Anda di halaman 1dari 7

VITAMIN D DALAM MEMPERTAHANKAN KADAR

CAIRAN SENDI BAGI PENDERITA OSTEOARTHRITIS

I GUSTI AGUNG KRISNA SWADISTANA

Pendahuluan
1. Apa itu Teknologi dan Pendidikan dari berbagai sumber?
 Perkembangan teknologi dan pendidikan
 Pengertian pendidikan
2. Bagaimana sejarah pendidikan dari masa ke masa
3. Apa tujuan pendidikan dari berbagai sumber

Seiring perkembangan zaman, kita sudah mengetahui bahwa teknologi


semakin membanjiri peradaban dan mampu menciptakan inovasi yang sedemikian
rupa, yang dimana artinya kita telah memasuki revolusi industri 4.0 dan sedang
berjalan menuju perkembangan yang lebih signifikan lagi. Perkembangan pesat
dalam teknologi tersebut tidak lepas dari berbagai usaha para ilmuan ataupun
pakar teknologi yang berpendidikan dan telah diterapkan dalam berbagai industri
di era saat ini. Hidup manusia saat ini pun sangat dipengaruhi oleh perkembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Dengan mengelola secara baik sumber daya
manusia merupakan suatu langkah awal dalam menciptakan Indonesia yang lebih
baik untuk meraih bangsa yang maju. Hal tersebut dikarenakan kreativitas dan
inovasi dari sumber daya manusia menjadi faktor penentu keberhasilan untuk
dapat bertahan di era yang penuh persaingan ini. Kemajuan teknologi merupakan
sesuatu yang tidak dapat kita hindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan
teknologi akan berjalan relevan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan.
Menurut Aristoteles, pendidikan merupakan salah satu fungsi dari suatu
negara, dan dilakukan terutama setidaknya untuk tujuan Negara itu sendiri.
Negara merupakan institusi sosial tertinggi yang mengamankan tujuan tertinggi
atau kebahagiaan manusia. Pendidikan adalah persiapan atau bekal untuk
beberapa aktivitas dan pekerjaan yang layak. Pendidikan semestinya didukung
oleh undang-undang untuk membuatnya dan mengikuti perkembangan secara
bertahap, baik secara fisik maupun mental. Adapun menurut Plato, pendidikan
adalah sesuatu yang dapat membantu perkembangan individu dari jasmani dan
akal dengan sesuatu yang dapat memungkinkan tercapainya sebuah
kesempurnaan. Pendidikan dibagi menjadi tiga tahap dengan tingkat usia, tahap
pertama adalah pendidikan yang diberikan kepada murid hingga sampai 20 tahun,
dan tahap kedua, dari usia 20-30 tahun, sedangkan tahap ketiga, dari 30-40 tahun.
Pendidikan merupakan bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang
dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaanya dengan tujuan
agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan
bantuan orang lain (Feni, 2014: 13).
Di sisi lain, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sudah sangat pesat
di berbagai bidang, salah satunya di dalam dunia pendidikan. Modernisasi IPTEK
telah memicu pergeseran pembaharuan bidang pendidikan dari kegiatan tatap
muka yang konvensional ke arah pendidikan yang lebih ke arah lebih fleksibel,
yang terbuka dan dapat diakses oleh siapapun. Dengan adanya tuntutan perubahan
dari zaman ke zaman inilah yang menunjang perkembangan dunia pendidikan
dalam proses pembelajarannya, karena banyak orang mengusulkan dalam
pendidikan khususnya pembelajaran, namun hanya sedikit orang yang berbicara
mengenai solusi dari proses belajar dan mengajar yang sesuai dengan tuntutan era
industri modern 4.0 saat ini.
Sejarah pendidikan zaman pemerintah kolonial Belanda dapat dibagi
dalam tiga periode, yaitu; (1) periode VOC pada abad ke-17 dan ke-18, (2)
periode pemerintah Hindia-Belanda pada abad ke-19, dan (3) periode Politik Etis
pada awal abad ke-20 (Boone, 1996), yang dimana pendidikan saat itu lebih
mementingkan ras, etnis, dan keturunan bangsawan di sekolah Hindia Belanda.
