Anda di halaman 1dari 4

RANGKUMAN

“ETIKA PROFESI AKUNTANSI”

Disusun Oleh:

JAMIL

“105731114121”

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UVIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2023/2024
RANGKUMAN 9

A. Audit Internal
Audit internal adalah proses evaluasi dan pemeriksaan yang dilakukan oleh
tim atau individu internal di dalam suatu organisasi untuk menilai keefektifan sistem
kontrol, manajemen risiko, dan proses tata kelola perusahaan. Audit internal bertujuan
untuk memberikan keyakinan kepada manajemen bahwa operasi bisnis berjalan sesuai
dengan kebijakan, prosedur, dan standar yang telah ditetapkan. Selain itu, audit
internal juga membantu meningkatkan efisiensi, mengidentifikasi potensi risiko, dan
memberikan rekomendasi untuk perbaikan. Beberapa karakteristik penting dari audit
internal meliputi:
1. Independensi: Meskipun tim audit internal berada di dalam organisasi, mereka
diharapkan untuk tetap independen agar dapat memberikan penilaian yang
obyektif.
2. Orientasi pada Perbaikan: Audit internal tidak hanya menilai kesalahan atau
kelemahan, tetapi juga memberikan rekomendasi untuk meningkatkan proses dan
kontrol.
3. Pengukuran Kinerja: Audit internal membantu mengukur kinerja organisasi
dengan membandingkan praktik yang sebenarnya dengan standar yang ditetapkan.
4. Assurance (Keyakinan): Audit internal memberikan keyakinan kepada manajemen
dan pemangku kepentingan bahwa kontrol internal dan proses manajemen risiko
berfungsi dengan baik.
5. Pelibatan dengan Manajemen: Tim audit internal sering bekerja sama dengan
manajemen untuk memahami proses bisnis dan mencari cara untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas.
6. Tujuan Organisasional: Audit internal dilakukan untuk mendukung pencapaian
tujuan dan strategi organisasi.
Selain itu, audit internal dapat mencakup berbagai bidang, termasuk keuangan,
operasional, kepatuhan hukum, dan TI (teknologi informasi), tergantung pada
kebutuhan dan prioritas organisasi.

B. Manajemen Resiko
Manajemen risiko adalah suatu pendekatan sistematis dan terstruktur untuk
mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengelola potensi dampak (risiko) yang dapat
mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi. Tujuan utama dari manajemen risiko
adalah untuk menciptakan nilai bagi organisasi dan membantu mencapai tujuan
dengan meminimalkan risiko atau mengoptimalkan peluang. Berikut adalah beberapa
konsep kunci dalam manajemen risiko:
1. Identifikasi Risiko: Proses identifikasi risiko melibatkan pengenalan dan
penentuan jenis risiko yang mungkin dihadapi oleh organisasi. Ini dapat
melibatkan risiko keuangan, operasional, reputasi, hukum, teknologi, atau risiko
lainnya yang dapat mempengaruhi kinerja organisasi.
2. Evaluasi Risiko: Setelah risiko diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah
mengevaluasi risiko tersebut. Ini mencakup penilaian terhadap kemungkinan
terjadinya risiko dan dampaknya jika terjadi. Hasil evaluasi dapat digunakan
untuk mengkategorikan risiko dan menentukan tingkat keparahan.
3. Manajemen Risiko: Setelah identifikasi dan evaluasi, organisasi perlu mengelola
risiko tersebut. Strategi manajemen risiko dapat mencakup penghindaran risiko,
mitigasi risiko, transfer risiko, atau penerimaan risiko dengan kondisi tertentu.
4. Monitoring dan Pengendalian: Manajemen risiko adalah proses yang dinamis, dan
kondisi internal dan eksternal dapat berubah. Oleh karena itu, penting untuk terus
memonitor risiko dan melakukan pengendalian yang diperlukan untuk menjaga
risiko pada tingkat yang dapat diterima.
5. Komunikasi dan Pelaporan Risiko: Komunikasi efektif mengenai risiko kepada
pihak yang berkepentingan internal dan eksternal merupakan bagian integral dari
manajemen risiko. Ini mencakup pelaporan secara teratur dan transparan
mengenai status risiko dan tindakan yang diambil.
6. Budaya Risiko: Penting untuk menciptakan budaya di dalam organisasi di mana
pengelolaan risiko dianggap sebagai tanggung jawab bersama. Semua anggota
organisasi harus memahami pentingnya manajemen risiko dan berpartisipasi aktif
dalam upaya tersebut.

C. Organisasi Berintegritas
Sebuah organisasi yang berintegritas adalah organisasi yang mengutamakan
nilai-nilai moral, etika, dan transparansi dalam setiap aspek operasionalnya. Integritas
mencakup komitmen untuk bertindak secara jujur, adil, dan konsisten dengan nilai-
nilai yang telah ditetapkan. Berikut adalah beberapa karakteristik dari organisasi
berintegritas:
1. Kepemimpinan yang Mengejawantahkan Integritas
Pemimpin organisasi berperan penting dalam membentuk budaya integritas.
Mereka harus menjadi teladan dan mengkomunikasikan nilai-nilai integritas
kepada seluruh anggota organisasi.
2. Transparansi
Organisasi berintegritas bersifat terbuka dan transparan dalam segala hal,
termasuk pengambilan keputusan, pengelolaan keuangan, dan pelaksanaan
kebijakan. Informasi yang relevan dan penting harus dapat diakses dengan mudah
oleh semua pihak yang berkepentingan.
3. Kode Etik dan Kebijakan Integritas
Organisasi tersebut memiliki kode etik atau kebijakan integritas yang jelas dan
diterapkan secara konsisten. Kode etik ini menetapkan standar perilaku yang
diharapkan dari seluruh anggota organisasi.
4. Kepatuhan terhadap Peraturan dan Hukum
Organisasi yang berintegritas berkomitmen untuk mematuhi semua peraturan,
hukum, dan norma-norma yang berlaku. Mereka menghindari tindakan ilegal atau
tidak etis dalam semua kegiatan mereka.

5. Pengelolaan Konflik Kepentingan


Organisasi harus memiliki mekanisme yang efektif untuk mengidentifikasi dan
mengatasi konflik kepentingan yang mungkin muncul di antara anggota organisasi
atau dengan pihak eksternal.
6. Keadilan dan Kesetaraan
Organisasi berintegritas menekankan keadilan dan kesetaraan dalam hubungan
kerja dan kebijakan mereka. Mereka memberikan perlakuan yang adil kepada
semua anggota, tanpa memandang ras, jenis kelamin, agama, atau latar belakang
lainnya.
7. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
Organisasi tersebut sadar akan dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan.
Mereka berusaha untuk memainkan peran yang positif dan bertanggung jawab
dalam komunitas di mana mereka beroperasi.
8. Responsif terhadap Masukan dan Umpan Balik
Organisasi berintegritas mendengarkan masukan dan umpan balik dari anggota,
pelanggan, dan pihak-pihak yang terkait. Mereka siap untuk melakukan perubahan
yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja mereka.
Integritas bukan hanya sesuatu yang ditulis dalam dokumen formal, tetapi
harus tercermin dalam tindakan sehari-hari dan budaya organisasi secara keseluruhan.
Organisasi yang menjunjung tinggi integritas cenderung membangun kepercayaan,
mempertahankan reputasi yang baik, dan memberikan nilai tambah kepada semua
pemangku kepentingan.

Anda mungkin juga menyukai