Anda di halaman 1dari 18

I urnal Ekon omi P emb angun an

Volume 72, Nomor 1, luni 201"1, hlm.28-iW

IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN DI KOTA


SEMARANG DARI DIMENSI KULTURAL

Tri Wahyu Rejekiningsih


Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang
Jalan Erlangga Tengah Nomor LZ Semarang, Indonesia Telepon +62-24-8446409
E-mail: triwahyu_r@yahoo.com

Diterima 20 Februari 2011/Disetujui 5 Mei 2011

Abstract: This research is used to descibe and identify the characteistics of poor people in
Semarang.We select poor people from 4 aillages in Semarang as sample, Bubakan, Krobokan,
Genuksai, and Tandang aillage. ln general, factors that cause poaerty can be diaided into 3
dimensions, natural, structural, and cultural factors. Pooerty studLies in this research wiU be
analyzed by Cultttral dimension approach. From the result we lcnow that the characteistics of
poor people in Semarang, are: most of the households' leaders arc low educated (elementary
grafuuted), work as labors, and haae some responsibilities to three persons. Besides, we knotn
that there is no equal leuel on support distibution to poor people. Related to the analysis
from
cultural dimensions, ute know that in Semarang, poor people haae cultural aalue oientations
and positiae behmtiors to see the real life, real work, real time, and the connections between
nature and'lruman.
Keywords: poor people, cause pwerty, characteistics of poor people, cultural dimensions

Abstrak: Penelitinn ini bertujuan mendeskipsikan dan mengidentifkasi karakteistik


masyarakat miskin di kota Semarang, Sampel yang dipilih adalahmasyarakat miskin di empat
kelurahan di kotn Semarang, yaitu: kelurahan Bubakan, kelurahan Krobokan, keluraiun
Genuksai dan kelurnhan Tandang. Secara umum faktor penyebnb kemiskinan dapat dibagi
menjndi tiga dimensi, yaitu faktor alam, stntktural, dan kultural Kajian kemiskinan dalam
penelitian ini aksn dianalisis melalui pendekatan dimensi kulh.rrnl. Dai hnsil penelitian
diketahui bahwa karakteistik znarga miskin di kota Semarang antara lain: kepala rumah
tangga sebagian besar berpendidikan rendah (tamat SD), bekerja sebagai buruh, dan mem-
punyai tanggtngan tluee jiwa, Selain itu diketahui balnaa terjadi adanya ketidakmerataan
dalam distibusi bantunn kepada warga miskin. Terkait dengan analisis dai dimensi kultural
diketahui bahwa zuarga miskin di kota Semarang memikki oientasi nilai budaya dan sikap
mental yang positif dnlam memandang hakeknt hidup, hakekat karya hakekat ,uiokt , hakekat rl

lrubungan dengan alam semesta dan sesamamanusia.


Kats kunci: zoarga miskin, penyebab kemiskinan, karakteisik warga miskin, dimensi kultural

PENDAHULUAN duduk miskin pada periode1996 - 2007 tampak


berfluktuasi dari tahun ke tahun meskipun ter-
Kemiskinan adalah cross sectors problems, cross lihat adanya kecenderungan menurun pada pc*
areas dan cross generafion, sehingga unfuk mena-
riode 2000-2005 (Tabel. 1). Pada periode 199G
1999 jumlah penduduk miskin meningkat sebc-
nganinya dibutuhkan pendekatan yang terpa-
sar 13,96 juta orang karena krisis ekonomi, yai-
du, komprehensif dan berkelanjutan. Untuk
mensukseskan program percepatan penanggu-
tu dari 34,01 juta orang pada tahun 1996 men-
jadi 47,97 juta orang pada tahun 1999. Semen-
langan kemiskinan dibutuhkan political will.
tara itu, persentase penduduk miskin mening:
Perkembangan jumlah dan persentase pen-
Tabel l. jumlah
dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia
Menurut Daerah 199G-2007
'l'ahun 0uta) persentase penduduk Miskin
Jumlah Penduduk Miskin
Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa
1996 9,42 24,59 34,01, 13,39 't9,78 17,47
1998 17,60 3t,90 49,50 21,92 25,72 24,23
7999 1,5,64 32,33 47,97 L9,41 26,03 23,43
2000 1,2,30 26,40 38,70 14,60 22,38 19,1.4
2001 8,60 29,30 37,90 9,76 24,84 18,41
2002 13,30 25,1.0 38,40 14,46 21,,1,0
'1.8,20
2003 12,20 25,10 37,30 13,57 20,23 \7,42
2004 11,40 24,80 36,10 12,-13 20,11 16,66
2005 L2,40 22,70 35,10 11,68 1.9,98 15,97
2006 1,4,49 24,91 39,30 13,47 21,81, 17,75
2007 13,56 23,61 37,17 12,52 20,37 16,58
sunrber: llPS, Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan Tahun 2007,ha1.42.

rat dari 17,47 persen mcnjadi 23,43 perscn pada an dan indeks keparahan kemiskinan menun-
*-riodc yang sama. jukkan kecenderungan menurun. Penurunan
Pada periodc 1999-2002 terjadi penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa
':. mlah penduduk miskin sebesar 9,57 juta rata-rata pengeluaran penduduk miskin cende-
--rang/ yaitu dari 47,97 |uta orang pada tahun rung makin mendekati garis kemiskinan dan
i999 menjadi 38,40 juta orang pada tahun 2002. ketimpangan pengeluaran penduduk miskin
Secara relatif juga terjadi penurunan persentase juga semakin menyempit.
pcnduduk miskin pada periode yang sama. Nilai indeks kedalaman kemiskinan dan
Sekalipun sudah ada penurunan tctapi indeks kcparahan kemiskinan di daerah pede-
jumlahnya masih mcrupakan isu nasional, 1.aitu saan jauh lebih tinggi dari pada perkotaan.
13,56 juta orang penduduk miskin di perkotaan Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan
dan23,61juta orang penduduk miskin di pcde- di daerah pedesaan jauh lebih parah dari pada
saan pada tahun 2007. perkotaan.

Tabel 2. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Tabel3. Gini Rasio di Indonesia Menurut
Indeks I(eparahan Kemiskinan di Daerah, 1996 - 2007
Indonesia l\4enurut Daerah, Maret 2A06 -
Tahun Gini Itasio
Maret 2007
Kota Desa Kota+Desa
Tahun Kota Desa Kota+Desa 1996 0,362 0,274 0,356
Indeks Kedalaman 1999 0,326 0,2M o,3r'l
Kemiskinan 2002 0,330 0,290 0,329
Maret 2006 2,61. a)) 3,43
2005 0,338 0,264 0,343
Maret2007 too 2006 0,350 0,276 0,357
2,"r5 3,78
Indeks Keparahan 2007 0,374 0,302 0,376
Kemiskinan Sumber: BPS, Analisis dan Penghitungan Tingkat Kerniskinan
Maret 2006 0,77 1,22 1,00 Tahun 2007, hal.53
Marct2007 0,57 1,09 0,84
Sunrber: BPS, Analisis dan Peng,hitungan Tingkat
Kemiskinan Tahun 2007, hal.47 . Secaraumum angka gini rasio pada pe-
riode 1996-2007 di Indonesia berfluktuasi.
Angka gini rasio ada kecenderungan menurlrn
Bcrdasarkan T-nbcl 2, pada pcriode Marct pada periode 1996-1999, namun kcmbali me-
2006 - Marct 2007, indeks kedalaman kemiskin- ningkat pada periode 1999-2007. Fluktuasi ang-

Ident ifikasi raklor I'cnycbab Kcrniskinan (Tri wahyu I{ejekiningsih) 29


ka Gini Rasio mcngindikasikan adanya per- 2009). Kondisi sepertiini tentunya akan dapat
ubahan distribusi pengeluaran penduduk un- menjadi beban dalam upaya pembangunan
tuk melihat apakah pemerataan pengeluaran yang dilaksanakan di Indonesia. Hal ini dikare-
penduduk semakin baik atau semakin buruk. nakan pekerjaan rumah (PR) untuk mengentas-
Pada periode 1996-1999 terjadi perbaikan distri- kan kemiskinan masih tetap menjadi tantangan
busi pengeluaran penduduk sedangkan pada yang belum dapat dijawab dengan baik, meski-
periode 1999-2007 j ustru clistribusi pengeluaran pun telah dikembangkan berbagai modal ban-
penduduk di Indonesia semakin buruk Qabel tuan keuangan yang notabene ditujukan untuk
3). meningkatkan modal keuangan masyarakat.
Dilihat menurut daerah angka gini rasio, Dalam lima tahun terakhir saja, program-
tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk di program pengentasan kemiskinan seperti P2KP
perkotaan relatif lebih tinggi dibandingkan (Program Penanggulangan Kemiskinan Perko-
dengan di perdesaan. Pola perubahan distribusi taan), PPMK (Program Pemberdayaan Masya-
pengeluaran penduduk di perkotaan dan pede- rakat Kelurahan), Program Pinjaman Modal
saan tidak selalu linier. Terlihat pada Tabel 3 Usaha dari berbagai departemen dan juga lem-
bahwa angka gini rasio pada periode 2002-2005 baga swadaya masyarakat telah diluncurkary
di perkotaan meningkat sementara di pedesaan tetapi hasilnya angka penduduk yang berada di
justru menurun. bawah garis kemiskinan ($2 per hari per kepa-
Secara nasional jumlah penduduk miskin la) tetap masih besar.
pada tahun 2009 masih relatif tinggi sekitar Pemerintah pusat maupun daerah tidak
32,53 jfta jiwa atau 14,15 persen, yang tersebar henti untuk menurunkan angka kemiskinan
di perkotaan sebanyak 11,91 jtrta atau dibulat- dan pengangguran dengan perbaikan kondisi
kan menjadi 12 juta orang/ atau sebesar 10,72 sosial, ekonomi, dan sosial budaya serta adanya
persen dan untuk di pedesaan dua kali lipat upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat
dari jumlah ito,20,62juta jirva atau dibulatkan miskin. Untuk mencapai harapan itu peme-
mcnjadi 21. juta jiwa atau 17,35 persen. Begitu rintah daerah Kota Semarang telah menetapkan
pula angka pengangguran yang masih relatif empat kelurahan percontohan penanggulangan
tinggi 9,26 juta atau sebesar B,'1.4 persen (BPS, kemiskinan, yaitu Kelurahan Bubakan, Kelu-

