INFORMASI UMUM
I. IDENTITAS MODUL
Nama Penyusun : .....................................................................................
Satuan Pendidikan : SMA
Fase / Kelas : E - X (Sepuluh)
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
Elemen : Yesus Kristus
Sub Elemen : Berelasi dengan Yesus Kristus dan meneladani-Nya
Alokasi Waktu : 4 JP
Tahun Penyusunan : 2023
LCD Projector,
Multimedia pembelajaran interaktif,
Laptop,
Printer,
Alat pengeras suara,
Jaringan internet.
Kitab Suci,
Buku Siswa,
Proyektor.
KOMPONEN INTI
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta didik mampu memahami pola kehidupan Yesus sehingga bersedia untuk
membangun hidupnya dengan berpolakan pada Yesus Kristus, yang diwujudkan dalam
hidupnya setiap hari.
.
II. PEMAHAMAN BERMAKNA
Membangun hidup yang berpolakan Yesus Kristus berarti membangun kesetiaan pada
Injil Yesus Kristus, yang memiliki keprihatinan tunggal, yakni Kerajaan Allah. Kerajaan
Allah merupakan situasi dan peristiwa penyelamatan: situasi dan perjuangan untuk
perdamaian dan keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan, persaudaraan dan
kesetiaan, kelestarian lingkungan hidup, yang dirindukan oleh setiap orang. Semoga
melalui materi pembelajaran ini peserta didik mempunyai keyakinan bahwa Kristulah
pola hidup satu-satunya yang dapat menjadi model pengembangan diri.
Aksi
Guru meminta peserta didik menuliskan beberapa aspek hidup Yesus yang
akan ditiru dalam seminggu ini, dalam buku catatan atau jurnal mereka.
Kegiatan Penutup: 20 Menit
V. ASESMEN/PENILAIAN
Kognitif : pemahaman peserta didik tentang hubungan hidup berpolakan
Pribadi yesus.
Sikap : penilaian yang dilakukan oleh peserta didik tentang hubungan hidup
berpolakan Pribadi yesus.
Perilaku : penilaian terhadap kesungguhan peserta didik mengikuti
pembahasan di kelas dan pengerjaan tugas-tugas.
2. Pengayaan
Alternatif 1:
Guru dapat meminta peserta didik menonton salah satu film tentang Yesus,
kemudian membuat resensi atas film tersebut.
Alternatif 2:
Guru meminta peserta didik membuat video wawancara tentang tokoh dalam
Gereja atau masyarakat yang hidupnya menggambarkan sebagai pribadi yang
berpola pada hidup Yesus Kristus..
SKOR
ASPEK PENILAIAN Sangat Kurang Cukup Baik Sangat Baik
Kurantg 21 – 40 41 - 61 - 80 81 - 100
< 21 60
Kemampuan Komunikasi
Penguasaan Materi
Kemampuan Mengahadapi
pertanyaan
Penggunaan alat peraga presentasi
Ketepatan menyelesaikan masalah
Refleksi Guru :
Apakah kegiatan belajar berhasil? Apa yang menurut ibu/bapak berhasil? Kesulitan apa
yang dialami? Apa langkah yang perlu dilakukan untuk memperbaiki proses belajar?
Apakah seluruh siswa mengikuti pelajaran dengan baik?
LAMPIRAN- LAMPIRAN
Lampiran 1
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
Kognitif
pemahaman peserta didik tentang hubungan hidup berpolakan Pribadi yesus.
Uraian
Soal Jawaban
1. Hidup yang berpolakan Iman akan Yesus bukan sekadar mengenal, memahami siapa
hidup Yesus berarti kita Yesus, melainkan – dan terutama – “meniru”, “meneladan”,
meniru atau menjadi “mengenakan” atau “menjadi serupa dengan” Kristus. Tetapi
serupa dengan hidup terlebih melakukan seperti yang dilakukan Yesus sendiri, dalam
Yesus. Apa cara pikir, cara tindak Kristus dan seluruh pribadi Yesus.
konsekuensinya bagi hidup
kita?
