Anda di halaman 1dari 11

PENDIDIKAN DI ERA GLOBALISASI

(Subbab Judul Ditulis Kapital di Setiap Huruf Awal Kata, Font Size 12, Bold)

1
Sardatul Hikmah
1
2023010210
→ Nama lengkap penulis tanpa gelar, Maksimal 5 penulis, Font size 12, Bold, Center
1
sardatulhikmah@gmail.com → Font size 10, Center
087735037563

ABSTRAK
Era Globalisasi dapat disebut dengan Era Digital atau Era Revolusi
Industri 4.0, merupakan era dimana tidak ada lagi pembatas oleh jarak
dan waktu lagi meskipun kita berbeda negara. Pada era ini perkembangan
ilmu pengetahuan memang luar biasa di berbagai macam bidang,
terutama pada bidang Information and Communication Technology (ICT)
yang serba canggih (sophisticated) sehingga membuat dunia ini semakin
sempit. Semua orang dapat dengan mudah mengakses informasi
mengenai ilmu pengetahuan, berita, dan banyak informasi yang lainnya
dengan memanfaatkan teknologi. Tentu saja hal ini berimbas pada segala
sektor kehidupan. Salah satunya yaitu perkembangan pendidikan di
Indonesia. Perubahan era ini tidak dapat dicegah oleh setiap orang, oleh
karna itu dibutuhkan persiapan sumber daya manusia (SDM) yang
memadai agar siap menyesuaikan dan mampu bersaing di era globalisasi
ini. Peningkatan kualitas SDM melalui jalur pendidikan mulai dari
pendidikan dasar dan menengah hingga ke perguruan tinggi adalah kunci
untuk mampu mengikuti perkembangan Era Revolusi Industri 4.0.
Pendidikan berperan sangat penting sebagai sarana untuk meningkatkan
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin
keberlangsungan pembangunan suatu bangsa, sebab pendidikan
merupakan instrumen utama pengembangan SDM, pengembangan ini
bukan hanya berdasarkan kualitas manusia dalam menguasai suatu
keterampilan khusus, namun terlebih lagi dapat menjadikan manusia
yang dapat diandalkan (desirable person quality), dan manusia yang
kreatif, inovatif, serta kompetitif.
PENDAHULUAN → Kapital, Font size 12, Bold, Align Text Left

Keberhasilan suatu Negara dalam menghadapi era globalisasi, sangat


ditentukan dari kualitas tenaga pendidik seperti guru atau pengajar. Siswa
dituntut menguasai keahlian, kemampuan beradaptasi dengan teknologi baru dan
tantangan globalisasi. Dalam kondisi ini, setiap lembaga pendidikan wajib
mempersiapkan kemampuan baru dalam bidang pendidikan. kemampuan lama
yang hanya mengandalkan kemampuan membaca, menulis dan matematika harus
diperkuat dengan mempersiapkan kemampuan yang baru yaitu kemampuan data,
keterampilan teknologi, kemampuan informasi dan kemampuan SDM.
Kemampuan data diterapkan untuk membaca, menganalisis dan menggunakan
informasi dari data ke dalam dunia digital. Kemudian, keterampilan teknologi
diterapkan untuk memahami sistem mekanika, dan teknologi dalam dunia nyata.
Selanjutnya, kemampuan informasi yang diperlukan untuk mengenali kebutuhan
informasi, kemudian mencari, mengevaluasi dan menggunakan informasi yang
dibutuhkan. Sedangkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) yaitu
kemampuan bersosialisasi dengan baik, tidak kaku, dan berakhlak karimah.
Penyelenggaraan pendidikan adalah tanggung jawab semua elemen masyarakat
antara lain keluarga, masyarakat dan pemerintah. Dalam hal ini, jika ada sebuah
problem maka seharusnya tidak terlalu sulit untuk menyelesaikannya. Semua
orang ikut serta atas penyelenggaraan pendidikan seperti keluarga yang bertugas
untuk mengajarkan pendidikan moral, masyarakat yang bertugas mengajarkan
pendidikan keterampilan, dan pemerintah (pendidik) yang bertugas untuk
mengajarkan pendidikan IPTEK. Berdasarkan uraian diatas, era globalisasi atau
era revolusi industri 4.0 ditandai dengan semakin luasnya pengetahuan tentang
teknologi yang memiliki dampak signifikan terhadap perkembangan pendidikan di
Indonesia. Pertanyaannya apa yang harus dilakukan oleh para lembaga
pendidikan agar dapat menciptakan generasi yang bisa bersaing secara global di
era globalisasi ini. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan apa saja problematika
yang terjadi pada pendidikan di era globalisasi ini, dan memberikan solusi yang
tepat agar pendidikan di Indonesia pada era globalisasi ini dapat menghasilkan
output yang berkualitas.

Problematika yang harus kita hadapi dalam perkembangan pendidikan di era


globalisasi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor
internal meliputi masalah kurikulum, pendekatan atau metode pembelajaran,
profesionalitas dan kualitas SDM, dan biaya pendidikan. Faktor eksternal berupa
dikotomi, ilmu pengetahuan yang masih terlalu umum dan kurang
memperhatikan kepada upaya penyelesaian masalah, rendahnya semangat untuk
melakukan penelitian, pembelajaran banyak bersifat studi tekstual daripada
pemahaman pelajaran yang bersangkutan. Perubahan yang terjadi dalam sistem
pendidikan tentu akan berdampak pada pengubahan kurikulum, guru berperan
sebagai tenaga pendidik dan pengembangan teknologi pendidikan yang berbasis
ICT. Ini merupakan tantangan baru bagi lembaga-lembaga pendidikan untuk
merevitalisasi pendidikan, agar menciptakan orang-orang cerdas, yang kreatif dan
inovatif serta mampu berkompetisi secara global. Banyak kajian mengatakan
bahwa penerapan kurikulum di lapangan tidak lagi berorientasi pada pencapaian
kemampuan peserta didik dan pemahaman materi dalam lingkup kehidupan
sehari-hari, namun implementasi kurikulum hanya berpusat pada hasil
pencapaian kompetensi peserta didik yang ada pada nilai-nilai akademik saja.
Kebijakan Kurikulum harus menggabungkan kemampuan akademik peserta didik
dengan kemampuan hidup bersama dan berpikir kritis serta kreatif.
Mengutamakan ‘soft skills’ dan ‘transversal skills’, keterampilan hidup, dan
keterampilan yang tidak terkait dengan bidang pekerjaan dan bidang akademis
tertentu. Namun, memiliki manfaat yang luas pada banyak situasi pekerjaan.
Sudah waktunya kurikulum direvisi dan secara bertahap mengembangkan
kurikulum pendidikan yang baru agar mampu mengarahkan serta membentuk
peserta didik untuk siap menghadapi era revolusi industri dengan penekanan pada
bidang Sains, Technology, Engineering and Mathematic atau STEM. Kurikulum
yang sesuai harus berorientasi pada pembelajaran dalam teknologi
informasi, internet of things, big data dan komputerisasi.
→ Font size 12, Justify, Mengatur spasi dengan Exactly 20 pt, After 0, Before 0

KAJIAN TEORI → Kapital, Font size 12, Bold, Align Text Left
Kata globalisasi berasal dari kata bahasa Inggris global yang memiliki arti
universal. Dari kata global menjadi globalization yang bisa diartikan sebagai proses
universalisasi. Jadi globalisasi bisa diartikan sebagai proses penyebaran unsur-unsur baru
pada seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk aspek informasi, teknologi, kesehatan,
perdagangan, pendidikan, pemikiran, gaya hidup, dan lain-lain secara mendunia.
Pemaknaan lain dari globalisasi adalah proses dimana pengalaman kehidupan sehari-hari,
ide-ide dan informasi menjadi standar di seluruh dunia, karena apa pun yang ditemukan
atau terjadi di bagian mana pun di dunia ini akan menyebar ke belahan dunia lainnya
dengan mudah dan sangat cepat.
Thomas Larsson (2001) dalam buku “The Race to the Top: The Real Story of
Globalization” mengemukakan bahwa globalisasi dapat bermakna proses penyusutan
dunia sehingga jarak semakin pendek dan segala sesuatu terasa semakin dekat. Globalisasi
mengacu pada semakin mudahnya interaksi antara individu di satu tempat dengan individu
lain di belahan dunia yang lain karena kemajuan sains dan teknologi terutama pada bidang
komunikasi. Batas negara seakan-akan telah menghilang. Seseorang dapat melintasi
beberapa negara hanya dalam waktu beberapa jam saja. Batas waktu juga seolah-olah tidak
ada lagi. Berkomunikasi dengan tetangga yang jaraknya hanya 10 meter di sebelah rumah
sama mudahnya dengan berkomunikasi dengan kerabat di negara atau di benua lain.
Sejalan dengan Larsson, Anthony Giddens (1991: 64) memaknai globalisasi
sebagai intensifikasi hubungan sosial dunia yang menghubungkan tempat-tempat jauh
sehingga peristiwa di suatu tempat dapat dipengaruhi oleh peristiwa yang terjadi di tempat
lain. Kondisi ekonomi yang membaik pada satu negara atau kawasan akan memberi
pengaruh baik pada ekonomi negara atau kawasan lainnya. Sebaliknya, jika terjadi krisis
ekonomi pada satu kawasan akan mengancam kondisi keadaan ekonomi pada kawasan
lain. Sama halnya penyakit yang beberapa tahun terakhir ini mewabah di Korea, China dan
Arab Saudi mengancam kondisi kesehatan masyarakat dunia lainnya tanpa mengenal jarak.
Jika globalisasi dimaknai dengan proses penyusutan dunia yang membuat jarak semakin
dekat serta hilangnya batas waktu, maka pada hakikatnya globalisasi adalah kompetisi.
Ketika Arab Saudi, Korea Selatan dan Jepang terasa dekat maka bangsa Indonesia
memiliki potensi untuk bersaing di negara tersebut untuk berbagai kegiatan, termasuk
pendidikan dan pekerjaan, dan begitu pula sebaliknya. Fakta menunjukkan bahwa banyak
bangsa Indonesia yang sedang belajar dan menjadi tenaga kerja di negara tersebut,
terutama di Arab Saudi. Terlepas dari status pekerjaan mereka, faktor globalisasi telah
membuat para tenaga kerja Indonesia (TKI) dari berbagai pelosok tanah air yang sebagian
besar dengan bekal pendidikan yang sangat minim dapat melintasi beberapa negara untuk
sebuah pekerjaan, termasuk menjadi pembantu rumah tangga.
Selanjutnya, jika hakikat dari kompetisi adalah keunggulan maka dalam konteks ini
akan berlaku teori Darwin “the survival of the fittest”. Dengan teori ini akan muncul
seleksi alam bahwa pihak yang kuatlah yang akan bertahan. Pada bidang pendidikan di
tanah air, lembaga pendidikan swasta baik tingkat SLTP, SLTA maupun perguruan tinggi
menjamur di tanah air terutama tahun 1980an. Menjamurnya pendirian lembaga
pendidikan swasta tersebut disebabkan oleh membludaknya jumlah calon siswa dan
mahasiswa baru yang tidak tertampung pada institusi pendidikan negeri. Dengan kebijakan
pemerintahan ORDE BARU sejak tahun 1972 untuk mengendalikan jumlah kelahiran
dengan slogan “dua anak cukup, laki-laki perempuan sama saja” membuat calon siswa dan
mahasiswa baru menurun secara drastis mulai tahun 1990an. Akibatnya, seleksi alam
berlaku sehingga banyak lembaga pendidikan swasta yang bangkrut, tutup, dan hanya
pihak yang unggul lah yang tetap bertahan.1
Pada tingkat Internasional, contoh menarik dengan teori Darwin ini adalah
Singapura. Di negara ini dapat dikatakan bahwa tidak ada perkebunan karet disana, namun

1
MENUJU ERA GLOBALISASI PENDIDIKAN, Moh. Wayong, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar
negara inilah yang menjadi pengekspor karet nomor 1 di dunia. Indonesia dan Malaysia
bukan pengekspor karet ternama walaupun kenyataannya kedua negara inilah yang
menjadi sumber bahan baku tersebut terbesar di dunia. Keunggulan negara Singapura
adalah faktor kualitas pengemasan bahan baku yang dinilai lebih memenuhi standar Eropa
dan Amerika sebagai tujuan ekspor komoditi tersebut. Sama halnya dengan buah kaleng,
ketika Singapura, Malaysia, Indonesia serta beberapa negara ASEAN lainnya masing-
masing mengolah produk tersebut dengan standar mereka masing-masing, lalu
mempromosikan ke pasar dunia. Dari sisi mutu pengolahan, Singapura selalu lebih unggul
dan mengalahkan produk negara-negara lain. Inilah yang disebut dengan teori Darwin
bahwa hakikat dari globalisasi adalah keunggulan, yaitu pada era globalisasi akan terjadi
seleksi alam yaitu hanya pihak unggul yang dapat bertahan.
Globalisasi dalam berbagai aspek kehidupan akan membuat seluruh bangsa
menjadi bagian dari sistem nilai dunia. Globalisasi ekonomi memungkinkan terjadinya
hubungan positif antara beberapa kelompok ekonomi dalam negeri dengan kelompok
ekonomi luar negeri. Hubungan ekonomi positif yang berciri multilateral ini perlu
diarahkan untuk tidak menyingkirkan kelompok-kelompok ekonomi yang sejenis di
negara-negara yang beraliansi ekonomi secara multilateral tersebut. Secara politis, era
globalisasi dapat memunculkan kesadaran berdemokrasi yaitu kesadaran hak dan
kewajibannya serta kesadaran tanggung jawab dalam bernegara. Pada masa reformasi,
demokrasi telah membawa perubahan-perubahan yang besar diantaranya pelaksanaan
pemilihan umum legislatif dengan sistem multipartai dan pemilihan presiden dan wakil
presiden secara langsung. Aspek negatif globalisasi dapat dicontohkan sebagai berikut:
berhadapan dengan kekuatan global negara-negara dunia ketiga akan sulit
mempertahankan pola produksinya serta sulit meningkatkan taraf hidupnya.
Dampak positif dan negatif pada pengaruh globalisasi mengenai kehidupan
berbangsa dan bernegara pun ada. Salah satunya era globalisasi pada sistem politik. Bangsa
Indonesia telah menjalankan kehidupan berdemokrasi yang telah memberi perubahan-
perubahan yang sangat berdampak, diantaranya pelaksanaan pemilu legislatif dengan
sistem multipartai dan pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung. Itu dampak
positifnya. Sedang dampak negatifnya ialah pada kebanyakan negara berkembang akan
memunculkan sikap dan tindakan pemberontakan yang dapat memakan banyak korban
diantara sesama. (Kebijakan Pendidikan di Era Globalisasi, Subayil, Sekolah Tinggi
Agama Islam Al-Amin Lombok Barat, NTB)
Kemajuan teknologi dikarenakan pesatnya arus globalisasi, mengubah bentuk
pengajaran pada dunia pendidikan. Pengajaran yang bersifat klasikal berubah menjadi
pengajaran yang berbasis teknologi baru seperti internet dan computer. Apabila dulu, guru
menulis dengan sebatang kapur, sesekali membuat gambar sederhana atau memakai suara-
suara dan alat sederhana lainnya untuk menyampaikan pengetahuan dan informasi.
Sekarang telah hadir computer. Sehingga tulisan, film, suara, music, gambar hidup, dapat
digabungkan menjadi suatu proses komunikasi.
Dalam fenomena balon atau pegas, dapat terlihat bahwa daya itu dapat merubah
bentuk suatu objek. Dulu, ketika seorang guru berbicara mengenai bagaimana daya dapat
mengubah bentuk suatu objek tanpa bantuan multimedia, para siswa bisa jadi tidak
langsung memahaminya. Sang guru tentu akan menjelaskan dengan contoh-contoh, tetapi
mendengar tak seefektif melihat. Levie dan Levie (1975) dalam Arsyad (2005) yang
membaca kembali hasil-hasil penelitian tentang belajar melalui stimulus kata, visual dan
verbal menyimpulkan bahwa stimulus visual memberikan dampak belajar yang lebih baik
untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-
hubungkan fakta dengan konsep
Dampak negatifnya ada tiga Komersialisasi Pendidikan, Bahaya Dunia Maya, dan
Ketergantungan. Era globalisasi mengancam kemurnian dalam pendidikan. Banyak
didirikan sekolah-sekolah yang memiliki tujuan utama sebagai media bisnis. John
Micklethwait melukiskan sebuah kisah tentang persaingan bisnis yang mulai memasuki
dunia pendidikan dalam bukunya “Masa Depan Sempurna” bahwa tibanya perusahaan
pendidikan menandai pendekatan kembali ke masa depan. Diantara ciri utamanya ialah
semangat menguji murid ala Victoria yang bisa menyenangkan Mr. Gradgrind dalam karya
Dickens. Perusahaan-perusahaan ini harus memberikan bukti bahwa mereka membuahkan
hasil, bukan hanya bagi murid, tapi juga pemegang saham. Dunia maya selain sebagai
media untuk mengakses informasi dengan mudah juga dapat memberikan efek negative
bagi siswa. Terdapat pula, Aneka macam materi yang berpengaruh negative yang berada di
internet. Misalnya: pornografi, kebencian, rasisme, kejahatan, kekerasan, dan sejenisnya.
Berita yang bersifat pelecehan seperti pedafolia, dan pelecehan seksual pun mudah
ditemukan oleh siapa pun, termasuk siswa. Barang-barang seperti viagra, alkhol, narkoba
banyak ditawarkan di dunia maya. Contohnya, 6 Oktober 2009 lalu diberitakan salah
seorang siswi SMA di Jawa Timur pergi meninggalkan sekolah demi menemui seorang
lelaki yang dia kenal melalui situs pertemanan “facebook”. Hal ini sangat berbahaya pada
proses belajar mengajar. Mesin-mesin penggerak globalisasi seperti computerdan internet
dapat memberikan dampak ketergantungan pada diri siswa ataupun guru. Sehingga guru
ataupun siswa terkesan tak bersemangat dalam proses belajar mengajar tanpa bantuan alat-
alat tersebut.(PENGARUH GLOBALISASI TERHADAPDUNIA PENDIDIKAN,Kalbin
Salim, Mira Puspa Sari)
Pendidikan yang dimaksud tentunya ialah bentuk pendidikan yang menyesuaikan
atau dapat memenuhi ketentuan dari era global itu. Sudah bukan zamannya lagi
dipertahankan atau tetap dikerjakan pendidikan yang cenderung bersifat indokrinatif atau
dogmatis, bahkan terlalu didikte oleh birokrasi yang terkadang sangat kaku dan bertele-
tele. Karena sejarah telah membuktikan, hasil dari pendidikan yang konservatif itu telah
berdampak pada kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dihasilkan dari lembaga
pendidikan kita sangat rendah kualitasnya, dan tertinggal bila dibandingkan dengan
negara-negara lain di dunia, bahkan lebih ironis lagi dari negara-negara tetangga seperti
Malaysia, Singapura, Filipina dan lain-lain yang notabene menghirup udara kemerdekaan
jauh di belakang kita. Menghadapi situasi yang memprihatinkan ini, tentunya kita tidak
boleh hanya pasrah dan berpangku tangan saja, dibutuhkan upaya-upaya yang kreatif dan
inovatif agar kualitas pendidikan kita di masa-masa yang akan datang bisa berdampingan
bahkan sejajar dengan negara-negara yang ada di dunia ini, sekurang-kurangnya dalam
waktu yang tidak begitu lama bila dibandingkan dengan negara-negara yang menjadi
tetangga kita.
Akan tetapi perlu menjadi catatan, barometer dari kemajuan atau kualitas
pendidikan tersebut jangan sekali-kali menggunakan sudut pandang (perspektif) ekonomi
semata. karena bila sudut pandang ini yang digunakan, maka orientasinya sudah pasti
ekonomi (untung-rugi) juga, lalu pertanyaannya mau dibawa ke mana dunia pendidikan
kita ke depannya, dan apa masih bisa pendidikan disebut sebagai aktivitas kemanusiaan
yang selama ini bersifat non profit. Berangkat dari beberapa statemen-statemen dan
fenomena yang menyedihkan di atas, tulisan ini akan mencoba mengurai dampak negatif
yang diakibatkan oleh arus global terhadap dunia pendidikan, khususnya mengenai aspek
pengelolaannya.(Mengelola Lembaga Pendidikan Di Era Globalisasi,Adri Efferi,Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus)
Penelitian yang dilakukan oleh Sztompka pada tahun 2010 yang berjudul
“Globalisasi ditinjau melalui Perspektif”, globalisasi dapat digambarkan sebagai proses
yang menghasilkan dunia tunggal sehingga masyarakat di seluruh dunia menjadi saling
tergantung secara global. Sementara menurut Jamiah, globalisasi dipandang sebagai suatu
proses sosial yang akan membawa seluruh bangsa dan negara semakin terikat satu sama
lain, mewujudkan suatu tatanan kehidupan baru dengan menghapus batas-batas geografis,
ekonomi dan budaya masyarakat. Definisi lain berpendapat bahwa proses globalisasi
merupakan suatu rangkaian proses yang mengintegrasikan kehidupan global di dalam
suatu ruang dan waktu melalui internasionalisasi perdagangan, internasionalisasi pasar dari
produksi dan keuangan, internasionalisasi dari komoditas budaya yang ditopang 10
Singarimbun. Intinya dari proses globalisasi yaitu terciptanya suatu jaringan kehidupan
yang semakin terintegrasi. Dari pernyataan di atas, peneliti berpendapat bahwa globalisasi
ditandai dengan adanya proses yang menciptakan jaringan dunia tunggal dan tatanan
kehidupan baru yang dibantu dengan sistem komunikasi yang lebih maju dan mendunia
sehingga kehidupan manusia semakin tergantung satu sama lain tanpa mengenal batas
geografis, budaya dan ekonomi masyarakat.
Penelitian yang dilakukan oleh Jamiah pada tahun 2014 yang berjudul “Globalisasi
Ditinjau Melalui Perspektif Pendidikan”. Globalisasi menghasilkan banyak dampak di
berbagai faktor kehidupan manusia diantaranya ialah dalam bidang pendidikan. Dengan
adanya globalisasi pendidikan setiap orang dapat menjalani pendidikan dan memperoleh
ilmu pengetahuan tanpa mengenal batasan wilayah negara. Salah satu kelanjutan yang
tidak dapat dihindari dari proses globalisasi adalah semakin terikatnya proses pendidikan
di berbagai pelosok tanah air dengan kondisi yang terjadi di berbagai negara. Walaupun
begitu globalisasi pendidikan menghasilkan dampak positif dan negatif. Di satu sisi, PBB
melalui trilogi pendidikan global mengatakan bahwa dampak globalisasi pendidikan akan
menciptakan demokrasi pendidikan, modernisasi pendidikan dengan menghormati
identitas budaya, adaptasi pendidikan dengan tuntutan pekerjaan produktif searah dengan
kebutuhan. dalam trilogi pendidikan global yang dicetuskan oleh PBB tersebut
menekankan bahwa globalisasi pendidikan akan menjamin pemerataan pendidikan bagi
setiap orang. Namun disisi lain, globalisasi akan memberikan dampak negatif terhadap
pendidikan di Indonesia.(Pengaruh globalisasi terhadap peserta didik Seskoad)
→ Font size 12, Justify, Mengatur spasi dengan Exactly 20 pt, After 0, Before 0

METODE PENELITIAN → Kapital, Font size 12, Bold, Align Text Left
Melihat dampak dari era globalisasi dari lingkungan sekitar, membandingkan dengan
pembelajaran atau pendidikan pada waktu saya sekolah dasar dan waktu saya sudah STLA,
sangat banyak perubahan yang terjadi mulai dari kurikulum yang setiap menteri
pendidikan diganti maka kurikulum juga terganti, ditambah dengan era digital yang serba
canggih semua bisa di ekses dengan mudah di Internet,kita bisa belajar tanpa harus
membeli buku,tapi dampak negatif nya adalah itu membuat sebagian siswa malas dan
menganggap bahwa tidak perlu belajar karena semua ada di internet
→ Font size 12, Justify, Mengatur spasi dengan Exactly 20 pt, After 0, Before 0

HASIL PENELITIAN → Kapital, Font size 12, Bold, Align Text Left
Era globalisasi di dunia pendidikan sangat berdampak, positif negatif nya dampak
dari era tersebut bisa di tanggulangi dengan cara kesadaran yang harus ditanamkan kr jiwa
siswa dengan pendidikan awal menanamkan nilai dan sifat jujur,pantang menyerah dan
semangat untuk berinovasi, Karena dampaknya sangat terlihat dari positif dimana semua
informasi dapat diakses dan belajar pun tak harus di suatu ruangan, fleksibel nyq waktu
dan tempat belajar tapi negatifnya siswa tidak akan punya semangat belajar karena merasa
sekua mudah bisa dengan internet sehingga sebagiannya akan berlaku tidak jujur dalam
belajar.
→ Font size 12, Justify, Mengatur spasi dengan Exactly 20 pt, After 0, Before 0