Tabel4. jumlah Rumah Tangga Miskin di Kota Semarang


No Kecamatan Jenis Kelamin Kepala Keluarga Rumah Tangga
2008
Laki-Laki Perempuan Total Laki-Laki Perempuan Total
1 Mijen 3.100 L.012 4.11.2 L.959 &0 2.599
2 Gunung Pati 4.927 1..319 6.246 3.593 989 4.682
3 Banyumanik 3.412 '1..037 4.U9 2.963 91.4 3.877
4 Gajah Mungkur 7.665 598 2.263 1..067 524 1.591
5 Semarang Selatan 3."124 '1..275 4.399 2.138 872 3.010
5 Candisari 3.146 1.158 4.304 1..323 534 1..857
7 Tembalang 5.963 1.930 7.893 3.584 1.164 4.748
8 Pedurungan 4.227 1.389 5.61.6 2.1.53 710 2.863
9 Genuk 4.1.42 1..U4 5.486 3.036 995 4.031.
10 Gayamsari 3.872 1.050 4.922 2.393 646 3.039
11 Semarang Timur 3.532 1..664 5.196 3.180 1..492 4.672
12 Semarang Utara 5.887 2.299 8.186 3.762 1.476 5.238
13 Semarang Tengah 2.351. 1..377 3.728 1.885 1..096 2.981.
1.4 Semarang Barat 6.301 1.958 8.259 4.675 1..457 6.743
15 Tugu 1.939 692 2.631. 1.015 515 1.530
'1.6 Ngaliyan 3.756 1.219 4.975 2.387 780 3.167
Total 61.34 21.321 82.565 41.214 't4.814 56.028
Sumber: BIIS Kota Semarang, Profil Rumah Tangga Miskin Kota Semar.rng

30 furnal Ekonomi PembangunanVolume 1-2, Nomor 1, ]uni 2011,:28-M


Tabel5. jumlah Rumah tangga Miskin Pada Kelurahan Percontohan
No Kelurahan |enis Kelamin Kepala Rumah tangga

Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan Total


(KK) (KK)
1 Bubakan 119 37 156 75 24 99
2 Tandang 1.567 487 2.054 996 309 1.305
J Genuksari 563 234 797 438 182 620
4 Krobokan 569 211. 780 399 148 547
Sumber: BIIS Kota Semarang, Profil Rumah Tangga Miskin Kota Semarang

rahan Tandang, Kelurahan Genuksari dan Ke- ngalami penurunan sekitar berturut-turut 36,54
lurahan Krobokan. Keempat kelurahan tersebut persen; 36,47 persen; 22,21, persen dan 29,87
tersebar pada empat kecamatan yang memiliki persen. Secara keseluruhary jumlah rumah
jumlah rumah tangga miskin besar, yaitu tangga miskin di Kota Semarang selama perio-
berturut-turut Kecamatan MijerL Kecamatan de tahun 2006-2008 mengalami penurunan se-
Tembalang, Kecamatan Genuk dan Kecamatan kltar 32,22 persen/ yaitu dari 82.665 KK menjadi
Semarang Bar at (T abel 4). 56.028 KK. Meskipun jumlah rumah tangga
Empat kelurahan percontohan tersebut, miskin mengalami penurunan selama periode
merupakan kelurahan yang mengalami penu- tahun 2006-2008, namun di sisi lain jumlah
runan jumlah rumah tangga miskin yang relatif rumah tangga dari keempat kelurahan per-
lebih banyak dibandingkan dengan kelurahan contohan mengalami kenaikan (Tabel 6).
lainnya pada kecamatan yang sama. Pada ta- Pembahasan terhadap faktor penyebab ke-
hun 2005 Kelurahan Bubakan memiliki jumlah miskinan didasarkan pada aspek mental manu-
rumah tangga miskin sekitar 3,79 pcrsen (156 sia, hal ini dikategorikan sebagai faktor endo-
KK) dari total jumlah rumah tangga miskin gen penyebab kemiskinan. Sistem nilai budaya
yang ada di Kecamatan Mijen, sedangkan Kelu- dan sikap merupakan faktor-faktor mental yang
rahan Tandang sebanyak 26,02 persen (2.054 menyebabkan timbulnya pola-pola berpikir ter-
KK) dari total rumah tangga miskin di Keca- tenfu pada warga masyarakat terutama warga
matan Tembalang. Kelurahan Genuksari dan miskin. I'ola-pola berpikir ini kemudian mem-
Krobokan memiliki sekitar 14,53 persen (797 pengaruhi tindakan dan kelakuan masyarakat,
KK) dan 9,44 persen (780 KK), masing-masing baik dalam kehidupan sehari-hari, maupun
dari total rumah tangga miskin yang ada di dalam membuat keputusan-keputusan yang
Kecamatan Genuk dan Semarang Barat. Pada penting clalam hidup.
tahun 2008 persentase jumlah rumah tangga Upaya perbaikan kesejahteraan rakyat per-
miskin masing-masing kelurahan tersebut me- lu ditopang dengan perbaikan sikap mental

Tabel 6. |umlah Rumah tangga pada Kelurahan Percontohan


No Kclurahan 2006

RT (I<K) AR't'Miskin (%) lrT (KK) ART Miskin (%)


1 Bubakan 658 23/1 700 14,14
2 Tandang 4.988 41.,18 5.015 26,02
3 Genuksari 2.51.9 31.,64 2.706 22,91.
4 Krobokan 2.503 3-1.,1.6 2.M9 22,U
Sumber: BPS Kota Semarang, Kota Semarang dalarn Angka

Identifikasi Faktor Penyebab Kemiskinan (Tri Wahyu Rejekiningsih) 31


masyarakat. Sikap rnental juga dapat menjadi dapat dikelompokkan ke dalam dua katcgori
salah satu penyebab timbulnya kemiskinan pa- yang saling bertentangan dan satu kelompok
da diri seseorang atau sekelompok masyarakat. teori yang tidak memihak (middle ground), yaTtt
Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini ada- teori yang memfokuskan pada tingkah laku
lah: (1) Mendiskripsikan masyarakat miskin individu (behaaioral), teori yang mengarah pada
dalam kajian kultural, (2) Mengidentifikasikasi struktur sosial, dan yang satu teori mengenai
karakteristik kemiskinan di daerah penelitian' budaya miskin. Menuruhrya, teori yang mem-
Konsep Kemiskinan. Secara etimologis, "ke- fokuskan pada tingkah laku individu merupa-
miskinan" berasal dari kata "miskin" yang arti- kan teori tentang pilihan, harapary sikap,
nya tidak berharta benda dan serba kekurang- motivasi dan kapital manusia (human capital).
an. Departemen Sosial dan Badan Pusat Statis- Teori ini disajikan dalam teori ekonomi neo-
tik mendefinisikan kemiskinan dari perspektif klasik, yang berasumsi bahwa manusia bebas
kebutuhan dasar. Kemiskinan didefinisikan mengambil keputusan untuk dirinya sendiri
sebagai ketidakmampuan individu dalam me- dengan tersedianya pilihan-pilihan. Perspektif
menuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup ini sejalan dengan teori sosiologi fungsionalis,
layak (BPS dan Depsos, 2002). Lebih jauh dise- bahrva ketidaksetaraan itu tidak dapat dihin-
butkan kemiskinan merupakan sebuah kondisi dari dan diinginkan adalah keniscayaan dan
yang berada di bawah garis nilai standar kebu- penting bagi masyarakat secara keseluruhan.
tuhan minimum, baik unfuk makanan dan non- Teori perilaku individu meyakini bahwa sikap
makanan yang disebut garis kemiskinan (poaer- individu yang tidak produktif telah mengaki-
ty line) atau batas kemiskinan (poaerty treshold)' batkan lahirnya kemiskinan.
Konsep kemiskinan dapat dibedakan men- Teori Struktural yang bertolak belakang
jadi dua, yaitu kemiskinan absolut dan kemis- dengan teori perilaku memandang bahwa ham-
kinan relatif. David I{arry Penny (1990) mende- batan-hambatan struktural yang sistematik te-
finisikan kemiskinan absolut dalam kaitannya lah menciptakan ketidaksamaan dalam kesem-
dengan suatu sumber-sumber materi, yang di patan, dan berkelanjutannya penindasan terha-
bawahnya tidak ada kemungkinan kehidupan dap kelompok miskin oleh kelompok kapitalis.
berlanju! dengan kata lain hal ini adalah ting- Variasi teori struktural ini terfokus pada topik
kat kelaparan. Sedangkan kemiskinan relatif seperti ras, gender atau ketidak sinambungan
adalah perhitungan kemiskinan yang didasar- geografis dalam kaitannya atau dalam ketidak-
kan pada proporsi distribusi pendapatan dalam terkaitannya dcngan ras.
suatu negara. World Bank (BPS, 2003) menyu- Teori budaya miskin yang dikcmbangkan
sun ukuran kemiskinan rclatif yang sekaligus oleh Oscar Lewis dan Edwarcl Banfield ini mc-
digunakan untuk mengukur tingkat pemerata- ngatakan bahrva gambaran budaya kelompok
an, yaitu dengan membagi penduduk menjadi kelas bawah, khususnya pada orientasi untuk
tiga kelompok: (1) kelompok 40 persen pendu- masa sekarang dan tidak adanya penundaan
duk berpendapatan rendah, (2) 40 persen pen- atas kepuasan, mengekalkan kemiskinan cli
duduk berpendapatan menengah, dan (3) 20 kalangan mereka dari safu generasi ke generasi
persen pcnduduk berpendapatan tinggi. berikutnya.
Untuk menentukan ukuran kemiskinan Menurut Michael Sherraden bahwa dalam
bukanlah hal yang mudah. Kesulitan tcrsebut berbagai bentuk, teori budaya miskin ini ber-
bukan hanya pada indikator apa yang akan akar pada politik sayap kiri (Lcwis) dan politik
digunakan, tetapi juga bagaimana mcngguna- sayap kanan (Banfield). Dari sayap kiri, pers-
kan inclikator tersebut pada suatu individu, pektif ini dikenal sebagai situasi miskin, yang
keluarga, kelompok orang atau masyarakat. mengindikasikan bahwa adanya disfungsi ting-
Untuk mempermudah bagaimana mengukur kah taku ternyata merupakan adaptasi fung-
kemiskinan tersebut, kemudian muncul konsep sional terhadap keadaan-keadaan yang sulit
pouerty line (garis kemiskinan). (Arif, 2009). Dengan kata lain kelompok sayap
Ada banyak teori tcntang kemiskinan, na- kiri cenderung melihat budaya miskin sebagai
mun menurut Michael Sherraden (Arif, 2009) sebuah akibat dari struktur sosial. Sebaliknya