2 Apa yang terpikir oleh Pola adalah :
kalian dengan kata “pola”,
kapan atau dalam aktivitas Dalam kamus sinonim, Kata “pola” mempunyai
atau kesempatan apa persamaan arti dengan beberapa kata berikut: contoh,
biasanya membutuhkan ideal, model, rototype, patron, format, dan sebagainya.
pola serta apa fungsi pola? Dalam kehidupan sehari-hari, “pola” dibutuhkan
sebelum seseorang membuat atau melakukan sesuatu.
Jika kalian ingin membangun rumah, apa langkah
awalnya? Sebelum kalian dapat memulai pekerjaan,
kalian harus memiliki rencana. Kalian harus
memutuskan berapa banyak ruangan yang diinginkan
dan di mana harus meletakkan pintu dan jendela.
Kalian membutuhkan pola untuk membantu saat
membangun.
Pola berguna sebagai penuntun atau model, oleh
karena itu apa saja yang dihasilkan diharapkan sesuai
dengan pola yang dipilih. Minimal hasil mendekati
dengan pola yang dipilih.
3. Apa yang dimaksud iman Kitab Suci mengajarkan kepada kita bahwa iman yang tidak
tanpa perbuatan itu mati! melakukan perbuatan baik adalah iman yang mati (lih. Yak.
2:17). Dengan demikian iman yang hidup adalah iman yang
dinyatakan dalam perbuatan baik, dan iman seperti itulah yang
akan menyelamatkan kita (lih.Ef.2: 8⎯10; Tit.3:5⎯8).
4. Mengapa Abraham disebut Iman bukan soal pengakuan, melainkan diwujudkan dalam
sebagai “Sahabat Allah” perbuatan baik. “Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan
atau “Bapa orang dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan
beriman”? dan dalam kebenaran.” (1Yoh. 3:18).
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Sikap
1) Sikap Spiritual:
Nama : ...............................................
Kelas/Semester : ..................../..........................
Petunjuk:
Bacalah baik-baik setiap pernyataan dan berilah tanda v pada kolom yang sesuai
dengan keadaan dirimu yang sebenarnya.
Serahkan kembali format yang sudah kamu isi kepada bapak/ibu guru.
jumlah nilai
Skor = ------------------- X 100%
Skor maksimal
Lampiran 2
BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK
“Kita hendaknya di setiap kesempatan bertanya kepada diri kita sendiri, ‘Apa
yang akan Yesus lakukan?’ dan kemudian menjadi lebih berani menindaki
jawabannya.”
Dari Kehidupan Howard W. Hunter
Seorang teman dekat mengamati bahwa “sifat-sifat yang dicontohkan oleh Tuhan
dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, ditunjukkan dengan indahnya dalam kehidupan
Presiden Hunter yang luar biasa dan tak mementingkan diri. Seluruh umat manusia
adalah temannya.
Seorang rekan lainnya yang bekerja erat dengan Presiden Hunter selama lebih dari
tiga puluh tahun berkata, “[Dia] secara naluri tahu jalan yang akan dia ikuti. Jalan itu
adalah meniru karakter Juruselamatnya, Yesus Kristus.
“Saya ingin mengajak semua anggota Gereja untuk hidup dengan perhatian yang
lebih besar pada kehidupan dan teladan Tuhan Yesus Kristus, khususnya kasih dan
pengharapan serta rasa iba yang Dia tunjukkan.
