Anda di halaman 1dari 29

BENCANA ALAM

(id.wikipedia.org)

Gambar Rumah roboh akibat Bencana alam di Klaten

Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu


peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas
manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan
darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan
sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk
mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka [1]. Pemahaman ini
berhubungan dengan pernyataan: "bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu
dengan ketidakberdayaan". Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidak akan
menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya gempa
bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah "alam" juga
ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa
keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk
bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual,
sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat
manusia.
Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard)
serta memiliki kerentanan/kerawanan (vulnerability) yang juga tinggi tidak akan
memberi dampak yang hebat/luas jika manusia yang berada disana memiliki ketahanan
terhadap bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan bencana merupakan valuasi
kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah &
menangani tantangan-tantangan serius yang hadir. Dengan demikian meskipun daerah
tersebut rawan bencana dengan jumlah penduduk yang besar jika diimbangi dengan
ketetahanan terhadap bencana yang cukup.

MACAM-MACAM BENCANA ALAM :


1. Badai Ketsana di Filipina

Gambar Badai Ketsana di timur Vietnam 28 September


Terbentuk 23 September 2009
Menghilang Masih aktif
130 km/jam (80 mpj) (10 -menit diteruskan)
Angin tertinggi
165 km/jam (105 mpj) (1 menit diteruskan)
Tekanan terendah 965 hPa (mbar)
Tewas >140, >32 hilang.
Kerusakan $29.6 juta (2009 Dollar AS)
Wilayah yang terpengaruh Filipina, Cina Selatan, Vietnam

Badai Ketsana adalah badai tropis yang berhembus dengan kecepatan 85 km/jam
dengan kekuatan hembusan 100 km/jam. Badai ini telah menghantam wilayah utara
Filipina selama empat hari dan menimbulkan kerusakan besar. Terjangan badai tropis
Ketsana di wilayah Filipina Utara mengakibatkan hujan deras selama hampir 12 jam.
Air hujan yang tercurah itu dinyatakan setara dengan curah hujan selama sebulan lebih.
Akibatnya banjir bandang dan longsor pun melanda hampir 25 provinsi plus wilayah
metropolitan Manila. Hingga Senin (28/9) waktu setempat, sebanyak 83 nyawa
melayang dan 23 orang lainnya dilaporkan hilang.

2. Banjir Bandang di indonesia

Banjir Bandang adalah banjir di daerah di permukaan rendah yang terjadi akibat
hujan yang turun terus-menerus dan muncul secara tiba-tiba. Banjir bandang terjadi saat
penjenuhan air terhadap tanah di wilayah tersebut berlangsung dengan sangat cepat
hingga tidak dapat diserap lagi. Air yang tergenang lalu berkumpul di daerah-daerah
dengan permukaan rendah dan mengalir dengan cepat ke daerah yang lebih rendah.
Akibatnya, segala macam benda yang dilewatinya dikelilingi air dengan tiba-tiba. Banjir
bandang dapat mengakibatkan kerugian yang besar. Kelestarian alam harus dijaga untuk
mencegah banjir bandang.

Kasus di Indonesia

Contoh banjir bandang besar yang terjadi tak lama ini di Indonesia adalah di
banjir di Bukit Lawang pada November 2003, di mana sedikitnya 80 orang tewas dalam
kejadian tersebut dan banyak fasilitas pariwisata yang rusak akibat kejadian itu. Pada 1
Januari 2006 banjir bandang ini terjadi di Jember yang menewaskan 59 orang.
3. Gempa bumi

Pusat-pusat gempa di seluruh dunia, 1963–1998

Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi.
Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Kata
gempa bumi juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian gempa
bumi tersebut. Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi terjadi
apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat
ditahan.

Tipe gempa bumi

a. Gempa bumi vulkanik ( Gunung Api ) ; Gempa bumi ini terjadi akibat adanya
aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus. Apabila
keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya ledakan yang
juga akan menimbulkan terjadinya gempabumi. Gempabumi tersebut hanya
terasa di sekitar gunung api tersebut.
b. Gempa bumi tektonik ; Gempabumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas
tektonik, yaitu pergeseran lempeng lempeng tektonik secara mendadak yang
mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar.
Gempabumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di bumi,
getaran gempa bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian bumi.
Gempa bumi tektonik disebabkan oleh perlepasan [tenaga] yang terjadi karena
pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan
dilepaskan dengan tiba-tiba. Tenaga yang dihasilkan oleh tekanan antara batuan
dikenal sebagai kecacatan tektonik. Teori dari tektonik plate (plat tektonik)
menjelaskan bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan batuan, sebagian besar
area dari lapisan kerak itu akan hanyut dan mengapung di lapisan seperti salju.
Lapisan tersebut begerak perlahan sehingga berpecah-pecah dan bertabrakan
satu sama lainnya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya gempa tektonik.
Gempa bumi tektonik memang unik. Peta penyebarannya mengikuti pola dan
aturan yang khusus dan menyempit, yakni mengikuti pola-pola pertemuan
lempeng-lempeng tektonik yang menyusun kerak bumi. Dalam ilmu kebumian
(geologi), kerangka teoretis tektonik lempeng merupakan postulat untuk
menjelaskan fenomena gempa bumi tektonik yang melanda hampir seluruh
kawasan, yang berdekatan dengan batas pertemuan lempeng tektonik. Contoh
gempa tektonik ialah seperti yang terjadi di Yogyakarta, Indonesia pada Sabtu,
27 Mei 2006 dini hari, pukul 05.54 WIB,
c. Gempa bumi tumbukan ; Gempa bumi ini diakibatkan oleh tumbukan meteor
atau asteroid yang jatuh ke bumi, jenis gempa bumi ini jarang terjadi
d. Gempa bumi runtuhan ; Gempa bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur
ataupun pada daerah pertambangan, gempabumi ini jarang terjadi dan bersifat
lokal.
e. Gempa bumi buatan ; Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan
oleh aktivitas dari manusia, seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang
dipukulkan ke permukaan bumi.

Penyebab terjadinya gempa bumi

Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh
tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian
membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat
ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itu lah gempa bumi akan terjadi.
Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan lempengan tersebut.
Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional
dan translasional. Gempa bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi
lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari
600 km.
Beberapa gempa bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di
dalam gunung berapi. Gempa bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya
letusan gunung berapi. Beberapa gempa bumi (jarang namun) juga terjadi karena
menumpuknya massa air yang sangat besar di balik dam, seperti Dam Karibia di
Zambia, Afrika. Sebagian lagi (jarang juga) juga dapat terjadi karena injeksi atau
akstraksi cairan dari/ke dalam bumi (contoh. pada beberapa pembangkit listrik tenaga
panas bumi dan di Rocky Mountain Arsenal. Terakhir, gempa juga dapat terjadi dari
peledakan bahan peledak. Hal ini dapat membuat para ilmuwan memonitor tes rahasia
senjata nuklir yang dilakukan pemerintah. Gempa bumi yang disebabkan oleh manusia
seperti ini dinamakan juga seismisitas terinduksi

Sejarah gempa bumi besar pada abad ke-20 dan 21

a. 30 September 2009, Gempa bumi Sumatera Barat merupakan gempa tektonik


yang berasal dari pergeseran patahan Semangko, gempa ini berkekuatan 7,6
Skala Richter (BMG Indonesia) atau 7,9 Skala Richter (BMG Amerika)
mengguncang Padang-Pariaman, Indonesia. Menyebabkan sedikitnya 1.100
orang tewas dan ribuan terperangkap dalam reruntuhan bangunan.
b. 2 September 2009, Gempa Tektonik 7,3 Skala Richter mengguncang
Tasikmalaya, Indonesia. Gempa ini terasa hingga Jakarta dan Bali, berpotensi
tsunami. Korban jiwa masih belum diketahui jumlah pastinya karena terjadi
Tanah longsor sehingga pengevakuasian warga terhambat.
Kerusakan akibat gempa bumi di San Francisco pada tahun 1906