32 furnal Ekonomi PembangunanVolume 12, Nomor 1", ]uni 2011':28-M


ieompok sayap kanan melihat tingkah laku secara umum antara lain meliputi terpenuhinya
:an budaya masyarakat kelas bawah yang kebutuhan Pangary kesehatan, pendidikan,
rrmgakibatkan mereka menempati posisi di pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahary
m-n-ah dalam strukhrr sosial. sumberdaya alam dan lingkungan hidup ' rasa
Fcsdekatan Masalah Kemiskinan. Ada dua
aman dari perlakukan atau ancaman tindak
kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam
ascckaLan yang clapat digunakan dalam studi
r:ang kemiskinan, yaitu pendekatan obycktif kehidupan sosial-politik, baik bagi percmpuan
crr-" pendekatan subyektif. Pendekatan obyektif
maupun laki-laki.
rutu pendekatan dengan menggunakan ukur- Kemiskinan Relatif. Kemiskinan relatif meru-
r kemiskinan yang telah ditentukan oleh pakan kondisi miskin karena pengaruh kebijak-
lif,ak hin terutama para ahli yang diukur dari an pembangunan yang belum mampu men-
:r,Ei<at kesejahteraan sosial sesuai dengan jangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga
ralldar kehidupan. Pendekatan subyektif ada- menyebabkan ketimpangan distribusi penda-
.aJ: pendekatan dengan menggunakan ukuran patan. Standar minimum disusun berdasarkan
i.sdskinan yang ditentukan oleh orang miskin kondisi hidup suatu negara pada waktu terten-
:u sendiri yang diukur dari tingkat kesejahte- tu dan perhatian terfokus pada golongan pen-
:aan sosial dari orang miskin dibandingkan duduk "termiskin" misalnya 20 persen atau 40
dengan orang kaya yang ada dilingkungannya. persen lapisan terendah dari total penduduk
Seperti diungkapkan oleh Joseph F. Stepanek yang telah diurutkan menurut pendapatan/
t.Arit 2009) bahwa pendekatan subyektif meni- pengeluarannya. Kelompok ini merupakan
lai kcmiskinan berdasarkan pendapat atau penduduk relatif miskin. Dengan demikian,
pandangan orang miskin sendiri. ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung
Pendekatan kebutuhan dasar, melihat bah- pada distribusi pendapatan/pengeluar4n pen-
l*'a kemiskinan sebagai suatu ketidakmampuan duduk schingga dengan menggunakan definisi
;:k of capabitities) seseorang, keluarga dan ini berarti "orang miskin selalu hadir bersama
rnasyarakat dalam memenuhi kebuhrhan mini- kita".
:rum/ antara lain pangan, santlang, Papan, Dalam praktek, negara kaya mempunyai
pclayanan kesehatan, pendidikan, penyediaan garis kemiskinan relatif yang lebih tinggi dari
air bersih, dan sanitasi. pada negara miskin seperti pernah dilaporkan
Sedangkan pendekatan pendapatan, meli- oleh Ravallion (1998). Dalam hal mengidenti-
hat bahwa kemiskinan disebabkan oleh rendah- fikasi dan menentukan sasaran penduduk mis-
nya penguasaan ase! dan alat-alat produktif kin, maka garis kemiskinan relatif cukup untuk
seperti tanah dan lahan pertanian atau perke- digunakan, dan perlu disesuaikan terhadap
bunan, sehingga secara langsung mempenga- tingkat pembangunan negara secara keseluruh-
ruhi pendapatan seseorang dalam masyarakat. an. Garis kemiskinan relatif tidak dapat dipakai
Pendekatan ini, mencnfukan secara rigid stan- untuk membandingkan tingkat kemiskinan an-
dar pendapatan seseorang di dalam masyarakat tarnegara dan waktu karena tidak mencermin-
nntuk membedakan kelas sosialnya' Demikian kan tingkat kesejahteraan yang sama'
pula pendckatan kcrnampuan dasar yang me- Kemiskinan Absolut. Kemiskinan secara abso-
nilai bahwa kemiskinan sebagai keterbatasan lut ditenhrkan berdasarkan ketidakmampuan
kemampuan clasar seperti kemantpuan mem- untuk mcncukupi kebutuhan pokok minimum
baca dan mcnulis tntuk menjalankan fungsi seperti Pangan/ sandang, kesehatan, Peru-
minimal dalam masYarakat' *uhut clan pendidikan yang diperlukan untuk
Berbeda dengan pendekatan di atas, pen- bisa hidup dan bekerja. Kebutuhan pokok
dekatan hak melihat bahwa kemiskinan didefi- minimum diteriemahkan sebagai ukuran finan-
nisikan sebagai kondisi di mana scseorang atau sial dalam bentuk uang. Nilai kebutuhan mi-
sekclompok orang, laki-laki dan perempuan, nimum berupa kcbutuhan dasar dan dikenal
tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mem- dengan istilah garis kemiskinan. Penduduk
pertahankan dan mengembangkan kehidupan yang pendapatannya di bawah garis kemiskin-
yang bermartabat. Ilak-hak dasar yang diakui an digolongkan sebagai penduduk miskin' Ga-

33
tautttiriu.i Faktor Penyebab Kemiskinan (Tri wahyu Rejekiningsih)
Sejahtera I (KS I), Keluarga Sejahtera II-(KS II)'
ris kcmiskinan absolut "tetap (tidak berubah)"
dalam hal standar hidup. Garis kemiskinan Keluarga Sejahtera III (KS III) dan Keluarga
Sejahtera III Plus (KS III-Plus).
absolut mamPu membandingkan kemiskinan
secara umum.
Menurut BKKBN kriteria keluarga yang
dikategorikan sebagai keluarga miskin adalah
Ciri-Ciri yang Melekat pada Penduduk Mis-
Keluarga Pra Sejahtera (Pra-KS) dan Keluarga
kin. Beberapi ciri yang melekat pada pendl-
Sejahtera I (KS I)' Ada lima indikator-,yang
duk miskin yaitu: (i) Pendapatan masih rendah
harus dipenuhi agar suatu keluarga dikatc-
atau tidak berpendapatan, (2) Tidak memiliki
gorikan sebagai Keluarga Sejahtera I,-yaitu: (1)
pekerjaan tetap, (3) Pcndidikan rendah bahkan
Lnggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai
iiduk b"rp"ndidikan, (4) Tidak memiliki tempat
ugu"riu yang dianut masing-masing, (2)-Seluruh
tinggal, (S; fia* terpenuhinya standar gizi
minimal.
aiggoti keluarga pada umumnya makan dua
kali sehari atau lebih, (3) Seluruh anggota
Penyebab Kemiskinan. Kemiskinan Struktural keluarga memPunyai pakaian yang berbeda di
adaiah kemiskinan yang disebabkan dari kon- ,.r*uh] sekolah, bekerja, dan bepergian' (4)
disi struktut, atart tatanan kehidupan yang tak Bagian terluas lantai rumah bukan dari tanah'
menguntungkan (Soetandyo, 1995)' Dikatakan (5) Bila anak sakit atau Pasangan Usia Subur
tak i'renguritungkan karena tatanan itu tidak
ieUSl ingin mengikuti KB pergi ke
sarana/
hanya menerbitkan akan tetapi juga melang- petugas kesehatan serta diberi cara KB modern'
kemiskinan di dalam masyarakat' ' k"loutga Pra Sejahtera adalah keluarga-
" gkut
g"t
kemiskinan kultural diakibatkan oleh fak- keluarga yang tidak memenuhi salah satu dari
tor-faktor aclat dan budaya suatu daerah ter- tma inaitator tersebut di atas' Pendekatan
tentu yang membelenggu seseorang tetap mele- BKKBN ini dianggap masih kurang realistis
kat .i"ttgu^ indikator kemiskinan (Suyanto' karena konsep Keiuarga Pra Sejahtera dan KS I
1gg5). piaanl indikator kemiskinan tersebut sifatnya normatif dan lebil'r sesuai dengan
seyogyanya bisa dikurangi atau bahkan secara keluarga kecil/inti, di samping kelima indika-
bertJhap bisa dihilangkan dengan mengabai- tor tersebut masih bersifat sentralistik dan sera-
kan faktor-faktor adat dan budaya tertentu gam yang belum tentu relevan dengan keadaan
yang menghalangi seseorang melakukan peru- dan budaya lokal'
tunut-p"tnbahan ke arah tingkat kehidupan
Kemiskinan Menutut BPS. Pada tahun 2000
yang lebih baik.
BPS melakukan studi Penentuan Kriteria Pen-
Kemiskinan Menurut BKKBN' BKKBN mem- duduk Miskin (SPKPM 2000) untuk mengc-
bagi kriteria keluarga ke dalam lima tahapan' tahui karakteristik-karakteristik rumah tangga
yaitu Keluarga Pra Sejahtera (Pra-KS), Keluarga

