Anda di halaman 1dari 20

DVYLDK MIZIRDUDXDK DBVIV

VYBNDKHGBYOD ZDHD Xk. B HG RYDKE LFY


RVDH HR. R.
GVNAWA MIKHDRG

ZRAERDN VXYHG ZRACIVG KIRV


DKEMDXDK \ VXGMIV NDKHDOD
UDOYWD
MIKHDRG
2047
ODZARDK ZIKHDLYOYDK
DBVIV VYBNDKHGBYOD

D. HICGKGVG

Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi kibat atau

infeksi bakteri. Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa

kantong berisi nanah. (Siregar, 2004). Sedangkan abses mandibula adalah

abses yang terjadi di mandibula. Abses dapat terbentuk di ruang submandibula

atau salah satu komponennya sebagai kelanjutan infeksi dari daerah leher.

(Smeltzer dan Bare, 2001). Abses submandibula di defenisikan sebagai

terbentuknya abses pada ruang potensial di region submandibula yang disertai

dengan nyeri tenggorok, demam dan terbatasnya gerakan membuka mulut.

Abses submandibula merupakan bagian dari abses leher dalam. Abses

leher dalam terbentuk di ruang potensial di antara fasia leher dalam sebagai

akibat penjalaran infeksi dari berbagai sumber, seperti gigi, mulut,

tenggorokan, sinus paranasal, telinga tengah dan leher. Gejala dan tanda klinik

biasanya berupa nyeri dan pembengkakan di ruang leher dalam yang terlibat.

Kuman penyebab infeksi terbanyak adalah golongan Vtriptafaffus,

Vtdplyoafaffus, kuman anaerob Bdftiraihis atau kuman campur.

Abses leher dalam yang lain dapat berupa abses peritonsil, abses

retrofaring, abses parafaring dan angina Ludovici (Ludwig's angina). Ruang

submandibula merupakan daerah yang paling sering terlibat penyebaran infeksi

dari gigi. Penyebab lain adalah infeksi kelenjar ludah, infeksi saluran nafas

1
atas, trauma, benda asing, dan 20% tidak diketahui fokus infeksinya.

Komplikasi dapat diperberat karena adanya kelainan ginjal seperti

uremia dan kelainan jantung seperti aoh MCI, dimana komplikasi yang

diperberat dengan penyakit penyerta dapat menyebabkan kematian.

B. IXGAOAEG

Menurut Siregar (2004) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses

melalui beberapa cara antara lain:

1. Bakteri masuk kebawah kuit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum

yang tidak steril.

2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain.


3. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan

tidak menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya

abses.

Lebih lanjut Siregar (2004) menjelaskan peluang terbentuknya suatu

abses akan meningkat jika :

1. Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi

2. Darah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang

3. Terdapat gangguan sistem kekebalan.

Menurut Hardjatmo Tjokro Negoro, PHD dan Hendra Utama, (2001),

abses mandibula sering disebabkan oleh infeksi didaerah rongga mulut atau

gigi. Peradangan ini menyebabkan adanya pembengkakan didaerah

submandibula yang pada perabaan sangat keras biasanya tidak teraba adanya

fluktuasi. Sering mendorong lidah keatas dan kebelakang dapat menyebabkan

2
trismus. Hal ini sering menyebabkan sumbatan jalan napas. Bila ada tanda-

tanda sumbatan jalan napas maka jalan napas harus segera dilakukan

trakceostomi yang dilanjutkan dengan insisi digaris tengah dan eksplorasi

dilakukan secara tumpul untuk mengeluarkan nanah. Bila tidak ada tanda-

tanda sumbatan jalan napas dapat segera dilakukan eksplorasi tidak ditemukan

nanah, kelainan ini disebutkan Angina ludoviva (Selulitis submandibula).

Setelah dilakukan eksplorasi diberikan antibiotika dosis tinggi untuk kuman

aerob dan anaerob.

