Anda di halaman 1dari 1

GERAKAN LITERASI SPENTIGALUH

Presensi 2
Seorang penjual arang mendadak tenar lantaran profilnya ditulis oleh Dahlan Iskan di blog pribadinya, Disway.
Namanya Galang Romadhon, pengusaha muda asal Sidoarjo, Jawa Timur. Galang bukan sembarang penjual arang. Dia
adalah eksportir yang rutin mengirimkan kontainer berisi arang ke luar negeri khususnya ke negara-negara di kawasan
Timur Tengah seperti Kuwait, Qatar, bahkan hingga ke Siprus. Namun, kesuksesan Galang tidak dicapai dengan instan.
Ada banyak jalan terjal yang harus ia tempuh sampai akhirnya bisa menjadi pengusaha sukses. Mulai dari bergonta-
ganti usaha karena bangkrut sampai dituding penipu oleh mitra usaha di luar negeri. Yang paling pelik, alumnus Teknik
Elektro ITS ini hampir dipidana.
Galang memulai petualangannya di dunia entrepreneurship dengan menjadi pemasok sayuran ke supermarket.
Usaha tersebut hanya bertahan sebentar. Dia lalu beralih menjadi distributor susu segar dan kembali gagal. Pun dengan
usaha-usaha berikutnya. Namun tak ada kata menyerah dalam kamus hidupnya. Tak patah arang, Galang lantas mencari-
cari peluang untuk menjadi eksportir. Kebetulan dia memang cukup aktif di forum Komunitas Pengusaha Muslim
Indonesia (KPMI) dan pernah beberapa kali mengikuti pameran dagang. Pilihannya jatuh pada arang. Dari hasil
mengikuti pameran dia tahu kalau permintaan arang di negara-negara Timur Tengah sangat tinggi. Rupanya arang sangat
dibutuhkan oleh restoran-restoran di sana sebagai bahan bakar.
"Arang di sana dipakai sebagai bahan bakar sisha (rokok khas Arab) dan untuk memanggang barbeque. Roti di
sana juga dimasak menggunakan arang," paparnya.
Dia lantas mencari-cari kontak melalui platform dagang online Alibaba. Sayangnya, untuk berkomunikasi
langsung dengan pengusaha melalui Alibaba harus menjadi member dan membayar biaya puluhan juta. Galang tak habis
akal. Dicatatnya nama-nama pengusaha tersebut dan dicari ulang di aplikasi LinkedIn. Ketemulah satu orang pengusaha
di Kuwait yang butuh pasokan arang kualitas menengah.
Awalnya semua berjalan mulus. Negosiasi harga sampai kesepakatan setoran uang muka dengan segera
tercapai. Galang menyanggupi pengiriman 2 kontainer. Uang muka pun dikirim dari Kuwait. Namun, yang tak Galang
sangka adalah produsen tempatnya membeli Arang di Jombang tak memenuhi janjinya. Sampai tenggat waktu yang
disepakati arang pesanannya tak kunjung datang. Padahal uang muka dan seluruh tabungannya sudah ludes untuk
orderan tersebut.
"Di saat itu saya sempat ditawari untuk meminjam modal usaha di bank. Tapi saya punya prinsip anti riba.
Makanya saya bertahan," ujarnya. Setelah hampir setahun mencari, Galang berhasil menemukan produsen lain yang
menyanggupi. 2 kontainer berisi arang pun dikirim ke Kuwait.
Nasabah Setia Bank Muamalat. Di sela-sela perjuangan hidupnya tersebut Galang mengaku terbantu oleh Bank
Muamalat. Ketika calon mitranya di Kuwait menyaratkan dia agar memiliki rekening khusus perusahaan, Bank
Muamalat lah yang dipilihnya.
"Saya buka rekening giro di (Bank Muamalat) cabang Mojokerto. Sebab walaupun domisili saya di Sidoarjo
tetapi di perbatasan dan lebih dekat ke Mojokerto, " jelasnya.
Galang bercerita bahwa dirinya boleh dikata seorang fans berat pionir bank syariah di Indonesia ini. Sejak masa kuliah
di Surabaya dia sudah mempunyai rekening Bank Muamalat. Keputusannya tersebut terbilang tak lazim karena teman-
teman kuliahnya mayoritas memilih bank konvensional untuk bertransaksi.
"Saya sering ditertawakan kalau ada teman kampus yang mau transfer uang dan saya menyebut Bank Muamalat.
Tapi saya sudah terlanjur suka dengan bank ini jadi saya biarin aja," katanya.
Kecintaannya pada Bank Muamalat berawal dari bacaan-bacaan mengenai sistem keuangan syariah selama di kampus.
Dia juga sering mengikuti kajian keagamaan dan seringkali tema yang dibahas adalah bahaya riba. Dan menurut Galang,
meskipun ada bank syariah lain tetapi baginya hanya Bank Muamalat yang betul-betul murni.
Kini, berkat kerja kerasnya, Galang sudah memiliki 2 perusahaan yakni Natural Dhuha Group yang bergerak di
bidang ekspor arang dan Eksfund Global Technology yang bergerak di sektor sistem pembayaran. Bidang usahanya
yang terakhir cukup unik karena dapat menjembatani pengusaha-pengusaha kecil yang ingin mengekspor barangnya ke
luar negeri.
Galang mengaku bersyukur karena dengan menjadi nasabah Bank Muamalat dia tetap mampu mempertahankan
prinsip yang diyakininya. Dia berharap Bank Muamalat dapat semakin maju dan teknologi yang dimiliki semakin
lengkap sehingga pengusaha ekspor sepertinya dapat lebih terbantu.

Anda mungkin juga menyukai