Lalu, pada zaman pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945) terjadi perubahan
yang sangat signifikan dalam kebijakan pendidikan di Indonesia yang lebih ke
arah militer dan tradisi Jepang itu sendiri. Begitupun pada zaman kemerdekaan
(1945-1949), periode tersebut adalah suasana yang masih diliputi oleh. Sejak
tahun 1950-an pemerintah Indonesia mulai dapat membenahi pendidikannya
dalam keadaan yang lebih tentram, yang dimana pada tahun awal setelah
kemerdekaan, kurikulum mengalami perubahan dari yang sebelumnya beorientasi
pada kepentingan kolonial, menjadi mengarah ke kepentingan bangsa yang baru
merdeka. Di sinilah pendidikan di Indonesia pada zaman Kebangkitan Nasional
perlu menganggap belajar dan mengajar sebagai aktivitas politik, yang
menggugah kesadaran anak didik mampu meyingkap penindasan dan
ketimpangan yang tidak sinkron antara berbagai kelompok dalam mewujudkan
pendidikan yang sesuai.
Tujuan pendidikan sendiri tercantum beberapa sebagai berikut: Tujuan
pendidikan terdapat dalam UU No2 Tahun 1985 yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia yang seutuhnya yaitu yang beriman dan dan
bertagwa kepada tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan kerampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan berbangsa.
Tujuan Pendidikan nasional menurut TAP MPR NO II/MPR/1993 yaitu
meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian,
mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja
profesional serta sehat jasmani dan rohani. Maka dari itu, pendidikan nasional
juga harus menumbuhkan jiwa patriotik dan meningkatkan rasa cinta tanah air,
semangat kebangsaan, serta kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai
jasa para pahlawan, dan mampu merencanakan masa depan.
Dibalik pesatnya kemajuan IPTEK yang dihadapi Indonesia saat ini,
pastinya menjadi suatu tantangan dan kemungkinan akan menimbulkan beberapa
faktor permasalahan di era modern. Di era modern, orang-orang cenderung lebih
bersikap konsumtif dalam hal kebutuhan, seperti dengan dikeluarkannya inovasi
smartphone yang baru, orang-orang biasanya akan langsung berniat untuk
membelinya agar mengikuti trend modern dan mampu memenuhi hasrat
keinginannya. Selain itu juga beberapa permasalahan yang akan ditakutkan yaitu
masyarakat akan cenderung bersikap tertutup terlebih lagi pada anak-anak usia
dini yang telah dimanjakan orangtuanya dengan gadget, sehingga mereka lebih
mementingkan gadgetnya daripada memerhatikan lingkungan sekitar tanpa
memperdulikan lawan bicaranya ataupun prestasinya di sekolah. Terlebih lagi saat
ini sedang dalam situasi pandemi COVID-19 yang pastinya anak memiliki waktu
lebih banyak dalam memerhatikan gadgetnya terus-menerus. Serta dalam pandemi
ini juga menjadi tantangan di era modern dalam kondisi pembelajaran, karena
terbatasnya ruang lingkup gerak kita ketika berpergian, sehingga dalam akses
pendidikan sekolah pun cenderung terbatas. Lantas bagaimana baiknya cara kita
menyikapi beragai masalah tersebut akibat tergerusnya sistem pendidikan yang
dikatakan berdasarkan data 2021 akhir-akhir ini, pandemi diduga telah
berdampak signifikan terhadap menurunnya kualitas pendidikan di Indonesia
(Retno Listyarti, 2021). Menurut laporan Political and Economic Risk
Consultancy (PERC), mengungkapkan bahwa sistem pendidikan Indonesia
merupakan salah satu yang terburuk di Asia. Dengan perolehan skor 6,21, masih
dibawah negara Vietnam dengan skor 6,56, dan negara tetangga di Asia. Hal
tersebut menggambarkan betapa rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.
Kondisi pendidikan di Indonesia sulit mengalami kemajuan, kali ini dihadapkan
dengan situasi pandemi COVID-19 yang tak kunjung reda. Hal tersebut pastinya
menjadi tantangan yang sangat besar bagi Indonesia sebagai negara yang sedang
berkembang.

Isi
Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat di era globalisasi
saat ini tidak bisa dipungkiri lagi pengaruhnya terhadap dunia pendidikan.