Sebagian jalan layang yang runtuh akibat gempa bumi Loma Prieta pada tahun 1989
c. 3 Januari 2009 - Gempa bumi berkekuatan 7,6 Skala Richter di Papua.
d. 12 Mei 2008 - Gempa bumi berkekuatan 7,8 Skala Richter di Provinsi Shichuan,
China. Menyebabkan sedikitnya 80.000 orang tewas dan jutaan warga
kehilangan tempat tinggal.
e. 12 September 2007 - Gempa Bengkulu dengan kekuatan gempa 7,9 Skala
Richter
f. 9 Agustus 2007 - Gempa bumi 7,5 Skala Richter
g. 6 Maret 2007 - Gempa bumi tektonik mengguncang provinsi Sumatera Barat,
Indonesia. Laporan terakhir menyatakan 79 orang tewas.
h. 27 Mei 2006 - Gempa bumi tektonik kuat yang mengguncang Daerah Istimewa
Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 27 Mei 2006 kurang lebih pukul 05.55 WIB
selama 57 detik. Gempa bumi tersebut berkekuatan 5,9 pada skala Richter.
United States Geological Survey melaporkan 6,2 pada skala Richter; lebih dari
6.000 orang tewas, dan lebih dari 300.000 keluarga kehilangan tempat tinggal.
i. 8 Oktober 2005 - Gempa bumi besar berkekuatan 7,6 skala Richter di Asia
Selatan, berpusat di Kashmir, Pakistan; lebih dari 1.500 orang tewas.
j. 26 Desember 2004 - Gempa bumi dahsyat berkekuatan 9,0 skala Richter
mengguncang Aceh dan Sumatera Utara sekaligus menimbulkan gelombang
tsunami di samudera Hindia. Bencana alam ini telah merenggut lebih dari
220.000 jiwa.
k. 26 Desember 2003 - Gempa bumi kuat di Bam, barat daya Iran berukuran 6.5
pada skala Richter dan menyebabkan lebih dari 41.000 orang tewas.
l. 21 Mei 2002 - Di utara Afganistan, berukuran 5,8 pada skala Richter dan
menyebabkan lebih dari 1.000 orang tewas.
m. 26 Januari 2001 - India, berukuran 7,9 pada skala Richter dan menewaskan
2.500 ada juga yang mengatakan jumlah korban mencapai 13.000 orang.
n. 21 September 1999 - Taiwan, berukuran 7,6 pada skala Richter, menyebabkan
2.400 korban tewas.
o. 17 Agustus 1999 - barat Turki, berukuran 7,4 pada skala Richter dan merenggut
17.000 nyawa.
p. 25 Januari 1999 - Barat Colombia, pada magnitudo 6 dan merenggut 1.171
nyawa.
q. 30 Mei 1998 - Di utara Afganistan dan Tajikistan dengan ukuran 6,9 pada skala
Richter menyebabkan sekitar 5.000 orang tewas.
r. 17 Januari 1995 - Di Kobe, Jepang dengan ukuran 7,2 skala Richter dan
merenggut 6.000 nyawa.
s. 30 September 1993 - Di Latur, India dengan ukuran 6,0 pada skala Richter dan
menewaskan 1.000 orang.
t. 12 Desember 1992 - Di Flores, Indonesia berukuran 7,9 pada skala richter dan
menewaskan 2.500 orang.
u. 21 Juni 1990 - Di barat laut Iran, berukuran 7,3 pada skala Richter, merengut
50.000 nyawa.
v. 7 Desember 1988 - Barat laut Armenia, berukuran 6,9 pada skala Richter dan
menyebabkan 25.000 kematian.
w. 19 September 1985 - Di Mexico Tengah dan berukuran 8,1 pada Skala Richter,
meragut lebih dari 9.500 nyawa.
x. 16 September 1978 - Di timur laut Iran, berukuran 7,7 pada skala Richter dan
menyebabkan 25.000 kematian.
y. 4 Maret 1977 - Vrancea, timur Rumania, dengan besar 7,4 SR, menelan sekitar
1.570 korban jiwa, diantaranya seorang aktor Rumania Toma Caragiu, juga
menghancurkan sebagian besar dari ibu kota Rumania, Bukares (Bucureşti).
z. 28 Juli 1976 - Tangshan, Cina, berukuran 7,8 pada skala Richter dan
menyebabkan 240.000 orang terbunuh.
aa. 4 Februari 1976 - Di Guatemala, berukuran 7,5 pada skala Richter dan
menyebabkan 22.778 terbunuh.
bb. 29 Februari 1960 - Di barat daya pesisir pantai Atlantik di Maghribi pada ukuran
5,7 skala Richter, menyebabkan kira-kira 12.000 kematian dan memusnahkan
seluruh kota Agadir.
cc. 26 Desember 1939 - Wilayah Erzincan, Turki pada ukuran 7,9, dan
menyebabkan 33.000 orang tewas.
dd. 24 Januari 1939 - Di Chillan, Chile dengan ukuran 8,3 pada skala Richter,
28.000 kematian.
ee. 31 Mei 1935 - Di Quetta, India pada ukuran 7,5 skala Richter dan menewaskan
50.000 orang.
ff. 1 September 1923 - Di Yokohama, Jepang pada ukuran 8,3 skala Richter dan
merenggut sedikitnya 140.000 nyawa.

4. Kebakaran Liar

Kebakaran di Gunung San Bernardino, California (gambar diambil dari International


Space Station)

Kebakaran liar, atau juga kebakaran hutan, kebakaran vegetasi, kebakaran


rumput, atau kebakaran semak, adalah sebuah kebakaran yang terjadi di alam liar, tetapi
dapat juga memusnahkan rumah-rumah atau sumber daya pertanian. Penyebab umum
termasuk petir, kecerobohan mansusia, dan pembakaran.
Musim kemarau dan pencegahan kebakaran hutan kecil adalah penyebab utama
kebakaran hutan besar. Kebakaran hutan dalam bahasa Inggris berarti "api liar" yang
berasal dari sebuah sinonim dari Api Yunani, sebuah bahan seperti-napalm yang
digunakan di Eropa Pertengahan sebagai senjata maritim

Kebakaran hutan besar


Statistik

Jumlah permukaan yang terbakar setiap tahunnya mewakili sekitar:


a. Perancis: 21.100 hektar (211 km², 52.140 acres, 81 mile² ; 0,04% Perancis
b. Portugal:
1991 : 182.000 ha (1.820 km², 449.732 acres, 703 mile²; 2% wilayah negara)
2003 : 424.900 ha (4.249 km², 1,05 juta acres, 1.641 mile²; 4,6% wilayah
negara; 20 meninggal)
2004 : 120.530 ha (1.205,3 km², 297.836 acres, 465 mile²; 1,3% wilayah negara)
2005: 286.400 ha (2.864 km², 707.668 acres, 1.106 mile²; 3.1% wilayah negara;
17 meninggal)
c. Amerika Serikat: 1,74 juta hektar (17.400 km², 4,3 juta acres, 6.718 mile²;
0,18% wilayah negara)
d. Indonesia - Sumber data: sebelum 1997 dari Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan (BAPEDAL) dan Canadian International Development Agency
(CIDA) - Collaborative Environmental Project in Indonesia (CEPI). Data
1997/1998 dari Asian Development Bank (ADB) . Data 1999-2005 berasal dari
Departemen Kehutanan Indonesia.
1982 dan 1983: 3,6 juta hektar ( 36.000 km², 8,9 juta acres, 13.900 mile²).
1987: 49.323 hektar ( 492 km², 121.880 acres, 190 mile²).
1991: 118.881 hektar (1.189 km², 293.761 acres, 459 mile²).
1994: 161.798 hektar (1.618 km², 399.812 acres, 625 mile²).
1997 dan 1998: 9,8 juta hektar ( 97.550 km², 24,1 juta acres, 37.664 mile²).
Sumber data dari ADB.
1999: 44.090 hektar (441 km², 108.989 acres, 170 mile² ).
2000: 8.255 hektar ( 83 km², 20.399 acres, 32 mile²).
2001: 14.351 hektar (144 km², 35.462 acres, 55 mile²).
2002: 36.691 hektar (367 km², 90.665 acres, 142 mile²).
2003: 3.745 hektar ( 37 km², 9.254 acres, 14 mile²).
2004: 13.991 hektar (140 km², 34.573 acres, 54 mile²).
2005: 13.328 hektar (133 km², 32.934 acres, 51 mile²).

