Anda di halaman 1dari 32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Uraian Tumbuhan Daun Sembung (Blumea balsamifera (L))

Gambar 2.1 Daun Sembung (Blumea balsamifera (L)) (Dokumen

Pribadi, 2020).

1.1.1 Klasifikasi Sembung (Blumea balamifera (L)) sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Embryophyta

Division : Spermatophyta

Subdivision : Angiospermae

Class : Dicotyledonae

Order : Asterales

Family : Astereceae

Genus : Blumea

Species : Blumea balsamifera L (BPOM RI, 2008).

5
6

1.1.2 Nama Tanaman Sembung (Blumea balsamifera (L))

Tanaman lokal daun sembung memiliki nama yang berbeda-beda yaitu

terdiri dari sembung (sunda), sembung gantung, sembung legi, sembung

kuwuk, sembung gula, sembung langu, sembung mingsa, sembung lelet

(jawa), sembung (bali), kamandhi (madura), sembung, capo, capa,

(sumantera), kesembung (sasak), chapa (sulawesi) (Hidayat dan Napitupupu,

2015).

1.1.3 Deskripsi Tanaman Sembung (Blumea balsamifera (L))

Tanaman sembung yang berupa perdu, tumbuh tegak, tinggi sampai 4

m, memiliki bunga berkelompok berupa malai, keluar dari ujung cabang, dan

berwarna kuning. Buah longkah sedikit agak melengkung, panjangnya 1 mm

(Herbie, 2015). Tanaman daun sembung memiliki daun tunggal, berwarna

hijau, memiliki ukuran panjang 10-30 cm dan lebarnya 2,5-12 cm dengan

panjang tangkai daun sekitar 1-2 cm. Daunnya berbentuk lonjong cenderung

rincing di ujungnya seperti tombak, tepi daun umumnya memiliki gerigi dan

tajam, memiliki bulu dipermukaan daun (Afin, 2013). Tamanan daun sebung

sangat mudah tumbuh di iklim tropis, seperti indinesia. Tumbuhan ini juga

dapat tumbuh di tempat terbuka dan di tempat yang terlindung dari tepi

sungai, lahan pertanian, perkarangan dan juga dapat tumbuh pada tanah yang

berpasir atau tanah yang agak basah yang memiliki ketinggian hingga 2.20

0mdpl (Herbie, 2015).


7

1.1.4 Kandungan Tanaman Sembung (Blumea balsamifera (L))

Berdasarkan menurut penelitian Amalia, sari dan nursanti (2017)

melaporkan bahwa daun sembung mengandung metabolite sekunder berupa

alkaloid, flavonoid, tanin, terpenoid dan steroid. Kandungan senyawa kimia

daun sembung memiliki mekanisme kerja dalam menghambat pertumbuhan

bakteri. Adapun fungsi dari masing-masing senyawa tersebut yaitu:

1. Alkaloid

Alkaloid adalah senyawa-senyawa organik yang terdapat di dalam

tumbuh-tumbuhan, bersifat basah serta struktur kimianya mempunyai

lingkar heterosiklis dengan nitrogen sebagai hetero atomnya. Unsur-unsur

penyusunan alkaloid seperti karbon, hidrogen, nitrogen dan oksigen. Alakoid

yang struktur kimianya tidak mengandung oksigen tetapi hanya ada beberapa

saja. Adapun alkaloid yang mengandung unsur lain selain dari keempat

unsur yang teah disebutkan. Adanya nitrogen dalam lingkar pada struktur

kimia alkaloid dapat menyebabkan alkaloid tersebut bersifat alkali. Oleh

karena itu, golongan-golongan senyawa ini disebut alkaloid (Sumardjo,

2008). Alkaloid memiliki kemampuan sebagia antibakteri. Mekanisme

kerjanya adalah dengan cara menggangu komponen penyusun peptidoglikan

pada sel bakteri sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh,

terganggunya sintesis peptidoglikan sehingga pembentukan sel tidak

sempurna karena tidak mengandung peptidoglikan dan dinding- dinding

selnya hanya saja meliputi membran sel. Rusaknya dinding-dinding sel ini
8

akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan sel bakteri dan pada akhirnya

bakteri tersebut akan mati (Retnowati, bialangi, dan posang, 2012).

H2N O

OH

HO

OH

2.1 Struktur Dasar Alkaloid

2. Flavonoid

Komponen-komponen flavonoid merupakan komponen non volatile

yang diutamakan pada Blumea balsamifera (L). Komponen komponen

flavonoid sembung yang terbanyak ada di daun (2,94%), diikuti batang

(1,36%) dan cabang (1,21%). Flavonoid adalah senyawa polar yang

umumnya dapat mudah larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol,

butanol dan aseton. Flavanoid merupakan golongan terbesar dari senyawa

fenol mempunyai sifat efektif menghambat pertumbuhan 9 virus, bakteri dan

jamur. Senyawa-senyawa flavanoid umumnya bersifat antioksidan dan

banyak digunakan sebagai bahan baku obat-obatan (Parwata, 2016).