Abses bisa terbentuk diseluruh bagian tubuh, termasuk paru-paru,

mulut, rektum, dan otot. Abses yang sering ditemukan didalam kulit atau tepat
dibawah kulit terutama jika timbul diwajah.

Infeksi pada ruang ini berasal dari gigi molar kedua dan ketiga dari

mandibula, jika apeksnya ditemukan di bawah perlekatan dari musculus

mylohyoid. infeksi dari gigi dapat menyebar ke ruang submandibula melalui

beberapa jalan yaitu secara langsung melalui pinggir myolohioid, posterior dari

ruang sublingual, periostitis dan melalui ruang mastikor.

Sebagian besar abses leher dalam disebabkan oleh campuran berbagai

kuman, baik kuman aerob, anaerob, maupun fakultatif anaerob. Kuman aerob

yang sering ditemukan adalah Stafilokokus, Streptococcus sp, Haemofilus

influenza, Streptococcus Pneumonia, Moraxtella catarrhalis, Klebsiell sp,

Neisseria sp. Kuman anaerob yang sering ditemukan pada abses leher dalam

adalah kelompok batang gram negatif, seperti Bacteroides, Preνotella, maupun

Fusobacterium.

3
F. ZDXACGVGAOAEG / ZDXLUDW

Jika bakteri menusup kedalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi

infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi

jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan

pertahanan tubuh dalalm melawan infeksi, bergerak kedalam rongga tersebut,

dan setelah menelan bakteri. Sel darah putih akan mati, sel darah putih yang

mati inilah yang membentuk nanah yang mengisi rongga tersebut.

Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan

terdorong jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi

dinding pembatas. Abses hal ini merupakan mekanisme tubuh mencegah


penyebaran infeksi lebih lanjut jika suatu abses pecah di dalam tubuh maka

infeksi bisa menyebar kedalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit,

tergantung kepada lokasi abses.

4
ZDXLUDW DBVIV NDKHGBYOD

Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat luka atau infeksi bakteri

Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di Bakteri menyebar dari suatu infeksi Bakteri masuk kebawah kulit akibat luka yang
dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan dibagian tubuh yang lain berasal dari tusukan jarum yang tidak steril

gangguan, kadang bisa menyebabkan


terbentuknya abses bakteri
Kurang pengetahuan
Jaringan sel
ttg penyakit
Kerusakan jaringan terinfeksi

Sel darah putih mati cemas


Pengeluaran mediator
rubor
kimia
Jaringan menjadi
abses dan berisi infeksi dolor
Merangsang
nosise tor peradangan calor
PECAH
Merangsang
tumor
nervus Nyeri demam
hipoglosus Kerusakan integritas
jaringan Gangguan pola tidur
Gangguan
hipertermi
mengunyah dan
Menstimulasi RAS REM menurun Klien terjaga

Ketidaknyamanan Nutrisi kurang


anoreksia dari
kebutuhan

H. NDKGCIVXDVG MOGKGV

Menurut Smeltzer dan Bare (2001), gejala dari abses tergantung kepada

lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya bisa

berupa :

1. Nyeri

2. Nyeri tekan

3. Teraba hangat

4. Pembengakakan

5. Kemerahan

6. Demam

Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagi
benjolan. Adapun lokasi abses antara lain ketiak, telinga, dan tungkai bawah.

Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena

kulit diatasnya menipis. Suatu abses di dalam tubuh, sebelum menimbulkan

gejala seringkali tumbuh lebih besar. Abses dalam lebih mungkin menyebarkan

infeksi keseluruh tubuh.

Adapun tanda dan gejala abses mandibula adalah nyeri leher disertai

pembengkakan di bawah mandibula dan di bawah lidah, mungkin berfluktuasi.

I. MANZOGMDVG

Proses peradangan dapat menjalar secara hematogen, limfogen atau


langsung (perkontinuitatum) ke daerah sekitarnya. Infeksi dari submandibula

paling sering meluas ke ruang parafaring karena pembatas antara ruangan ini

cukup tipis. Perluasan ini dapat secara langsung atau melalui ruang mastikor

melewati musculus pterygoid medial kemudian ke parafaring. Selanjutnya

infeksi dapat menjalar ke daerah potensial lainnya.

