Anda di halaman 1dari 10

Tema : Work from home, tetap tangguh berkinerja dalam masa pandemic

500-1000 kata

Work From Home (WFH) atau bekerja dari rumah merupakan tindaklanjut
dari imbauan presiden Republik Indonesia, Joko Widodo saat konferensi pers di
Jawa Barat pada Maret 2020 lalu. Presiden mengimbau untuk melaksanakan WFH
sebagai salah satu upaya dalam mencegah penyebaran Covid-19 di Indonesia.
Sampai saat ini, WFH sudah dilaksanakan selama 17 bulan dengan berbagai
penyesuaian di setiap lembaga. Selain bekerja dari rumah, masyarakat juga diminta
untuk beribadah, belajar, dan beraktivitas di rumah. Hal ini dilakukan demi
meminimalisir kontak fisik antar masyarakat.
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
menindaklanjuti imbauan presiden dengan mengeluarkan Surat Edaran nomor 19
Tahun 2020 tentang Penyesuaian Sistem Kerja Aparatur Sipil Negara dalam Upaya
Pencegahan Covid-19 di Lingkungan Instansi Pemerintah. Isinya, ASN dapat
bekerja di rumah atau tempat tinggal, tetapi dipastikan ada dua level pejabat
struktural tertinggi yang bekerja di kantor. Selain itu, terdapat larangan untuk
mengadakan kegiatan tatap muka yang menghadirkan banyak peserta. Pelayanan
masyarakat yang tetap beroperasi normal hanya pelayanan vital, seperti rumah sakit
dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Bekerja dari rumah atau work from home tentunya memiliki kewajiban dan
tanggung jawab yang sama dengan bekerja dari kantor. Namun pada
pelaksanaannya, penerapan work from home ternyata memiliki tantangan dan
kendala yang tidak mudah, karena tidak semua sektor pekerjaan dapat dikerjakan
dari rumah. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan work from home
seperti ketiadaan alat kerja dan komunikasi, kurangnya koordinasi, gangguan
“domestik” lingkungan di rumah tangga, dan lain sebagainya.
Komitmen dari tiap individu, dalam hal ini ASN sangat dibutuhkan agar work
from home dapat dijalankan dengan baik dan tidak mengurangi kualitas pelayanan
kepada masyarakat. Tantangan seperti fasilitas penunjang pekerjaan harus
dicarikan solusinya, koordinasi antar bidang harus tetap terjalin, dan tiap individu
mengoptimalkan waktu bekerja dengan baik.
Work from home adalah suatu istilah bekerja dari jarak jauh, lebih tepatnya
bekerja dari rumah. Jadi pekerja tidak perlu datang ke kantor atau tatap muka
dengan para pekerja lainnya. Work from home ini sudah tidak asing bagi para
pekerja freelancer, namun mereka lebih sering menyebutnya dengan kerja remote
atau remote working. Work from home dan remote working sebenarnya hampir
sama, yang membedakan hanyalah peraturan perusahaan. Ada yang menerapkan
working hours normal pukul 8 pagi sampai 4 sore atau jam kerja bebas asal
pekerjaan beres dan komunikasi selalu fast respon.
Menurut Crosbie & Moore (2004), bekerja dari rumah berarti pekerjaan
berbayar yang dilakukan terutama dari rumah (minimal 20 jam per minggu). Bekerja
dari rumah akan memberikan waktu yang fleksibel bagi pekerja untuk memberikan
keseimbangan hidup bagi karyawan. Disisi lain juga memberikan keuntungan bagi
perusahaan. Bila dibandingkan dengan bekerja secara normal di kantor, bekerja dari
rumah atau work from home memiliki beberapa kelebihan, yaitu :
a. Biaya operasional menurun
Kelebihan dari penerapan work from home yang pertama adalah biaya
operasional kantor menjadi menurun, tidak perlu menyediakan komputer,
tempat kerja, internet, listrik dan fasilitas kantor lainnya untuk pekerja.
b. Lebih fleksibel
Dalam bekerja, work from home lebih fleksibel terutama saat bosan bekerja,
bisa pindah dari meja kerja menuju ruang tamu, teras, taman, kamar atau
ruangan lain di rumah yang nyaman untuk bekerja. Selain fleksibel mengenai
tempat bekerja, work from home juga fleksibel mengenai waktu yang bisa
disesuaikan. Yang terpenting saat bekerja dari rumah, pekerja bisa
bertanggung jawab dengan pekerjaannya.
c. Produktivitas meningkat
Statistik dari website emailanalytics.com menjelaskan bahwa 77% pekerja
work from home produktifitas kerjanya meningkat. Ini terjadi karena tingkat
stres bekerja semakin berkurang sehingga produktifitas kerja bertambah.
Beberapa hal yang bisa menyebabkan stres seperti macet di jalan, pekerjaan
yang menumpuk, masalah teman kerja dan masalah-masalah lain yang
sering ditemui di kantor yang menyebabkan kurangnya semangat kerja.
d. Kepuasan kerja meningkat
Tingkat stres yang menurun membuat kepuasan bekerja semakin meningkat. Ketika
mampu menyelesaikan pekerjaan lebih baik dan lebih cepat, tentu ini akan
meningkatkan kepuasan kerja sehingga karyawan menjadi loyal terhadap
perusahaan.
e. Work life balance meningkat
Work life balance adalah keseimbangan antara pekerjaan dengan kehidupan sehari-
hari. Dengan bekerja dari rumah, karyawan bisa lebih dekat dengan keluarga dan
lingkungan sekitar sehingga life balance terpenuhi. Keseimbangan antara pekerjaan
dengan kehidupan ini bisa tercapai saat dirinya memiliki produktifitas kerja yang baik
sehingga bisa mengalokasikan waktu sesuai dengan porsinya masing-masing.
f. Terhindar dari gangguan lingkungan kerja
Seringkali terdapat teman kerja dalam satu kantor yang bersifat toxic, menganggu
atau sering membuat masalah. Orang-orang seperti ini sangat menganggu dalam
hal produktivitas kerja. Belum lagi gangguan lain yang ada di kantor yang banyak
mempengaruhi dalam hal mood bekerja dan produktifitas. Berbeda dengan ketika
bekerja dari rumah yang suasananya lebih nyaman, tenang dan kondusif sehingga
lebih fokus dalam bekerja
g. Lebih dekat dengan keluarga
Bekerja dari rumah secara langsung akan lebih dekat dengan keluarga, apalagi bagi
yang memiliki anak kecil yang membutuhkan perhatian dari orang tua.

