Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KEWIRAUSAHAAN

Tiga Profil Pengusaha Wanita Sukses Berumur Dibawah 40 Tahun

Disusun Oleh : Felix Giatama Moch. Shofiudin Mulyan Pratama Abdul Karim Rivaldi Fauzi 410012067 410012122 410012129 410012132 410012123

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA JURUSAN TEKNIK GEOLOGI 2014

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan begitu banyak nikmat kepada mahkluk-Nya. Penulis juga merasa sangat bersyukur karena telah mendapatkan hidayah-Nya baik iman maupun islam. Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang merupakan tugas mata kuliah Kewirausahaan. Makalah ini disusun supaya pembaca dapat lebih memahami tentang kewirausahaan, tentang bagaimana memulai sebuah usaha, karakter atau sifat yang harus dimiliki seorang wirausaha dan juga seorang wirausaha yang dapat diadikan panutan. Penulis menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan baik isinya maupun struktur penulisannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan guna perbaikan di kemudian hari. Demikian semoga makalah ini dapat memberikan manfaat umumnya bagi pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri. Terima Kasih

Yogyakarta, 22 Maret 2014

Penulis

BAB I PENDAHULUAN

BAB II PEMBAHASAN

1. Farah Farce

Dialah Farah Farce, seorang remaja cerdik berusia 15 tahun yang sudah pandai berbisnis. Remaja

kelahiran 22 April 1995 bernama asli Farah Kemala Qurratuaini ini telah memulai usaha mengimpor produkproduk fesyen bermerek dari berbagai negara di Asia sejak duduk di bangku kelas tersebut ia lakuka tanpa modal. Kisah ini berawal dari kesukaan Farce akan produk branded sneakers. Ia rela berburu sneakers hingga harus memesannya dari luar negeri melalui teman yang baru ia kenal saat mengikuti bimbingan belajar. Karena menggunakan sistem pre order, Farce harus menunggu pesanannya tersebut. Setelah menunggu cukup lama, pesanan sneakers yang ia nanti-nantikan tersebut tak kunjung datang. Farce akhirnya geram dan menanyakan kembali pesanannya ke sang penjual. Bukannya memberikan solusi, si penjual yang kala itu juga masih duduk di kelas 9 SMP malah meminta Farce untuk menghubungi langsung ke importir aslinya yang ternyata juga berdomisili di Indonesia. Aku kaget, Aku pikir orangnya (penjual sneakers) perantara langsungnya dari sana. Tapi ternyata dia juga melalui perantara di sini, jelas Farce. Farce mengembangkan senyum setelah sneakers yang ia pesan dari temannya itu ia terima. Ia juga merasa sneakers pertamanya tersebut sulit ditemui di pasaran Indonesia. Dari situlah Farce melihat sebuah peluang bisnis. Kenapa 9 SMP. Hebatnya, bisnis

engga gue jualin juga ini di sini? Pikirnya. Berbekal kepercayaan diri yang tinggi, Farce pun akhirnya menawarkan diri kepada sang importir untuk mau bekerja sama dengannya. Farce yang sejak SD sudah hobi berjualan, memulai bisnis pertamanya dengan melalukan pemasaran melalui situs jejaring sosial, Facebook. Ia memajang foto-foto produknya dengan teaser khas bahasa anak sekolahan. Tak ayal, masa percobaan yang diberikan sang importir dalam sebulan berhasil dilewati Farce dengan menjual 15 pasang sepatu impor.