Penyebab
Penyebab Kebakaran liar, antara lain:
a. Sambaran petir pada hutan yang kering karena musim kemarau yang panjang.
b. Kecerobohan manusia antara lain membuang puntung rokok secara sembarangan
dan lupa mematikan api di perkemahan.
c. Aktivitas vulkanis seperti terkena aliran lahar atau awan panas dari letusan
gunung berapi.
d. Tindakan yang disengaja seperti untuk membersihkan lahan pertanian atau
membuka lahan pertanian baru dan tindakan vandalisme.
e. Kebakaran di bawah tanah/ground fire pada daerah tanah gambut yang dapat
menyulut kebakaran di atas tanah pada saat musim kemarau.
Dampak

Dampak yang ditimbulkan dari kebakaran liar antara lain:


a. Menyebarkan emisi gas karbon dioksida ke atmosfer. Kebakaran hutan pada
1997 menimbulkan emisi / penyebaran sebanyak 2,6 miliar ton karbon dioksida
ke atmosfer (sumber majala Nature 2002). Sebagai perbandingan total emisi
karbon dioksida di seluruh dunia pada tahun tersebut adalah 6 miliar ton.
b. Terbunuhnya satwa liar dan musnahnya tanaman baik karena kebakaran,
terjebak asap atau rusaknya habitat. Kebakaran juga dapat menyebabkan banyak
spesies endemik/khas di suatu daerah turut punah sebelum sempat
dikenali/diteliti.
c. Menyebabkan banjir selama beberapa minggu di saat musim hujan dan
kekeringan di saat musim kemarau.
d. Kekeringan yang ditimbulkan dapat menyebabkan terhambatnya jalur
pengangkutan lewat sungai dan menyebabkan kelaparan di daerah-daerah
terpencil.
e. Kekeringan juga akan mengurangi volume air waduk pada saat musim kemarau
yang mengakibatkan terhentinya pembangkit listrik (PLTA) pada musim
kemarau.
f. Musnahnya bahan baku industri perkayuan, mebel/furniture. Lebih jauh lagi hal
ini dapat mengakibatkan perusahaan perkayuan terpaksa ditutup karena
kurangnya bahan baku dan puluhan ribu pekerja menjadi penganggur/kehilangan
pekerjaan.
g. Meningkatnya jumlah penderita penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA)
dan kanker paru-paru. Hal ini bisa menyebabkan kematian bagi penderita
berusia lanjut dan anak-anak. Polusi asap ini juga bisa menambah parah
penyakit para penderita TBC/asma.
h. Asap yang ditimbulkan menyebabkan gangguan di berbagai segi kehidupan
masyarakat antara lain pendidikan, agama dan ekonomi. Banyak sekolah yang
terpaksa diliburkan pada saat kabut asap berada di tingkat yang berbahaya.
Penduduk dihimbau tidak bepergian jika tidak ada keperluan mendesak. Hal ini
mengganggu kegiatan keagamaan dan mengurangi kegiatan
perdagangan/ekonomi. Gangguan asap juga terjadi pada sarana
perhubungan/transportasi yaitu berkurangnya batas pandang. Banyak pelabuhan
udara yang ditutup pada saat pagi hari di musim kemarau karena jarak pandang
yang terbatas bisa berbahaya bagi penerbangan. Sering terjadi kecelakaan
tabrakan antar perahu di sungai-sungai, karena terbatasnya jarak pandang.
i. Musnahnya bangunan, mobil, sarana umum dan harta benda lainnya.

5. Musnahnya Kota Pompeii

Pompeii adalah sebuah kota zaman Romawi kuno yang telah menjadi puing
dekat kota Napoli dan sekarang berada di wilayah Campania, Italia. Pompeii hancur
oleh letusan gunung Vesuvius pada 79 M. Debu letusan gunung Vesuvius menimbun
kota Pompeii dengan segala isinya sedalam beberapa kaki menyebabkan kota ini hilang
selama 1.600 tahun sebelum ditemukan kembali dengan tidak sengaja. Semenjak itu
penggalian kembali kota ini memberikan pemandangan yang luar biasa terinci mengenai
kehidupan sebuah kota di puncak kejayaan Kekaisaran Romawi. Saat ini kota Pompeii
merupakan salah satu dari Situs Warisan Dunia UNESCO.

Puing kota Pompeii

Pompeii dan Campania Romawi.

Pompeii terletak pada koordinat 40°45 00 N 14°29 10 E / 40.75°N


14.48611°E, sebelah tenggara kota Napoli, dekat dengan kota modern Pompei saat ini.
Kota ini berdiri di lokasi yang terbentuk dari aliran lava ke arah utara di hilir Sungai
Sarno (zaman dulu bernama "Sarnus"). Saat ini daratan ini agak jauh letaknya di
daratan, namun dahulu merupakan daerah yang dekat dengan pantai.
Pada abad pertama M, Pompeii hanyalah salah satu dari sekian kota yang
berlokasi di sekitar kaki Gunung Vesuvius. Wilayah ini cukup besar jumlah
penduduknya yang menjadi makmur karena daerah pertaniannya subur. Beberapa
kelompok kota kecil di sekitar Pompeii seperti Herculaneum juga menderita kerusakan
atau kehancuran oleh tragedi letusan Vesuvius.

Sejarah awal

Kota Pompeii didirikan sekitar abad ke-6 SM oleh orang-orang Osci atau Oscan,
yaitu suatu kelompok masyarakat di Italia tengah. Saat itu, kota ini sudah digunakan
sebagai pelabuhan yang aman oleh para pelaut Yunani dan Fenisia. Ketika orang-orang
Etruska mengancam melakukan serangan, kota Pompeii bersekutu dengan orang-orang
Yunani yang kemudian menguasai Teluk Napoli. Pada abad ke-5 SM orang-orang
Samnium mendudukinya (beserta semua kota di Campania). Para penguasa baru ini
memaksakan arsitektur mereka dan memperluas wilayah kota. Diyakini juga bahwa
selama pendudukan orang-orang Samnium, Roma sempat merebut kembali Pompeii
untuk sementara waktu, namun teori ini belum terbuktikan.
Pompeii ikut ambil peranan dalam peperangan yang dimulai oleh kota-kota
Campania melawan Roma, namun pada tahun 89 SM kota ini dikepung oleh Sulla.
Walaupun tentara Liga Sosial yang dipimpin oleh Lucius Cluentius ikut membantu
dalam melawan Roma, pada tahun 80 SM Pompeii dipaksa menyerah setelah Nola
ditaklukkan. Pompeii lalu menjadi sebuah koloni Roma dengan nama: Colonia Cornelia
Veneria Pompeianorum. Kota ini menjadi jalur penting bagi barang-barang yang datang
lewat laut dan harus dikirim ke Roma atau Italia Selatan yang terletak di sepanjang Via
Appia yang tidak jauh dari situ.
Pada tahun 62 M, sebuah gempa bumi hebat merusakkan Pompeii bersama
banyak kota lainnya di Campania. Di masa antara tahun 62 M hingga letusan besar
Vesuvius tahun 79 M, kota ini dibangun kembali, mungkin lebih megah dalam bidang
bangunan dan karya seni dari sebelumnya.

