Abstract: This research is used to descibe and identify the characteistics of poor people in
Semarang.We select poor people from 4 aillages in Semarang as sample, Bubakan, Krobokan,
Genuksai, and Tandang aillage. ln general, factors that cause poaerty can be diaided into 3
dimensions, natural, structural, and cultural factors. Pooerty studLies in this research wiU be
analyzed by Cultttral dimension approach. From the result we lcnow that the characteistics of
poor people in Semarang, are: most of the households' leaders arc low educated (elementary
grafuuted), work as labors, and haae some responsibilities to three persons. Besides, we knotn
that there is no equal leuel on support distibution to poor people. Related to the analysis
from
cultural dimensions, ute know that in Semarang, poor people haae cultural aalue oientations
and positiae behmtiors to see the real life, real work, real time, and the connections between
nature and'lruman.
Keywords: poor people, cause pwerty, characteistics of poor people, cultural dimensions
rat dari 17,47 persen mcnjadi 23,43 perscn pada an dan indeks keparahan kemiskinan menun-
*-riodc yang sama. jukkan kecenderungan menurun. Penurunan
Pada periodc 1999-2002 terjadi penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa
':. mlah penduduk miskin sebesar 9,57 juta rata-rata pengeluaran penduduk miskin cende-
--rang/ yaitu dari 47,97 |uta orang pada tahun rung makin mendekati garis kemiskinan dan
i999 menjadi 38,40 juta orang pada tahun 2002. ketimpangan pengeluaran penduduk miskin
Secara relatif juga terjadi penurunan persentase juga semakin menyempit.
pcnduduk miskin pada periode yang sama. Nilai indeks kedalaman kemiskinan dan
Sekalipun sudah ada penurunan tctapi indeks kcparahan kemiskinan di daerah pede-
jumlahnya masih mcrupakan isu nasional, 1.aitu saan jauh lebih tinggi dari pada perkotaan.
13,56 juta orang penduduk miskin di perkotaan Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan
dan23,61juta orang penduduk miskin di pcde- di daerah pedesaan jauh lebih parah dari pada
saan pada tahun 2007. perkotaan.
Tabel 2. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Tabel3. Gini Rasio di Indonesia Menurut
Indeks I(eparahan Kemiskinan di Daerah, 1996 - 2007
Indonesia l\4enurut Daerah, Maret 2A06 -
Tahun Gini Itasio
Maret 2007
Kota Desa Kota+Desa
Tahun Kota Desa Kota+Desa 1996 0,362 0,274 0,356
Indeks Kedalaman 1999 0,326 0,2M o,3r'l
Kemiskinan 2002 0,330 0,290 0,329
Maret 2006 2,61. a)) 3,43
2005 0,338 0,264 0,343
Maret2007 too 2006 0,350 0,276 0,357
2,"r5 3,78
Indeks Keparahan 2007 0,374 0,302 0,376
Kemiskinan Sumber: BPS, Analisis dan Penghitungan Tingkat Kerniskinan
Maret 2006 0,77 1,22 1,00 Tahun 2007, hal.53
Marct2007 0,57 1,09 0,84
Sunrber: BPS, Analisis dan Peng,hitungan Tingkat
Kemiskinan Tahun 2007, hal.47 . Secaraumum angka gini rasio pada pe-
riode 1996-2007 di Indonesia berfluktuasi.
Angka gini rasio ada kecenderungan menurlrn
Bcrdasarkan T-nbcl 2, pada pcriode Marct pada periode 1996-1999, namun kcmbali me-
2006 - Marct 2007, indeks kedalaman kemiskin- ningkat pada periode 1999-2007. Fluktuasi ang-
rahan Tandang, Kelurahan Genuksari dan Ke- ngalami penurunan sekitar berturut-turut 36,54
lurahan Krobokan. Keempat kelurahan tersebut persen; 36,47 persen; 22,21, persen dan 29,87
tersebar pada empat kecamatan yang memiliki persen. Secara keseluruhary jumlah rumah
jumlah rumah tangga miskin besar, yaitu tangga miskin di Kota Semarang selama perio-
berturut-turut Kecamatan MijerL Kecamatan de tahun 2006-2008 mengalami penurunan se-
Tembalang, Kecamatan Genuk dan Kecamatan kltar 32,22 persen/ yaitu dari 82.665 KK menjadi
Semarang Bar at (T abel 4). 56.028 KK. Meskipun jumlah rumah tangga
Empat kelurahan percontohan tersebut, miskin mengalami penurunan selama periode
merupakan kelurahan yang mengalami penu- tahun 2006-2008, namun di sisi lain jumlah
runan jumlah rumah tangga miskin yang relatif rumah tangga dari keempat kelurahan per-
lebih banyak dibandingkan dengan kelurahan contohan mengalami kenaikan (Tabel 6).
