t iba-t iba berlari di depanku. Arahnya adalah
puluhan merpat i yang sedang merubung remah-remah rot i
yang dit ebar seorang pengemis. Dalam sekejap, kawanan
merpat i ini buncah, membumbung ke udara, menut upi
pemandanganku. Walaupun dihalangi kepakan kawanan
merpat i ini, mat aku tet ap bisa mengenalinya. Gaya jalannya
t idak berubah, energik dan me-ledak-ledak, hanya lebih
gendut . Aku lambaikan t angan kepada Raja yang baru saj a
t urun dari bus double decker merah menyala dan menuju ke
landmark t ermashyur di London ini. Dia t ergesa-gesa
melepaskan sarung t angan kulit nya. “Kaifa haluk, ya akhi”
kat anya sambil menggenggam t anganku keras. Kami lalu
berpelukan erat melepas kangen 11 t ahun perpisahan.
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Selang beberapa menit kemudian, sebuah kepala yang


sangat aku kenal seakan tumbuh dari t anah, ket ika dia keluar
dari pint u exit st asiun keret a baw ah t anah, at au tube Charing
Cross. Gayanya masih dengan kacamata melorot . Hanya kali
ini lensanya lebih t ebal dan framenya lebih t ipis dan t rendi.
Dan dia k ini memelihara jenggot yang meranggas dan tumbuh
jarang-jarang. Tidak salah lagi, dia At ang. Dia memeluk kami
dan menepuk-nepuk punggungku yang dilapisi jaket tebal.
Senyum lebar t idak lepas-lepas dari w ajahnya yang
kedinginan. “Pertemuan bersejarah, di tempat yang
bersejarah, di jant ung Kot a London! Alhamdulillah,” kat anya.
Aku menunjuk ke langit sambil bergumam.
“Ternyat a ini dia Nelson’s column yang disebut -sebut di
buku reading kit a w aktu kelas t iga dulu. Lebih besar dan lebih
t inggi dari yang aku bayangkan.”
At ang dan Raja ikut menengadah. Menat ap Admiral Nelson
yang tegak kukuh dengan pedang di t angan kiri dan gundukan
t ambang kapal di belakangannya. Bayangannya jat uh di badan
kami Beberapa gumpal awan t ersisa di langit yang semakin
sore.
Sebuah menara dan sebuah senja! Suasana dan
pemandangan yang t erasa sangat lekat di hat iku. Belasan
t ahun lalu, di samp ing menara masj id PM, kami kerap
menengadah ke langit menjelang sore, berebut mencerit akan
impian -imp ian g ila kami yang set inggi langit : Arab Saudi,
Mesir, Eropa, Amerika dan Indonesia* Aku terget ar mengingat
segala kebetulan-kebetulan sepert i ini.
Malam it u kami menginap di apart emen Raja d i dekat
St adion Wembley, st adion kebanggaan t im sepakbola nasional
Inggris. Raja t inggal berdua dengan Fat ia, ist rinya yang
lulusan pondok khusus putri di Mant ingan.
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sudah sebelas t ahun kami t idak bert emu sambil ngopi.


Tidak ada seember kopi, makrunah, dan kacang sukro.
Penggant inya, Fat ia menyuguhi kami kopi panas dit emani
koft a, kebab dan kacang pist achio.
Malam kami habiskan bercerit a t iada hent i tent ang apa
yang kami jalani set elah t amat di PM. At ang, kawanku yang
dulu selalu raj in mencat at alamat orang, mempunyai informasi
lengkap tent ang kabar Sahibul Menara yang lain. Yang jelas,
kami t idak berenam lagi. Kami semua sudah menikah. At ang
mendapat kabar kalau kin i Said meneruskan bisnis bat ik
keluarga Jufri di Pasar Ampel, Surabaya. Sesuai cit a-cit a
mereka dulu, Said dan Dulmajid bekerja sama mendirikan
sebuah pondok dengan semangat PM di Surabaya.
At ang bahkan punya kabar tent ang Baso, si ot ak cemerlang
yang mengundurkan diri dari PM karena ingin meraw at
neneknya dan menghapal Al-Quran unt uk almarhum orang
t uanya. Allah memperjalankan Baso yang brilian in i kuliah di
Mekkah. Dengan modal hapal luar kepala segenap isi Al-
Quran, dia mendapat beasiswa penuh dari pemerint ah Arab
Saudi.
Sedangkan At ang sendiri t elah delapan t ahun menuntut
ilmu di Kairo dan sekarang menjadi mahasisw a program
dokt oral unt uk ilmu hadist di Universit as Al-Azhar. Sement ara
Raja berkisah kalau dia t elah sat u t ahun t inggal di London,
setelah menyelesaikan kuliah hukum Islam dengan gelar
“License” di Madinah. Dia akan berada di London selama dua
t ahun memenuhi undangan komunit as Muslim Indonesia d i
kot a ini untuk menjadi pembina agama. Raja, dengan dibant u
Fat ia, ant ara lain bert anggung jaw ab menjalankan kegiat an
masj id, madrasah akhir pekan dan pengajian rut in. Dia juga
mengambil kelas malam d i London Met ropolit an Universit y
unt uk bidang linguist ik. “Sebuah kebet ulan yang
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menyenangkan. Bisa mengabdi membant u umat di sin i,