Penjalaran ke atas dapat mengakibatkan peradangan intrakranial, ke

bawah menyusuri selubung karotis mencapai mediastinum menyebabkan

medistinitis. Abses juga dapat menyebabkan kerusakan dinding pembuluh

darah. Bila pembuluh karotis mengalami nekrosis, dapat terjadi ruptur,

sehimgga terjadi perdarahan hebat, bila terjadi periflebitis atau endoflebitis,

dapat timbul tromboflebitis dan septicemia.

C. ZINIRGMVDDK HGDEKAVXGM

Pemeriksaan penunjang dari abses antara lain:

1. Kultur
Mengidentifikasi organisme penyebab abses sensitivitas menentukan obat

yang paling efektif.

2. Sel darah putih

Hematokrit mungkin meningkat, Leukopenia, Leukositosis (15.000-30.000)

mengindikasikan produksi sel darah putih tak matur dalam jumlah besar.

3. Elektrolit serum

Berbagai ketidakseimbangan mungkin terjadi dan menyebabkan acidosis,

perpindahan cairan dan perubahan fungsi ginjal

4. Pemeriksaan pembekuan
Trombositopenia dapat terjadi karena agregasi trombosit, PT/PTT mungkin

memanjang menunjukan koagulopati yang diasosiasikan dengan iskemia

hati/sirkulasi toksin/status syok.

5. Laktat serum

Meningkat dalam acidosis metabolic, disfungsi hati, syok.

6. Glukosa serum

Hiperglikemi menunjukkan glukogenesis dan glikogenesis di dalam hati

sebagai respon dari puasa/perubahan seluler dalam metabolism.

7. BUN/Kreatinin

Peningkatan kadar diasosiasikan dengan dehidrasi, ketidakseimbangan/

kegagalan ginjal dan disfungsi/kegagalan hati.

8. GDA

Alkalosis respiratori hipoksemia,tahap lanjut hipoksemia asidosis

respiratorik dan metabolic terjadi karena kegagalan mekanisme kompensasi.


9. Urinalisis

Adanya sel darah putih/bakteri penyebab infeksi sering muncul protein dan

sel darah merah.

10. Sinar X

Film abdominal dan dada bagian bawah yang mengindikasikan udara bebas

di dalam abdomen/organ pelvis.

11. EKG

Dapat menunjukan perubahan segmen ST dan gelombang T,dan disritmia

yang menyerupai infak miokard.

E. ZIKDXDODMVDKDDK

Terapi yang diberikan pada abses submandibula adalah :

1. Antibiotik (parenteral)

Untuk mendapatkan jenis antibiotik yang sesuai dengan kuman

penyebab, uji kepekaan perlu dilakukan. Namun, pemberian antibiotik

secara parenteral sebaiknya diberikan secepatnya tanpa menunggu hasil

kultur pus. Antibiotik kombinasi (mencakup terhadap kuman aerob dan

anaerob, gram positif dan gram negatif) adalah pilihan terbaik mengingat

kuman penyebabnya adalah campuran dari berbagai kuman. Secara empiris

kombinasi ceftriaxone dengan metronidazole masih cukup baik. Setelah

hasil uji sensistivitas kultur pus telah didapat pemberian antibiotik dapat
disesuaikan.

2. Berdasarkan uji kepekaaan, kuman aerob memiliki angka sensitifitas tinggi

terhadap terhadap ceforazone sulbactam, moxyfloxacine, ceforazone,

ceftriaxone, yaitu lebih dari 70%. Metronidazole dan klindamisin angka

sensitifitasnya masih tinggi terutama untuk kuman anaerob gram negatif.

Antibiotik biasanya dilakukan selama lebih kurang 10 hari.

