Anda di halaman 1dari 15

PEMIMPIN IDEAL PERSPEKTIF AL-QUR’AN RELASI TEORI AL-SUNAN AL-

TARIKHIYAH FI AL-QUR’AN KARYA BAQR ASH-SHADAR

Khailiyatul Maghfiroh
Program Studi Ilmual-Qur’an dan Tafsir Sekolah Tinggi Ilmu al-Qur’an dan Sains al-Ishlah
e-Mail: khailiyatulalfiroh@gmail.com

Abstrak: Kajian ini membahas mengenai pemimpin ideal perspektif al-Qur’an, didalamnya
akan menjelaskan aspek-aspek yang berkaitan dengan pemimpin, dari mulai pemaknaan kata
pemimpin dalam al-Qur’an dan beberapa perbedaan konteks tugas yang dilakukan pemimpin.
Telah ditemukan kosa kata serta derivasi dari makna pemimpin, di antaranya: khalifah,
imamah dan qawwamunah ketiganya memiliki konteks makna pemimpin yang berbeda. Kata
Khalifah dalam al-Qur’an meenunjukkan makna hubungan manusia dengan tuhanNya dan
salah satu tujuan manusia tinggal dimuka bumi. Kata Imamah dalam al-Qur’an mempunyai
makna sama dengan Amirul Mukminin. Kata Qawwamunah dalam al-Qur’an menunjukkan
makna sebagai orang yang memimpin dan memelihara, pemberi nafkah dan bertanggung
jawab terhadap perempuan. Oleh karena itu seorang pimimpin merupakan aspek utama dalam
pengambilan keputusan dan seorang pemimpin harus bisa berdiri digaris terdepan untuk
mewujudkan kedamaian umatnya. Hasil dari kajian yaitu dapat merelasikan ayat-ayat al-
Qur’an dengan teori al-Sunan al-Tarikhiyah fi al-Qur'an, sehingga dapat menghasilkan
sebuah contoh dari pemimpin ideal, yaitu Nabi Muhammad Saw, dan para khulafaul rasyidin
(Umar bin Khattab). Pemimpin merupakan panutan utama bagi umatnya, sebab
kepemimpinan menjadi tujuan dan harapan para umat yang dipimpinnya, namun di era
sekarang banyak sekali pemimpin yang berkerterbalikan dengan apa yang telah di contohkan
Nabi Muhammad. Baik dalam aspek spirtual, aspek pengalaman, bahkan kepribadian. Dan itu
dapat berakibat fatal pada kehidupan orang lain dan juga pada dirinya sendiri.

Kata Kunci: Pemimpin, Tafsir, al-Qur’an

Abstrack: This study discusses the ideal leader from the perspective of the al-Qur’an, in
which it will explain aspects related to leaders, starting from the meaning of the word leader
in the al-Qur’an and several differences in the context of the tasks carried out by leaders.
Vocabulary and derivations of the meaning of leader have been found, including: Khalifah,
Imamah and Qawwamunah, all three of which have different contexts of the meaning of
leader. The word Khalifah in the Qur'an shows the meaning of man's relationship with God
2

and one of the goals of man's stay on earth. The word Imamah in the Qur'an has the same
meaning as Amirul Mukminin. The word Qawwamunah in the Qur'an shows the meaning of
someone who leads and cares for, is a provider and is responsible for women. Therefore, a
leader is the main aspect in decision making and a leader must be able to stand at the forefront
to bring about peace for his people. The result of the study is that it can relate the verses of the
al-Qur’an to the theory of al-Sunan al-Tarikhiyah fi al-Qur'an, so that it can produce an
example of an ideal leader, namely the Prophet Muhammad SAW, and the Rasyidin khulafaul
(Umar bin Khattab). Leaders are the main role models for their people, because leadership is
the goal and hope of the people they lead, but in the current era there are many leaders who
are the opposite of what the Prophet Muhammad exemplified. Both in spiritual aspects,
experiential aspects, even personality. And it can have fatal consequences on other people's
lives and also on themselves.