Teknologi informasi merupakan perkembangan sistem informasi dengan
menggabungkan antara teknologi komputer dengan telekomunikasi (Baharudin,
2010). Beberapa institusi pendidikan di Indonesia mulai gencar dalam
mememanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk menunjang
pendidikan dan kebutuhan pembelajaran yang lebih efisien dan efektif dengan
membangun infrastruktur hardware, software, jaringan internet, dan lain
sebagainya. Semenjak berkembangnya IPTEK di dalam dunia pendidikan, proses
pendidikan menjadi lebih maju. Banyak perubahan karena adanya teknologi,
seperti cara guru mengajar, cara siswa belajar dan materi pembelajaran yang
selalu diperbaharui kurikulumnya dan sebagainya. Biasanya proses pembelajaran
dilakukan secara bertatap muka, namun sekarang pembelajaran dapat dilakukan
dari rumah masing-masing, seperti aplikasi zoom, google classroom dan masih
banyak lagi media lain yang dapat digunakan melalui media online. Contohnya
seorang guru yang menggunakan media teknologi untuk menjelaskan suatu
materi, pastinya siswa akan lebih mudah memahami dan niat untuk belajar sangat
besar. Manfaat media dalam kegiatan pembelajaran dapat memperlancar interaksi
antara guru dengan siswa sehingga lebih efektif dan efesien (Etin Solihatin, 2012:
186)
Dengan adanya perkembangan zaman membawa manusia dari awalnya
hanya menggunakan kertas dan pulpen untuk berkomunikasi jarak jauh antau
siswa dan guru, sekarang hanya menggunakan telepon pintar untuk melampaui
batas ruang dan waktu dalam waktu sekejap. Bahkan di era revolusi 4.0 yang
merupakan era dimana kemajuan dari perkembangan teknologi sangat
mendominasi. Mengenai perkembangan kemajuan IPTEK ini tentu saja membawa
banyak dampak, baik itu dampak positif maupun negatif terhadap pendidikan
anak pada usia remaja, terlebih lagi kemajuan IPTEK tersebut bagaikan pisau
bermata 2. Pengembangan IPTEK tersebut juga bermanfaat untuk pendidikan
(Suripto dkk, 2014: 3), antara lain: 1.) Berkembangnya media massa, khususnya
media elektronik sebagai sumber ilmu dan pusat pendidikan. Seperti jaringan
Internet, Lab.Komputer Sekolah dan lain-lain. Dampak dari hal ini yaitu guru dan
buku bukanlah satu-satunya sumber ilmu pengetahuan, sehingga siswa dalam
belajar tidak perlu terlalu terpaku terhadap Informasi yang diajarkan oleh guru,
tetapi juga bisa mengakses materi pelajaran langsung dari Internet. 2.) Munculnya
metode pembelajaran yang baru, yang memudahkan siswa dan guru dalam proses
pembelajaran. 3.) Sistem pembelajaran tidak harus melalui tatap muka, yang
dimana selama ini, proses pembelajaran yang kita kenal yaitu adanya
pembelajaran yang disampaikan hanya dengan tatap muka langsung, namun
dengan adanya kemajuan teknologi dan pengaruh dari dampak pandemi COVID-
19, kita dituntut untuk berproses menggunakan Internet dan lainnya dalam
pembelajaran. 4.) Adanya sistem pengolahan data hasil penilaian yang
menggunakan pemanfaatan teknologi. Dengan adanya perkembangan IPTEK,
semua tugasnya yang dulunya dikerjakan dengan manual dan membutuhkan
waktu yang cukup lama, menjadi sesuatu yang mudah untuk dikerjakan, yaitu
dengan menggunakan media teknologi dengan memanfaatkan berbagai
pemrograman data.
5.) Pemenuhan kebutuhan akan fasilitas pendidikan dapat dipenuhi dengan cepat,
seperti dengan adanya mesin foto copy, untuk mempercepat suatu hal secara
instan.
Namun, selain dampak positif yang diakibatkan perkembangan IPTEK,
pastinya ada juga dampak negatif yang akan ditimbulkan oleh perkembangan
IPTEK dalam proses pendidikan antara lain: 1.) E-learning yang dapat
menyebabkan pengalihfungsian guru dan mengakibatkan guru jadi tersingkirkan.
Dikhawatirkan juga etika dan disiplin peserta didik sulit untuk dibina, sehingga
attitude para peserta didik akan menurun drastis dan moral akan tergerus. 2.)