3. Kekurangan Work From Home


Selain memiliki kelebihan, bekerja dari rumah atau work from home juga memiliki
kekurangan yang tidak didapatkan bila bekerja dilaksanakan secara normal di
kantor. Kekurangan tersebut adalah :
a. Sulit melakukan monitoring pekerja
Untuk memonitor pekerja saat melakukan work from home lebih susah dibandingkan
saat bekerja di kantor secara langsung. Diperlukan sistem yang baik untuk
memonitor setiap pekerja dan tidak terlalu kaku dalam hal peraturan, agar hal ini
tidak menjadi masalah yang besar.
b. Hilangnya motivasi kerja
Motivasi kerja bisa hilang karena suasana berbeda jauh dengan kerja di kantor.
Apalagi godaan di rumah lebih banyak dan tidak ada pengawasan dari atasan
langsung, sehingga membuat motivasi kerja lama kelamaan menjadi hilang. Salah
satu tandanya dengan pekerjaan yang selalu telat dari deadline yang sudah
ditentukan.
c. Banyak gangguan kerja
Tidak setiap pekerjaan yang dilakukan dari rumah bisa berjalan dengan mulus.
Banyak sekali gangguan terutama dari anak dan keluarga, belum lagi orang-orang
disekitar yang menganggap hanya di rumah nganggur saja padahal sebenarnya
sedang kerja secara remote. Untuk itu perlu memberi tahu kepada semua orang
bahwa kita sedang bekerja dari rumah. Dalam survei, keluhan work from home yang
paling banyak adalah ketidakmampuan untuk memberi batasan saat bekerja.
d. Miskomunikasi
Komunikasi menjadi tantangan terbesar saat melakukan work from home. Untuk itu
harus selalu online dan mudah dihubungi, sehingga saat ada diskusi atau koordinasi
tidak ketinggalan info. Frekuensi komunikasi juga harus dilakukan sesering mungkin
untuk menjaga komunikasi antar tim bisa berjalan dengan baik dan tidak terjadi
miskomunikasi.
e. Masalah keamanan data
Keamanan menjadi salah satu isu yang perlu diperhatikan ketika work from home.
Data-data pekerjaan yang penting tidak disarankan untuk dikirim menggunakan
jaringan biasa. Untuk melakukan proteksi keamanan lebih perlu menggunakan
layanan keamanan dengan VPN. VPN memungkinkan untuk membuat saluran aman
dalam jaringan publik, sehingga tidak ada yang bisa mengaksesnya kecuali hanya
pengirim dan penerima saja.
f. Biaya operasional rumah meningkat
Semua biaya operasional bekerja otomatis pindah semuanya saat kerja dari rumah.
Mulai dari listrik, internet dan makanan yang sebelumnya menjadi tanggung jawab
dari kantor.
g. Tidak semua pekerjaan bisa dilakukan dari rumah
Kekurangan work from home yang terakhir adalah tidak semua pekerjaan bisa
dilakukan dari rumah.
Dari semua kelebihan dan kekurangan di atas, permasalahan yang sering terjadi
dalam pelaksanaan work from home menurut penelitian Barbara Larson
(Northeastern University) adalah masalah pengawasan dan monitoring terhadap
pekerjaan setiap pegawai. Disinilah menurut penulis muncul peran Unit Kepatuhan
Internal dalam fungsinya sebagai pengendalian internal, untuk dapat memastikan
bahwa pekerjaan tetap dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Pengendalian Internal
Pengendalian internal merupakan salah satu cara atau alat untuk tercapainya tujuan
organisasi. Menurut Pahala Nainggolan (2012), Pengendalian internal memiliki
komponen seperti:
a. Penetapan kebijakan-kebijakan dalam semua aspek organisasi
b. Penetapan prosedur-prosedur untuk menjamin pelaksanaan dan dipatuhinya