lainnya pada kecamatan yang sama. Pada ta- Pembahasan terhadap faktor penyebab ke-
hun 2005 Kelurahan Bubakan memiliki jumlah miskinan didasarkan pada aspek mental manu-
rumah tangga miskin sekitar 3,79 pcrsen (156 sia, hal ini dikategorikan sebagai faktor endo-
KK) dari total jumlah rumah tangga miskin gen penyebab kemiskinan. Sistem nilai budaya
yang ada di Kecamatan Mijen, sedangkan Kelu- dan sikap merupakan faktor-faktor mental yang
rahan Tandang sebanyak 26,02 persen (2.054 menyebabkan timbulnya pola-pola berpikir ter-
KK) dari total rumah tangga miskin di Keca- tenfu pada warga masyarakat terutama warga
matan Tembalang. Kelurahan Genuksari dan miskin. I'ola-pola berpikir ini kemudian mem-
Krobokan memiliki sekitar 14,53 persen (797 pengaruhi tindakan dan kelakuan masyarakat,
KK) dan 9,44 persen (780 KK), masing-masing baik dalam kehidupan sehari-hari, maupun
dari total rumah tangga miskin yang ada di dalam membuat keputusan-keputusan yang
Kecamatan Genuk dan Semarang Barat. Pada penting clalam hidup.
tahun 2008 persentase jumlah rumah tangga Upaya perbaikan kesejahteraan rakyat per-
miskin masing-masing kelurahan tersebut me- lu ditopang dengan perbaikan sikap mental
33
tautttiriu.i Faktor Penyebab Kemiskinan (Tri wahyu Rejekiningsih)
Sejahtera I (KS I), Keluarga Sejahtera II-(KS II)'
ris kcmiskinan absolut "tetap (tidak berubah)"
dalam hal standar hidup. Garis kemiskinan Keluarga Sejahtera III (KS III) dan Keluarga
Sejahtera III Plus (KS III-Plus).
absolut mamPu membandingkan kemiskinan
secara umum.
Menurut BKKBN kriteria keluarga yang
dikategorikan sebagai keluarga miskin adalah
Ciri-Ciri yang Melekat pada Penduduk Mis-
Keluarga Pra Sejahtera (Pra-KS) dan Keluarga
kin. Beberapi ciri yang melekat pada pendl-
Sejahtera I (KS I)' Ada lima indikator-,yang
duk miskin yaitu: (i) Pendapatan masih rendah
harus dipenuhi agar suatu keluarga dikatc-
atau tidak berpendapatan, (2) Tidak memiliki
gorikan sebagai Keluarga Sejahtera I,-yaitu: (1)
pekerjaan tetap, (3) Pcndidikan rendah bahkan
Lnggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai
iiduk b"rp"ndidikan, (4) Tidak memiliki tempat
ugu"riu yang dianut masing-masing, (2)-Seluruh
tinggal, (S; fia* terpenuhinya standar gizi
minimal.