Saya berdoa agar kita dapat memperlakukan satu sama lain dengan lebih banyak
kebaikan hati, lebih banyak sopan santun, lebih banyak kerendahan hati dan
kesabaran serta pengampunan. Kita memang memiliki pengharapan yang tinggi
terhadap satu sama lain, dan semua orang dapat memperbaiki diri. Dunia kita
berseru untuk menjalankan perintah-perintah Allah dengan lebih disiplin. Tetapi cara
kita mendorong itu, seperti yang Tuhan perintahkan kepada Nabi Joseph di sel
tahanan yang dingin di Penjara Liberty, adalah ‘dengan bujukan, dengan
kepanjangsabaran, dengan kelemahlembutan dan kelembutan hati, dan dengan
kasih yang tidak dibuat-buat; … tanpa kemunafikan, dan tanpa tipu daya’ (A&P
121:41–42).
“Jika kita ingin mengikuti teladan Kristus dan berjalan di jejak-Nya, kita harus
berupaya untuk melakukan hal-hal yang sama mengikuti pola yang telah Dia
berikan.”
Jika kita ingin mengikuti teladan Kristus dan berjalan di jejak-Nya, kita harus
berupaya melakukan hal-hal yang sama mengikuti pola yang telah Dia berikan.
Adalah penting untuk mengingat bahwa Yesus mampu berbuat dosa, bahwa Dia
dapat menyerah pada godaan, bahwa rencana kehidupan dan keselamatan dapat
digagalkan, tetapi Dia tetap setia. Seandainya tidak terdapat kemungkinan Dia
menyerah pada bujukan Setan, akibatnya adalah tidak akan ada ujian yang
sesungguhnya, tidak ada kemenangan yang murni sebagai hasilnya. Seandainya
Dia dilucuti dari kemampuan untuk berdosa, Dia dilucuti dari hak pilihan-Nya. Justru
Dialah yang telah datang untuk mengamankan dan memastikan hak pilihan
manusia. Dia harus mempertahankan kesanggupan dan kemampuan untuk berdosa
seandainya Dia ingin melakukannya.
Sewaktu pengadilan di Getsemani dan Kalvari semakin dekat, dengan banyak yang
membebani benak-Nya, Juruselamat menyempatkan waktu untuk mencermati
seorang janda yang memasukkan uang dua pesernya (lihat Markus 12:41–44).
Dengan cara serupa, pandangan-Nya tertuju pada Zakheus yang berperawakan
kecil yang, karena tidak dapat melihat karena banyaknya orang yang berkerumun di
sekeliling Juruselamat, telah memanjat pohon ara agar dapat melihat Putra Allah
(lihat Lukas 19:1–5). Sementara bergantung dalam keperihan di atas kayu salib, Dia
mengabaikan penderitaan-Nya sendiri dan memberikan perhatian kepada
perempuan yang sedang menangis yang telah memberi Dia kehidupan (lihat
Yohanes 19:25–27).
Betapa teladan yang menakjubkan untuk kita ikuti! Bahkan di tengah dukacita dan
rasa sakit pribadi yang luar biasa, Sang Teladan kita mengulurkan tangan untuk
memberkati orang lain .… Kehidupan-Nya bukanlah kehidupan yang berfokus pada
apa yang tidak Dia miliki. Itu adalah kehidupan yang mengulurkan tangan dalam
pelayanan kepada orang lain.
Marilah kita mengikuti Putra Allah dalam segala jalan dan cara hidup.
Salah satu pertanyaan paling penting yang pernah diajukan kepada manusia fana
diajukan oleh Putra Allah sendiri, Juruselamat dunia. Kepada sekelompok murid di
Dunia Baru, sekelompok orang yang bersemangat untuk diajar oleh-Nya dan
bahkan lebih bersemangat lagi karena Dia akan segera meninggalkan mereka, Dia
bertanya, “Orang macam apakah seharusnya kamu adanya?” Kemudian pada saat
yang sama Dia memberikan jawaban ini: “Bahkan seperti Aku” (3 Nefi 27:27).
Dunia penuh dengan orang yang bersedia memberi tahu kita, “Lakukan seperti yang
saya katakan.” Pastinya kita tidak kekurangan pemberi nasihat tentang setiap topik.