'l'abel7. Delapan Variabel hasil SPKPM 2000


Skor
No Variabel Skor 1 Skor 0
<=8m2 >8m2
1 Luas lantai Per kaPita
jenis lantai Tanah Bukan tanah
2
Air hujan/sumur tidak Ledeng/PAM/sumrtr
3 Air \Iinum/ Ketersediaan air
tcrlindung terlindung
bersih
Ticlak ada Bersama/Sendiri
4 Jenis jarnban/\'\.C
Ticlak punya asset Punya asset
5 Kcpernilikan Asset
< = RP'350.00O0 > Rp.350.000,0
6 Pendapatan (total pendapatan Per
bulan)
.7 8C persen + < 80 persen
Pengeluaran (Persentase
pengeluaran untuk makanan)
Tidak ada/ ada, taPi Ada, bervariasi
8 konsumsi lauk Pauk (daging, ikan,
telur tidak bervariasi
hal,17
Analisis dan Pen ghitr:ngan Tingkat Kemiskirran Tahun 2007 '
.
Su:rrber: BPS,

@gunan volume 12, Nomor 1, ]uni 2011.:2841


34
cc (q1s8qr41a[ag nr(rp1,4 rr1) ueuplsluay qeqadued ro1>1pl Isp)ulluapl

relru uralsrs €Mqeq uopleduaru (gSOr) ;ur8uluer '€rsnuEru uuqn+nqal unlurruru Jupuuls FInu
-eftuaoy ruepp ur{orlTJnl) 'n1r ereluaruag -aruaru runlaq nelu rynuodrq urnlaq rSolorsr; ue
'{ISIJ -gnlnqal uryf urlsrtu uDI€tDIrp ludep Sueroosos
undnetu Lu€le '€rsnuuru ue8un18ul >1eq 'udu lnqasral €rsnueru upqn1nqa{ 8uu(ua[ uDIJps
-ue3un18u4 depeqral r$luaraq >lnlun npI^IpuI -eprag 'rrrp rsuslenlle uule uuqn+nqa) (g) 'I"n+
Sueroas rJrp uep e,nr[ tuepp Ip p]uaru ueep -sard uep rrrp erfte4 u€Ie u€qnlnqoy (p) 'edu
-ea{ nu+e rsrsodsrp nlens rc3eqas pluaru de>1 -urel lersos u€qnlnqal uep'rclurouatu-utru1c'udu
-rs ueln.reSuaru ler8uruureftuaol rnfuel Wqa'I -ue8unlSurl qalo ururJalrp u€p m{erp 'r1q1urau
'ersnueru u€n{elaT r3eq #8uqra1 ueuropad re8 Eser uele ueqnlnqa; (S) '>lepuqraq {n}un
-eqas rs8un;raq eduumun edepnq rc1ru rualsrs ueqereSuad uep ue8urqurrq uulrJaqruau Sued
nlr euaru{ qalg 'dnplq urepp Ielluraq l€tue uurnlerad ur(uepe epas 'ueefra1ad ludepuau
deSSuerp snreq Sued pqluq uelednraur tnq 'ue1eure1asa1 ueunuul 'lrulq user uup seqaq
-asra1 efepnq rcIu eSSurqas'loleredsuur u8rurvr ueqnlnqa) (Z) 'uIBI
'rueralual 'ueure eseJ ue>Ie
resaq uer8uqas uurrlrd tu€F ruupp dnprq Sued -urcl uup 'ueluqasal 'qnpailaq ledtual 'runulur
rsdasuol-rsdasuol lrep IrIpJal +nqasral IeH 'ueletu rpadas srSolorsr; uur{ntnqa) (1) :n1red
'lepensr-lepu n+ens lrup {Ertrsqe 3u1pd Suud 'ueqnlnqal 8ue{ua[ g urepp aI plsnupw ueqrq
1e13u4 uelednraur edepnq rcllu rualsrs UEI€] -nqa) r8equraur (fgOf) urpqerqv
-er(uaru (SSO1) ler8utuerehuao)'fplualt dUIIS '€rsnueur^rolsEIAI
urnurrurur JPsPp uuqn+
uep udepng IeIIN IsEluaIrO uur8equa4 -nqa{ edurqnuadral eped uolres€puau Sued
.(eeOf) ueJnTn nlrur{ erues JriEIaJ rpeluaru er{truurnln
toors u€p
(eSAf) z+raa3'(ggOf) ter8rmrBrehuao;'(p5,1) o1p 'eduladqo rrep Suepuedrp lnqasral u€uDlsrura{
-rnl,^{ nrepN '(fgOf) u1y odeg :uradas rlqe eder e>pf'rdqa1 ue>1y 'eduladqns up{rusupraq Suep
-aqaq ludepuad rrep ueltrdurrsal ue4ednraru rur -uedlp nll uuurTsrura{ DIIIeruqnra] 1uI uuJn{n
ueul>lsnua) qeqaduad rol)uJ uer8eqtua4 'edu u€€paqrad 'egesn8uad Suuroas q{slur uern{n
-re8eqas uep 'sluro;uo1 'soroq 's€1etu 'srp1e; ue8uap €paqraq le8ues ue{u ruelad Suero
leps edupsru (rrrpuas n+r npIAIpuI ruppp Ir€p -as urTslru uprn{n :qoluoJ rc8eqag 'epaqroq
Ieseraq Sued ro11e1) uaSopua rol)uJ uelSuep Sued uernTn Dlllnuaur 8ue.ro Sursetu-8urse;n1
-ag '(efure8uqas uup luouo{a rua}sls /ueqe} ']nqasra+ ueuDlsrura{ 3ue1ua1 uerlra8uad udtrJeq
-urraruad 1e;rs 'arusrleruolo4) Jnf{nJ}s n€}e ue rlradas 'rp1as JrluIaJ lu8uus rpu[uaur und uBurx
-lenq rolTeJ uup (urep puu)uaq uup 'ru11 'uep -snua{ ueJnTn 'lnqasJal rsrs enpa{ uep Suep
ueepea4) r{€nue1e ro}{eJ rpefuaur uulepaqlp -ueruaru Sued epd €pp unrueu 'ppaleur uou
(lnqasral nprllpul renl Ip Eppraq Suef rol4e;) nele'prraleur IsIs rJep ueu{srtual Suepueruartr
uaSosla ro+)eC 'uaSopuo uep uaSos{a rolIeJ Sued upy 'upu{srura{ reua8uatu qqe ered uu1
nlred enp rpefuatu u€{Epaqlp urnurn pJeJas -Iraqlp SuBd uuura8uad ledueg 'ueuplsFray
ueur)snual qeqaduad ro]{€J nll €J€luaruas quqar(uag rot{ud uEp uErnln 'uup,ra8uag
'ruur8op1 697 redurus 6Z€:trDIsIur srredp 'uDlsnu e33ue1 qetunr re8
(g) 'tuer8o1q 0Z€ redrues g77:uDlsrntr (7)'uefi -eqas uelSuolo8rp tnqasral u88uel qeunJ E{sru
-o11{ 0}Z rrep 3uu.rn):rle{as uHsII tr (1) :n1red uplslu rrn (eu11) g lprurunu rudundurau u33uB+
unqel rad Suero rad se.raq ruerSop>1 uunles q€tunr nlens elqede uer4rurap ue8uaq 'pnr
erulas uerunla8uad uepp uuleledulp ]nqasra] -dazuo1 €JuJas uITsIlr e33uq r{prunr rn€ruop
upJn)n 'rreq ;ad Suero rad uralord urer8 67 uep rJBp Jo>ls Iplol snpour sqe uulJpseprp Sued
rrolu>l 996'1 dnlnr ueloled eped uuryeseprp (n*d g qulepe ueleun8rp Suud seleq rolg
ueesapad 1p uuurTsnua) u€suleq lunqruaru 'u€rnTsnua{IEp9')l
ur€Fp (SgOf) odSofeg uern4n8ua4' 13 ueqrq uelrrrtuaru Sued 1e;rs-1e;rs upudal nruSuau g
-nqal uep seraq ueqqnqa{ s€+e Jes€pJae'}eqas Jo{s u€p upuDlsruraT u€IrJrJuaru Sued leys-1e;rs
drpq uep efralaq dn>1nr Suero lunquau Suud epeda>1 nre8uaru I Jo{S 'ue8uudel rp uD{mrr
ue8ued 1o1od uer{n}nqaT su+e ueTres€pJaq e88uel qeurnJ uenluauad {nlun puorserado
ue4delalrp Suur{ urnurlulur Jupuuls tle,vt'eq ry uep >1ede1 deSSuurp Sued laqeue,r uedq-ap
ep€raq Suud uednpqaT 1e13uq n+ens rc8eqas qaloradrp '0002 I IcI)cIS IIsEq rreq 'pqdasucrl
ueurTsruraT uolrsrultapuavt (7761) odSoleg eJeJas ueur{sura{ ue{rJrJuaru ndtueur 3ue.{
Iiksogen
l. Alarn:
Kondisi lisik al*m seperti kesuburan"
topografi dsbnya.