3. Bila abses telah terbentuk, maka evakuasi abses dapat dilakukan. Evakuasi

abses dapat dilakukan dalam anestesi lokal untuk abses yang dangkal dan

terlokalisasi atau eksplorasi dalam narkosis bila letak abses dalam dan luas.
Insisi dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi atau setinggi os hioid,

tergantung letak dan luas abses. Bila abses belum terbentuk, dilakukan

panatalaksaan secara konservatif dengan antibiotik IV, setelah abses

4. terbentuk (biasanya dalam 48-72 jam) maka evakuasi abses dapat

dilakukan.

5. Mengingat adanya kemungkinan sumbatan jalan nafas, maka tindakan

trakeostomi perlu dipertimbangkan.


10

DVYLDK MIZIRDUDXDK ZDHD ZDVGIK XK. B HIKEDK HGDEKAVD DBVIV


VYBNDKHGBYODRGV HG RYDKE LFY BDH 3

RVDH. HR.R .GVNAWA MIKHDRG

4. ZIKEMD@GDK
D. Ghiktitds Moiik
Nama : Tn. B
Umur : 55 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Agama : Kristen
Suku/Bangsa : Manado/Indonesia
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Alamat : Gorontalo
Tanggal/ Jam Masuk RS : 19-11-2019/ 04.55 WITA
Tanggal/ Jam Operasi : 20-11-2019/ 09.00 WITA
Tanggal/ Jam Masuk HCU : 20-11-2019/ 12.00
WITA Diagnosa Medis : Abses Submandibulla
Tanggal Pengkajian : 20-11-2019
Hari Dan Waktu : Rabu/16.00 WITA
No. Rekam Medik : 106-92-86
Status Pembayaran : Umum

Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. G
Agama : Kristen
Pendidikan : S1
Pekerjaan :-
Status Pernikahan : Sudah
Menikah Alamat : Gorontalo
Hubungan Dengan Klien : Istri
22

2. Keluhan Utama : Klien mengatakan badannya terasa panas

pasca operasi
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan ± 2 minggu yang lalu terjadi pembengkakan pada dagu sebelah
kanannya setelah memecahkan bisul yang terdapat pada dagunya. Panjang benjolan
10 cm dan lebar 9 cm disertai pus dan nyeri saat menelan.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan pernah menderita DM dan operasi Katarak pada tahun 2017.
c. Riwayat Penyakit Keluarga

Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang menderita penyakit yang sama.

4. Genogram

? ?

40
? ? ?
55
thn ? ? ? thn ? ?
27t 26 20 16 6 2
hn thn thn thn thn thn

Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien

? : Umur tidak diketahui

22

5. Basic Promoting physiology of Health


a. Aktivitas dan Latihan
1) Pekerjaan : klien mengatakan aktivitas sehari harinya bekerja sebagai awak kapal
di salah satu perusahaan nikel.
2) Olah raga rutin : klien mengatakan sering mengangkat barang Frekuensi: ± 3 kali
dalam sehari.
3) Alat bantu : klien mengatakan tidak menggunakan alat bantu dalam melakukan
aktivitasnya
4) Terapi : klien mengatakan tidak pernah mendapatkan terapi sebelumnya.
5) Kemampuan melakukan ROM : aktif
6) Kemampuan ambulasi dan ADL : mandiri
b. Tidur dan Istirahat
1) Lama tidur : 4 jam
2) Kesulitan tidur di RS : klien mengatakan tidak mengalami susah tidur
3) Alasan :-
4) Kesulitan tidur :-
c. Kenyamanan dan Nyeri
Palliative/Profokatif : akibat pembengkakan di dagu yang mengarah ke leher
Quality : klien mengatakan nyeri seperti teriris-iris
Region : supra mandibularis
Depan Belakang

Scale : skala nyeri 5

Time : klien mengatakan nyeri dirasa hilang timbul

22

d. Nutrisi
1) Frekuensi makan : 10 sendok perhari
2) Berat badan / tinggi badan : 60 Kg / 165 CM
3) IMT : 22
4) BB dalam 1 bulan terakhir : turun 10 kg
5) LILA : 28 cm
6) Jenis makanan : bubur
7) Makanan yang disukai : makanan khas Manado
8) Makanan pantang : makanan tinggi gula
9) Nafsu makan : klien mengatakan nafsu makan berkurang karena nyeri
saat menelan dan lidah terasa pahit
10) Masalah pencernaan : klien mengatakan kesulitan menelan dan merasakan
mual dan muntah
11) Riwayat operasi / trauma gastrointestinal : klien mengatakan pernah operasi
katarak pada tahun 2017.
12) Diit RS : tidak habis, hanya 10 sendok makan/ hari
13) Kebutuhan pemenuhan ADL makan: terpasang NGT
e. Cairan, Elektrolit dan Asam Basa
1) Frekuensi minum : sering konsumsi air/hari: 1,5 liter/hari
2) Turgor kulit : Baik
3) Support IV Line : Ya, Jenis : 1. NaCL 0,9% dosis 24 Tpm

2. Paracetamol Dosis 100 mL

4) Intake : ± 3426 CC
5) Output : ± 2440 CC
6) Balance Cairan : ± 986 CC
1) Sesak nafas : klien mengatakan tidak sesak nafas
a) Frekuensi : 20 kali/menit
b) Kapan terjadinya : -

c) Kemungkinan faktor pencetus : -


22

d) Faktor yang memperberat : -


e) Faktor yang meringankan : -
2) Batuk : klien tidak nampak batuk

3) Sputum : tidak ada


4) Nyeri dada : tidak ada
5) Hal yang dilakukan untuk meringankan nyeri dada: -
6) Riwayat penyakit : klien mengatakan mempunyai riwayat penyakit Diabetes
Mellitus
7) Riwayat merokok : pasif
g. Eliminasi fekal/bowel
1) Frekuensi : klien mengatakan belum BAB selama 4 hari pasca operasi.
2) Waktu : -
3) Warna : -
4) Gangguan eliminasi bowel : -
5) Kebutuhan pemenuhan ADL bowel : -
h. Eliminasi urin
1) Frekuensi : -
2) Warna : -
3) Gangguan eliminasi bladder : -
4) Riwayat dahulu : -
5) Penggunaan kateter : ya
6) Kebutuhan pemenuhan ADL bladder : dengan bantuan
7) Keluhan : tidak ada
i. Sensori, persepsi dan kognitif
1) Gangguan penglihatan : tidak
2) Gangguan pendengaran : tidak
3) Gangguan penciuman : tidak
4) Gangguan sensasi taktil : tidak
5) Gangguan pengecapan : ya
6) Riwayat penyakit : eye surgery
6. Pengkajian Fisik

22

a. Keadaan Umum Klien : klien nampak lemah dengan tingkat kesadaran compomentis
b. Vital Sign : TD : 150/90 mmHg

N : 80 x/menit

P : 20 x/menit

S : 39o C

c. Antropometri
Sebelum
sakit TB : 165
cm BB : 75
Kg Saat sakit
TB : 165 cm

BB : 60 Kg
d. Kepala
Inspeksi : bentuk bulat, rambut hitam lurus, kulit kepala bersih tidak ada ketombe
namun sedikit berminyak
Palpasi : tidak ada massa, benjolan ataupun lessi
e. Kulit
Warna Kulit : coklat
Turgor Kulit : Baik
Lesi : ada lesi
Edema : adanya oedema pada punggung tangan akibat pemasangan infus
Peradangan : peradangan pada area tepi luka
f. Penglihatan
Inspeksi : Pergerakan bola mata normal, Konjungtiva nampak tidak pucat, sclera
tidak ikterik, reflex pupil terhadap cahaya baik
g. Penciuman atau penghidung
Inspeksi: hidung simetris tidak terdapat polip
h. Pendengaran / telinga
Inspeksi : daun telinga dan liang telingah tampak bersih