kebijakan yang telah ditetapkan.
Untuk memenuhi komponen tersebut, dibutuhkan unsur-unsur utama dalam
pengendalian internal, diantaranya:
a. Lingkungan pengendalian
Lingkungan pengendalian yang baik, akan menunjang praktek-praktek keuangan
yang sehat, demikian juga sebaliknya. Bila lingkungan pengendalian tidak baik,
maka akan terlihat dari sikap dan tindakan yang diambil dalam pengelolaan
organisasi sehari-hari.
b. Sistem akuntansi
Sistem akuntansi merupakan serangkaian prosedur dan formulir yang digunakan
untuk menghasilkan informasi keuangan. Sistem akuntansi disusun dengan
memperhatikan beberapa kaidah standar akuntansi. Tujuan akhirnya adalah
memproduksi laporan keuangan dan laporan lainnya. Oleh karena itu, sistem
akuntansi disebut sebagai panduan dalam memproses transaksi menjadi informasi.
c. Prosedur pengendalian.
Prosedur merupakan panduan bagi setiap pelaksana di lapangan dan telah
disesuaikan dengan kondisi yang ada, biasanya melingkupi pemisahan tugas,
otorisasi, perancangan dan penggunaan dokumen, pengendalian aset organisasi
hingga kontrol pada pihak independen.

5. Peran Unit Kepatuhan Internal


Pengendalian internal di lingkungan Kementerian Keuangan dimulai sejak terbitnya
Keputusan Menteri Keuangan nomor 152/KMK.9/2011. KMK-152 ini merupakan
wujud nyata bentuk terobosan Kementerian Keuangan dalam melaksanakan PP 60
tahun 2008 yang mewajibkan penerapan pengendalian intern oleh seluruh
kementerian/lembaga dan pemerintah daerah. Disebut terobosan, karena melalui
KMK-152 Kementerian Keuangan mengamanatkan pembentukan satu unit khusus
pada tiap jenjang satuan kerja yang bertugas untuk melakukan pemantauan atas
fungsi pengendalian intern.
Pembentukan unit semacam ini merupakan hal baru pada praktik organisasi publik,
meskipun pada organisasi privat sudah banyak diterapkan. Praktik ini mengacu pada
best practices konsep three lines of defence pada organisasi modern untuk
meningkatkan pengendalian organisasi. Inti konsep tersebut adalah bahwa
pengendalian organisasi dilakukan melalui 3 lapis pertahanan.
Manajemen operasional merupakan lini pertahanan pertama yang bertanggung
jawab penuh untuk menjalankan seluruh kebijakan organisasi dengan menjalankan
pengendalian intern secara terus menerus dalam seluruh tahapan kegiatan.
Untuk membantu efektivitas manajemen, dibentuk lini pertahanan kedua, yang
bertugas untuk memantau pelaksanaan pengendalian intern pada waktu-waktu yang
ditentukan. Ada berbagai nama dalam praktik penerapan konsep ini, seperti unit
kontrol intern, unit kepatuhan, unit manajemen risiko, unit legal, dan lain sebagainya.
Fungsi ini di lingkungan internal Kementerian Keuangan dilaksanakan oleh Unit
Kepatuhan Internal (UKI).
UKI bertugas melakukan pemantauan atas pengendalian internal di setiap tingkatan
manajemen pada masing-masing unit organisasi lingkup Kementerian. Unit ini juga
mempunyai tugas memperingatkan lini pertahanan pertama jika ditemukan
kelemahan-kelemahan mulai dari tahapan rancangan sampai dengan pelaksanaan
pengendalian internal. Lini pertahanan ketiga adalah auditor (terutama auditor
intern), yang bertugas untuk melakukan pemantauan pengendalian intern dengan
waktu dan cakupan kegiatan lebih longgar dari yang dilakukan oleh UKI.

Dalam penerapan work from home di Kanwil DJKN Jawa Barat, peran UKI menjadi
lebih penting mengingat perlunya dilakukan evaluasi berkala terhadap pelaksanaan
work from home, apalagi kebijakan ini baru diterapkan pertama kali. Ada pekerjaan-
pekerjaan tertentu yang tidak dapat dilakukan secara online, harus dilakukan secara
langsung.
Saat ini, kewajiban UKI Kanwil DJKN dalam melakukan pemantauan atas
pengendalian internal di Kantor Wilayah DJKN antara lain dalam hal :
a. Sebagai Unit Pengendali Gratifikasi (UPG) yang bertugas dalam hal penerapan
pengendalian gratifikasi
b. Melakukan pemantauan terhadap proses bisnis bidang PKN
(persetujuan/penolakan penjualan BMN)
c. Melakukan pemantauan terhadap proses bisnis bidang Penilaian (verifikasi berkas
permohonan penilaian BMN dan penyusunan Laporan penilaian BMN)
d. Melakukan pemantauan kode etik yang terdiri dari: inspeksi mendadak kehadiran
pegawai pada jam kerja, pemantauan kode etik, dan pemantauan APT
e. Menyusun laporan capaian kinerja yang merupakan kompilasi kanwil dan KPKNL
f. Melaksanakan dialog kinerja organisasi
g. Menyusun dan reviu kontrak kinerja dan manual IKU para pegawai
h. Menyusun profil risiko dan laporan pemantauan manajemen risiko
i. Kegiatan lainnya yang diperintahkan oleh pimpinan.
Dalam pelaksanaan pekerjaan, UKI Kanwil DJKN telah dilengkapi dengan prosedur
pengendalian, menggunakan beberapa perangkat laporan yang berupa aplikasi
yang berbasis online. Namun, dengan adanya kebijakan work from home, terdapat
beberapa pekerjaan yang seharusnya dilaksanakan secara fisik tidak dapat
dilaksanakan, seperti pemeriksaan kelengkapan berkas pengelolaan kekayaan
negara dan penilaian, pemantauan kode etik kehadiran pegawai pada jam kerja dan
APT.
Meskipun demikian, terdapat hal-hal lain yang memudahkan UKI dalam
melaksanakan pemantauan pengendalian saat ini, antara lain adalah dengan telah
dilaksanakannya office automation berupa penggunaan aplikasi Nadine sebagai tata
persuratan di Kanwil DJKN Jawa Barat. Dengan aplikasi Nadine yang berbasis VPN
Kementerian Keuangan, data-data pekerjaan yang dikirim mendapatkan proteksi
keamanan yang baik, karena saluran yang digunakan merupakan saluran aman,
tidak berada dalam jaringan publik. Melalui aplikasi Nadine, pemeriksaan
kelengkapan dokumen PKN (persetujuan/penolakan), misalnya, dapat dilakukan
dengan cara mengunduh data yang sudah tersimpan dalam bentuk soft file pada
server.
Demikian pula dengan penerapan sistem presensi menggunakan aplikasi Dianas
berbasis web, yang mewajibkan pegawai untuk mengisi daftar hadir masuk dan
pulang secara online. Dengan adanya fasilitas ini, tingkat kepatuhan pegawai dalam
melaksanakan tugas secara work from home dapat dimonitor sesuai ketentuan yang
berlaku.
Agar dapat menjalankan fungsi sebagai lini pertahanan kedua secara optimal dalam
pelaksanaan work from home, UKI Kanwil DJKN Jawa Barat telah membantu lini
pertama dalam hal ini Bagian Umum untuk memastikan hal-hal sebagai berikut :
a. Melakukan identifikasi, siapa saja yang memungkinkan bekerja dari rumah,
pekerjaan apa saja yang mungkin bisa dikerjakan dari rumah
b. Menentukan sumber daya peralatan yang dimiliki oleh pegawai, apakah pegawai
mempunyai peralatan untuk bekerja di rumah, seperti laptop, dan apakah
sambungan internetnya lancar, dsb.
c. Menentukan bagaimana pengawasan dan koordinasi dilakukan (koordinasi
pembagian tugas).
d. Memastikan pekerja dapat menggunakan perangkat/aplikasi untuk melakukan
koordinasi jarak jauh dengan berbagai macam aplikasi yang telah tersedia.
e. Memantau kehadiran pegawai dalam pertemuan yang dilaksanakan secara online
melalui aplikasi zoom meeting.
Untuk dapat mewujudkan work from home yang produktif, diperlukan komunikasi
dan kerjasama yang baik dari seluruh pihak, khususnya atasan dan bawahan, agar
dapat meminimalisir faktor-faktor kendala yang mungkin terjadi. Dengan mengusung
niat dan tujuan yang sama, yaitu memutus rantai penyebaran Covid-19,
pelaksanaan work from home diharapkan tidak akan mengurangi tercapainya target
kinerja yang telah diamanatkan oleh organisasi. Unit Kepatuhan Internal selaku lini
pertahanan kedua tetap dapat berfungsi secara optimal dalam memantau lini
pertahanan pertama (dhi. seluruh tingkatan manajemen) yang bertanggung jawab
penuh untuk menjalankan seluruh kebijakan organisasi dengan menjalankan
pengendalian intern secara terus menerus dalam seluruh tahapan kegiatan

D. Simpulan dan Saran


1. Simpulan
Bekerja dari rumah atau work from home merupakan sistem yang dipilih pemerintah
untuk mengurangi penyebaran virus corona tipe baru (SARS-CoV-2) penyebab
Covid-19. Dengan bekerja dari rumah diharapkan akan menjaga jarak sosial, yakni
mengurangi mobilitas orang, menjaga jarak fisik, dan mengurangi kerumunan orang.
Unit Kepatuhan Internal Kanwil DJKN Jawa Barat sebagai lini pertahanan kedua
dalam three lines of defence, berperan dalam melakukan pemantauan atas
pelaksanaan work from home di Kanwil DJKN Jawa Barat agar dapat terkendali
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Unit Kepatuhan Internal memantau lini
pertahanan pertama (dhi. seluruh tingkatan manajemen) yang bertanggung jawab
penuh untuk menjalankan seluruh kebijakan organisasi dengan menjalankan
pengendalian intern secara terus menerus dalam seluruh tahapan kegiatan.
2. Saran
Hal-hal yang disarankan agar work from home dapat tetap produktif adalah ;
a. Lakukan komunikasi yang jelas dengan atasan dan pastikan mengerti apa yang
diharapkan oleh pimpinan.
b. Sebanyak mungkin komunikasi baik melalui suara (telepon), teks pesan singkat,
dan tatap muka atau virtual seperti panggilan video, Skype, Zoom.
c. Mandi dan berpakaian sopan. Laksanakan work from home seperti pelaksanaan
pekerjaan rutin di kantor.
d. Jika tidak memiliki ruang kerja di rumah, sebisa mungkin buat ruang khusus untuk
pekerjaan. Tidak memiliki ruang kerja di rumah yang lengkap ketika mulai bekerja
jarak jauh dapat menyebabkan penurunan produktivitas sementara.
e. Memberikan batasan jam kerja.
f. Sebanyak mungkin interaksi tatap muka online melalui panggilan video, memberi
kabar kepada atasan secara reguler.
g. Atasan harus memberikan arahan dalam bentuk komunikasi yang jelas dan
menjaga moral bawahan.

Pustaka :
1. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 152/KMK.9/2011
2. Pahala Nainggolan (2012), Manajemen Keuangan Lembaga Nirlaba. Jakarta:
Yayasan Integrasi-Edukasi
3. Barbara Larson (2020), Companies Can Help Employees Working Remotley
During The Covid-19 Pandemic, Northeastern University Boston
4. Crosbie, T & Moore, J (2004), “Work-life Balance and Working from Home”,
Teesside University

Anda mungkin juga menyukai