aiggoti keluarga pada umumnya makan dua
kali sehari atau lebih, (3) Seluruh anggota
Penyebab Kemiskinan. Kemiskinan Struktural keluarga memPunyai pakaian yang berbeda di
adaiah kemiskinan yang disebabkan dari kon- ,.r*uh] sekolah, bekerja, dan bepergian' (4)
disi struktut, atart tatanan kehidupan yang tak Bagian terluas lantai rumah bukan dari tanah'
menguntungkan (Soetandyo, 1995)' Dikatakan (5) Bila anak sakit atau Pasangan Usia Subur
tak i'renguritungkan karena tatanan itu tidak
ieUSl ingin mengikuti KB pergi ke
sarana/
hanya menerbitkan akan tetapi juga melang- petugas kesehatan serta diberi cara KB modern'
kemiskinan di dalam masyarakat' ' k"loutga Pra Sejahtera adalah keluarga-
" gkut
g"t
kemiskinan kultural diakibatkan oleh fak- keluarga yang tidak memenuhi salah satu dari
tor-faktor aclat dan budaya suatu daerah ter- tma inaitator tersebut di atas' Pendekatan
tentu yang membelenggu seseorang tetap mele- BKKBN ini dianggap masih kurang realistis
kat .i"ttgu^ indikator kemiskinan (Suyanto' karena konsep Keiuarga Pra Sejahtera dan KS I
1gg5). piaanl indikator kemiskinan tersebut sifatnya normatif dan lebil'r sesuai dengan
seyogyanya bisa dikurangi atau bahkan secara keluarga kecil/inti, di samping kelima indika-
bertJhap bisa dihilangkan dengan mengabai- tor tersebut masih bersifat sentralistik dan sera-
kan faktor-faktor adat dan budaya tertentu gam yang belum tentu relevan dengan keadaan
yang menghalangi seseorang melakukan peru- dan budaya lokal'
tunut-p"tnbahan ke arah tingkat kehidupan
Kemiskinan Menutut BPS. Pada tahun 2000
yang lebih baik.
BPS melakukan studi Penentuan Kriteria Pen-
Kemiskinan Menurut BKKBN' BKKBN mem- duduk Miskin (SPKPM 2000) untuk mengc-
bagi kriteria keluarga ke dalam lima tahapan' tahui karakteristik-karakteristik rumah tangga
yaitu Keluarga Pra Sejahtera (Pra-KS), Keluarga
relru uralsrs €Mqeq uopleduaru (gSOr) ;ur8uluer '€rsnuEru uuqn+nqal unlurruru Jupuuls FInu
-eftuaoy ruepp ur{orlTJnl) 'n1r ereluaruag -aruaru runlaq nelu rynuodrq urnlaq rSolorsr; ue
'{ISIJ -gnlnqal uryf urlsrtu uDI€tDIrp ludep Sueroosos
undnetu Lu€le '€rsnuuru ue8un18ul >1eq 'udu lnqasral €rsnueru upqn1nqa{ 8uu(ua[ uDIJps
-ue3un18u4 depeqral r$luaraq >lnlun npI^IpuI -eprag 'rrrp rsuslenlle uule uuqn+nqa) (g) 'I"n+
Sueroas rJrp uep e,nr[ tuepp Ip p]uaru ueep -sard uep rrrp erfte4 u€Ie u€qnlnqoy (p) 'edu
-ea{ nu+e rsrsodsrp nlens rc3eqas pluaru de>1 -urel lersos u€qnlnqal uep'rclurouatu-utru1c'udu
-rs ueln.reSuaru ler8uruureftuaol rnfuel Wqa'I -ue8unlSurl qalo ururJalrp u€p m{erp 'r1q1urau
'ersnueru u€n{elaT r3eq #8uqra1 ueuropad re8 Eser uele ueqnlnqa; (S) '>lepuqraq {n}un
-eqas rs8un;raq eduumun edepnq rc1ru rualsrs ueqereSuad uep ue8urqurrq uulrJaqruau Sued
nlr euaru{ qalg 'dnplq urepp Ielluraq l€tue uurnlerad ur(uepe epas 'ueefra1ad ludepuau
deSSuerp snreq Sued pqluq uelednraur tnq 'ue1eure1asa1 ueunuul 'lrulq user uup seqaq
-asra1 efepnq rcIu eSSurqas'loleredsuur u8rurvr ueqnlnqa) (Z) 'uIBI
'rueralual 'ueure eseJ ue>Ie
resaq uer8uqas uurrlrd tu€F ruupp dnprq Sued -urcl uup 'ueluqasal 'qnpailaq ledtual 'runulur
rsdasuol-rsdasuol lrep IrIpJal +nqasral IeH 'ueletu rpadas srSolorsr; uur{ntnqa) (1) :n1red
