DISUSUN OLEH :
Izly Humayrah Zamratujjannah
120310239039
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Situasi pandemi telah mengakibatkan perubahan signifikan dalam pola
kerja, baik di sektor pemerintah maupun di perusahaan swasta di seluruh
aspeknya. Pembatasan situasi dan pelaksanaan protokol kesehatan telah
menyebabkan keterbatasan dalam mobilitas. Kondisi seperti ini mendorong
perubahan dalam sistem kerja untuk mematuhi pedoman protokol kesehatan.
Salah satu perubahan yang paling mencolok dalam pola kerja saat ini adalah
adopsi kerja dari rumah atau “Work from Home”. Konsep WFH adalah salah satu
konsep remote working atau bekerja jarak jauh, sejak tahun 1970-an. Sehingga,
bukan hal baru di dunia kerja sebagai upaya untuk mengurangi masalah
kemacetan lalu lintas dan perjalanan kantor. Dilakukannya WFH membantu
menyeimbangkan kehidupan dunia kerja pada karyawan, membantu perusahaan
menyelesaikan pekerjaan, dan meminimalisir resiko penularan virus covid-19.
Namun, di Indonesia pelaksanaan WFH menjadi permasalahan tersendiri, karena
belum menjadi budaya dalam organisasi. Sehingga dalam prakteknya, tidak semua
instansi / lembaga di Indonesia mampu melaksanakan WFH dengan baik.
(Mungkasa, 2020).
Berdasarkan data dari Departemen Penelitian Statista pada September
2022, ada 8,28 juta pekerja di Amerika Serikat yang bekerja dari rumah sekitar
empat minggu terakhir karena pandemi COVID-19. Ini menyumbang mereka
yang bekerja dari jarak jauh, atau bekerja di rumah, khususnya karena pandemi
virus corona dan tidak termasuk mereka yang bekerja dari rumah sebelum
pandemi. Hybrid Work sedang meningkat di Amerika Serikat menurut data survei
yang mencakup kebiasaan pekerja antara 2019 dan 2022. Pada tahun 2022, 53%
pekerja AS melaporkan bekerja secara hybrid. Munculnya pandemi COVID-19
melihat rekor jumlah orang yang bekerja dari jauh untuk membantu mencegah
penyabaran virus pada saat itu, banyak pekerja telah menemukan inovasi baru di
rumah dan kehidupan kerja, mereka menemukan bahwa work from home lebih
fleksibel daripada selalu diminta untuk bekerja di kantor.
Menurut data Jobstreet, presentase pekerja Indonesia yang melakukan
aktivitasnya secara jarak jauh meningkat selama pandemi virus corona Covid-19.
Sebelum pandemi, hanya 4% responden yang bekerja jarak jauh. Sebelum
pandemi, hanya 4% responden yang bekerja jarak jauh. Angkanya naik menjadi
13% ketika pandemi berlangsung. Namun demikian 23% responden, mereka yang
berharap pekerjaannya bisa dilakukan secara jarak jauh selama pandemi
sebenarnya jauh lebih tinggi, hal serupa terjadi juga pada responden yang
berharap bisa mengombinasikan bekerja di kantor dan secara jarak jauh. Hanya
9% responden yang mengatakan bahwa mereka ingin bekerja di kantor selama
pandemi.
Studi ini menemukan bahwa 84,4% pekerja jarak jauh puas bekerja dari
rumah, tetapi tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan antara pekerja jarak
jauh nasional dan asing dalam kepuasan mereka dengan pengalaman telework;
Kepuasan ini terutama berasal dari mengalokasikan waktu yang diperoleh untuk
kegiatan sosial-pribadi. Hasil mengejutkan yang disajikan oleh penelitian ini
adalah bahwa, terlepas dari kenyataan bahwa pekerja asing non-UE-warga negara
puas dengan pengalaman teleworking, mereka tidak cenderung bekerja dari rumah
karena takut kehilangan pekerjaan dan izin tinggal mereka, sedangkan teleworkers
nasional memiliki niat untuk bekerja dari rumah jika diberi kesempatan.
Tambahan penting lainnya dari penelitian ini adalah pengembangan skala baru
khusus untuk mengukur kepuasan karyawan dengan bekerja dari rumah daripada
menggunakan skala kepuasan kerja tradisional.
WFH selama pandemi COVID-19 telah memberikan dampak positif dan
signifikan pada peningkatan kinerja karyawan. Selain itu, penting juga untuk
memperhatikan tingkat kepuasan kerja dalam upaya meningkatkan produktivitas
karyawan. Kepuasan kerja merupakan perasaan yang berkaitan dengan pekerjaan
dan kondisi pribadi seorang karyawan, yang dapat memberikan dukungan atau
sebaliknya. Karyawan yang merasa puas dengan pekerjaannya akan memiliki rasa
cinta terhadap tugasnya, yang akan mendorongnya untuk tetap berkomitmen dan
tidak mudah bosan. Karyawan yang bekerja dari rumah tidak hanya lebih bahagia,
lebih sedikit kemungkinan untuk berhenti, tetapi juga lebih produktif dan
merasakan tingkat kepuasan kerja yang lebih tinggi. Fleksibilitas dalam mengatur
waktu, rasa lebih dekat dengan keluarga, dan adaptasi yang lebih bebas terhadap
lingkungan kerja selama WFH yang berbeda secara signifikan dengan lingkungan
kantor, semuanya berkontribusi pada meningkatnya kepuasan kerja yang
dirasakan oleh karyawan. Menurut data dari Ainia et al (2021) menunjukkan hasil
bahwa WFH berpengaruh terhadap kinerja melalui kepuasan kerja. Demikian pula
penelitian yang dilakukan oleh Sriyaningsih dan Said (2021)menunjukkan hasil
bahwa kepuasan kerja memediasi pengaruh WFH terhadap kinerja pegawai.
Kepuasan kerja memengaruhi kinerja karyawan dalam penerapan sistem work
from house. Ini melibatkan kemampuan individu dalam mengatur waktu antara
pekerjaan dan aktivitas di luar pekerjaan, yang seringkali menjadi sumber konflik
pribadi dan energi diri. Jika seseorang mampu mengelola kedua tanggung
jawabnya sebagai pekerja dan anggota keluarga dengan baik, maka mereka
cenderung merasakan tingkat kepuasan kerja yang tinggi. Dalam hal ini, individu
dapat efektif bekerja baik ketika berada di kantor maupun di rumah, dan tidak
merasa terbebani oleh masaah yang muncul selama pandemi COVID-19.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.4 Hipotesis
• Terdapat pengaruh positif antara Work from Home (WFH) dan kepuasan
kerja karyawan.
• Terdapat pengaruh positif antara kepuasan kerja karyawan dan kinerja
karyawan.
• Terdapat pengaruh positif antara WFH dan kinerja karyawan, yang
dimediasi oleh kepuasan kerja karyawan.
DAFTAR PUSTAKA
Statista (2022). Monthly number of workers who worked from home due to
the COVID-19 pandemic in the United States from May 2020 to September
2022
Aas Ariska, 2021. "Pengaruh bekerja dari rumah (work from home) terhadap
kinerja karyawan selama mana pandemi covid-19 dengan penguasaan
teknologi sebagai variabel moderasi”