Vesuvius mengubur kota Pompeii

Gambar rekayasa komputer tentang letusan Vesuvius, dari


Para penduduk Pompeii, seperti mereka yang hidup di daerah itu sekarang, telah
lama terbiasa dengan getaran kecil, namun pada 5 Februari 62 terjadi gempa bumi yang
hebat yang menimbulkan kerusakan yang cukup besar di sekitar teluk itu dan khususnya
terhadap Pompeii. Sebagian dari kerusakan itu masih belum diperbaiki ketika gunung
berapi itu meletus. Namun, ini mungkin merupakan sebuah gempa tektonik daripada
gempa yang disebabkan oleh meningkatnya magma yang terdapat di dalam gunung
berapi.
Sebuah gempa lainnya, yang lebih ringan, terjadi pada 64; peristiwa ini dicatat oleh
Suetonius dalam biografinya tentang Nero, dalam De Vita Caesarum, dan oleh Tacitus
dalam Buku XV dari Annales karena hal ini terjadi ketika Nero berada di Napoli dan
tampil dalam sebuah pertunjukan untuk pertama kalinya di sebuah panggung umum.
Suetonius mencatat bahwa kaisar tidak memedulikan gempa itu dan terus bernyanyi
hingga selesai lagunya, sementara Tacitus mencatat bahwa teater itu runtuh setelah
orang-orang di dalamnya dievakuasi.
Penulis Plinius Muda menulis bahwa getaran bumi itu "tidaklah begitu
menakutkan karena sering terjadi di Campania".
Pada awal Agustus tahun 79, mata air dan sumur-sumur mengering. Getaran-
getaran gempa ringan mulai terjadi pada 20 Agustus 79, dan menjadi semakin sering
pada empat hari berikutnya, namun peringatan-peringatan itu tidak disadari orang, dan
pada sore hari tanggal 24 Agustus, sebuah letusan gunung berapi yang mematikan
terjadi. Ledakan itu merusakkan wilayah tersebut, mengubur Pompeii dan daerah-
daerah pemukimanlainnya. Kebetulan tanggal itu bertepatan dengan Vulcanalia,
perayaan dewa api Romawi.
Laporan saksi mata satu-satunya yang bertahan dan dapat diandalkan tentang
peristiwa ini dicatat oleh Plinius Muda dalam dua pucuk surat kepada sejarahwan
Tacitus. Dari rumah pamannya di Misenum, sekitar 35 km dari gunung berapi itu,
Plinius melihat sebuah gejala luar biasa yang terjadi di atas Gn. Vesuvius: sebuah awan
gelap yang besar berbentuk seperti pohon pinus muncul dari mulut gunung itu. Setelah
beberapa lama, awan itu dengan segera menuruni lereng-lereng gunung dan menutupi
segala sesuatu di sekitarnya, termasuk laut yang di dekatnya.
"Awan" yang digambarkan oleh Plinius Muda itu kini dikenal sebagai aliran
piroklastik, yaitu awan gas yang sangat panas, debu, dan batu-batu yang meletus dari
sebuah vulkano. Plinius mengatakan bahwa beberapa gempa bumi terasa pada saat
letusan itu dan diikuti oleh getaran bumi yang dahsyat. Ia juga mencatat bahwa debu
juga jatuh dalam bentuk lapisan-lapisan yang sangat tebal dan desa tempat ia berada
harus dievakuasi. Laut pun tersedot dan didorong mundur oleh suatu "gempa bumi",
sebuah gejala yang disebut oleh para geologiwan modern sebagai tsunami.
Gambarannya lalu beralih kepada fakta bahwa matahari tertutup oleh letusan itu
dan siang hari menjadi gelap gulita. Pamannya, Plinius Tua mengambil beberapa kapal
untuk meneliti gejala ini dan menyelamatkan orang-orang yang terperangkap di kaki
gunung itu. Karena tidak dapat mendarat dekat vulkano itu karena angin yang tidak
menguntungkan dan debu yang dihasilkan letusan itu, Plinius Tua melanjutkan
perjalanan ke Stabiae sekitar 4,5 km dari Pompei. Ia meninggal di sana keesokan
harinya. Dalam suratnya yang pertama kepada Tacitus, kemenakannya menduga bahwa
ini disebabkan karena pamannya menghirup gas beracun. Namun Stabiae 16 km
jauhnya dari tempat kejadian dan rekan-rekannya tampaknya tidak terpengaruh oleh
hirupan udara itu, dan karena itu kemungkinan sekali kematiannya disebabkan karena
Plinius yang gemuk itu meninggal karena stroke atau serangan jantung.

Lenyap selama 16 abad

Fresko dekoratif: "Dewi Europa dan sang Lembu"


Lapisan debu tebal menutupi dua buah kota yang lokasinya dekat dengan kaki
gunung Vesuvius, sehingga kedua kota ini menjadi hilang dan terlupakan. Kemudian
kota Herculaneum ditemukan kembali pada 1738, dan Pompeii pada 1748. Kedua kota
ini digali kembali dari lapisan debu tebal dengan membebaskan semua bangunan-
bangunan dan lukisan dinding yang masih utuh. Sebenarnya, kota ini telah ditemukan
kembali pada 1599 oleh seorang arsitek bernama Fontana yang menggali sebuah jalan
baru untuk sungai Sarno, namun membutuhkan lebih dari 150 tahun kemudian barulah
sebuah upaya/kampanye serius dilakukan untuk membebaskan kota ini dari timbunan
tanah.
Raja Charles VII dari dua Sisilia sangat tertarik dengan temuan-temuan ini
bahkan hingga ia diangkat menjadi raja Spanyol. Giuseppe Fiorelli mengambil
tanggung jawab ekskavasi pada 1860. Hingga saat itu Pompeii dan Herculaneum
dianggap telah hilang selamanya. Di kemudian hari, Giuseppe Fiorelli adalah orang
yang menyarankan penggunaan teknik injeksi plester terhadap ruangan kosong dalam
tubuh korban Vesuvius yang sudah hancur untuk membentuk kembali permukaan tubuh
mereka secara sempurna.

Pasangan penduduk Pompeii

Ada teori tanpa bukti yang menyatakan bahwa Fontana menemukan beberapa
fresko erotis selama penggalian yang dilakukannya, namun karena norma-norma
kesopanan yang amat kuat saat itu ia mengubur fresko-fresko itu kembali. Hal ini
diperkuat oleh laporan-laporan penggalian oleh tim lain sesudahnya yang menyatakan
bahwa daerah galian tersebut menunjukkan suasana telah pernah digali dan dikuburkan
kembali.
Forum (bangunan untuk keperluan sosial), pemandian, beberapa rumah/gedung dan
sejumlah villa telah dapat diselamatkan dengan baik. Sebuah hotel (dengan luas 1000
meter persegi) ditemukan dekat dengan lokasi kota. Hotel ini lalu dinamakan "Grand
Hotel Murecine".
Fakta menyatakan bahwa Pompeii merupakan satu-satunya situs kota kuno di
mana keseluruhan struktur topografinya dapat diketahui dengan pasti tanpa memerlukan
modifikasi atau penambahan. Kota ini tidak dibagi sesuai dengan pola-pola kota
Romawi pada umumnya dikarenakan permukaan tanah yang tidak datar (kota ini berada
di kaki gunung). Namun jalan-jalan di kota ini dibuat lurus dan berpola pada tradisi
murni Romawi kuno, permukaan jalan terdiri dari batu-batu poligon dan memiliki
bangunan-bangunan rumah dan toko-toko di kedua sisi jalan, mengikuti decumanus dan
cardusnya. Decumanus adalah jalan-jalan yang merentang dari timur ke barat,
sementara cardus merentang dari utara ke selatan.
Gempa bumi, longsor dan kerusakan akibat letusan gunung berapi

Sebuah jalan sepi di Pompeii


Sebuah bidang penelitian penting saat ini berkaitan dengan struktur-struktur,
yang kini sedang diperbaiki, pada masa letusan (kemungkinan rusak pada waktu gempa
di tahun 62). Sebagian dari lukisan-lukisan tua yang rusak agaknya tertutup dengan
lukisan-lukisan yang lebih baru, dan alat-alat modern digunakan untuk menemukan
kembali gambaran dari fresko-fresko yang telah lama tersembunyi. Alasan tentang
mengapa struktur-struktur ini masih diperbaiki 10 tahun setelah letusan itu adalah
kenyataan bahwa frekuensi ledakan menjelang ledakan yang hebat itu semakin kecil.
Kebanyakan penggalian arkeologis di situs itu hanya sampai tingkat jalanan
pada peristiwa vulkanik tahun 79. Penggalian-penggalian yang lebih dalam di bagian
Pompeii yang lebih tua dan contoh-contoh utama dari pengeboran-pengeboran di
dekatnya telah menunjukkan lapisan-lapisan dari berbagai sedimen yang menunjukkan
bahwa peristiwa-peristiwa lain telah melanda kota itu sebelum terjadinya ledakan yang
terkenal itu, karena ada tiga lapisan sedimen yang terletak di bawah kota itu yang
ditemukan di atas lapisan lava. Bercampur dengan sedimen ini ditemukan pula oleh para
arkeolog potongan-potongan kecil dari tulang-tulang binatang, potongan-potongan
keramik dan potongan-potongan tumbuhan. Dengan menggunakan penanggalan karbon,
lapisan yang tertua diperkirakan berasal dari abad ke-8 SM, sekitar masa pendirian kota
itu. Dua lapisan lainnya dipisahkan dari lapisan-lapisan lainnya dengan lapisan tanah
yang dikembangkan dengan baik atau merupakan jalan yang dibuat orang Romawi pada
sekitar abad ke-4 SM dan abad ke-2 SM. Teori di balik lapisan-lapisan dari beraneka
sedimen ini adalah tanah longsor yang hebat, yang mungkin didorong oleh hujan yang
turun berkepanjangan. (Senatore, et al., 2004)
Pada penggalian-penggalian awal situs ini, sesekali ditemukan lubang di dalam
lapisan abu yang berisi sisa-sisa tulang manusia. Giuseppe Fiorelli mengusulkan untuk
mengisi ruang-ruang kosong itu dengan semen. Apa yang dihasilkan adalah bentuk-
bentuk yang sangat akurat dan mengerikan dari Pompeiani (warga Pompeii) yang gagal
melarikan diri, dalam saat-saat terakhir hidup mereka. Untuk sebagian dari mereka,
ungkapan ketakutan itu cukup jelas kelihatan.
Para korban letusan