Keywords: Leader, Tafsir, al-Qur’an

PENDAHULUAN

Al-Qur’an menjadi pedoman utama dalam kehidupan sehari-hari manusia, sebab al-
Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw dengan perantara
malaikat jibril, bertujuan sebagai mukjizatnya dan sebagai petunjuk kebenaran bagi manusia.
Dalam al-Qur’an sendiri mengandung banyak hal yang beragam, mulai dari hubungan antara
manusia dengan Allah, hubungan antar manusia dan juga hubungan manusia dengan alam
semesta. Beberapa ayat dalam al-Qur’an telah membicarakan mengenai aspek sosial, mulai
dari keluarga, kerukunan antra sesama, hingga pemimpin. 1 Salah satu yang menarik
diantaranya adalah penggambaran pemimpin ideal yang telah dijelaskan secara rinci dalam al-
Qur’an.
Selain kajian yang membahas pemimpin ideal relasi teori al-Sunan al-Tarikhiyah fi al-
Qur'an, terdapat juga beberapa para penulis sebelumnya yang memang telah menelaah,
salahsatunya adlah Wely Dozan dan Qohar al-Basir dengan kajiannya yang berjudul
Pemimpin Ideal Perspektif al-Qur’an (Studi Tafsir Ayat-ayat Kepemimpinan). Dalam
analisanya mereka menjelaskan bahwa, terdapat lima ciri khas yang dimiliki pemimpin ideal
diantaranya: pertama, orang yang berilmu, kedua, orang yang slalu berjuang, ketiga, orang
yang slalu berkorban, keempat, dapat menjauhkan hawa nafsunya dalam melakukan
kepemimpinan dan yang kelima, orang yang totalitas.2

1
Asep Dika Hargara, Kepemimpinan Empati Menurut al-Qur’an (Jawa Barat: CV Jejak, 2019), 12.
3

Pemimpin merupakan kesanggupan seseorang dalam menjalankan amanah, atau menjadi


salah satu faktor penting dalam mempengaruhi orang-orang yang ada disekelilingnya agar
ikut bekerja sama dalam melakukan suatu kegiatan. Dengan demikian kepemimpinan
merupakan salahsatu fungsi manajemen dalam mencapai tujuan dalam organisasi, tujuan
tersebut akan dapat tercapai apabila organisasi memiliki pemimpin yang bijak dan mampu
bekerjasama dalam tim. Selain itu, pemimpin juga memahami dan menguasai peranan
organisasi serta hubungan kerjasama antara individu.3 Pembahasan mengenai kepemimpinan
lebih banyak mengenai gaya dan perilaku, sebab seorang pemimpin adalah orang yang
menentukan arah jalannya sebuah organisasi atau kelompoknya.4
Pemimpin yang berhasil bukan mencari kekuasaan untuk dirinya sendiri, melainkan ia
mendistribusikan kekuasaan kepada oarng yang banyak untuk mencapi cita-cita bersama, oleh
karena itu untuk mewujudkan pemimpin yang ideal baik dan bijak, perlu adanya sebuah sifat-
sifat yang wajib dimiliki oleh seseorang yang akan menjadi pemimpin. Sebab demikian kajian
ini sangat urgen untuk dilakukan guna merekontruksi kembali syarat-syarat pemimpin ideal
dalam al-Qur’an, dengan mengaitkan sejarah kepemimpinan para khulafaul rasyidin dan
kepemimpinan Nabi Muhammad saw, sebagai suri tauladan pemimpin yang akan datang.
METODE
Pada kajian ini menggunakan metode library research atau studi pustaka dan bersifat
kualitatif, sebagai bahan penulisan yang mendalam, dengan demikian bebebrapa teori dari
literature tentang kewajiban dan syarat pemimpin dibahas dan dianalisa melalui teknik
content analisys. Fokus pembahasan pada kajian ini adalah bagaimana pemimpin ideal dalam
perspektif al-Qur’an relasi teori al-Sunan al-Tarikhiyah fi al-Qur'an karya baqr sadr.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Makna dan Hakikat Kepemimpinan


a. Makna Pemimpin
Makna pemimpin dalam al-Qur’an terdapat beberapa diantaranya: khalifah, imamah dan

qawwamunah. kata ‫ خليفة‬merupakan bentuk mufrad yang diulang sebanyak 2 kali dalam al-
Qur’an, QS.al-Baqarah 2:30 dan QS. Sad 38:26. Kemudian pada bentuk jamak ‫ خليفة‬terdapat
dua yaitu ‫ خالئف‬dan ‫خلفاء‬, kata ‫ خالئف‬terulang sebanyak 4 kali dalam QS. Yunus 10:13, 73,
2
Wely Dozan dan Qohal al-Basir, “Pemimpin Ideal Perspektif al-Qur’an (Studi Ayat-ayat Kepemimpinan),” Al-
Bayan: Jurnal Ilmu al-Qur’an dan Hadis Vol, 04. No, 01. (2021), 54-66.
3
Asep Dika Hargara, Kepemimpinan Empati Menurut al-Qur’an…, 14.
4
Raja Bambang Sutikno, The Power of in Leadership (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007), 20.
4