Z. Struktural:
- Jumlahta*ggungan keluarga
- Sistem bagi hasil
- Peusrap*n teknol<rgi yang meflggel$sr
kest"mp*tan ke{a tl}I.

Entlogen
Kultural:
Sistem nilai budaya masyarakat setempat yait$
orientasi nilai budaya dan sikap rnental pendd
miskin terhadap hakekat hidup, hakekat karya,
hakekat waktu, ha&ekr:t hubungaa dengan
alanq dan heke&at hubungan dengan se$aau.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

budaya dalam semua kebudayaan di dunia METODE PENELITIAN


menyangkut lima masalah dasar dalam kehi-
dupan manusia, yaitu: menyangkut hakekat
hidup murnusia, hakekat karya manusia, hake- Def inisi Operasional Variabel
kat wakfu, hubungan manusia dengan alam, Berdasarkan per definisi bahwa kemiskinan
dan hubungan manusia dengan manusia lain- ditentukan karena ketidakmampuan untuk
nya. Kelima masalah pokok tersebut memiliki mencukupi kebutuhan pokok minimum seperti
orientasi nilai budaya yang masing-masing pangarl sandang, kesehatary perumahan dan
"melahirkan" suatu sikap mental. Sikap mental pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup
tersebut bisa sejalan atau tidak sejalan dengan dan bekerja. Untuk memudahkan analisii,
upaya peningkatan taraf hidup warga miskin. maka pemilihan warga miskin berdasarkan
Kerangka Pemikiran. Sikap mental dapat data rvarga miskin di setiap kelurahan yang
menjadi salah satu penyebab timbulnya kemis- telah menerima dan memanfaatkan bantuan
kinan pada diri seseorang atau sekelompok dari program penanggulangan kemiskinan cli
masyarakat. Sikap mental semacam ini disebut kota Semarang.
juga sikap mental negatif, yaitu yang tidak seja- Adapun jenis bantuan dari program pe-
lan dengan upaya peningkatan taraf hidupnya. nanggulangan kemiskinan di Kota Semarang
Dalam penelitian ini mencoba menjelaskan yang telah diterima dan dimanfaatkan oleh
hubungan antara orientasi nilai-nilai budaya warga miskin adalah sebagai berikut Askeskin,
dan sikap mental penduduk miskin terhadap Jamkesmas, BLT, Raskiry p2Kp-BKM, Konversi
lima masalah dasar manusia yaitu hakekit Minyak Tanah ke LPG, PNPM Mandiri, UED-
hidup, hakekat rvaktu, hakekat karya, hakekat SP, GPS dan Sembako (Bapermas Kota Sema-
hubungan dengan alam, dan hakekat hubungan nng,2009).
dengan sesama. Kelima masalah mendasar ter-
sebut diduga merupakan salah satu faktor Jenis Data
penyebab kcmiskinan (Ganfunr 1).
Data yang digtrnakan dalam kajianini meliputi
data sekunder dan data primer. Data sckunclcr

35 furnal Hkonomi Pembangunan volume 12, Nomor t,l",.notttzg-u


diperoleh dari Badan Pemberdayaan Masyara- dapat ditoleransi. Jadi besarnya sampel yang
Lat Perempuan dan Keluarga Berencana Kota akan diambil adalah sebesar:
Semarang, BPS Provinsi Jawa Tengah, publikasi n= 2571/ (1+2571(0,1)2) = 2571/26,71":96,256
yang dikeluarkan lembaga-lembaga tertentu (dibulatkan menjadi 100 orang). Jumlah sampel
yang relevan serta kajian pustaka. Data sekun- sebanyak 100 orang tersebut berasal dari keem-
der yang diperlukan di antaranya seperti data pat kelurahan yang dipilih sebagai daerah pe-
profil warga miskin yang menerima dan me- nelitian.
manfaatkan bantuan dari program penanggu- Data orientasi nilai budaya dan sikap
slangan kemiskinan kota Semarang. Data se- mental responden diolah dengan skala likert,
kunder diambil dari bahan pustaka yang ber- disajikan dalam bentuk persentase dan tabulasi,
kaitan dengan kemiskinan dan kebudayaan. yang pada akhirnya dianalisis secara deskriptif.
Data primer diperoleh dari hasil survei
dengan menggunakan kuesioner yang dilaku-
kan terhadap warga miskin pada kelurahan- HASIL DAN PEMBAHASAN
kelurahan yang dipilih sebagai sampel di Kota
Semarang. Pengambilan sampel dilakukan Gambaran tJmum Responden
seczua acak sederhana terhadap warga miskin
Dari kelurahan-kelurahan yang dijadikan sam-
yang ada di kelurahan sampel tersebut.
pel penelitian (Tabel9), maka diketahui bahwa
34 persen responden berjenis kelamin perem-
lumlah Sampel puan dan 56 persennya laki-laki. Semua res-
Total populasi yang dijadikan obyek penelitian pondennya laki-laki untuk kelurahan Bubakan,
ini adalah sebanyak 2.57'L rtrmah tangga miskin Krobokan dan Genuksari, sedangkan kelurahan
(Tabel 5). Penentuan jumlah sampel yang Tandang ada 17 orang laki-laki dan 34 orang
diambil menggunakan rumus Slovin: perempuan.
Sebagian besar responden beragama Islam
n = N/(1+Ne2) (1)
yaitu 97 persen, sedangkan yang beragama
Kristen ada sekitar 3 persen yang berada di
kelurahan Tandang. Artinya bahwa sebagian
dimana n adalah besaran sampel, N adalah be- besar warga miskin di Kota Semarang ber-
saran populasi, e adalah nilai kritis (batas kete- agama Islam.
litian) yang diinginkan (persen kelonggaran Mayoritas responden berstatus kawin, de-
ketidaktelitian karena kesalahan penarikan ngan rincian sebagai berikut responden yang
sampel) dan besarnya nilai tersebut adalah 10 berstatus kawin ada sekitar 87 persen, janda
Persen. sebanyak 9 persen dan tidak kawin sebanyak 4
persen. Dari empat kelurahan sampel tidak
ditemukan status responden sebagai duda.
Tabel8. |umlah Responden pada Setiap
Pendidikan responden masih didominasi
Kelurahan yang Diamati (Rumah
tangga Miskin) lulusan Sekolah D:,sar (SD) yaitu mencapai 32
persen, sedangkan yang tidak amat SD ada
No Kelurahan ]umlah Jumlah sebanyak 25 persen, tidak tamat SMP ada 4
Responden persen, tamat SMP ada 17 persen dan tamat
1 Bubakan 99 4 SMA sebanyak 22 persen. Artinya ada 57 per-
2 Tandang 1.305 51 sen warga miskin di kota Semarang berpendi-
3 Genuksari 620 24 dikan sangat rendah. Pendidikan yang rendah
4 Krobokan 547 21 tentunya akan menyulitkan untuk mendapat-
257-t 100 kan pekerjaan dengan penghasilan yang layak.
Responden yang tidak tamat SD hanya ada di
kelurahan Tandang, yaita 25 persen. Respon-
Nilai kritis 10 persen dipilih karena, merupakan den yang tamatan SMA sebanyak 18 persen ada
batas nilai maksimal kelonggaran yang masih di kelurahan Genuksari dan 4 persen ada di

Identifikasi Faktor Penyebab Kemiskinan (Tri Wahyu Rejekiningsih) 37


kelurahan Tandang' persen). Berdasarkan hasil survei lapangan di-
Untuk masalah pekerjaan, responden seba- ketahui bahwa warga miskin di Kota Semarang
gian besar bekerja sebagai buruh, yaifri 42 yang bekerja sebagai petani hanya sebanyak 2
f"tt"tt dengan penghasilan rata-rata per bulan Persen.
Di kelurahan Bubakan, respondennya ter-
sebesar npOlS.OOO,O0 dan menanggung seba-
nyak 3 ot*g anggota keluarganya' Meskipun masuk keluarga besar dengan anggota rata-rata
ada juga responden yang masih menganggur 4 jiwa, sedangkan di tiga kelurahan yang lain
yaitu sebanyak 2 persen' Tanggungjawab untuk jumlah anggota keluarga rata-rata 3 jiwa' Secara
menghidupi keluarganya membuat warga mis- iata-rata jumlah tanggungan setiap warga mis-
kin yang hanya berpendidikan setingkat SD kin di Kota Semarang adalah sebanyak 3 jiwa'
berwirasrarasta (22 persen) atau berdagang (17 Selama dua tahun terakhir, ada sekitar 62

Tabel g. Data Identitas Responden (Orang)


No Kategori Kelurahan Iumlah

Bubakan Krobokan Genuksari Tandang

1, Jenis Kelamin 66
4 21 17
- Laki-laki
34 34
- Perempuan
Agama
24 48 97
- Islam
- Kristen
T J 3

Status
1 1.4 24 48 87
- Kawin
7 9
- Janda 2
- Duda
3
- Tidak kawin
Pendidikan
25 25
-Tidaktamat SD
-SD 21. ; 1 32
4 4
-TidaktamatSN1P
17 17
-SMP
-SMA ; 4 22

Pekerjaan
2 2
- Pengangguran
8 8
- Sopir
2 4 1.6 22
- Swasta
1 21. 13 7 42
- Buruh
1.
- Bengkel 1
4 13 17
- Dagang
3 3 6
- Karyawan
2 2
-Tani
Rata-rata (Rp)
650.000 908.000 603.000 665.000 698.000
penghasilan/bulan
7. Rerata (orang)
4 3 3 3 J
tanggungan
jml Jenis Bantuan
yg diterima
2 7 5 12 26
- Tidak ada
1 3 7 79 30
- Satu (1)
1 6 3 13 23
- Dua (2) n
5 9 21
-Ti
jumlah Responden 4 n 24 e 100

Sumber: Data Primer

38 l*""1trk."omi PembangunanVolume 12, Nomor 1, juni 201L:28-M


persen warga miskin telah menerima bantuan kah laku warga masyarakat bersumbcr pada
vang berupa raskin, sedangkan BLT ada sekitar suatu sistem nilai budaya yang dianut oleh
4.4 persen dan 14 persen GPS. Ini menunjukkan warga masyarakat tersebut. Jika sistem nilai
bahwa tidak semua jenis bantuan bisa diterima- budaya yang dianut itu berorientasi pada pem-
kan kepada semua warga miskin yang ada di bangunan, maka sikap yang timbul kemudian
setiap kelurahan. Juga tidak semua jenis ban- adalah sikap mental yang positif, yaitu sikap
tuan dapat disalurkan di setiap kelurahan di mental yang mendukung upaya-upaya menuju
Kota Semarang. Contohnya jenis bantuan JPS, peningkatan taraf hidup masyarakat. Sebalik-
BKK, BKM dan sembako hanya ada di kelurah- nya, jika sistem nilai budayanya tidak berorien-
an Krobokan, sedangkan GPS ada di kelurahan tasi pada pembangunan, maka yang timbul
Krobokan dan Genuksari. Jenis bantuan jam- kemudian adalah sikap mental negatif, yaitu
kesmas dan kompor gas telah diterimakan di sikap mental yang tidak mendukung upaya-
kelurahan Krobokan dan Tandang. Sedangkan upaya menuju peningkatan taraf hidup masya-
Fnis bantuan yang ada di setiap kelurahan rakat. Sikap mental yang disebut terakhir ini
yaitu raskin dan BLT. mampu mempengaruhi tingkat kemiskinan
Hasil temuan di lapangan menunjukkan yang dialami masyarakat.
ada sekitar 26 persen dari total responden me- (1) Tentang Hakekat Hidup Manusia. Terha-
nyatakan bahrva tidak pernah menerima ban- dap hakekat hidup manusia, 89 persen res-
tuan jenis apapun selama dua tahun terakhir. ponden menyatakan setuju mengenai adanya
Hal ini membuktikan bahwa tidak semua kewajiban berusaha bagi seorang manusia
n'Erga miskin akan memperoleh bantuan. sebagai upaya peningkatan taraf hidup. Semen-
Kalau dirinci setiap kelurahan, maka kelurahan tara itu terhadap pandangan bahwa manusia
bubakan ada sekitar 50 persen warga miskin tidak perlu bersusah payah memikirkan hidup-
tidak pernah mendapatkan bantuary namun nya, hanya 11 persen yang setuju. Hal ini dapat
ironisnya ada satu warga miskin bisa menda- diartikan bahwa sebagian besar warga miskin
patkan dua jenis bantuan yang jumlahnya sadar dan sepakat memiliki sistem nilai budaya
mencapai 25 persen. Kelurahan Krobokaru yang cenderung positif dalam memahami hake-
warga miskinnya yang tidak pernah menerima kat hidup (Tabel10).
bantuan sekitar 33 persen, sedangkan yang Terhadap pandangan bahwa hari esok ha-
menerima sampai tiga jenis bantuan sebanyak rus lebih baik dan juga selalu melakukan per-
24 persery dua jenis bantuan sekitar 29 persen baikan secara berkelanjutan memiliki nilai bu-
dari total warga miskin di wilayahnya. Di daya yang positif. Namun di sisi lain warga
kelurahan Genuksari dari 24 responden, yang miskin merasa minder untuk mengikuti pela-
menyatakan tidak pernah menerima bantuan tihan atau kursus yang diselenggarakan pihak
ada sekitar 21 persen, sedangkan yang pernah kelurahan, artinya ini bernilai negatif. Pada
menerima bantuan hingga tiga jenis bantuan kasus yang terakhir mungkin dapat dipahami
ada sekitar 38 persen dan yang menerima dua karena sebagaimana diketahui bahwa sebagian
jenis bantuan sebanyak 13 persen. Dari 51 besar pendidikan warga miskin hanya seting-
responden di kelurahan Tandang yang tidak kat SD. Sehingga wqar kalau warga miskin
pernah menerima bantuan ada 24 persery yang merasa minder tidak yakin akan kemamPuan-
menerima tiga jenis bantuan sekitar 14 persen nya untuk mengikuti pelatihan.
dan dua jenis bantuan sebanyak 25 persen. (2) Tentang Hakekat Karya Manusia. Terha-
Masih banyaknya warga miskin yang tidak dap hakekat karya manusia, responden yang
pernah mcnerirna bantuary mengindikasikan menyatakan setuju untuk terus berusaha agar
bahwa tidak meratanya proses pendistribusian mampu menghasilkan karya yang lebih baik
bantuan.
ada sekitar 80 persen dan yang menyatakan
bahwa tidak perlu memikirkan mutunya peker-
Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental jaan sekitar 19 persen. Hampir 56 persen
Responden
responden setuju bahrva untuk menghasilkan
Pola-pola cara berpikir, bersikap, dan berting- karya yang lebih baik diperlukan ijazah atau

Identifikasi Faktor Penyebab Kemiskinan (Tri Wahyu Rejekiningsih) 39


Tabel10. |arvaban Responden tentang I-Iakekat Hidup Manusia
Kelurahan A1
abst abst abst
Bubakan 31. 4--22 3 1
Krobokan 20 1 183-1110 10 10
Genuksari 222 21.3-159 11. 13
Tandang M7 456-%28 17 34
Tumlah 89 11 0 881205149 0 41. 58 1

Sumber: Data primer

keahlian dan juga pengalaman. SebaliknYa, 44 kan dan merencanakan masa depannya sendir:
persen responden sependapat bahwa dengan Namun ketika tiba pada pandangan yang mc-
ijazah atau keahlian serta pengalaman dapat ngatakan bahwa hari esok tidak perlu dikhan'a-
diperoleh uang sebanyak-banyaknya, Hal ini tirkan karena belum jelas keadaannya/ hanya 1!
dapat diartikan bahwa orientasi karya bagi persen dari responden yang sependapat. Seba-
warga miskin relatif masih terbatas pada gian besar warga miskin juga sepakat untui
perolehan uang atau materi dan belum kepada hidup hemat dan menabung, yaitu 98 perser.
hasil karya itu sendiri seperti penghargaan, Warga miskin lebih banyak menggunakan per"-
kepuasan dan lain-lain. dapatannya untuk membiayai sekolah anak-
Pandangan warga miskin terhadap karya anaknya dan mempersiapkan hari esok yan:
masih terbatas pada pemahaman bahwa manu- lebih baik. Terhadap nilai budaya bahwa hidup
sia itu bekerja keras untuk dapat makan. Pan- dengan kesederhanaan dan tidak perlu berbua:
dangan ini tidak dapat dianggap sebagai satu melampaui kemampuan sendiri adalah positit
pandangan yang bersifat negatif, karena sesuai Contohnya bahwa warga miskin tidak setuju
dengan konsep kebutuhan yang dikemukakan jika harus berhutang (p-jurn) hanya untuk
oleh Maslow bahwa kebutuhan manusia itu menyelenggarakan pesta pernikahan supava
dibagi menjadi lima tingkat kebutuhan yang lebih meriah. Meskipun demikian warga miskir.
membentuk sebuah piramida. Dalam kenya- juga tidak setuju kalau dalam mengisi hari-har
taannya, seseorang belum mampu menjadikan kehidupannya hanya dengan kegiatan yang
kebutuhan tingkat kedua sebagai tujuan ber- monoton. Hal ini menunjukkan bahwa warga
karya sebelum kebutuhan pertamanya terpe- miskin juga menginginkan variasi dalam me.-
nuhi, demikian seterusnya (Tabel 11). ngisi hari-hari kehidupannya, tentunya dengan
(3) Tentang Ilakekat Waktu. Sementara itu ter- kualitas yang lebih baik (Tabel L2).
hadap hakekat waktu, responden mempunyai (4) Tentang Ilubungan dengan Alam. Demi-
orientasi nilai budaya yang positif. Sebanyak 82 kian juga terhadap hakekat hubungan dengan
persen dari total responden setuju terhadap alam, warga miskin mempunyai orientasi nilai
pandangan bahwa manusia harus mempersiap- budaya yang positif.Warga miskin menyatakan

