Anda di halaman 1dari 5

Hati-hati dengan Lidah Jamaah Jumat sekalian

KHUTBAH PERTAMA Berbicara merupakan nikmat di antara sekian banyak nikmat Allah
yang telah dilimpahkan kepada kita, alatnya adalah lisan. Nikmat ini
‫ِإَّن اْلَح ْم َد ِهلل َن ْح َم ُد ُه َو َن ْس َت ِعْي ُنُه َو َن ْس َتْغ ِفُرُه َو َن ُعْو ُذ ِباِهلل ِمْن ُشُرْو ِر َأْنُفِس َن ا َو َس ِّي َئ اِت َأْع َم اِلَن ا َم ْن َي ْه ِدِه ُهللا َفَال‬ bisa dipakai untuk kebaikan atau keburukan.
‫ُمِض َّل َلُه َو َم ْن ُيْض ِلْل َفَال َه اِدَي َلُه َو َأْش َه ُد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال ُهللا َو ْح َد ُه َال َش ِر ْي َك َل ُه َو َأْش َه ُد َأَّن ُم َح َّم دًا َع ْب ُد ُه‬
‫َو َر ُسْو ُلُه‬. Barangsiapa yang mampu mengendalikannya dengan baik yaitu
dengan menggunakannya untuk kebaikan atau diam, maka dia akan
“ ‫”َي ا َأُّيَه ا اَّلِذيَن آَم ُن وْا اَّتُقوْا َهّللا َح َّق ُتَقاِتِه َو َال َت ُموُتَّن ِإَّال َو َأنُتم ُّمْس ِلُموَن‬. mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“‫َي ا َأُّيَه ا الَّن اُس اَّتُق وْا َر َّب ُك ُم اَّل ِذي َخ َلَقُك م ِّمن َّنْف ٍس َو اِح َد ٍة َو َخ َل َق ِم ْن َه ا َز ْو َج َه ا َو َب َّث ِم ْن ُهَم ا ِر َج اًال َك ِث يرًا‬
‫”َو ِنَس اء َو اَّتُقوْا َهّللا اَّلِذي َت َس اءُلوَن ِبِه َو اَألْر َح اَم ِإَّن َهّللا َك اَن َع َلْي ُك ْم َر ِقيبًا‬. ‫َم ْن َي ْض َم ْن ِلْي َم ا َب ْي َن ِلْح َيْيِه َو َم ا َب ْي َن ِر ْج َلْيِه َأْض َم ْن َلُه اْل َج َّنَة‬
“‫ ُيْص ِلْح َلُك ْم َأْع َم اَلُك ْم َو َي ْغ ِف ْر َلُك ْم ُذ ُن وَب ُك ْم َو َم ن ُيِط ْع َهَّللا‬. ‫َي ا َأُّيَه ا اَّلِذيَن آَم ُن وا اَّتُقوا َهَّللا َو ُقوُلوا َقْو ًال َس ِديدًا‬ “Barangsiapa yang mau berjanji kepadaku untuk menjaga sesuatu
‫”َو َر ُسوَلُه َفَقْد َفاَز َفْو زًا َع ِظ يمًا‬ yang berada di antara kedua rambut (kumis dan janggut, yakni mulut),
serta yang berada di antara kedua kakinya (yakni farjinya), maka saya
‫أما بعد‬
menjamin surga untuknya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Jamaah Jumat rahimakumullah
Sebaliknya, barangsiapa yang menggunakannya untuk keburukan,
Mari kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah Ta’ala dengan ketakwaan maka ketahuilah, bahwa lisannya itu dapat menyebabkannya binasa di
yang sebenar-benarnya, yaitu mengamalkan apa yang diperintahkan dunia dan akhirat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam serta menjauhi bersabda kepada Mu’adz bin Jabal radhiallahu ‘anhu,
apa yang dilarang oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa
‫ َي ا‬: ‫ ُقْلُت‬.‫ ُك َّف َع َلْي َك َه َذ ا‬: ‫ َف َأَخ َذ ِبِلَس اِنِه َو َق اِل‬. ‫ َب لَى َي ا َر ُسْو َل ِهللا‬: ‫َأَال ُأْخ ِبُر َك ِبَم َالِك َذ ِلَك ُك ِّلِه ؟ َف ُقْلُت‬
sallam.