22
i. Mulut
Inspeksi: mulut bersih, mukosa bibir kering
j. Dagu
Inspeksi:
k. Leher
Inspeksi : normal, tidak ada pembesaran kelenjar Tyroid
l. Dada/pernafasan
Inspeksi : bentuk normal, frekuensi pernafasan 20x permenit dengan irama teratur
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : suara nafas vesikuler
m. Abdomen
Inpeksi : warna kulit putih, tidak ada luka, tidak ada
edema Palpasi : tidak ada massa ataupun nyeri tekan
Perkusi : bunyi tympani

n. Genitalia
Klien mengatakan tidak ada keluhan dan kelainan pada system genitalianya
o. Ekstremitas
Atas : terpasang infus di tangan kiri, tidak ada edema ataupun nyeri tekan, tangan
kanan dan kiri dapat bergerak bebas, tidak ada hambatan.
Bawah: tidak ada edema ataupun nyeri tekan, kaki kanan dan kiri dapat bergerak
bebas, tidak ada hambatan.
7. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium

Jenis Pemeriksaan : Kimia Darah Glukosa Darah


Sewaktu Hari/Tanggal : Rabu, 20 November 2019

NoJenis Pemeriksaan Hasil Nilai SatuanMetode


PemeriksaanRujukan
1 Kimia Darah 350< 140 mg/dLFotometrik
Glukosa Darah

22
8. Terapi Medis

No Jenis Pemberian Dosis

1 IUFD NaCl IV 24 TPM


2 Cefotaxime IV 12 Jam

3 Omeprazole IV 1vial/12 jam


3 Ketorolac IV 1amp / 8 Jam

4 Ondansetron IV 1 amp/8 jam


5 Levenir IM 10 x usc jam
22.00 wita
6 Insulin IM 3x10/ 12 jam
Noverapid
7 Paracetamol IV 100 mL
Infused 1 flacon

KLASIFIKASI DATA

A. Data Subjektif :
1. Klien mengatakan badannya terasa panas
2. Klien mengatakan nyeri pada bagian dagu
3. Klien mengatakan nyerinya seperti teriris-iris dan hilang timbul
4. Klien mengatakan makan bubur hanya 10 sendok perhari
5. Klien mengatakan nyeri saat mengunyah dan menelan makanan

B. Data Objektif :
1. Klien tampak lemas
2. Terjadi penurunan berat badan selama sakit
3. Porsi makan tampak berkurang
4. Klien tampak meringis
5. Skala nyeri 5

22

6. Terdapat luka post op mandibulla


7. Suhu tubuh 39oC
8. Terdapat pus dan jaringan nekrotic
9. Terdapat luka berlubang dengan panjang 6cm dan lebar 5cm

ANALISA DATA

Tgl/Jam Data Fokus Itiologi Problem

20 November 2019/ DS : Bakteri Hipertermi


16.00 WITA
Klien
mengatakan
Jaringan sel terinfeksi
badannya
terasa panas

Peradangan

Demam
DO :

Suhu tubuh

39oC Hipertermi

DS:

Klien
mengatakan hanya mampu

20 November
makan bubur
22

2019/16.00 WITA 10 sendok Kerusakan jaringan Nutrisi kurang dari


perhari kebutuhan tubuh

Merangsang nervus
hipoglosus, gangguan

DO: mengunyah dan


menelan

Klien tampak
lemas Ketidaknyamanan

Terjadi mulut

penurunan
berat badan selama sakit

Anorexia

Porsi makan
tampak

Nutrisi kurang dari


berkurang kebutuhan
sedikit

DS:

Klien
mengatakan nyerinya seperti teriris- iris dan hilang timbul
Klien mengatakan nyeri saat
mengunyah

22

20 November dan menelan Bakteri


2019/16.00 WITA makanan
Nyeri akut
DO:
Jaringan sel terinfeksi

Klien tampak
meringis Sel darah putih mati

Skala nyeri 5
Terdapat luka

Anda mungkin juga menyukai