sekaligus kuliah di t empat yang dulu aku impikan,” kat anya.
Alangkah indah. Senda gurau dan doa kami di baw ah
menara dulu menjadi kenyat aan. Aku t idak putus-put us
membat in, “Terima kasih Allah, Sang Pengabul Harapan dan
Sang Maha Pendengar Doa”.
Bercerit a dengan kaw an-kaw an lama membuat kami t idak
ingat w akt u. Tiba-t iba, lapt op kepunyaan Raja
mengumandangkan azan Subuh. Kami bert iga segera
mengambil wudhu. Aku ragu-ragu, t api At ang telah memulai
apa yang juga aku pikirkan. Dia mulai mengalunkan syair it u…
“Ilahi last u lil f irdausi ah la, w ala saqw a ala nari jahimi…” Syair
Abu Naw as yang mendayu-dayu ini menyiram hat iku.
Dengan penuh haru kami bert iga dan disusul Fat ia yang
telah bangun, bersama-sama melant unkan syair yang
menegakkan bulu roma it u, sepert i yang biasa kami lakukan d i
PM sebelum shalat berjamaah. Permohonan t obat at as dosa
kami yang sebanyak pasir di laut di hadapan sat u-sat unya
Sang Pengampun.
Syair ini juga t erasa menarik-narik j iw aku untuk melihat
kelebat an-kelebat an kenangan tent ang kampungku yang
permai di Maninj au, PM yang berjasa, orangt uaku tercint a, dan
Indonesia. Set elah selesai shalat , aku bergumam t ak tent u
kepada siapa.
“jadi ingin pulang ya.”
Raja dan At ang langsung mengangguk-angguk mengiyakan.
“Negaraku surgaku, bila t iba w akt unya, kit a w ajib pulang
mengamalkan ilmu, memajukan bangsa kit a,” balas At ang.
Aku yakin kami semua sepakat dengan At ang.

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Di luar apart emen, gelap dan angin dingin terus menggigit.


Salju t ipis kembali luruh dari langit . Hinggap di rumput dan
daun.
Dulu kami melukis langit dan membebaskan imajinasi it u
lepas membumbung t inggi. Aku melihat awan yang sepert i
benua Amerika, Raja bersikeras awan yang sama berbent uk
Eropa, sement ara At ang t idak yakin dengan kami berdua, dan
sangat percaya bahw a awan itu berbentuk benua Afrika. Baso
malah melihat semua ini dalam konteks Asia, sedangkan Said
dan Dulmajid sangat nasionalis, awan it u berbent uk pet a
negara kesat uan Indonesia. Dulu kami t idak t akut bermimpi,
w alau sejujurnya juga t idak t ahu bagaimana
merealisasikannya. Tapi lihatlah hari ini. Setelah kami
mengerahkan segala ikht iar dan menggenapkan dengan doa,
Tuhan mengirim benua impian ke pelukan masing-masing.
Kun fayakun, maka semula awan impian, kini hidup yang
nyat a. Kami berenam telah berada di lima negara yang
berbeda. Di lima menara impian kami. Jangan pernah
remehkan impian, w alau set inggi apa pun. Tuhan sungguh
Maha Mendengar.
Man jadda w ajada, siapa yang bersungguh-sungguh akan
berhasil…..
Alhamdulillah
Bint aro, 27 April 2009, 7.30 pagi.
0o —dw —o0

http://dewi-kz.info/

Anda mungkin juga menyukai