Tetapi kita memiliki begitu sedikit orang yang siap mengatakan, “Lakukan seperti
yang saya lakukan.” Dan, tentu saja, hanya Satu orang dalam sejarah manusia
yang dapat secara sah dan pantas membuat pernyataan itu. Sejarah memberikan
banyak contoh pria dan wanita yang baik, tetapi bahkan manusia fana terbaik
sekalipun memiliki kelemahannya. Tak seorang pun dapat melayani sebagai teladan
yang sempurna ataupun sebagai pola yang tanpa cela untuk diikuti, betapapun
mereka mungkin berniat baik.
Hanya Kristus dapat menjadi teladan kita, “bintang timur [kita] yang gilang-gemilang”
(Wahyu 22:16). Hanya Dia yang dapat mengatakan tanpa keraguan apa pun,
“Ikutlah Aku, belajarlah pada-Ku, [dan] lakukanlah hal-hal yang telah kamu lihat Aku
lakukan. Minumlah dari air-Ku dan makanlah dari roti-Ku. Akulah jalan dan
kebenaran dan hidup. Aku adalah hukum dan terang. Lihatlah kepada-Ku dan
engkau akan hidup. Kamu harus saling mengasihi seperti Aku telah mengasihi
kamu” (lihat Matius 11:29; 16:24; Yohanes 4:13–14; 6:35, 51; 7:37; 13:34; 14:6; 3
Nefi 15:9; 27:21).
Wah, betapa itu panggilan yang jelas dan bergaung! Betapa itu merupakan
kepastian dan teladan di zaman ketidakpastian dan ketiadaan teladan.
Marilah kita mengikuti Putra Allah dalam segala jalan dan dalam segala cara hidup.
Marilah kita menjadikan Dia teladan kita dan penuntun kita. Kita hendaknya di setiap
kesempatan bertanya kepada diri kita sendiri, “Apa yang akan Yesus lakukan?” dan
kemudian menjadi lebih berani untuk menindaki jawabannya. Kita harus mengikuti
Kristus, dalam arti terbaik dari kata tersebut. Kita harus melakukan pekerjaan-Nya
seperti Dia melakukan pekerjaan Bapa-Nya. Kita hendaknya mencoba menjadi
seperti Dia, bahkan seperti yang anak Pratama nyanyikan, “Coba, coba, coba”
(Children’s Songbook, hlm. 55). Sejauh yang dimungkinkan oleh kekuatan fana kita,
kita hendaknya melakukan setiap upaya untuk menjadi lebih seperti Kristus—satu-
satunya teladan yang sempurna dan tanpa dosa yang pernah dilihat dunia ini.
Berulang kali selama pelayanan fana Tuhan kita, Dia menyampaikan panggilan
yang sekaligus merupakan undangan dan tantangan. Kepada Petrus dan
saudaranya Andreas, Kristus berfirman, “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan
Kujadikan penjala manusia.” (Matius 4:19). Kepada anak muda kaya yang
menanyakan apa yang harus dia lakukan untuk memiliki kehidupan kekal, Yesus
menjawab, “Pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang
miskin … kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku.” (Matius 19:21). Dan kepada
kita masing-masing Yesus berkata, “Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut
Aku.” (Yohanes 12:26).
Marilah kita menelaah setiap ajaran Guru dan membaktikan diri kita lebih
sepenuhnya pada teladan-Nya. Dia telah memberi kita “segala sesuatu yang
berguna untuk hidup yang saleh.” Dia telah “memanggil kita oleh kuasa-Nya yang
mulia dan ajaib” dan telah “menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga
dan yang sangat besar: supaya olehnya [kita] boleh mengambil bagian dalam kodrat
ilahi” (2 Petrus 1:3–4).