'lepensr-lepu n+ens lrup {Ertrsqe 3u1pd Suud 'ueqnlnqal 8ue{ua[ g urepp aI plsnupw ueqrq
1e13u4 uelednraur edepnq rcllu rualsrs UEI€] -nqa) r8equraur (fgOf) urpqerqv
-er(uaru (SSO1) ler8utuerehuao)'fplualt dUIIS '€rsnueur^rolsEIAI
urnurrurur JPsPp uuqn+
uep udepng IeIIN IsEluaIrO uur8equa4 -nqa{ edurqnuadral eped uolres€puau Sued
.(eeOf) ueJnTn nlrur{ erues JriEIaJ rpeluaru er{truurnln
toors u€p
(eSAf) z+raa3'(ggOf) ter8rmrBrehuao;'(p5,1) o1p 'eduladqo rrep Suepuedrp lnqasral u€uDlsrura{
-rnl,^{ nrepN '(fgOf) u1y odeg :uradas rlqe eder e>pf'rdqa1 ue>1y 'eduladqns up{rusupraq Suep
-aqaq ludepuad rrep ueltrdurrsal ue4ednraru rur -uedlp nll uuurTsrura{ DIIIeruqnra] 1uI uuJn{n
ueul>lsnua) qeqaduad rol)uJ uer8eqtua4 'edu u€€paqrad 'egesn8uad Suuroas q{slur uern{n
-re8eqas uep 'sluro;uo1 'soroq 's€1etu 'srp1e; ue8uap €paqraq le8ues ue{u ruelad Suero
leps edupsru (rrrpuas n+r npIAIpuI ruppp Ir€p -as urTslru uprn{n :qoluoJ rc8eqag 'epaqroq
Ieseraq Sued ro11e1) uaSopua rol)uJ uelSuep Sued uernTn Dlllnuaur 8ue.ro Sursetu-8urse;n1
-ag '(efure8uqas uup luouo{a rua}sls /ueqe} ']nqasra+ ueuDlsrura{ 3ue1ua1 uerlra8uad udtrJeq
-urraruad 1e;rs 'arusrleruolo4) Jnf{nJ}s n€}e ue rlradas 'rp1as JrluIaJ lu8uus rpu[uaur und uBurx
-lenq rolTeJ uup (urep puu)uaq uup 'ru11 'uep -snua{ ueJnTn 'lnqasJal rsrs enpa{ uep Suep
ueepea4) r{€nue1e ro}{eJ rpefuaur uulepaqlp -ueruaru Sued epd €pp unrueu 'ppaleur uou
(lnqasral nprllpul renl Ip Eppraq Suef rol4e;) nele'prraleur IsIs rJep ueu{srtual Suepueruartr
uaSosla ro+)eC 'uaSopuo uep uaSos{a rolIeJ Sued upy 'upu{srura{ reua8uatu qqe ered uu1
nlred enp rpefuatu u€{Epaqlp urnurn pJeJas -Iraqlp SuBd uuura8uad ledueg 'ueuplsFray
ueur)snual qeqaduad ro]{€J nll €J€luaruas quqar(uag rot{ud uEp uErnln 'uup,ra8uag
'ruur8op1 697 redurus 6Z€:trDIsIur srredp 'uDlsnu e33ue1 qetunr re8
(g) 'tuer8o1q 0Z€ redrues g77:uDlsrntr (7)'uefi -eqas uelSuolo8rp tnqasral u88uel qeunJ E{sru
-o11{ 0}Z rrep 3uu.rn):rle{as uHsII tr (1) :n1red uplslu rrn (eu11) g lprurunu rudundurau u33uB+
unqel rad Suero rad se.raq ruerSop>1 uunles q€tunr nlens elqede uer4rurap ue8uaq 'pnr
erulas uerunla8uad uepp uuleledulp ]nqasra] -dazuo1 €JuJas uITsIlr e33uq r{prunr rn€ruop
upJn)n 'rreq ;ad Suero rad uralord urer8 67 uep rJBp Jo>ls Iplol snpour sqe uulJpseprp Sued
rrolu>l 996'1 dnlnr ueloled eped uuryeseprp (n*d g qulepe ueleun8rp Suud seleq rolg
ueesapad 1p uuurTsnua) u€suleq lunqruaru 'u€rnTsnua{IEp9')l
ur€Fp (SgOf) odSofeg uern4n8ua4' 13 ueqrq uelrrrtuaru Sued 1e;rs-1e;rs upudal nruSuau g
-nqal uep seraq ueqqnqa{ s€+e Jes€pJae'}eqas Jo{s u€p upuDlsruraT u€IrJrJuaru Sued leys-1e;rs
drpq uep efralaq dn>1nr Suero lunquau Suud epeda>1 nre8uaru I Jo{S 'ue8uudel rp uD{mrr
ue8ued 1o1od uer{n}nqaT su+e ueTres€pJaq e88uel qeurnJ uenluauad {nlun puorserado
ue4delalrp Suur{ urnurlulur Jupuuls tle,vt'eq ry uep >1ede1 deSSuurp Sued laqeue,r uedq-ap
ep€raq Suud uednpqaT 1e13uq n+ens rc8eqas qaloradrp '0002 I IcI)cIS IIsEq rreq 'pqdasucrl
ueurTsruraT uolrsrultapuavt (7761) odSoleg eJeJas ueur{sura{ ue{rJrJuaru ndtueur 3ue.{
Iiksogen
l. Alarn:
Kondisi lisik al*m seperti kesuburan"
topografi dsbnya.