Seringnya mengakses internet dikhawatirkan pelajar malah lebih mengakses hal-
hal yang tidak baik, seperti pornografi, game online, dan lainnya. Bahkan dapat
terkena cyber-relational addiction. 3.) Peserta didik bisa terkena information
overload, sehingga rela menghabiskan waktunya yang akan membuat seseorang
kecanduan serta dapat menghabiskan uang. 4.) Pelajar menjadi pecandu dari
keberadaan dunia maya secara berlebihan. Hal ini bisa terjadi ketika pelajar tidak
memiliki sikap kritis terhadap sesuatu hal yang baru. Terlebih lagi dalam konteks
dunia maya (internet). 5.) Tindakan kriminal seperti pencurian dokumen atau asset
penting tentang pendidikan yang sebenarnya dirahasiakan (dokumen negara),
sehingga oknum tertentu memanfaatkannya dan menjualnya untuk mendapatkan
uang. 6.) Menimbulkan sikap yang apatis tiap individu, contohnya ketika e-
learning, pembelajaran yang tidak saling bertemu antara peserta didik dengan
pengajar, dikhawatirkan akan terjadi miss kominukasi sehingga antara kedua
belah pihak ada yang kurang aktif dalam sistem pembelajaran dan hasilnya tidak
maksimal.
Dengan demikian, di era perkembangan teknologi ini, kebanyakan
masyarakat saat ini hanya bertindak sebagai pengguna atau objek pasar. Sangat
disayangkan apabila generasi muda, yang dianggap mampu dalam menciptakan
inovasi juga hanya bertindak sebagai pengguna pasif dari perkembangan
teknologi. Sebagai generasi penerus bangsa harus menaruh perhatian lebih
terhadap kondisi saat ini. Selain sebagai pengguna, pelajar juga seharusnya
berperan sebagai pemimpin dalam menghasilkan kreativitas dan inovasi untuk
mendorong perkembangan industri 4.0 saat ini. Mahasiswa dapat berperan aktif
dengan membudayakan literasi dan melakukan penelitian mengenai hal-hal yang
belum diketahui agar kreasi dan inovasi dapat tercipta. Sudah seharusnya
mahasiswa memiliki wawasan yang lebih luas dalam hal perkembangan teknologi,
memanfaatkan waktu bukan hanya untuk memenuhi hasrat sekadar, namun juga
mampu memilah dan mempelajari hal yang bernilai serta dapat mengasah
keterampilan mahasiswa dalam menyongsong era industri 4.0 ini. Seorang
mahasiswa pastinya menjadi live long learner atau pembelajar seumur hidup yang
artinya selalu peka terhadap hal-hal baru dan mencoba mencari tahu hal baru
sesuai kebutuhan saat ini.
Hal yang dapat dilakukan para pelajar untuk turut berperan dalam era
industri ini sebagai kaum penggerak negeri ini adalah dengan mengembangkan
pola berpikir kritis dan tidak mudah tergerus dalam pengaruh globalisasi yang
negatif. Dengan ini berarti dengan banyaknya informasi yang bisa didapat, para
pelajar harus mampu memilah manakah informasi yang dapat dipercaya dan tidak
(hoax), serta tidak langsung percaya dengan segala informasi yang belum pasti
kebenaranya. Sebagai mahasiswa yang sadar terhadap dunia digital, alangkah
lebih baiknya apabila mahasiswa memberikan pengarahan kepada masyarakat
mengenai seberapa penting dan seberapa besar manfaat dari perkembangan
teknologi, salah satunya dengan membuat pelatihan ataupun sosialisasi ke
berbagai pelosok daerah, melakukan edukasi ke masyarakat terutama masyarakat
tradisional yang masih awam dalam perkembangan teknologi dan belum bisa
beradaptasi dengan dengan perubahan yang terjadi di era industri 4.0. Selain itu
juga disana, para mahasiswa membantu kebutuhan warga sekitar dengan membuat
teknologi yang dapat membantu meringkankan warga sekitar. Mahasiswa sebagai
generasi pembawa perubahan harus mampu membawa kehidupan masyarakat ke
zaman teknologi canggih, tanpa membeda-bedakan golongannya. Sehingga, tidak
ada lagi masyarakat yang terjajah dalam perkembangan teknologi. Contoh lainnya
tentang turunnya minat baca, dengan adanya teknologi masarakat mampu
mengakses buku online tanpa harus perlu susah membawa buku kemanapun.