Tabel 11. ]awaban Responden tentang Hakekat Karya Manusia


Kelurahan 81
ababstababsta abst a b abst
Bubakan 4- 21. 13 4-
Krobokan 129 192 11 9 1 156
Genuksari 1.4 10 195 13 11 1.4 10
Tandang 26 25 40 11 28 23 33 18
lumlah
Sumber: Data primer

40 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume L2, Nomor 1, Juni 2011,:28-41


Tabel12. Jawaban Responden tentang Hakekat Waktu
Kelurahan c1 c2 c3 C4
abst abst abst
Bubakan 2 2-4 4- 4
Krobokan 1.6 5-20 20-1. 19 ;
Genuksari 17 7-24 24 21. 3-
Tandang 47 4-50 L- 51 43 8-
Jumlah 18 98

Sumber: Data primer

Tabel 13. fawaban Responden tentang Hubungan dengan Alam


Kelurahan D2 D3
abst abst abst abst

Bubakan 4- 4 3 1-4-
Krobokan 183 1.4 ; 79 2-27
Genuksari 21. 3 18 6 22 2-24
Tandang 37 1.4 47 4 46 5-50 1-
Jumlah 83 17 10

Sumber: Data primer

perlunya mengolah alam untuk memenuhi terhadap kebersihan lingkungan tempat ting-
kebutuhan hidupnya. Namun menurut warga galnya. Sehingga dengan keterbatasan dana
miskin berhasil tidaknya usaha tersebut sangat yang dimilikinya, warga miskin tidak setuju
tergantung pada usaha manusia itu sendiri, jika kebersihan itu diserahkan kepada pihak
kondisi alam hanya membatasi usaha manusia lain dengan cara dibayar.
itu sendiri. Warga miskin juga bersedia meng- (5) Tentang Hubungan dengan Sesama. Ter-
adopsi setiap perkembangan teknologi dalam hadap hakekat hubungan dengan sesama/ war-
pemberdayaan sumbet daya alam. Warga mis- ga miskin mempunyai orientasi positif. Warga
kin berkeyakinan bahrva perkembangan tekno- miskin menganggap perlunya interaksi dengan
logi harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan sesama dalam kehidupan bermasyarakat. War-
hidup manusia pada umumnya. Dengan demi- ga miskin juga lebih menilai pentingnya usaha
kian teknologi baru diharapkan dapat mening- atas kekuatan sendiri dan sejauh mungkin
katkan proses berproduksi sehingga kesejahte- menghindari rasa ketergantungan pada sesama.
raan warga miskin akan meningkat(Tnbel13). Sikap mental seperti ini sangat mempengaruhi
Selain itu rvarga miskin juga sangat peduli

Tabel 14. fawaban Responden tentang Hubungan dengan Sesama

Kelurahan E1 E2

ababstababsta abst

Bubakan 4 4 4- -4
Krobokan 19 2- 19 2 138 - 21.
Genuksari 22 2- 24 195 -24
Tandang 48 3- 45 41, 10 -492
Sumber: Data primer

47
Identifikasi Faktor Penyebab Kemiskinan (Tri Wahyu Rejekiningsih)
inisiatif warga miskin dalam berupaya meng- dalam kekurangan, dan dengan berkarya aka:-
atasi setiap persoalan yang sedang dihadapi- diperoleh penghasilan untuk mencukupi keb,:_-
nya. Warga miskin akan berinisiatif untuk me- tuhan hidupnya.
lakukan usaha produktif yang diyakini akan
meningkatkan kesejahteraan keluarga dan ling-
kungannya tanpa menunggu komando. Di sam- DAFTAR PUSTAKA
ping itu warga miskin juga memiliki kesadaran
tinggi untuk selalu bersosialisasi dengan ma- Bayo Ala, A. 1981. Strategi Anti Kemiskrna:
syarakat di lingkungannya. Lima Tahap. Analisa No.9, Tahun ',
September 1981. Jakarta: CSIS.
SIMPULAN Jogiyanto, HM. 2008. Pedoman Suruei K-..,-
sioner: Mengembangkan Kuesioner, M,-. :-
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan atasi Bias dan Meningkstkan Respon. Ic:-
dapat disimpulkan sebagai berikut: pertama, jakarta:BPFE - FEB UGM.
ciri-ciri warga miskin di Kota Semarang antara Koentjaraningrat. 1 983. Kebuday aan, Mentai: :. :
lain, kepala rumah tangga sebagian besar ber- dan gunan. Jakarta: Gramedia.
P emb an
pendidikan rendah (tamat SD) dan mempunyai
pekerjaan sebagai buruh, serta mempunyai Muslow, A.H. 1984. Motiaasi dan Kepribad:.;-
tanggungan 3 jiwa. Kerlua, bahwa terjacli keti- Jakarta: PT. Pustaka Binama Pressindc
dakmerataan dalam distribusi bantuan kepada Kuncoro, i\4udrajat. 2000. Ekonomi pen::.:-
warga miskin. Hal ini teridentifikasi dengan ngunanl Teori, Masalah dan Kebijd:.;-
ditemukannya sekitar 26 persen warga miskin Jogjakarta: BPFE-UGM.
tidak pernah menerima bantuan jenis apapun
Prastowo, Andi. 201.0. Menguasai Teknik-T:,-
selama dua tahun terakhir. Ketiga, warga mis-
nik Koleksi Data Penelitian Kuslitatif. lci-
kin di Kota Semarang memiliki orientasi nilai
jakarta: Diva Press.
budaya dan sikap mental yang positif dalam
-1.977.
memandang hakekat hidup, hakekat karya, ha- Sajogyo. Garis Kemiskinan dan Kebuttti;-
kekat waktu, hakekat hubungan dengan alam P okok. Bogor: LPSP-IPB.
semesta dan sesama manusia. Namun secara Sajogyo, Lala M Kolopaking, dan Sumarcr:
rata-rata jika dibuat peringkat maka orientasi 1983. Profit Rttmah tangga pertar::..;-
nilai budaya dan sikap mental yang positif de-
Tanaman Pangan, Perikanan Darat ..-;*
ngan mcndapat point tertinggi adalah hakekat
Perariran Llmum dan Peternskan d,i..;-,
waktu (91 persen), kemudian diikuti hakekat
Sensus Pertaniqn 1983, Jakarta: BpS.
hubungan dengan sesama manusia (90 persen),
hakekat hubungan dengan alam (88 persen), Sutikno, dkk. 2009. Pemilihan program l--
hakekat hidup (67 persen) dan hakekat karya ngentasan Kemiskinan Meialui F:-
(64 persen). ngembangan Model pemberdayaan \1:-
Berdasarkan peringkat yang ada, maka syarakat dengan Pendekatan Siste:
bisa disimpulkan di sini bahwa: warga miskin lurnal Ekonomi Pembangr.man VoL1l \_ -
di kota Semarang dalam mensikapi kondisinya, Juni 2010:135.
lebih berkeyakinan untuk mempersiapkan masa
Tjiptoherijanto, Prijono dan Sutyastie Soer:-
depannya dengan melakukan penghematan
atau menabung. Kemudian rvarga miskin juga tro. '1.997. Sumber Daya Manusia dn..:*
P embangrman N asional.
lebih percaya kepada kemampuannya sendiri Jakarta: FE LI.
tidak menggantungkan bantuan dari pi- Tjiptoherijanto, Prijono dan Sutyastie Soen:-
hak/orang lain. Selain itu n'arga miskin harus tro. L998. Pemberdayasn penduduk .;;-
bekerja mengolah alam untuk memenuhi kebu- Peningkatan Kualitas Sumber Daya Ma,,-..-
tuhannya, karena \ /arga miskin berkeyakinan sia. Jakarta: PT. Cita Putra Bangsa
bahwa mereka harus tctap berusaha meski