Z. Struktural:
- Jumlahta*ggungan keluarga
- Sistem bagi hasil
- Peusrap*n teknol<rgi yang meflggel$sr
kest"mp*tan ke{a tl}I.
Entlogen
Kultural:
Sistem nilai budaya masyarakat setempat yait$
orientasi nilai budaya dan sikap rnental pendd
miskin terhadap hakekat hidup, hakekat karya,
hakekat waktu, ha&ekr:t hubungaa dengan
alanq dan heke&at hubungan dengan se$aau.
1, Jenis Kelamin 66
4 21 17
- Laki-laki
34 34
- Perempuan
Agama
24 48 97
- Islam
- Kristen
T J 3
Status
1 1.4 24 48 87
- Kawin
7 9
- Janda 2
- Duda
3
- Tidak kawin
Pendidikan
25 25
-Tidaktamat SD
-SD 21. ; 1 32
4 4
-TidaktamatSN1P
17 17
-SMP
-SMA ; 4 22
Pekerjaan
2 2
- Pengangguran
8 8
- Sopir
2 4 1.6 22
- Swasta
1 21. 13 7 42
- Buruh
1.
- Bengkel 1
4 13 17
- Dagang
3 3 6
- Karyawan
2 2
-Tani
Rata-rata (Rp)
650.000 908.000 603.000 665.000 698.000
penghasilan/bulan
7. Rerata (orang)
4 3 3 3 J
tanggungan
jml Jenis Bantuan
yg diterima
2 7 5 12 26
- Tidak ada
1 3 7 79 30
- Satu (1)
1 6 3 13 23
- Dua (2) n
5 9 21
-Ti
jumlah Responden 4 n 24 e 100
keahlian dan juga pengalaman. SebaliknYa, 44 kan dan merencanakan masa depannya sendir:
persen responden sependapat bahwa dengan Namun ketika tiba pada pandangan yang mc-
ijazah atau keahlian serta pengalaman dapat ngatakan bahwa hari esok tidak perlu dikhan'a-
diperoleh uang sebanyak-banyaknya, Hal ini tirkan karena belum jelas keadaannya/ hanya 1!
dapat diartikan bahwa orientasi karya bagi persen dari responden yang sependapat. Seba-
warga miskin relatif masih terbatas pada gian besar warga miskin juga sepakat untui
perolehan uang atau materi dan belum kepada hidup hemat dan menabung, yaitu 98 perser.
hasil karya itu sendiri seperti penghargaan, Warga miskin lebih banyak menggunakan per"-
kepuasan dan lain-lain. dapatannya untuk membiayai sekolah anak-
Pandangan warga miskin terhadap karya anaknya dan mempersiapkan hari esok yan:
masih terbatas pada pemahaman bahwa manu- lebih baik. Terhadap nilai budaya bahwa hidup
sia itu bekerja keras untuk dapat makan. Pan- dengan kesederhanaan dan tidak perlu berbua:
dangan ini tidak dapat dianggap sebagai satu melampaui kemampuan sendiri adalah positit
pandangan yang bersifat negatif, karena sesuai Contohnya bahwa warga miskin tidak setuju
dengan konsep kebutuhan yang dikemukakan jika harus berhutang (p-jurn) hanya untuk
oleh Maslow bahwa kebutuhan manusia itu menyelenggarakan pesta pernikahan supava
dibagi menjadi lima tingkat kebutuhan yang lebih meriah. Meskipun demikian warga miskir.
