Anda di halaman 1dari 2

Itmamul Harakat

Kesempurnaan Harokat

Dahulu tulisan Al-qur’an itu polos tidak memiliki titik dan harokat serta tidak
disertai naqhtul i’rab dan naqthul i’jam. Tidak ada bedanya huruf ‫ ب‬dan ‫ ن‬dan ‫ ت‬dan ‫ث‬
serta tidak berharokat sehingga sulit mengetahui apakah huruf itu berharokat fathah,
kasrah atau dhommah.
naqhtul i’rab -> tanda yang ada pada sebuah huruf seperti
sukun,fathah,kasrah,dhammah. Orang yang pertama yang meletakanya adalah Abul
Aswad Ad-Du’aly dengan perintah Ziyad;gubernur basrah saat itu di masa
pemerintahan Khalifah Mu’awiyah bin Abi Sufyan.
Faidahnya agar menghindari kekeliruan pada huruf ataupun bacaan.karena tulisan
yang berubah harakat akan mengubah arti, contoh :

‫ = َلَتْس َأ َلَّن‬engkau benar-benar akan bertanya


‫ = َلُتْس َأ ُلَّن‬mereka benar-benar akan ditanya
Namun di masa itu Ad-Duali belum memakai tanda baca fathah, kasrah atau dhammah
seperti yang kita kenal sekarang ini. Beliau saat itu menggunakan titik-titik berwarna
merah. Kata naqth itu sendiri secara harfiyah berarti : titik.
▪ Bila titik warna merah itu diletakkan di atas suatu huruf, maka maksudnya
dibaca fathah.
▪ Bila titik warna merah diletakkan di bawah suatu huruf, maka maksudnya dibaca
kasrah.
▪ Bila titik warna merah diletakkan di depan suatu huruf, maka maksudnya dibaca
dhammah.
▪ Untuk tanwin, Beliau menuliskan dua titik.

naqthul i’jam -> tanda yang membedakan huruf-huruf di al-qur’an. Maksudnya antara
huruf ‫ ج ح خ‬yang membedakan ialah titik. Orang yang pertama kali meletakan adalah
Nashr bin ‘Ashim dan Yahya bin Ya’mur, berdasarkan perintah Al-hajjaj atas intruksi
Khalifah Umayyah; Abdul malik bin Marwan.huruf mu’jamah yaitu huruf yang
mempunyai titik ada 15 huruf, huruf muhmalah yaitu huruf yang tidak memiliki titik ada
13 huruf. Pemberian titik ini menjadi sangat penting, khususnya bagi mereka yang
bukan orang Arab dan sama sekali kebingungan membedakan satu huruf dengan huruf
lainnya. Namun tanda baca yang digunakan oleh Nashr saat itu untuk membedakan
satu huruf dengan huruf lainnya justru bukan titik satu, dua atau tiga.Beliau
menggunakan garis miring kecil untukmembedakan huruf yang mutasyabihah,
seperti ba’, ta’, tsa’ dan ya’. Untuk ba’ diberi satu garis, untuk ta’diberi dua garis
dan untuk tsa’ diberi tiga garis.
Di masa berikutnya, kedua tanda baca baik naqth al-i’jam dengan naqth al-i’rab
disempurnakan lagi oleh Al-Khalil bin Ahmad Al-Farahidi (w. 173 H)
Saat itulah bentuk titik merah yang awalnya digunakan Abul Aswad Ad-Duali untuk
membedakan ‘irab mulai diganti dengan syakal atua bentuk-bentuk huruf. Fathah,
kasrah, dhammah, tanwin, sukun dan lainnya berubah dari awalnya berupa titik merah
menjadi rupa tertentu yang kemudian disebut dengan syakal

Anda mungkin juga menyukai