‫ َو َه ْل َي ُك َّب الَن اُس ِفي الَّن اِر َع َلى ُو ُجْو ِه ِه ْم –َأْو‬، ‫ َث ِك َلْت َك ُأُّمَك‬: ‫ َو ِإَّن ا َلُم َؤ اَخ ُذ ْو َن ِبَم ا َنَتَك َّلَم ِبِه ؟ َفَقاَل‬،‫َن ِبَّي ِهللا‬
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi kita ‫ َع لَى َم َن اِخ ِر ِه ْم – ِإَّال َح َص اِئُد َأْلِس َن ِتِه ْم‬: ‫ َقاَل‬.
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudia keluarga, sahabat-
“Maukah kamu aku beritahukan penopang semua itu?” Mu’adz
sahabatnya, serta pengikutnya sampai akhir zaman.
menjawab, “Mau, wahai Rasulullah.” Maka Rasulullah memegang
lisannya lalu bersabda, “Jagalah ini.” Aku (Mu’adz) pun berkata,
“Wahai Nabi Allah, apakah kita akan disiksa karena ucapan yang kita
keluarkan?” Beliau menjawab, “Bagaimana kamu ini, bukankah yang
menyebabkan orang-orang terjungkil balik di atas wajahnya di neraka - Contoh Maksiat Lisan
atau Beliau bersabda- di atas hidungnya, melainkan karena ulah lisan
mereka.” (HR. Tirmidzi, ia katakan, “Hadits hasan shahih”) Memang, di antara anggota badan yang paling ringan digerakkan
adalah lisan. Tetapi ingat, lisan adalah anggota yang paling berbahaya
Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh kita baginya. Banyak sekali maksiat yang dilakukan oleh lisan yang
agar menjaga lisan. Beliau bersabda: mengakibatkan seseorang terjatuh ke jurang neraka. Di antaranya
adalah sbb:
‫َو َم ْن َك اَن ُيْؤ ِمُن ِباِهَّلل َو اْلَي ْو ِم اآلِخ ِر َفْلَي ُقْل َخ ْيرًا َأْو ِلَي ْص ُم ْت‬
Kadzib (Dusta)
“Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah serta hari akhir, maka
berkata-katalah yang baik atau diam.” (HR. Bukhari-Muslim) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‘Amr bin ‘Ash radhiallahu ‘anhu pernah berkata, “Berbicara itu seperti ‫َو ِإَّياُك ْم َو اْلَك ِذَب َف ِإَّن اْلَك ِذَب َي ْه ِدي ِإَلى اْلُفُج وِر َو ِإَّن اْلُفُج وَر َي ْه ِدي ِإَلى الَّن اِر َو َم ا َي َز اُل الَّر ُج ُل َي ْك ِذُب‬
obat, jika sedikit bisa bermanfaat. Namun jika banyak (dikonsumsi) ‫َو َي َت َح َّر ى اْلَك ِذَب َح َّت ى ُيْك َت َب ِع ْن َد ِهَّللا َك َّذ اًبا‬
bisa mematikan.”
“Dan jauhilah oleh kalian berdusta, karena berdusta membawa
Imam Syafi’i rahimahullah pernah mengatakan, “Jika hendak seseorang kepada perbuatan jahat dan perbuatan jahat membawanya
berbicara, maka berpikirlah dahulu sebelum bicara. Jika ada ke neraka. Jika seseorang selalu berdusta dan lebih memilih
maslahatnya barulah bicara. Namun jika ragu-ragu, maka tunggulah kedustaan maka akan dicatat di sisi Allah sebagai Kazzab (pendusta).”
dengan tidak berbicara sampai jelas (maslahatnya).” (HR. Bukhari-Muslim)

Umar bin Abdul ‘Aziz pernah berceramah sampai membuat orang- Al Mawardi berkata, “Dusta adalah penghimpun seluruh kejahatan dan
orang tersentuh hatinya dan menangis. Ia pun menghentikan pangkal setiap perbuatan tercela. Hal itu disebabkan akibatnya yang
ceramahnya, lalu ada orang yang berkata kepadanya, “Kalau buruk dan hasilnya yang jelek; karena bisa melahirkan namimah (adu
sekiranya anda mau melanjutkan kata-kata anda, kami berharap Allah domba), sedangkan namimah melahirkan kebencian, dan kebencian
memberikan manfaat dengannya”, lalu Umar mengatakan, akan membawa kepada permusuhan. Dan kalau sudah bermusuhan,
“Sesungguhnya kata-kata ini fitnah (cobaan), perbuatan itu lebih layak sudah tentu tidak dirasakan lagi rasa aman dan tentram. Oleh karena
dilakukan oleh seorang mukmin daripada berkata-kata.” itulah dikatakan, “Barangsiapa yang sedikit kejujurannya, maka sedikit
pula temannya.”
Seseorang dibolehkan berdusta hanyalah dalam tiga kondisi saja; Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman melarang ghibah,
dalam peperangan, mendamaikan dua pihak yang bertengkar, dan
pada pembicaraan antara suami dengan istrinya, demikian sebaliknya. ‫َي اَأُّيَه ا اَّل ِذيَن َء اَم ُن وا اْج َت ِنُب وا َك ِث يًر ا ِّم َن الَّظ ِّن ِإَّن َب ْع َض الَّظ ِّن ِإْث ٌم َو َالَت َج َّسُس وا َو َالَي ْغ َت ب َّبْع ُض ُك ْم َب ْع ًض ا‬
Ibnu Syihab mengatakan, “Aku tidak mendengar adanya keringanan ‫َأُيِحُّب َأَح ُد ُك ْم َأن َي ْأُك َل َلْح َم َأِخيِه َم ْي ًت ا َفَك ِر ْه ُتُموُه َو اَّتُقوا َهللا ِإَّن َهللا َت َّو اٌب َّر ِحيٌم‬
berdusta pada kata-kata manusia kecuali dalam tiga hal; perang, “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka
mendamaikan orang yang bertengkar, dan pada pembicaraan antara (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan
suami dengan istrinya atau istri dengan suaminya.” (Diriwayatkan oleh janganlah mencari-cari keburukan orang lain dan janganlah
Muslim) menggunjingkan (ghibah) antara satu sama lain. Sukakah salah
Di antara ulama ada yang berpendapat bahwa dusta di sini adalah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah
dusta sebenarnya, dan ada juga yang berpendapat bahwa dusta di mati? Maka tentu kamu merasa jijik kepadanya, dan bertakwalah
riwayat ini adalah tauriyah, misalnya dalam peperangan seseorang kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha
mengatakan, “Pemimpin besar kalian telah tewas” agar pasukan Penyayang. (QS. Al Hujurat: 12)
musuh menjadi gentar, yakni ia maksudkan dalam hatinya “Pemimpin Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
besar mereka yang dahulu pernah tewas.”
‫َأَتْد ُروَن َم ا اْلِغ يَب ُة َقاُلوا ُهَّللا َو َر ُسوُلُه َأْع َلُم َقاَل ِذ ْك ُر َك َأَخ اَك ِبَم ا َي ْك َر ُه ِقيَل َأَف َر َأْيَت ِإْن َك اَن ِفي َأِخي َم ا‬
Adapun maksud “pada pembicaraan antara suami dengan istrinya atau ‫* َأُقوُل َق اَل ِإْن َك اَن ِفيِه َم ا َت ُقوُل َفَقِد اْغ َت ْب َت ُه َو ِإْن َلْم َي ُك ْن ِفيِه َفَقْد َبَه َّت ُه‬
istri dengan suaminya” adalah bukan untuk menipu istri, dalam arti
mencegah haknya yang seharusnya diberikan, hal ini jelas haram. “Tahukah kamu apa ghibah itu?” Para shahabat menjawab, “Allah dan
Rasul-Nya lebih mengetahui”, Beliau menjawab, “Kamu sebutkan
Ghibah tentang saudaramu hal yang tidak disukainya.”, Beliau pun ditanya,
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Ghibah adalah membicarakan “Bagaimana jika demikian keadaan saudaraku, yakni sesuai yang aku
seseorang tentang hal yang tidak disukainya (jika dibicarakan), baik katakan?” Beliau menjawab, “Jika sesuai yang kamu katakan berarti
berkaitan dengan badan orang itu, ibadahnya, keduniaannya, kamu telah mengghibahnya. Namun jika tidak demikian keadaan
kepribadiannya, fisiknya, akhlaknya, hartanya, anaknya, istrinya, saudaramu maka kamu telah berdusta.” (Diriwayatkan oleh Muslim)
pembantunya, pakaiannya, gerakannya, raut mukanya, masam Imam Nawawi berkata, “Ketahuilah, sepatutnya bagi seseorang yang
mukanya dan hal-hal lain yang berkaitan dengan dirinya, baik mendengar ghibah untuk membantahnya, melarang orangnya. Jika
menyebutkan secara langsung dengan kata-kata maupun dengan dengan kata-kata tetap tidak berhenti, maka dengan tangannya.
isyarat dan kedipan mata.” Namun jika ia tidak mampu (mencegahnya) dengan lisan maupun
dengan tangan, maka dengan menyingkir dari majlis itu. Namun, jika ia Ghibah hanyalah dibolehkan jika ada tujuan syar’i. Berikut ini,
mendengar syaikhnya atau orang yang memiliki hak terhadapnya kesimpulan ghibah yang dibolehkan berdasarkan kandungan beberapa
dighibahi, atau yang dighibahi adalah orang yang memiliki keutamaan hadits, antara lain:
atau keshalihan, maka melakukan yang kami sebutkan di atas lebih
didahulukan.” ü Tazhallum, yakni mengeluhkan kezaliman yang menimpanya agar
kezalimannya hilang. Misalnya seseorang mendatangi pemerintah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang keutamaan atau hakim dan mengatakan, “Si fulan telah menzhalimi saya.”
membela kehormatan saudaranya ketika dihinakan,
ü Meminta bantuan kepada orang yang berkuasa untuk merubah
‫َم ْن َر َّد َع ْن ِع ْر ِض َأِخْيِه َر َّد ُهللا َع ْن َو ْج ِه ِه الَّن اَر َي ْو َم ْالِقَياَمِة‬ kemungkaran. Misalnya mengatakan, “Si fulan melakukan perbuatan
ini, tolong cegahlah dia.”
“Barangsiapa yang membela kehormatan saudaranya, maka Allah
akan menjauhkan wajahnya dari neraka pada hari kiamat.” (HR. ü Meminta fatwa. Seperti pada kata-kata Hind (istri Abu Sufyan)
Ahmad dan Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Jaami’ 5:160)
“Sesungguhnya Abu Sufyan seorang yang bakhil, lantas bolehkah
Sebaliknya, bagi yang membiarkan kehormatan saudaranya diinjak- saya mengambil hartanya secara sembunyi-sembunyi (untuk
injak, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: kebutuhan sehari-hari)?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab:
‫َم ا ِم ِن اْم ِر ٍئ َي ْخ ُذ ُل اْم َر ءًا ُمْس ِلمًا ِفي َم ْو ِض ٍع ُتْن َت َه ُك ِفْيِه ُحْر َم ُتُه َو ُيْن َتَقُص ِفْيِه ِمْن ِع ْر ِض ِه ِإَّال َخ َذ َلُه ُهللا ِفي‬
‫ َو َم ا ِم ِن اْم ِر ٍئ َي ْن ُصُر ُمْس ِلمًا ِفي َم ْو ِض ٍع ُيْن َتَقُص ِفْي ِه ِمْن ِع ْر ِض ِه َو ُيْن َت َه ُك ِفْي ِه‬.‫َم ْو ِط ٍن ُيِحُّب ِفْيِه ُنْص َر َت ُه‬ ‫ُخ ِذْي َأْن ِت َو َب ُنْو ِك َم ا َي ْك ِفْيِك ِباْلَم ْع ُرْو ِف‬
‫ِمْن ُحْر َمِتِه ِإَال َن َصَر ُه ُهللا ِفي َم ْو ِط ٍن ُيِحُّب ِفْيِه ُنْص َر َت ُه‬
“Ambillah olehmu dan anakmu secukupnya secara ma’ruf.” (HR.
“Tidak ada seorang pun yang membiarkan seorang muslim di tempat Bukhari)
kehormatannya diinjak-injak dan dihinakan, kecuali Allah akan
membiarkannya di tempat yang ia membutuhkan pertolongan-Nya. ü Tahdzir (mengingatkan saudaranya agar tidak tertipu), seperti
Dan tidak ada seorang pun yang membela seorang muslim di tempat menjarh (mencacatkan) perawi dan saksi.
yang diinjak-injak dan dihinakan kehormatannya, kecuali Allah akan ü Terhadap orang yang jelas-jelas menampakkan kemaksiatan atau
membelanya di tempat yang ia membutuhkan pertolongan-Nya.” (HR. kebid’ahan.
Abu Dawud dan Ahmad, Syaikh Al Albani menghasankannya dalam
Shahihul Jami’ 5:160)
ü Ta’rif (mengenalkan). Misalnya agar orang lain tahu ketika ditanya, Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati dua buah
yakni dengan menyebutkan cirinya, “Orangnya kurus, pendek dsb,” kubur, lalu bersabda,
dengan tidak bermaksud menjelekkanya.
« ‫ َو َأَّما َأَح ُد ُه َم ا‬، ‫ َو َم ا ُيَع َّذ َب اِن ِمْن َك ِبيٍر – ُثَّم َقاَل – َب َلى َأَّما َأَح ُد ُه َم ا َفَك اَن َي ْس َع ى ِبالَّن ِميَمِة‬، ‫ِإَّن ُهَم ا َلُيَع َّذ َب اِن‬
‫ َفاْس َتْغ ِفُرْو ُه؛ ِإَّن ُه ُه َو‬،‫ َو ِلَج ِمْي ِع الُمْس ِلِمْي َن ِمْن ُك ِّل َذ ْن ٍب‬، ‫ َو َأْس َتْغ ِفُرُه الَع ِظ ْي َم الَج ِلْي َل ِلْي َو َلُك ْم‬،‫َأُقْو ُل َق ْو ِلي َه َذ ا‬ ‫» َفَك اَن َال َي ْس َت ِتُر ِمْن َب ْو ِلِه‬
‫الَغ ُفْو ُر الَر ِحْي ُم‬
“Keduanya sedang disiksa, keduanya disiksa karena mengira bukan
KHUTBAH KEDUA dosa besar”, Beliau melanjutkan sabdanya, “Padahal sebenarnya
(dosa besar). Adapaun salah satunya, ia pergi ke sana kemari
، ‫ َو َأْش ُك ُرُه َع َلى ِنَعِم ِه الِغ َز اِر‬، ‫ َأْح َم ُد ُه َت َع اَلى َع َلى َف ْض ِلِه الِم ْد َر اِر‬، ‫ الَر ِحْي ِم الَغ َّفاِر‬، ‫َالَح ْمُد ِهّلِل الَو اِحِد الَقَّهاِر‬ mengadu domba, sedangkan yang satu lagi tidak menjaga diri dari
‫ َو َأْش َه ُد َأَّن َن ِبَّي َن ا ُم َح َّم دًا َع ْب ُد ُه َو َر ُس ْو ُلُه‬،‫َو َأْش َه ُد َأْن اَّل ِإَل َه ِإاَّل هللا َو ْح َد ُه اَل َش ِر ْي َك َل ُه الَع ِز ْي ُز الَج َّب اُر‬ kencingnya.”
، ‫ َو َأْص َح اُبُه اَألْخ َي اِر‬، ‫ َو ِإْخ َو ِن ِه اَألْب َر اِر‬،‫ َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َع َلى آِلِه الَط ِّي ِبْي َن اَألْط َه ار‬،‫الُمْص َط َفى الُم ْخ َت ار‬
‫َو َم ْن َت ِبَع ُهْم ِبِإْح َس اٍن َم ا ُتَع اِقُب الَلْي َل َو الَّن َه ار‬ Ibnu Abbas berkata, “Beliau pun mengambil dahan basah dan
mematahkannya menjadi dua bagian, lalu menancapkan masing-
Jamaah Jumat rahimani wa rahimakumullah, dosa yang ditimbulkan masing ke atas kuburan, Beliau bersabda, “Mudah-mudahan hal ini
oleh lisan yang berikutnya adalah dapat meringankan siksanya selama belum kering.” (HR. Bukhari)
Namiimah (Mengadu Domba) Perbuatan Beliau menancapkan dahan ke masing-masing kubur
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: adalah hanya khusus untuk Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak
selainnya.
‫َال َي ْد ُخ ُل اْل َج َّنَة َن َّماٌم‬
Contoh Menggunakan Lisan Untuk Kebaikan
“Tidak masuk surga orang yang mengadu domba.” (HR. Muslim)
Di antara contoh menggunakan lisan untuk kebaikan adalah berdzikr,
Kata-kata “Tidak masuk surga” bukanlah berarti kekal di neraka, tetapi membaca Alquran, memberi nasihat kepada orang lain, beramar
maksudnya di awal-awalnya dia tidak masuk surga sebagaimana ma’ruf (menyuruh mengerjakan perintah Allah) dan bernahy munkar
diterangkan dalam Fat-hul Bariy. (melarang orang lain mengerjakan maksiat), bershalawat kepada Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, berdakwah, berdoa kepada
Namimah termasuk dosa besar berdasarkan hadits Ibnu Abbas
Allah dsb.video islami cahaya
berikut:

Anda mungkin juga menyukai