membentuk sebuah piramida. Dalam kenya- juga tidak setuju kalau dalam mengisi hari-har
taannya, seseorang belum mampu menjadikan kehidupannya hanya dengan kegiatan yang
kebutuhan tingkat kedua sebagai tujuan ber- monoton. Hal ini menunjukkan bahwa warga
karya sebelum kebutuhan pertamanya terpe- miskin juga menginginkan variasi dalam me.-
nuhi, demikian seterusnya (Tabel 11). ngisi hari-hari kehidupannya, tentunya dengan
(3) Tentang Ilakekat Waktu. Sementara itu ter- kualitas yang lebih baik (Tabel L2).
hadap hakekat waktu, responden mempunyai (4) Tentang Ilubungan dengan Alam. Demi-
orientasi nilai budaya yang positif. Sebanyak 82 kian juga terhadap hakekat hubungan dengan
persen dari total responden setuju terhadap alam, warga miskin mempunyai orientasi nilai
pandangan bahwa manusia harus mempersiap- budaya yang positif.Warga miskin menyatakan
Bubakan 4- 4 3 1-4-
Krobokan 183 1.4 ; 79 2-27
Genuksari 21. 3 18 6 22 2-24
Tandang 37 1.4 47 4 46 5-50 1-
Jumlah 83 17 10
perlunya mengolah alam untuk memenuhi terhadap kebersihan lingkungan tempat ting-
kebutuhan hidupnya. Namun menurut warga galnya. Sehingga dengan keterbatasan dana
miskin berhasil tidaknya usaha tersebut sangat yang dimilikinya, warga miskin tidak setuju
tergantung pada usaha manusia itu sendiri, jika kebersihan itu diserahkan kepada pihak
kondisi alam hanya membatasi usaha manusia lain dengan cara dibayar.
itu sendiri. Warga miskin juga bersedia meng- (5) Tentang Hubungan dengan Sesama. Ter-
adopsi setiap perkembangan teknologi dalam hadap hakekat hubungan dengan sesama/ war-
pemberdayaan sumbet daya alam. Warga mis- ga miskin mempunyai orientasi positif. Warga
kin berkeyakinan bahrva perkembangan tekno- miskin menganggap perlunya interaksi dengan
logi harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan sesama dalam kehidupan bermasyarakat. War-
hidup manusia pada umumnya. Dengan demi- ga miskin juga lebih menilai pentingnya usaha
kian teknologi baru diharapkan dapat mening- atas kekuatan sendiri dan sejauh mungkin
katkan proses berproduksi sehingga kesejahte- menghindari rasa ketergantungan pada sesama.
raan warga miskin akan meningkat(Tnbel13). Sikap mental seperti ini sangat mempengaruhi
Selain itu rvarga miskin juga sangat peduli
Kelurahan E1 E2
ababstababsta abst
Bubakan 4 4 4- -4
Krobokan 19 2- 19 2 138 - 21.
Genuksari 22 2- 24 195 -24
Tandang 48 3- 45 41, 10 -492
Sumber: Data primer
47
Identifikasi Faktor Penyebab Kemiskinan (Tri Wahyu Rejekiningsih)
inisiatif warga miskin dalam berupaya meng- dalam kekurangan, dan dengan berkarya aka:-
atasi setiap persoalan yang sedang dihadapi- diperoleh penghasilan untuk mencukupi keb,:_-
nya. Warga miskin akan berinisiatif untuk me- tuhan hidupnya.
lakukan usaha produktif yang diyakini akan
meningkatkan kesejahteraan keluarga dan ling-
kungannya tanpa menunggu komando. Di sam- DAFTAR PUSTAKA
ping itu warga miskin juga memiliki kesadaran
tinggi untuk selalu bersosialisasi dengan ma- Bayo Ala, A. 1981. Strategi Anti Kemiskrna:
syarakat di lingkungannya. Lima Tahap. Analisa No.9, Tahun ',
September 1981. Jakarta: CSIS.
SIMPULAN Jogiyanto, HM. 2008. Pedoman Suruei K-..,-
sioner: Mengembangkan Kuesioner, M,-. :-
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan atasi Bias dan Meningkstkan Respon. Ic:-
dapat disimpulkan sebagai berikut: pertama, jakarta:BPFE - FEB UGM.
ciri-ciri warga miskin di Kota Semarang antara Koentjaraningrat. 1 983. Kebuday aan, Mentai: :. :
lain, kepala rumah tangga sebagian besar ber- dan gunan. Jakarta: Gramedia.