Adalah penting untuk diapresiasi. Tetapi fokus kita hendaknya pada kesalehan,
bukan pengakuan; pada pelayanan, bukan status. Pengajar berkunjung yang setia,
yang secara diam-diam melakukan tugasnya bulan demi bulan, adalah sama
pentingnya bagi pekerjaan Tuhan dengan mereka yang menduduki apa yang
sebagian orang pandang sebagai kedudukan yang lebih terkemuka di Gereja.
Keterlihatan tidaklah setara dengan nilai.
Salah satu cara kita dapat memolakan kehidupan kita mengikuti teladan
Juruselamat adalah dengan mengikuti perintah-Nya kepada Petrus:
“Gembalakanlah domba-domba-Ku Gembalakanlah domba-domba-Ku” (Yohanes
21:15–17).
Ajakan Tuhan untuk mengikuti-Nya bersifat individu dan pribadi, dan itu mendesak.
Kita tidak dapat berdiri selamanya di antara dua pendapat. Kita masing-masing
pada suatu saat harus menghadapi pertanyaan teramat penting: “Tetapi apa
katamu, siapakah Aku ini?” (Matius 16:15). Keselamatan pribadi kita bergantung
pada jawaban kita terhadap pertanyaan itu dan komitmen kita terhadap jawaban itu.
Jawaban Petrus yang terungkap adalah “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang
hidup!” (Matius 16:16). Banyak saksi dapat memberikan jawaban yang sama
dengan kekuatan yang sama, dan saya bergabung bersama mereka dalam rasa
syukur yang rendah hati. Tetapi kita masing-masing harus menjawab pertanyaan itu
bagi diri kita sendiri—jika tidak sekarang, maka kelak; karena pada hari terakhir,
setiap lutut akan bertekuk dan setiap lidah akan mengaku bahwa Yesus adalah
Kristus. Tantangan kita adalah untuk menjawab dengan benar dan hidup sesuai
dengannya sebelum itu menjadi terlambat selamanya. Karena Yesus sesungguhnya
adalah Kristus, apa yang harus kita lakukan?
Jika kita dapat memolakan hidup kita mengikuti Sang Guru, serta menjadikan ajaran
dan teladan-Nya sebagai pola utama bagi hidup kita sendiri, kita tidak akan
kesulitan untuk menjadi konsisten dan loyal dalam semua segi kehidupan, karena
kita akan berkomitmen pada standar tingkah laku dan keyakinan yang satu, yang
sakral. Apakah di rumah ataupun di tempat berbelanja, apakah di sekolah ataupun
lama setelah sekolah tinggal kenangan, apakah kita bertindak sama sekali sendirian
ataupun dalam kebersamaan dengan serombongan orang lain, arah kita akan jelas
dan standar-standar kita akan nyata. Kita akan telah bertekad, seperti yang Nabi
Alma katakan, “untuk berdiri sebagai saksi bagi Allah di segala waktu dan dalam
segala hal, dan di segala tempat di mana [kita] boleh berada, bahkan sampai
kematian” (Mosia 18:9).
Pada malam itu di Betlehem tidak ada kamar bagi-Nya di penginapan, dan ini
bukanlah satu-satunya saat selama tiga puluh tiga tahun perjalanan-Nya dalam
kefanaan di mana tidak ada tempat bagi-Nya. Herodes mengutus serdadu ke
Betlehem untuk membunuh anak-anak. Tidak ada tempat bagi Yesus dalam daerah
kekuasaan Herodes, maka orangtua-Nya membawa-Nya ke Mesir. Selama
pelayanan-Nya, ada banyak orang yang tidak menyediakan tempat bagi ajaran-
ajaran-Nya—tidak ada tempat bagi Injil yang Dia ajarkan. Tidak ada tempat bagi
mukjizat-mukjizat-Nya, bagi berkat-berkat-Nya, tidak ada tempat bagi kebenaran-
kebenaran ilahi yang Dia firmankan, tidak ada tempat bagi kasih atau iman-Nya. Dia
berfirman kepada mereka, “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai
sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-
Nya” (Matius 8:20).
