D. HICGKGVG
infeksi bakteri. Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa
atau salah satu komponennya sebagai kelanjutan infeksi dari daerah leher.
leher dalam terbentuk di ruang potensial di antara fasia leher dalam sebagai
tenggorokan, sinus paranasal, telinga tengah dan leher. Gejala dan tanda klinik
biasanya berupa nyeri dan pembengkakan di ruang leher dalam yang terlibat.
Abses leher dalam yang lain dapat berupa abses peritonsil, abses
dari gigi. Penyebab lain adalah infeksi kelenjar ludah, infeksi saluran nafas
1
atas, trauma, benda asing, dan 20% tidak diketahui fokus infeksinya.
uremia dan kelainan jantung seperti aoh MCI, dimana komplikasi yang
B. IXGAOAEG
1. Bakteri masuk kebawah kuit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum
abses.
abses mandibula sering disebabkan oleh infeksi didaerah rongga mulut atau
submandibula yang pada perabaan sangat keras biasanya tidak teraba adanya
2
trismus. Hal ini sering menyebabkan sumbatan jalan napas. Bila ada tanda-
tanda sumbatan jalan napas maka jalan napas harus segera dilakukan
dilakukan secara tumpul untuk mengeluarkan nanah. Bila tidak ada tanda-
tanda sumbatan jalan napas dapat segera dilakukan eksplorasi tidak ditemukan
mulut, rektum, dan otot. Abses yang sering ditemukan didalam kulit atau tepat
dibawah kulit terutama jika timbul diwajah.
Infeksi pada ruang ini berasal dari gigi molar kedua dan ketiga dari
beberapa jalan yaitu secara langsung melalui pinggir myolohioid, posterior dari
kuman, baik kuman aerob, anaerob, maupun fakultatif anaerob. Kuman aerob
Neisseria sp. Kuman anaerob yang sering ditemukan pada abses leher dalam
Fusobacterium.
3
F. ZDXACGVGAOAEG / ZDXLUDW
Jika bakteri menusup kedalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi
infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi
jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan
dan setelah menelan bakteri. Sel darah putih akan mati, sel darah putih yang
4
ZDXLUDW DBVIV NDKHGBYOD
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat luka atau infeksi bakteri
Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di Bakteri menyebar dari suatu infeksi Bakteri masuk kebawah kulit akibat luka yang
dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan dibagian tubuh yang lain berasal dari tusukan jarum yang tidak steril
H. NDKGCIVXDVG MOGKGV
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), gejala dari abses tergantung kepada
lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya bisa
berupa :
1. Nyeri
2. Nyeri tekan
3. Teraba hangat
4. Pembengakakan
5. Kemerahan
6. Demam
Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagi
benjolan. Adapun lokasi abses antara lain ketiak, telinga, dan tungkai bawah.
Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena
gejala seringkali tumbuh lebih besar. Abses dalam lebih mungkin menyebarkan
Adapun tanda dan gejala abses mandibula adalah nyeri leher disertai
I. MANZOGMDVG
paling sering meluas ke ruang parafaring karena pembatas antara ruangan ini
cukup tipis. Perluasan ini dapat secara langsung atau melalui ruang mastikor
C. ZINIRGMVDDK HGDEKAVXGM
1. Kultur
Mengidentifikasi organisme penyebab abses sensitivitas menentukan obat
mengindikasikan produksi sel darah putih tak matur dalam jumlah besar.
3. Elektrolit serum
4. Pemeriksaan pembekuan
Trombositopenia dapat terjadi karena agregasi trombosit, PT/PTT mungkin
5. Laktat serum
6. Glukosa serum
7. BUN/Kreatinin
8. GDA
Adanya sel darah putih/bakteri penyebab infeksi sering muncul protein dan
10. Sinar X
Film abdominal dan dada bagian bawah yang mengindikasikan udara bebas
11. EKG
E. ZIKDXDODMVDKDDK
1. Antibiotik (parenteral)
anaerob, gram positif dan gram negatif) adalah pilihan terbaik mengingat
hasil uji sensistivitas kultur pus telah didapat pemberian antibiotik dapat
disesuaikan.
3. Bila abses telah terbentuk, maka evakuasi abses dapat dilakukan. Evakuasi
abses dapat dilakukan dalam anestesi lokal untuk abses yang dangkal dan
terlokalisasi atau eksplorasi dalam narkosis bila letak abses dalam dan luas.
Insisi dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi atau setinggi os hioid,
tergantung letak dan luas abses. Bila abses belum terbentuk, dilakukan
dilakukan.
4. ZIKEMD@GDK
D. Ghiktitds Moiik
Nama : Tn. B
Umur : 55 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Agama : Kristen
Suku/Bangsa : Manado/Indonesia
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Alamat : Gorontalo
Tanggal/ Jam Masuk RS : 19-11-2019/ 04.55 WITA
Tanggal/ Jam Operasi : 20-11-2019/ 09.00 WITA
Tanggal/ Jam Masuk HCU : 20-11-2019/ 12.00
WITA Diagnosa Medis : Abses Submandibulla
Tanggal Pengkajian : 20-11-2019
Hari Dan Waktu : Rabu/16.00 WITA
No. Rekam Medik : 106-92-86
Status Pembayaran : Umum
pasca operasi
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan ± 2 minggu yang lalu terjadi pembengkakan pada dagu sebelah
kanannya setelah memecahkan bisul yang terdapat pada dagunya. Panjang benjolan
10 cm dan lebar 9 cm disertai pus dan nyeri saat menelan.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan pernah menderita DM dan operasi Katarak pada tahun 2017.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang menderita penyakit yang sama.