9

OH

OH

HO O

OH

2.2 Struktur Dasar Flavonoid

3. Tanin

Tanin merupakan golongan senyawa-senyawa aktif tumbuhan yang

bersifat fenol memiliki rasa sepat dan memiliki kemampuan menyamak

kulit. Tanin terdapat dalam berbagai jenis tanaman terutama pada tanaman

obat, selain itu juga dapat tdigunakan sebagai astrigent dan obat sebagai

saluran pencernaan, tanin dapat bekerja sebagai obat untuk penyembuhan

luka pada kulit. Sacara kimia tanin dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu

tanin terkondensasi atau tanin katekin dan tanin terhidrolisis. Tanin dapat

terkondensasi di dalam paku-pakuan, gimnospermae, dan terkhusus pada

tumbuhan berkayu. Tanin terhidrolisis penyebarannya terbatas pada

tumbuhan berkeping dua. Tanin merupakan serpihan mengkilat berwarna

kekuningan sampai coklat muda, atau serbuk amorf. Tidak berbau,

kelarutannya sangat mudah larut didalam air dan etanol, dan kurang larut di
10

dalam etanol mutlak, serta larut di dalam aseton, praktis tidak larut dalam

benzene dalam kloroform berserta dalam eter (Ruhimat, 2015).

OH

HO

HO OH

O O OH

OH

HO OO O OH

HO OH OH O OH

HO

1.3 Struktur Dasar Tanin

4. Steroid

Steroid merupakan kelompok senyawa-senyawa yang memiliki

kerangka dasar siklopentanoperhidrofenantrena, yang mempunyai empat

cincin terpadu (yang ditandai dengan cincin A, B, C dan D) (Tukiran,

suyatno, dan hidayati, 2014). Menurut Madduluri dan Ahmed dalam

Sudarmi, Darmayasa dan Muksin (2017) mekanisme kerja dari steroid

sebagai antibakteri yaitu dengan merusan membran lipid, sehingga liposom


11

mengalami kebocoran. Steroid juga diketahui dapat berinteraksi dengan

membran fosfolipid. Karena sifatnya yang permeabel terhadap senyawa-

senyawa lipofilik sehingga dapat menyebabkan integritas membran menurun

dan morfologi membran selnya terganggu sehingga mengakibatkan selnya

mengalami lisis dan rapuh.

CH3

H3C CH3

CH3

CH3 H3C

Gambar 2.4 Struktur Dasar Steroid

5. Terpenoid

Terpenoid merupakan senyawa-senyawa hidrokarbon alifatik atau

hidrokarbon siklik yang memiliki rumus perbandingan (C5H8). Terpena juga

dapat dianggap sebagai hasil kondensasi 2-metil1,3-butadiena atau isoprena.

Terpenoid adalah turunan-turunan senyawa terpena atau senyawa-senyawa

yang strukturnya mirip dengan terpena. Molekul terpenoid juga dapat

mengandung gugus karboksil, hidrosil, formil, beserta gugus lainnya

(Sumardjo, 2008). Mekanisme kerja dari senyawa terpenoid yaitu sebagai 11

antibakteri yang diduga melibatkan kerusakan membran oleh senyawa


12

lipofilik. Terpenoid dapat bereaksi dengan porin (protein tansmembran) pada

membran luar dinding sel bakteri, membentuk ikatan polimer yang kuat dan

merusak porin, serta mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri.

Akibatnya sel bakteri akan menyebabkan kekurangan nutrisi dan

pertumbuhannya akan terhambat atau mati (Monalisa, Handayani, dan

Sukmawati, 2011).

CH3

H3C CH3

CH3

CH3 H3C

2.5 Struktur Dasar Terpenoid

1.1.5 Khasiat Tanaman Sembung

Daun sembung memiliki khasiat sebagai antibakteri, antiradang,

melancakan peredaran darah, memperlancar pengeluaran gas dari saluran

pencernaan, memperlancar pengeluaran keringat, menghangatkan badan,

menurunkan panas, menghilangkan bekuan darah dan pembengkakan, sebgai

obat batuk, mengatasi reumatik sendi, persendian sakit telah melahirkan,

nyeri haid,datang haid tidak teratur, demam, influenza, batuk, sesak napas

(asma), perut kembung, bronkhitis, perut mulas, diare, sariawan, nyeri dada
13

akibat penyempitan pembuluh darah koroner, dan diabetes melitus (Ruhimat,

2015).

1.1.6 Ekstraksi

1. Definisi ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu proses penyarian zat aktif dari bagian tanaman

obat yang bertujuan untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam

bagian tanaman obat tersebut. Proses ekstraksi merupakan proses

pemindahan massa komponen zat padat yang dapat pada simplisia dalam

pelarut organik yang digunakan. Pelarut organik dapat menembus dinding

sel dan selanjutnya akan masuk ke dalam rongga sel tumbuhan yang

mengandung zat aktif. Zat aktif akan terlarut dalam pelarut organik pada

bagian luar sel dan selanjutnya berdifusi masuk kedalam pelarut. Proses ini

terus menerus akan terulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi zat

aktif antara dalam sel dengan konsentrasi zat aktif luar sel (Marjoni, 2016).

Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai metode dan cara yang sesuai

dengan sifat da tujuan ekstraksi itu sendiri. Sampel yang akan diesktraksi

dapat berbentuk sampel sega ataupun sampel yang telah dikeringkan.