KESIMPULAN → Kapital, Font size 12, Bold, Align Text Left


Era globalisasi itu adalah era digital yang sangat membantu SDM di Indonesia
Dampak positif dan negatif pada pengaruh globalisasi terhadap kehidupan berbangsa dan
bernegara pun ada. Salah satunya era globalisasi pada sistem politik. Bangsa Indonesia
telah menerapkan kehidupan berdemokrasi yang telah membawa perubahan-perubahan
yang besar, diantaranya pelaksanaan pemilu legislatif dengan sistem multipartai dan
pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung. Itu dampak positifnya.Sedang
dampak negatifnya ialah pada kebanyakan negara berkembang akan memunculkan sikap
dan tindakan anarkis yang dapat memakan banyak korban diantara sesama.
Pemaknaan lain dari globalisasi adalah proses dimana pengalaman kehidupan
sehari-hari, ide-ide dan informasi menjadi standar di seluruh dunia, karena apapun yang
ditemukan atau terjadi di bagain manapun di dunia ini akan menyebar ke belahan dunia
lainnya dengan mudah dan sangat cepat.
Globalisasi mengacu pada semakin mudahnya interaksi antara individu di satu
tempat dengan individu lain di belahan dunia yang lain karena kemajuan sains dan
teknologi terutama pada bidang komunikasi.
Kondisi ekonomi yang membaik pada satu negara atau kawasan akan memberi pengaruh
baik pada ekonomi negara atau kawasan lainnya.
Jika globalisasi dimaknai dengan proses penyusutan dunia yang membuat jarak
semakin dekat serta hilangnya batas waktu, maka pada hakekatnya globalisasi adalah
kompetisi.
Fakta menunjukkan bahwa banyak bangsa Indonesia yang sedang belajar dan menjadi
tenaga kerja di negara tersebut, terutama di Arab Saudi.Terlepas dari status pekerjaan
mereka, faktor globalisasi telah membuat para tenaga kerja Indonesia (TKI) dari berbagai
pelosok tanah air yang sebagian besar dengan bekal pendidikan yang sangat minim dapat
melintasi beberapa negara untuk sebuah pekerjaan, termasuk menjadi pembantu rumah
tangga.
Akibatnya, seleksi alam berlaku sehingga banyak lembaga swasta yang bangkrut,
tutup, dan hanya pihak yang unggul lah yang tetap bertahan.
Inilah yang disebut dengan teori Darwin bahwa hakekat dari globalisasi adalah
keunggulan, yaitu pada era globalisasi akan terjadi seleksi alam yaitu hanya pihak unggul
yang dapat bertahan.
Globalisasi dalam berbagai aspek kehidupan akan membuat seluruh bangsa
menjadi bagian dari sistem nilai dunia.Globalisasi ekonomi memungkinkan terjadinya
hubungan positif antara beberapa kelompok ekonomi dalam negeri dengan kelompok
ekonomi luar negeri.
Hubungan ekonomi positif yang berciri multilateral ini perlu diarahkan untuk tidak
menyinkirkan kelompok-kelompok ekonomi yang sejenis di negara-negara yang beraliansi
ekonomi secara multilateral tersebut
Pada masa reformasi, demokrasi telah membawa perubahan-perubahan yang besar
diantaranya pelaksanaan pemilihan umum legislatif dengan sistem multipartai dan
pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung.Aspek negatif globalisasi dapat
dicontohkan sebagai berikut: berhadapan dengan kekuatan global negara-negara dunia
ketiga akan sulit mempertahankan pola produksinya serta sulit meningkatkan taraf
hidupnya.
→ Font size 12, Justify, Mengatur spasi dengan Exactly 20 pt, After 0, Before 0

REFERENSI → Kapital, Font size 12, Bold, Align Text Left


Bagian “Referensi” berisi beberapa buku dan jurnal yang telah terpublikasi, bukan
blog dan sejenisnya meskipun terkait dengan naskah yang dipublikasikan dan
menggunakan minimal 10 referensi dan diutamakan referensi beberapa tahun terakhir.
Penulisan referensi menyesuaikan dengan “APA Edition”.
Contoh:
Anhusadar, L. (2020). Persepsi Mahasiswa PIAUD terhadap Kuliah Daring di Masa
Pandemi Covid 19. KINDERGARTEN: Journal of Islamic Early Childhood
Education, 3(1), https://doi.org/10.24014/kjiece.v3i1.9609. → Contoh Jurnal
Lickona, T. (2012). Education for Charatecter, How Our Schools Can Teach Resect and
Responsibility (Terj.). Jakarta: Bumi Aksara. → Contoh Buku Terjemahan
Zain, S. B. (2013). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. → Contoh Buku
→ Font size 12, Mengatur spasi dengan Exactly 15 pt, After 0, Before 0, Justify, Indentation Left 1.25 cm
untuk baris kedua di setiap referensi, disusun berdasarkan alfabetis.

Anda mungkin juga menyukai