Para geologiwan telah menggunakan sifat-sifat magnetik dari batu-batu dan


serpihan-serpihan yang ditemukan di Pompeii untuk memperkirakan temperatur aliran
piroklaktik yang mengubur kota itu. Ketika batu yang meleleh itu membeku kembali,
mineral magnetik dalam batu itu mencatat arah bidang magnet Bumi. Bila bahan itu
dipanaskan melampaui temperatur tertentu, yang dikenal sebagai temperatur Curie,
bidang magnetnya mungkin akan dimodivikasi atau sama sekali diatur kembali.
Analisis terhadap lebih dari 200 buah batu vulkanik dan serpihan-serpihan,
seperti atap genting, menunjukkan bahwa awan debu itu panasnya hingga 850°C ketika
muncul dari mulut Vesuvius. Awan itu mendingin hingga kurang dari 350°C pada saat
tiba di kota itu. Banyak dari bahan-bahan yang dianalisis mengalami temperatur antara
240°C hingga 340°C. Beberapa daerah memperlihatkan temperatur yang lebih rendah,
hanya 180°C. Ada teori yang mengatakan bahwa guncangan mungkin telah
menyebabkan tercampurnya udara dingin ke dalam awan debu itu. (Cioni, et al., 2004)

Penemuan-penemuan unik

Fresko-fresko Pompeii yang dapat diselamatkan menawarkan pengetahuan


yang tiada bandingnya mengenai kebudayaan dari kota purbakala ini

Kota Pompeii memberikan gambaran sesaat mengenai kehidupan kota Romawi


di abad pertama. Gambaran sesaat ini memperlihatkan bahwa Pompeii merupakan kota
yang sangat hidup sebelum terjadinya letusan gunung. Bukti-bukti memberi petunjuk
hingga ke hal yang amat detil dari kehidupan sehari-hari mereka. Misalnya, pada lantai
sebuah rumah (rumah Sirico) sebuah tulisan terkenal Salve, lucru (Selamat datang,
uang), mungkin dimaksudkan sebagai humor, menunjukkan kepada kita perusahaan
perdagangan yang dimiliki oleh dua sejawat, Sirico dan Nummianus (namun nama ini
mungkin hanya julukan, karena nummus berarti mata uang, uang). Di rumah-rumah
lainnya, terdapat banyak gambaran terinci mengenai profesi dan kategori, seperti
pekerja binatu (Fullones). Kendi-kendi anggur bertuliskan Vesuvinum (istilah
permainan kata dalam perdagangan). Grafiti yang dipahat di dinding memberitahu kita
akan nama suatu jalan.

Teatro Grande "Teater Besar" dengan kapasitas penoton yang banyak terletak di
sebelah teater Piccollo

Ketika letusan terjadi, kota Pompeii mungkin memiliki penduduk sejumlah


20.000 orang dan berlokasi di area di mana orang Roma memiliki vila-vila liburan
mereka. Banyak pelayanan yang disediakan di kota Pompeii ditemukan, misalnya:
Macellum (pasar raya menyediakan makanan), Pistrinum (penggilingan gandum),
Thermopolium (sejenis bar yang menyediakan minuman dingin dan panas), cauporioe
(restoran kecil), dan sebuah amfiteater.
Tahun 2002 penemuan lain yang tak kalah pentingnya di hilir sungai Sarno
mengungkapkan bahwa pelabuhan tersebut juga memiliki banyak penduduk dan para
penduduknya tinggal di palafitte (desa dengan rumah-rumah yang menjorok di atas
danau), dalam sebuah sistem kanal yang, menurut para ilmuwan, menyerupai kanal-
kanal di Venesia. Namun fakta ini masih harus dipelajari lebih jauh.

Pompeii dalam dunia hiburan populer

Pompeii dijadikan latar belakang novel sejarah modern The Last Days of
Pompeii dan sebuah film seri televisi Inggris Up Pompeii, dan novel Robert Harris
baru-baru ini, Pompeii, sebuah kisah fiksi yang terpusat pada aquarius (ahli saluran air)
Marcus Attilius yang harus memperbaiki kerusakan pada akuaduk di dunia, Aqua
Augusta, yang rusak di suatu tempat di sekitar Gn. Vesuvius. Dalam seni visual, The
Last Day of Pompeii adalah sebuah lukisan terkenal oleh Carlo Brullo yang kelahiran
Rusia.
Pada Oktober 1971, band terkenal Pink Floyd mengadakan pertunjukan di
sebuah amfiteater yang kosong dan berusia 2.000 tahun di Pompeii, di hadapan
penonton yang terdiri dari para kru film termasuk para kamerawan. Pertunjukan ini
diedarkan sebagai sebuah film di seluruh dunia, dan belakangan dalam bentuk video.
Sang sutradara belakangan menambahkan gambar-gambar ruang angkasa dan
merilisnya dalam bentuk 'potongan sutradara', yang kini tersedia dalam bentuk DVD.
"Last Days of Pompeii" adalah sebuah opera rock tahun 1991 oleh band rok
alternatif Nova Mob.
Taman bertema Busch Gardens di Williamsburg, Virginia menampilkan sebuah
atraksi berjudul "Escape from Pompeii," (Melarikan diri dari Pompeii); di situ para
penumpang mengendarai kapal-kapal kecil yang konon sedang melarikan diri melalui
kota Pompeii sementara reruntuhan-reruntuhan kota berguliran di sekitar mereka.
Rexford (Rex) Phillips, alias “Rexino Mondo,” menulis, menyanyikan,
membacakan serta memproduksi sebuah "buku audio" 210 menit berjudul Messenger
From Pei (Utusan dari Pei). Buku ini mengisahkan penugasannya di Kompi Khusus ke-
10 dari Angkatan Darat AS di Korea. Di sana ia berjumpa, bersahabat dan akhirnya
menjalin hubungan yang akrab dengan aktris Debbie Reynolds. Berbagai arus bolak-
balik membawa mereka dalam suatu perjalanan ke kehidupan masa lampau, dan
khususnya dalam pelarian mereka dari "Pei yang dekaden", tepat sebelum kehancuran
total kota itu, bersamaan dengan hari-hari terakhir "Pompeii", bakal anaknya yang rusak
akhlaknya. Karya ini dibuat pada 1992 dan diedarkan secara terbatas.

Palaestra Pompeii dilihat dari puncak dinding stadion. Bagian tengah kiri yang
mencekung diisi dengan air dan digunakan untuk latihan berenang atau permainan
pertempuran laut. Di sebelah kanan (agak tertutup oleh batang pohon) adalah barisan
pokok-pokok pohon yang menjadi arang, sisa-sisa pohon (masing-masing seratus tahun
usianya) dari palaestra yang terbakar dalam ledakan gunung berapi tahun 79. Di
antara mereka dan deretan tiang, terdapat barisan pepohonan muda yang baru
ditanam sebagai penggantinya.

6. Siklon tropis

Dalam meteorologi, siklon tropis (atau hurikan, angin puyuh, badai tropis,
taifun, atau angin ribut tergantung pada daerah dan kekuatannya) adalah sebuah jenis
sistem tekanan udara rendah yang terbentuk secara umum di daerah tropis. Sementara
angin sejenisnya bisa bersifat destruktif tinggi, siklon tropis adalah bagian penting dari
sistem sirkulasi atmosfer, yang memindahkan panas dari daerah khatulistiwa menuju
garis lintang yang lebih tinggi.
Hurikan Ivan dilihat dari Stasiun Luar Angkasa Internasional, September 2004.

Daerah pertumbuhan siklon tropis paling subur di dunia adalah Samudra Hindia
dan perairan barat Australia. Sebagaimana dijelaskan Biro Meteorologi Australia,
pertumbuhan siklon di kawasan tersebut mencapai rerata 10 kali per tahun. Siklon tropis
selain menghancurkan daerah yang dilewati, juga menyebabkan banjir. Australia telah
mengembangkan peringatan dini untuk mengurangi tingkat risiko ancaman siklon tropis
sejak era 1960-an.