QS.al-An’am 6:165, dan QS. Fatir 35:39, pada kata ‫ خلف اء‬terulang sebanyak 2 kali dalam
QS.al-A’raf 7:69,74 dan QS. al-Naml 27:62.5 Secara terminologi khalifah, adalah fungsi
manusia keseluruhan sebagai pengemban amanah dari Allah, dan makna khalifah juga
diartikan sebagai gelar yang diberikan untuk pemimpin umat islam setalah wafatnya Nabi
Muhammad SAW.
Pada kata imamah terulang dalam al-Qur’an sebanyak 12 kali, 7 kali dalam bentuk
mufrad pada QS. al-Baqarah 2:124, QS. Hud 11:17, QS. al-Isra 17:71, QS. al-Furqan 25:74,
QS. Yasin 36:12, QS. al-Ahqaf 46:12, dan QS. al-Qashash 28:05, 41. 6 Secara terminologi
imamah adalah kepemimpinan islam yang tercantum dalam al-Qur’an yang meliputi
kehidupan manusia dari pribadi, berdua, keluarga bahkan kelompok.7
Dan pada kata qawwamun berasal dari kata qawwam yang berarti kebaikan yang kuat dan
kokoh atau kebaikan yang lurus, kata qawwamun juga berarti menanggung, bertanggung
jawab atas apa yang telah diberikan kepadanya, terdapat pada QS. al-Nisa’4:34.

b. Hakikat Kepemimpinan
Pada awalnya kajian tentang kepemimpinan didasarkan pada asumsi bahwa kemampuan
pemimpin dibentuk secara alami berdasarkan karakteristik fisik, watak personal, bahkan
kemampuan intelektual yang dimiliki pemimpin tersebut. Kepemimpinan adalah proses
dimana pemimpin dan anggota saling bekerjasama dan membantu satu sama lain untuk
mencapai suatu perubahan yang telah disepakati, dengan demikian dapat dipahami bahwa
kepemimpinan, yaitu sebagai kekuatan untuk menggerakkan orang dan mempengaruhi orang
untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan.8
Namun definisi kepemimpinan menjadi perdebatan dikarenakan adanya perbedaan antar
para ahli dalam menyatakan definisi tersebut, hingga untuk menyelesaikan masalah itu
diambillah dari banyaknya para ahli yang sama menyatakan bahwa kepemimpinan berasal
dari makna terjemahan leadership yang berasal dari kata leader. Tak hanya itu sebagaimana
telah dijelaskan diatas bahwa, terdapat makna pemimpin dalam bahasa Arab disebut dengan
khalifah, imamah. Dengan demikian kepemimpinan merupakan adanya seseorang yang
memimpin, dan membimbing, menuntun orang sekitarnya ataupun anggotanya.9
5
https://corpus.quran.com/search.jsp?t=1&q=%D8%AE%D9%84%D9%8A
%D9%81%D8%A9
6
https://corpus.quran.com/search.jsp?q=%D8%A7%D9%85%D8%A7%D9%85
7
Ari Prasetyo, Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam (Sidoarjo: Zifatama Jawara, 2014), 04.
8
Muhammad Budiman, dkk, Kepemimpinan Islam: Teori dan Aplikasi (Jawa Barat: Edu Publisher, 2020), 02.
9
Ara Hidayat Imam Machli, Pengolaan Pendidikan: Konsep Prinsip dan Aplikasi Mengolah Sekolah dan
Madrasah (Bandung: Pustaka Educa, 2010), 81.
5

Dalam pandangan Thariq dan Faishal, kepemimpinan adalah kegiatan mendorong atau
memotivasi orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu. 10 Pemimpin pada hakikatnya
seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi prilaku orang lain dalam
kerjanya dengan menggunakan kekuasaan, sedangkan kekuasaan yaitu kemampuan untuk
mengarahkan dan mempengaruhi anggotanya yang berhubungan dengan tugas-tugas yang
harus dilakukan.
Dalam pandangan islam kepemimpinan merupakan amanah dan tanggung jawab yang
tidak hanya dipertanggung jawabkan kepeda angota-angota yang dipimpin saja, akan tetapi
juga akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah SWT. Firman Allah swt dalam al-Qur’an
surah al-Mu’minun ayat 8-11 yang berbunyi:

‫) أوليَك ُه ْم الورُثوَن‬۹( ‫) والِذيَن ُه ْم َعَلى َص لوِهِتْم َحُياِفُظوَن‬۸( ‫َواَّلِذيَن ُه ْم ألمنهم َو َعْه ِدِه ْم َزُعوَن‬

)۱۱( ‫) اَّلِذيَن َيرُثوَن اْلِف ْرَدْو َس ُه ْم ِفيَه ا َخ ِلُد وَن‬١٠(

Artinya: “Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan


janjinya. Dan orang-orang yang memelihara sholatnya, mereka Itulah orang-orang yang akan
mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus mereka kekal di dalamnya”. Dalam
pandangan islam kepemimpinan adalah, kegiatan menuntun, membimbing, memandu serta
menunjukkan jalan yang diridhai Allah Swt”.