Selain itu juga kebiasaan mendongeng perlu dilestarikan dengan membuat situs
khusus dari suatu komunitas, seperti contohnya Komunitas Mahima dalam
menjangkau anak-anak secara online mengenai kebiasaan mendongeng yang
mulai pudar di kalangan masyarakat. Mereka membuat website ataupun channel
Youtube berbasis pendidikan untuk membantu para orang tua membiasakan
anaknya dalam mendongeng dari usia kecil.
Dengan adanya hal tersebut peran orang tua, guru, dan siswa pun akan
terjalan walaupun saat ini memang terhalang pandemi COVID-19. Namun hal
tersebut bukan untuk terus dipermasalahkan, namun sebagai tantangan pacuan
dalam menghadapinya untuk terus bertahan hidup demi generasi selanjutnya.
Dengan harapan ini menteri pendidikan sampai mencanangkan bagi mahasiswa
mengenai Kampus Merdeka, Merdeka Belajar yang dimana para mahasiswa
dituntut untuk mengasah skill sesuai perkembangan zaman di era kemajuan
IPTEK saat ini dalam mencari pekerjaan nantinya. Hal tersebut sangat lumrah
karena kemajuan zaman yang akan terus berkembang sehingga mahasiswa
dituntut untuk belajar lebih ke lapangan secara langsung dalam
mempersiapkannya di kemudian hari.

Penutup
Hingga sekarang ini mengembangkan berpikir kritis dan kreatif pelajar
dan penerus bangsa kita masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan negara
lain sekalipun lebih muda usianya. Para guru dan anak didik kita cenderung lebih
terbiasa dengan metode pembelajaran yang mengembangkan berpikir
pembelajaran luar jaringan, dan sebaliknya mereka miskin berpikir pembelajaran
dalam jarigan. Seperti yang dikemukakan UNESCO bahwa persoalan
desentralisasi pendidikan bukan terletak pada gagasan atau teorinya yang
prospektif bagi perubahan, tetapi lebih penting lagi adalah implementasinya”.
Adanya perkembangan teknologi dan informasi dalam dunia pendidikan, maka
pada saat itu sudah dimungkinkan untuk diadakan belajar jarak jauh dengan
menggunakan media internet untuk menghubungkan antara pelajar dengan
pendidik, melihat nilai siswa secara online, mengecek keuangan, melihat jadwal
pelajaran/kuliah, mengirimkan berkas tugas yang diberikan dosen dan sebagainya.
Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang terus, bahkan dewasa ini
berlangsung dengan pesat..
Perkembangan internet dalam dunia pendidikan telah menghasilkan
sebuah sistem pembelajaran jarak jauh. Dengan sistem ini maka seorang pelajar
tidak perlu lagi pergi kesekolah seperti layaknya sekolah formal. Namun cukup
meluangkan waktunya untuk bertatap muka dengan dosen atau guru lewat monitor
komputer. Demikian juga pelajar tidak hanya memperoleh informasi tentang
pengetahuan melalui buku perpustakaan bahkan harus pergi ke perpustakaan
untuk memperoleh pengetahuan, namun cukup ada di depan monitor, pengetahuan
yang akan dicari sudah tersedia. Bahkan seorang guru akan dengan mudah
mencari bahan ajar yang sesuai dengan bidangnya dan juga seorang siswa dapat
mendalami ilmu pengetahuan yang didapatkan dengan didukung kemampuan
untuk mencari informasi tambahan diluar yang diajarkan oleh guru. Dengan
demikian akan terjadi perubahan pola pikir serta kreatifitas guru dan siswa serta
masyarakat dapat berkembang dengan pesat, sehingga terjadi pertumbuhan cara
berpikir yang lebih kontektual dan lebih mudah mencerna informasi yang masuk
tersebut. Jika sudah tercapainya hal tersebut, mau tidak mau para pendidik
ataupun pelajar di era saat ini haruslah mampu mengikuti arus globalisasi demi
menyongsong masa depan yang lebih baik, dengan mengesampingkan dampak
baik buruk dari teknologi itu sendiri. Seiring berkembangnya pola berpikir kreatif
dan kritis lambat laun generasi saat ini pastinya mengerti tentang hal yang harus
dan tidak harus dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai