Anda di halaman 1dari 17

MODUL AJAR

BAB VI. Meneladani Yesus


Sub Bab : Membangun Hidup Berpolakan Pribadi Yesus

INFORMASI UMUM

I. IDENTITAS MODUL
Nama Penyusun : .....................................................................................
Satuan Pendidikan : SMA
Fase / Kelas : E - X (Sepuluh)
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
Elemen : Yesus Kristus
Sub Elemen : Berelasi dengan Yesus Kristus dan meneladani-Nya
Alokasi Waktu : 4 JP
Tahun Penyusunan : 2023

II. KOMPETENSI AWAL


Peserta didik akan diajak memahami upaya pengembangan diri sebagai orang beriman,
manusia membutuhkan tokoh idola yang bersifat kekal, yang tidak tergantikan, yang
tidak luntur oleh waktu.
III. PROFIL PELAJAR PANCASILA
 Beriman, Bertakwa kepada Tuhan YME
Pelajar Indonesia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia
adalah pelajar yang berakhlak dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Ia memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta menerapkan pemahaman
tersebut dalam kehidupannya sehari-hari.
 Mandiri
Menghargai diri sendiri terwujud dalam sikap integritas, yakni menampilkan tindakan
yang konsisten dengan apa yang dikatakan dan dipikirkan.
 Bernalar kritis
Mampu menganalisa dinamika kehidupan yang terjadi sebaga anugerah Allah secara
kritis tanpa memaksakan pendapat atau keinginan sendiri sebagai perwujudan
pribadi dewasa.
 Kreatif
Selalu berupaya aktif menolong orang-orang yang membutuhkan dan mencarikan
solusi terbaik untuk mendukung keberlangsungan kehidupan mereka sebagai pribadi
dewasa yang meneladani ajaran Yesus.

IV. SARANA DAN PRASARANA


Fasilitas pembelajaran yang diperlukan diantaranya :

 LCD Projector,
 Multimedia pembelajaran interaktif,
 Laptop,
 Printer,
 Alat pengeras suara,
 Jaringan internet.
 Kitab Suci,
 Buku Siswa,
 Proyektor.

V. TARGET PESERTA DIDIK


Kategori siswa dalam proses pembelajaran ini adalah siswa regular/tipikal.
VI. MODEL PEMBELAJARAN
 Dialog Partisipatif
 Diskusi
 Penugasan
 Studi Pustaka
 Refleksi

KOMPONEN INTI

I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta didik mampu memahami pola kehidupan Yesus sehingga bersedia untuk
membangun hidupnya dengan berpolakan pada Yesus Kristus, yang diwujudkan dalam
hidupnya setiap hari.
.
II. PEMAHAMAN BERMAKNA
Membangun hidup yang berpolakan Yesus Kristus berarti membangun kesetiaan pada
Injil Yesus Kristus, yang memiliki keprihatinan tunggal, yakni Kerajaan Allah. Kerajaan
Allah merupakan situasi dan peristiwa penyelamatan: situasi dan perjuangan untuk
perdamaian dan keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan, persaudaraan dan
kesetiaan, kelestarian lingkungan hidup, yang dirindukan oleh setiap orang. Semoga
melalui materi pembelajaran ini peserta didik mempunyai keyakinan bahwa Kristulah
pola hidup satu-satunya yang dapat menjadi model pengembangan diri.

III. PERTANYAAN PEMANTIK


 Siapa sahabatnya Yesus?
 Mengapa kita bisa menyebut Yesus sebagai sahabat?
 Apa makna Yesus sebagai sahabat sejati berdasarkan Injil Yohanes bab 15 ayat 13
sampai 15?
 Mengapa Yesus sangat berarti dalam hidupmu?

IV. KEGIATAN PEMBELAJARAN


KEGIATAN PENDAHULUAN : 15 Menit

1.  Guru menyampaikan salam, mengamati kehadiran, bertanya jawab dengan


peserta didik berkaitan dengan materi pembelajaran sebelumnya, atau
mengingatkan tagihan atau tugas yang harus diselesaikan.
 Guru mengajak peserta didik berdoa, secara bergantian antara Guru dengan
peserta didik. Doa ini bisa diulangi tiga kali dengan diberi jeda sesaat.

O YESUS KRISTUS, SANG TERANG (PS 544)


do=g 6/4 1/4=112
 O Yesus Kristus, Sang Terang, dunia gelap sinarilah; tuntun
yang susah dan lesu masuk ke kandang domba-Mu.
 Domba yang hilang carilah, sembuhkan luka hati-Nya hingga
pada-Nya Kau beri damai surgawi tak henti.
 Yang tuli buatlah sembuh: 'kan mendengarkan sabda-Mu; yang
bisu pun pulihkanlah: 'kan mengungkapkan imannya.
 Maka bersatu-padulah sekarang dan selamanya kami memuji-Mu
terus dalam terang-Mu yang kudus.
 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
 Guru menjelaskan proses kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan
KEGIATAN INTI : 100 menit