Gumpalan mesin bara

Berdasarkan strukturnya, siklon tropis adalah daerah raksasa aktivitas awan,


angin, dan badai petir yang berkisar. Sumber energi primer sebuah siklon tropis adalah
pelepasan panas kondensasi/pengembunan dari uap air yang mengembun pada
ketinggian. Oleh sebab itu, siklon tropis bisa ditafsirkan sebagai mesin bara cacak
raksasa.
Unsur-unsur dari siklon tropis meliputi kecaburan cuaca yang telah ada, samudra
tropis hangat, lengas (uap lembab), dan angin ringan tinggi relatif. Jika kondisi yang
tepat berkuat cukup lama, mereka dapat bertautan untuk menghasilkan angin sengit,
ombak luar biasa, hujan amat deras, dan banjir berdampingan dengan fenomena ini.
Penggunaan kondensasi ini sebagai sebuah tenaga pendorong adalah furak
primer yang membedakan siklon tropis dari fenomena meteorologis lainnya. Siklon
garis lintang tengah, misalnya, menggambarkan energi mereka sebagian besar dari naik
turunnya suhu di atmosfer yang telah ada. Dalam rangka meneruskan untuk mendorong
mesin baranya, siklon tropis harus tetap di atas air hangat, yang menyajikan kelembaban
atmosfer yang dibutuhkan. Penguapan lengas ini dipacu oleh angin tinggi dan tekanan
atmosfer yang dikurangi yang hadir di badainya, mengakibatkan siklus berlarut-larut.
Sebagai hasilnya, saat sebuah siklon tropis melewati atas daratan, kekuatannya akan
menipis dengan pesat.
Klasifikasi dan terminologi

Badai Catarina

Siklon tropis digolongkan ke dalam tiga kelompok utama: depresi tropis, badai
tropis, dan kelompok ketiga yang namanya tergantung pada daerah.
a. Depresi tropis adalah sistem terjuntrung awan dan badai petir dengan sirkulasi
dan angin berlarut maksimum permukaan terarasi kurang dari 17 meter per detik
(33 knot, 38 m/j, atau 62 km/j). Ia tidak mempunyai mata, dan tidak khas dengan
bentuk berpilin dari badai-badai yang lebih kuat. Ia sudah menjadi sistem
tekanan rendah, namun, karenanya bernama "depresi".
b. Badai tropis adalah sistem terjuntrung dari badai petir kuat dengan sirkulasi dan
angin berlarut maksimum permukaan terarasi di antara 17 dan 33 meter per detik
(34-63 knot, 39-73 m/j, atau 62-117 km/j). Pada waktu ini, bentuk siklon
tersendiri mulai terbina, walau matanya biasanya tak muncul.

Pengistilahan yang digunakan untuk mendeskripsikan siklon tropis dengan angin


berlarut maksimal yang melampaui 33 meter per sekon (63 knot, 73 m/j, atau 117 km/j)
bervariasi tergantung daerah asalnya, misalnya sebagai berikut:
a. Hurikan di Samudra Atlantik Utara, Samudra Pasifik sebelah timur batas
penanggalan internasional, dan Samudra Pasifik Selatan sebelah timur 160°BT
b. Taifun di Samudra Pasifik Barat Daya sebelah barat garis penanggalan
c. Siklon tropis gawat di Samudra Pasifik Barat Daya sebelah barat 160°BT atau
Samudra Hindia Timur Laut sebelah timur 90°BT
d. Badai siklon gawat di Samudra Hindia Utara
e. Siklon tropis di Samudra Hindia Barat Daya

Di tempat lain di dunia, hurikan telah dikenal sebagai Bagyo di Filipina,


Chubasco di Meksiko, dan Taino di Haiti.
Bagian tengah badai siklon tropis yang disebut mata merupakan lingkaran
berdiameter antara 10 hingga 100 kilometer, paling sering dilaporkan sekitar 40 meter.
Kecepatan angin bagian ini lebih rendah bahkan berlangit cerah. Mata dikelilingi
dinding awan padat setingi 16 kilometer dengan angin dan hujan yang hebat.
Etimologi

Kata taifun berasal dari frasa Tionghoa tái fēng atau dalam bahasa Jepang "dai
fuun"(颱風)yang berarti "angin besar". Pengejaan Indonesia juga mengusulkan
hubungan dengan kata Persia, ‫ طوفان‬Taufân, berkaitan dengan kata Yunani, Typhon.
Kata hurikan diturunkan dari nama dewa badai pribumi Amerindian Karibia,
Huracan.
Kata siklon berasal dari kata Yunani kyklos = "lingkaran", "roda."

Banjir pantai

Sebagai banjir dikaitkan dengan terjadinya badai tropis (juga disebut angin
puyuh laut atau taifun). Banjir yang membawa bencana dari luapan air hujan sering
makin parah akibat badai yang dipicu oleh angin kencang sepanjang pantai. Air garam
membanjiri daratan akibat satu atau perpaduan dampak gelombang pasang, badai, atau
tsunami (gelombang pasang). Sama seperti banjir luapan sungai, hujan lebat yang jatuh
di kawasan geografis luas akan menghasilkan banjir besar di lembah-lembah pesisir
yang mendekati muara sungai.

Kejadian siklon tropis atau badai

Kerusakan yang diakibatkan Badai Andrew, siklon tropis terburuk dalam sejarah
Amerika Serikat.

Tanda-tanda kelahiran suatu badai tropis bisa diperkirakan. Keberadaan dan


pergerakannya pun bisa diamati dengan teknologi. Hanya kadang-kadang, tanda-tanda
badai bisa diamati, dirasakan dan dibandingkan.
Badai Fiona: Tanggal 6 Februari 2003 badai siklon tropis Fiona berada di 300 mil lepas
pantai selatan Jawa. Diperkirakan angin di pusat badai berkecepatan 104 mil per jam
dan ekor badai mencapai 84 mil per jam.
Siklon Ivy tanggal 27 Februari 2004, dengan terbentuknya pusat tekanan rendah
yang memusat dan memutar. Hal ini terjadi di Samudra Pasifik di sebelah tenggara
Papua dan di Samudra Hindia dekat Australia. Siklon di Samudra Pasifik ini dinamakan
Tropical Cyclone Ivy dan di sebelah Barat Australia dinamakan Tropical Cyclone
Monty. Pengaruh Siklon Ivy saat itu lebih dominan, ia menarik awan-awan yang ada di
Indonesia ke arah pusat siklon (sebelah tenggara Papua). Akibatnya sebagian besar
wilayah Indonesia berpeluang cerah hingga berawan sejenak setelah sebelumnya
dilanda hujan berhari-hari. Hanya wilayah Papua yang berpeluang kuat hujan lebat
karena lebih dekat dengan pusat siklon Ivy.
Badai siklon tropis Fay di laut Timor tanggal 17 Maret 2004 pukul 9:30 waktu
setempat, bergerak ke arah barat daya dengan kecepatan gerak 6 kilometer per jam.
Publikasi semacam ini terus diperbaharui dan diwartakan badan meteorologi Indonesia
dan Australia sebagai peringatan awal pada penduduknya. Harian KOMPAS pada hari
yang sama memperingatkan adanya gelombang 1,5 hingga 2,5 meter di Samudra Hindia
yang berbahaya bagi kapal-kapal nelayan, tongkang dan feri.
Ancaman badai yang menimpa Yogyakarta baru-baru ini. Badai ini mengancam
kawasan pantai selatan Yogyakarta, antara tanggal 9 Februari sampai 11 Februari 2005.
Pemprov menyediakan 5 unit alarm dan posko-posko sebagai antisipasi dari badai yang
akhirnya tidak kunjung datang ini. Siklon tropis di Selatan Indonesia ini, selalu muncul
setiap tahun pada Januari-Maret. Penyebabnya adalah tingginya suhu muka laut di timur
laut Australia. Wilayah Indonesia tak dilalui pusat badai tropis, hanya terkena imbas
dari ekor badai tersebut. Imbasnya berupa angin kencang, hujan deras, dan tingginya
gelombang laut. Pemunculan siklon diawali pusat tekanan rendah di barat laut Australia
dan bergerak menuju barat daya. Efek yang biasa diterima pantai selatan Indonesia
biasaya pengaruh dari ekor siklon, bukan akibat pusat badai tropis.

7. Badai Flora

Jalur pergerakan Badai Flora 1963

Badai Flora adalah salah satu siklon tropis Atlantik paling mematikan dalam
catatan sejarah, dengan total korban mencapai 7000 jiwa. Siklon tropis ketujuh dalam
musim siklon tropis Atlantik 1963 ini berkembang dalam bentuk gangguan di
Intertropical Convergence Zone pada 26 September, 1215 km barat daya Tanjung
Verde. Setelah beberapa hari aktivitas lemah, pada 29 September, badai ini dengan
cepat mencapai status badai tropis. Flora terus menguat hingga mencapai Kategori 3
sebelum bergerak melalui Kepulauan Windward dan Tobago dan mencapai kecepatan
angin lestari maksimum (maximum sustained winds) 230 km/jam di Laut Karibia. Badai
menghantam barat daya Haiti dengan intensitas mendekati puncak, berbelok ke barat,
dan melanda Kuba selama empat hari sebelum berbelok ke timur laut. Flora melewati
Bahama dan bergerak dipercepat terus ke timur laut menjadi siklon ekstratropis pada 12
Oktober 1963.
8. Tsunami

Simulasi Tsunami Desember 2004

Gambar Tsunami menurut Hokusai, seorang pelukis Jepang dari abad ke 19.