Bahkan di zaman kita, walaupun dua ribu tahun telah berlalu, ada banyak orang
yang mengatakan hal yang sama dengan yang dikatakan pada malam itu di
Betlehem. “Tidak ada tempat, tidak ada tempat” (lihat Lukas 2:7). Kita menyediakan
tempat bagi pemberian-pemberian, tetapi kadang-kadang tempat tidak disediakan
bagi si pemberi. Kita memiliki tempat untuk komersialisasi Natal dan bahkan
pencarian kesenangan pada hari Sabat, tetapi ada kalanya ketika tidak ada tempat
untuk ibadat. Pikiran kita dipenuhi dengan hal-hal lain—tidak ada tempat.
Apa tanggung jawab kita dewasa ini sebagai anggota Gereja Yesus Kristus dari
Orang-Orang Suci Zaman Akhir? Yakni untuk memastikan bahwa kehidupan
individu kita tercerminkan dalam perkataan dan perbuatan Injil sebagaimana yang
diajarkan oleh Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Semua yang kita lakukan
dan ucapkan hendaknya mengikuti pola teladan satu-satunya orang tanpa dosa
yang pernah berjalan di bumi, yaitu Tuhan Yesus Kristus
Lampiran 3
GLOSARIUM
apokaliptik : dalam perjanjian baru istilah yunani ini berarti
"penyingkapan atau pengungkapan hal-hal yang
sebelumnya tidak diketahui dan yang tidak dapat
diketahui selain melalui penyingkapan"
bksn : Bulan Kitab Suci Nasional
citra rupa : gambar atau gambaran
conscientia : suara hati atau kesadaran moral
dei verbum(DV) : dokumen Konsili Vatikan II yang berisi tentang wahyu
illahi
dewan kepausan : sebuah bagian dari kuria romawi gereja katolik roma.
dewan ini dibentuk oleh Paus Paulus VI pada tanggal 15
Juli 1971 dan berkantor pusat di Palazzo San Callisto,
Roma
didaktis : bersifat mendidik
dignity : martabat
doa : sarana berkomunikasi dengan Allah
emeritus : gelar yang lazim digunakan oleh profesor atau uskup
yang telah menyerahkan jabatannya kepada orang lain
eskatologis : berkaitan dengan akhir zaman seperti hari kiamat dan
kebangkitan
gender : jenis kelamin
gaudium etspes (GS) : dokumen Konsili Vatikan II tentang gereja di dunia
dewasa ini (kegembiraan dan harapan)
globalisasi : proses mendunianya suatu hal sehingga batas antara
negara menjadi hilang
hedonisme : pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan
menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak
mungkin
hoax : berita bohong, informasi yang direkayasa untuk menutupi
informasi sebenarnya
ibrani : surat Paulus kepada umat yang berbudaya yahudi kuno
imago dei : berarti manusia diciptakan serupa dengan Allah
impulsif : ketika seseorang bertindak berdasarkan instingnya
ideologi : suatu kumpulan gagasan, ide-ide dasar, keyakinan dan
kepercayaan yang bersifat dinamis. Ideologi merupakan
cara pandang membentuk karakter berpikir dalam
mewujudkan keinginan atau cita-cita
inter mirifica : salah satu dekrit dari konsili vatikan kedua. Tentang
upaya-upaya komunikasi sosial katekismus
gereja katolik : (bahasa latin: catechismus catholicae ecclesiae), atau
biasa disingkat KGK, adalah katekismus yang
dipergunakan dalam Gereja Katolik; penggunaannya
diresmikan oleh Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1992.