P emb an
pendidikan rendah (tamat SD) dan mempunyai
pekerjaan sebagai buruh, serta mempunyai Muslow, A.H. 1984. Motiaasi dan Kepribad:.;-
tanggungan 3 jiwa. Kerlua, bahwa terjacli keti- Jakarta: PT. Pustaka Binama Pressindc
dakmerataan dalam distribusi bantuan kepada Kuncoro, i\4udrajat. 2000. Ekonomi pen::.:-
warga miskin. Hal ini teridentifikasi dengan ngunanl Teori, Masalah dan Kebijd:.;-
ditemukannya sekitar 26 persen warga miskin Jogjakarta: BPFE-UGM.
tidak pernah menerima bantuan jenis apapun
Prastowo, Andi. 201.0. Menguasai Teknik-T:,-
selama dua tahun terakhir. Ketiga, warga mis-
nik Koleksi Data Penelitian Kuslitatif. lci-
kin di Kota Semarang memiliki orientasi nilai
jakarta: Diva Press.
budaya dan sikap mental yang positif dalam
-1.977.
memandang hakekat hidup, hakekat karya, ha- Sajogyo. Garis Kemiskinan dan Kebuttti;-
kekat waktu, hakekat hubungan dengan alam P okok. Bogor: LPSP-IPB.
semesta dan sesama manusia. Namun secara Sajogyo, Lala M Kolopaking, dan Sumarcr:
rata-rata jika dibuat peringkat maka orientasi 1983. Profit Rttmah tangga pertar::..;-
nilai budaya dan sikap mental yang positif de-
Tanaman Pangan, Perikanan Darat ..-;*
ngan mcndapat point tertinggi adalah hakekat
Perariran Llmum dan Peternskan d,i..;-,
waktu (91 persen), kemudian diikuti hakekat
Sensus Pertaniqn 1983, Jakarta: BpS.
hubungan dengan sesama manusia (90 persen),
hakekat hubungan dengan alam (88 persen), Sutikno, dkk. 2009. Pemilihan program l--
hakekat hidup (67 persen) dan hakekat karya ngentasan Kemiskinan Meialui F:-
(64 persen). ngembangan Model pemberdayaan \1:-
Berdasarkan peringkat yang ada, maka syarakat dengan Pendekatan Siste:
bisa disimpulkan di sini bahwa: warga miskin lurnal Ekonomi Pembangr.man VoL1l \_ -
di kota Semarang dalam mensikapi kondisinya, Juni 2010:135.
lebih berkeyakinan untuk mempersiapkan masa
Tjiptoherijanto, Prijono dan Sutyastie Soer:-
depannya dengan melakukan penghematan
atau menabung. Kemudian rvarga miskin juga tro. '1.997. Sumber Daya Manusia dn..:*
P embangrman N asional.
lebih percaya kepada kemampuannya sendiri Jakarta: FE LI.
tidak menggantungkan bantuan dari pi- Tjiptoherijanto, Prijono dan Sutyastie Soen:-
hak/orang lain. Selain itu n'arga miskin harus tro. L998. Pemberdayasn penduduk .;;-
bekerja mengolah alam untuk memenuhi kebu- Peningkatan Kualitas Sumber Daya Ma,,-..-
tuhannya, karena \ /arga miskin berkeyakinan sia. Jakarta: PT. Cita Putra Bangsa
bahwa mereka harus tctap berusaha meski
LAMPIRAN B
Tabel 15. Ilubungan Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental terhadap Lima Masalah Dasar Manusie
Sikap Mental Negatif Orientasi Nilai Masalah Dasar Orientasi Sikap Mental
Budaya Manusia Nilai Budaya Positif
Fatalis Hidup buruk dan Ilakekat hidup Hidup buruk Optimis
tidak ada usaha agar Gnr) tapi manusia
menjadi baik wajib berusaha
menjadi baik
Cepat rnerasa puas Karl'a untuk nafkah Ilakekat karya Karya untuk Selalu ingin ber-
hidup (HK) menambah prestasi
karya
Boros Masa kini Ilakekat waktu Masa depan Hemat
(Hr,v)