Tsunami yang menghantam Malé, Maladewa pada 26 Desember 2004

Tsunami (bahasa Jepang: 津波; tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara


harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang
disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan
permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut,
letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau atau hantaman meteor di
laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung
dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di
laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per
jam. Setara dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam
hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang
sedang berada di tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami
menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga
mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan
kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami
bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran
gelombang tsunami.
Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang
dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia
serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air
bersih.
Sejarawan Yunani bernama Thucydides merupakan orang pertama yang
mengaitkan tsunami dengan gempa bawah lain. Namun hingga abad ke-20, pengetahuan
mengenai penyebab tsunami masih sangat minim. Penelitian masih terus dilakukan
untuk memahami penyebab tsunami.
Teks-teks geologi, geografi, dan oseanografi di masa lalu menyebut tsunami
sebagai "gelombang laut seismik".
Beberapa kondisi meteorologis, seperti badai tropis, dapat menyebabkan
gelombang badai yang disebut sebagai meteotsunami yang ketinggiannya beberapa
meter diatas gelombang laut normal. Ketika badai ini mencapai daratan, bentuknya bisa
menyerupai tsunami, meski sebenarnya bukan tsunami. Gelombangnya bisa
menggenangi daratan. Gelombang badai ini pernah menggenangi Burma (Myanmar)
pada Mei 2008.
Wilayah di sekeliling Samudra Pasifik memiliki Pacific Tsunami Warning
Centre (PTWC) yang mengeluarkan peringatan jika terdapat ancaman tsunami pada
wilayah ini. Wilayah di sekeliling Samudera Hindia sedang membangun Indian Ocean
Tsunami Warning System (IOTWS) yang akan berpusat di Indonesia.
Bukti-bukti historis menunjukkan bahwa megatsunami mungkin saja terjadi, yang
menyebabkan beberapa pulau dapat tenggelam

Terminologi

Kata tsunami berasal dari bahasa jepang, tsu berarti pelabuhan, dan nami berarti
gelombang. Tsunami sering terjadi Jepang. Sejarah Jepang mencatat setidaknya 195
tsunami telah terjadi.
Pada beberapa kesempatan, tsunami disamakan dengan gelombang pasang.
Dalam tahun-tahun terakhir, persepsi ini telah dinyatakan tidak sesuai lagi, terutama
dalam komunitas peneliti, karena gelombang pasang tidak ada hubungannya dengan
tsunami. Persepsi ini dahulu populer karena penampakan tsunami yang menyerupai
gelombang pasang yang tinggi.
Tsunami dan gelombang pasang sama-sama menghasilkan gelombang air yang
bergerak ke daratan, namun dalam kejadian tsunami, gerakan gelombang jauh lebih
besar dan lebih lama, sehingga memberika kesan seperti gelombang pasang yang sangat
tinggi. Meskipun pengartian yang menyamakan dengan "pasang-surut" meliputi
"kemiripan" atau "memiliki kesamaan karakter" dengan gelombang pasang, pengertian
ini tidak lagi tepat. Tsunami tidak hanya terbatas pada pelabuhan. Karenanya para
geologis dan oseanografis sangat tidak merekomendasikan untuk menggunakan istilah
ini.
Hanya ada beberapa bahasa lokal yang memiliki arti yang sama dengan
gelombang merusak ini. Aazhi Peralai Bahasa Tamil, Beuna atau alôn buluëk Bahasa
Aceh adalah contohnya. Sebagai catatan, dalam bahasa Tagalog versi Austronesia,
bahasa utama di Filipina, alon berarti "gelombang". Di Pulau Simeulue, daerah pesisir
barat Sumatra, Indonesia, dalam Bahasa Defayan, semong berarti tsunami. Sementara
dalam Bahasa Sigulai, emong berarti tsunami.
Penyebab terjadinya tsunami

Skema terjadinya tsunami

Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan


sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor
yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut.
Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya
ketika meletusnya Gunung Krakatau.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau
turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan kesetimbangan air yang berada di
atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di
pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana
gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila
tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan
energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi
gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai
pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan
masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis
pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa
kilometer.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi
juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah
lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat
mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang
menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara
tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian
pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor
atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang tingginya mencapai
ratusan meter.

Syarat terjadinya tsunami akibat gempa

Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0 - 30 km)


Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala Richter
Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun

Sistem Peringatan Dini

Banyak kota-kota di sekitar Pasifik, terutama di Jepang dan juga Hawaii,


mempunyai sistem peringatan tsunami dan prosedur evakuasi untuk menangani kejadian
tsunami. Bencana tsunami dapat diprediksi oleh berbagai institusi seismologi di
berbagai penjuru dunia dan proses terjadinya tsunami dapat dimonitor melalui
perangkat yang ada di dasar atu permukaan laut yang terknoneksi dengansatelit.
Perekam tekanan di dasar laut bersama-sama denganperangkat yang mengapung
di laut buoy, dapat digunakan untuk mendeteksi gelombang yang tidak dapat dilihat
oleh pengamat manusia pada laut dalam. Sistem sederhana yang pertama kali digunakan
untuk memberikan peringatan awal akan terjadinya tsunami pernah dicoba di Hawai
pada tahun 1920-an. Kemudian, sistem yang lebih canggih dikembangkan lagi setelah
terjadinya tsunami besar pada tanggal 1 April 1946 dan 23 Mei 1960. Amerika serikat
membuat Pasific Tsunami Warning Center pada tahun 1949, dan menghubungkannya
ke jaringan data dan peringatan internasional pada tahun 1965.
Salah satu sistem untuk menyediakan peringatan dini tsunami, CREST Project,
dipasang di pantai Barat Amerika Serikat, Alaska, dan Hawai oleh USGS, NOAA, dan
Pacific Northwest Seismograph Network, serta oleh tiga jaringan seismik universitas.
Hingga kini, ilmu tentang tsunami sudah cukup berkembang, meskipun proses
terjadinya masih banyak yang belum diketahui dengan pasti. Episenter dari sebuah
gempa bawah laut dan kemungkinan kejadian tsunami dapat cepat dihitung. Pemodelan
tsunami yang baik telah berhasil memperkirakan seberapa besar tinggi gelombang
tsunami di daerah sumber, kecepatan penjalarannya dan waktu sampai di pantai, berapa
ketinggian tsunami di pantai dan seberapa jauh rendaman yang mungkin terjadi di
daratan. Walaupun begitu, karena faktor alamiah, seperti kompleksitas topografi dan
batimetri sekitar pantai dan adanya corak ragam tutupan lahan (baik tumbuhan,
bangunan, dll), perkiraan waktu kedatangan tsunami, ketinggian dan jarak rendaman
tsunami masih belum bisa dimodelkan secara akurat.

Sistem Peringatan Dini Tsunami di Indonesia

Pemerintah Indonesia, dengan bantuan negara-negara donor, telah


mengembangkan Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Indonesian Tsunami Early
Warning System - InaTEWS). Sistem ini berpusat pada Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Jakarta. Sistem ini memungkinkan BMKG
mengirimkan peringatan tsunami jika terjadi gempa yang berpotensi mengakibatkan
tsunami. Sistem yang ada sekarang ini sedang disempurnakan. Kedepannya, sistem ini
akan dapat mengeluarkan 3 tingkat peringatan, sesuai dengan hasil perhitungan Sistem
Pendukung Pengambilan Keputusan (Decision Support System - DSS).
Pengembangan Sistem Peringatan Dini Tsunami ini melibatkan banyak pihak, baik
instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga internasional, lembaga non-
pemerintah. Koordinator dari pihak Indonesia adalah Kementrian Negara Riset dan
Teknologi(RISTEK). Sedangkan instansi yang ditunjuk dan bertanggung jawab untuk
mengeluarkan INFO GEMPA dan PERINGATAN TSUNAMI adalah BMKG (Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika). Sistem ini didesain untuk dapat mengeluarkan
peringatan tsunami dalam waktu paling lama 5 menit setelah gempa terjadi.
Sistem Peringatan Dini memiliki 4 komponen: Pengetahuan mengenai Bahaya
dan Resiko, Peramalan, Peringatan, dan Reaksi.Observasi (Monitoring gempa dan
permukaan laut), Integrasi dan Diseminasi Informasi, Kesiapsiagaan.

Cara Kerja

Sebuah Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah merupakan rangkaian sistem


kerja yang rumit dan melibatkan banyak pihak secara internasional, regional, nasional,
daerah dan bermuara di Masyarakat.
Apabila terjadi suatu Gempa, maka kejadian tersebut dicatat oleh alat
Seismograf (pencatat gempa). Informasi gempa (kekuatan, lokasi, waktu kejadian)
dikirimkan melalui satelit ke BMKG Jakarta. Selanjutnya BMG akan mengeluarkan
INFO GEMPA yang disampaikan melalui peralatan teknis secara simultan. Data gempa
dimasukkan dalam DSS untuk memperhitungkan apakah gempa tersebut berpotensi
menimbulkan tsunami. Perhitungan dilakukan berdasarkan jutaan skenario modelling
yang sudah dibuat terlebih dahulu. Kemudian, BMKG dapat mengeluarkan INFO
PERINGATAN TSUNAMI. Data gempa ini juga akan diintegrasikan dengan data dari
peralatan sistem peringatan dini lainnya (GPS, BUOY, OBU, Tide Gauge) untuk
memberikan konfirmasi apakah gelombang tsunami benar-benar sudah terbentuk.
Informasi ini juga diteruskan oleh BMKG. BMKG menyampaikan info peringatan
tsunami melalui beberapa institusi perantara, yang meliputi (Pemerintah Daerah dan
Media). Institusi perantara inilah yang meneruskan informasi peringatan kepada
masyarakat. BMKG juga menyampaikan info peringatan melalui SMS ke pengguna
ponsel yang sudah terdaftar dalam database BMKG. Cara penyampaian Info Gempa
tersebut untuk saat ini adalah melalui SMS, Facsimile, Telepon, Email, RANET (Radio
Internet), FM RDS (Radio yang mempunyai fasilitas RDS/Radio Data System) dan
melalui Website BMG (www.bmg.go.id).
Pengalaman serta banyak kejadian dilapangan membuktikan bahwa meskipun
banyak peralatan canggih yang digunakan, tetapi alat yang paling efektif hingga saat ini
untuk Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah RADIO. Oleh sebab itu, kepada
masyarakat yang tinggal didaerah rawan Tsunami diminta untuk selalu siaga
mempersiapkan RADIO FM untuk mendengarkan berita peringatan dini Tsunami. Alat
lainnya yang juga dikenal ampuh adalah Radio Komunikasi Antar Penduduk.
Organisasi yang mengurusnya adalah RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia).
Mengapa Radio ? jawabannya sederhana, karena ketika gempa seringkali mati lampu
tidak ada listrik. Radio dapat beroperasi dengan baterai. Selain itu karena ukurannya
kecil, dapat dibawa-bawa (mobile). Radius komunikasinyapun relatif cukup memadai.

Jika tsunami datang

a. Jangan panik
b. Jangan menjadikan gelombang tsunami sebagai tontonan. Apabila gelombang
tsunami dapat dilihat, berarti kita berada di kawasan yang berbahaya
c. Jika air laut surut dari batas normal, tsunami mungkin terjadi
d. Bergeraklah dengan cepat ke tempat yang lebih tinggi ajaklah keluarga dan
orang di sekitar turut serta. Tetaplah di tempat yang aman sampai air laut benar-
benar surut. Jika Anda sedang berada di pinggir laut atau dekat sungai, segera
berlari sekuat-kuatnya ke tempat yang lebih tinggi. Jika memungkinkan,
berlarilah menuju bukit yang terdekat
e. Jika situasi memungkinkan, pergilah ke tempat evakuasi yang sudah ditentukan
f. Jika situasi tidak memungkinkan untuk melakukan tindakan seperti di atas,
carilah bangunan bertingkat yang bertulang baja (ferroconcrete building),
gunakan tangga darurat untuk sampai ke lantai yang paling atas (sedikitnya
sampai ke lantai 3).
g. Jika situasi memungkinkan, pakai jaket hujan dan pastikan tangan anda bebas
dan tidak membawa apa-apa

Sesudah tsunami

a. Ketika kembali ke rumah, jangan lupa memeriksa kerabat satu-persatu


b. Jangan memasuki wilayah yang rusak, kecuali setelah dinyatakan aman
c. Hindari instalasi listrik
d. Datangi posko bencana, untuk mendapatkan informasi Jalinlah komunikasi dan
kerja sama degan warga sekitar
e. Bersiaplah untuk kembali ke kehidupan yang normal

Tsunami dalam sejarah


a. 1 November 1755 - Tsunami menghancurkan Lisboa, ibu kota Portugal, dan
menelan 60.000 korban jiwa.
b. 1883 - Pada tanggal 26 Agustus, letusan gunung Krakatau dan tsunami
menewaskan lebih dari 36.000 jiwa.
c. 2004 - Pada tanggal 25-26 Desember 2004, gempa besar yang menimbulkan
tsunami menelan korban jiwa lebih dari 250.000 di Asia Selatan, Asia Tenggara
dan Afrika. Ketinggian tsunami 35 m,
d. 2006 - 17 Juli, Gempa yang menyebabkan tsunami terjadi di selatan pulau Jawa,
Indonesia, dan setinggi maksimum ditemukan 21 meter di Pulau
Nusakambangan. Memakan korban jiwa lebih dari 500 orang.
e. 2007 - 12 September, Bengkulu, M8.4, Memakan korban jiwa 3 orang.
Ketinggian tsunami 3-4 m.

9. Tanah longsor

Tanah longsor adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan
tanah seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Meskipun penyebab utama
kejadian ini adalah gravitasi yang mempengaruhi suatu lereng yang curam, namun ada
pula faktor-faktor lainnya yang turut berpengaruh:
a. erosi yang disebabkan sungai-sungai atau gelombang laut yang menciptakan
lereng-lereng yang terlalu curam
b. lereng dari bebatuan dan tanah diperlemah melalui saturasi yang diakibatkan
hujan lebat
c. gempa bumi menyebabkan tekanan yang mengakibatkan longsornya lereng-
lereng yang lemah
d. gunung berapi menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan lebat dan aliran
debu-debu
e. getaran dari mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-bahan peledak, dan bahkan
petir
f. berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju

10. Banjir

Banjir di Itajaí, Brasil 2008

Banjir adalah peristiwa tergenang dan terbenamnya daratan (yang biasanya


kering) karena volume air yang meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air
yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan besar, peluapan air sungai, atau pecahnya
bendungan sungai.
Di banyak daerah yang gersang di dunia, tanahnya mempunyai daya serapan air
yang buruk, atau jumlah curah hujan melebihi kemampuan tanah untuk menyerap air.
Ketika hujan turun, yang kadang terjadi adalah banjir secara tiba-tiba yang diakibatkan
terisinya saluran air kering dengan air. Banjir semacam ini disebut banjir bandang.
Penyebab utama

Banjir di Alicante, Spanyol, 1997


Hujan muson dapat mengakibatkan banjir besar di negara-negara yang terletak
di dekat khatulistiwa seperti Bangladesh, karena panjangnya musim hujan di sana.
Badai juga dapat menyebabkan banjir melalui beberapa cara, di antaranya
melalui ombak besar yang tingginya bisa mencapai 8 meter. Selain itu badai juga
adanya presipitasi yang dikaitkan dengan peristiwa badai. Mata badai mempunyai
tekanan yang sangat rendah, jadi ketinggian laut dapat naik beberapa meter pada mata
guntur. Banjir pesisir seperti ini sering terjadi di Bangladesh.
Gempa bumi dasar laut maupun letusan pulau gunung berapi yang membentuk
kawah (seperti Thera atau Krakatau) dapat memicu terjadinya gelombang besar yang
disebut tsunami yang menyebabkan banjir pada daerah pesisir pantai.

Banjir besar pada masa prasejarah

Pada masa prasejarah, beberapa banjir besar diperkirakan pernah terjadi


berdasarkan bukti-bukti yang ditemukan, termasuk:
a. Pembanjiran Laut Mediterania (Laut Tengah) sekitar 6 juta tahun lalu.
Sebelumnya ia merupakan sebuah padang pasir setelah pergerakan kontinental
telah menutup Selat Gibraltar (antara 8 atau 5.5 juta tahun lalu).
b. Pembanjiran Laut Hitam yang disebabkan meningkatnya ketinggian Laut
Mediterania seiring berakhirnya zaman es terkhir (sekitar 5600 SM).
c. Seiring berakhirnya zaman es di Amerika Utara, sebuah banjir besar terjadi
karena pecahnya bendungan es yang menahan Danau Agassiz.
d. Banjir Missoula di Washington, juga karena pecahnya bendungan es.

Anda mungkin juga menyukai