Sampel yang paling umum digunakan adalah sampel segar karena pada

sampel segar penetrasi pelarut akan berlangsung secara lebih cepat. Selain

itu juga, penggunaan sampel segar dapat mengurangi kemungkinan

terbentuknya polimer resin atau artefak lain yang dapat terbentuk selama

proses pengeringan. Penggunaan sampel kering juga memiliki kelebihan


14

yaitu dapat mengurangi kadar air yang terdapat di dalam sampel, sehingga

dapat mencegah kemungkinan akan rusaknya senyawa akibat aktivitas

antimikroba (Marjoni 2016).

2. Macam-macam Metode Ekstraksi

Jenis ekstraksi yang sering kali dilakukan yaitu :

a. Ekstraksi Cara Dingin

Metoda ini artinya tidak ada proses pemanasan selama proses ekstraksi

berlangsung, tujuannya untuk menghindari rusaknya senyawa yang

dimaksud rusak karena pemanasanan. Jenis ekstraksi dingin adalah maserasi

dan perkolasi.

1. Metode Maserasi

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dapat

dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia ke dalam cairan penyari.

Cairan penyari tersebut akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam

rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif tersebut akan larut karena

adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan yang

di luar sel makan larutan yang terpekat di desak keluar. Peristiwa tersebut

akan berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di

luar sel dan di dalam sel.

2. Metode Perkolasi

Perkolasi merupakan proses penyarian simplisia dengan jalan

lewatnya pelarut yang sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu
15

percolator. Perkolasi bertujuan agar zat berkhasiat dapat tertarik seluruhnya

dan biasanya dilakukan untuk zat berkhasiat yang tahan pemanasan ataupun

yang tidak tahan pemanasan. Cairan penyari dialirkan dari atas kebawah

melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang

dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak kebawah akan disebabkan

oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan di atasnya, dikurangi dengan

daya kapiler yang cenderung untuk menahan. Kekuatan yang berperan pada

perkolasi antara lain : gaya berat, daya larut, kekentalan, tegangan

permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi).

b. Ekstraksi Cara Panas

Metoda ini pastinya melibatkan panas dalam prosesnya. Dengan

adanya ektraksi dengan cara panas secara otomatis sehingga akan

mempercepat proses penyarian dibandingkan dengan cara dingin. Metoda

tersebut adalah refluks, ekstraksi dengan alat soxhlet dan infusa.

1. Metode Refluks

Metode refluks merupakan metode yang termasuk berkesinambungan

dimana cairan penyari secara kontinyu menyari komponen kimiaa dalam

simplisia cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, kemudian uap panas

tersebut dikondensasikan oleh pendingin balik sehingga dapat mengalami

kondensasi menjadi molekul-molekul cairan dan kembali jatuh ke labu alas

bulat sambil menyari simplisia. Proses ini dilakukan berlangsung secara


16

berkesinambungan dan biasanya dilakukan sebanyak 3 kali dalam waktu 4

jam.

2. Metode Soklet

Sokletasi adalah suatu metode atau proses pemisahan suatu komponen

yang terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang-ulang

dengan menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang

diinginkan akan terisolasi. Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu.

Dengan cara pemanasan, sehingga uap yang timbul setelah dingin secara

kontinyu akan membasahi sampel, secara teratur pelarut tersebut

dimasukkan kembali ke dalam labu dengan membawa senyawa kimia yang

akan diisolasi tersebut. (Anonim, 2015).

1.2 Kelelahan

Kelelahan dapat berarti perasaan lelah, kurang energi atau tidak ada

motovasi melakukan kegiatan. Hampir semua orang pernah merasakan lelah

setelah melakukan hari-hari yang sibuk. Namun, ini bukanlah kondisi yang

wajar, dengan istirahat atau sedikit berolahraga kelelahan akan hilang denga

sendirinya (Puspito Ira, 2015). Sindrom kelelahan adalah suatu penyakit

yang ditandai dengan adanya kelelahan yang amat sangat, kelainan tidur,

nyeri dan gejala lain yang memburuk ketika melakukan aktivitas yang dapat

memeras tenaga (Anonim, 2016).


17

Kelelahan merupakan kondisi dimana seseorang kehilangan efesiensi

dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. Kelelahan dapat

diketahui melalui gejala-gejala tertentu antara lain yaitu kepala, mata, badan

dan kaki terasa berat, sering menguap, pikiran kacau, sakit kepala,pusing,

kaku dan canggung dalam gerakan, tidak seimbang dalam tegak/berdiri,

tidak bisa konsetrasi , tidak percaya diri/gugup, kaku pada bagian pinggang,

bahu tremor pada anggota badan, tidak dapat mengotrol sikap dan cenderung

lupa (Suma’mur, 2009).

Kelelahan dapat dipengaruhi oleh tiga faktor antara lain faktor yaitu

lingkungan kerja, faktor pekerjaan dan faktor karakteridtik pekejaan

(Verawati, 2016). Menurut Juliana M, et al. (2018), Kelelahan dapat

disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang

dapat menyebabkan kelelahan diantaranya usia, status anemia, masa kerja,

kulaitas tiudr dan beban kerja, sedangkan faktor eksternalnya yaitu shift

kerja serta iklim kerja panas.

Menurut kusumawati & Widyastuti (2016), kelelahan otot pada

aktivitas anaerobik dapat terjadi karena aktivitas yang membutuhkan energi

cepat dalam waktu yang singkat. Hal ini akan sering mengakibatkan

terjadinya proses metabolisme secara anaerob dan akan menghasilkan

produk sampingan berupa asam laktat yang apabila terakumulasi dapat

menghambat kontraksi otot dan menyebabkan rasa nyeri.


18

1.2.1 Jenis Kelelahan

jenis kelelahan dapat dibedakan menjadi 2 kelompok , yaitu:

(Tarwaka, 2014).

a. Kelelahan menurut proses

1. Kelelahan otot, merupakan kelelahan yang ditandai dengan kondisi

tremor atau perasaan nyeri pada otot. Kelelahan ini sering terjadi

karena adanya penurunan kapasitas otot dalam bekerja akibat dari

kontraksi yang berulang-ulang kali, baik karena gerakan yang statis

maupun dinamis. Sehingga seseorang tampak kehilangan

kekuatannya untuk melakukan pekerjaan.

2. Kelelahan umum, merupakan kelelahan yang ditandai dengan

berkurangnya kemauan untuk bekerja karena pekerjaan yang

monoton, intensitas, lama kerja, kondisi lingkungan, sesuatu yang

mempengaruhi mental, status gizi, dan status kesehatan.

b. Kelelahan menurut waktu

1. Kelelahan akut, merupakan kelelahan yang ditandai dengan

kehabisan tenaga fisik dalam melakukan aktivitas, serta akibat

beban mental yang diterima saat bekerja.kelelahan ini muncul

secara tiba-tiba karena orgsn tubuh bekerja secara berlebihan.

2. Kelelahan kronis, juga disebut dengan kelelahan klinis yaitu

kelelahan yang diterima secara terus-menerus karena faktor atau

kegiatan yang dilakukan berlangsung lama dan sering. Kelelahan


19

ini sering sekali terjadi sepanjang hari dalam jangka waktu yang

sangat lama, serta kadang sering muncul ketika sebelum

melakukan pekerjaan sehingga dapat menimbulkan keluhan seperti

sakit kepala, susah tidur hingga masalah pencernaan.

1.2.2 Faktor Penyebab Kelelahan Kerja

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kelelahan yaitu

(Suma’mur, 2009) :

a. Faktor dari dalam individu

1. Usia Kebutuhan zat tenaga terus meningkat sampai akhirnya

menurun pada usia 40 tahun. Kurangnya usia kebutuhan zat tenaga

tersebut disebabkan telah menurunnya kekuatan fisik sehingga

kegiatan yang biasanya bisa dilakukan juga berkurang dan lebih

lambat. Usia atau umur merupakan waktu atau masa hidup

seseorang selama masih hidup didunia yang di hitung mulai dari

manusia dilahirkan. Menurut Para ahli psikologi umur dapat

dijadikan beberapa kelompok yang didasarkan pada pertumbuhan

fisik dan pertumbuhan mental antara lain:

a) Masa dewasa dini : 18 tahun– 40 tahun 13

b) Masa dewasa madya : 41 tahun– 60 tahun

Pada usia biasanya sering berkaitan dengan kinerja karena pada

usia tersebut dapat meningkatkan proses degenerasi dari organ

sehingga kemampuan organ akan menurun. Dengan adanya


20

penurunan kemampuan organ, maka dapat menyebabkan tenaga

kerja semakin mudah mengalami kelelahan.

2. Jenis Kelamin untuk wanita pada tenaga kerja akan mngalami

terjadinya siklus biologis setiap bulan dalam mekanisme tubuhnya

sehingga akan mempengaruhi kondisi fisik maupun psikisnya dan

hal ini akan menyebabkan tingkat kelelahan pada wanita akan

meningkat lebih besar dari pada tingkat kelelahan pria.

3. Status Gizi adalah salah satu faktor dari faktor kapasitas kerja,

dimana keadaan gizi buruk dengan beban kerja yang beratakan

menganggu kerja dan menurunkan efisiensi serta mengakibatkan

kelelahan.

1.3 Tonikum

Tonikum merupakan obat yang bisa digunakan untuk meningkat atau

menambahkan stamina tubuh secara cepat sehingga tubuh bisa kembali sehat

atau bugar. Efek tonikum merupakan efek yang ditimbulkan akibat dari

meningkat dan menguatkan sistem organ serta merangsang perbaikan sel

tonus otot (Mafitri & Parmadi, 2017). tonikum adalah suatu bahan atau

campuran bahan yang bisa dapat memperkuat tubuh, atau tambahan te`1naga

atau energi pada tubuh. Kata tonik berasal dari bahasa yunani yang memiliki

arti sebagai meregang. Tonikum dapat meregang atau memperkuat otot-otot,


21

yaitu dengan meningkatkan kelenturan alami dan sistem pertahanan tubuh

(Hermayanti, 2013).

Efek tonikum selain itu, juga dapat diperoleh dari minuman yang

berbahan kimia seperti yang sering beredar di pasaran dan dapat juga

diperoleh dari tanaman obat tradisional seperti ramuan-ramuan. Indonesia

dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki sumber daya tanaman obat

yang melimpah, bahkan dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki

tanaman obat terbesar di dunia.penggunaan tanaman obat telah berlangsung

lama perkembangannya sebagai bahan baku tradisional. (Sonhaji A dan

Ruhiat A, 2015).

1.3.1 Uji Efek Tonikum

Uji efek tonikum dapat dilakukan dengan menggunakan uji renang,

kemudian dilihat dari waktu sampai berapa lama daya ketahanan berenang

mencit (Fitria, 2017). Sebelum dilakukan pengujian mencit diadaptasi di

lingkukan laboratorium selama 2 minggu. Selanjutnya mencit dapat dilatih

berenang didalam aquarium dengan suhu air dipertahankan pada 300 C.

Latihan berenang dapat dilakukan sebanyak tiga kali dalam seminggu selama

satu minggu. Pengujian ketahanan berenang mencit sebelum perlakuan

(menit) dihitung semenjak mencit dimasukkan dalam aquarium hingga

mencit menunjukkan kelelahan. Dengan tenggelamnya kepala mencit pada

waktu selama 4-5 detik merupakan penanda kelelahan (Fitria, 2017).


22

1.4 Stamina

Stamina merupakan daya tahan lama tubuh pada organisme untuk

melawan rasa lelah dalam batas waktu tertentu. definis lain dari stamina

adalah kekuatan energi fisik seseorang yang memungkinkan dapat bertahan

dalam kerja serta dalam kesehatan tubuh, daya tahan, ketabahan dan

ketahanan mental, serta keuletan (Ariadi, 2012; Dept. Pendidikan Nasional,

2005). Aktivitas stamina dilakukan dengan intensitas yang tinggi (kecepatan

tinggi, frekuensi tinggi, dan menggunakan kekuatan). Paru-paru, pusat saraf,

jantung, dan otot dapat bekerja berat dalam hal meningkaatkan stamina

(Ariadi, 2012).

1.4.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stamina

Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi stamina antara lain

keturunan atau genetik, usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, asupan zat gizi,

dan status gizi.

1. Genetik

Keturunan dan genetik adalah sifat-sifat yang spesifik ada dalam tubuh

seseorang sejak lahir. Sifat ini terutama dapat berpengaruh pada komposisi

serabut otot dan komposisi tubuh. Faktor genetik berpengaruh terhadap tipe

serat otot, denyut jantung yang dapat mempengaruhi stamina dapat dan

diubah dengan latihan kebugaran. Menurut penelitian telah menyatakan

bahwa 70% VO2max ditentukan oleh faktor genetik (Hapsari, 2011 dan

Ariadi, 2012).
23

2. Usia

Semakin bertambahnya usia semakin rendah kekuatan stamina. Hal ini

dapat ditandai adanya penurunan otot kaki dan punggung sekitar 25% pada

usia 20 – 30 tahun dan 25 – 55% penurunan otot lengan pada usia 30 – 80

tahun. Penurunan ini dapat disebabkan karena penurunan massa otot pada

usia lanjut. Pada usia lanjut massa lemak bebas menurun hingga 15% pada

usia 50 tahun. Perubahan komposisi ini berhubungan dengan rendahnya

aktivitas fisik, asupan makanan, dan perubahan hormonal khususnya pada

wanita. Pada anak-anak stamina akan bertambah 5-10% seiring dengan

peningkatan tinggi badan dan kekuatan otot sebelum masa pubertas pada

usia 6-12 tahun. Puncak nilai VO2max dicapai kurang lebih pada 18-20

tahun. Secara umum, kemampuan aerobik perlahan turun setelah usia 25

tahun. Penurunan rata-rata VO2max per tahun adalah 0,46

ml/menit/kg dan untuk pria (1,2%) serta 0,54 ml/menit/kg untuk

wanita (1,7%) (Hapsari, 2011; Ariadi, 2012).

3. Jenis Kelamin

Sebelum pada masa pubertas tidak ada perbedaan kekuatan stamina

antara laki-laki dan perempuan. Setelah usia masa pubertas kekuatan stamina

pada wanita lebih rendah 15 – 25% dari pria. Dari beberapa perbedaan ini

disebabkan oleh karena adanya hubungan yang luas pada permukaan tubuh,

komposisi tubuh, jumlah hemoglobin, kapasitas paru-paru dan lain-lain.

Kekuatan stamina setelah masa pubertas lebih tinggi dri pada pria karena
24

terjadinya peningkatan sekresi hormon testosteron yang berhubungan dengan

bertambahnya massa otot. Mulai dari usia 10 tahun, VO2max laki-laki

menjadi lebih tinggi 12% dari perempuan. untuk usia 12 tahun, perbedaan ini

dapat meningkat menjadi 20%, dan untuk usia 16 tahun VO2max laki-laki

meningkat menjadi 37% lebih tinggi dibandingkan perempuan (Hapsari,

2011 dan Ariadi, 2012).

4. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang diproduksi oleh

kontraksi otot. Latihan yang intensif terhadap aktivitas fisik dapat

meningkatkan stamina tubuh dan VO2max, latihan fisik yang sangat efektif

terdiri dari durasi, frekuensi, intensitas tertentu. Dari beberapa hasil kegiatan

dan latar belakang seseorang dapat mempengaruhi latihan fisik karena

adanya perbedaan tingkat kekuatan stamina tubuh. Latihan fisik akan

menyebabkan otot menjadi kuat. Perbaikan fungsi otot, terutama pada otot

pernapasan sehingga dapat menyebabkan pernapasan lebih efisien pada saat

istirahat (Ariadi, 2012).

5. Asupan Zat Gizi

Ketersediaan zat gizi seperti karbohidrat, protein dan lemak berpengaruh

terhadap kebugaran tubuh karena tiga zat gizi tersebut menyediakan energi

yang dibutuhkan dalam beraktivitas agar tidak terjadi kelelahan. Diet tinggi

karbohidrat kompleks dapat meningkatkan kapasitas ketahanan dalam

mencegah kelelahan akibat latihan yang intensif. Untuk meningkatkan


25

kontribusi asam lemak rantai sedang sebaiknya kita melakukan latihan

intensif untuk dapat meningkatkan energi yang dihasilkan. Walaupun pada

protein fungsi utamanya bukan sebagai sumber energi akan tetapi berperan

dalam membangun struktur dasar jaringan otot (Hapsari, 2011).

6. Status Gizi

Status gizi adalah gambaran suatu keadaan seseorang kesehatan

tentang perkembangan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan untuk

berbagai proses biologis termasuk untuk tubuh. Status gizi yang dinyatakan

sebagai Indeks Massa Tubuh (IMT) memiliki hubungan antara yang negatif

dengan kebugaran, yang berarti semakin tinggi IMT seseorang maka

semakin rendah skor tes kebugaran tubuhnya. Namun tetapi apabila latihan

dapat dilakukan dengan sangat intensif faktor status gizi dapat diabaikan

(Hapsari, 2011). IMT dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

IMT = Bobot (kg)

[Tinggi (m)]2

Berdasarkan National Institutes of Health, individu dengan IMT:

- Kurang dari 18,5 dianggap kekurangan bobot badan

- 18,5 hingga 24,9 dianggap memiliki bobot normal

- 25 hingga 29,9 dianggap kelebihan bobot badan

- 30 ke atas digolongkan sebagai gemuk


26

- 40 ke atas ddapat igolongkan sebagai sangat gemuk (Ansel dan prince,

2004).

1.4.2 Bahan-bahan Yang Dapat Meningkatkan Stamina

Ada beberapa komponen yang diperoleh dari tumbuhan dan hewan,

yang dapat meningkatkan stamina, antara lain alkaloid, flavonoid,

ginsenosida, kafein, kreatin, karnitin, beta hidroksi-beta metil butirat (HMB),

serta trigliserida rantai menengah (Sumarny dan Shandiutami, 2013;

Nurhayati, 2013; Hermayanti, 2013).

1. Kafein

Sumber utama penghasilan kafein adalah coklat kopi, teh, dan

minuman ringan kafein yang dikembangkan sebagai minuman berenergi.

Kafein digunakan untuk meningkatkan aktivitas atau kinerja dengan

menstimulasi sistem saraf pusat (Central Nervous System=CNS) dan

memfasilitasi percepatan produksi pada otot. Sebagai penstemulasi CNS,

kafein khususnya dapat berpengaruh terhadap persepsi usaha, rasa kantuk,

dan meningkatkan kewaspadaan. Penelitian dilaboratorium menemukan

bahwa kafein dengan konsentrasi 3-13 mg/kg massa tubuh digunakan satu

jam sebelum atau selama latihan dapat meningkatkan stamina atau daya

tahan sehingga dapat meningkatkan kinerja waktu latihan (Larson and

Meyer, 2007).

Kafein merupkan turunan dari metilxantin yang terdapat di dalam teh,

kopi, dan coklat (Ernst, 2010). Alkaloid xantin kemungkinan besar


27

merupakan kelompok alkaloid yang sangat dikenal, sebagai unsur pokok

minuman harian yang populer seperti teh dan kopi. Kafein merupakan

stimulan ringan, dan ditambah lagi banyak sediaan analgesik untuk

meningkatkan aktivitas, meskipun tidak ada dasar ilmiah untuk praktik ini.

Dosis tinggi dari kafein dapat menyebabkan insomnia dan perasaan cemas,

serta dapat menginduksi sindrom henti obat pada kasus yang parah (Michael

et all,.2010).

Kafein merupakan senyawa kimia alkaloid yang terkandung secara

alami lebih dari 60 jenis tanaman terutama pada tanaman teh (1-4,8%), kopi

(1-1,5%), serta biji kola (2,7-3,6%). Kafein ini diproduksi secara komersial

dengan cara ekstraksi dari tanaman-tanaman tertentu serta diproduksi secara

sintetis. Kebanyakan produksi kafein bertujuan untuk memenuhi kebutuhan

industri minuman. Kafein juga digunakan sebagai penguat rasa atau bumbu

pada berbagai industri makanan (Misra et al, 2008). Kafein telah ditemukan

oleh seorang ahli kimiawi Jerman, Friedruch Ferdinand Runge, pada tahun

1820. Dia menciptakan istilah “kaffein”, adalah suatu senyawa kimia dalam

kopi, yang dalam bahasa inggrisnya menjadi “caffeine” (Hays, 2011).

1.5 Natatory Exhaustion

Natatory exhaustion merupakan metode farmakologi yang dilakukan

untuk mengetahui efek obat yang bekerja pada koordinasi gerak terutama

pada penurunan kontrol saraf pusat, selain itu juga dapat menguji
28

peningkatan kontrol saraf pusat. Metode ini dapat digunakan untuk menguji

efek tonik dari sediaan tonikum yang bersifat menguatkan tubuh dan dapat

meningkatkan aktivitas kerja dalam menjalankan aktivitas (Ernesta br

Sembiring, 2018). Dalam penelitian ini metode digunakan adalah metode

natatory exhaustion dilakukan untuk mengetahui sifat kontrol saraf pusat

melalui pengamatan pada gerak yang dilakukan pada hewan uji sebelum dan

setelah diberi perlakuan uji, kemudian ditarik kesimpulannya. Metode ini

dilakukan dengan cara menggunakan media air sebagai tempat rintangan

ujian terhadap hewan uji mencit. Kemudia mencit diberenangkan dalam

aquarium dengan suhu air dipertahankan 30oC. Waktu bertahan berenang

(detik) dapat dihitung semenjak mencit dimasukkan ke dalam aquarium

sampai mencit menunjukkan kelelahan. Kelelahan dapag ditandai dengan

tenggelamnya kepala mencit selama 4-5 detik. (Ernesta br Sembiring, 2018).

Adapun efek secara fisik yang dapat diketahui berdasarkan metode ini

adalah:

1. Perpanjangan waktu kerja (ditunjukkan dengan kerja fisik yang

bertambah lama atau terjadi penambahan daya tahan pada hewan uji

setelah perlakuan).

2. Peningkatan kapasitas kerja (ditunjukkan dengan kondisi fisik yang

meningkat pada hewan uji setelah perlakuan).

3. Adanya perlakuan dengan sediaan tonikum diharapkan dapat menunda

terjadinya kelelahan.
29

1.6 Hewan Percobaan

Hewan coba atau hewan laboratorium merupakan hewan khusus yang

diternakkan untuk keperluan penelitian farmakologi. Hewan laboratorium

tersebut sering digunakan sebagai model untuk penelitian pengaruh bahan

kimia atau obat pada manusia.

1.6.1 Sistematika Mencit

Sistematika hewan uji menurut (Kusumawati 2004, diacu dalam Wea

2016) yaitu:

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordate

Class : Mamalia

Ordo : Rodentia

Family : Muridae

Genus : Mus

Species : Mus musculus


30

1.6.2 Karakteristik Mencit

Mencit yang paling sering digunakan sebagai penelitian biomedis

adalah Mus musculus. Berbeda dengan hewan-hewan lainnya, mencit tidak

memiliki kelenjar keringat. Pada umur empat minggu berat badan mencit

mencapai 18-20 gram. Jantung mrncit terdiri dari empat ruang dengan

dinding atrium yang tipis dan dinding ventrikel yang lebih tebal. Hewan ini

memiliki karakter yang ebih aktif pada malam hari dari pada siang hari.

Diantara spesies-spesies hewan lainnya, mencit ini yang paling banyak

digunakan sebagai tujuan penelitian medis (60-80%) karena mudah

berkembang biak dan murah(Kusumawati 2004, diacu dalam Wea 2016).

1.6.3 Kondisi Ruang dan Pemeliharaan Hewan Uji

Gunakan ruangan yang sebaik-baiknya yang memiliki suhu kamar

sekitar 22°C, dengan kelembaban yang relatif 30-70%, dan penerangan

cahaya 12 jam terang dan 12 jam gelap, 21 ruangan harus bersih, dan

kandang mencit memiliki luas 77,4 cm2 , serta tinggi 12,7 cm 2 (BPOM

2014).

1.6.4 Cara Pemberian Obat

Pertama-tama isi spuit dengan menggunakan sediaan uji dengan

volume yang telah ditentukan, kemudian mencit dipegang dan dimasukkan

ujung kanul sampai ke rongga tekak kemudian berikan sediaan uji tersebut

secara perlahan agar tidak tumpah-tumpah. Kemudian tunggu sampai


31

beberapa detik agar sediaan uji masuk semua ke dalam saluran pencernaan,

kemudian mencit boleh dibalik (Hapsari Dyah Ayu Pramesti, 2017.

1.7 Penelitian Terkait

Banyak peneliti-peneliti tetrik untuk melakukan penelitian tentang

daun sembung dan antiinflamasi berikut, penelitan terdahulu tentang daun

sembung dan antiinflamasi.

Tabel 1. Penelitian dahulu tentang sembung (Blumea balsamifera (L))

No Penelitian terdahulu Peneliti Penjelasan


1 Ekstrak daun sembung I Gede Hasil penelitian
(Blumea balsamifera (L)) Widhiantara menunjukkan bahwa rata-
memperbaiki histologi dkk, 2018 rata diameter tubulus
testis tikus wistar yang seminiferus tikus
diinduksi pakan tinggu meningkat signifikan
lemak setelah pemberian ekstrak
daun sembung.
Peningkatan secara
signifikan juga diikuti oleh
spermatogonium A,
spermatosit Pakiten dan
spermatid 16 (p<0,05).
2 Uji antijamur ekstrak etil Jumariswan Hasil penelitian
asetat daun sembung dkk, 2017 menunjukkan terjadi
(Blumea balsamifera (L) peningkatan indeks
DC) terhadap tumbuhan kesanggupan badan yang
jamur candida albicans signifikan dibandingkan
resisten flukonazol dengan sebelum
mengkonsumsi sediaan
kapsul. Dimana dapat
meningkatkan waktu naik
turun bangku dan
menurunkan tekanan darah
dan denuyut nadi.
32

Pengujian statistik
T menunjukkan adanya
perbedaan yang bermakna
a terhadap hasil peningkatan
untuk ketiga perlakuan (p
b < 0,05).
3 Variasi konsentrasi
e infusum dibuat dengan
rentang 10%-100% dengan
l kepadatan bakteri 3x108
/ml. Metode yang dipakai
pada penelitian ini adalah
metode Kirby-Bauer.
2 Dari pengamatan diketahui
infusum daun sembung
. (Blumea balsamifera)
dapat menghambat
pertumbuhan bakteri
Escherichia coli pada
P konsentrasi 90% yaitu 4,2
mm.
e

nelitian dahulu tentang tonikum

No Penelitian terdahulu Penelitian Penjelasan


1 Uji efek tonikum Linda Hasil penelitian ini
kombinasi sediaan teh Narumi, menunjukkan bahwa
celup jahe merah 2017 semua kelompok yang
(Zingiber Officinale diberikan perlakuan
Var.Rubrum) dan serai sediaan teh celup tunggal
wangi (Cymbopogon dan kombinasi jahe merah
nardus, L. Rendle ) dan serai wangi memiliki
terhadap mencit (Mus efek tonikum terhadap
Musculus L.) ras swiss mencit jantan. Sediaan teh
celup yang memiliki efek
tonikum paling besar
adalah sedian teh celup
tunggal jahe merah
dengan dosis
6,24mg/20gBB mencit
dengan waktu lelah
33

sebesar 19,78 menit dan


sediaan teh celup yang
memberikan rasa yang
diterima responden
dengan hasil lebih dari
50% adalah teh celup
kombinasi jahe merah dan
serai wangi perbandingan
100%:0%,75%:25%,25%:
75% dan 0%:100%
2 Uji klinis aktivitas Ni putu Berdasarkan hasil statistik
tonikum dari ekstrak katarina dengan uji ANOVA-one
rimpang kencur dayanthi, way menunjukan terdapat
(kaempferia galanga l) 2016 perbedaan perbedaan yang
dengan metoda harvard signifikan. Pada uji
step test lanjutan yaitu uji Duncan
pada konsentrasi 2%, 4%
dan 6% tidak terdapat
perbedaan yang nyata dan
terdapat perbedaan yang
nyata dengan pembanding
Natrium diklofenak dan
Natrium CMC.
3 Uji aktivitas tonikum Nehru Hasil analisis yang
ekstrak etanol daun marino diperoleh menunjukkan
kedondong laut awal, 2014 bahwa Ekstrak etanol
(nothopanax fruticosum daun kedondong laut
(l.) miq) dan ekstrak (Nothopanax fruticosum
etanol sediaan serbuk (L.) miq) pada dosis 4
ginseng terhadap daya mg/20 gr BB mencit,
tahan berenang mencit dosis 8 mg/20 gr BB
jantan (mus musculus) mencit dan dosis 12
mg/20 gr BB mencit pada
metode ketehanan
berenang menunjukkan
efek tonikum pada mencit.
Dan ekstrak etanol daun
kedondong laut
(Nothopanax fruticosum
(L.) miq) pada dosis 12
mg/20 gr BB mencit
dibandingkan pada ekstrak
34

etanol sediaan serbuk


ginseng pada dosis 1,04
mg/20 gr BB mencit dan
1,56 mg/20 gr BB mencit,
menunjukkan efek
tonikum yang paling baik
pada mencit dengan
menggunakan metode
ketahanan berenang.
4 Uji efek tonik ekstrak Rini Pratiw, Kelompok kontrol positif,
etanol herba pegagan dkk, 2015 kontrol negatif, kelompok
(centella asiatica (l). urb) dosis I, II dan III ekstrak
pada mencit jantan balb/c etanol herba pegagan
diberikan masing-masing
kafein 100 mg/kgBB,
CMC 0,5%, 50 mg/kg BB,
100 mg/kg BB, dan 150
mg/kg BB secara peroral.
Pengujian efek tonik
dengan metode natatory
exhaustion ditunjukkan
dengan bertambahnya
waktu kemampuan mencit
untuk mempertahankan
diri ketika direnangkan.
Pertambahan waktu
tersebut menunjukkan
peningkatan daya tahan
mencit. Dosis terbaik yang
dapat digunakan sebagai
tonik adalah 100 mg/kg
BB.
5 Uji manfaat daun gagaten Ostova Hasil Screning fitokimia
harimau (vitisgracilisbl) marojahan menunjukkan bahwa daun
sebagai tonikum pada sinaga, 2019 gegatan harimau
mencit mengandung Alkaloid,
Flavonoid, Saponin, Tanin
dan Glikosida.
Peningkatan waktu
berenang yang didasarkan
pada peningkatan
konsentrasi seduhan juga
35

menunjukkan adanya
perubahan dan perbedaan
nyata lama berenang
mencit antara setiap
kelompok, hal ini
dibuktikan dengan analisa
uji anova satu arah dimana
nilai p 0,000<0,05.
36

1.8 Kerangka Teori

Bagian Tanaman :
Daun Sembung

Skrining Fitokimia
Senyawa Metabolite
Sekunder
Alkaloid Uji efek tonikum
Flavonoid ekstrak etanol daun
----Tanin sembung (Blumea
----Steroid balsamifera (L))
----Terpenoid terhadap mencit
jantan dengan
metode Natatory
Metode Ekstraksi :
Maserasi Exhaustion
----Perkolasi
----Refluks
----Soxhletasi
----Infusa
----Dekokta

Tonikum :
Kelelahan
Jenis kelelahan
Faktor penyebab
kelelahan kerja
Uji efek tonikum
Stamina
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
stamina

Metode Natatory
Exhaustion

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Anda mungkin juga menyukai