4. Genogram
? ?
40
? ? ?
55
thn ? ? ? thn ? ?
27t 26 20 16 6 2
hn thn thn thn thn thn
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien
22
22
d. Nutrisi
1) Frekuensi makan : 10 sendok perhari
2) Berat badan / tinggi badan : 60 Kg / 165 CM
3) IMT : 22
4) BB dalam 1 bulan terakhir : turun 10 kg
5) LILA : 28 cm
6) Jenis makanan : bubur
7) Makanan yang disukai : makanan khas Manado
8) Makanan pantang : makanan tinggi gula
9) Nafsu makan : klien mengatakan nafsu makan berkurang karena nyeri
saat menelan dan lidah terasa pahit
10) Masalah pencernaan : klien mengatakan kesulitan menelan dan merasakan
mual dan muntah
11) Riwayat operasi / trauma gastrointestinal : klien mengatakan pernah operasi
katarak pada tahun 2017.
12) Diit RS : tidak habis, hanya 10 sendok makan/ hari
13) Kebutuhan pemenuhan ADL makan: terpasang NGT
e. Cairan, Elektrolit dan Asam Basa
1) Frekuensi minum : sering konsumsi air/hari: 1,5 liter/hari
2) Turgor kulit : Baik
3) Support IV Line : Ya, Jenis : 1. NaCL 0,9% dosis 24 Tpm
4) Intake : ± 3426 CC
5) Output : ± 2440 CC
6) Balance Cairan : ± 986 CC
1) Sesak nafas : klien mengatakan tidak sesak nafas
a) Frekuensi : 20 kali/menit
b) Kapan terjadinya : -
22
a. Keadaan Umum Klien : klien nampak lemah dengan tingkat kesadaran compomentis
b. Vital Sign : TD : 150/90 mmHg
N : 80 x/menit
P : 20 x/menit
S : 39o C
c. Antropometri
Sebelum
sakit TB : 165
cm BB : 75
Kg Saat sakit
TB : 165 cm
BB : 60 Kg
d. Kepala
Inspeksi : bentuk bulat, rambut hitam lurus, kulit kepala bersih tidak ada ketombe
namun sedikit berminyak
Palpasi : tidak ada massa, benjolan ataupun lessi
e. Kulit
Warna Kulit : coklat
Turgor Kulit : Baik
Lesi : ada lesi
Edema : adanya oedema pada punggung tangan akibat pemasangan infus
Peradangan : peradangan pada area tepi luka
f. Penglihatan
Inspeksi : Pergerakan bola mata normal, Konjungtiva nampak tidak pucat, sclera
tidak ikterik, reflex pupil terhadap cahaya baik
g. Penciuman atau penghidung
Inspeksi: hidung simetris tidak terdapat polip
h. Pendengaran / telinga
Inspeksi : daun telinga dan liang telingah tampak bersih
22
i. Mulut
Inspeksi: mulut bersih, mukosa bibir kering
j. Dagu
Inspeksi:
k. Leher
Inspeksi : normal, tidak ada pembesaran kelenjar Tyroid
l. Dada/pernafasan
Inspeksi : bentuk normal, frekuensi pernafasan 20x permenit dengan irama teratur
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : suara nafas vesikuler
m. Abdomen
Inpeksi : warna kulit putih, tidak ada luka, tidak ada
edema Palpasi : tidak ada massa ataupun nyeri tekan
Perkusi : bunyi tympani
n. Genitalia
Klien mengatakan tidak ada keluhan dan kelainan pada system genitalianya
o. Ekstremitas
Atas : terpasang infus di tangan kiri, tidak ada edema ataupun nyeri tekan, tangan
kanan dan kiri dapat bergerak bebas, tidak ada hambatan.
Bawah: tidak ada edema ataupun nyeri tekan, kaki kanan dan kiri dapat bergerak
bebas, tidak ada hambatan.
7. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium
22
8. Terapi Medis
KLASIFIKASI DATA
A. Data Subjektif :
1. Klien mengatakan badannya terasa panas
2. Klien mengatakan nyeri pada bagian dagu
3. Klien mengatakan nyerinya seperti teriris-iris dan hilang timbul
4. Klien mengatakan makan bubur hanya 10 sendok perhari
5. Klien mengatakan nyeri saat mengunyah dan menelan makanan
B. Data Objektif :
1. Klien tampak lemas
2. Terjadi penurunan berat badan selama sakit
3. Porsi makan tampak berkurang
4. Klien tampak meringis
5. Skala nyeri 5
22
ANALISA DATA
Peradangan
Demam
DO :
Suhu tubuh
•
39oC Hipertermi
DS:
Klien
mengatakan hanya mampu
20 November
makan bubur
22
Merangsang nervus
hipoglosus, gangguan
Klien tampak
lemas Ketidaknyamanan
•
Terjadi mulut
penurunan
berat badan selama sakit
Anorexia
Porsi makan
tampak
DS:
Klien
mengatakan nyerinya seperti teriris- iris dan hilang timbul
Klien mengatakan nyeri saat
mengunyah
22
Klien tampak
meringis Sel darah putih mati
Skala nyeri 5
Terdapat luka