2. Memahami Pengertian dan Manfaat “Pola” atau “Model” dalam Kehidupan


Sehari-hari
 Guru memberi pengantar singkat, lalu bertanya jawab dengan peserta didik:
Judul pelajaran kita hari ini “ Membangun Hidup Berpolakan Pribadi Yesus”
 Guru memberi kesempatan beberapa peserta didik untuk menjawab.
 Bila diperlukan, guru dapat menyimpulkan, misalnya:
 Dalam kamus sinonim, Kata “pola” mempunyai persamaan arti dengan
beberapa kata berikut: contoh, ideal, model, prototipe, patron, format, dan
sebagainya.
 Dalam kehidupan sehari-hari, “pola” dibutuhkan sebelum seseorang
membuat atau melakukan sesuatu. Jika kalian ingin membangun rumah,
apa langkah awalnya? Sebelum kalian dapat memulai pekerjaan, kalian
harus memiliki rencana. Kalian harus memutuskan berapa banyak ruangan
yang diinginkan dan di mana harus meletakkan pintu dan jendela. Kalian
membutuhkan pola untuk membantu saat membangun.
 Pola berguna sebagai penuntun atau model, oleh karena itu apa saja yang
dihasilkan diharapkan sesuai dengan pola yang dipilih. Minimal hasil
mendekati dengan pola yang dipilih.
3. Memahami bahwa Iman akan Yesus Kristus Perlu Dinyatakan Melalui
Perbuatan
 Guru memberikan pengantar singkat, misalnya:
Sebelum membahas pengertian hidup beriman yang berpola kepada Yesus
Kristus, kalian perlu memahami terlebih dahulu hubungan antara Iman dan
perbuatan. Untuk memahami hal tersebut, kalian bisa memahaminya dari Surat
Yakobus 2: 14⎯24.
 Guru meminta peserta didik, membaca kutipan Surat Yakobus 2:14⎯24
dilanjutkan dengan tanya jawab.
 Setelah memberi kesempatan beberapa peserta didik menjawab, guru dapat
menegaskan beberapa hal.
 Guru mengajak peserta didik membaca beberapa kutipan Kitab Suci berikut,
lalu diminta merumuskan isi kutipan tersebut berkaitan dengan iman akan
Yesus Kristus:
 Mat.7:21⎯24
 Kol.2:1⎯2
 Luk.6:46⎯49
 Luk.12:43⎯48
 Yoh.14:12⎯15
 Yoh.14:21⎯25
 Guru memberi kesempatan peserta didik menyampaikan jawabannya.
4. Memahami Ajakan untuk Hidup Berpola pada Yesus Kristus
 Guru meminta peserta didik masuk dalam kelompok. Tiap kelompok diminta
membaca kutipan Kitab Suci dan menjawab pertanyaan berkaitan dengan
kutipannya
 Guru mempersilahkan tiap kelompok menyampaikan hasil diskusinya, dengan
terlebih dahulu membacakan kutipan Kitab Suci yang menjadi bagian tugas
mereka.
 Setelah menanggapi hasil diskusi, guru dapat membacakan gagasan berikut,
atau meminta peserta didik membaca sendiri dari Buku Siswa
5. Refleksi dan Aksi:
 Refleksi
 Guru meminta peserta didik mendramakan wujud penghayatan hidup yang
berpola pada Yesus Kristus. Tugas ini sebaiknya sudah diberikan tiga
minggu sebelumnya. Peserta diundi untuk mendramakan tema berikut:
 Kehidupan keluarga yang berpola pada hidup Yesus
 Kehidupan pelajar yang berpola pada hidup Yesus Kristus
 Kehidupan pelayan masyarakat yang berpola pada hidup Yesus
 Kehidupan jemaat yang berpola pada hidup Yesus amatisasi direkam
menggunakan kamera ponsel. Hasil rekaman diserahkan kepada guru
untuk ditayangkan.
 Setelah drama selesai ditampilkan, guru meminta siswa untuk menuliskan
refleksi mereka makna hidup yang berpola pada hidup Yesus dalam
keluarga, dalam kehidupan di sekolah, dalam kehidupan di masyarakat,
dan dalam kehidupan di jemaat.

 Aksi
 Guru meminta peserta didik menuliskan beberapa aspek hidup Yesus yang
akan ditiru dalam seminggu ini, dalam buku catatan atau jurnal mereka.
Kegiatan Penutup: 20 Menit

6.  Guru bersama peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran


 Guru mengajak peserta didik untuk merefleksikan tentang manfaat tema
pelajaran.
 Guru dapat mengajak peserta didik menutup pelajaran dengan bernyanyi lagu
Ku Mau S’perti Yesus, bisa juga dalam bentuk video: https://www.youtube.com/
watch?v=yxyLXgvlXd4

Ku Mau S'perti Yesus


Bagaikan bejana siap dibentuk, demikian hidupku di tangan-Mu
Dengan urapan kuasa Roh-Mu, ku dibaharui selalu
Jadikan ku alat dalam rumah-Mu, inilah hidupku di tangan-Mu
Bentuklah s'turut kehendak-Mu, pakailah sesuai rencana-Mu
Ku mau s'perti-Mu Yesus, disempurnakan s'lalu
Dalam segenap jalanku, memuliakan nama-Mu

V. ASESMEN/PENILAIAN
 Kognitif : pemahaman peserta didik tentang hubungan hidup berpolakan
Pribadi yesus.
 Sikap : penilaian yang dilakukan oleh peserta didik tentang hubungan hidup
berpolakan Pribadi yesus.
 Perilaku : penilaian terhadap kesungguhan peserta didik mengikuti
pembahasan di kelas dan pengerjaan tugas-tugas.

VI. PENGAYAAN DAN REMEDIAL


1. Remedial/Perbaikan
Diberikan kepada peserta didik yang belum dapat mencapai ketercapaian tujuan
pembelajaran, dengan kegiatan sebagai berikut:
 Guru bertanya kepada peserta didik tentang materi yang belum mereka
pahami.
 Berdasarkan materi yang belum mereka pahami tersebut, guru mengadakan
pembelajaran ulang (remedial teaching) baik dilakukan oleh guru secara
langsung atau dengan tutor teman sebaya.
 Guru mengadakan kegiatan remedial dengan memberikan pertanyaan atau
soal yang kalimatnya dirumuskan dengan lebih sederhana (remedial test).

Program Remedial dan Pengayaan


Sekolah : ……………………………..
Mata Pelajaran : ……………………………….
Kelas : ………………………………
Semester : ……………………………....
Tahun : ………………………………

No Mater Nama Rencana Program Tanggal Hasil Simpula


. i Pesert Pelaksanaa n
a Didik Pengayaa Remedi n Sebelu Sesuda
n al m h

2. Pengayaan
 Alternatif 1:
 Guru dapat meminta peserta didik menonton salah satu film tentang Yesus,
kemudian membuat resensi atas film tersebut.
 Alternatif 2:
 Guru meminta peserta didik membuat video wawancara tentang tokoh dalam
Gereja atau masyarakat yang hidupnya menggambarkan sebagai pribadi yang
berpola pada hidup Yesus Kristus..

SKOR
ASPEK PENILAIAN Sangat Kurang Cukup Baik Sangat Baik
Kurantg 21 – 40 41 - 61 - 80 81 - 100
< 21 60
Kemampuan Komunikasi
Penguasaan Materi
Kemampuan Mengahadapi
pertanyaan
Penggunaan alat peraga presentasi
Ketepatan menyelesaikan masalah

VII. REFLEKSI GURU DAN PESERTA DIDIK

Refleksi Guru :
Apakah kegiatan belajar berhasil? Apa yang menurut ibu/bapak berhasil? Kesulitan apa
yang dialami? Apa langkah yang perlu dilakukan untuk memperbaiki proses belajar?
Apakah seluruh siswa mengikuti pelajaran dengan baik?

Refleksi Peserta Didik :


Nama Peserta didik :
Kelas :
No Pertanyaan Refleksi Jawaban
1 Bagian manakah yang menurutmu paling sulit dari pelajaran ini?
2 Apa yang akan kamu lakukan untuk memperbaiki hasil belajarmu?
Jika kamu diminta untuk memberikan bintang 1 sampai 5, berapa bintang
3
akan kamu berikan pada usaha yang telah kamu lakukan?

LAMPIRAN- LAMPIRAN

Lampiran 1
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
Kognitif
 pemahaman peserta didik tentang hubungan hidup berpolakan Pribadi yesus.

Uraian

Soal Jawaban

1. Hidup yang berpolakan Iman akan Yesus bukan sekadar mengenal, memahami siapa
hidup Yesus berarti kita Yesus, melainkan – dan terutama – “meniru”, “meneladan”,
meniru atau menjadi “mengenakan” atau “menjadi serupa dengan” Kristus. Tetapi
serupa dengan hidup terlebih melakukan seperti yang dilakukan Yesus sendiri, dalam
Yesus. Apa cara pikir, cara tindak Kristus dan seluruh pribadi Yesus.
konsekuensinya bagi hidup
kita?
2 Apa yang terpikir oleh Pola adalah :
kalian dengan kata “pola”,
kapan atau dalam aktivitas  Dalam kamus sinonim, Kata “pola” mempunyai
atau kesempatan apa persamaan arti dengan beberapa kata berikut: contoh,
biasanya membutuhkan ideal, model, rototype, patron, format, dan sebagainya.
pola serta apa fungsi pola?  Dalam kehidupan sehari-hari, “pola” dibutuhkan
sebelum seseorang membuat atau melakukan sesuatu.
Jika kalian ingin membangun rumah, apa langkah
awalnya? Sebelum kalian dapat memulai pekerjaan,
kalian harus memiliki rencana. Kalian harus
memutuskan berapa banyak ruangan yang diinginkan
dan di mana harus meletakkan pintu dan jendela.
Kalian membutuhkan pola untuk membantu saat
membangun.
 Pola berguna sebagai penuntun atau model, oleh
karena itu apa saja yang dihasilkan diharapkan sesuai
dengan pola yang dipilih. Minimal hasil mendekati
dengan pola yang dipilih.
3. Apa yang dimaksud iman Kitab Suci mengajarkan kepada kita bahwa iman yang tidak
tanpa perbuatan itu mati! melakukan perbuatan baik adalah iman yang mati (lih. Yak.
2:17). Dengan demikian iman yang hidup adalah iman yang
dinyatakan dalam perbuatan baik, dan iman seperti itulah yang
akan menyelamatkan kita (lih.Ef.2: 8⎯10; Tit.3:5⎯8).

4. Mengapa Abraham disebut Iman bukan soal pengakuan, melainkan diwujudkan dalam
sebagai “Sahabat Allah” perbuatan baik. “Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan
atau “Bapa orang dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan
beriman”? dan dalam kebenaran.” (1Yoh. 3:18).

 Lembar pengamatan diskusi

No. Nama Melaksanakan Menjawab Menghargai Berpartisipasi Merespon Jumlah


Siswa tugas pertanyaan pendapat aktif dalam penjelasan Score
kelompok teman kelompok guru

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Sikap

1) Sikap Spiritual:
Nama : ...............................................
Kelas/Semester : ..................../..........................
Petunjuk:
 Bacalah baik-baik setiap pernyataan dan berilah tanda v pada kolom yang sesuai
dengan keadaan dirimu yang sebenarnya.
 Serahkan kembali format yang sudah kamu isi kepada bapak/ibu guru.

No. Butir Instrumen Penilaian selalu sering Jarang Tidak


pernah
Saya menghormati dan syukur pada
1.
Yesus Kristus dalam hidup seharihari.

Saya menempatkan Yesus sebagai


2. satu-satunya Juru Selamat dalam
hidupku

Saya menjadikan Yesus sebagai


3.
idolaku.

Saya menghadirkan Allah dalam setiap


4.
peristiwa hidupku.

aya hormat dan syukur pada Yesus


5.
dalam hidup sehari-hari.

jumlah nilai
Skor = ------------------- X 100%
Skor maksimal

2) Sikap Sosial: Penilaian diri:


Nama : ...............................................
Kelas/Semester : ..................../..........................
Petunjuk:
 Bacalah baik-baik setiap pernyataan dan berilah tanda  pada kolom yang sesuai
dengan keadaan dirimu yang sebenarnya.
 Serahkan kembali format yang sudah kamu isi kepada bapak/ibu guru.

No. Butir Instrumen selalu sering jarang Tidak


pernah
1 Saya bergaul dengan semua teman
tanpa bertindak diskriminatif.
2 Saya menjunjung tinggi nilai
persahabatan
3 Saya menjalin relasi persahabatan
dengan orang lain tanpa melihat latar
belakangnya.
4. Saya berperilaku baik kepada semua
orang.
5. Saya berusaha memberikan dukungan
kepada teman saat dibutuhkan

Skor = jumlah nilai X 100%


jumlah nilai
Skor = ------------------- X 100%
Skor maksimal
Penilaian Keterampilan;
1. Buat sebuah doa syukur kepada Allah yang telah hadir sebagai Juru Selamat seluruh umat
manusia!
2. Buatlah sebuah refleksi dengan judul: Yesus Sahabatku atau Yesus Tokoh Idolaku! Refleksi
ini bias berbentuk diskripsiatau puisi.
3. Peserta didik dibagi dalam 4 kelompok dan diminta mendramakan wujud penghayatan hidup
yang berpola pada Yesus Kristus. Peserta didik diberikan dua minggu untuk melakukan
persiapan. Peserta diundi untuk mendramakan tema berikut:
a. Kehidupan keluarga yang berpola pada hidup Yesus
b. Kehidupan pelajar yang berpola pada hidup Yesus Kristus
c. Kehidupan pemimpian masyarakat yang berpola pada hidup Yesus
d. Kehidupan jemaat Kristen yang berpola pada hidup Yesus

Pedoman penilaian untuk refleksi

Kriteria A (4) B (3) C (2) D (1)

Struktur Menggunakan Menggunakan Menggunakan Menggunakan


Refleksi struktur yang struktur yang cukup struktur yang struktur yang
sangat sistematis (Dari 3 kurangsistemat tidak sistematis
sistematis bagian, terpenuhi 2). is (Dari 3 (Dari struktur
(Pembukaan – bagian, tidak terpenuhi
Isi – Penutup) terpenuhi 1). sama sekali).

Isi Refleksi Mengungkapka Mengungkapkan Kurang Tidak


(Mengungkapka n syukur syukur kepada mengungkapka mengungkapka
n tema yang kepada Allah Allah, tapi tidak n syukur n syukur
dibahas) dan menggunakan kepada Allah, kepada Alllah.
menggunakan refrensi Kitab Suci tidak ada
refrensi Kitab secara signifikan. refrensi Kitab
Suci. Suci.

Bahasa yang Menggunakan MenggunakanBaha Menggunakan Menggunakan


digunakan Bahasa yang sa yang jelas namun Bahasa yang Bahasa yang
dalam refleksi jelas dan ada beberapa kurang jelas tidak jelas dan
sesuai dengan kesalahan Pedoman dan banyak tidak sesuai
Pedoman Umum Penggunaan kesalahan dengan
Umum Bahasa Indonesia. Pedoman Pedoman
Penggunaan Umum Umum
Bahasa Penggunaan Penggunaan
Indonesia. Bahasa Bahasa
Indonesia . Indonesia .

Lampiran 2
BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK

Materi: Membangun Hidup Berpolakan Pribadi Yesus

“Kita hendaknya di setiap kesempatan bertanya kepada diri kita sendiri, ‘Apa
yang akan Yesus lakukan?’ dan kemudian menjadi lebih berani menindaki
jawabannya.”
Dari Kehidupan Howard W. Hunter

Presiden Thomas S. Monson, yang melayani sebagai penasihat kedua untuk


Presiden Hunter, mengatakan bahwa dia “hidup sesuai dengan yang dia ajarkan,
berdasarkan pola Juruselamat yang dia layani.

Seorang teman dekat mengamati bahwa “sifat-sifat yang dicontohkan oleh Tuhan
dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, ditunjukkan dengan indahnya dalam kehidupan
Presiden Hunter yang luar biasa dan tak mementingkan diri. Seluruh umat manusia
adalah temannya.

Seorang rekan lainnya yang bekerja erat dengan Presiden Hunter selama lebih dari
tiga puluh tahun berkata, “[Dia] secara naluri tahu jalan yang akan dia ikuti. Jalan itu
adalah meniru karakter Juruselamatnya, Yesus Kristus.

Sepanjang pelayanannya, Presiden Hunter dengan penuh kasih mendorong


anggota Gereja untuk mengikuti teladan Juruselamat. Dalam pernyataan
pertamanya sebagai Presiden Gereja, dia berkata:

“Saya ingin mengajak semua anggota Gereja untuk hidup dengan perhatian yang
lebih besar pada kehidupan dan teladan Tuhan Yesus Kristus, khususnya kasih dan
pengharapan serta rasa iba yang Dia tunjukkan.

Saya berdoa agar kita dapat memperlakukan satu sama lain dengan lebih banyak
kebaikan hati, lebih banyak sopan santun, lebih banyak kerendahan hati dan
kesabaran serta pengampunan. Kita memang memiliki pengharapan yang tinggi
terhadap satu sama lain, dan semua orang dapat memperbaiki diri. Dunia kita
berseru untuk menjalankan perintah-perintah Allah dengan lebih disiplin. Tetapi cara
kita mendorong itu, seperti yang Tuhan perintahkan kepada Nabi Joseph di sel
tahanan yang dingin di Penjara Liberty, adalah ‘dengan bujukan, dengan
kepanjangsabaran, dengan kelemahlembutan dan kelembutan hati, dan dengan
kasih yang tidak dibuat-buat; … tanpa kemunafikan, dan tanpa tipu daya’ (A&P
121:41–42).

“Jika kita ingin mengikuti teladan Kristus dan berjalan di jejak-Nya, kita harus
berupaya untuk melakukan hal-hal yang sama mengikuti pola yang telah Dia
berikan.”

Ajaran-Ajaran Howard W. Hunter

Yesus Kristus memberikan teladan sempurna bagi kita.

Menjadi terang adalah menjadi teladan—orang yang memberikan contoh dan


merupakan model untuk orang lain ikuti .… [Kita telah membuat perjanjian] untuk
mengikuti Kristus, teladan luar biasa itu. Kita memiliki tanggung jawab untuk belajari
dari-Nya, apa yang Dia ajarkan dan apa yang Dia lakukan selama pelayanan-Nya di
bumi. Setelah mempelajari pelajaran-pelajaran ini, kita diperintahkan untuk
mengikuti teladan-Nya, dan ini adalah beberapa teladan yang Dia berikan bagi kita:

 Kristus patuh dan gagah berani di kehidupan prafana, sehingga


memperoleh hak istimewa untuk datang ke dalam kefanaan dan
menerima tubuh berupa daging dan tulang.
 Dia dibaptis agar pintu menuju kerajaan selestial akan dibukakan.
 Dia memegang imamat dan menerima semua tata cara Injil yang
menyelamatkan dan mempermuliakan.
 Yesus melayani selama kira-kira tiga tahun dalam sebuah pelayanan
mengajarkan Injil, memberikan kesaksian tentang kebenaran, dan
mengajarkan kepada manusia apa yang harus mereka lakukan untuk
menemukan sukacita dan kebahagiaan dalam kehidupan ini serta
kemuliaan kekal di dunia yang akan datang.
 Dia melaksanakan tata cara termasuk pemberkatan anak, pembaptisan,
pemberkatan orang sakit, dan penahbisan pada imamat.
 Dia melakukan mukjizat-mukjizat. Atas perintah-Nya yang buta diberikan
penglihatan, yang tuli mendengar, yang lumpuh melompat, dan yang mati
kembali hidup.
 Selaras dengan pikiran dan kehendak Bapa, Yesus menjalankan
kehidupan yang sempurna tanpa dosa dan memperoleh semua sifat ke-
Allah-an.
 Dia mengatasi dunia; yaitu, dia mengekang setiap nafsu dan telah bangkit
melampaui kondisi badani dan hawa nafsu sehingga Dia hidup dan
berjalan sebagaimana dibimbing oleh Roh.
 Dia mendatangkan Pendamaian, dengan demikian menebus manusia dari
kematian [rohani dan jasmani] yang disebabkan oleh kejatuhan Adam.
 Sekarang, dibangkitkan dan dimuliakan, Dia telah memperoleh segala
kuasa di surga dan di bumi, telah menerima kegenapan dan adalah satu
dengan Bapa.

Jika kita ingin mengikuti teladan Kristus dan berjalan di jejak-Nya, kita harus
berupaya melakukan hal-hal yang sama mengikuti pola yang telah Dia berikan.

Adalah penting untuk mengingat bahwa Yesus mampu berbuat dosa, bahwa Dia
dapat menyerah pada godaan, bahwa rencana kehidupan dan keselamatan dapat
digagalkan, tetapi Dia tetap setia. Seandainya tidak terdapat kemungkinan Dia
menyerah pada bujukan Setan, akibatnya adalah tidak akan ada ujian yang
sesungguhnya, tidak ada kemenangan yang murni sebagai hasilnya. Seandainya
Dia dilucuti dari kemampuan untuk berdosa, Dia dilucuti dari hak pilihan-Nya. Justru
Dialah yang telah datang untuk mengamankan dan memastikan hak pilihan
manusia. Dia harus mempertahankan kesanggupan dan kemampuan untuk berdosa
seandainya Dia ingin melakukannya.

Hingga di akhir kehidupan fana-Nya Yesus menunjukkan keluhuran roh-Nya dan


besarnya kekuatan-Nya. Bahkan pada menjelang akhir hidup-Nya, Dia tidak secara
mementingkan diri memikirkan kesedihannya sendiri atau merenungkan rasa sakit
yang segera datang. Dia dengan bersemangat mengurus kebutuhan saat ini dan
masa depan dari para pengikut terkasih-Nya. Dia mengetahui keselamatan mereka
masing-masing, secara individu dan sebagai gereja, bergantung hanya pada kasih
mereka yang tanpa syarat terhadap satu sama lain. Seluruh energi-Nya tampaknya
telah diarahkan pada kebutuhan mereka, sehingga mengajarkan melalui teladan
apa yang Dia ajarkan melalui ajaran. Dia memberi mereka kata-kata penghiburan
dan perintah serta peringatan.

Selama pelayanan fana-Nya di antara pengikut-Nya di Tanah Suci maupun dalam


pelayanan pascafana-Nya di antara domba-Nya yang tercerai-berai di Belahan
Bumi Sebelah Barat, Tuhan menunjukkan kasih dan kepedulian-Nya bagi individu.
Di antara kerumunan banyak orang, Dia merasakan sentuhan tunggal seorang
wanita yang meminta bantuan untuk penyakit yang telah dia derita selama kira-kira
dua belas tahun (lihat Lukas 8:43–48). Pada kesempatan lain, Dia memandang
melampaui prasangka sempit seperti orang banyak yang mengutuk dan dosa
perempuan itu yang berdiri tertuduh. Barangkali merasakan kesediaan perempuan
itu untuk bertobat, Kristus memilih untuk melihat nilai individunya dan meminta dia
untuk tidak berbuat dosa lagi (lihat Yohanes 8:1–11). Pada kesempatan lain, “Dia
mengambil anak-anak kecil mereka, satu demi satu, dan memberkati mereka, dan
berdoa kepada Bapa untuk mereka.”

Sewaktu pengadilan di Getsemani dan Kalvari semakin dekat, dengan banyak yang
membebani benak-Nya, Juruselamat menyempatkan waktu untuk mencermati
seorang janda yang memasukkan uang dua pesernya (lihat Markus 12:41–44).
Dengan cara serupa, pandangan-Nya tertuju pada Zakheus yang berperawakan
kecil yang, karena tidak dapat melihat karena banyaknya orang yang berkerumun di
sekeliling Juruselamat, telah memanjat pohon ara agar dapat melihat Putra Allah
(lihat Lukas 19:1–5). Sementara bergantung dalam keperihan di atas kayu salib, Dia
mengabaikan penderitaan-Nya sendiri dan memberikan perhatian kepada
perempuan yang sedang menangis yang telah memberi Dia kehidupan (lihat
Yohanes 19:25–27).

Betapa teladan yang menakjubkan untuk kita ikuti! Bahkan di tengah dukacita dan
rasa sakit pribadi yang luar biasa, Sang Teladan kita mengulurkan tangan untuk
memberkati orang lain .… Kehidupan-Nya bukanlah kehidupan yang berfokus pada
apa yang tidak Dia miliki. Itu adalah kehidupan yang mengulurkan tangan dalam
pelayanan kepada orang lain.

Marilah kita mengikuti Putra Allah dalam segala jalan dan cara hidup.

Salah satu pertanyaan paling penting yang pernah diajukan kepada manusia fana
diajukan oleh Putra Allah sendiri, Juruselamat dunia. Kepada sekelompok murid di
Dunia Baru, sekelompok orang yang bersemangat untuk diajar oleh-Nya dan
bahkan lebih bersemangat lagi karena Dia akan segera meninggalkan mereka, Dia
bertanya, “Orang macam apakah seharusnya kamu adanya?” Kemudian pada saat
yang sama Dia memberikan jawaban ini: “Bahkan seperti Aku” (3 Nefi 27:27).

Dunia penuh dengan orang yang bersedia memberi tahu kita, “Lakukan seperti yang
saya katakan.” Pastinya kita tidak kekurangan pemberi nasihat tentang setiap topik.
Tetapi kita memiliki begitu sedikit orang yang siap mengatakan, “Lakukan seperti
yang saya lakukan.” Dan, tentu saja, hanya Satu orang dalam sejarah manusia
yang dapat secara sah dan pantas membuat pernyataan itu. Sejarah memberikan
banyak contoh pria dan wanita yang baik, tetapi bahkan manusia fana terbaik
sekalipun memiliki kelemahannya. Tak seorang pun dapat melayani sebagai teladan
yang sempurna ataupun sebagai pola yang tanpa cela untuk diikuti, betapapun
mereka mungkin berniat baik.

Hanya Kristus dapat menjadi teladan kita, “bintang timur [kita] yang gilang-gemilang”
(Wahyu 22:16). Hanya Dia yang dapat mengatakan tanpa keraguan apa pun,
“Ikutlah Aku, belajarlah pada-Ku, [dan] lakukanlah hal-hal yang telah kamu lihat Aku
lakukan. Minumlah dari air-Ku dan makanlah dari roti-Ku. Akulah jalan dan
kebenaran dan hidup. Aku adalah hukum dan terang. Lihatlah kepada-Ku dan
engkau akan hidup. Kamu harus saling mengasihi seperti Aku telah mengasihi
kamu” (lihat Matius 11:29; 16:24; Yohanes 4:13–14; 6:35, 51; 7:37; 13:34; 14:6; 3
Nefi 15:9; 27:21).

Wah, betapa itu panggilan yang jelas dan bergaung! Betapa itu merupakan
kepastian dan teladan di zaman ketidakpastian dan ketiadaan teladan.

.… Betapa kita hendaknya bersyukur bahwa Allah telah mengutus Putra


Tunggal-Nya ke bumi … untuk memberikan teladan sempurna tentang
kehidupan yang benar, tentang kebaikan hati dan belas kasihan serta rasa
iba, agar seluruh umat manusia dapat mengetahui caranya hidup, mengetahui
caranya memperbaiki diri, dan mengetahui caranya menjadi lebih seperti
Allah.

Marilah kita mengikuti Putra Allah dalam segala jalan dan dalam segala cara hidup.
Marilah kita menjadikan Dia teladan kita dan penuntun kita. Kita hendaknya di setiap
kesempatan bertanya kepada diri kita sendiri, “Apa yang akan Yesus lakukan?” dan
kemudian menjadi lebih berani untuk menindaki jawabannya. Kita harus mengikuti
Kristus, dalam arti terbaik dari kata tersebut. Kita harus melakukan pekerjaan-Nya
seperti Dia melakukan pekerjaan Bapa-Nya. Kita hendaknya mencoba menjadi
seperti Dia, bahkan seperti yang anak Pratama nyanyikan, “Coba, coba, coba”
(Children’s Songbook, hlm. 55). Sejauh yang dimungkinkan oleh kekuatan fana kita,
kita hendaknya melakukan setiap upaya untuk menjadi lebih seperti Kristus—satu-
satunya teladan yang sempurna dan tanpa dosa yang pernah dilihat dunia ini.

Berulang kali selama pelayanan fana Tuhan kita, Dia menyampaikan panggilan
yang sekaligus merupakan undangan dan tantangan. Kepada Petrus dan
saudaranya Andreas, Kristus berfirman, “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan
Kujadikan penjala manusia.” (Matius 4:19). Kepada anak muda kaya yang
menanyakan apa yang harus dia lakukan untuk memiliki kehidupan kekal, Yesus
menjawab, “Pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang
miskin … kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku.” (Matius 19:21). Dan kepada
kita masing-masing Yesus berkata, “Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut
Aku.” (Yohanes 12:26).

Marilah kita menelaah setiap ajaran Guru dan membaktikan diri kita lebih
sepenuhnya pada teladan-Nya. Dia telah memberi kita “segala sesuatu yang
berguna untuk hidup yang saleh.” Dia telah “memanggil kita oleh kuasa-Nya yang
mulia dan ajaib” dan telah “menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga
dan yang sangat besar: supaya olehnya [kita] boleh mengambil bagian dalam kodrat
ilahi” (2 Petrus 1:3–4).

Mereka yang mengikuti Kristus berupaya mengikuti teladan-Nya. Penderitaan-Nya


untuk dosa, kelemahan, dukacita, dan penyakit kita hendaknya memotivasi kita
untuk dengan cara serupa mengulurkan tangan dalam kasih amal dan rasa iba
kepada orang-orang di sekeliling kita carilah kesempatan untuk melayani.
Janganlah terlalu khawatir mengenai status. Ingatkah Anda nasihat Juruselamat
tentang mereka yang mencari “tempat terdepan” atau “tempat terhormat”?
“Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.” (Matius
23:6, 11).

Adalah penting untuk diapresiasi. Tetapi fokus kita hendaknya pada kesalehan,
bukan pengakuan; pada pelayanan, bukan status. Pengajar berkunjung yang setia,
yang secara diam-diam melakukan tugasnya bulan demi bulan, adalah sama
pentingnya bagi pekerjaan Tuhan dengan mereka yang menduduki apa yang
sebagian orang pandang sebagai kedudukan yang lebih terkemuka di Gereja.
Keterlihatan tidaklah setara dengan nilai.

Salah satu cara kita dapat memolakan kehidupan kita mengikuti teladan
Juruselamat adalah dengan mengikuti perintah-Nya kepada Petrus:
“Gembalakanlah domba-domba-Ku Gembalakanlah domba-domba-Ku” (Yohanes
21:15–17).

Keselamatan kita bergantung pada komitmen kita untuk mengikuti Juru


selamat.

Ajakan Tuhan untuk mengikuti-Nya bersifat individu dan pribadi, dan itu mendesak.
Kita tidak dapat berdiri selamanya di antara dua pendapat. Kita masing-masing
pada suatu saat harus menghadapi pertanyaan teramat penting: “Tetapi apa
katamu, siapakah Aku ini?” (Matius 16:15). Keselamatan pribadi kita bergantung
pada jawaban kita terhadap pertanyaan itu dan komitmen kita terhadap jawaban itu.
Jawaban Petrus yang terungkap adalah “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang
hidup!” (Matius 16:16). Banyak saksi dapat memberikan jawaban yang sama
dengan kekuatan yang sama, dan saya bergabung bersama mereka dalam rasa
syukur yang rendah hati. Tetapi kita masing-masing harus menjawab pertanyaan itu
bagi diri kita sendiri—jika tidak sekarang, maka kelak; karena pada hari terakhir,
setiap lutut akan bertekuk dan setiap lidah akan mengaku bahwa Yesus adalah
Kristus. Tantangan kita adalah untuk menjawab dengan benar dan hidup sesuai
dengannya sebelum itu menjadi terlambat selamanya. Karena Yesus sesungguhnya
adalah Kristus, apa yang harus kita lakukan?

Pengurbanan puncak Kristus dapat menghasilkan hasil sepenuhnya dalam


kehidupan kita hanya ketika kita menerima ajakan untuk mengikuti-Nya [lihat A&P
100:2]. Panggilan ini bukanlah tak relevan, tak realistis, atau tak mungkin. Mengikuti
seseorang berarti memerhatikan dia atau mendengarkan dia dengan saksama;
menerima wewenangnya, menjadikan dia sebagai pemimpin, dan mematuhinya;
mendukung dan membela gagasannya; serta menjadikan dia sebagai teladan. Kita
masing-masing dapat menerima tantangan ini. Petrus berkata, “Kristus pun telah
menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu
mengikuti jejak-Nya (1 Petrus 2:21). Sama halnya ajaran-ajaran yang tidak selaras
dengan ajaran Kristus adalah palsu, demikian pula kehidupan yang tidak selaras
dengan teladan Kristus adalah salah arah, dan mungkin tidak mencapai takdirnya
yang berpotensi tinggi kesalehan harus dimulai dengan kehidupan individu kita
sendiri. Itu harus dipadukan ke dalam kehidupan keluarga. Orangtua memiliki
tanggung jawab untuk mengikuti asas-asas Injil Yesus Kristus dan mengajarkannya
kepada anak-anak mereka [lihat A&P 68:25–28]. Agama harus menjadi bagian dari
cara hidup kita. Injil Yesus Kristus harus menjadi pengaruh yang memotivasi dalam
segala yang kita lakukan. Harus ada lebih banyak upaya batiniah untuk mengikuti
teladan luar biasa yang diberikan oleh Juruselamat jika kita ingin menjadi lebih
seperti Dia. Ini menjadi tantangan besar kita.

Jika kita dapat memolakan hidup kita mengikuti Sang Guru, serta menjadikan ajaran
dan teladan-Nya sebagai pola utama bagi hidup kita sendiri, kita tidak akan
kesulitan untuk menjadi konsisten dan loyal dalam semua segi kehidupan, karena
kita akan berkomitmen pada standar tingkah laku dan keyakinan yang satu, yang
sakral. Apakah di rumah ataupun di tempat berbelanja, apakah di sekolah ataupun
lama setelah sekolah tinggal kenangan, apakah kita bertindak sama sekali sendirian
ataupun dalam kebersamaan dengan serombongan orang lain, arah kita akan jelas
dan standar-standar kita akan nyata. Kita akan telah bertekad, seperti yang Nabi
Alma katakan, “untuk berdiri sebagai saksi bagi Allah di segala waktu dan dalam
segala hal, dan di segala tempat di mana [kita] boleh berada, bahkan sampai
kematian” (Mosia 18:9).

Kita hendaknya menyediakan tempat bagi Kristus.

Pada malam itu di Betlehem tidak ada kamar bagi-Nya di penginapan, dan ini
bukanlah satu-satunya saat selama tiga puluh tiga tahun perjalanan-Nya dalam
kefanaan di mana tidak ada tempat bagi-Nya. Herodes mengutus serdadu ke
Betlehem untuk membunuh anak-anak. Tidak ada tempat bagi Yesus dalam daerah
kekuasaan Herodes, maka orangtua-Nya membawa-Nya ke Mesir. Selama
pelayanan-Nya, ada banyak orang yang tidak menyediakan tempat bagi ajaran-
ajaran-Nya—tidak ada tempat bagi Injil yang Dia ajarkan. Tidak ada tempat bagi
mukjizat-mukjizat-Nya, bagi berkat-berkat-Nya, tidak ada tempat bagi kebenaran-
kebenaran ilahi yang Dia firmankan, tidak ada tempat bagi kasih atau iman-Nya. Dia
berfirman kepada mereka, “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai
sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-
Nya” (Matius 8:20).

Bahkan di zaman kita, walaupun dua ribu tahun telah berlalu, ada banyak orang
yang mengatakan hal yang sama dengan yang dikatakan pada malam itu di
Betlehem. “Tidak ada tempat, tidak ada tempat” (lihat Lukas 2:7). Kita menyediakan
tempat bagi pemberian-pemberian, tetapi kadang-kadang tempat tidak disediakan
bagi si pemberi. Kita memiliki tempat untuk komersialisasi Natal dan bahkan
pencarian kesenangan pada hari Sabat, tetapi ada kalanya ketika tidak ada tempat
untuk ibadat. Pikiran kita dipenuhi dengan hal-hal lain—tidak ada tempat.

Walaupun akan menjadi pemandangan yang indah melihat lampu-lampu Natal … ,


adalah lebih penting bila kehidupan manusia diterangi dengan suatu penerimaan
akan Dia yang adalah terang dunia [lihat Alma 38:9; A&P 10:70]. Sungguhlah kita
hendaknya menjunjung Dia sebagai penuntun dan teladan kita.

Pada malam menjelang kelahiran-Nya, malaikat bernyanyi, “Damai sejahtera di


bumi di antara manusia” (Lukas 2:14). Jika manusia mau mengikuti teladan-Nya, ini
akan menjadi dunia dengan kedamaian dan kasih bagi semua orang.

Apa tanggung jawab kita dewasa ini sebagai anggota Gereja Yesus Kristus dari
Orang-Orang Suci Zaman Akhir? Yakni untuk memastikan bahwa kehidupan
individu kita tercerminkan dalam perkataan dan perbuatan Injil sebagaimana yang
diajarkan oleh Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Semua yang kita lakukan
dan ucapkan hendaknya mengikuti pola teladan satu-satunya orang tanpa dosa
yang pernah berjalan di bumi, yaitu Tuhan Yesus Kristus

Lampiran 3
GLOSARIUM
apokaliptik : dalam perjanjian baru istilah yunani ini berarti
"penyingkapan atau pengungkapan hal-hal yang
sebelumnya tidak diketahui dan yang tidak dapat
diketahui selain melalui penyingkapan"
bksn : Bulan Kitab Suci Nasional
citra rupa : gambar atau gambaran
conscientia : suara hati atau kesadaran moral
dei verbum(DV) : dokumen Konsili Vatikan II yang berisi tentang wahyu
illahi
dewan kepausan : sebuah bagian dari kuria romawi gereja katolik roma.
dewan ini dibentuk oleh Paus Paulus VI pada tanggal 15
Juli 1971 dan berkantor pusat di Palazzo San Callisto,
Roma
didaktis : bersifat mendidik
dignity : martabat
doa : sarana berkomunikasi dengan Allah
emeritus : gelar yang lazim digunakan oleh profesor atau uskup
yang telah menyerahkan jabatannya kepada orang lain
eskatologis : berkaitan dengan akhir zaman seperti hari kiamat dan
kebangkitan
gender : jenis kelamin
gaudium etspes (GS) : dokumen Konsili Vatikan II tentang gereja di dunia
dewasa ini (kegembiraan dan harapan)
globalisasi : proses mendunianya suatu hal sehingga batas antara
negara menjadi hilang
hedonisme : pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan
menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak
mungkin
hoax : berita bohong, informasi yang direkayasa untuk menutupi
informasi sebenarnya
ibrani : surat Paulus kepada umat yang berbudaya yahudi kuno
imago dei : berarti manusia diciptakan serupa dengan Allah
impulsif : ketika seseorang bertindak berdasarkan instingnya
ideologi : suatu kumpulan gagasan, ide-ide dasar, keyakinan dan
kepercayaan yang bersifat dinamis. Ideologi merupakan
cara pandang membentuk karakter berpikir dalam
mewujudkan keinginan atau cita-cita
inter mirifica : salah satu dekrit dari konsili vatikan kedua. Tentang
upaya-upaya komunikasi sosial katekismus
gereja katolik : (bahasa latin: catechismus catholicae ecclesiae), atau
biasa disingkat KGK, adalah katekismus yang
dipergunakan dalam Gereja Katolik; penggunaannya
diresmikan oleh Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1992.
secara umum, KGK merupakan ringkasan keyakinan umat
katolik dalam bentuk buku
kbbi : Kamus Besar Bahasa Indonesia
konsumerisme : paham atau ideologi yang menjadikan seseorang atau
kelompok melakukan atau menjalankan proses konsumsi
atau pemakaian barang-barang hasil produksi secara
berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan
berkelanjutan
konsili : sidang dewan uskup sedunia dengan Paus sebagai
kepalanya
korintus (Kor) : surat Paulus yang ditujukan kepada umat di Korintus
konferensi
waligerejaindonesia(KWI) : organisasi Gereja Katolik yang beranggotakan para uskup
di Indonesia dan bertujuan menggalang persatuan dan
kerja sama dalam tugas pastoral memimpin umat Katolik
Indonesia
lifestyle : gaya hidup yang dimiliki seseorang yang membedakan
tanggapan, prinsip/tingkah laku antara orang yang satu
dengan orang lain
litani : doa yang tertentu kata-katanya dan diungkapkan secara
sambut-menyambut pada liturgi Katolik. Doa ini sering
dinyanyikan
lumen gentium (LG) : konstitusi dogmatis tentang gereja, adalah salah satu
dokumen utama konsili vatikan kedua. Konstitusi ini
diumumkan secara resmi oleh Paus Paulus VI pada 21
November 1964
magisterium gereja : jabatan pengajaran resmi gereja, termasuk Paus dan para
uskup yang bersekutu dengannya
materialisme : pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu
yang termasuk kehidupan manusia di dalam alam
kebendaan semata-mata dengan mengesampingkan
segala sesuatu yang mengatasi alam indra
pribadi : (latin: persona) adalah manusia sebagai perseorangan
(diri manusia atau diri sendiri)
patriarki : sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai
pemegang kekuasaan utama dan mendominasi dalam
peran kepemimpinan politik, otoritas moral, hak sosial
dan penguasaan properti. dalam domain keluarga, sosok
yang disebut ayah memiliki otoritas terhadap perempuan,
anak-anak, dan harta benda
pentateukh : nama untuk lima kitab pertama dalam alkitab (kejadian,
keluaran, bilangan, ulangan, imamat)
puji syukur : merupakan buku kumpulan doa dan nyanyian gerejawi
umat Katolik di Indonesia
refleksi : sebuah kegiatan yang dilakukan dalam proses belajar
mengajar berupa penilaian tertulis maupun lisan
(umumnya tulisan) oleh peserta didik kepada guru/dosen,
berisi ungkapan kesan, pesan, harapan serta kritik
membangun atas pembelajaran yang diterimanya
sederajat : memiliki martabat dan kedudukan yang sama tinggi
stereotype : penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan
persepsi terhadap kelompok di mana orang tersebut
dapat dikategorikan
talenta : bakat, karunia
tradisi suci : tradisi yang diperoleh dari para rasul, yang diperintahkan
oleh kristus untuk mewartakan semua perintah-Nya
unik : khas, istimewa.

Lampiran 4
DAFTAR PUSTAKA

 Komkat KWI, Perutusan Murid-Murid Yesus Pendidikan Agama Katolik untuk SMA/K Kelas X.
Yogyakarta: Kanisius, 2008.
 Maman Sutarman dan Sulis Bayu Setyawan, Pendidikan Agama katolik dan Budi Pekerti untuk
SMA Kelas X, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.
 Katekismus Gereja Katolik, Nusa Indah, Flores, 1995.

o Internet
 https://gaya.tempo.co/read/1360986/ajarkan-kesetaraan-pada-anak-di-keluarga-dengan-
bermain-peran/full&view=ok
 https://kumparan.com/pencerah-nusantara/bagaimana-cara-terbaik-mewujudkan-kesetaraan-
gender-dalam-pembangunan-1t2fR7y5OrH/full.
 https://kumparan.com/the-shonet/wow-maudy-ayunda-bikin-puisi-untuk-para-wanita-yang-
sedang-berjuang-dengan-kesetaraan-gender-1541933379992619260

Anda mungkin juga menyukai