42 ]urnal llkonomi Pembangunan Volume juni 201^I:2t-'-


12, Nomor 1,
inisiatif warga miskin.dalam berupaya meng- dalam kekurangan, dan dengan berkarya akan
atasi setiap persoalan yang sedang dihadapi- diperoleh penghasilan untuk mencukupi kebu-
nya. Warga miskin akan berinisiatif untuk me- tuhan hidupnya.
lakukan usaha produktif yang diyakini akan
meningkatkan kesejahteraan keluarga dan ling- DAFTAR PUSTAKA
kungannya tanpa menunggu komando. Di sam-
ping itu warga miskin juga memiliki kesadaran
tinggi untuk selalu bersosialisasi dengan ma- Bayo Ala, A. 1981. Strategi Anti Kemiskinan
syarakat di lingkungannya. Lima Tahap. Analisa No.9, Tahun X,
September 1981. Jakarta: CSIS.
SIMPULAN Jogiyanto, HM. 2008. Pedoman Suraei Kue-
sioner: Mengembangkan Kuesioner, Meng-
atasi Bias dan Meningkatkan Respon. Jog-
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan
jakarta: BPFE - FEB UGM.
dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama,
ciri-ciri warga miskin di Kota Semarang antara Koentjaraningrat. L 983. Mentalitet
Kebu day aan,
lairy kepala rumah tangga sebagian besar ber- dan P embangunan. Jakarta: Gramedia.
pendidikan rendah (tamat SD) dan mempunyai Muslow, A.H. 1984. Motiuasi dan Kepribadian,
pekerjaan sebagai buruh, serta mempunyai
Jakarta: PT. Pustaka Binama Pressindo.
tanggungan 3 jiwa. Kedua, bahwa terjadi keti-
dakmerataan dalam distribusi bantuan kepada Kuncoto, I\4udrajat. 2000. Ekonomi Pemba-
warga miskin. Hal ini teridentifikasi dengan ngunan, Teori, Masalah dan Kebiiakan.
ditemukannya sekitar 26 persen warga miskin Jogjakarta: BPFE-UGM.
tidak pernah menerima bantuan jenis apapun Prastowo, Andi. 201.0. Menguasai Teknik-Tek-
selama dua tahun terakhir. Ketiga, warga mis- nik Koleksi Data Penelitian Kualitatif, Jog-
kin di Kota Semarang memiliki orientasi nilai jakarta: Diva Press.
budaya dan sikap mental yang positif dalam
Sajogyo. 1977. Garis Kemiskinan dan Kebutuhan
memandang hakekat hidup, hakekat karya, ha-
P okok. Bogor: LPSP-IPB.
kekat waktu, hakekat hubungan dengan alam
semesta dan sesama manusia. Namun secara Sajogyo, Lala M Kolopaking, dan Sumardjo.
rata-rata jika dibuat peringkat maka orientasi 1983. Profil Rumah tangga Pettanian
nilai budaya dan sikap mental yang positif de- Tanaman Pangan, Perikanan Darat dan
ngan mendapat point tertinggi adalah hakekat Perariran Llmum dan Peternakan dalam
waktu (91 persen), kemudian diikuti hakekat Sensus Pertanian L983. Jakarta: BPS.
hubungan dengan sesama manusia (90 persen),
Sutikno, dkk. 2009. Pemilihan Program Pe-
hakekat hubungan dengan alam (88 persen),
hakekat hidup (67 persen) dan hakekat karya ngentasan Kemiskinan Melalui Pc-
(54 persen). ngembangan Model Pemberdayaan Ma-
Berdasarkan peringkat yang ada, maka syarakat dengan Pendekatan Sistem,
bisa disimpulkan di sini bahwa: warga miskin lurnal Ekonomi Pembangunan Vol.1l No.7
di kota Semarang dalam mensikapi kondisinya, Juni 20L0:L35.
lebih berkeyakinan untuk mempersiapkan masa Tjiptoherijanto, Prijono dan Sutyastie Soemi-
depannya dengan melakukan penghematan fto. 1997. Sumber Daya Manusia dalam
atau menabung. Kemudian rvarga miskin juga P embangr man N asional, Jakarta: FE UI.
lebih percaya kepada kemampuannya sendiri
tidak menggantungkan bantuan dari pi- Tjiptoherijanto, Prijono dan Sutyastie Soemi-
hak/orang lain. Selain itu warga miskin harus tro. 1998. Pemberdayaan Penduduk dnn
bekerja mengolah alam untuk memenuhi kebu- Peningkatan Kualitas Sumber Daya Marur
tuhannya, karena \^rarga miskin berkeyakinan sia.Jakarta: PT. Cita Putra Bangsa
bahwa mereka harus tetap berusaha meski

42 ]urnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 1, Juni 2011':28-l{


LAMPIRAN A

hentasi Nilai Budaya dan Sikap Mental


r- lentang hakekat hidup manusia:
i. (a) Kaya atau miskin memang suclah menjadi ketetapan Allah, namun demikian manusia
tetap diwajibkan berusaha. (b) Kaya atau miskin memang sudah menjadi ketetapan Allah,
karena itu manusia tidak perlu susah payah memikirnya,
2. (a) Hari esok harus lebih baik dari hari ini. (b) Melihat keadaan scperti sekarang, saya tidak
bisa membayangkan nasib keluarga saya nantinya.
3. (a) Selalu melakukan perbaikan kualitas hidup secara berkelanjutan. (b) Menerima keadaan
hidup sekarang ini dengan apa adanya.
4. (a) Secara aktif terlibat dalam setiap aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan peningkatan
hidup (misal:pelatihan atau kursus yang diadakan kelurahan).(b) Merasa minder dan tidak
bisa mengikuti pelatihan atau kursus yang diselenggarakan oleh kelurahan.
i Tentang hakekat karya manusia :
1, (a) Dengan ijazah atau keahlian dan pengalaman yang dimiliki, kita dapat menghasilkan
karya yang lebih baik. (b) Dengan ijazah atau keahlian dan pengalaman yang dimiliki, kita
dapat memperoleh uang sebanyak-banyaknya.
2. (a) Walaupun hasil panen sekarang (penghasilan sekarang) sudah cukup baik, saya akan
terus berusaha agar hasilnya lebih baik lagi. (b) Yang penting pekerjaan itu ada dan mem-
berikan hasil, mengenai mutunya tidak usah dipikirkan dulu.
3. (a) Dari hasil panen nanti (penghasilan nanti) saya akan mengembangkan usaha di bidang
lain (misal perikanary peternakan, dagang, dan lain-lain).
b. Bagi saya saat ini, keluarga bisa makan dan tidak ada hutang, saya sudah puas.
1. (a) Berdasarkan penghasilan sekarang, masih perlu kerja ekstra untuk menambah penghasi-
lan. (b) Bagi saya penghasilan sekarang adalah sebagai jatah dari yang Maha Kuasa, jadi ya
harus dicukupkan dengan kebutuhan kita.
C. Tentang hakekat waktu:
1. (a) Manusia harus mempersiapkan dan merencanakan masa depannya sendiri. (b) Hari
esok tidak perlu dikhawatirkan sebab belum jelas keadaannya.
2. (a) Kita harus hidup hemat agar dapat menabung untuk memupuk modal, membiayai seko-
lah anak-anak dan mempersiapkan hari esok yang lebih baik. (b) Tabungan itu perlu untuk
persiapan kalau mau mengadakan pesta (perkawinan, khitanan, dan lain-lain) atau pergi
"kondangan"
3. (a) Pesta perkawinan itu tidak perlu mewah, yang penting aqad nikahnya. (b) Pesta perka-
winan itu harus mewah agar lebih meriah, mengenai biaya bisa pinjam dulu dengan sau-
dara atau tetangga.
4. (a) Hidup sepertinya berpacu dengan waktu, maka kita harus mengisi waktu kita dengan
kualitas hidup yang selalu baik. (b) Hidup ini bagaikan pangung sandiwara, maka kita
hanya berlaku seadanya saja atau monoton.
D, Tcntang hubungan dengan alam:
1. (a) Setiap orang harus mengolah alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. (b) Sr,r'asem-
bada beras yang telah dicapai selama ini disebabkan suburnl'a alam Indonesia.
2. (a) Dengan ilmu pengetahuan clan teknologi budidaya pertanian akan selalu mengalami ke-
majuan, karena itu kita harus selalu memperbaiki cara kita berusaha tani. (b) Kita harus
memperta-hankan cara-cara berusaha tani yang telah diajarkan oleh orang tua, kita tidak
perlu mencoba teknologi baru.
3. (a) Teknologi pertanian bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup petani. (b)
Teknologi pertanian hanya menguntungkan petani kaya saja.

Identifikasi Faktor Penyebab Kemiskinan (Tri Wahyu Rejekiningsih) 43


4. (a) Setiap orang harus ikut menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggaLrya. (b) Keber-
sihan lingkungan diserahkan saja pada orang lain, karena kita sudah bayar.
E. Tentang hubungannya dengan sesama:
1,. laffercaya pada kemimpuan diri sendiri merupakan kunci keberhasilan. (b) Kebe1fta5ilan
dan kegagalan kita ditentukan juga oleh keberhasilan dan kegagalan orang-orang di sekitr
kita.
2. (a) Kalau mengalami kegagalan dalam usaha, kita harus berusaha memperbaikinya sendid
dan jangan menunggu bantuan dari orang lain. (b) Selama masih ada hubungan bait
dengan tetangga, kita tidak perlu khawatir dengan masa depan kita.
3. (a) Kalau varitas itu lebih unggul dari yang lama, sebagai petani, saya pasti akan menanap
nya, walaupun tidak diwajibkin pemerintih. (b) Saya Udak menladi anggota kelompok tarf
karena tetangga saya juga tidak ada yang ikut.
4. (a) Kalau ada acara kerja bakti, saya pasti ikut, walaupun tidak diwajibkan oleh Pak Le
rah/RT. (b) Saya tidak ikut kerjabakti, karena bisa digantikan dengan uang.

LAMPIRAN B
Tabel 15. Ilubungan Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental terhadap Lima Masalah Dasar Manusie

Sikap Mental Negatif Orientasi Nilai Masalah Dasar Orientasi Sikap Mental
Budaya Manusia Nilai Budaya Positif
Fatalis Hidup buruk dan Ilakekat hidup Hidup buruk Optimis
tidak ada usaha agar Gnr) tapi manusia
menjadi baik wajib berusaha
menjadi baik

Cepat rnerasa puas Karl'a untuk nafkah Ilakekat karya Karya untuk Selalu ingin ber-
hidup (HK) menambah prestasi
karya
Boros Masa kini Ilakekat waktu Masa depan Hemat
(Hr,v)

Sukar menerima Tunduk pada alam Hakekat Berhasrat Cepat menerirna


inovasi hubungandengan menguasaialam inovasi
alam (HA)

Rasa ketergantungan Konformis Hakekat Individualis Menilai tinggi usaha


pada sesama besar hubungan dengan atas kekuatan
sesama (HM) sendiri

jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 1, Juni 20L1:

Anda mungkin juga menyukai