Dalam perjanjian bisnisnya, Farce menawarkan sistem drop ship kepada sang importir. Drop ship merupakan sistem perdagangan yang paling banyak digunakan oleh para pedagang online Indonesia. Sistem drop ship memberikan kemudahan bagi para pedagang online yang tidak memiliki modal yang besar atau bahkan tidak bermodal. Mereka hanya perlu melakukan pemasaran seluasluasnya. Saat pesanan datang, mereka dapat meminta para pembeli melakukan pembayaran di muka. Jika pesanan dan pembayaran sudah diterima, para pedagang online tersebut tinggal melakukan pesanan ke para supplier. Pengemasan dan pengiriman ke para pembeli sepenuhnya dilakukan oleh supplier. Ia telah berhasil melakukan perdagangan langsung dengan beberapa pemasoknya di Cina, Inggris, Singapura, Vietnam dan Thailand Berbeda dengan Farce. Meski dirinya juga melakukan sistem drop ship dalam bisnisnya, ia tetap melakukan quality control sebelum produk-produk yang berhasil dijualnya dikirimkan ke alamat pembeli. Gimana pun semua barang harus transit ke rumah aku dulu. Setelah aku cek barang ini bagus, baru aku kirim ke alamat pembeli. Kalau barangnya jelek, aku kembalikan ke sana. Jadi prosesnya dari supplier di luar negeri, ke rumah aku, baru ke alamat pembeli. Aku engga mau jualan barang jelek sampe mengecewakan pelanggan, tegasnya.

Kini Farce tak lagi mengandalkan importir yang ia kenal pertama kali saat memulai bisnisnya. Ia telah berhasil melakukan perdagangan langsung dengan beberapa pemasoknya di Cina, Inggris, Singapura, Vietnam dan Thailand. Produkproduknya pun beragam, tak hanya sneakers, Farce juga sudah mulai merambah

beberapa

merek

produk-produk

fesyen

lainnya

melalui

http://farahfarce.blogspot.com/. Yang ia nanti kini adalah kesuksesan.

2. Velly Kristanti
Velly Kristanti (35)

mengawali karirnya pada tahun 1996 Account sebagai seorang di Senior sebuah

Executive

perusahaan periklanan di Jakarta. Pilihan untuk keluar dari zona nyaman pekerjaan bukanlah

perkara mudah, namun asa untuk menjadi seorang pengusaha ternyata lebih dominan di dalam benaknya. Ibu dua orang anak ini pun akhirnya terjun bebas ke dunia bisnis bersama sang suami tercinta pada tahun 2004. Mulai dari bisnis di bidang periklanan, kerajinan tangan, IT, hingga akhirnya tercemplung ke dunia bisnis F & B yang ia lakoni sampai saat ini. Alhasil, 68 outlet franchise bermerek Burger Instan, Klenger Burger Express, Klenger Kriuk, Foodteran, Kwekker, maupun Klenger Fried and Grilled menetas dari tangan dingin wanita berbintang capricorn ini.

Velly merupakan seorang perempuan tangguh yang tak kenal menyerah. Ia dan sang suami, Gatut Cahyadi, rela mengorbankan karir mapannya demi masa depan yang lebih baik. Semangatnya seperti api yang selalu menyala-nyala. Ia sempat jatuh bangun saat mulai merintis berbagai jenis usaha sebelum akhirnya menemukan merek dagang jenis F & B kebanggaannya ini. Saya sudah mulai berbisnis pada tahun 2002. Bisnis pertama saya adalah Pondok Sayur Asem, sebuah rumah makan sunda yang terletak di Pekayon, Bekasi. Pada waktu yang sama, sebenarnya saya masih bekerja di sebuah kantor advertising. Dua tahun
6

kemudian, suami yang bekerja di sebuah perusahaan Jepang datang membujuk saya untuk benar-benar terjun bebas ke dunia bisnis. Saya mengabulkan permintaannya, dan membangun sendiri sebuah perusahaan advertising.

Saya juga sempat menjalankan bisnis di bidang IT dan kerajinan tangan. Segala macem bisnis lah saya jalanin. Tapi ternyata semua berjalan tidak semanis apa yang kita bayangkan. Sampai akhirnySa aya mengalami krisis keuangan di tahun 2006. Punya duit tinggal sedikit. Karena takut hilang, duit yang tinggal sedikit itu akhirnya saya investasikan. Ternyata diinvestasikan malah hilang beneran. Jadi yang bener itu, ya kitaengga usah takut apa-apa (tertawa). Yang penting semangat harus terus kita jaga, papar wanita lulusan tahun 1993 Sastra Belanda Universitas Indonesia tersebut. Klenger Burger, Bisnis dari Kegagalan Setelah itu Velly tidak lantas putus asa atas semua kegagalan yang ia alami. Sebaliknya, kegagalan tersebut malah menjadikannya semakin kreatif. Berbagai analisa ia lakukan guna menghindari kesalahan masa lalu. Hingga akhirnya terpikir oleh Velly untuk merubah konsep Pondok Sayur Asem menjadi konsep kedai makanan lain yang lebih menjual. Saat krisis itu, Saya sempat kebingungan juga untuk bangkit dari keadaan. Kami sudah tidak punya apa-apa. Aset kami hanya tinggal Pondok Sayur Asem. Itu pun kondisinya sudah sangat memprihatinkan, bisa dibilang tidak menghasilkan lah. Sementara kontrak propertinya masih sisa 1 tahun lagi. Kondisi tertekan seperti itu yang akhirnya memaksa kami untuk berpikir lebih keras agar bisa bangkit dari krisis, kenang Velly. Berbeda dengan konsep sebelumnya, kali ini Velly berpikir untuk membuat kedai yang membidik anak muda. Ia baru menyadari bahwa konsep Pondok Sayur Asem yang ia usung sebelumnya tidak tepat. Masyarakat saat ini sudah sangat mobile. Mereka membutuhkan sajian yang serba cepat sebab mungkin waktu mereka sangat terbatas.

Sementara Pondok Sayur Asem menggunakan bahan baku yang serba fresh from the oven. Saya ingin buat sesuatu yang bisa dimakan setiap saat, ujar wanita asal Bandung tersebut. Velly pun sempat melancarkan riset kecil-kecilan

untuk menentukan jenis makanan apa yang hendak ia jual. Proses riset mengerucut setelah ia mendapatkan ide untuk menjual burger. Menurutnya makan burger adalah tren anak muda saat ini. Alhasil ide untuk menjual burger tersebut membawanya untuk menyelami berbagai resep burger dari seluruh dunia. Padahal saya tidak punya pengalaman bekerja atau sekolah chef. Saya hanya belajar otodidak dari buku-buku resep burger. Saking banyaknya resep yang saya pelajari, buku resep burger yang sudah terkumpul pun menjadi tidak berguna. Saya buat sendiri burger versi saya. Versi lidah orang Indonesia, ungkap Velly yang ditemui Glow Up di Kantornya, PT. Kinarya Anak Negeri, Jln. RC. Veteran No. 21, Jakara Selatan.

Setelah berhasil membuat sendiri resep burger yang selalu disebutnya sebagai burger khas orang Indonesia tersebut, Velly kemudian melakukan test sampling untuk mengetahui respon orang lain terhadap burgernya. Test sampling tersebut ia lakukan kepada beberapa orang sahabatnya. Ada salah seorang temen saya yang sama sekali tidak suka burger. Namun setelah memakan burger kreasi saya, dia langsung suka. Padahal, sebelumnya ia paling tidak bisa makan burger lho, ungkap Ibu cantik yang gemar membaca Al-quran tersebut. Sejak saat itulah, dengan modal pinjaman dari mantan bos, Velly kemudian putar haluan dari bisnis rumah makan Sunda kemudian beralih ke sebuah bisnis kedai burger yang ia beri label Klenger Burger. Rahasia kenikmatan burger kreasi Velly sebenarnya terletak pada bahan dasar yang digunakan untuk membuat beef patty. Velly menggunakan jenis daging yang teksturnya lebih berurat sehingga rasanya lebih kenyal saat dikunyah. Selain itu, saus yang digunakan juga merupakan asli kreasi Velly yang diberi nama Klenger Mix. Alhasil didapatlah Burger mengenyangkan bercita rasa gurih dan spicy. Pada tahun yang sama setelah Grand Opening tanggal 10 Februari 2006, ternyata Velly sudah bisa meraih kepercayaan para franchisee hingga ia mampu mencabangkannya sebanyak 38 outlet. Padahal izin kami hanya SIUP Perorangan waktu itu. Surprise banget buat Saya, lanjut Velly. Velly kini tersenyum manis. Walaupun ia mengaku sempat mengalami pencurian hak paten Klenger Burger di tahun 2008, tetap saja hal tersebut tak

berhasil membendung perkembangan usahanya. Sebab hingga Februari 2010 , tak kurang dari 68 outlet sudah terdaftar dalam outlet list PT. Kinarya Anak Negeri.

3. Sinta
Sinta (27) kelahiran Teluk Betung, 24 Oktober 1986 memiliki usaha Industri keripik pisang bernama Ibu Mery. Banyak anak Indonesia yang kurang beruntung. Mereka harus membantu orang tua

masing-masing mencari nafkah. Ada yang mengamen, ada yang berjualan rokok dan permen, ada pula yang berjualan koran. Kalau sedikit beruntung dari uang penghasilan tersebut mereka bisa membayar uang sekolah. Itupun mereka tetap harus berakrobat, mengelola waktu antara bekerja dan bersekolah serta membuat PR. Tapi bukan berarti mereka tak punya peluang untuk maju. Asal ada kemauan pasti ada jalan.

Itulah yang terjadi pada Sinta, perempuan berusia 27 tahun ini tak hanya berhasil mengangkat keluarganya dari kemiskinan selama bertahun-tahun, melainkan berhasil menjadi pengusaha yang hebat. Ia termasuk beruntung karena bisa berkuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Lampung, Sumatra. Terpikir menambah uang saku, bisnis yang diawalinya kecil-kecilan malah menjadikannya jutawan. Sinta menyadari bahwa dirinya tidak berasal dari keluarga berkecukupan, sehingga saat kelas 2 SMA Sinta harus membantu keluarganya dengan bekerja di pabrik keripik pisang selepas sekolah. Hal itu ia jalani selama enam bulan dan ia mendapat upah yang cukup untuk membantu keluarganya. Selama bekerja di pabrik keripik pisang itu, Sinta banyak mendapat ilmu. Dari mulai memilih pisang berkualitas baik, memotongnya menjadi irisan tipis, menggorengnya agar renyah,

hingga memberikan variasi rasa. Selain itu dalam benaknya ia menghitung omset yang bisa dihasilkan jika ia membuka usaha seperti itu. Lampung memang terkenal akan makanan khas pisangnya salah satunya ya...keripik pisang. Awalnya rasanya cuma gurih asin namun seiring perkembangan, rasa keripik pisang sekarang sudah bervariasi seperti rasa keju coklat. Sinta kemudian bertekad membuka usaha keripik pisang sendiri. Ia kemudian mengumpulkan uang hingga 3 juta rupiah untuk modal awal membeli peralatan dapur serta bahan dasar pisang. Sinta juga cerdik, selain pisang ia juga memproduksi keripik dari singkong, ubi jalar, talas dan sukun. Namun membuat keripik yang sesuai standar kualitas untuk bisa laku dijual ternyata tak mudah akan tetapi Sinta terus mencoba hingga standar tersebut terpenuhi. Ia juga menerapkan standar kualitas yang sama terhadap hasil bumi lainnya. Perjalanannya meraih sukses tak mulus. Salah satu kendalanya adalah pemasaran. Awalnya ia tak tahu bagaimana cara memasarkan produknya karena dimana-mana sudah banyak berjualan keripik pisang. Ia juga tak bisa menggaji pegawai untuk membantunya. Pada akhirnya ia mengandalkan bantuan dari saudara dan dua teman yang memang sudah berpengalaman di bidang ini. Untung dua teman Sinta sangat baik dan mengerti apa yang dimau Sinta.

Selain membantu proses pembuatan keripik, dua teman Sinta juga membantu mengemas dan memasarkan keripik tersebut ke sekolah-sekolah, toko camilan dan toko cinderamata yang biasa dikunjungi wisatawan. Karena usaha utamanya adalah membuat keripik, maka Sinta memberi merk Istana Keripik untuk produk. Untuk menghormati ibunya, ia memberi nama Bu Mery di belakangnya sehingga menjadi Istana Keripik Ibu Mery. Ibunya sering mendapat cemoohan dari masyarakat karena dianggap miskin dan tak berpendidikan. Dengan mencantumkan nama ibunya ia ingin banyak orang tahu bahwa nasib orang bisa berubah. Makin lama Sinta makin yakin, bisnis adalah pilihan hidupnya. Ia percaya bahwa bisnis bisa mengangkatnya dari lembah kemiskinan dan bisa membuat keluarganya hidup lebih sejahtera. Ketika kecil, Sinta dan keluarganya sering berpindah-pindah rumah. Menyewa dari satu rumah

10

ke rumah lain karena tak ada biaya untuk membangun rumah sendiri. Saat itu Sinta berfikir untuk bisa punya rumah sendiri agar tak perlu berpindah lagi dan bisa hidup nyaman. Bukan rumah megah yang ia impikan namun rumah sederhana yang bisa menanmpung keluarganya dan membuat hidup nyaman, tampaknya impiannya kini terwujud. Rupanya jiwa bisnis sudah terbentuk dalam diri Sinta sejak kecil. Karena tak ingin putus sekolah seperti kakak-kakaknya, Sinta kecil yang kala itu masih SD berjualan keripik pisang. Otaknya terus berputar agar bisa membantu keluarganya. Di SMP, ia sempet membantu ayahnya bekerja di bengkel besi. Keuletan dan ketangguhannya juga terlihat tatkala ia mengembangkan bisnis keripik pisangnya. Memang ia beruntung karena rumah orang tuanya berada di tempat strategis. Lokasinya peris di pinggir jalan. Rupiah demi rupiah kembali ia kumpulkan. Bukan sebagai modal melainkan keuntungan. Cara ia agar tetap survive dalam bisnis inipun terbilang kreatif. Sinta mengembangkan hingga 9 rasa varian untuk keripiknya. Ia juga mempersilahkan pengunjung mencicipi keripiknya sebelum membeli. Sinta juga menyediakan keripik berbahan dasar lainnya selain pisang. Hal inilah yang membuat bisnis keripik Sinta semakin maju. Sinta juga tak lupa berdoa dan berbagi. Sinta sering menyalurkan zakatnya ke daerah terpencil tempat ia membeli bahan baku pisangnya. Saat ini Sinta sudah mempekerjakan hampir 20 orang karyawan yang siap membantunya. Mereka adalah para tetangganya sehingga Sinta bisa

memberdayakan orang yang terdekat dulu. Walau kini ia sudah bisa dikatakan lebih baik hidupnya, Sinta tetap menjadi wanita sederhana dengan segudang mimpi bagi keluarganya

11

BAB III KESIMPULAN


1. Berdasarkan kisah karier dari Farah Farce, kita dapat mengambil pelajaran atau kiat untuk memulai sebuah usaha yaitu dengan melihat dan memanfaatkan peluang peluang yang ada disekitar kita sehingga kita dapat melakukan sebuah udaha dengan modal yang seminimal mungkin. 2. Berdasarkan kisah usaha dari Velly Kristanti, kita dapat menarik sedikit kesimpulan bahwa dalam memulai usaha terlebih lagi dibidang kuliner kita tidak boleh pantang menyerah dan takut gagal selalau mencari inovasi inovasi terbaru.

3. Berdasarkan kisah usaha dari Sinta, kita dapat menarik kesimpulan bahwa dalam melakukan usaha diperlukan keuletan, ketangguhan hati dan kreatif dalam mengembangkan usahanya. Poin penting dari keberhasilan Sinta adalah tetap hidup sederhana dengan kehidupan yang lebih baik

12

DAFTAR PUSTAKA
http://biografi-orang-sukses-dunia.blogspot.com/2013/11/biografi-sintamelawan-kemiskinan.html#more

http://www.scribd.com/doc/86643432/Kisah-Sukses-Entrepreneur-Muda

13

Anda mungkin juga menyukai