secara umum, KGK merupakan ringkasan keyakinan umat
katolik dalam bentuk buku
kbbi : Kamus Besar Bahasa Indonesia
konsumerisme : paham atau ideologi yang menjadikan seseorang atau
kelompok melakukan atau menjalankan proses konsumsi
atau pemakaian barang-barang hasil produksi secara
berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan
berkelanjutan
konsili : sidang dewan uskup sedunia dengan Paus sebagai
kepalanya
korintus (Kor) : surat Paulus yang ditujukan kepada umat di Korintus
konferensi
waligerejaindonesia(KWI) : organisasi Gereja Katolik yang beranggotakan para uskup
di Indonesia dan bertujuan menggalang persatuan dan
kerja sama dalam tugas pastoral memimpin umat Katolik
Indonesia
lifestyle : gaya hidup yang dimiliki seseorang yang membedakan
tanggapan, prinsip/tingkah laku antara orang yang satu
dengan orang lain
litani : doa yang tertentu kata-katanya dan diungkapkan secara
sambut-menyambut pada liturgi Katolik. Doa ini sering
dinyanyikan
lumen gentium (LG) : konstitusi dogmatis tentang gereja, adalah salah satu
dokumen utama konsili vatikan kedua. Konstitusi ini
diumumkan secara resmi oleh Paus Paulus VI pada 21
November 1964
magisterium gereja : jabatan pengajaran resmi gereja, termasuk Paus dan para
uskup yang bersekutu dengannya
materialisme : pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu
yang termasuk kehidupan manusia di dalam alam
kebendaan semata-mata dengan mengesampingkan
segala sesuatu yang mengatasi alam indra
pribadi : (latin: persona) adalah manusia sebagai perseorangan
(diri manusia atau diri sendiri)
patriarki : sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai
pemegang kekuasaan utama dan mendominasi dalam
peran kepemimpinan politik, otoritas moral, hak sosial
dan penguasaan properti. dalam domain keluarga, sosok
yang disebut ayah memiliki otoritas terhadap perempuan,
anak-anak, dan harta benda
pentateukh : nama untuk lima kitab pertama dalam alkitab (kejadian,
keluaran, bilangan, ulangan, imamat)
puji syukur : merupakan buku kumpulan doa dan nyanyian gerejawi
umat Katolik di Indonesia
refleksi : sebuah kegiatan yang dilakukan dalam proses belajar
mengajar berupa penilaian tertulis maupun lisan
(umumnya tulisan) oleh peserta didik kepada guru/dosen,
berisi ungkapan kesan, pesan, harapan serta kritik
membangun atas pembelajaran yang diterimanya
sederajat : memiliki martabat dan kedudukan yang sama tinggi
stereotype : penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan
persepsi terhadap kelompok di mana orang tersebut
dapat dikategorikan
talenta : bakat, karunia
tradisi suci : tradisi yang diperoleh dari para rasul, yang diperintahkan
oleh kristus untuk mewartakan semua perintah-Nya
unik : khas, istimewa.
Lampiran 4
DAFTAR PUSTAKA
Komkat KWI, Perutusan Murid-Murid Yesus Pendidikan Agama Katolik untuk SMA/K Kelas X.
Yogyakarta: Kanisius, 2008.
Maman Sutarman dan Sulis Bayu Setyawan, Pendidikan Agama katolik dan Budi Pekerti untuk
SMA Kelas X, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.
Katekismus Gereja Katolik, Nusa Indah, Flores, 1995.
o Internet
https://gaya.tempo.co/read/1360986/ajarkan-kesetaraan-pada-anak-di-keluarga-dengan-
bermain-peran/full&view=ok
https://kumparan.com/pencerah-nusantara/bagaimana-cara-terbaik-mewujudkan-kesetaraan-
gender-dalam-pembangunan-1t2fR7y5OrH/full.
https://kumparan.com/the-shonet/wow-maudy-ayunda-bikin-puisi-untuk-para-wanita-yang-
sedang-berjuang-dengan-kesetaraan-gender-1541933379992619260