Anda di halaman 1dari 2

Hujan, Jangan Datang ke

Rumahku!
TENGGELAM. Kulihat ranjang, kursi dan lemari menyesal tidak bisa
berenang. Kami sedikit lebih beruntung walau seperti monyet
bergelantungan di dahan loteng.

Entah bagaimana caranya menolak hujan. Katanya, hujan adalah


rejeki. Bukannya mau menolak berkah dari langit tapi hujan di
rumahku sungguh memilukan. Kami tidak mengerti di mana rejekinya.
Yang kami tahu adalah atap rumah yang menangis, tak kuasa
menghalau air. Hujan seperti menertawakan rumah kami yang ringkih
dan ompong bolong sana-sini.

Di dapur, di kamar dan di mana saja, hujan menyusur semua celah


tanpa ampun. Ember, loyang bahkan cangkir sekepal balita kami
sebar di mana-mana. Bayangkan riuhnya kami memanen air.
Bayangkan paniknya kami menyelamatkan baju, buku dan kasur
kumal. Bayangkan kami gigil lembap semalam suntuk. Masih sibuk
dengan tingkah hujan di atap, ia kemudian menyamar jadi sungai kecil
di lantai. Menggiring sendal-sendal kami ke pojok, menghanyutkan
tilam dari ruang tengah ke pintu dapur.

Jika langit masih terus memeras airnya, sungai kecil berubah


bandang. Ranjang, kursi dan lemari seperti menyesal tak bisa
berenang. Tenggelam. Rumahku seperti akuarium dan kami seperti
monyet yang melarikan diri ke atap menunggu berjam-jam sebagai
manusia loteng sambil menunggu perahu karet dari kelurahan.

Di pengungsian lebih memilukan lagi. Nasi bungkus dingin yang


dibagi tiga, lengkap dengan dua bungkus mi instan dengan kuah
sekuali menjadi bayaran yang setimpal bagi perut selama berhari-hari.
Masih beruntung jika rombongan bersafari datang, menu bisa
bertambah telor asin dan ayam goreng kurus kering. Logo partai ada
di mana-mana. Wajah-wajah bersafari itu bangga melihat kami
berebut makanan. Kami nyaris tidak ada bedanya dengan ayam-ayam
yang berebut lemparan biji jagung di kandang. Tetapi ayam-ayam itu
tidak masuk tivi. Reporter yang seliweran mencari wajah-wajah paling
nelangsa untuk direkam. Lengkap sudah episode dari atap rumah ke
pengungsian.

Setiap mendung mulai menghantui, rasanya aku ingin keluar dan


berteriak pada langit. “Hujan, jangan datang ke rumahku. Kami orang
miskin!!”

Anda mungkin juga menyukai