Ayat-ayat Kepemimpinan Dalam al-Qur’an


a. Ayat yang memiliki makna khalifah
QS. Al-Baqarah 30:
‫ِف‬ ‫ِس ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِل‬ ‫ِل ِئ ِة ِإ ِع يِف‬ ‫ِإ‬
‫َو ْذ َقاَل َرُّبَك ْلَم ال َك يِّن َج ا ٌل اَألْر ِض َخ يَفًة َقاُلوا َأْجَتَعْل يَه ا َمْن ُيْف ُد يَه ا َوَيْس ُك الِّد َم اَء َوْحَنُن‬
‫ُنَس ِّبُح حبمدك وتقدُس َلَك َقاَل ِإيِّن َأْع َلُم َم ا ال تعلمون‬.
Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat “Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di buni itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
menyucikan Engkau? Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui”.
10
Thariq Muhammad as-Suwaldan dan Falshal Umar Basyarahil, Sukses Menjadi Pemimpin Islam (Jakarta:
Maghfirah Pustaka, 2006), 41.
6

Jika dicermati, ayat ini memberikan kebenaran bahwa, diciptakannya manusia pertama
kali (adam) merupakan rencana Allah mempersiapkan mereka menjadi penghuni dan
pembangun di muka bumi, meskipun para malaikat berkeberatan bahwa keberadaan
manusialah yang menyebabkan korupsi dan pertumpahan darah.
QS. Shaad ayat 26:

‫َيا َداُوُد ِإَّنا َجَعْلَناَك َخ ِليَفًة يِف األْر ِض فاحكر بَني الَّناِس ِباحلق َواَل ِمَتع اَهْلَوى َفُيِض ُّلَك َعْن َس ِبيِل الَّلِه ِإَّن‬

‫اَّلِذي ِض ُّلوَن َع ِبيِل الَّلِه ُه َعَذ اٌب َش ِديٌد َمِبا َن وا اِحْل اِب‬
‫ُس َيْو َم َس‬ ‫ْم‬ ‫ْن َس‬ ‫َن َي‬
Artinya: “Hai Daud, sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di
muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.
Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena
mereka melupakan hari perhitungan”.
Dalam ayat diatas Allah menjelaskan dilantiknya Nabi Daud sebagai penguasa dan
sebagai penegak hukum dikalangan umatnya. Allah menjelaskan dan mengumumkan bahwa
dia telah menunjuk Daud sebagai penguasa yang diungkap oleh kata khalifah yang berarti
wakil raja, merupakan tanda bahwa Daud harus selalu dihiasi dengan akhlak yang baik yang
diridhai Allah dalam menjalankan kekuasaannya.11
Diakhir ayat, Allah menjelaskan akibat bagi orang yang mengikuti hawa nafsunya dan
hukuman yang patut diberikan kepada mereka. Ayat ini juga dapat menjadi dalil kewajiban
umat islam untuk memilih dan mengangkat seorang pemimpin tertinggi di antara seluruh
umat islam sebagai sosok pemersatu yang mampu memimpin umat untuk melaksanakan
hukum-hukum Allah di muka bumi ini.
QS. Al-An'am 165:
‫ِا‬ ‫ٍت‬ ‫ٰٓلِئ‬ ‫ِذ‬
‫َوُه َو اَّل ْي َجَعَلـُك ْم َخ َف اَاْل ْر ِض َوَرَفَع َبْع َض ُك ْم َفْو َق َبْع ٍض َدَرٰج ِّلَيْبُلَوُك ْم ْيِف َم ۤا ٰاٰتٮُك ْم ۗ َّن َرَّبَك َس ِرْيُع‬
‫ِح‬ ‫ِع ِب ِا‬
‫اْل َق ا ۖ َو َّنهٗ َلـَغُف ْوٌر َّر ْيٌم‬
Artinya: “Dan Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di Bumi dan
Dia mengangkat (derajat) sebagian kamu di atas yang lain, untuk mengujimu atas (karunia)
yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat memberi hukuman, dan
sungguh Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
11
Veithzal Rivai, Islamic Leadership: membangun super leader melalui kecerdasan spiritual (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2009), 27.
7

Jadi penggunaan kata khalifah dalam ayat al-Qur’an dapat dipahami baik dalam
bentuk tunggal maupun jamak Artinya, semakin banyak pemimpin yang diberi kekuasaan
untuk memerintah daerah di bumi. Muhammad Baqir Al-Sadr dalam al-Sunan al-Tarikhiyah fi
al-Qur'an dalam Quraish Shihab, mengatakan bahwa khilafah atau kepemimpinan yang
disebutkan dalam al-Qur'an adalah khalifah, khalaif dan khulafa' ada empat unsur yang saling
berkaitan yakni manusia seperti khalifah, khalaif dan khulafa', alam raya dalam Al-Qur'an 'al-
Ard, hubungan manusia dengan alam dan orang lain dan unsur keempat adalah Allah SWT,
pemberi amanah dan amanah khilafah atau kepemimpinan.12
b. Ayat yang memiliki makna Imamah
QS. al-Baqarah 124:

‫َوِا ِذ اْبَتٰۤلى ِاْبٰرهَٖم َرُّبهٗ ِبَك ِلٰم ٍت َفَا َّمَتُه َّن ۗ َقا َل ِاْيِّن َج ا ِعُلَك ِللَّنا ِس ِاَم ا ًم ا ۗ َقا َل َو ِم ْن ُذِّرَّيْيِت ۗ َقا َل اَل َيَنا‬

‫ِدى الّٰظِلِم‬
‫َنْي‬ ‫ُل َعْه‬
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu
dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya Aku
menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.” Dia (Ibrahim) berkata, “Dan
(juga) dari anak cucuku?” Allah berfirman, “(Benar, tetapi) janjiku tidak berlaku bagi orang-
orang zalim.”
Jadi maksud dari ayat diatas adalah, Allah memberikan ujian atau perintah kepada Nabi
Ibrahim, untuk menguji seberapa jauh kemampuannya dalam melaksanakan perintah tersebut.
Dan maksud dalam penggunaan kata imamah ayat di atas adalah seorang rasul. Jadi imamah
dan kenabian memiliki dua misi yang berbeda, dalam hal itu banyak para nabi hanya
mrnyampaikan wahyu, tetapi mereka bukan seorang imam. Namun Nabi Ibrahim as dan Nabi
Muhammad merupakan seorang Nabi dan juga seorang Imam.13
Sebagaimana ayat diatas memberikan penjelasan bahwa Nabi Ibrahim merupakan nenek
moyang yang membawa agama yang seasas dengan agama yang dibawa oleh Nabi
Muhammad Saw, hingga tugas Nabi Muhammad adalah melanjutkan tugas Nabi-nabi
terdahulu dan tugas Nabi Ibrahim. Karena seorang imamah adalah seorang pemimpin, jadi
tugas seorang imam ialah mengawasi, memimpin dan melindungi.
c. Ayat yang memiliki makna Qawwamah

12
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, Dan Keserasian al-Qur’an, jilid. 15 (Jakarta:
Lentara Hati, 2012), 158.
13
Murtadha Muthahhari, Imamah dan Khilafah: Rekonstruksi Kepemimpinan sebagai Tuntunan Intelektual dan
spiritual (Yogyakarta: Abbaz Production, tth), 18.
8

QS. an-Nisa ayat 34:


‫ِل‬ ‫ِهِل‬ ‫ِم‬ ‫ّٰل‬ ‫ِء‬
‫َالِّرَج ا ُل َقَّوا ُمْو َن َعَلى الِّنَس ٓا َمِبا َفَّضَل ال ُه َبْع َض ُه ْم َعٰل ى َبْع ٍض َّوَمِبۤا َاْنَفُقْوا ْن َاْم َوا ْم ۗ َفا لّٰص ٰح ُت‬
‫ٰقِنٰت ٌت ٰح ِف ٰظٌت ِّلْلَغْيِب َمِبا َح ِف َظ الّٰل ُه ۗ َوا ّٰلْيِت َخَتا ُفْو َن ُنُش ْوَزُه َّن َفِعُظْوُه َّن َواْه ُج ُرْو ُه َّن ىِف اْلَم َض ا ِج ِع َوا‬

‫ْض ِرُبْوُه َّن ۚ َفِا ْن َاَطْع َنُك ْم َفاَل َتْبُغْوا َعَلْيِه َّن َس ِبْياًل ۗ ِاَّن الّٰل َه َك ا َن َعِلًّيا َك ِبْيًرا‬
Artinya: “Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah
melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena
mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang
saleh, adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada,
karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan
nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur
(pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka
janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Maha Tinggi,
Maha Besar.”
Pada ayat diatas, kata qawwamah dapat diartikan sebagai pemimpin, sebagaimana para
suami menjadi pemimpin untuk istrinya dan keluarganya, kata qawwamah menunjukkan
tanggung jawab penuh sebagaimana yang harus laki-laki lakukan terhadap perempuan. Oleh
karena itu, laki-laki diminta untuk menjadi pemimpin bagi perempuan, qawwamah
mempunyai makna slalu bekerja, jadi artinya pasti akan ada kesulitan dalam pekerjaan
tersebut.14
Menentukan Kriteria Pemimpin Ideal Melalui Teori al-Sunan al-Tarikhiyah fi al-Qur'an
Seorang pemimpin yang memiliki kualitas sebagai pemimpin yang baik harus
memiliki beberapa hal diantaranya: pemimpin harus menjadi pribadi yang bermoral, memiliki
karakter jujur dan dapat dipercaya dan seorang pemimpin harus menunjukkan sikap perhatian,
kepekaan dan kepedulian kepada orang lain, serta seorang pemimpin harus mempunyai
prinsip yang teguh, konsisten dalam kehidupan dan profesinya.15
Menurut pandangan islam, pemimpin harus bisa memandu, membimbing serta dapat
menunjukkan jalan yang benar dan diridhai Allah SWT, dengan demikian dalam al-Qur’an
sendiri telah tercantum sebagaimana yang harus dilakukan oleh seorang yang telah berkuasa
dan memiliki kekuasaan.
QS. Al-Baqarah 30:
14
Ahmad, “Pemimpin Fi al-Qur’an: Dirasah Tahliliyyah Dilaliyyah”, Jurnal Diwan Vol. 04, No. 02 (2018), 83.
15
Eryandi, Perspektif Kepemimpinan Ideal (Yogyakarta: IKAPI, 2012), 5.
9

‫ِف‬ ‫ِس ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِل‬ ‫ِل ِئ ِة ِإ ِع يِف‬ ‫ِإ‬


‫َو ْذ َقاَل َرُّبَك ْلَم ال َك يِّن َج ا ٌل اَألْر ِض َخ يَفًة َقاُلوا َأْجَتَعْل يَه ا َمْن ُيْف ُد يَه ا َوَيْس ُك الِّد َم اَء َوْحَنُن‬
‫ُنَس ِّبُح حبمدك وتقدُس َلَك َقاَل ِإيِّن َأْع َلُم َم ا ال تعلمون‬.
Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di buni itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
menyucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui”.
QS. Shaad ayat 26:

‫َيا َداُوُد ِإَّنا َجَعْلَناَك َخ ِليَفًة يِف األْر ِض فاحكر بَني الَّناِس ِباحلق َواَل ِمَتع اَهْلَوى َفُيِض ُّلَك َعْن َس ِبيِل الَّلِه ِإَّن‬

‫اَّلِذي ِض ُّلوَن َع ِبيِل الَّلِه ُه َعَذ اٌب َش ِديٌد َمِبا َن وا اِحْل اِب‬
‫ُس َيْو َم َس‬ ‫ْم‬ ‫ْن َس‬ ‫َن َي‬
Artinya: Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di
muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.
Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena
mereka melupakan hari perhitungan.
Kata khalifah pada bentuk mufrad yang ada pada 2 ayat diatas, memiliki konteks
pembicaran yang berbeda. Pada surah pertama, konteks pembahasannya tentang Nabi Adam
as yang menunjukkan bahwa manusia dijadikan sebagai khalifah dimuka bumi yang bertugas
memakmurkan dan membangun segala hal sesuai dengan konsep yang ditetapkan oleh Allah,
dan bukan mala sebaliknya. Kemudian pada surah kedua, konteks pembahasannya tentang
Nabi Daud as, selain menjadi Nabi beliau ditugaskan oleh Allah sebagai penguasa dan
pemimpin, dan Allah mengajarkannya bahagaimana bersikap adil dan menjadi tauladan bagi
rakyatnya.
Dengan demikian para ulama telah sepakat untuk menyebutkan syarat-syarat yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin, antara lain seorang pemimpin harus adil serta memiliki
pengetahuan yang memungkinkan untuk bertindak sebagai hakim dan mujtahid, kemudian
untuk menjadi seorang pemimpin tidak mempunyai cacat jasmani, dan memiliki pengalaman
yang luas serta tidak pilih kasih dalam menjalankan hukum-hukum Allah.
10

Menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, kedua ayat ini yang menjadi pokok
dasar bahwa seorang pemimpin harus bisa menjalankan amanah kepemimpinanya dengan rasa
tanggung jawab yang besar. Oleh karena itu Allah telah janjikan balasan bagi para pemimpin
yang zalim adalah siksa api neraka yang pedih yang sudah Allah siapkan di akhirat kelak.16
Sebagaimana ayat-ayat yang telah dipaparkan diatas, dapat direlasikan dengan teori
Sunan at-Tarikhiyah dengan melihat beberapa kejadian maupun peristiwa kepemimpinan
dimasa lampau yang terjadi pada zaman Nabi Muhammad Saw dan para Khulafaul Rasyidin,
sebagai referensi para pemimpin kedepannya, diantaranya: Pertama, Nabi Muhammad Saw,
tidak diragukan lagi bahwa beliau adalah tokoh utama sebagai sosok pemimpin yang paling
ideal, sempurna dalam segala hal. Beliau bukan hanya seorang Nabi dan Rasul pilihan,
melainkan beliau juga sebagai kepala rumah tangga yang harmonis bagi keluarga-
keluarganya, menjadi sahabat yang baik bagi sesama, sebagai guru yang berhasil dalam
membimbing murid-muridnya, teladan bagi umatnya, dan menjadi panglima yang berwibawa
bagi prajuritnya dan yang paling mulia diantaranya, menjadi pemimpin besar dan berhasil
bagi kaumnya, segala akhlak mulia ada pada dirinya.17 Sebagaiman firman Allah Swt:
QS. Al-Ahzab Ayat 21:

‫َلَقْد َك ا َن َلُك ْم ْيِف َرُسْو ِل الّٰلِه ُاْس َوٌة َح َس َنٌة ِّلَمْن َك ا َن َيْرُج وا الّٰل َه َوا ْلَيْو َم اٰاْل ِخ َر َو َذَك َر الّٰل َه َك ِثْيًرا‬
Artinya: “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang
banyak mengingat Allah.”
Kedua, Umar bin Khattab, ia merupakan sahabat Nabi dan Abu Bakar, yang terkenal
dengan sifat keberaniannya, dan pendiriannya yang tak goyah. Disamping itu Umar
merupakan pemimpin yang memiliki sifat adil, bijak dan lemah lembut, baginya menjadi
seorang pemimpin dalam suatu negara bukanlah hal yang mudah, dan tidak menjadikannya
sebuah privilege yang membuatnya merasa lebih istimewa dibandingkan yang lain. Melainkan
dalam pemikiran Umar penjadi pemimpin merupakan amanah yang besar dan harus
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Dengan sebab itu pemerintahan dimasanya Umar bin
Khattab mampu menghantarkan mencapai puncak kejayaan.18
Dari pemaparan serta penjelasan diatas bisa menjadi perwakilan beberapa kisah
pemimpin ideal dimasa lampau, dengan itu dapat menjadikan rujukan serta pengetahuan baru
mengenai aspek-aspek pada pemimpin ideal yang telah dibahas, karena memang seharusnya
16
Ibnu Kastir, Tafsir Al-Qur’anil ‘Adzim (Beirut: Darul Kutub al-Ilmiah, 1988), juz IV, 29.
17
Ari Prasetyo, Kepemimpian Dalam Perspektif Islam (Sidoarjo: Zifatama Jawara, 2014), 13.
18
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), 35.
11

patut di miliki oleh seorang pemimpin, sehingga pemimpin tersebut dapat dikatakan sebagai
pemimpin ideal, demikian dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1. Bertaqwa kepada Allah Swt, merupakan aspek penting dan utama yang harus
dimiliki oleh seorang pemimpin, dan menjadi karakter utama kepribadiannya.
Dikarenakan seorang pemimpin dalam islam tidak lepas dari aspek spiritual
dengan hal tersebut, seorang pemimpin dapat melakukan ibadah dengan sungguh-
sungguh dan menjalankan tugasnya dengan tujuan yang benar.19
2. Keadilan, merupakan sikap utama yang wajib dimiliki oleh seorang pemimpin
dalam memimpin, karena seorang pemimpin harus adil dalam mengambil
keputusan dan menjadi hakim ketika terdapat permasalahan. Dengan adanya sikap
adil seorang pemimpin dapat memperlakukan semua orang dengan sederajat tanpa
memandang apapun, dan memberikan hak-hak yang memang sepatutnya.20
3. Sikap yang seharsunya dimiliki oleh pemimpin yang baik dan ideal, di antaranya:
Tawadhu’sebagai seorang pemimpin yang baik harus memiliki sikap rendah hati
dan tidak sombong, dan menangani semua masalah dengan sabar. Ihsan menjadi
seorang pemimpin harus berusaha untuk menjadi pemimpin yang berkualitas dan
memberikan berbagai kontribusi yang bermanfaat bagi umatnya. Kesantunan
dalam hal ini seorang pemimpin harus memiliki sikap sopan, santun dan
menghormati sesama tanpa memandang status, dan bisa menjadi contoh uswah
khasanah.21
4. Amanah, untuk menjadi seorang pemimpin yang baik harus bisa memegang teguh
prinsip kejujuran kepercayaan dan integritas dalam menjalankan tugas sebagai
pemimpin, sebagaimana telah di jelaskan dalam al-Qur’an.
QS. Al-Ahzab Ayat 72:
‫ِم‬ ‫ِم‬ ‫ِجْل ِل‬ ‫ِت‬ ‫ِا‬
‫َّنا َعَرْضَنا اَاْل َم ا َنَة َعَلى الَّس ٰم ٰو َوا َاْل ْر ِض َوا َبا َفَا َبَنْي َاْن ْحَّي ْلَنَه ا َوَا ْشَفْق َن ْنَه ا َو‬
‫َمَحَلَه ا اِاْل ْنَس ا ُن ۗ ِاَّنهٗ َك ا َن َظُلْوًم ا َجُه ْواًل‬
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi,
dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan
mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu
oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh”.
19
Ari Prasetyo, Kepemimpian Dalam Perspektif Islam…,15.
20
Hamid Sakti Wibowo, Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam (Jawa Tengah: Tiram Media, 2023), 2.
21
Hamid Sakti Wibowo, Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam,..., 3-4.
12

KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwasanya masyarakat memmang perlu adanya sebuah
kepemimpinan sebagai pembimbing dan menuju kedamaian. Pemimpin merupakan
kemampuan seseorang dalam menjalankan suatu amanah yang diberikan kepadanya, dan
menjadi seorang pemimpin merupakan faktor penting dalam mempengaruhi orang lain yang
ada di sekitarnya agar dapat ikut serta dalam melakukan suatu kerjaan dan mencapai tujuan
yang diinginkan. Begitupun dengan sebaliknya apabila pemimpinnya dalam kepemimpinanya,
mengedepankan hawa nafsu semata, maka orang lainlah yang menjadi korban utamanya.
Oleh karena itu telah dipaparkan diatas mengenai aspek-aspek yang perlu dilihat
dalam memilih seorang pemimpin, dengan demikian ketika seorang akan diangkat menjadi
pemimpin, lebih baik dalam diri mereka telah tertanam, akhlaqul karimah dan uswah
khasanah sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw dan para khulafaul
rasyidin.

Beberapa ayat-ayat dalam al-Qur’an telah mencantumkan bentuk kosa kata dari
makna pemimpin, di antaranya: Khalifah, makna khalifah ini merupakan tingkatan tertinggi
seorang pemimpin dan memiliki keterkaitan hubungan antara manusia dan Allah Swt.
Sedangkan pada kata qawwamah dapat diartikan sebagai pemimpin, sebagaimana para suami
menjadi pemimpin untuk istrinya dan keluarganya, kata qawwamah menunjukkan tanggung
jawab penuh sebagaimana yang harus laki-laki lakukan terhadap perempuan. Dan yang
terakhir adalah kata Imamah dalam al-Qur’an mempunyai makna sama dengan Amirul
Mukminin, yang mana dalam konteks ini Imamah juga disebut dengan pemimpin.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad. “Pemimpin Fi al-Qur’an: Dirasah Tahliliyyah Dilaliyyah”, Jurnal Diwan Vol. 04, No.
02 (2018).
Budiman, Muhammad (dkk). Kepemimpinan Islam: Teori dan Aplikasi. Jawa Barat: Edu
Publisher, 2020.
Dozan, Wely dan Basir (al), Qohal. “Pemimpin Ideal Perspektif al-Qur’an. “Studi Ayat-ayat
Kepemimpinan.” Al-Bayan: Jurnal Ilmu al-Qur’an dan Hadis Vol, 04. No, 01. (2021).
Eryandi. Perspektif Kepemimpinan Ideal. Yogyakarta: IKAPI, 2012.
Hargara, Asep, Dika. Kepemimpinan Empati Menurut al-Qur’an. Jawa Barat: CV Jejak, 2019.
https://corpus.quran.com/search.jsp?q=%D8%A7%D9%85%D8%A7%D9%85
13

https://corpus.quran.com/search.jsp?t=1&q=%D8%AE%D9%84%D9%8A
%D9%81%D8%A9
Kastir, Ibnu. Tafsir Al-Qur’anil ‘Adzim, Jilid IV. Beirut: Darul Kutub al-Ilmiah, 1988.
Machli, Ara, Hidayat, Imam. Pengolaan Pendidikan: Konsep Prinsip dan Aplikasi Mengolah
Sekolah dan Madrasah. Bandung: Pustaka Educa, 2010.
Muthahhari, Murtadha. Imamah dan Khilafah: Rekonstruksi Kepemimpinan sebagai Tuntunan
Intelektual dan spiritual. Yogyakarta: Abbaz Production, tth.
Prasetyo, Ari. Kepemimpian Dalam Perspektif Islam. Sidoarjo: Zifatama Jawara, 2014.
Rivai, Veithzal. Islamic Leadership: Membangun Super Leader melalui kecerdasan spiritual.
Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009.
Shihab, Muhammad, Quraish. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, Dan Keserasian al-Qur’an,
jilid. 15. Jakarta: Lentara Hati, 2012.
Sutikno, Raja, Bambang. The Power of in Leadership. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2007.
Suwaldan (as), Thariq, Muhammad, dan Falshal Umar Basyarahil. Sukses Menjadi Pemimpin
Islam. Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2006.
Wibowo, Hamid, Sakti. Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam. Jawa Tengah: Tiram Media,
2023.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000.
14
15

Anda mungkin juga menyukai